Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia
Oleh
Marta Kaka Daha
NIM: 164114061
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
“Bangunlah dunia ini kembali! Bangunlah dunia ini kokoh dan kuat dan sehat!
Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan
persaudaraan. Bangunlah dunia yang sesuai dengan impian dan cita-cita umat
manusia‟
Ir. Soekarno
Daha
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Penelitian ini membahas jenis, gaya bahasa, dan proses ritual mantra
dalam bahasa Kodi-Sumba Barat Daya. Alasan pemilihan topik ini ada 3 alasan
yakni (1) ingin memperkenalkan budaya Kodi-Sumba Barat Daya, (2) mengkaji
jenis, gaya bahasa, dan proses ritual mantra dalam bahasa Kodi Sumba Barat
Daya, dan (3) mengkaji gaya bahasa karena penulis melihat ada keunikan bahasa
dalam mantra Kodi-Sumba Barat Daya. Tujuan penelitian ini adalah
memperkenalkan budaya Sumba dan mantra-mantra yang ada di Kodi-Sumba
Barat Daya.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
semantik dan pendekatan folklor. Pendekatan semantik digunakan untuk
mengalisis gaya bahasa, sedangkan pendekatan folklor digunakan untuk
menganalisis mantra. Penelitian ini menggunakan metode yakni teknik
pengumpulan data yaitu: teknik observasi, teknik wawancara, teknik transkripsi
data, teknik catat, dan teknik merekam. Data dalam penelitian ini disajikan dalam
bentuk formal dan informal.
Hasil penelitian ini ditemukan 12 jenis mantra dalam bahasa Kodi-Sumba
Barat Daya dan dibagi menjadi 2 bagian yakni mantra penyembuhan dan mantra
aneka permohonan. Mantra untuk penyembuhan ada 3 yakni mantra untuk oranng
sakit demam dan panas, mantra untuk orang sakit kepala, dan mantra untuk orang
sakit karena teror marapu (leluhur). Mantra aneka permohonan ada 9 yakni
mantra untuk orang meninggal, mantra untuk anak sekolah, mantra meminta
rezeki, mantra meminta berkat, mantra untuk membangun rumah, mantra untuk
menanam padi, mantra untuk panen padi, mantra untuk oranng kecelakaan, dan
mantra untuk ayam nyale. Berikut adalah gaya bahasa yang terdapat dalam mantra
Kodi-Sumba Barat Daya adalah gaya bahasa perulangan dan gaya bahasa kiasan.
Gaya bahasa perulangan meliputi gaya bahasa aliterasi dan gaya bahasa asonansi,
sedangkan gaya bahasa kiasan yakni gaya bahasa personifikasi, gaya bahasa
alegori, dan gaya bahasa metonimia. terakhir adalah proses ritual mantra dalam
bahasa Kodi-Sumba barat Daya.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
The study discussed the kinds, styles of speech, and ritualistic incantation
in Kodi-Sumba Barat Daya. The reason for this topic selection is four reasons: (1)
wanting to introduce a Kodi-Sumba Barat Daya culture, (2) assessing the kinds,
styles, and ritual processes of a mantra in Kodi-Sumba Barat Daya, (3) assessing a
figure of speech because the writer sees there is a inuque language in Kodi-Sumba
Barat Daya.
The approach used in this study is the semantic approach and the folklor
approach. Semantic approaches are used to analyze spells. The study uses a
methodology of data-gathering techniques: observation techniques, interview
techniques, data transcription techniques, noted techniques, and recording
techniques. The data in this study is presented informal and informal form.
The results of this study have been found by 12 different types of
incantations is Kodi-Sumba Barat Daya and was divided into two parts of healing
and trust incantations. There are 3 spells for healing, a spell for marapu terror.
There are 9 incantations for the dead, incantations for the schoolchildren,
incantations for a blessing, mantras for building houses, incantations for planting
rice, incantations for the people of the accident, and spells for the chicken nyale.
The two figures of speech contained in Kodi-Sumba Barat Daya mantra are the
recurrent and figurative style. Here is a language style includes alliteration and
acronym language, while the figures of speech are personified, allegorical
language, and metonymy. Last is the ritualistic process in every mantra in Kodi-
Sumba Barat Daya.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING .......................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................................ v
MOTTO............................................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR .................................................................................................... vii
ABSTRAK ........................................................................................................................ x
ABSTRACK .................................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................................... xii
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
Objek kajian penelitian ini adalah mantra bahasa Kodi-Sumba Barat Daya.
Sumba dikenal sebagai pulau yang mempercayai adanya hal gaib atau mistis
sebagai hal yang wajar karena sebagian besar tetua-tetua adat atau tetua yang
Mantra berasal dari bahasa Sansekerta yaitu “man” yang artinya pikiran, dan
Mantra adalah perkataan atau ucapan yang memilki kekuatan gaib, misalnya dapat
Mantra juga terdapat dalam puisi tua yang dipercaya oleh masyarakat Melayu
bukan dianggap sebagai sebuah karya sastra, melainkan ada kaitannya dengan
Skripsi ini membahas mantra bahasa Kodi-Sumba Barat Daya, yaitu mantra
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
aneka permohonan. Mantra tersebut sudah turun-temurun dari nenek moyang atau
digunakan utuk menyembuhkan orang yang sedang sakit dan bisa juga digunakan
digunakan untuk memuji leluhur, seperti Dewi Padi, jagung serta memohon
Hal pertama yang dibahas dalam mantra Kodi-Sumba Barat Daya adalah
jenis-jenis mantra yang terdapat dalam bahasa Kodi-Sumba Barat Daya. Jenis
mantra dalam bahasa Kodi-Sumba Barat Daya yakni mantra penyembuhan dan
panas demam, sakit karena teror marapu (leluhur). Dalam mantra penyembuhan
ada pula mantra aneka permohonan yang sering digunakan oleh masyarakat
Sumba lokal. Berikut adalah contoh mantra penyembuhan dan mantra aneka
permohonan.
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Mantra di atas adalah mantra penyembuhan pada orang sakit yakni orang
sakit kepala. Mantra di atas terdiri dari 7 baris. Baris pertama merupakan
pembuka yang berfungsi memberi penghormatan kepada Tuhan Allah yang sudah
meninggal. Baris kedua sampai terakhir merupakan isi dari mantra yakni
Daya untuk anak-anak atau para pelajar yang akan melajutkan studi ke jenjang
yang lebih tinggi. Biasanya, mantra ini dibacakan ketika sang anak meninggalkan
rumah untuk mencari ilmu baik itu di luar pulau Sumba ataupun di Sumba itu
sendiri. Mantra aneka permohonan pada teks mantra untuk anak sekolah
merupakan mantra yang terdiri dari 9 baris. Baris yang pertama merupakan
pembuka yakni memberi penghormatan pada para marapu atau leluhur yang
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dipercaya. Baris kedua sampai terakhir berisi mantra permohonan agar sang anak
Hal kedua yang dibahas dalam mantra bahasa Kodi-Sumba Barat Daya
adalah gaya bahasa. Kosa kata yang digunakan dalam mantra bahasa Kodi-Sumba
Barat Daya tidak memiliki arti, tetapi kosa kata yang terdapat dalam setiap mantra
unik dan dipercaya kata-kata yang digunakan memiliki arti sendiri dalam dunia
marapu (leluhur). Berikut adalah gaya bahasa yang perulangan dan gaya bahasa
kiasan.
& g.
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pergi dengan bantuan kayu dan daun. Semua tahu bahwa penyakit tidak memiliki
nyawa layaknya manusia. Akan tetapi, pemantra percaya bahwa penyakit bisa
Hal ketiga yang dibahas adalah ritual mantra. Mantra memiliki ritual
beras, ayam, air, pisau, tombak, dan uang. Ada beberapa mantra yang
mantra. Untuk biaya yang dibutuhkan, keluarga menyiapkan uang dan hewan
dibutuhkan pemantra biasanya disiapkan oleh keluarga pasien dan disembelih dan
dimasak untuk dihidangkan bagi siapa saja yang bertamu. Semua itu dilakukan
oleh keluarga sebagai rasa syukur mereka kepada marapu atau leluhur.
Alasan penulis memilih objek penelitian ini ada 4 alasan yakni (1) ingin
ingin mengkaji mantra dari segi jenis, gaya bahasa, dan proses ritualnya, (3) ingin
mengkaji gaya bahasa karena penulis melihat ada keunikan bahasa mantra dalam
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan latar belakang pada masalah yang dibahas dalam skripsi ini
Daya?
1.2.2. Gaya bahasa apa saja yang digunakan dalam mantra Kodi-Sumba
Barat Daya?
1.2.3. Apa saja fungsi serta bagaimana proses ritual mantra dalam bahasa
Daya.
Daya.
