Oleh :
221030690110
TANGERANG 2022
KATA PENGANTAR
Penulis
1
Gregorius, D. D. (2014). MANUSIA SEBAGAI CITRA ALLAH (Refleksi Teologis
Biblis atas Kitab Kejadian). JPAK: Jurnal Pendidikan Agama Katolik, 11(6), 3-18.
!
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….!
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..…!!
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………..21
3.2 Saran……………………………………………………………………………..21
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………22
!!
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar belakang
2
Suyanto, I. J., Taruno, B. S., Harum, H., Prasetianto, A. Y., & Vinsensius
Felisianus Kama, O. (2021). KATOLISITAS Pendidikan Agama Katolik. Penerbit
Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
Mustari, M., & Rahman, M. T. (2011). Nilai karakter: Refleksi untuk pendidikan
karakter.
3
sebanding dengan keuntungan yangdiperoleh atau malah rugi.
Demikian juga hubungan antara daerah dengan pusat, antara
satu entitasdengan entitas lain.4
2. Teori Peran
Menurut teori ini, sebenarnya dalam pergaulan sosial itu sudah
ada skenari yang disusunoleh masyarakat, yang mengatur apa
dan bagaimana peran setiap orang dalam pergaulannya.
Dalam skenario itu sudah `tertulis” seorang Presiden harus
bagaimana, seorang gubernur harus
bagaimana, seorang guru harus bagaimana, murid
harusbagaimana. Demikian juga sudah tertulis peran apa yang
harus dilakukan oleh suami, isteri, ayah, ibu, anak, mantu,
mertua dan seterusnya.Menurut teori ini, jika seseorang
mematuhi skenario,maka hidupnya akan harmoni tetapi
jikamenyalahi skenario, maka ia akan dicemooh oleh penonton
dan ditegur sutradara.
3. Teori Permainan
Menurut teori ini, klassifikasi manusia itu hanya terbagi tiga,
yaitu anak-anak, orangdewasa dan orang tua. Anak-anak itu
manja, tidak ngerti tanggungjawab, dan jika permintaanyatidak
segera dipenuhi ia akan nangis terguling-guling atau ngambek.
Sedangkan orang dewasa, ialugas dan sadar akan
tanggungjawab, sadar akibat dan sadar resiko. Adapun orang
tua, ia selalumemaklumi kesalahan orang lain dan menyayangi
mereka. Tidak ada orang yang merasa anehmelihat anak kecil
menangis terguling-guling ketika minta eskrim tidak dipenuhi,
tetapi orangakan heran jika ada orang tua yang masih
kekanak-kanakan. Suasana rumah tangga juga ditentukanoleh
bagaimana kesesuaian orang dewasa dan orang tua dengan
sikap dan perilaku yangsemestinya ditunjukkan.
4
Sapari, Y. (2018). Komunikasi Dalam Perspektif Teori Pertukaran. Jurnal
Signal, 6(1), 98-115.
4
Jika tidak maka suasana pasti runyam. Demikian juga
hubungan antara pusat dan daerah, antaraatasan dan
bawahan. Aparat Pemerintah mestilah bersikap
dewasa,Presiden dan Ketua MPR mestilah jadi orang tua.
5
Muthmainnah, L. (2018). Tinjauan Kritis terhadap Epistemologi Immanuel Kant
(1724-1804). Jurnal Filsafat, 28(1), 74-91.
5
Martabat dalam Ajaran Gereja Martabat manusia juga telah lama
menjadi horizon pemahaman terhadap manusia dalam ajaran Gereja.
Dalam “Katekismus Gereja Katolik”(KGK) tahun 1993 ditulis demikian:
“Sebab Allah tidak hanya memberi keberadaan kepada makhluk-Nya,
tetapi juga martabat, untuk bertindak sendiri, menjadi sebab dan asal
usul satu dari yang lain dan dengan demikian bekerja sama dalam
pelaksanaan keputusan- Nya.” (no. 306).6
6
Sutadi, L. (2013). Resepsi Gaudium et Spes oleh Gereja Indonesia. Jurnal Teologi
(Journal of Theology), 2(1), 1-16.
