Anda di halaman 1dari 11

Ellsa Gita Mardiana, Ayo Sunaryo

Ringkang, Vol , No, Bulan Tahun, Palatino Linotype pt9

PEMBELAJARAN TARI JAIPONGAN MAKALANGAN PADA PESERTA


DIDIK CEREBRAL PALSY
 Ellsa Gita Mardiana, Ayo Sunaryo*
* Departemen Pendidikan Tari, Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Dr. Setiabudhi No. 229,
Isola, Kec. Sukasari, Kota Bandung, Jawa Barat 40154
 ellsagitamardiana@ipi.edu, ayosekolah@upi.edu

Abstrak
Setiap anak di Indonesia memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan dengan layak dan maksimal,
demikian juga pada peserta didik yang memiliki hambatan atau kebutuhan khusus, mereka memiliki
kesempatan yang sama dengan peserta didik yang lainnya. Salah satu jenis hendaya yaitu anak cerebral
palsy yang memiliki hambatan pada otak atau yang sering kita kenal dengan tunadaksa. Pendidikan
yang terjadi pada anak berkebutuhan khusus tersebut menjadi sebuah terapi bagi perkembangan anak
tersebut salah satunya dengan pembelajaran tari jaipongan ini. Tujuan dari adanya peneitian ini yaitu
untuk dapat memeperoleh bagaimana konsep pembelajaran dan langkah-langkah pembelajaran Tari
Jaipong Makalangan pada peserta didik Cerebral Palsy di Yayasan Pemberdayaan Sisabilitas (Spice
Indonesia). Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan menggunakan metode analisis deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data yang dilakukan peneliti melalui observasi,
wawancara, dan dokumentasi sebagai penguat data. Hasil penelitian yang didapatkan yaitu peneliti
dapat mendeskripsikan bagaimana model pembelajaran yang digunakan untuk pembelajaran Tari
Jaipongan Makalangan pada peserta didik Cerebral Palsy serta langkah-langkah yang digunakan pada
pembelajaran tersebut. Peneliti juga dapat mendeskripsikan bagaimana hasil dari pembelajaran Tari
Jaipongan Makalangan pada peserta didik Cerebral Palsy serta bagaimana pembelajaran tari jaipong
tersebut dapat menjadi terapi bagi perkembangan peserta didik tersebut

Kata Kunci : Pembelajaran tari, Cerebral Palsy, Tari Jaipong


Ellsa Gita Mardiana, Ayo Sunaryo
Ringkang, Vol , No, Bulan Tahun, Palatino Linotype pt9