Hasil penelitian ini memberikan manfaat teoretis dan manfaat praktis. Secara
teoretis, penelitian ini akan memberikan manfaat di bidang bahasa dan budaya.
referensi atau acuan bagi siapa saja yang meneliti mantra-mantra di Indonesia
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terlebih khusus mantra bahasa Kodi-Sumba Barat Daya. Tujuannya adalah untuk
bahasa dan makna yang terkandung dalam mantra bahasa Kodi-Sumba Barat
Daya itu sendiri, karena belum ada yang meneliti tentang mantra-mantra yang ada
Objek penelitian mantra telah dibahas oleh Astuti (2008) dengan judul
skripsi “Mantra Bahasa Dayak Desa: Studi tentang Gaya Bahasa, Tujuan, Proses
Ritual, dan Fungsi” skripsi tersebut membahas mantra pengobatan, gaya bahasa
yang terdapat dalam mantra pengobatan serta fungsi mantra dan ritual mantra.
Gaya bahasa dalam mantra Dayak Desa ditemukan ada gaya bahasa
perulangan dan gaya bahasa kiasan. Ditemukan pula 3 fungsi mantra yakni
mengobati pasien yang sakit, berfungsi secara religius yakni memohon kepada
Tuhan Yang Maha Kuasa, dan memberikan hal magis yakni mengusir hantu dan
sebuah bacaan yang terkesan mistis, tetapi juga memiliki unsur estetis dan
pembelajaran kehidupan.
Studi tentang Jenis, Proses Ritual, dan Gaya Bahasa” membahas mantra yang ada
di suku Dayak, gaya bahasa dalam mantra, fungsi mantra serta ritual. Yorensius
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2013) menemukan 17 jenis mantra pengobatan pada Suku Dayak Benuaq yang
Mantra diteliti oleh Munawir Yusuf (1989) dalam bukunya yang berjudul
merupakan ilmu gaib yang memunculkan hal mistis ataupun guna-guna yang
dilakukan oleh orang untuk tujuan tertentu. Dunia gaib sering juga disebut
supernatural karena ia diduduki oleh dewa yang baik maupun jahat, hantu serta
kekuatan sakti yang bisa berguna maupun yang bisa menyebabkan bencana.
Mantra yang diteliti oleh Soedjijono, dkk (1987) dalam buku yang berjudul
Struktur dan Isi Mantra Bahasa Jawa di Jawa Timur menjelaskan bahwa mantra
menggunakan kata-kata asing atau bahasa kuno); justru menciptanya suasana gaib
dan keramat. Kekhasan bahasa mantra tidak hanya mengandung kata-kata tertentu
yang tidak dapat dipahami maknanya, akan tetapi, kata-kata yang dipakai dalam
mantra kadang-kadang bunyi bahasanya sedikit aneh dan tidak mudah dimengerti
artinya. Tidak jarang ada mantra yang mengunakan kata-kata tabu, seperti
menyebut alat vital manusia menggunakan kata lain. Tujuan utamanya adalah
Dari uraian di atas ketahui bahwa mantra belum banyak diteliti, khususnya
mantra dalam bahasa Kodi-Sumba Barat Daya belum ada yang meneliti. Untuk itu
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sastra, melainkan lebih banyak kata-kata yang mengandung kepercayaan dan adat.
Bahasa yang digunakan dalam mantra adalah bahasa yang dihiasi dengan bahasa
yang indah sehingga memiliki daya tarik dan kekuatan magis sehingga
manusia jawa yang religius mistis; sementara itu, dalam rangka pemikiran dan
Jawa, yang suka membina hidup di dunia ini tanpa perbuatan dan huru-hara
(Soedjijono dkk,1987:111).
atau ucapan yang memiliki kekuatan gaib (misalnya dapat menyembuhkan dan
mendatangkan celaka). Mantra juga memiliki susunan kata berunsur puisi (seperti
rima, irama) yang mengandung kekuatan gaib, biasanya diucapkan oleh dukun
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
efek magis dan memerlukan persyaratan laku tertentu. Laku yang dimaksud
adalah pembelian mantra sehingga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
dirinya atau sebagai usaha mengendalikan hawa nafsu. Laku dalam rangka
pemilikan mantra lebih berat daripada laku dalam rangka penggunaan mantra
Gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dengan retorika dengan istilah
style. Kata style diturunkan dari kata latin slilus, yakni semacam alat untuk
mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada lempengan tadi. Kelak pada waktu
penekanan dititikberatkan pada keahlian untuk menulis indah, maka style lalu
pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis.
Gaya bahasa itu sendiri merupakan karya sastra yang diturunkan lewat lisan dan
yang indah. Sama halnya dengan mantra yang memiliki ragam bahasa dan bunyi
Perkembangan gaya bahasa atau style menjadi masalah atau bagian dari
diksi atau pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian kata, frasa
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
atau klausa tertentu untuk menghadapi situasi tertentu. Sebab itu, persoalan gaya
bahasa meliputi semua hirarki kebahasaan: pilihan kata secara individual, frasa,
klausa, kalimat, bahkan mencakup pula sebuah wacana secara keseluruhan. Jadi
jangkauan gaya bahasa sebenarnya sangat luas, tidak hanya mencakup unsur-
Gaya bahasa dan kosa kata mempunyai hubungan erat, hubungan timbal
balik. Semakin kaya kosa kata seseorang, semakin beragam pula gaya bahasa
mengandung perulangan bunyi, suku kata, kata atau frasa, ataupun bagian kalimat
yang dianggap penting untuk memberikan tekanan dalam sebuah kanteks yang
sesuai (Tarigan, 2013:173). Gaya bahasa perulangan ditemukan ada 2 yakni gaya
Aliterasi adalah gaya bahasa yang berulangan konsonan yang sama (Keraf,
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bahasa aliterasi yang terdapat dalam mantra pengobatan atau penyembuhan dan
mantra aneka permohonan terdapat pada pembuka dan penutup yang terdapat
gaya bahasa aliterasinya. Bahasa yang indah tidak hanya dalam karya sastra saja
seperti puisi dan prosa. Akan tetapi, di dalam mantra Kodi-Sumba Barat Daya
akan dijelaskan beberapa bunyi bahasa yang mendapat pengulangan bunyi bahasa
yakni bunyi vokal dan bunyi konsonan, sehingga mantra tersebut memiliki irama
yang indah.
vokal yang sama. Biasanya digunakan dalam karya puisi ataupun dalam prosa
2013:176).
yang sama (Keraf, 1986:130). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia asonansi
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berarti mencoba menemukan ciri-ciri yang menunjukkan kesamaan antara dua hal
tersebut (Keraf, 1986:136). Gaya bahasa kiasan adalah perbandingan dua hal yang
pada hakikatnya berhubungan dan yang sengaja dianggap sama (Tarigan, 2013:7)
Personifikasi berasal dari bahasa latin persona (pelaku, orang, aktor, atau
topeng yang dipakai dalam drama). oleh karena itu, apabila digunakan gaya
1986:140).
Angin yang meraung di tengah malam yang gelap itu menambah lagi
kekuatan kami.
13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kulihat ada bulan di kotamu lalu turun dibawah pohon belimbing depan
secara kias‟; diturunkan dari allos yang lain dan agoreuein „berbicara. Alegori
Alegori adalah cerita singkat yang mengandung kiasan. Makna kiasan ini
pelakunya adalah sifat-sifat yang abstrak, serta tujuannya selalu jelas dan tersurat
( Keraf, 1986:140).
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
metonimia adalah suatu gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk
menyatakan suatu hal lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat (Keraf,
majas yang berupa pemakaian nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan
orang.
