Islam telah mengatur secara sempurna mengenai tata cara menyembelih hewan, terutama hewan
kurban. Penyembelihan hewan kurban memang harus dilakukan sesuai syariat Islam.
“Dan janganlah kamu sekalian memakan daging binatang-binatang yang tidak disebut Nama Allah ketika
menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan.” (QS. Al An’am
ayat 121)
“Allahumma shalli ala sayyidina muhammad, wa ala ali sayyidina muhammad.” Menghadap ke arah
kiblat (bagi hewan yang disembelih dan orang yang menyembelih).
ke sisi kiri dengan bagian kepala menghadap ke arah kiblat. Saat merobohkan hewan yang akan
disembelih, harus dengan cara yang baik, tidak kasar, tidak dibanting, tidak diinjak, tidak ditarik ekor
atau kepalanya.
4) Kemudian, orang yang menyembelih qurban (dzabih) dianjurkan agar menginjakkan kaki di
bagian samping hewan.Para ulama menganjurkan agar membiarkan kaki kanan hewan bergerak.
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berqurban dengan dua domba yang berwarna putih yang ada
hitamnya, dan bertanduk, beliau menyembelihnya dengan tangannya, menyebut nama Allah dan
bertakbir, dan meletakkan kakinya di bagian samping kambing.” (HR. al-Bukhari, 5558 dan Muslim,
1966 )
Setelah membaca ‘Bismillah Allahu Akbar’, penyembelih hewan qurban dibolehkan membaca salah satu
di antara bacaan berikut ini:
bagian depan (posisinya di sisi bawah jakun), meliputi; saluran pernapasan atau hulqum, saluran
makanan atau mari’, dua pembuluh darah atau wadajaain (dua otot yang ada di samping kanan dan kiri).
9) Setelah disembelih, hewan qurban tidak boleh diproses lebih lanjut, tidak boleh diikuti, serta
tidak boleh dipotong ekornya, kakinya dan kepalanya, kecuali diyakini telah mati dengan
sempurna.
1) Sebelum dipotong hewan perlu diistirahatkan dalam suasana tenang; jika gelisah atau stres akan
mempengaruhi proses penuntasan darah yang akhirnya berakibat buruk terhadap mutu daging.
2) Pengangkutan ternak dilakukan dengan hati-hati mengingat adanya kesejahteraan hewan
(Mencegah hewan stress dan memperhatikan animal welfire).
3) "Conditioning", meliputi masa penenangan dan masa puasa. kondisi hewan tenang sebelum
dipotong supaya saat disembelih darah dapat keluar sebanyak mungkin, dan membuat proses
rigor mortis berlangsung lebih cepat dan merata serta menghasilkan mutu daging yang lebih
baik daripada tanpa masa penenangan.
PEMERIKSAAN ANTEMORTEM
hewan yang akan dipotong diperiksa terlebih dahulu kondisi fisik umumnya. Pemeriksaan ini bertujuan
untuk menentukan apakah hewan menunjukkan adanya penyakit atau kelainan-kelainan yang
berpengaruh pada mutu daging, apakah ada gejala yang menunjukkan indikasi terhadap organ-organ
tertentu/bagiang-bagiannya yang memerlukan penelitian yang mendalam, misalnya meningitis, tetanus,
rabies.
Secara umum yang harus diteliti pada pemeriksaan antemortem adalah: 1) kesan umum berhubungan
dengan kesehatan dan keadaan gizinya serta apa ada kelelahan/kepanasan, 2) sikap jalannya, tegak,
penglihatan atau pandangan, bugar atau tidak, 3) kulit, 4) rongga mulut, rongga hidung, kebasahan
hidung, selaput lendir mata, vagina, ambing 5) suhu badan.
PROSES PEMOTONGAN TERNAK SAPI
1) Teknik pemotongan secara langsung. Dilakukan setelah ternak dinyatakan sehat, dan dapat
disembelih pada bagian leher dengan memotong arteri karotis dan vena jugularis serta
oesofaghus.
2) Teknik pemotongan secara tidak langsung. Ternak dipotong setelah dilakukan pemingsanan dan
setelah ternak benar benar pingsan.
Kesimpulan :
Ada beberapa persyaratan untuk memperoleh hasil pemotongan yang baik (Swatland, 1984), yaitu: (1)
ternak harus tidak diperlakukan secara kasar, (2) ternak harus tidak mengalami stress, (3)
penyembelihan dan pengeluaran darah harus secepat dan sesempurna mungkin, (4) kerusakan karkas
harus minimal dan cara pemotongan harus; (5) higienis, (6) ekonomis, dan (7) aman bagi para pekerja
abatoar (rumah tempat pemotongan hewan).