PENDAHULUAN bagaimana peneliti dapat mendeskripsikan


Setiap anak di dunia memiliki mengenai proses serta hasil pembelajaran Tari
kesempatan yang sama untuk mendapatkan Jaipong Makalangan pada peserta didik
pendidikan yang baik, tidak terkecuali anak Cerebral Palsy.
berkebutuhan khusus. Pendidikan adalah Pada saat ini peserta didik berkebutuhan
suatu proses belajar dan penyesuaian individu khusu atau memiliki hambatan terdapat 12
secara terus menerus terhadp nilai-nilai udaya kasifikasinya berdasarkan kondisi yang
dan cita cita masyarakat. (Sunaryo, 2020). Pada dimilikinya yaitu, Tunanetra, Tunarungu,
anak berkebutuhan khusus atau memiliki Tunagrahita, Tunalaras, Tunadaksa, Tunalaras,
hambatan pendidikan formal maupun ADHD, Autisme, Gangguan Ganda, Lamban
nonformal bertujuan untuk rehabilitasi. Tujuan belajar, Kesulitan belajar khusus, Gangguan
rehabilitasi adalah untuk meningkatkan kamampuan komunikasi dan Gifted. Salah satu
kemampuan peserta didik dalam mengatasi peserta didik berkebutuhak khusus dalam
hambatannya. Penyesuaian pembelajaran yang klasifikasi Tunadaksa yaitu Cerebral Palsy. Jenis
diberikan terhadap perserta didik yang tunadaksa dibedakan menjadi dua berdasarkan
memiliki hambatan dapat mempermudah sistemnya yaitu kelainan sistem cerebral dan
peserta didik untuk mempelajari serta kelainan sistem otot dan rangka. Hambatan
menerima materi yang diberikan. Pembelajaran sistem cerebral adalah kelainan yang terdapat
yang dilakukan pada peserta didik pada sistem saraf pusat yang terdapat di
berkebutuhan khusus merupakan sebuah dalamnya pusat kontrol terhadap tubuh.
terapi untuk bisa meningkatkan motorik dan Ahmad Toha Muslim dan M. Sugiarmin 1996
fisik peserta didik tersebut. menyatakan bahwa tunadaksa merupakan kata
Beberapa penelitian sebelumnya yang lain dari hambatan fisik motorik, yakni
relevan dengan pembelajaran tari jaipong pada kelainan bentuk tubuh yang dapat
peserta didik Cerebral Palsy di Yayasan mengakibatkan kelainan fungsi tubuh.
Pemberdayaan Disabilitas (Spice Indonesia) Terdapat pula tunadaksa yang disertai dengan
yaitu, (Purnamasari, 2013) meneliti mengenai kelainan kecerdasan (Muslim, 1996, hlm.6).
pembelajaran tari merak bagi siswa Cerebral palsy ini adalah kerusakan yang terjadi
Tunagrahitas ringan, penelitian tersebut pada otak permanen, akan tetapi cerebral palsy
mendeskripsikan bagaimana metode, media ini bukan merupakan penyakit yang tidak
dan proses pembelajaran berlangsung pada progresif, yang dimaksud progresif adalah
peserta didik Tunagrahita serra mementukan penyakit yang menular. Hal yang serupa pula
proses pembelajaran tari yang sesuai dengan menyebutkan hambatan tersebut akan
peserta didik Tunagrahita riang. (Juniar, 2015) membuat seorang penyandang cerebral palsy
meneliti mengenai pembelajaran tari bagi akan kesulitan dalam mobilitasnya (Munandar
peserta didik Down Syndrom, penelitian & Sutisna, 2019, hlm.3).
tersebut mendeskripsikan mengenai bagaiman Pembelajaran yang terjadi pada peserta
pengelolaan pembelajaran dan proses didik berkebutuhan khusus atau yang memiliki
pembelajaran tari pada peserta didik Down hambatan memiliki tujuan untuk dapat
Syndrome. (Soraya, 2012) meneliti mengenai menjadi terap bagi peserta didik tersebut untuk
pola komunikasi ibu dan peserta didik yang dapat meningkatkan kemampuan motorik dan
menderita Cerebral Palsy, persamaan pada fisiknya. Pengertian pembelajaran dijelaskan
penelitian ini yautu objek yang digunakan oleh Gagne Briggs, dan Wagner (dalam
peneliti yaitu peserta didik Cerebral Palsy. Winataputra, 2008, hlm.19) yaitu
Pembeda peneitian diatas dengan penelitian ini “Pembelajaran merupakan rangkaian kegiatan
yaitu terletak pada proses pembelajaran tari yang sengaja dirancang agar terjadinya
bagi peserta didik Cerebral Palsy dan kegiatan proses belajar pada siswa”. Sandi,
Ellsa Gita Mardiana, Ayo Sunaryo
Ringkang, Vol , No, Bulan Tahun, Palatino Linotype pt9