Jadi, etnografi adalah suatu bidang penelitian ilmiah yang digunakan dalam ilmu
sosial, terutama dalam antropologi sebagai ilmu disiplin ilmu baru yang lahir pada
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ciri penting yang membedakan manusia dan para etnografer adalah dilihat
dari kehidupan masa hidup masyarakat saat ini yakni tentang way of life. Etnografi
modern yang dijelaskan dalam buku Spradley adalah bentuk sosial dan budaya
yang ingin kita pahami. Makna tersebut terekspresikan secara langsung dalam
bahasa: dan di antara makna yang diterima, banyak yang disampaikan hanya
secara tidak langsung melalui kata-kata dan perbuatan. Akan tetapi, di dalam
setiap masyarakat, orang tetap menggunakan sistem makna yang kompleks ini
untuk mengatur tingkah laku mereka, untuk memahami diri sendiri dan orang lain,
serta untuk memahami dunia tempat mereka hidup: dan etnografi selalu
Etnografi juga dikenal sebagai ilmu yang mempelajari budaya atau etnis
(edisi V), etnografi adalah ilmu tentang pelukisan kebudayaan suku-suku bangsa
yang hidup yang tersebar di muka bumi. Oleh karena itu, masyarakat saat ini tetap
16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sejak dahulu orang Sudah tahu bahwa manusia dari aneka warna asal dan
bangsa itu mengucapkan beraneka-warna bahasa pula; tetapi suatu hal yang
menarik perhatian para ahli kesusasteraan abad ke-18 yang mulai mempelajari
naskah-naskah kuno dalam bahasa Arab, bahasa Sansekerta, bahasa Cina dan lain-
lain, adalah adanya berbagai persamaan azasi dalam bahasa-bahasa Eropa dengan
bahasa Sansekerta, bahasa Klasik, di India, baik pandang dari sudut bentuk kata-
Ilmu gaib merupakan segala sistem tingkah laku dan sikap manusia untuk
kekuatan dan kaidah-kaidah gaib yang ada di dalam alam. Adapun dasar ilmu gaib
adalah bahasa yang asing magic, merupakan teknik-teknik atau kompleks cara-
Teknik-teknik ilmu gaib itu mengenai alam sekitaran yang berada di luar batas
Dasar ilmu gaib adalah (1) kepercayaan kepada kekuatan sakti dan (2)
17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ritus atau hal ihwal ritus. Ritual adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan
terutama untuk tujuan simbolik. Proses ritual dalam sebuah perayaan atau dalam
tertentu. Secara umum ada beberapa peralatan yang di persiapkan seperti piring,
tempurung kelapa, beras, ayam, air, dan tombak. Setelah peralatan sudah
Metode penelitian ini meliputi tiga tahap yakni (i) pengumpulan data, (ii)
analisis data, dan (iii) penyajian hasil analisis data. Berikut ini akan dijelaskan
wawancara, transkripsi data, teknik catat, dan teknik merekam. Berikut ini akan
yang akan diteliti. Penulis melakukan observasi atau pengamatan terlebih dahulu
pada objek yang akan diteliti. Jika tempat atau penelitian sudah memenuhi syarat
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ini dilakukan peneliti untuk fokus dan menyempitkan data atau informasi yang
yang terus-menerus terjadi dan salah satu peranan pokok dalam melakukan
observasi ialah untuk menemukan interaksi yang kompleks dengan latar belakang
mengenai keadaan lapangan, kegiatan manusia dan situasi sosial, serta konteks di
mana kegiatan-kegiatan itu terjadi. Data itu peroleh berkat adanya peneliti
pertanyaan itu. Pada jenis wawancara ini pertanyaan yang diajukan sangat
19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
secara garis besar dibagi menjadi dua, yakni wawancara tak berstruktur dan
pengalihan tuturan (yang berrujud bunyi) ke dalam bentuk tulisan, penulisan kata,
pembaca teks dalam menganalisis data apa saja yang akan diteliti.
Teknik ini biasa digunakan untuk mencatat hasil wawancara. Teknik catat
digunakan untuk mencatat yang menurut peneliti itu hal yang penting dan perlu
dicatat.
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
wawancara.
Balaghar, Kodi Bangedo, dan Kodi Utara. Mengingat keterbatasan waktu dan
biaya, maka penulis memilih objek penelitiannya di Kecamatan Kodi Utara, Desa
1.10.2 Narasumber
maksud adalah orang yang paham tentang mantra atau orang yang sering
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara melakukan
mantra. Penulis menggunakan analisis data yang dikumpulkan melalui catatan dan
merupakan bab yang berisi pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,
terhadap rumusan masalah pertama. Bab III merupakan bab yang memaparkan
gaya bahasa dalam mantra bahasa Kodi-Sumba Barat Daya. Bab IV merupakan
bab yang memaparkan proses ritualnya dari rumusan masalah ketiga. Bab V
22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
JENIS-JENIS MANTRA DALAM BAHASA
KODI-SUMBA BARAT DAYA
2.1 Pengantar
Pada bab ini, akan diparkan jenis-jenis mantra penyembuhan dan mantra
mantra untuk mengobati orang sakit. Mantra tersebut dibacakan oleh ketua adat
maupun sakit karena adat yang belum terselesaikan seperti pesta woleka (pesta
kesembuhan dengan membacakan mantra orang yang sakit akan sembuh. Dari
kepercayaaan itulah setiap orang yang sakit akan beranggapan bahwa dirinya sakit
karena dosa yang dilakukan baik itu disengaja ataupun tidak disengaja. Untuk
menebus dosa itu, orang tersebut memerlukan pertobatan atau janji agar tidak
23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
sakit yang sama. Masyarakat Kodi-Sumba Barat Daya percaya bahwa jika ada
orang yang sakit karena adat maka keluarga dari pasien akan memanggil ketua
adat (pemuka adat) agar membacakan mantra untuk mengetahui tujuan para
leluhur. Pembaca mantra akan bertanya kepada leluhur atau orang yang sudah
anak itu sakit karena janji adat, keluarga akan menuruti permintaan dari leluhur.
Jika semua sudah dituruti anak yang sakit akan sembuh tanpa pergi ke rumah
sakit. Semua sakit-penyakit disebabkan karena adat. Oleh karena itu, harus ada
tetua adat yang membacakan mantra untuk mengetahui maksud leluhur tersebut
dan itulah pentingnya mantra bagi masyarakat Kodi-Sumba Barat Daya karena
sakit dan penyakit: (1) pengobat atau penyembuh (2) bahan obat yang berasal dari
tumbuhan dan material lainnya (3) tujuan mantra dalam menyembuhkan pasien.
Dua aspek ini khusus untuk bahan obat herbal yang berasal dari tumbuhan yang
yakni sesuatu yang tidak bisa diraba dan dirasakan, walaupun bisa didengar secara
samar-samar. Bagi masyarakat tutur yang belum mengenal tulisan (baik baca
25
Berikut ini, analisis mantra penyembuhan yang terdiri dari mantra untuk
menyembuhkan demam/panas, mantra untuk sakit kepala, dan mantra untuk orang
Mantra pada teks (1) terdiri dari 9 baris. Baris pertama merupakan mantra
Baris kedua sampai terakhir merupakan isi dari mantra yakni memohon kepada
digunakan ketika seorang sakit baik itu demam dan sakit kepala. Mantra tersebut
26
Mantra Kodi-Sumba Barat Daya memiliki ciri khas tersendiri yakni bagian
pembuka mantra semuanya sama yakni deke wiha mon rongoya liya yang berarti
Daya percaya bahwa tersebut bisa menyembuhkan oranng sakit. Tujuan dari
mantra ini adalah untuk memperoleh kesembuhan dari leluhur. Leluhur akan
Mantra pada teks (2) terdiri dari 8 baris. Baris pertama merupakan mantra
pembuka dengan menyebut Tuhan yang Maha Kuasa. Baris kedua sampai terakhir
merupakan isi mantra yaitu memohon kepada Tuhan, ayah, dan ibu agar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
yang digunakan oleh pemantra untuk menyembuhkan orang sedang sakit kepala.
Pemantra percaya bahwa seorang sakit karena ada sesuatu yang tidak dituruti oleh
kepada seseorang. Oleh karena itu, keluarga harus menuruti apapun permintaan
marapu. Jika tidak dituruti maka anak tersebut akan tetap menderita sakit.
(Narasumber pada teks 1&2, Mundus (55), Petani, SD, Agama Katolik).
(Leluhur)
Teks 3 Mantra untuk Penyembuhan Orang Sakit karena Teror Marapu (leluhur)
Mantra dalam Bahasa Kodi Terjemahan Bahasa Indonesia
Malla dekeya wiha rongoya ligya „Ambil beras dan dengarlah suara ini
marapu dede marapu lodo baik leluhur yang berdiri dan leluhur
Hembongoko yoyo watu dede lakdoki yang duduk‟
horkoko „Bagi kalian batu yang berdiri yang
Pa‟ica pap paneghe watu patere kami hormati‟
halkede haddu lakkaloworo „Yang kami lihat, dan yang berbicara
Malla genik wiha genik papleruk wana sekarang ini anakmu sedang sakit‟
atana „Dimana beras dan api yang membuat
Weguweklumuk ma‟anik yiya haddu tanah menyala‟
banna padagha yiya ma‟nik kaloworo „Bagaimana bisa penyakit ini tetap
banna bakatik menjagaku dan tidak mau pergi‟
Nyidiya pakdandak kakroko wongo „Inilah yang membuat tulang belakang
pakworkokroko wongo merasa sakit‟
Dika nebba neklungok etuwanetu ktuku „Jika memang itu janji yang membuat
rahi ndara paptanga laktongo anak ini sakit dan janji yang belum
Paphewana haddu waddogani urraloko ditepati‟
tanaka mbaku ica doyo urraloko „Sehingga membuat sakit-penyakit ini
kukdabba doyo almongo ada maka izinkan aku mencari di
Dika monno geklunik albari mbutu ati bayanganmu‟
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
laklege ul‟iru lakdelu wehamata mbaku „Jika aku mendapatkan apa yang kalian
ica wani mata minta maka aku akan memberikan
Yaya dagu kukdadak kroko doyo malla kepadamu‟
ela haddu togoho bak „Aku juga akan mencari, akan tetapi
sembuhkanlah anak ini‟
Mantra pada teks (3) merupakan mantra penyembuhan orang sakit akibat
di teror oleh leluhur yang sudah meninggal. Mantra ini terdiri dari 10 baris. Baris
1-4 merupakan mantra pembuka yakni memberi salam kepada marapu (leluhur)
yang sudah lama meninggal, baris 5-10 merupakan isi dari mantra yakni meminta
kesembuhan kepada marapu (leluhur). Mantra ini dibacakan ketika ada orang
yang sakit akibat di teror oleh marapu (leluhur). Jika seseorang sakit dan tidak
bisa disembuhkan oleh pihak rumah sakit maka pihak keluarga akan memanggil
Rato Marapu atau ketua adat untuk mencari tahu penyebab seseorang sakit.
kepada leluhur atau marapu. Pemantra akan menyampaikan doa tersebut kepada
leluhur dan leluhur atau marapulah yang menyampaikan doa tersebut kepada
Maramba (Tuhan).
