Anda di halaman 1dari 17

PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Geometri Proyektif

Geometri proyektif mulai dipelajari pada periode Renaissance, abad 14


sampai 16. Geometri proyektif muncul ketika seniman-seniman mencoba
teknik baru untuk memperoleh hasil yang bagus dalam memindahkan objek 3D
ke bentuk 2D. Sebelum adanya geometri proyektif, pelukis susah menampilkan
bagaimana melukis garis sejajar di atas kanvas. Seniman ingin menampilkan
garis sejajar, seperti pinggir jalan, karena sejajar pinggiran jalan tersebut,
terlihat berubah dalam lukisan dengan apa yang dilihat nyata oleh orang. Usaha
untuk mewujudkan gambar yang realistik di dunia ke dalam bentuk 2D
dipelajari oleh banyak seniman selama periode Renaissance. Salah satunya
adalah Albrecht Durer. Durer merupakan seniman yang terkenal di Jerman
yang bekerja sebagai pelukis dan pengukir kayu. Dia bekerja keras untuk
menampilkan secara nyata semua yang ada disekitarnya. Tujuan ini membawa
Durer untuk mempelajari geometri. Dia sebagai penemu aturan geometri untuk
merubah objek 3D ke bentuk 2D.
Kita dapat belajar banyak tentang bagaimana orang melihat cara kerja
dunia dengan seninya. Dalam lukisan, anak panah pemanah bergerak lurus
secara sempurna hingga ia mencapai puncaknya, pada saat mereka berhenti
tepat di titik, pada sudut yang tajam dan jatuh langsung ke bumi. Sebelum
masa renaisans gambar dan lukisan dimulai dengan representasi dari pelukis,
orang yang digambar akan lebih kecil dibandingkan sesungguhnya agar terlihat

1
nyata. Bahkan, Giotto, pelukis yang hidup dari sekitar 12661337 adalah yang
pertama menyadari bahwa ukuran relatif dan bentuk sesuatu harus dimodifikasi
dalam lukisan untuk membuatnya tampak lebih nyata. Tentu saja dia tidak tahu
persis bagaimana melakukan ini, sehingga beberapa lukisannya muncul sedikit
aneh (ada beberapa koreksi untuk perspektif, tapi itu dilakukan secara tidak
benar). Sungguh mengejutkan, karena semua orang sejak awal (sebelum pada
kenyataannya) pasti melihat orang-orang yang jaraknya jauh terlihat kecil.
Tentu saja ada alasan psikologis luar biasa untuk kesalahan representasi ini.
Kita "tahu" bahwa meskipun orang itu jauh, dia benarbenartetap dengan ukuran
yang sama. Gambar tentang yang lainnya (orang-orang, bangunan, atau
pegunungan) lebih kecil pada gambar, disebut gambar perspektif.
Sekarang kita tahu cara menggambar perspektif, ini benar-benar jelas
bahwa itu adalah cara yang "benar" untuk menggambar. Kita tahu bahwa jika
kita melihat sepasang rel kereta api di tanah datar terus ke cakrawala, sepasang
rel itu akan bertemu di sebuah titik, dan juga bahwa garis lintasannya akan
muncul lebih dekat di kejauhan, meskipun kita tahu bahwa di dunia nyata jarak
satu sama lain adalah sama. Tentang bagaimana membuat suatu pemandangan
dalam perspektif, ada cara yang mekanis untuk mendapatkan tampilan yang
sangat akurat. Hanya dengan menggunakan sepotong kaca, dan menjaga kepala
Anda di posisi yang sama persis (secara teknis, Anda harus menggunakan
hanya satu mata, dan menjaga pandangan Anda). Caranya, di mana pun Anda
melihat hijau melalui kaca, tandai cat hijau pada saat itu pada kaca. Cat merah
di mana Anda melihat merah, dan sebagainya, dan itu jelas bahwa jika Anda
dapat mencocokkan warna persis, Anda telah melukis sebuah pemandangan
pada kaca dalam perspektif yang sempurna. Jika Anda membayangkan bahwa
garis terang mengikuti ketika bergerak dari berbagai objek ke mata Anda
melalui kaca, sinar cahaya dari atas dan bawah dari sebuah objek akan
membuat sudut yang pada dasarnya menentukan ukuran gambar benda pada
kaca. Jika objek yang sama lebih jauh, sudut akan lebih kecil, sehingga gambar
pada kaca juga akan lebih kecil. Ini adalah ide dasar di balik gambar perspektif.
Dapat dilihat pada gambar berikut:

