Anda di halaman 1dari 15

GEOMETRI PROYEKTIF

SISTEM-SISTEM GEOMETRI

Dosen Pengampu : Harina Fitriyani S.Pd., M.Pd

Disusun oleh :

Nazhifa Hana Rafida (2000006003)

Elsa Fahira (2000006008)

PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

2022
A.Sejarah Perkembangan Geometri Proyektif

Geometri proyektif adalah cabang geometri yang mempelajari sifat-sifat dan konfigurasi
geometri yang tidak mengalami perubahan bila diproyeksikan. Pada tugas akhir ini, dibahas
mengenai aksioma bidang geometri proyektif, prinsip dualitas, perspektivitas dan proyektivitas,
perbandingan rangkap, dan himpunan harmonis. Karena hanya geometri satu dan dua dimensi
yang dibahas, setiap teorema diilustrasikan oleh sebuah diagram gambar. Kemudian, dibahas
tentang aplikasi geometri proyektif di bidang teknik, khususnya di bidang konstruksi, dan sistem
koordinat homogen pada bidang proyektif

Geometri proyektif mulai dipelajari pada periode Renaissance, abad 14 sampai 16.
Geometri proyektif muncul ketika seniman-seniman mencoba teknk baru untuk memperoleh
hasil yang bagus dalam memindahkan objek 3D ke bentuk 2D. Sebelum adanya geometri
proyektif, pelukis susah menampilkan bagaimana melukis garis sejajar di atas kanvas.

Salah satunya adalah Albrecht Durer. Durer merupakan seniman yang terkenal di Jerman
yang bekerja sebagai pelukis dan pengukir kayu. Dia bekerja keras menampilkan secara nyata
semua yang ada di sekitarnya. Tujuan ini membawa Durer untuk merubah objek 3D ke bentuk
2D.

Melukis itu juga merupakan ide dasar dibalik geometri proyektif, yang mengatakan
kepada kita bagaiamana gambar-gambar benda pada kaca terkait dengan posisi benda-benda di
dunia nyata, ke posisi kaca, dan posisi mata. Nama “Proyektif” berasal dari fakta bahwa
pemandangan yang diambil dari kenyataan menjadi “diproyeksikan” pada kaca. Geometri
Proyektif bukan hanya bagian dari Geometri Euclid. Ini mungkin tampak mirip karena
tampaknya untuk mengangani terutama dengan proyeksi benda Euclidean pada bidang
Euclidean. Tapi itu tidak semua.

Sifat geometri pertama yang bersifat proyektif ditemukan pada abad ketiga oleh Pappus
of Alexandria. Geometri Proyektif memiliki sejarah yang sangat kompleks. Geometri ini mulai
terkenal dan dijadikan sebagai bentuk perkembangan formal pada abad 19 dan ini merupakan
hasil perkembangan dari geometri Euclid. Jika ditelesuri lebih lanjut berdasarkan konsep-konsep
dasarnya maka geometri ini muncul pada abad ke-14

Pada abad ke-17 barulah ada seorang matematkawan Perancis yang berusaha untuk
mempelajari Geometri Proyektif, Gerard Desargeus (1591-1661)dianggap sebagai penemu sejati
dari geometri prooyektif. Desargeus adalah seorang insyiru dan arsiteltur yang tertarik pada
konsep proyeksi. Karya-karya Desargeus terkesan praktis membangun gedung (1640) dan
penunjuk wakti terbuat dari batu/sundial (1640)

Desargues bukan matematikawan tunggal yang mempelajari geometri proyektif di abad


ke-17 itu. Ada dua matematikawan lainnya yang mengabdikan hidup mereka untuk mempelajari
geometri tersebut. Blaise Pascal dan Phillippe de Lahire merupakan dua orang yang sangat
berminat pada geometri ini. Pascal lebih cenderung dipengaruhi oleh desargeus dan dia lebih
berminat pada menyederhanakan sifat-sifat bagian kerucut. Pada saat itu Pascal membuat suatu
esai mengenai kebenarannya sempat diragukan tapi sebelum esai tersebut hilang Leibnix sempat
membacanya. Pikiran yang brilian diberikan oleh Pascal dan akhirnya lahir sebuah Teorema
Pascal