(2018, hlm. 150) menjelaskan bahwa sebagai media ekspresi diri, bermain,
pembelajaran seni tari merupakan sebuah berkomunikasi dan untuk mengekspresikan
pembelajaran yang didalamnya mengajak minat serta potensi anak. Sandi, (2018, hlm.
siswa bermain sambil belajar, bagi anak 150) menjelaskan bahwa pembelajaran seni tari
dibawah 12 tahun pembelajaran seni tari merupakan sebuah pembelajaran yang
membantu untuk membentuk serta didalamnya mengajak siswa bermain sambil
mengembangkan motoriknya, Tujuan belajar, bagi anak dibawah 12 tahun
pembelajaran seni tari menurut Sekarningsih pembelajaran seni tari membantu untuk
dan Rohayani dalam (Sandi, 2018, hlm. 150) membentuk serta mengembangkan
mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran motoriknya, Tujuan pembelajaran seni tari
seni yaitu untuk menumbuhkan sebuah menurut Sekarningsih dan Rohayani dalam
kepekaan rasa estetik dan artistic sehingga (Sandi, 2018, hlm. 150) mengemukakan bahwa
anak akan terbentuk sikap apresiatif, kritis tujuan pembelajaran seni yaitu untuk
serta kreatif pada diri siswa Pembelajaran yang menumbuhkan sebuah kepekaan rasa estetik
terjadi tidak hanya dalam lembaga pendidikan dan artistic sehingga anak akan terbentuk sikap
formal namun dalam pendidika nonformalpun apresiatif, kritis serta kreatif pada diri siswa.
dapat terjadi sebuah pembelajaran. Yayasan Untuk itu pembelajaran seni, khususnya seni
Pemberdaya Disabilitas (Spice Indonesia) tari bagi peserta didik salah satu hal yang bisa
mengembangkan pembelajaran dalam lembaga meningkatkan kognitif, afektif dan psikomotor
nonformal yang didalamnya terdiri dari pada anak. Menurut Masunah (dalam
peserta didik dengan berkebutuhan khusus Sunaryo, 2020) Model pembelajaran
atau memiliki hambatan, yayasan tersebut merupakan kerangka konseptual yang dapat
memiliki tujuan untuk dapat mengembagkan digunakan sebagai pedoman untuk merancang
bakat yang dimiliki dimiliki oleh seorang pembelajaran dengan karakteristik tertentu.
difabel tersebut dengan cara mengadakan Metode pembelajaran tari yang digunakan
kegiatan pentas seni. Pentas seni ini menjadi dalam pembelajaran pada peserta didik
salah satu wadah untuk menuangkan bakat- Cerebral Palsy yaitu menggunakan model
bakat yang dimiliki seperti menari, melukis, Direct Intruction (intruksi langsung). Model
bernyanyi, serta kegiatan lainnya. Maka dari pembelajaran Ini merupakan model yang yang
itu diperlukan perencanaan yakni model dapat memberikan bimbingan dan respon
pembelajaran yang tepat untuk menunjang secara langsung. Terdapat beberapa
pendidikannya. Terdapat banyak model keunggulan dari model pembelajaran intruksi
pembelajaran yang dapat di terapkan terhadap langsung adalah arahan dan kontrol guru,
peserta didik tergantung dari cara belajar sistem waktu yang termenejemen, melihat
peserta didik dan cara mengajar dari guru itu langsung pemkembangan peserta didik yang
sendiri. Dilihat dari kebutuhan orang yang diharapkan dapat menghasilkan dan
memiliki hambatan terkhususnya cerebral palsy memajukan prestasi peserta didik (Huda, 2018,
terdapat model pembelajaran yang tepat untuk hlm. 135). Model pembelajaran intruksi
diterapkan yakni model pembelajaran intruksi langsung ini dapat mempermudah juga untuk
langsung dengan beberapa metode diantaranya peserta didik cerebral palsy menangkap materi
metode drill, imitasi dan simulasi. atau pembelajaran yang diberikan selain dari
Pembelajaran tari yang terjadi di latihan-latihan yang diberikan juga
Yayasan Pemberdayaan Disabilitas (Spice mendapatkan arahan serta respon secara
Indonesia) memiliki tujuan untuk dapat langsung. Metode pembelajaran drill
mengembangkan bakat pada peserta didik merupakan metode pembelajaran yang
berkebutuhan khusus. (dalam Karyati, 2019, diberikan terhadap peserta didik berupa
hlm.255) pembelajaran seni juga berfungsi latihan-latihan. Latihan yang dilakukan secara
Ellsa Gita Mardiana, Ayo Sunaryo
Ringkang, Vol , No, Bulan Tahun, Palatino Linotype pt9