(Narasumber pada teks 3, Agustinus Radu Kaleka (75), Petani, Buta huruf, Agama
Katolik).
Masyarakat Sumba percaya bahwa marapu adalah agama yang dianut oleh
seluruh masyarakat Sumba dan upacara keagamaan marapu seperti upacara untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
orang dan sebagainya selalu dilengkapi penyembelihan hewan mulai dari ayam,
anjing, babi, kerbau, sapi. Upacara keagamaan marapu seperti upacara kematian
dan sebagainya selalu dilengkapi penyembelihan hewan seperti kerbau dan kuda
sebagai korban sembelihan. Oleh karena itu, masyarakat percaya bahwa upacara
keagamaan merupakan adat atau tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Sumba
yang sudah turun-temurun dari nenek moyang. Dalam upacara keagamaan yang
diadakan semua masyarakat akan berdoa memohon berkat, rezeki, umur panjang,
yang sudah lama meninggal ikut hadir untuk menyambut roh orang yang baru saja
meninggal. Keluarga akan mengantar mayat sampai pada peristirahat terakhir dan
diiringi dengan bunyi gong dan bunyi tambur. Itu sebagai tanda kasih sayang
keluarga kepada orang yang sudah meninggal, dan keluarga menyembelih hewan
yang paling besar seperti kerbau dan sapi untuk dibagikan kepada para undang.
lingkungannya. Dengan demikian, kaidah baik berupa norma dan sanksi adalah
Agama marapu adalah agama sakral yang masih dianut oleh masyarakat
30
keyakinan atau jalan untuk mendekatkan diri kepada leluhur yang sudah
meninggal. Doa yang masyarakat panjatkan lewat leluhur akan di sampai kepada
Tuhan Yang Esa. Masyarakat Sumba percaya bahwa leluhur atau arwah yang
dipuji merupakan perantara lewat Tuhan. Lewat marapu atau leluhur doa mereka
marapu atau leluhur merupakan yang paling tinggi karena masyarakat percaya
bahwa marapu sebagai jalan untuk mendekatkkan diri kepada Maramba (Tuhan).
Oleh karena itu, masyarakat percaya bahwa setiap doa yang mereka panjatkan
akan terkabul lewat leluhur. Roh dari orang yang sudah meninggal akan
ditempatkan di tempat paling tinggi dan terhormat di negeri marapu. Roh tersebut
layak ditempatkan di surga. Oleh karena itu, masyarakat Sumba percaya bahwa
doa mereka dikabulkan karena roh itu sudah tinggal di surga. Ketika musim panen
tiba masyarakat akan memberikan sesaji atau persembahan kepada marapu seperti
beberapa bulir padi dan jagung yang ditempakan pada tempat yang sakral di
rumah. Tempat sakral adalah tempat untuk menyimpan sesaji atau persembahan
kepada marapu dan tempat tersebut tidak sembarang orang menyentuhnya kecuali
Menurut kepercayaan, roh akan tenang jika tidak ada perjanjian dari
keluarga. Misalnya, jika keluarga roh berjanji akan membuatkan tempat tinggal
roh yang aman maka suatu saat nanti roh tersebut akan menagih janji tersebut
dengan berbagi cara seperti meneror salah satu anggota keluarga, dalam arti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
keluarga sering bermimpi tentang roh tersebut. Jika keluarga belum memenuhi
janji tersebut, arwah atau roh itu akan selalu meneror keluarga lewat sakit atau
mimpi buruk dan yang paling fatal akan mengakibatkan kehilangan anggota
keluarga selama-lamanya.
Masyarakat Sumba percaya bahwa marapu adalah makhluk atau roh yang
mulia dan mempunyai pikiran, perasaan, dan kepribadian seperti manusia. Akan
tetapi, dengan kepandaian dan sifat-sifat yang lebih unggul. Oleh karena itu, roh
atau arwah tidak boleh diabaikan ataupun dilupakan oleh keluarga. Roh atau
arwah dapat berjenis kelamin pria dan wanita serta berpasangan sebagal suami
istri di dunia mereka. Roh akan selalu menjaga keluarga mereka masing-masing
dan memberikan mereka rezeki lewat hasil berkebun dan berternak yang
memuaskan.
Roh atau arwah dipuja dalam rumah-rumah, terutama di rumah besar atau
rumah adat yang disebut uma bokolo atau uma parono (rumah persekutuan). Di
(cacing laut) dan merayakan pasola. Pasola adalah merupakan pesta adat yang
dimeriahkan oleh seluruh masyarakat Sumba mulai dari lokal sampai pendatang
dari luar Sumba. Penghuni rumah besar atau uma bokolo akan menyambut orang
yang bertamu dengan suguhan khas Sumba seperti siri pinang, kopi, teh, dan
makanan. Penghuni rumah besar akan melayani para tamu yang datang di pasola
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
tersebut tanpa memandang dari suku manapun tanpa meminta imbalan dari para
undangan.
Walaupun banyak marapu atau leluhur yang dipuja dan sering dimintai
pertolongan, tetapi tujuan utama dari upacara pemujaan tersebut bukan semata-
mata kepada arwah para leluhur itu sendiri. Akan tetapi, kepada Maramba atau
Mori (Tuhan Allah) atau Tuhan Yang Maha Kuasa. Pengakuan adanya Yang
urusan duniawi dan dianggap tidak mungkin diketahui hakekatnya sehingga untuk
Penciptanya. Kedudukan dan peran para marapu itu sangatlah penting dan
dikabulkan Tuhan.
Kepercayaan juga tidak lepas dari mantra. Mantra merupakan hal yang
paling penting yang dilakukan oleh masyarakat untuk melengkapi aktivitas atau
ritual. Ketika mengadakan pesta adat maka mantra selalu dibacakan untuk
mengiringi pesta adat seperti, membangun rumah adat, pesta adat (woleka),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
menyembuhkan orang sakit, dll. Terkadang mantra juga di nyanyikan oleh orang
yang ahli atau di sebut Roto Marapu (ketua adat). Setiap mantra memiliki arti atau
yakni mantra untuk orang meninggal, mantra untuk anak sekolah, mantra untuk
meminta rezeki, dan mantra meminta berkat, mantra untuk membangun, mantra
menanam padi, mantra panen padi, mantra untuk orang kecelakaan, dan mantra
ayam nyale.
Mantra untuk orang yang meninggal ditemukan dalam teks (4). Isi mantra sebagai
berikut.
34
Tanaka peghedi orona yoyo bat „Karena itulah ayam ini kami serahkan
mbapagu kepadamu‟
Tanaka enna manu ketebanik manu „Karena ayam ini membawa berkat bagi
lohoyak kami semua‟
Tanaka kete napini wedugu henene
tanaka yiya manu ndaha lolokbak.
Mantra kepada orang meninggal ini yang terdiri dari 12 baris. Baris yang
marapu (leluhur) yang dipercaya. Baris 5-12 merupakan isi mantra yakni meminta
berkat dan perlindungan serta mendoakan orang yang meniggal. Mantra ini adalah
mantra untuk megiringi orang yang sudah dimakamkan selama 3 hari 3 malam
lamanya. Ketika genap 3 hari 3 malam maka keluarga mendoakan orang tersebut
lewat mantra yang dibacakan oleh tetua adat. Ketua adat akan mengarah keluarga
untuk memberi penghormatan terakhir kepada orang yang sudah meninggal lewat
beberapa ayam yang disembelih sebagai tanda kasih sayang keluarga pada orang
yang baru saja meninggal. Keluarga akan berkumpul dalam sebuah rumah dan
berdoa agar arwah yang baru saja meninggal diterima oleh leluhur dan
ditempatkan yang tentram yaitu di surga. Keluarga juga memohon berkat agar
Mantra untuk anak sekolah ditemukan dalam teks (5). Berikut adalah isi
mantra.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Mantra permohonan ini terdiri dari 7 baris. Baris pertama dan kedua
merupakan mantra pembuka untuk penghormatan pada ayah, ibu, dan leluhur
yang sudah meninggal yang selalu ada ketika dipercaya. Mantra ketiga sampai
terakhir merupakan isi dari mantra tersebut yakni memohon kepada ayah, ibu,
serta leluhur yang sudah meninggal untuk menjaga dan menuntun anak itu
halaman untuk merantau di pulau seberang. Jika anak suatu saat nanti berhasil
dalam studinya, keluarga akan menyembelih hewan seperti babi, anjing, ataupun
hewan yang paling kecil seperti ayam. Itu semua keluarga lakukan semata-mata
rasa syukur atas keberhasilan anak mereka. Pemantra akan menyampaikan rasa
36
Mantra meminta rezeki ditemukan dalam teks (6). Berikut adalah isi
mantra.
