Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan Pustaka ini berfungsi untuk mengidentifikasi dengan

cermat penelitian terdahulu yang sudah dilakukan dan memiliki relevansi

dengan topik penelitian yang sedang dikerjakan agar terhindar dari

kesamaan topik. Tinjauan Pustaka juga digunakan untuk memilah bahan

referensi untuk mengetahui perkembangan penelitian terkait. Diharapkan

dengan demikian kontribusi dan kedudukan kajian penelitian ini dapat

terlihat. Jurnal penelitian, buku, merupakan sumber tinjauan pustaka yang

dipakai dalam penelitian ini, berikut tinjauan pustaka yang berasal dari buku

maupun jurnal penelitian:

Artikel Jurnal berjudul “Implementasi Metode Sariswara Ki Hajar

Dewantara Dalam Membangun Kemerdekaan Jiwa Individu Anak” yang

ditulis oleh Helmi Denada Ari Shandy, Novi Trilisiana (Shandy & Trilisiana,

2019) melakukan penelitian dengan wawancara, observasi dan studi kasus

pada pamong atau guru Club Sariswara, orang tua serta siswa anggota Club

Sariswara di Club Sariswara Yogyakarta, Jalan Taman Siswa, No. 31,

Wirogunan, Mergangsan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta pada

April-September 2019. Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan

metode Sariswara di Club Sariswara Yogyakarta, mendeskripsikan

penerapan metode Sariswara Yogyakarta, dan mendeskripsikan faktor


penghambat dan pendukung dalam penerapan metode sariswara di Club

Sariswara Yogyakarta. Hasilnya diketahui bahwa metode Sariswara adalah

metode mendidik anak dengan menggabungkan 3 mata pelajaran sekaligus

yaitu lagu, cerita, dan sastra yang membuat pendidikan fokus untuk

mencerdaskan 3 kecerdasan sekaligus, yakni kognitif, afektif dan

psikomotorik. Metode Sariswara dalam penerapannya menggunakan

tembang dolanan anak, dalam penerapannya metode ini mengandung

pembelajaran tentang kemerdekaan jiwa individu yaitu keselarasan,

kekeluargaan, musyawarah, toleransi, kebersamaan, demokrasi dan

tanggung jawab. Adapun faktor penghambat adalah terbatasnya jumlah

sumber daya manusia, peserta didik yang mengalami kesulitan dalam

mencintai budaya khususnya bahasa Jawa, sedangkan faktor pendukung

yaitu pembelajaran yang menyenangkan, pesan yang mudah diterima oleh

anak dan pamong yang penuh dengan kasih sayang. Kesamaan dengan

penelitian ini adalah penggunaan metode Sariswara dalam proses

pembelajaran sehingga dapat membangun jiwa kemerdekaan individu anak.

Adapun perbedaan topik dengan penelitian ini, yaitu pengimplementasian

metode Sariswara dalam membangun kemerdekaan jiwa anak dilihat dari

konteks penciptaan lagu anak.

Artikel Jurnal berjudul “Implementasi Tringa Tamansiswa dalam

Manajemen SDM Untuk Kemajuan Sekolah” yang ditulis oleh Tri Indarti

(Indarti, 2018). Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Prawatan di

Kecamatan Jogonalan, kabupaten Klaten Jawa Tengah dengan menggunakan


metode kualitatif dan berlangsung pada Agustus - November 2018. Hasil

penelitian ini menyimpulkan bahwa dengan kerjasama yang baik antar

pihak-pihak di lingkungan sekolah dan dengan menjalankan fungsi

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang baik

konsep Tringa dapat diimplementasikan dengan baik dan memberi dampak

bagi siswa. Hal ini dapat tercermin dari terciptanya sekolah sebagai taman

belajar yang menyenangkan dan ramah anak serta kecerdasan anak yang

tidak hanya dapat dilihat dari kecerdasan kognitif saja, melainkan

kecerdasan afektif dan motorik yang dibuktikan dengan terciptanya karya-

karya yang dapat meningkatkan nilai dari prestasi yang sudah dicapai

sehingga siswa dapat naik dan lulus 100%. Kesamaan dengan penelitian ini

adalah penggunaan konsep Tringa dalam metode Sariswara pada proses

pembelajaran sehingga anak tidak hanya dituntut untuk meningkatkan

intelektualitas tetapi bisa menghasilkan karya dengan mengoptimalkan tiga

kecerdasan. Adapun perbedaan yang dapat dilihat jelas dalam penelitian ini,

yaitu implementasi Tringa yang dalam pengaplikasiannya menggunakan

konsep 3N pada penciptaan lagu anak pada metode Sariswara.