2
Melukis itu juga merupakan ide dasar di balik geometri proyektif, yang
mengatakan kepada kita bagaimana gambar-gambar benda pada kaca terkait
dengan posisi benda-benda di dunia nyata, ke posisi kaca, dan posisi mata.
Nama "Proyektif" berasal dari fakta bahwa pemandangan yang diambil dari
kenyataan menjadi "diproyeksikan" pada kaca. Kita mungkin berpikir, dari
sebuah proyektor dengan cara yang berlawanan, tentu saja slide proyektor dari
lampu bersinar terang melalui slide (kaca) ke layar. Tetapi jika kita mengganti
lampu dengan mata dan bayangkan sinar cahaya terbalik dan datang di objek,
mereka akan memproyeksikan citra dari objek yang ada pada slide. Ada yang
lebih dari geometri proyektif, tentu saja. Hanya untuk mengisyaratkan masalah
yang lebih sulit, bayangkan bahwa Anda adalah seorang pelukis dari suatu
seperti di atas, tapi salah satu subjek dalam pemandangan Anda adalah pelukis
lain yang melakukan perspektif menggambar di kanvasnya. Ketika Anda
menggambar di kanvas Anda apa yang ia ggambar, bagaimana gambar Anda
dari fotonya yang terkait dengan dunia nyata, karena telah mengalami dua
proyeksi? Dan jika ini tampaknya terlalu jauh, pertimbangkan ini: matahari
melemparkan bayangan di tanah, yang hanya proyeksi benda pada "kanvas"
dari tanah. Jika Anda seorang pelukis pemandangan dengan bayangan di tanah
dan Anda ingin membuat bayangan dengan benar, Anda benar-benar melukis
proyeksi. Geometri Proyektif bukan hanya bagian dari geometri Euclidean. Ini
mungkin tampak mirip karena tampaknya untuk menangani terutama dengan
proyeksi benda Euclidean pada bidang Euclidean. Tapi itu tidak semua.
Pikirkan tentang contoh kita dari sepasang rel kereta api berkumpul di
cakrawala. Dalam lukisan Anda dari lintasan, dua baris mewakili mereka
memenuhi di sebuah titik pada kanvas Anda, tapi apa titik yang mewakili di

3
dunia nyata? Jawabannya adalah bahwa hal itu merupakan titik "Jauh di
kejauhan" ke arah yang akan dituju lintasan (dengan asumsi, tentu saja, bahwa
dunia benar-benar datar dan meluas seluas-luasnya). Kita langsung tahu bahwa
sesuatu yang aneh sedang terjadi, karena geometri Euclidean tidak dilengkapi
dengan poin yang "jauh di takhingga", tetapi contoh ini menunjukkan bahwa
geometri proyektif tidak memiliki masalah sama sekali yang mewakili titik-
titik tersebut (atau setidaknya proyeksi mereka). Saat ini geometri proyektif
banyak digunakan dalam waktu cara yang sangat praktis setiap Anda melihat
gambar tiga dimensi pada layar komputer Anda, semua perhitungan untuk
menghasilkan citra realistik dihitung dengan menggunakan rumus geometri
proyektif. Sifat geometris pertama yang bersifat proyektif ditemukan pada abad
ketiga oleh Pappus of Alexandria. Geometri proyektif memiliki sejarah yang
sangat kompleks. Geometri ini mulai terkenal dan dijadikan sebagai bentuk
perkembangan formal pada abad 19 dan ini merupakan hasil perkembangan
dari geometri Euclid. Jika ditelusuri lebih lanjut berdasarkan konsep-konsep
dasarnya maka geometri ini muncul pada abad ke-14. Dan temuan ini juga
hampir sama dengan Euclid’s Elements yang diletakkan para ahli sebagai
fondasi geometri proyektif di abad 17. Disinilah sejarah geometri proyektif
menjadi menarik, dimana di abad 17 geometri ini tidak popular dikalangan
matematikawan. Dan pada abad 19 geometri proyektif menjadi terkenal dan
menjadi sorotan bagi semua matematikawan. Gemetri proyektif didefinisikan
secara sederhana sebagai sifat-sifat angka yang tetap atau tidak berubah
(invariant) dalam proyeksi. Proyeksi sendiri secara sederhana dapat
dicontohkan pada pengamatan yang dilakukan pada papan catur. Jika kita
melihat dari depan maka akan terlihat garis-garis yang ada adalah sejajar, tapi
ketika kita turunkan papan tersebut dan kita lihat dari sudut pandang yang lain
maka garis-garis tersebut terlihat seperti tidak parallel atau tak sejajar. Dari
sudut pandang geometri kegiatan tersebut merupakan sebuah proyeksi dari
bidang pada kotak-kotak papan catur. Geometri proyeksi adalah studi tentang
sifat dari garis-garis yang diproyeksikan. Pada abad ke-17 barulah ada seorang
matematikawan Perancis yang berusaha untuk mempelajari geometri proyektif,
Gerard Desargues (1591 – 1661) dianggap sebagai penemu sejati dari geometri