Mantra kepercayaan pada teks (6) merupakan mantra yang terdiri dari 6
penghormatan pada para marapu yang dipercaya. Baris kedua sampai terakhir isi
mantra yakni permohonan agar hari ini mendapat rezeki yang cukup. Mantra ini
biasa dibacakan ketika orang yang percaya bahwa rezeki yang mereka dapat
merupakan pemberian dari leluhur. Keluarga akan menyampaikan rasa syukur dan
terima kasih mereka karena telah diberikan berkat atau rezeki. Pemantra akan
mulai membacakan mantra tersebut dengan penuh keikhlasan. Tidak lupa pula
keluarga memberikan sebagian rasa syukur mereka kepada pemantra dan seberapa
pun yang diberikan keluarga maka pemantra akan menerima dengan penuh syukur
pula.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Mantra untuk meminta berkat ditemukan dalam teks (7). Berikut adalah isi
mantra.
Mantra pada teks (7) merupakan mantra yang terdiri dari 7 baris. Baris
para marapu (leluhur) yang dipercaya. Baris kedua sampai terakhir merupakan isi
mantra yakni meminta berkat agar leluhur memberikan berkat lewat hewan
peliharaan dan isi kebun seperti padi dan jagung. Marapu atau leluhur akan
memberikan kesuburan pada jagung dan padi hingga panen nanti akan
hewan peliharaan adalah milik marapu maka apapun sakit-penyakit yang ada di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
bumi tidak akan menyentuh hewan peliharaan tersebut karena sudah dititipkan
Mantra pada teks (8) terdiri dari 9 baris. Baris pertama dan kedua
yang sudah meninggal. Baris ketiga sampai pada baris kedelapan merupakan isi
mantra yakni memohon kepada bapak, ibu, dan bagi semua leluhur di surga
marapu agar rumah yang baru dibangun dijauhkan dari segala hambatan.
39
Mantra pada teks (8) dibacakan ketika keluarga yang ingin membangun
rumah dengan tujuan memperlancar segala aktivitas dan jauhkan dari segala
Mantra untuk menanam padi ditemukan dalam teks (9). Berikut adalah isi
mantra.
Mantra pada teks (9) terdiri dari 6 baris. Baris pertama merupakan mantra
muka, dan belakang serta perhormatan kepada leluhur. Baris kedua sampai kelima
merupakan isi mantra yakni menyampaikan dan memohon kepada leluhur agar
padi yang akan ditanam bisa tumbuh subur. Baris keenam merupakan mantra
dibacakan satu hari sebelum turun menanam bibit padi. Mantra tersebut bertujuan
untuk memohon kepada leluhur agar padi yang akan tumbuh nantinya akan
40
Mantra untuk panen padi ditemukan dalam teks (10). Berikut adalah isi
mantra.
Mantra pada teks (10) yang terdiri dari 9 baris. Baris pertama dan kedua
ketiga sampai kedelapan merupakan isi mantra yakni memohon kepada leluhur
agar hasil panen memuaskan. Baris kesembilan merupakan mantra penutup yakni
Mantra ini dibacakan sehari sebelum panen dan tujuan mantra ini adalah
menyampaikan rasa syukur keluarga kepada leluhur karena berkat leluhur, mereka
bisa memperoleh panen. Hasil memuaskan atau tidak memuaskan tetap mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Mantra untuk orang kecelakaan ditemukan dalam teks (11). Isi mantra
sebagai berikut.
Mantra pada teks (11) merupakan mantra untuk orang kecelakaan yang
terdiri dari 10 baris. Baris pertama dan kedua merupakan mantra pembuka yakni
memberi penghormatan kepada ayah dan ibu yang sudah meninggal. Baris ketiga
sampai kesembilan merupakan isi mantra yakni memohon kepada ayah dan ibu
yang sudah meninggal agar menuntun roh anak yang mendapat kecelakaan agar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
bisa kembali kerumah dengan aman. Baris kesepuluh merupakan penutup mantra
Mantra ini dibacakan ketika keluarga pasien atau keluarga orang yang
meninggal pergi di tempat kecelakaan dan berdoa agar roh anak tersebut pulang
Mantra untuk ayam nyale ditemukan dalam teks (12). Isi mantra sebagai
berikut.
Mantra pada teks (12) merupakan mantra untuk ayam nyale yang terdiri
dari 8 baris. Baris pertama dan kedua merupakan mantra pembuka yakni
memberikan penghormatan kepada bapak, ibu, nenek, dan nenek moyang yang
sudah meninggal. Baris ketiga sampai terakhir merupakan isi mantra yakni
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
mengundang bapak, ibu, nenek, dan nenek moyang agar datang di rumah agar
Mantra ini dibacakan ketika bulan Februari sebelum pasola diadakan dan
semua keluarga wajib bakar ayam atau tikam babi. Keluarga percaya bahwa
semua keluarga marapu akan datang berkunjung dirumah dan meminta makan dan
minum. Dari isi mantra terselip doa keluarga agar dijauhkan dari segala
marabahaya, meminta rezeki dan kesuburan isi kebun yakni padi, jagung, ubi, dan
kacang-kacangan. Nyale itu sendiri adalah sebutan untuk cacing laut yang hidup
BAB III
GAYA BAHASA DALAM MANTRA
KODI-SUMBA BARAT DAYA
3.1 Pengantar
Penjelasan dalam bab ini berkaitan dengan gaya bahasa yang terdapat
dalam mantra bahasa Kodi-Sumba Barat Daya. Berikut ini ada dua gaya bahasa
yakni gaya bahasa perulangan dan gaya bahasa kiasan. Pertama, gaya bahasa
perulangan terdiri dari gaya bahasa aliterasi dan gaya bahasa asonansi. kedua,
gaya bahasa kiasan yang terdiri dari gaya bahasa personifikasi, gaya bahasa
mengandung perulangan bunyi, suku kata, kata atau frasa, ataupun bagian kalimat
yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai
(Tarigan, 2013:175). Berikut akan dijelaskan gaya bahasa aliterasi dan gaya
bahasa asonansi.
atau penyembuhan dan mantra aneka permohonan, gaya bahasa aliterasi yang
44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
permohonan terdapat pada pembuka dan penutup yang terdapat gaya bahasa
aliterasinya. Bahasa yang indah tidak hanya dalam karya sastra saja seperti puisi
dan prosa. Akan tetapi, di dalam mantra Kodi-Sumba Barat Daya akan dijelaskan
beberapa bunyi bahasa mendapat pengulangan bunyi bahasa yakni bunyi vokal
dan bunyi konsonan, sehingga mantra tersebut memiliki irama yang indah.
Berikut gaya bahasa pengulangan bunyi konsonan dalam mantra bahasa Kodi-
Sumba Barat Daya yakni mantra untuk menyembuhkan orang sakit demam dan
menyembuhkan orang sakit karena teror marapu, mantra untuk orang meninggal,
mantra untuk anak sekolah, mantra meminta rezeki, mantra meminta berkat,
mantra untuk membangun rumah, mantra untuk menanam padi, mantra panen
Gaya bahasa yang terdapat pada teks mantra ini di bait baris ke-6 adalah
aliterasi yakni.
45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bait kedua pada teks mantra penyembuhan sakit kepala, Mon rongo yoyo
mbapa mon yoyo inya menggunakan gaya bahasa aliterasi karena terdapat
(Leluhur)
Gaya bahasa aliterasi yang digunakan dalam teks mantra terdapat pada
46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gaya bahasa yang digunakan pada teks mantra adalah gaya bahasa
aliterasi yakni bait pertama, Malla dekeya wiha rongoya ligya marapu dede
marapu lodo dan bait kedua, Hembongoko yoyo watu dede lakdoki horkoko. isi
teks mantra di atas terdapat pengulangan bunyi konsonan. Bunyi konsonan yang
meninggal adalah gaya bahasa aliterasi. gaya bahasa aliterasi terdapat pada bait 11
dan 12.
ketebanik manu lohoyak, dan bait 12 yakni, Tanaka kete napini wedugu henene
tanaka yiya manu ndaha lolokbak. Dari dua bait di atas terdapat pengulangan
m, y, d, l, & h.
47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gaya bahasa pada mantra untuk anak sekolah adalah gaya bahasa
aliterasi.