6
dengan Allah dalam pengetahuan dan kasih dengan- Nya.” (no. 38)
“Hidup manusiaadalah manifestasi Allah di dunia, tanda
kehadiranNya, dan jejak keluhuranNya.” (no. 34). 7
Secara khusus, dokumen ini ditulis sebagai sikap Gereja Katolik ketika
melihat perkembangan teknologi dan modernitas yang tidak hanya
meningkatkan kesejahteraan manusia namun juga mempunyai
kecenderungan meminggirkan sifat transendensi manusia bahwa ia
terbuka pada realitas yanglebih besar dari dirinya. Akibatnya, manusia
seakan-akan ditentukan oleh kebebasan dirinya yang mutlak. Yohanes
Paulus II melihat fenomen yang ia sebut ‘budaya kematian’: aborsi,
eutanasia, bunuh diri, yang mengancam martabat manusia. Karena
itu, paus menegaskan nilai kesucian hidupmanusia karena berasal dari
Allah sendiri. Dalam kerangka martabat manusia, dibicarakan
dandiperdebatkan apa artinya otonomi atau kebebasan manusia. Dari
pengamatan terhadap dokumen-dokumen tersebut, disimpulkan
bahwa inti ajaran Gereja mengenai martabat manusia menegaskan
kembali bahwa ‘kemanusiaan’ diberikan kepada manusia oleh Allah.
Iman Kristen sejalan dengangagasan universal mengenai martabat
manusia, nilai intrinsik pada manusia itu. 8
7
Kasimirus, K., & Dewantara, A. W. (2020). PEMAHAMAN UMAT KATOLIK
MADIUN TERHADAP KONSTITUSI GAUDIUM ET SPES DALAM KEHIDUPAN
POLITIK PRAKTIS. JPAK: Jurnal Pendidikan Agama Katolik, 20(2), 28-47.
8
Pujiyono, D. (2022). MENGHADIRKAN SOSOK INSPIRATIF Dalam Praksis
Pendidikan di Sekolah. Penerbit P4I.
7
dalam kitab Kejadian (Kej 1-2). Di sini, yang menjadi pokok keyakinan
adalah bahwa tindakan mencipta diidentikkan dengan Allah Mencipta
diartikan sebagai tindakan mengubah yang amat radikal, menjadikan
sesuatu dari ketiadaan (creatio ex nihillo). Maka satu-satunya yang
memiliki kuasa mencipta adalah Allah. 9
9
Halawa, R. V. (2022). GOD AS CREATOR: KONSEP PENCIPTAAN ALAM
SEMESTA BERDASARKAN KITAB KEJADIAN PASAL 1-2. Phronesis: Jurnal
Teologi dan Misi, 5(1), 15-27.
8
1.Semua Manusia Sesama dan Saudara dalam Allah.
Kita semua adalah pribadi manusia yang diciptakan Allah. Setiap dari
kita adalah pribadi yang paling luhur, menjadi berkat bagi sesame.
Dalam Kitab Nabi Yeremia dikatakan, “Sebelum Aku membentuk
engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan
sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan
engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadinabi bagi bangsa-
bangsa” (Yer 1:5). Dengan demikian dapat dikatakan lewat kutipan
teks tersebut mau mengatakan betapa Allah telah memberikan
karunia keluhuran bagi setiap pribadi. Anugerahyang diberikan
sebelum kita di lahirkan di dunia. Anugerah, bahwa kita semua berarti
dan dipiliholeh Allah dalam situasi apapun, dengan segala kekurangan
dan kelebihan yang kita miliki.Dan karena kita semua adalah citra
Allah, maka kita harus menghargai sesama manusia dengan segala
kelebihan dan kekurangan baik secara fisik-lahiriahnya dan sifat-
sifatnya, kita berkewajiban menjada dan mengembangkan martabat.
Mengembangkan kebaikan-kebaikan dan segala sesuatu yang kita
lakukan supaya bermanfaat bagi sesame kita, apapun bentuknya.
Karena semua manusia sesame dan saudara dalam Allah.10
10
Samson, R. A. (2020). Menyelisik Posisi Anak Dan Relasinya Dengan Allah Di
Dalam Alkitab. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 6(1), 89-95.
9
Martabat manusia seakan menjadi sebuah barang mainan yang dapat
dipermainkan seenaknya.
Jika demikian, maka yang terjadi adalah bahwa kita selalu menolak
keberadaan pribadi orang lain sebagai seseorang yang berharga dan
sederajat dengan kita.