4
proyektif. Desargues adalah seorang insinyur dan arsitektur yang tertarik pada
konsep proyeksi. Tidak banyak yang dapat diketahui tentang kehidupan
Deargues. Keluarga (pihak ayah maupun pihak ibu) adalah keluarga kaya
selama beberapa generasi. Profesi keluarga adalah pengacara atau hakim di
Paris maupun di Lyon. Desargues sering pergi ke Paris dalam hubungannya
dengan proses hukum guna pemulihan hutang. Meskipun bangkrut, kelurganya
masih memiliki beberapa rumah besar di Lyon, puri dekat desa Vourles dan
kastil kecil yang dikelilingi oleh tanaman anggur. Pendidikan Desargues tidak
susah untuk sekolah tinggi dan mampu membeli buku-buku yang dia inginkan
dan mampu menikmati kesenangan apapun yang ingin dia reguk. Sebagai
penemu, Desargues, merancang tangga spiral dan pompa model baru, tapi
minat utama adalah geometri. Dia menemukan sesuatu yang baru, berbeda
dengan geometri Yunani, yang sekarang dieknal dengan nama “proyeksi” atau
geometri “modern”.
Karya-karya Desargues terkesan praktis dengan judul-judul seperti:
Perspekctif (1636), pemotongan batu untuk membangun gedung (1640) dan
penunjuk waktu terbuatdari batu/sundial (1640). Beberapa salinan karya
Desargues dicetak di Paris pada tahun1639, namun hanya satu yang dapat
diselamatkan, dan ditemukan kembali pada tahun 1951. Penyebab semua itu
adalah karyanya tidak diterima oleh kalangan matematikawan. Cara yang
dipakai Desargues untuk memasyarakatkan karya-karyanya adalah lewat surat
yang dikirim kepada teman-teman. Karya-karya itu hampir semua hilang
sampai tahun 1847, namun salah satu salinan dibuat oleh Phillipe de Lahire,
salah seoarng pengagum Desargues ditemukan di perpustakaan Paris. Karya-
karyanya tidak untuk konsumsi ilmuwan, yang mengikuti penjelajahan
imajinasi, tapi matematikawan “lapangan” dan ahliahli mesin, yang sulit
memahami makna dari karyakaryanya. Istilah-istilah yang digunakan, karena
ilmu baru, banyak diambil dari bidang ilmu-ilmu lain yang sudah mapan.
Sekali lagi, metode proyektif tidak sejalan dengan jaman, yang bertumpukan
hanya pada kemajuan aljabar dan analisis. Namun pada saat itu dia tidak
tertarik pada proyeksi matematika dasar. Sebaliknya dia sangat berminat pada
pendidikan seniman dan insinyur karena hal ini merupakan pekerjaannya yang