Gaya bahasa yang digunakan dalam teks mantra di atas adalah gaya bahasa
aliterasi pada bait kedua. Terdapat pengulangan bunyi konsonan dari teks mantra
di atas yakni, hitu yoyo mbapada mon yoyo inyada. Yang mengalami pengulangan
Gaya bahasa aliterasi terdapat di bait kedua pada mantra meminta rezeki.
Gaya bahasa aliterasi terdapat di bait 6 dan bait 7 pada mantra meminta rezeki.
48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sebagai berikut: tanaka enna manu ketewanni limma dan tanaka yiya manu
m, k, & y.
Gaya bahasa aliterasi terletak bait keembat dan kelima pada mantra
membangun rumah.
Gaya bahasa yang mendapat pengulangan bunyi yakni pada bait keempat
dan kelima sebagai berikut: bahbeti wagu weha paprongo wagu liya dan
amwolong ghaya bappa mon amwolong laklogo kaloro. Oleh Karena itu,
49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gaya bahasa aliterasi terletak pada bait keempat dan kelima pada teks
Gaya bahasa yang mendapat pengulangan bunyi yakni pada bait keempat
dan kelima sebagai berikut: gegu paprongo wagu liya mon pap mbeti wagu liya
dan tanaka rongo hitu yemmi katadi tana. Bunyi bahasa yang mendapat
Gaya bahasa aliterasi terdapat dibait kelima sampai bait ketujuh pada
pada bait kelima sampai pada bait ketujuh yakni tanaka padete wabanik almuma
50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mon laktongo, tanaka ughoro mon gahaka wongo, dan tanaka mburi wani alboko
m, g, h, & p.
Gaya bahasa aliterasi terdapat pada bait kedelapan dan kesembilan pada mantra
kesembilan yakni tanaka jana nanga wongo adewe mon ahamoghona dan tanaka
lodo mon lamduru elnopona. Gaya bahasa yang mendapat pengulangan bunyi
Gaya bahasa aliterasi terletak pada bait pertama dan kedua pada mantra untuk
ayam nyale.
51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Teks Bunyi konsonan yang mendapat pengulangan bunyi ada pada bait
pertama dan kedua yakni deke wiha mon rongoya liya dan hitu yemmi mbapada,
m, d, b, & h.
Berikut ini akan dijelaskan gaya bahasa asonansi yang terdapat dalam
mantra bahasa Kodi-Sumba Barat Daya ada 12 mantra yakni mantra untuk
orang sakit kepala, mantra untuk menyembuhkan orang sakit karena teror marapu
(leluhur), mantra untuk orang meninggal, mantra untuk anak sekolah, mantra
meminta rezeki, mantra untuk meminta berkat, mantra membangun rumah, mantra
untuk menanam padi, mantra panen padi, mantra untuk orang kecelakaan, dan
52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gaya bahasa asonansi pada mantra untuk orang sakit kepala terdapat pada
bait pertama.
Terdapat pengulangan bunyi vokal pada bait pertama yakni, deke wiha
mon rongo yoyo wolo amrawi. Dan yang mendapat pengulangan bunyi vokal
yakni e, i, a, & o.
(leluhur)
Gaya bahasa asonansi terdapat di bait pertama pada teks mantra untuk
Gaya bahasa asonansi tersebut, malla dekeya wiha rongoya ligya marapu
dede marapu lodo mengalami pengulangan bunyi vokal. Bunyi vokal yang
53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gaya bahasa asonansi terdapat di bait pertama pada mantra untuk orang
meninggal.
Gaya bahasa asonansi tersebut, tanaka enna manu ketebanik manu lohoyak
dan tanaka kete napini wedugu henene tanaka yiya manu ndaha lolokbak
mengalami pengulangan bunyi vokal. Bunyi vokal yang mendapat pengulangan
yakni a, e, u, i, & o.
Gaya bahasa asonansi terdapat di bait pertama pada mantra untuk anak sekolah.
Gaya bahasa asonansi tersebut, hitu yoyo mbapada mon yoyo inyada yang
yakni i, o, & a.
Gaya bahasa asonansi terdapat di bait pertama pada mantra meminta sekolah.
54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lappa rada bunyi vokal. Bunyi vokal yang mendapat pengulangan yakni a & o.
Gaya bahasa asonansi terdapat di bait pertama pada mantra meminta berkat.
& o.
Gaya bahasa asonansi terdapat pada bait kesembilan pada mantra membangun
rumah.
55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pakede wadi ya uma. Bunyi vokal yang mengalami pengulangan ialah bunyi i, u,
a, & e.
Gaya bahasa asonansi ada pada bait keempat pada mantra menanam padi.
Gaya bahasa asonansi adalah wegu paprongo wagu liya mon pap mbeti
wagu liya yang mengalami pengulangan vokal. Bunyi vokal yang mendapat
Gaya bahasa asonansi terletak pada bait keempat pada mantra panen padi.
Bunyi vokal yang mendapat pengulangan terdapat pada bait keempat yakni
wegu pahbeti wagu wiha paprongo wagu liya. Gaya bahasa asonansi mengalami
56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gaya bahasa asonansi terdapat pada bait ketujuh pada mantra untuk orang
yang kecelakaan.
Bunyi bahasa asonansi atau bunyi vokal ada pada bait ketujuh yakni dika
mpahbeti wagu wiha mon paprongo wagu liya. Bunyi vokal yang mengalami
Gaya bahasa asonansi ada pada bait kedua pada mantra untuk ayam nyale.
Bunyi bahasa asonansi atau bunyi vokal terdapat pada bait kedua yakni
hitu yemmi mbapada, inyada, ambuda, mon nuhida. Bunyi vokal yang mendapat
57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berikut adalah gaya bahasa kiasan yang terdapat dalam mantra Kodi-
Sumba Barat Daya yakni gaya bahasa personifikasi, gaya bahasa alegori, dan
mantra aneka permohonan. Berikut ini akan dijelaskan gaya bahasa personifikasi
yang terdapat dalam mantra bahasa Kodi-Sumba Barat Daya yakni mantra untuk
menyembuhkan orang sakit demam dan panas dan mantra untuk ayam nyale.
Gaya bahasa personifikasi terdapat pada bait pertama sampai bait keempat
bantu kayu dan daun. Semua tahu bahwa penyakit tidak memiliki nyawa layaknya
58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
manusia. Akan tetapi, pemantra percaya bahwa penyakit bisa pergi ketika
makan dan minum yang diberikan oleh keluarga marapu. Semua orang mengerti
bahwa orang yang sudah meninggal tidak bisa makan dan minum dengan manusia
dimuka bumi ini karena wujud mereka tidak pernah kelihatan. Namun, pemantra
percaya bahwa setiap ayam nyale dibakar maka semua keluarga marapu akan
keberadaannya.
59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Alegori adalah cerita singkat yang mengandung kiasan. Makna kiasan ini
pelakunya adalah sifat-sifat yang abstrak, serta tujuannya selalu jelas dan tersurat
( Keraf, 1986:140). Berikut akan dijelaskan gaya bahasa alegori yang terdapat
(leluhur)
Gaya bahasa kiasan alegori terdapat di bait keempat sampat pada bait kedelapan
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Mantra pada bait keempat sampai bait 8 merupakan gaya bahasa alegori
yang mengibaratkan sakit yang disebabkan oleh para marapu (leluhur). Marapu
dede marapu lodo melambangkan para leluhur yang melihat dan menuntun
selama hidup. Oleh karena itu, kedudukan para marapu sangat penting.
pakdandak kakroko melambanngkan bahwa keluarga ingat bahwa ada janji yang
peliharaan sampai keluarga itu berjanji untuk memberikan tempat yang layak pada
mengingatkan mereka dengan meneror salah satu keluarga. ktuku rahi dikiaskan
sebagai janji dan papleruk wana tana diibaratkan sebagai hewan yang akan
disembelih untuk para marapu. Kekuatan datang dari leluhur yakni dengan cara
meneror salah satu keluarga yang bersangkutan entah seorang anak atau orang
Kodi-Sumba Barat Daya yakni kebun merupakan tempat bercocok tanam agar
menghasilkan padi, jagung, kacang-kacangan, dan ubi. Dari hasil tersebut akan
dijual untuk menghasilkan uang untuk membeli hewan untuk para leluhur sesuai
perjanjian.
termasuk mantra penyembuhan dan mantra aneka permohonan. Berikut ini akan
61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dijelaskan gaya bahasa metonimia yang terdapat dalam mantra bahasa Kodi-
Sumba Barat Daya ada 2 mantra yakni mantra untuk menyembuhkan orang sakit
demam dan panas dan mantra untuk menyembuhkan orang sakit kepala.
Gaya bahasa metonimia terdapat di bait kedua, ketiga, dan keempat pada
Tanaka haddu kaloworo kan lamhaling wongo pada bait mantra ini
merasakan sakit. Pada bait tersebut, domuni klaki ghaya monno roghaya liya dan
dik paprongwongo wagu liya pahbeti wagu wiha merupakan bait yang
menggantikan penyembuhan.