B. Tokoh-tokoh dalam Geometri Proyektif

1. Gerard Desargeus

Lahir pada tanggal 21 Februari 1591 di Lyon, Perancis dan meninggal pada bulan September
1661 di Lyon, Perancis. Desargues merupakan seorang matematikawan Perancis yang dianggap sebagai
salah seorang pendiri geometri Proyektif. Pada saat di Paris, Desargues menjadi bagian dari kumpulan
matematika Marin Mersenne (1588-1648). Dalam kumpulan ini juga termasuk Descartes (1597– 1650),
Etienne Pascal (1588 – 1651) dan anaknya Blaise Pascal (1623 – 1662).
Pada dasarnya kumpulin ini hanya dibaca oleh sahabat-sahabat mereka, namun Desargues telah
mempersiapkan untuk mempublikasikan hasil kerjanya yang diterbitkan oleh Abraham Bosse (1602–
1676) yang kini dikenang sebagai pemahat terbaik tetapi juga sebagai seorang guru perspektif. Desargues
menulis subjek “practical” seperti perspektif (1636), pemotongan kayu untuk digunakan dalam bangunan
(1640) dan sundial (1640). Tulisannya memiliki isi dan teori yang padat dalam pendekatan mereka
terhadap subjek yang bersangkutan. Desargues terkenal dengan teorema Desarguesnya pada tahun 1636.
Jelas bahwa, meskipun tekadnya untuk menjelaskan hal-hal ini dalam bahasa, dan tanpa referensi
langsung ke teorema atau kosakata matematika Kuno, Desargues sangat menyadari pekerjaan geometers
kuno, misalnya Apollonius dan Pappus. Dia memilih untuk menjelaskan dirinya sendiri berbeda, mungkin
karena pengakuan bahwa karyanya sendiri juga sangat berhutang kepada tradisi praktis, khusus untuk
studi perspektif (yang merupakan bentuk proyeksi kerucut).
2. Pappus of Alexandria

Pappus of Alexandria (Yunani c.290 – c.350) adalah salah seorang ahli matematika Yunani yang
terkenal. Pappus lahir di Alexandria, Mesir sekitar 290 AD. Pappus terkenal denganbuku yang berjudul
Synagoge atau Collection (c.340), dan teorema Pappus dalam geometri proyektif. Tidak banyak yang
diketahui dari hidupnya kecuali dia mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Hermodorus
sebagai guru di Alexandria (dari tulisan Pappus sendiri). Collection merupakan hasil karya Pappus yang
sangat terkenal yang berisi ringkasan/ikhtisar matematika. The Collection diperkirakan ditulis pada
sekitar tahun 340 (sebagian menaksir tahun 325) yang terdiri dari 8 buku.
Buku I: berisi ulasan tentang aritmatika yang tidak ditemukan.
Buku II: sebagian hilang tapi diketahui berisi bahasan tentang metode menangani bilangan-bilangan
besar.
Buku III: berisi masalah geometri, bidang dan ruang.
Buku IV: Pada awalnya adalah generalisasi yang terkenal dari Euclid, kemudian diikuti berbagai teorema
lingkaran, yang mengarah pada masalah pembangunan sebuah lingkaran yang akan membatasi tiga
lingkaran yang diberikan, menyentuh masing-masing dua lainnya. Buku IV berisi bentuk-bentuk kurva
termasuk di sini adalah bentuk spiral dari Archimedes dan kuadratrik dari Hippias.
Buku V: diawali dengan bagaimana lebah membangun sarangnya (bentuk segienam). Buku ini juga
berisikan problem tentang isoperimeter, termasuk peragaan bahwa lingkaran mempunyai luas Geometri
proyektif Page 133 lebih besar dibandingkan dengan poligon bentuk apapun.
Buku VI dan buku VII: merangkum buku-buku matematikawan lain seperti: Throdosius, Autolycus,
Aristarchus, Euclid, Apollonius, Aristaeus dan Eratoshenes
Buku VI: Berisi aplikasi matematika dalam astronomi, optik dan mekanika.
Buku VII: tentang sejarah matematika. Melalui generalisasi, Pappus hampir menemukan prinsip dasar
geometri analitik.
Buku VIII: adalah aplikasi matematika pada bidang astronomi, optik dan mekanika.