5
paling menonjol. Desargues bukan matematikawan tunggal yang mempelajari
geometri proyektif di abad ke-17 itu. Ada dua matematikawan lainnya yang
mengabdikan hidup mereka untuk mempelajari geometri tersebut. Blaise
Pascal dan Phillippe de Lahire merupakan dua orang yang sangat berminat
pada geometri ini. Pascal lebih cendrung dipengaruhi oleh Desargues dan dia
lebih berminat pada menyederhanakan sifat-sifat bagian kerucut. Pada saat itu
Pascal membuat suatu esai mengenai geometri proyektif tapi sayangnya esai
tersebut hilang sehingga kebenarannya sempat diragukan tapi sebelum esai
tersebut hilang Leibniz sempat membacanya. Pikiran yang brilian diberikan
oleh Pascal dan ahirnya lahir sebuah Teorema Pascal. Philippe de La Hire juga
sangat dipengaruhi oleh Desargues dan sangat tertarik pada geometri proyektif.
Ia sangat dikenal karena karyanya yang berjudul Sectiones Conicae (bagian
kerucut). Konsep ini semua ditangani dengan menggunakan geometri
proyektif. La Hire percaya bahwa metode proyektif jauh lebih kuat dari metode
Appolonios. Dengan menggunakan geometri ini dia berusaha membuktikan
364 dari teorema Appolonios. Dan dia berhasil membuktikan 300 teorema. Jika
diamati secara seksama maka sejarah geometri ini sangat menarik, sejak abad
17 dimana Desargues, Pascal dan La Hire berusaha menemukan teorema untuk
geometri ini dan selama lebih dari 100 tahun teorema itu tidak tersentuh oleh
siapapun. Berdasarkan sejarah yang ada sebenarnya hasil karya Desargues
sebenarnya memang tidak begitu dihargai oleh teman-temannya dan
lingkungannya pada waktu itu. Hal ini menyebabkan Geometri Proyeksi
menjadi tidak menarik atau tidak popular pada masanya. Berbeda sekali
dengan geometri analitik pada awal 18. Banyak sekalimat ematikawan yang
berminat untuk mempelajari geometri ini secara mendalam. Satu hal yang
menjadi alasan utama mengapa hasil pikiran Desargues tidak diminati adalah
karena geometri ini tidak ada kejelasannya. Bagaimana seseorang dapat
menghargai suatu karya kalau karya tersebut susah untuk dimengerti. Sejarah
mengaitkan ide-ide Desargues tidak popular dikalangan matematikawan karena
pada waktu itu Desargues memfokuskan teorema proyeksi hanya untuk
seniman dan pengrajin, dengan kata lain tidak ada kejelasan dalam hal
matematika dan itu membuat para matematikawan menjadi tidak antusias pada

6
idenya. Selain itu dalam ide-idenya, Desargues memakai istilah-istilah yang
rumit untuk dimengerti oleh orang lain hal ini dapat dilihat pada Project
Brouillon, salah satu hasil pekeraan Desargues. Walaupun diakui juga bahwa
ide Desargues sangat brilliant tapi hal ini menunda kemajuan geomteri selama
beberapa abad. Barulah pada abad ke 19 geometri proyeksi terlahir kembali
sebagai hasil perkembangan dari cabang geometri non-Euclid. Dan ini
mungkin ilmu yang lahir karena adanya suatu kebutuhan dimana pemikiran
manusia sudah mulai maju.
B. Gambaran Umum Geometri Proyektif
Geometri proyektif mempelajari tentang sifatsifat proyektif yang tidak berubah
dalam transformasi proyektif sehingga geometri ini berbeda dalam pengaturan,
ruang proyeksi dan beberapa konsep dasar geometri. Berikut adalah
perbedaan antara geometri proyektif dan geometri Euclid.
1. Secara intuisi, ruang proyektif memiliki titik lebih banyak daripada
ruang Euclid.
2. Dalam geometri proyektif tidak dibicarakan tentang sudut seperti dalam
geometri Euclid, karena sudut adalah contoh dari konsep yang berubah
dalam transformasi proyektif, seperti yang terlihat jelas dalam gambar
perspektif.
3. Geometri proyektif tidak didasarkan pada konsep jarak. Tidak terdapat
penggunaan jangka dalam geometri proyektif sehingga tidak membahas
tentang lingkaran.
4. Geometri proyektif menggunakan prinsip utama seni perspektif yaitu
garis sejajar berpotongan di tak hingga. Namun pada dasarnya,
geometri proyektif dapat dianggap sebagai perluasan dari geometri
Euclid. Geometri Euclid terkandung dalam geometri proyektif sehingga
teorema terpisah namun serupa di geometri Euclid dapat dibahas
bersama dalam kerangka kerja geometri proyektif. Misalnya, garis
sejajar dan garis berpotongan tidak perlu diperlakukan sebagai kasus
yang terpisah karena dua garis sejajar dalam geometri proyektif juga
memiliki titik potong. Titik potong dua garis sejajar adalah titik di tak
hingga.