teratur dan konsisten merupakan salah satu dikelilingi penonton dan arena yang beralaskan
cara memudahkan dalam mengingat materi tanah. Seseorang yang berani untuk
yang diberikan (Prima sari, 2021, hlm. 04). makalangan adalah seseorang yang berani
Secara tidak langsung metode pembelajaran bertanding pencak silat atau berani bersaing
drill dapat mempermudah peserta didik yang dengan penari ronggeng. Materi tersebut
memiliki hambatan cerebral palsy untuk digunakan dengan bertujuan dapat
mengingat materi atau pembelajaran yang mengembakan motorik dan fisik peserta dididk
diberikan. Latihan yang diberikan secara Cerebral Palsy tersebut. Pembelajaran tersebut
teratur dan konsisten sangat menguntungkan menggunakan metode pembelajaran diatas
untuk peserta didik cerebral palsy. Karena untuk dapat mengetahui respon timbal balik
pada saat pembelajaran berlangsung peserta pada peserta didik Cerebral Palsy dan hasil
didik dapat berperan aktif dengan cara pembelajaran yang didapatkan bisa dijadikan
berlatih (Cahyaningtias, 2016, hlm. 2-3). acuan sebagai tolak ukur perkembangan
Pembelajaran Tari Jaipongan peserta didik.
Makalangan pada peserta didik Cerebral Palsy Motivasi peneliti melakukan penelitian
menggunakan metode Metode pembelajaran ini yaitu untuk dapat mengetahui dan
imitasi merupakan metode pembelajaran yang mendeskripsikan bagaimana pembelajaran
diberikan dengan menggunakan cara peniruan. yang terjadi pada peserta didik yang memiliki
metode pembelajaran ini baik diakukan agar kebutuhan khusus seperti Cerebral Palsy untuk
peserta didik mudah memahami materi yang dapat mengembangkan bakat yang dimilikinya
diberikan serta melatih ketangkasan mata meskipun dengan keterbatasan. Peneliti juga
dalam melihat (Prima sari, 2021, hlm.4). mendeskripsikan bagaimana pelatih dapat
Metode pembelajaran yang terakhir yaitu melakukan proses pembelajaran dengan
metode Simulasi. Metode pembelajaran menggunakan metode-metode tersebut, hasil
simulasi merupakan metode pembelajaran pembelajaran yang didapat bisa menjadi
yang dilakuakan setelah semua metode diatas sebuah evaluasi untuk dapat menerapkan
diberikan, metode pembelajaran simulasi ini pembelajaran yang efektif dan efesien pada
dirancang sedemikian rupa untuk peserta didik yang memiliki kebutuhan
mempermudah pembelajaran agar nampak khusus.
seperti nyata. Metode pemebelajarn drill,
imitasi, intruksi langsung dan simulasi METODE
merupakan model pmebelajaran yang merujuk Desain Penelitian
pada teori belajar behavioristik sangat tepat Metode yang digunakan dalam penelitian ini
diterapkan pada peserta didik berkebutuhan yaitu metode deskriptif analisi dengan
khusus untuk menunjang pendidikannya. menggunakan pendekatan kualitatif. Pada
Karena beharioristik berfokus pada perilaku penelitian kualitatif terfokus pada pemasalahan
yang diamati. Dengan kata lain teori yang terjadi dilapangan yang disesuaikan dengan
behavioristik adalah teori yang mempelari situasi sosial masyarakat. Seperti yang dikatakan
stimulus dan respon. oleh Spradley bahwa fokus masalah merupakan
Materi yang digunakan dala objek tunggal atau lebih mengenai situasi sosial
pembelajaran tari pada peserta didik Cerebral yang sedang terjadi dimasyarakat sedangkan
Palsy yaitu Tari Jaipong Makalangan. Tari metode penelitian deksriptif merupakan sebuah
Jaipong Makalangan merupakan sebuah metode atau teknik penelitian yang didalamnya
perkembangan dan inovasi dari sebuah mendeskripsikan suatu peristiwa yang saat
jaipongan yang telah diciptakan pada jaman terjadi dengan memusatkan seluruh perhatian
dahulu. Istilah makalangan ini adalah sebutan pada masalah yang aktual (Hervitaniar, 2016).
aktivitas seseorang yang berani tampil menari
Ellsa Gita Mardiana, Ayo Sunaryo
Ringkang, Vol , No, Bulan Tahun, Palatino Linotype pt9