3. Blaise Pascal (1623– 1662)


Blaise pascal lahir pada tanggal 19 juni 1623 di Clermont, Ferrand dan meninggal dunia pada
tanggal 19 Agustus 1662 merupakan seorang matematikawan dari Perancis, fisikawan, penemu, penulis,
dan filsafat katolik. Ayahnya barnama Etienne Pascal seorang hakim dan Ibunya Antoinette Begon.
Blaise Pascal menulis risalah singkat tentang apa yang disebut “Mystic Hexagram”, “Essai pour les
coniques“, “Essay on Conics” dan mengirimnya ke Pere Mersenne di Paris yang sampai sekarang kita
kenal sebagai teorema Pascal. Dia menciptakan dua daerah penelitian baru. Dia menulis risalah pada
subjek geometri 136 proyektif pada usia 16 tahun, dan kemudian berhubungan dengan Pierre de Fermat
pada teori peluang, sangat mempengaruhi perkembangan ekonomi modern dan ilmu social.

4. Philippe De La Hire
Lahir pada tanggal 18 Maret 1640 di Paris, Perancis dan meninggal dunia pada tanggal 21 April
1718 di paris, Perancis. Ayah Philippe De La Hire bernama Laurent De La Sewa (27 Februari 1606–28
Desember 1656). Ia merupakan seorang pelukis dengan cara berbeda. Ia menjadi professor di Akademika
Lukisan dan Patung. La Hire berangkat ke Venesia pada tahun 1660 dan menghabiskan empat tahun
untuk mengembangkan keterampilan artistic dan belajar geometri. La Hire menulis buku metode grafis
(1673), conic section (1685), sebuah risalah epicycloids (1694), roulettes (1702), conchoids (1708).
Karya-karyanya conic section dan epicycloids ditemukan pada pengajaran Desargues dimana ia
merupakan salah seorang pengagum Desargues.

5. Gaspard Monge
Lahir pada tanggal 9 mei 1746 di Beaune, Bourgogne dan meninggal dunia pada tanggal 28 Juli
1818. Gaspard merupakan seorang ahli 138 matematika Perancis, revolusioner, dan penemu geometri
deskriptif. Ayahnya bernama Jacques Monge, seorang pedagang yang berasal dari Haute-Savoie di
tenggara Perancis. Ibunya bernama Jeanne Rousseaux adalah penduduk asli dari Burgundy. Karya-karya
Monge pada akhir abad 18 dan awal abad 19 penting bagi perkembangan geometri proyektif selanjutnya.
Awal abad 19 geometri proyektif merupakan batu loncatan dari geometri analitik ke geometri aljabar.