Proses penyembuhan terdapat di bait kedua pada mantra untuk orang sakit
demam dan panas yakni, domuni klaki ghaya monno roghaya liya adalah kayu dan
62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memberikan penyakit kepada seseorang. Maksud di balik orang yang sakit adalah
marapu yang memberikan sakit kepada seseorang agar nama marapu selalu di
Gaya bahasa metonimia terdapat pada bait 1-8 pada mantra untuk menyembuhkan
sakit kepala.
untuk pergi oleh ibu dan bapak yang sudah meniggal. Pemantra percaya bahwa
ibu dan bapak yang sudah meninggal bisa mengusir penyakit pergi. Logikanya,
bahwa penyakit adalah benda mati yang tidak bernyawa layaknya manusia. Akan
tetapi, pemantra percaya bahwa penyakit pergi ketika ibu dan bapak yang sudah
datang dengan tiba-tiba sehingga seorang bisa merasakan sakit. Sedangkan, ibu
dan bapak diibaratkan sebagai orang yang menyembuhkan orang yang sakit,
karena ibu dan bapak adalah jalan untuk kesembuhan sesorang. Oleh karena itu,
63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
semua orang Sumba dan pemantra percaya ketika membacakan mantra maka
orang yang sakit akan sembuh seketika tanpa pergi ke rumah sakit.
64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
PROSES RITUAL
4.1. Pengantar
Pada bab ini akan memaparkan proses ritual pada mantra dalam bahasa
mantra yang lainnya hanya saja tujuannya berbeda yakni ada mantra yang
menyembuhkan dan ada juga mantra yang dipercaya bahwa mantra tersebut
memberikan rezeki dan kesuburan tanaman di kebun baik itu padi, jagung, dan
4.1.1 Proses Ritual Mantra untuk menyembuhan Orang Sakit Demam dan
Panas
Proses ritual pada teks (1) pada mantra tersebut ialah membacakan mantra
pada orang yang sakit agar orang yang sakit memperoleh kesembuhan. Biasanya
pembaca mantra mempersiapkan obat yang ia bawa dari rumah untuk memberikan
kepada orang sakit, kadang pembaca mantra juga tidak membawa obat tetapi
pemantra.
65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
1. Piring/tempurung kelapa
2. Beras
3. Ayam
4. Uang
5. Tikar
6. Pisau
Jika semua persyaratan yang disiapkan sudah lengkap maka pembaca mantra
mulai membacakan mantra untuk kesembuhan kepada orang yang sakit. Pemantra
membuang beras kiri, kanan, muka, dan belakang. Setelah itu mulailah mulutnya
komat-kamit membacakan mantra. Selama ritual itu berjalan keluarga pasien tidak
pemotongan ayam merupakan tahap yang terakhir yaitu melihat tali usus ayam
apakah bernasib baik atau buruk. Masyarakat percaya bahwa di tali perut ayam
atau babi sudah terlulis nasib baik dan buruk seseorang. Ayam yang sudah
dipotong akan disajikan untuk makanan bersama keluarga pasien dan pemantra.
Proses ritual pada teks (2) pada mantra untuk orang sakit kepala. Mantra ini
bisa dibacakan keluarga pasien ketika ada anggota keluarga yang sakit tanpa harus
memanggil pemantra yang handal. Jika keluarga sendiri yang melakukan maka
hanya menyiapkan mangkuk yang berisi beras dan mulai membacakan mantra
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
untuk kesembuhan anak. Akan tetapi, jika tidak ada keluarga bisa membacakan
mantra jalan terbaik adalah meminta tolong pemantra untuk membacakan mantra.
yang lumayan membutuhkan biaya. Tujuan mantra pada teks (2) adalah
1. Tikar
2. Mangkuk/piring
3. Beras
4. Ayam
5. Pisau
6. Uang seikhlasnya
mengambil posisi yang aman untuk membacakan mantra untuk anak yang sakit
belakang, kiri, dan kanan dan tatapannya fokus. Sesudah itu pemantra mulai
namun ada beberapa pemantra yang membuka mata ketika membacakan mantra.
Salah satu keluarga pasien harus menemani pemantra selama pembacaan mantra.
memotong ayam dan salah satu keluarga membakar ayam tersebut untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
diberikan kepada pemantra agar melihat di usus perut ayam bernasib baik atau
buruk. Jika pemantra sudah melihat usus perut ayam, pemantra akan
bersama keluarga pasien dan pemantra. Uang yang tertera adalah seabagai syarat
Proses ritual yang dilakukan pada teks (3) mantra untuk oranng sakit
karena teror marapu. Mantra ini harus dibacakan oleh orang yang berprofesional
yakni tetua adat. Tetua adat dipercaya mampu berkomunikasi dengan para leluhur
sebagai berikut.
1. Tikar
2. Piring/tempurung kelapa
3. Beras
5. Pisau
6. Uang seikhlasnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
yang baik untuk membacakan mantra. Salah satu keluarga harus menemani
diajukan pemantra kepada keluarga pasien dan keluarga harus siap memberikan
jawaban. Pemantra mulai membuang beras sedikit demi sedikit ke arah kanan,
Tahap selanjutnya adalah potong ayam atau tikam babi atau pukul anjing.
Biasanya keluarga akan menyiapkan salah satu hewan seperti ayam, babi, dan
anjing sesuai kemampuan keluarga. Uang seikhlasnya yang tertera dalam syarat
Mantra pada teks (4) merupakan mantra untuk yang sudah meninggal.
Mantra ini dibacakan oleh tetua adat (roto marapu) karena dipercaya mampu
berkomunikasi dengan para leluhur. Tujuan dari mantra ini adalah mendoakan
orang meninggal agar diterima oleh para marapu dan ditempatkan di negeri
marapu (surga marapu). Syarat-syarat yang dibutuhkan dalam mantra untuk orang
meninggal banyak membutuhkan biaya. Berikut adalah proses ritual dan syarat-
1. Tikar
2. Mangkuk/piring
3. Beras
70
5. Pisau
6. Tombak
7. Uang seikhlasnya
aman karena sedikit membutuhkan waktu lama. Pemantra mulai membuang beras
sedikit demi sedikit ke arah kiri, kanan, muka, belakang dan mulut mulai
mendoakan arwah yang meninggal agar diterima di negeri marapu (surga marapu)
dan keluarga juga tidak lupa meminta perlindungan dari arwah yang sudah
meninggal. Langkah selanjutnya, adalah memotong ayam dan tikam babi. Jika
Mantra pada teks (5) yakni mantra untuk anak sekolah biasanya hewan yang
sembelih tergantung yang disiapkan oleh keluarga pasien entah itu ayam, anjing,
atau babi. Mantra ini dibacakan oleh tetua adat. Tetua meminta semua persyaratan
yang ia butuhkan agar pemantra siap membacakan mantra kepada anak akan
berangkat di pulau seberang untuk mengejar mimpi. Tujuan mantra ini adalah
memperlancar aktivitas anak selama kuliah dan dijauhkan dari segala marabahaya.
Adapun adalah proses ritual dan syarat-syarat yang dibutuhkan dalam mantra ini
sebagai berikut.
1. Tikar
2. Piring/tempurung kelapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
3. Beras
4. Ayam
5. Pisau
nominalnya)
potong ayam dan makan, keluarga akan berkumpul untuk memberikan nasehat
kepada anak yang akan berangkat sekolah atau kuliah. pertama, adalah
membacakan mantra dan potong ayam. Kedua, ayam tersebut dibelah dan dilihat
bagian usus karena menurut kepercayaan orang Kodi-Sumba Barat Daya, dibagian
usus ayam sudah tertulis nasib baik dan buruk anak itu sendiri. Ketiga, ayam itu
Mantra pada teks (6) merupakan mantra untuk memperoleh rezeki. Mantra ini
keluarga tidak membutuhkan tetua adat (roto marapu) untuk membacakan mantra
karena hanya berbicara dengan leluhur dalam sekejap saja. Biaya yang
dibutuhkanpun tidak banyak. Tujuan mantra ini adalah agar mendapat rezeki hari
ini. Adapun proses ritual dan syarat-syarat yang dibutuhkan sebagai berikut.
1. Mangkuk/piring/tempurung kelapa
2. Beras
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
beras sedikit demi sedikit kearah kiri, kanan, muka, belakang dengan mulut
Mantra pada teks (7) merupakan mantra untuk meminta berkat. Mantra ini
sama halnya dengan manta pada teks (6) yang tidak membutuhkan tetua adat
karena salah satu anggota keluarga bisa melakukan mantra tersebut. Tujaun
mantra ini yakni meminta berkat dan perlindungan kepada leluhur agar mendapat
1. Mangkok/piring
2. Beras
3. Ayam
4. Pisau
Jika semua persyaratan telah sediakan, pemantra akan membuang beras kearah
Mantra pada teks (8) merupakan mantra untuk membangun rumah. Mantra
ini dibacakan oleh orang berprofesional yakni tetua adat yang mengerti bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
marapu atau mampu berkomunikasi dengan para leluhur. Tujuan mantra ini adalah
memperkokoh rumah yang akan dibangun. Adapun proses ritual dan syarat-syarat
1. Tikar
3. Beras
4. Ayam/babi/anjing
5. Pisau
6. Uang
Pemantra mulai membuang beras sedikit demi sedikit kearah kiri, kanan, muka,
selanjutnya, adalah potong ayam dan tikam babi, atau pukul anjing. Tergantung
keluarga menyiapkan babi atau anjing, tapi yang jelas ayam harus ada. Babi
ditikam untuk disajikan kepada para undangan yang hadir untuk makanan
bersama. Uang diberikan kepada pemantra sebagai derma atau rasa terima kasih
keluarga.