Sehingga kita melihat orang lain lebih rendah, tidak bermarabat, tidak
bermoral dan sebagainya.Dampak dari sikap ini adalah kekerasan,
pembunuhan, bahkan penghancuran kelompok tertentu.Dalam Kitab
Suci digambarkan dengan jelas bagaimana manusia yang diciptakan
secitra dansegambar dengan Allah itu diharapkan mampu
memancarkan kasih Allah kepada sesama.11
11Suyanto, I. J., Taruno, B. S., Harum, H., Prasetianto, A. Y., & Vinsensius Felisianus Kama,
O. (2021). KATOLISITAS Pendidikan Agama Katolik. Penerbit Universitas Katolik Indonesia
Atma Jaya.
10
c. Ada perbedaan, dapat membantu orang untuk mawar
diri, sehingga tidak mudah untukmenghakimi atau
mengadili orang lain. Serahkan penghakiman itu pada
Allah. Hendaknyakita suka mengampuni orang lain,
sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni
kita(Mat 7:1-5; Luk 6:37-42; Ef 4:32)
d. Hukum cinta kasih, adalah dasar utama mengapa kita
harus toleran kepada sesama. Cinta berarti menerima
orang lain apa adanya sesuai dengan identitasnya yang
berbeda atau justru karena identitasnya yang berbeda.
Yesus mengajarka kita untuk saling mencintai
tanpasyarat. (Luk 10:25-37).12
13
Suyanto, I. J., Taruno, B. S., Harum, H., Prasetianto, A. Y., & Vinsensius
Felisianus Kama, O. (2021). KATOLISITAS Pendidikan Agama Katolik. Penerbit
Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.
12
dikembangkan dan digunakan karena merupakan anugerah dari Allah
yang pantas kita syukuri.
Setelah itu sang tuan pergi. Diceritakan hamba yang pertama yang
dipercayakanlima talenta berhasil memperoleh laba lima talenta,
sementara hamba yang kedua yangdipercayakan dua talenta berhasil
memperoleh laba dua talenta, namun hamba yang ketiga
yangdipercayakan satu talenta menyembunyikan uangnya sehingga
tidak mendapat laba apa-apa.(dalam kitab Lukas disebutkan hamba I
memperoleh laba 10 mina, hamba II memperoleh laba 5 mina,
sedangkan hamba III juga menyimpan uangnya.) Setelah sang tuan
kembali dan bertemudengan hamba pertamanya, maka sang tuan
memberinya tanggung jawab yang lebih besar (dalam kitab Lukas
disebutkan ia diberikan sepuluh kota), lalu hambakeduanya juga
diberikan tanggung jawab yang lebih besar (dalam kitab Lukas
disebutkan iadiberikan lima kota), tetapi hamba yang ketiga dihukum,
dan uang yang dipercayakan kepadanyadiberikan kepada hamba yang
pertama.14
14
Gulo, M. (2021). HAMBA YANG BAIK DAN SETIA Refleksi Kesetiaan dalam
mengerjakan tanggung jawab pelayanan (Matius 25: 14-30).
13
yang berbeda-beda sesuaikemampuan kita masing-masing. Karunia-
karunia itu harus kita gunakan untuk melayani Allahdan sesame kita.
Sebab dengan menggunakan dan mengembangkan talenta
sebagaimana mestinyaadalah panggilan dan tuntutan kristiani.
Menolak kehendak Allah atas diri kita dapat menjadi penghalang bagi
kemajuan diri kita sendiri dan menjadi rintangan jalan kita menuju
Allah. Kitahendaknya menerima kehendak Allah yang nyata dalam diri
kita. Kita percaya bahwa “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu
untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang terpanggil
sesuaidengan rencana-Nya ( Lih Rom 8:28). 15
15
BAB, I., UNIK, A. P. Y., & KOMPETENSI, A. B. RINGKASAN MATERI 1. Ciri-ciri
Fisik.
16
Hartono, D. (2013). MEMBERIKAN YANG TERBAIK UNTUK TUHAN: SEBUAH
RENUNGAN. SOLA GRATIA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika, 1(2).
14
harusnya menyadari bahwa kita semua diberkati dan diberi karunia
yang luar biasa dari Allah.