6. Filippo Brunelleschi
Lahir pada tahun 1377 di Florence, Italia dan meninggal pada tanggal 15 April 1446. Filippo
adalah seorang arsitek terkemuka dan insinyur dari Renaissance Italia. Ia paling terkenal atas penemuan
perspektif linear dan merancang kubah Katedral Florence, selain itu juga berprestasi di bidang karya seni
perunggu, arsitektur (gereja dan kapel, benteng, rumah sakit, dll), matematika, teknik (mesin, hidrolik,
mekanisme jarum jam, teater mesin, dll) dan bahkan desain kapal. Selain itu, Filippo juga dikenal sebagai
penemu perspektif linier. Lukisan-lukisan yang dikenal pertama dalam linier optic geometris perspektif
dibuat oleh Filippo sekitar tahun 1425.
7. Jean Victor Poncelet (1788– 1867)
Jean Victor Poncelet adalah seorang matematikawanPerancis, dianggap sebagai bapak geometri
modern dan telah memiliki dampak signifikan dalam bidang geometri proyektif. Jean Victor Poncelet
lahir di Metz, Perancis tanggal 1 Juli 1788. . Jean Victor Poncelet ditawan saat berperang dalam
kampanye Rusia Napoleon. Selama 2 tahun penangkaran, ia bekerja pada bidang matematika dalam
geometri proyektif (bangunan dari ide-ide Desargues dan Pascal) tetapi risalahnya tidak dipublikasikan. Ia
memisahkan sifat proyektif Geometri proyektif Page 141 suatu obyek dan membangun hubungan antara
sifat metrik dan proyektif. Dia dianggap sebagai pembangun kembali geometri proyektif, karyanya
“Traite des proprietes projectives des figures” dan “Applications d’analyseet de geometrie”. Jean Victor
Poncelet mempelajari conic section dan mengembangkan prinsip dualitas.
8. Jacob Steiner
Jacob Steiner lahir tahun 1796 anak dari Niklaus Steiner dan Anna Barbara Weber. Jacob Steiner
adalah seorang ahli geometri Swiss yang juga memiliki dampak signifikan terhadap geometri proyektif.
Karyanya melanjutkan pekerjaan Poncelet yang dikembangkan menjadi teorema Poncelet-Steiner. Ide-ide
dan teoremanya mendorong pertumbuhan geometri proyektif Karya Poncelet, Steiner dan lainlain tidak
dimaksudkan untuk memperpanjang geometri analitik. Teknik seharusnya sintetik: di ruang efek
proyektif seperti sekarang dipahami adalah diperkenalkan secara aksiomatik.
C. Gambaran Umum Geometri Proyektif
Geometri proyektif mempelajari tentang sifatsifat proyektif yang tidak berubah dalam
transformasi proyektif sehingga geometri ini berbeda dalam pengaturan, ruang proyeksi dan beberapa
konsep dasar geometri. Berikut adalah perbedaan antara geometri proyektif dan geometri Euclid.
1. Secara intuisi, ruang proyektif memiliki titik lebih banyak daripada ruang Euclid.
2. Dalam geometri proyektif tidak dibicarakan tentang sudut seperti dalam geometri Euclid, karena sudut
adalah contoh dari konsep yang berubah dalam transformasi proyektif, seperti yang terlihat jelas dalam
gambar perspektif.
3. Geometri proyektif tidak didasarkan pada konsep jarak.
4. Tidak terdapat penggunaan jangka dalam geometri proyektif sehingga tidak membahas tentang
lingkaran.
5. Geometri proyektif menggunakan prinsip utama seni perspektif yaitu garis sejajar berpotongan di tak
hingga. Namun pada dasarnya, geometri proyektif dapat dianggap sebagai perluasan dari geometri Euclid.
Geometri Euclid terkandung dalam geometri proyektif sehingga teorema terpisah namun serupa di
geometri Euclid dapat dibahas bersama dalam kerangka kerja geometri proyektif. Misalnya, garis sejajar
dan garis berpotongan tidak perlu diperlakukan sebagai kasus yang terpisah karena dua garis sejajar
dalam geometri proyektif juga memiliki titik potong. Titik potong dua garis sejajar adalah titik di tak
hingga.
D. Materi geometri.
1. Pengertian pangkal geometri proyektif
Pengertian pangkal geometri proyektif adalah titik, garis dan relasi insidensi. Contoh: Titik B.
Garis c. Relasi Insidensi adalah relasi antara titik dan garis seperti 'terletak di' atau 'memotong'. Sebagai
contoh adalah “titik P terletak pada garis L” atau “garis L1 memotong garis L2”. Artinya, relasi tersebut
adalah relasi biner yang menggambarkan bagaimana obyekobyek geometri bertemu. Jadi suatu titik dan
suatu garis dikatakan insidensi jika titik itu terletak pada garis tersebut dan garis tersebut melalui titik
tadi.
2. Definisi-definisi geometri proyektif
a. Himpunan titik-titik disebut collinear jika setiap titik pada himpunan tersebut insiden dengan garis yang
sama.
b. Garis-garis yang insiden dengan titik yang sama disebut concurrent
c. Complete quadrangle adalah himpunan dari empat titik, yang tiga diantaranya tidak collinear dan enam
garis insiden dengan masing-masing pasangan titik tersebut. empat titik tersebut disebut vertices (titik
sudut) dan enam garis tersebut disebut sides (sisi)
d. Dua sisi dari Complete quadrangle berlawanan jika titik insidennya tidak berpotongan pada kedua
garis.
e. Titik diagonal dari Complete quadrangle adalah titik yang insiden dengan sisi yang berlawanan pada
quadrangle.
f. Segitiga adalah himpunan tiga titik noncollinear dan tiga garis insiden dengan setiap pasangan titik
tersebut. titik-titik tersebut disebut vertices dan garis tersebutdisebut sides (sisi)
g. Pencil of points adalah himpunan dari titiktitik yang insiden dengan sebuah garis.
h. Pencil of line adalah himpunan garis yang insiden dengan sebuah titik.
3. Aksioma-aksioma dalam geometri proyektif
a. Aksioma 1: Terdapat sebuah titik dan sebuah garis yang tidak insiden.
b. Aksioma 2: Setiap garis insiden dengan minimal 3 titik berbeda.
c. Aksioma 3: Dua titik sebarang yang berbeda berinsiden hanya dengan 1 garis.
d. Aksioma 4: Jika A, B, C, D adalah 4 titik berbeda sedemikian hingga AB berpotongan dengan CD,
maka AC memotong BD.
e. Aksioma 5: Jika ABC adalah bidang maka terdapat paling sedikit 1 titik tidak berada pada bidang
tersebut.
f. Aksioma 6: Dua bidang sebarang yang berbeda memiliki paling sedikit 2 titik potong.
g. Aksioma 7: Tiga titik diagonal pada complete quadrangle tidak pernah kolinear.
h. Aksioma 8: Jika suatu proyeksi memproyeksikan tiga titik invarian yang segaris, maka hasil dari
proyeksi setiap titik pada garis tersebut adalah titik invarian.
4. Teorema-Teorema dalam Geometri Proyektif
Teorema 6.1:
Dua garis berbeda insiden dengan tepat satu titik.