7
C. Materi geometri
1. Pengertian pangkal geometri proyektif
Pengertian pangkal geometri proyektif adalah titik, garis dan relasi
insidensi. Contoh: Titik B. Garis c. Relasi Insidensi adalah relasi antara
titik dan garis seperti 'terletak di' atau memotong'. Sebagai contoh adalah
“titik P terletak pada garis L” atau “garis L1 memotong garis L2”. Artinya,
relasi tersebut adalah relasi biner yang menggambarkan bagaimana
obyekobyek geometri bertemu. Jadi suatu titik dan suatu garis dikatakan
insidensi jika titik itu terletak pada garis tersebut dan garis tersebut melalui
titik tadi.
2. Definisi-definisi geometri proyektif
a. Himpunan titik-titik disebut collinear jika setiap titik pada himpunan
tersebut insiden dengan garis yang sama.
b. Garis-garis yang insiden dengan titik yang sama disebut concurrent
Complete quadrangle adalah himpunan dari empat titik, yang tiga
diantaranya tidak collinear dan enam garis insiden dengan masing-
masing pasangan titik tersebut. empat titik tersebut disebut vertices
(titik sudut) dan enam garis tersebut disebut sides (sisi)
c. Dua sisi dari Complete quadrangle berlawanan jika titik insidennya
tidak berpotongan pada kedua garis.
d. Titik diagonal dari Complete quadrangle adalah titik yang insiden
dengan sisi yang berlawanan pada quadrangle.
e. Segitiga adalah himpunan tiga titik noncollinear dan tiga garis insiden
dengan setiap pasangan titik tersebut. titik-titik tersebut disebut vertices
dan garis tersebutdisebut sides (sisi)
f. Pencil of points adalah himpunan dari titik-titik yang insiden dengan
sebuah garis.
g. Pencil of line adalah himpunan garis yang insiden dengan sebuah titik.
3. Aksioma-aksioma dalam geometri proyektif
Aksioma 1: Terdapat sebuah titik dan sebuah garis yang tidak insiden.
Aksioma 2: Setiap garis insiden dengan minimal 3 titik berbeda.

8
Aksioma 3: Dua titik sebarang yang berbeda berinsiden hanya dengan 1
garis.
Aksioma 4: Jika A, B, C, D adalah 4 titik berbeda sedemikian hingga AB
berpotongan dengan CD, maka AC memotong BD.
Aksioma 5: Jika ABC adalah bidang maka terdapat paling sedikit 1 titik
tidak berada pada bidang tersebut.
Aksioma 6: Dua bidang sebarang yang berbeda memiliki paling sedikit 2
titik potong.
Aksioma 7: Tiga titik diagonal pada complete quadrangle tidak pernah
kolinear.
Aksioma 8: Jika suatu proyeksi memproyeksikan tiga titik invarian yang
segaris, maka hasil dari proyeksi setiap titik pada garis tersebut adalah titik
invarian.

Definisi: Titik-titik P1, P2, …… , Pn dikatakan kolinear jika terdapat


sebuah garis yang memuatnya.
Definisi : Jika A, B, C tiga titik yang berbeda dan nonkolinear, maka
bidang yang memuat A, B, C disebut bidang yang ditentukan oleh A, B, C.
Dan dinotasikan dengan ABC.
4. Teorema-Teorema dalam Geometri Proyektif
Teorema 1: Dua garis berbeda insiden dengan tepat satu titik.