Artikel Jurnal berjudul “Penerapan Konsep 3N (Niteni, Nirokke,

Nambahi) Untuk Motivasi Belajar Remo di LRS (Laboratorium Remo

Surabaya)” yang ditulis oleh Aiwa Adi Suryanti (Suryanti, 2019). Penelitian

ini dilakukan untuk mengetahui penerapan konsep 3N pada motivasi belajar

siswa Laboratorium Remo Surabaya yang terletak di UPT Taman Budaya

Jawa Timur Jalan Genteng Kali No.85 Surabaya. Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa konsep 3N dapat diterapkan dalam proses

pembelajaran tari Remo. Penggunaan metode ini dirasa mampu membantu

peserta didik untuk memahami hasil pembelajaran dengan maksimal.

Peserta didik juga merasa nyaman saat proses pembelajaran berlangsung

karena penggunaan sistem among yang memungkinkan pendidik berfokus

pada peserta didik tanpa didasari perasaan takut dalam proses

pembelajaran. Kesamaan dengan penelitian ini adalah penggunaan konsep

3N dalam metode Sariswara pada proses pembelajaran. Adapun perbedaan

yang dapat dilihat jelas dalam penelitian ini, yaitu pengimplementasian

konsep 3N dalam penciptaan lagu anak pada metode Sariswara.

Artikel Jurnal berjudul “Kembalikan Lagu Anak-anak Indonesia:

Sebuah Analisis Struktur Musik” yang ditulis oleh Ardipal (Ardipal, 2015).

Penelitian ini melakukan analisis struktur musik dan komparasi terhadap

lagu anak dan lagu orang dewasa yang berangkat fakta bahwa jumlah lagu

anak mengalami penurunan hampir dua dekade terakhir akibat ekspansi seni

komersial, lagu anak-anak yang menghilang di media massa kemudian

digantikan oleh lagu orang dewasa. Dari data lagu dewasa yang digunakan

sebagai sampel penelitian, terlihat bahwa pola ritmis, melodis, interval,

tempo, hingga rentang nada belum layak dinyanyikan oleh anak-anak.

Fenomena hilangnya lagu anak dan kebiasaan anak menyanyikan lagu orang

dewasa dapat mempengaruhi sisi psikologis, fisik dan mental anak.

Kesamaan dengan penelitian ini adalah s kedua penelitian menganalisis lagu

anak dan melihat fenomenologi penurunan jumlah lagu anak, adapun


perbedaan yang dapat dilihat jelas dalam penelitian ini, yaitu tidak adanya

komparasi antar jenis lagu dan hubungannya tentang penciptaan lagu anak.

Tulisan Fortunata Tyasrinestu (Tyasrinestu, 2019) yang berjudul

“Bernyanyilah Anak Indonesia” mengupas bagaimana lagu anak menyertai

proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Lagu anak dilihat dari

perspektif bahasa, psikologi dan musik khususnya musik pendidikan.

Karakteristik, tema, dan fungsi lagu anak dilihat secara spesifik yang dapat

digunakan sebagai sarana dalam tumbuh kembang anak. Pembahasaan yang

dilakukan secara terperinci membantu memberikan dan memahami lagu

anak dengan beberapa perspektif. Lewat buku ini ditemukan fakta bahwa

lagu anak yang diciptakan oleh orang dewasa menggunakan bahasa anak-

anak akan menghasilkan ekspresi yang seolah olah merupakan ekspresi

anak-anak. Kesamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama mencoba

menganalisis dan mengklasifikasi lagu anak.

Tulisan Ki Hajar Dewantara (Dewantara, 2013) yang berjudul “Ki

Hadjar Dewantara Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka” adalah

buah pemikiran dan konsep Ki Hajar Dewantara yang dicari, dikumpulkan,

dikurasi dan kemudian disusun menjadi sebuah buku. Dalam tulisannya ini

Ki Hajar Dewantara banyak membicarakan gagasan dunia pendidikan, salah

satunya adalah pendidikan anak-anak, dan pendidikan kesenian. Dalam

tulisannya inilah dikemukakan konsep pendidikan melalui kesenian yang

dapat memberi nilai kepada peserta didik tentang keindahan, cinta tanah air,

menghargai budaya bangsa, norma, dan adab yang berlangsung dalam


kehidupan sosial. Pendidikan kesenian diajarkan dengan menggunakan

metode Sariswara yang merupakan gabungan dari bahasa, lagu dan cerita.

Kesamaan dengan penelitian ini adalah mendeskripsikan lagi metode

Sariswara. Adapun perbedaan yang dapat terlihat pada penelitian ini adalah

penggunaan konsep 3N yang merupakan turunan dari konsep Tringa dan

merupakan bagian dari metode Sariswara dalam perspektif penciptaan lagu

anak.

Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 4

artikel jurnal dan 2 buku cetak. Tidak ditemukan kesamaan topik dengan

penelitian ini, sehingga penelitian ini bisa dipertanggungjawabkan dan

buktikan keabsahannya.