Bukti: Andaikan dua garis tersebut memiliki 2 titik potong A dan B. Berdasarkan aksioma 3, setiap garis
ditentukan oleh dua titik tersebut. Maka dua garis tersebut sama (coincide). Hal ini kontradiksi dengan
yang diketahui bahwa 2 garis tersebut berbeda. Jadi pengandaian salah. Yang benar kedua garis hanya
perpotongan di 1 titik.
Teorema 6.2:
Sembarang dua garis berbeda yang sebidang memiliki paling sedikit satu potong.

Bukti:
Misal diberikan garis AC dan BC. ACE adalah bidang yang memuat AC dan BD . Titik E
tidak pada AC dan BD . Karena bidang ACE ditentukan oleh pensil garis yang melalui E dan
memotong AC , sedangkan BD menghubungkan 2 titik pada garis pensil berbeda. Misal B pada
EA maka EA=BA. Titik D pada CD . Berdasarkan aksioma 4, garis AC dan BD memiliki titik
potong.

Teorema 6.3:
Jika titik terletak pada garis BD maka A, B, dan C berbeda dan nonkolinear.

Bukti:
Garis BC memuat 2 titik sebarang yang berbeda B dan C. Andaikan A = B. Karena B
pada BC maka A juga pada BC. Hal ini kontradiksi dengan yang diketahui. Dengan cara yang
sama berlaku bahwa pengadaian A = C adalah salah. Jadi A, B, C berbeda. Maka berdasarkan
definisi kolinear, terdapat garis yang memuat ketiga titik tersebut, misal A, B, C pada garis 1,
karena 1 memuat B dan C, maka 1 = BC (aksioma 3) tetapi A juga pada garis 1. Akibatnya A
termuat pada garis BC, hal ini kontradiksi dengan yang diketahui. Jadi pengandaian salah, yang
benar adalah A, B, C nonkolinear.

Teorema 6.4:
Sebuah garis dan sebuah titik di luar garis hanya termuat pada sebuah bidang.

Teorema 6.5:
Jika dua garis memiliki titik potong maka garis tersebut sebidang.

Bukti:
Misal diberikan garis 1 dan K dan A pada I, B pada K. Misal C = (I,K) dengan C pada
garis AC, Maka k = BC I = BC dan I = AC dari tiga titik yang berbeda A, B, dan C dapat dibuat
sebuah bidang.