Bukti:
Andaikan dua garis tersebut memiliki 2 titik potong A dan B. Berdasarkan
aksioma 3, setiap garis ditentukan oleh dua titik tersebut. Maka dua garis
tersebut sama (coincide). Hal ini kontradiksi dengan yang diketahui bahwa
2 garis tersebut berbeda. Jadi pengandaian salah. Yang benar kedua garis
hanya perpotongan di 1 titik.
Teorema 2: Sebarang dua garis berbeda yang sebidang memiliki
paling sedikit satu titik potong.

9
Bukti:
Misal diberikan garis AC dan BD. ACE adalah bidang yang memuat AC
dan BD. Titik E tidak pada AC dan BD. Karena bidang ACE ditentukan
oleh pensil garis yang melalui E dan memotong AC, sedangkan BD
menghubungkan 2 titik pada garis pensil berbeda. Misal: B pada EA
maka EA = BA. Titik D pada EC maka EC = CD. Maka BA berpotongan
dengan CD. Berdasarkan aksioma 4, AC dan BD memiliki titik potong.

Teorema 3: Jika titik A tidak terletak pada garis BC maka A, B, dan


C berbeda dan nonkolinear.

Bukti :
Garis BC memuat 2 titik sebarang yang berbeda B dan C. Andaikan A =
B. Karena B pada BC maka A juga pada BC. Hal ini kontradisi dengan
yang diketahui. Jadi pengandaian salah. Yang benar adalah A tidak sama
dengan B. Dengan cara yang sama berlaku bahwa pengandaian A = C
adalah salah. Jadi A, B, C berbeda. Andaikan A, B, C kolinear. Maka
berdasarkan definisi kolinear, terdapat garis yang memuat ketiga titik

10
tersebut, Misal A, B, C pada garis l, Karena l memuat B dan C, maka l =
BC …(aksioma 3) tetapi A juga pada garis l. Akibatnya A termuat pada
garis BC. Hal ini kontradiksi dengan yang diketahui. Jadi pengandaian
salah. Yang benar adalah A, B, C nonkolinear.

Teorema 4 : sebuah garis dan sebuah titik di luar garis hanya termuat
pada sebuah bidang

Teorema 5: Jika dua garis memiliki titik potong maka garis tersebut
sebidang

Bukti:
Misal diberikan garis l dan k dan A pada l, B pada k. Misal C = (l,k)
dengan C pada garis AC, Maka k = BC dan l = AC. Dari tiga titik yang
berbeda A, B dan C, dapat dibuat sebuah bidang.

Teorema 6: Jika dua bidang berpotongan maka perpotongannya


adalah sebuah garis

Bukti :
Misal diberikan 2 bidang berbeda U dan V yang berpotongan. Maka
terdapat 2 titik misal A dan B sedemikian hingga titik A dan B merupakan
2 titik persekutuan bidang U dan V….(aksioma 6). Dari A dan B dapat
dibuat garis AB….(aksioma 3). Jadi garis AB pada bidang U dan juga

11
garis AB pada bidang V. Akibatnya AB merupakan garis persekutuan
bidang U dan V. Karena dalam aksioma 6 hanya dikatakan bahwa minimal
perpotongan 2 bidang adalah 2 titik, maka memungkinkan terdapat titik
lain C dengan C pada bidang U dan C juga pada bidang V. Andaikan C
tidak pada garis AB. Maka AB dan C termuat pada 1 bidang ABC…
(teorema 4). Padahal AB dan C merupakan persekutuan 2 bidang U dan V.
Hal ini kontradiksi dengan yang diketahui bahwa bidang U dan bidang V
adalah 2 bidang yang berbeda. Akibatnya pengandaian salah, yang benar C
pada garis AB. Jadi hanya garis AB yang merupakan titik potong bidang U
dan V.
Akibat : Jika sebuah garis termuat pada dua buah bidang yang
berbeda, maka garis tersebut adalah perpotongan kedua bidang.