B. Landasan Teori

1.Metode Sariswara

Sariswara adalah sebuah sistem pencatatan notasi angka dalam

gamelan (Sindoesaworno, 1981:140-153). Ki Hadjar Dewantara merasakan

adanya ‘modus’ dan ‘tonica’ dalam gamelan. Berbeda dengan definisi

Sariswara dalam metode pendidikan yang dipakai pada penelitian ini, dalam

bukunya, menurut Ki Hajar Dewantara, Sariswara adalah metode yang

menggabungkan tiga pelajaran yaitu bahasa, lagu dan cerita (Dewantara

2013:310). Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan anak-anak dalam

menerima pelajaran, yang nantinya akan bermanfaat bagi jiwa dan akal anak.

Inti dari diciptakannya metode Sariswara yaitu metode ini ingin mencapai

kemajuan berpikir (intelektual) lewat pelajaran ‘bahasa’ dan memperhalus


jiwa anak lewat seni dalam hal ini seni suara pada pelajaran ‘lagu’

(Dewantara, 2013:355). Metode ini diciptakan dengan landasan filosofis Ki

Hajar Dewantara “Amboeka Raras Angesti Widji” yang memiliki arti

membuka suara/kesenian adalah pepucuk pendidikan, yang berarti bahwa

kesenian merupakan landasan pendidikan (Dewantara, 2013). Metode

nasional berbasis budaya lokal ini diciptakan dengan akulturasi beberapa

konsep pendidikan seperti Friedrich Froebel (Jerman) permainan, Maria

Montessori (Italia) panca indera, Rudolf Steiner (Kroasia-Austria) wirama,

dan Rabindranath Tagore (India) musik dan tari (Shandy & Trilisiana, 2020).

Sariswara dalam implementasinya menggunakan beberapa konsep

pembelajaran, salah satunya adalah Tringa yang terdiri dari ngerti

(mengerti), ngroso (merasakan), dan nglakoni (melakukan). Peserta didik

diminta untuk mengerti (kognitif) objek yang sedang dipelajari kemudian

merasakan (afektif) dan melakukan(motorik) objek pembelajaran. Untuk

dapat melakukan konsep Tringa, peserta didik akan dibantu dengan

menggunakan konsep 3N yaitu niteni (melihat), nirokke (menirukan) dan

nambahi (menambahkan).

2.Lagu Anak

Lagu merupakan bentuk kesenian yang sudah dikenal sejak lama, lagu

pertama tercatat diciptakan oleh bangsa Sumeria empat ribu tahun silam

(Homer, 2017). Lagu memiliki beragam fungsi salah satunya adalah sebagai

sarana pengungkapan ekspresi. Sebuah lagu memiliki dua bentuk ekspresi


sekaligus yaitu ekspresi musikal dengan wujud lagu atau irama, kemudian

ekspresi linguistik dengan wujud lirik (Pasaribu 1986). Lagu juga memiliki

fungsi sebagai media pembelajaran, yang seringkali dijumpai pada lagu anak.

Penggunaan bahasa dalam lirik, melodi, hingga tema lagu anak tentu berbeda

dengan lagu orang dewasa. Lagu anak menggunakan kosakata sederhana

yang tak jauh dari dunia, pengalaman dan cara pandang anak. Dunia dalam

pandangan anak biasanya berkaitan dengan hal-hal yang ada disekitar anak,

seperti orangtua, guru, teman, binatang, lingkungan alam, dan sebagainya

(Nurgiyantoro, 2005:353). Lagu sebagai fungsi media pembelajaran anak

memiliki keterkaitan dengan pembentukan karakter anak saat proses

perkembangannya, antara lain religius, jujur, disiplin, kerja keras, kreatif,

mandiri, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, persahabatan, peduli sosial,

dan peduli lingkungan.

3.Laboratorium Sariswara

Laboratorium Sariswara dirintis sejak Februari 2018, dan resmi

berdiri pada tanggal 1 Desember 2018. Laboratorium Sariswara merupakan

wujud keseriusan untuk meneruskan cita-cita Ki Hajar Dewantara dalam

menyemai keluhuran kebudayaan lewat pendidikan kesenian khususnya

metode Sariswara. Kegiatan dalam Laboratorium Sariswara berpusat pada

dokumentasi, penelitian dan pengembangan metode Sariswara. Anak-anak

dengan latar belakang sekolah yang berbeda bertemu di Pendopo Agung

Tamansiswa setiap hari selasa dan kamis untuk melatih cipta rasa dan karsa
melalui pendidikan kesenian metode Sariswara. Tari klasik, nembang

macapat, dolanan anak, karawitan, dan paduan suara adalah kesenian yang

dipilih sebagai media pembelajaran anak untuk mempengaruhi

perkembangan jiwa anak ke arah keindahan dalam rangkaiannya dengan

keluhuran dan kehalusan, sehingga layak bagi hidup manusia yang beradab

dan berbudaya.

Anda mungkin juga menyukai