Mantra pada teks (9) adalah mantra untuk menanam padi. Mantra ini akan
dibacakan oleh tetua adat karena mantra ini menyangkut dengan dewi pada yang
dipercaya oleh masyarakat lokal. Tujuan mantra ini yakni memohon kepada
leluhur agar memberikan kesuburan isi kebun. Mantra ini hampir sama dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
yang dibutuh pemantra. Berikut adalah proses ritual dan syarat-syarat yang
dibutuhkan pemantra.
1. Tikar
2. Mangkuk/piring/tempurung kelapa
3. Beras
4. Ayam
5. Pisau
6. Uang
membacakan mantra dengan membuang beras kearah kiri, kanan, muka, dan
mantra ini memberitahukan kepada dewi padi dan para leluhur sebagai wujud rasa
syukur. Adapun dan proses ritual dan syarat-syarat yang dibutuhkan pemantra
sebagai berikut.
1. Tikar
2. Mangkuk/piring/tempurung kelapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
3. Beras
4. Ayam
5. Pisau
6. Uang
dan membuang beras kearah muka, belakang, kiri, dan kanan sambil mulut
mengambil beberapa bulir padi di kebun untuk dibawa pulang di rumah. Bulir
padi akan disimpan di tempat yang sakral yakni tempat para marapu. Langkah
selanjutnya adalah potong ayam. Setelah itu disajikan untuk makan bersama baik
Proses ritual pada mantra untuk orang kecelakan. Keluarga pasien atau orang
pemantra. Tujuan mantra ini adalah agar roh orang yang kecelakaan tidak menjadi
gentayangan dan menjadi hantu yang mengganggu orang . Adapun proses ritual
1. Tikar
2. Mangkuk/piring/tempurung kelapa
3. Beras
4. Ayam/babi/anjing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
5. Pisau
6. Telur
7. Uang
keluarga orang yang meninggal akan pergi ke tempat kejadian untuk memecahkan
telur dan meminta roh atau arwah untuk pulang bersama mereka. Langkah
selanjutnya, adalah potong ayam/ tikam babi/ pukul anjing. Hewan yang
disembelih tergantung hewan yang disiapkan oleh keluarga entah itu ayam,
Proses ritual pada mantra untuk nyale sama halnya dengan mantra di atas.
pemantra membacakan mantra. Tujuan mantra ini adalah meminta para leluhur
1. Tikar
2. Mangkuk/piring/tempurung kelapa
3. Beras
4. Ayam
5. Pisau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
6. Uang
Jika semua persyaratan sudah tersedia, pemantra mulai ambil posisi aman.
Pemantra mulai membuang beras ke arah kiri, kanan, muka, dan belakang dengan
Usus ayam akan dilihat oleh tetua adat dan hasilnya akan diberitahukan kepada
keluarga. Berikutnya adalah makan bersama keluarga dan tetua adat. Tidak lupa
tetua adat memberikan sesaji berupa makanan dan minuman yang sudah dicampur
dengan hati ayam dan air minum. Sesaji itu akan diletakkan di atas tikar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam kajian ini, penulis membahas tiga pokok permasalahan, yaitu (1)
jenis-jenis mantra dalam bahasa Kodi-Sumba Barat Daya, (2) gaya bahasa dalam
bahasa Kodi-Sumba Barat Daya, dan (3) proses ritual mantra dalam bahasa Kodi-
Kodi-Sumba Barat Daya yakni mantra pengobatan atau penyembuhan dan mantra
kepercayaan. Mantra pengobatan ditemukan tiga mantra yakni mantra untuk sakit
demam dan panas, mantra untuk orang sakit kepala, dan mantra untuk orang sakit
mantra yakni mantra untuk orang meninggal, mantra untuk anak sekolah, mantra
untuk meminta rezeki, mantra untuk meminta berkat, mantra untuk membangun
rumah, mantra menanam padi, mantra panen padi, mantra untuk orang
Bisa dilihat bahwa pembukaan pada setiap mantra semuanya sama yakni
lokal Kodi-Sumba Barat Daya percaya bahwa kedudukan para leluhur atau para
marapu sangat penting dalam kehidupan masyarakat lokal. Sedangkan, dalam isi
setiap mantra tergantung jenis mantra atau tujuan mantra tersebut. Di bagian
penutup mantra tidaklah selalu sama tergantung jenis mantra yang bacakan oleh
pemantra. Akan tetapi, ada beberapa mantra dibagian penutup yang sama yakni,
78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
yiya ngarakehe manu tagu mun yemmi ngarakehe dibagian penutup ini
Bahasa yang digunakan dalam mantra adalah bahasa yang puitis dan indah
sehingga menarik bagi penulis untuk meneliti. Gaya bahasa yang digunakan
adalah gaya bahasa perulangan dan gaya bahasa kiasan. Dalam mantra terdapat
sehingga bunyi bahasa bervariasi. Pertama adalah gaya bahasa perulangan yakni
gaya bahasa aliterasi yakni gaya bahasa perulangan bunyi konsonan, sedangkan
gaya bahasa asonansi merupakan gaya bahasa perulangan bunyi vokal. Kedua,
adalah gaya bahasa kiasan yakni gaya bahasa personifikasi, gaya bahasa alegori,
dan gaya bahasa metonimia. Gaya kiasan adalah gaya bahasa yang mengibatkan
berupa peralatan dan barang mentah seperti tombak, pisau, piring, tikar, uang dan
barang mentah berupa beras. Dalam proses ritual pemantra membutuhkan ayam
untuk sebagai sembelih untuk para marapu. Ayam itu akan di masak untuk
disajikan bersama untuk makanan bersama baik itu keluarga dan pemantra.
79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
5.2 Saran
generik dan kekuatan mistik mantra masyarakat Kodi-Sumba Barat Daya, yang
tidak diungkap dalam penelitian ini. Melalui struktur generik, kata mengenai
urutan kalimat maupun isi mantra. Kekuatan mistik mantra berkaitan dengan
80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, S. (2008). "Mantra Bahasa Dayaq Desa: Studi tentang Gaya Bahasa,
Tujuan, Proses Ritual, dan Fungsi". Skripsi pada Program Studi Sastra
Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.
81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Soedjijono, dkk. (1987). Struktur dan Isi Mantra Bahasa Jawa Di Jawa Timur.
Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan .
Yorensius. 2013. "Mantra Bahasa Dayaq Benuaq: Studi tentang Jenis, Proses
Ritual, dan Gaya Bahasa". Jurnal Ilmiah Kebudayaan. Vol. 7. No. 2
Oktober, hlm. 114-153.
82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR NARASUMBER
Kristen protestan.
Katolik.
83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
BIOGRAFI PENULIS
Marta Kaka Daha lahir 29 Mei 1995 di Kapaka Wuni, Kecamatan Kodi Utara,
Dimuka Lipe, lulus pada tahun 2010, SMPN Kodi Utara, lulus pada tahun 2013,
dan lulus SMAK. St. Alfonsus, pada tahun 2016. Menempuh kuliah S1 angkatan
85
LAMPIRAN
Teks 3 Mantra untuk Penyembuhan Orang Sakit karena Teror Marapu (leluhur)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
87
bungamu yiya manu daha manu maka ayam ini buatmu seutuhnya‟
kaboloh „Jika tidak ada kendala apapun maka
Tana tunu wanga manu heghe tanaka semuanya disatukan di tangan
hapapa wobongok limma marapu yi kalian‟
mbapa „lindungilah dan berkatilah kami selalu‟
Wena olum oro deke oro ghughu binya „Karena engkaulah bapa kami semua
oro lohomuni disini‟
Tanaka peghedi orona yoyo bat „Karena itulah ayam ini kami serahkan
mbapagu kepadamu‟
Tanaka enna manu ketebanik manu „Karena ayam ini membawa berkat bagi
lohoyak kami semua‟
Tanaka kete napini wedugu henene
tanaka yiya manu ndaha lolokbak.
88
89
90
91
Gambar 2: Uang dan siri pinang yang disiapkan oleh keluarga untuk diberikan
kepada tetua adat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Gambar 3: Media yang digunakan untuk mengobati sakit kepala yakni santan
kelapa dan daun bunga.
93
Gambar 6: 1 bulir padi yang disimpan dalam rumah artinya sudah siap panen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94