Teorema 7: Terdapat empat titik sebidang yang tiga diantaranya


tidak collinear

Bukti: Berdasarkan 3 aksioma pertama, terdapat 2 garis berbeda yang


memiliki titik potong dan masing-masing memuat paling sedikit 2 titik
selain titik potong tadi. Misal: EA memuat B, EC memuat D. Akan
dibuktikan A, B, C, D nonkolinear. Andaikan A, B, C kolinear. Maka E
pada AB akan kolinear dengan ketiga titik tersebut. Sehingga EA = EC.
Kontradiksi dengan permisalan bahwa EA tidak sama dengan EC. Jadi
permisalan salah, yang benar adalah A, B, C noncolinear

Prinsip Dualitas
Salah satu sifat yang istimewa dari geometri proyektif ialah prinsip
dualitasnya (principle of duality) yang menyatakan, bahwa dalam bidang
proyektif setiap definisi tetap berarti dan setiap dalil tetap benar, apabila

12
kita tukar kata titik dengan garis (terletak pada dengan melalui,
menghubungkan dengan memotong, segaris dengan berpotongan pada satu
titik). Dalam aksioma 1 dinyatakan bahwa “terdapat sebuah titik dan
sebuah garis yang tidak insiden”. Berdasarkan prinsip dualitas, dengan
mengganti istilah “titik” dengan“garis” dan istilah “garis” dengan “titik”
diperoleh dual aksioma 1 adalah aksioma 1 itu sendiri. Dengan cara yang
sama terhadap aksioma berikutnya, diperoleh teorema- teorema berikut.

Teorema 8: (dual aksioma 2) Sebarang titik insiden dengan minimal 3


garis berbeda

Bukti:
Berdasarkan aksioma 1, terdapat sebuah titik dan sebuah garis yang tidak
insiden, misal titik A dan garis BC tidak insiden. Berdasarkan aksioma 2,
garis BC memuat minimal 3 titik berbeda yaitu B, C dan D. Berdasarkan
aksioma 3, dapat dibuat garis AB, AC dan AD.

Teorema 9: (dual aksioma 3) Sebarang 2 garis berbeda insiden dengan


tepat 1 titik.
Teorema 10: (dual aksioma4) Jika a, b, c, d adalah 4 garis berbeda
sedemikian hingga a∩b segaris dengan c∩d, maka a∩c segaris dengan
b∩d
Teorema 11: (dual aksioma 7) 3 garis diagonal pada complete
quadrilateral tidak pernah konkuren
Perspektif
Elementary correspondence Pemetaan 1-1 antara Pencil of points dengan
pencil of lines disebut dengan Elementary correspondence jika setiap titik

13
pada Pencil of points insiden dengan garis yang koresponden dengan
pencil of lines

Perspektivity
Pemetaan 1-1 antara dua Pencil of points disebut perspektivitas jika garis
insiden dengan titik yang berkorespondensi dengan dua Pencil of points
concurrent. Titik dimana garis tersebut berpotongan disebut center of the
perspectivity
Pemetaan 1-1 antara dua Pencil of lines disebut perspektivitas jika titik
insiden dengan garis yang berkorespondensi dengan dua Pencil of lines
collinear. Garis yang memuat titik yang berpotongan disebut axis of the
perspectivity.
Aksioma Geometri Proyektif
Geometri Proyektif dinotasikan dengan PG (2, pn) dan didefinisikan
sebagai perluasan dari EG (2, pn) dimana untuk setiap dua garis yang
berbeda, berpotongan di sebuah titik yang berkorespondensi dengan
masing-masing garis parallel pencil [2]. Titik baru ini disebut titik di tak
hingga (points at infinity). Semua titik baru ini terdapat dalam sebuah garis
yang disebut dengan garis di tak hingga (line at infinity). Berikut ini adalah
sifat Geometri Proyektif.
Teorema
Geometri proyektif PG (2, pn) mempunyai s2 + s + 1 titik dan s2 + s + 1
garis. Setiap garis mengandung s + 1 titik, dan setiap titik terdapat di s + 1
garis. Setiap dua titik yang berbeda dihubungkan oleh satu garis yang unik
dan setiap dua garis yang berbeda berpotongan di satu titik yang unik.
Bukti :
Terdapat s2 titik dalam EG (2, pn) dan s + 1 titik di tak hingga (points
at infinity) (Teorema 1). Oleh karena itu, terdapatlah s2 + s + 1 titik.
Terdapat s2 + s garis dan satu garis di tak hingga (line at infinity). Oleh
karena itu, terdapatlah s2 + s + 1 garis.
Untuk setiap m ∈ GFpn, didapat sebuah parallel pencil (dari bentuk (i)
(Teorema 1.)) dengan kemiringan m. Setiap garis dari pencil mempunyai
persamaan y  mx   , dimana m adalah sama untuk setiap garis dari pencil
tetapi β berbeda untuk garis yang berbeda dari pencil. Titik di tak hingga
berkorespondensi dengan pencil ini dan dikoordinatkan oleh (m). Juga