Teorema 6.6:
Jika dua bidang berpotongan maka perpotongannya adalah sebuah garis.

Bukti:
Misal diberikan 2 bidang berbeda U dan V yang berpotongan maka terdapat 2 titik misal
A dan B sedemikian hingga titik A dan B merupakan 2 titik persekutuan bidang U dan V
(aksioma 6). Dari A dan B dapat dibuat garis AB (aksioma 3). Jadi garis AB pada bidang bidang
U dan juga garis AB pada bidang V. Akibatnya V, karena dalam aksioma 6 hanya dikatakan
bahwa minimal perpotongan 2 bidang adalah 2 titik, maka memungkinkan terdapat titik lain C
dengan C padang bidang U dan C juga pada bidang V. Andaikan C tidak pada garis AB, maka
AB dan C termuat pada 1 bidang ABC. (aksioma 6.4). padahal AB dan C merupakan
persekutuan 2 bidang U dan V. Hal ini kontadiksi dengan yang diketahui bahwa bidang U dan
bidang V adalah 2 bidang yang berbeda. Akibatnya pengadaian salah, yang benar C pada garis
AB. Jadi hanya garis AB yang merupakan titik potong bidang U dan V.

Akibat:
Jika sebuah garis termuat pada 2 buah bidang yang beda, maka garis tersebut adalah
perpotongan kedua bidang.

Teorema 6.7:
Terdapat empat titik sebidang yang tiga diantaranya tidak kolinier.

Bukti:
Berdasarkan 3 aksioma pertama, terdapat 2 garis berbeda yang memiliki titik potong dan
masing-masing memuat paling sedikit 2 titik selain titik potong tadi. Misal: EA memuat B, EC
memuat D. Akan dibuktikanA,, B, C, D nonkolinear. Andaikan A, B, C kolinear, maka E pada
AB akan kolinear dengan ketiga titik tersebut. Sehingga EA = EC kontradiksi dengan permisalan
salah, yang benar adalah A, B, C non-kolinear.

Teorema 6.8:
Sebarang titik insiden dengan minimal 3 garis berbeda.

Bukti:
Berdasarkan aksioma 1, terdapat sebuah titik dan sebuah garis yang tidak insiden.
Berdasarkan aksioma 2, garris BC memuat minimal 3 titik berbeda yaitu B, C, dan D.
Berdasarkan askisoma 3, dapat dibagi garis AB, AC, dan AD.

Teorema 6.9: (dual aksioma 3 )


Sebarang 2 garis berbeda insiden dengan tepat 1 titik.

Teorema 6.10 (dual aksioma 4)


Jika a, b, c, d adalah 4 garis berbeda sedemikian hingga a ∩b segaris dengan c ∩d , maka
a ∩ c segaris dengan b ∩ d .

Teorema 6.11 (dual aksioma 7)


3 garis diagonal pada complete quadrilateral tidak pernak konkruen.

Perspektivitas
Pemetaan 1-1 antara dua pencil of points disebut perspektivitas jika garis insiden dengan
titik yang berkorespondensi dengan dua pencil of points konkruen. Titik dimana garis tersebut
berpotongan disebut pusat dari perpektivitas. Pemetaan 1-1 antar dua pencil of lines disebut
perpektivitas jika titik insiden dengan garis yang berkorespondensi dengan dua pencil of lines.
Garis yang memuat titik yang berpotongan disebut sumbu perpektivitas.

Proyektif
Proyektivitas adalah perluasan dari perspektivitas. Dua bangun F dan F’ dikatakan
proyektivitas jika yang satu dapat diperoleh dari yang lain dengan suatu transformasi proyektif,
yaitu jika ada deretan bangun berhingga F1, F2, ..., FK sedemikian hingga F perfektif dengan F1,
F1 perpektif F2, dan seterusnya hingga FK perspektif dengan F’. Dapat juga dikatakan bahwa
proyektivitas adalah hasil kali dari perspektivitas. Dua buah bangunan F dan F’ yang perspektif
O
dari suatu titik O dinyatakan dengan F F’ dan dua bangun yang perspektif dari suatu garis

dinyatakan dengan F∧ F’ Maka jika F∧ F1∧ F2∧ F3∧ ……∧ Fk∧ F’, dikatakan F dan F’
proyektif dan dinyatakan dengan F∧ F’. Antara dua bangun yang proyektif selalu ada
korespondensi satu-satu antara unsurunsurnya. Perspektivitas adalah keadaan khusus dari
proyektivitas.