Semua dari kita dipanggil untuk menjadi Anak Allah. Menjadi Anak
Allahsesungguhnya merupakan kasih karunia Allah, bukan hanya
karena diciptakan oleh Allah,melaikan karena dicintai dan diberi hidup
oleh Allah.18
17
Kristanto, K., & Merannu, L. J. (2017). Makna Ibadah Sejati: Studi Eksegetis Mengenai
Makna Ibadah yang Sejati Menurut Roma 12: 1-2 dan Implikasinya bagi Kekristenan Masa
Kini. KINAA: Jurnal Teologi, 2(2).
18 Sine, H., & Nainggolan, A. M. (2021). Menelaah Kehendak Allah Bagi Orang Percaya
15
2.4 Fakta-fakta tindakan dan perbuatan yang melecehkan
atau merendahkan martabat manusia sebagai citra
Allah.
a. Sombong / Angkuh
Jadi saat kamu merendahkan seseorang, akan terbesit dan
timbul rasa sombong bahwa kamu ituseolah lebih baik dari
orang tersebut. Untuk itu, janganlah kita merendahkan orang
lain. Sebab,mungkin saja orang yang kita rendahkan itu,
memiliki derajat yang lebih baik dari kita di sisiAllah.
b. Mempunyai Hati Yang Keras dan Menolak Kebaikan
Sudah pasti bahwa orang yang suka merendahkan orang lain,
mempunyai hati yang keras.Mengapa demikian? Misalkan
ketika ia melakukan yang salah, ada orang yang
menasihatinya. Namun karena orang tersebut memiliki hati
yang keras, ia malah menolak nasihat tersebut, bahkansampai
merendahkan orang tersebut.
c. Selalu Berprasangka Buruk
kebanyakan orang yang suka merendahkan itu adalah orang
yang selalu berburuk sangka kepadaorang lain, bisa kita
ketahui bahwa orang yang selalu merendahkan orang lain,
menganggapdirinya paling baik. Jadi mereka hanya berfikir
positif untuk dirinya sendiri tetapi melihat orangselalu berburuk
sangka dan tidak lebih baik darinya.
19Tiaranita, Y., Saraswati, S. D., & Nashori, F. (2018). Religiositas, kecerdasaan emosi, dan
tawadhu pada mahasiswa pascasarjana. Psikohumaniora: Jurnal Penelitian Psikologi, 2(2),
182-193.
16
2. Mempekerjakan anak dibawah umur
20
Rumimpunu, F. (2013). LARANGAN MEMPEKERJAKAN ANAK DIBAWAH
UMUR DITINJAU DARI PERSPEKTIF PERLINDUNGAN HAK ASASI
MANUSIA. SERVANDA_Jurnal Ilmiah Hukum, 7(2), 228-236.
17
Sangat penting untuk dipikirkan keselamatan para buruh saat
menjalankan pekerjaannya. Demikian pula perlu diusahakan
ketenangan dan kesehatan pekerja agar apa yang dihadapinya dalam
pekerjaan dapat diperhatikan semaksimal mungkin,sehingga
kewaspadaan dalam menjalankan pekerjaan itu tetap terjamin. 21
21
Budijanto, O. W. (2017). Upah layak bagi pekerja/buruh dalam perspektif Hukum
dan HAM. Jurnal Penelitian Hukum De Jure, 17(3), 395-412.
19
5.Pelecehan Seksual Terhadap Kaum Wanita
22
Sumera, M. (2013). Perbuatan Kekerasan/Pelecehan Seksual Terhadap
Perempuan. Lex et Societatis, 1(2).
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
Mokhamin,Min.http://masyarakatdlmislam.blogspot.com/2015/06/haki
kat-martabat-dan-tanggung-jawab.html (diakses pada tanggal 24
oktber 2022 pukul 20.12 WIB)
Martha,Ananda,http://www.academia.edu/27462641/MARTABAT_MA
NUSIA_DAN_TANGGUNG_JAW AB_MANUSIA diakses 24 oktober 2022
pukul 17.14 WIB
Fransiska,Puteri.https://www.slideshare.net/fransiskaputeri/semester-
2-agam-modul-manusia(diakses pada tanggal 25 oktober 2022 pukul
20.30 WIB )
Siringoringo ,Martua
https://pendalamanimankatolik.com/tag/martabat-manusia/diakses
pada tanggal 25 Okotober 2022 pukul 19.20 WIB
22