14
terdapat sebuah parallel pencil dari bentuk (ii) (Teorema 1.) dengan
kemiringan ∞ . Titik yang berkorespondensi dikoordinatkan oleh ( ∞ ).
Garis di tak hingga dinotasikan oleh l ∞ . l ∞ mengandung s + 1 titik di
tak hingga. Setiap garis di dalam EG (2, p n) mengandung s titik dan titik di
tak hingga yang berkorespondensi dengan pencil. Maka garis y  mx  
mengandung titik (m) di tak hingga dan garis x = γ mengandung titik ( ∞ ).
Jadi setiap garis dalam PG (2, pn) mengandung s + 1 titik. Juga setiap titik
di dalam EG (2, pn) terkandung dalam s + 1 garis dalam EG (2, p n) dimana
satu titiknya terletak di satu parallel pencil. Sebuah titik di tak hingga
terkandung di setiap s garis dari parallel pencil yang saling
berkorespondensi dan juga terkandung di garis tak hingga. Jadi setiap titik
terkandung di tepat s + 1 garis.
Dua titik dalam EG (2, pn) dihubungkan oleh sebuah garis. Titik di tak
hingga terletak di l ∞ . Misal sebuah titik P dalam EG (2, p n) dan sebuah
titik di tak hingga Q ∞ . P terletak tepat di garis dimana Q ∞ berada. Garis
yang menghubungkan P dan Q ∞ adalah garis yang unik.
Dua garis yang tidak paralel dalam EG (2, pn) berpotongan di sebuah
titik yang unik dalam EG (2, pn). Dua garis yang paralel dalam EG (2, p n)
berpotongan di titik tak hingga yang berkorespondensi ke parallel pencil
dimana kedua garis itu berada. Garis di tak hingga dan sebuah garis dalam
EG (2, pn) berpotongan di titik tak hingga yang berkorespondensi ke
parallel pencil dimana garis dalam EG (2, pn) berada. Maka, dua garis
yang berbeda selalu berpotongan di sebuah titik yang unik.
Contoh 1
Geometri proyektif PG (2, 2) atas lapangan GF2. Geometri proyektif PG
2 2 n
(2, pn) mempunyai s + s+1 titik dan s + s+1 garis, dimana s= p .
Disini s=2 , gambar Geometri proyektif PG (2, 2)

Gambar.1
sehingga PG (2, 2) mempunyai 7 titik, yaitu :
(0), (1), ( ∞ ) , (0,0), (0,1), (1,0), (1,1)

15
2
Sedangkan jumlah garisnya adalah s + s+1=7 dan ditunjukkan dalam
tabel berikut:

Persamaan Titik-titik
Garis yang dihubungkan
y=0 (0,0), (1,0), (0)
y=1 (0,1), (1,1), (0)
y=x (0,0), (1,1), (1)
y = x+1 (1,0), (0,1), (1)
x=0 (0,0), (0,1), ( ∞ )
x=1 (1,0), (1,1), ( ∞ )
l∞ (0), (1), ( ∞ )

16
Daftar pustaka
https://lukman8.files.wordpress.com/2013/01/bab_6_geometri_proyektif.pdf
Bhattacarya,P.B,Jain,SR.Nagpaul,Basic Abstract Algebra,Cambrige University
Press,USA, 1994
Bose R. C. & Manvel, B, Introduction to Combinatorial Theory, John Wiley &
Sons, New York, 1984.
Marshall Hall, Jr, Combinatorial Theory, Second Edition, John Wiley & Sons,
New York, USA. P, 1986

17

Anda mungkin juga menyukai