Teorema Desargues
Dalam ruang proyektif, 2 segitiga berada pada perspektif aksial, jika dan hanya jika
keduanya berada pada perspektif terpusat Atau dapat dinyatakan sebagai: AB∩ ab, AC ∩ac ,
BC ∩bc kolinear, jika dan hanya jika Aa, Bb, Cc kongkuren.

Bukti :
Bukti jika Aa, Bb, Cc konkruen maka AB ∩ ab, AC ∩ac , dan BC ∩bc kolinear:
Garis (AB) dan (ab) berpotongan karena keduanya terletak pada bidang yang dibentang
oleh A, B, a, b. Misal x = (AB) ∩ (ab). (A, B) terletak pada bidang yang memuat segitiga ABC.
(a.b) terletak pada bidang yang memuat segitiga abc. Maka x terletak di perpotongan bidang
(misal garis h). Jadi x pada garis h….(*). Dengan cara yang sama berlaku untuk dua titik
perpotongan lainnya yaitu y = (AC) ∩ (a.c) , z = (BC) ∩ (b.c) Maka y, z pada garis h….(**).
Dari (*) dan (**) maka x, y, z kolinear. Maka “jika AB∩ ab, AC ∩ac , dan BC ∩bc kolinear
maka Aa, Bb, Cc konkuren” terjamin kebenarannya. Maka terbukti bahwa sifat implikasi yang
terdapat pada teorema Desargues berlaku.

Teorema Pappus
Jika diberikan himpunan tiga titik A1, A2, A3 kolinear dan himpunan tiga titik B1, B2,
B3 yang juga kolinear, maka titik X = A1B2∩A2B1, Y = A1B3∩A3B1, dan Z = A2B3∩A3B2
adalah kolinear.

Bukti:
B1 A1 B1 A1
A2A3 xy B2B3 sehingga A2A3 ∧ B2B3 dan A1A2A3 xyz B1B2B3
∧ ∧ ∧ ∧
sehingga A1A2A3 ∧ B1B2B3 dan karena A1, A2, A3 kolinear begitu juga B1,B2,B3 kolinear
akibatnya x, y, z kolinear.

Dualitas Teorema Pappus:


Diberikan himpunan garis konkuren A, B, C, dan himpunan garis konkuren a,b, c, maka
garis x, y, z yang secara terurut didefinisikan oleh pasangan titik potong A∩b dan a∩B, A∩c dan
a∩C, B∩c dan b∩C adalah konkuren.
Teorema Pascal :
Jika titik- titik A1, A2, A3, B1, B2, B3 terletak pada lingkaran, maka X = A1B2∩A2B1,
Y = A1B3∩A3B1, Z = A2B3∩A3B2 kolinear.

E. Aplikasi Geometri Proyektif

Kamera lubang jarum (Pinhole)


Sebuah kamera lubang jarum memberikan ilustrasi perspektif yang sangat bagus. Sebuah
kamera lubang jarum hanya kotak lampu-ketat dengan satu film melekat di dalam wajah dan
dengan lubang jarum pada wajah berlawanan yang tercakup sampai kita ingin mengambil foto.
Untuk mengambil foto, titik lubang jarum di arahkan yang benar, menangkap sampai film benar
terkena, tutup lagi, kemudian keluarkan dan mengembangkan film di kamar gelap.

Dalam dunia nyata, lubang jarum harus memiliki beberapa daerah, dinding kamera
dengan beberapa ketebalan, dan ketika cahaya nyata melewatilubang kecil, itu terdifraksi, atau
tersebar sedikit, tergantung pada ukuran dan bentuk lubang., titik adalah lubang jarum di depan
kamera, dan film terpasang ke sisi berlawanan kotak.

Anda mungkin juga menyukai