Metode tersebut digunakan oleh peneliti untuk Yayasan Pemberdayaan Disabilitas (Spice
dapat mendeskripsikan bagaimana model Indonesia) utuk mengetahui bagaimana latar
pembelajaran yang digunakan dan langkah- belakang yayasan tersebut serta wawancara
langkah dalam pembelajaran Tari Jaipong kepada pelatih mengenai proses
Makalangan pada peserta didik Cerebal Palsy di
pembelajaran tari jaipongan tersebut dan
Yayasan Pemberdayaan Disabilitas (Spice
utuk mengetahui hasil dari pembelajaran
Insonesia). Penelitia juga menggunakan metode
tersebut untuk dapat melihat serta
tersebut. Pengumpulan data yang dilakukan
mendeskripsikan hasil dari pembelajaran Tari oleh peneliti juga yaitu studi literatur untuk
Jaipongan Makalangan pada peserta didik Cerebal dapat melihat data mengenai anak
Palsy. berkebutuhan khusu yaitu Cerebal Palsy
serta studi dokumentasi sebagai penguat
PARTISIPAN PENELITIAN dalam pengambilan data pada saat
Partisipan yang terlibat dalam dilapangan.
penelitian ini secara keseluruhan yaitu pelatih
tari sebagai narasumber mengenai Analisis Data
pembelajaran Tari Jaipongan Makalangan, Analisis data didalam sebuah penelitian
peserta didik berkebutuhan khusus Cerebal yaitu upaya menata data secara sistematis dengan
Palsy serta ketua Yayasan Pemberdayaan data berasal dari hasil wawancara serta observasi
Disabilitas (Spice Indonesia) sebagai dengan tujuan untuk meninigkatkan pemahaman
narasumber mengenai latar belakang dan upaya pencarian makna (Rijali, 2018). Analisi
berdirinya Yayasan Pemberdayaan Disabilitas data dilakukan pada sat awal penelitian hingga
(Spice Indonesia) selanjutnya selama proses penelitian. Adapun
Lokasi penelirian ini dilakukan di suatu tahapan analisis data yang digunakan pada
Yayasan Pemberdayaan Disabilitas (Spice penelitian ini, terdiri dari tiga tahapan yaitu: 1).
Indonesia) yang bertepatan di Jl Boko 2 No.E 43 Reduksi Data, pemilihan data, pemusatan serta
Perum Parmindo Cijerah Cimahi Kotaa Cimahi penyerderhanaan dari data yang didapatkan
Jawa Barat. Peneliti meneliti secara langsung di dilapangan (Rijali, 2018). Hasil data yang
Yayasan Pemberdayaan Disabilitas (Spice diperoleh bersumber dari hasil pengamatan atau
Indonesia) karena terdapat peserta didik observasi mengenai model dan langkah-langkah
berkebutuhan khusus yang mempelajari tari dalam pembelajaran Tari Jaipong Makalangan
saebagai salah satu minat atau bakat dari pada peserta didik Cerebral Palsy. Data juga
peserta didik tersebut. diperoleh dari hasil wawancara dengan pimpinan
yayasan untuk dapat mengetahui latar belakang
Pengumpulan Data yayasan tersebut. 2). Penyajian Data, sebuah
Pengumpulan data yang dilakukan kumpulan data yang telah tersusun serta adanya
oleh peneliti yaitu dengan observasi secara kemungkinan penarikan sebuah kesimpulan.
langsung pada lokasi penelitian yaitu di Penyajian data yang dilakukan oleh peneliti yaitu
Yayasan Pemeberdayaan Disabiitas (Spice mengenai data-data dan gambaran yang
Indonesia) hal tersebut dilakukan untuk diperoleh pada saat observasi secara langsung di
dapat menggambil data mengenai mode Yayasan Pemberdayaan Disabilitas (Spice
Indonesia) dengan melakukan observasi,
pembelajaran dan langkah-langkah
wawancara serta studi literature. 3). Penarikan
pembelajaran Tari Jaipong Makalangan pada
Kesimpulan, dari data yang sudah terkumpul
anak Cerebal Palsy. Selanjutnya pengumpulan diolah kembali dan peneliti menggamil data yang
data dilakukan dengan wawancara sebanyak penting serta relevan sehingga muncul data inti
tiga kali secara langsung pada pimpinan
Ellsa Gita Mardiana, Ayo Sunaryo
Ringkang, Vol , No, Bulan Tahun, Palatino Linotype pt9

untuk dijadikan kesimpulan.


Model Pembelajaran Tari Jaipong
HASIL DAN PEMBAHASAN Makalangan Pada Peserta Didik Cerebral
Hasil Temuan Palsy di Yayasana Pemberdayaan Disabilitas
Yayasan Pemberdayaan Disabilitas (Spice Indonesia)
(Spice Indonesia) merupakan yayasan yang
didirikan karena kepedulian dari Kang Ogest
Yogaswara sebagai ketua dari yayasan tersebut
serta kawan-kawannya yang ingin
mengsosialisasikan pemahaman terhadap
masyarakat dan orang yang memiliki
hambatan khusus berat. Adapun yang
dimaksud dengan seseorang berkebutuhan
khusus berat adalah seseorang dengan
hambatannya yang memerlukan bantuan
personal asisten yang dimana dapat bisa Peneliti memperoleh data mengenai
memahami serta menjaga privasi seseorang model pembelajaran tari yang digunakan
yang mengalami berkebutuhan khusus dengan pengumpulan data melalui observasi
tersebut. Yayasan ini dapat menjadi wadah dan wawancara di lokasi penelitian.
menampung aspirasi masyarakat yang Pembelajaran dilakukan sebanyak satu kali
terhubung dengan penyandang disabilitas dalam seminggu dengan durasi latihan dua
serta penyandang disabilitas itu sendiri jam, pelatih juga menjelaskan bahwa satu
terkhususnya penyandang disabilitas berat. materi tarian yang diberikan pada peserta
Yayasan Pemberdayaan Disabilitas (Spice didik Cerebral Palsy dipelajari selama satu
Indonesia) ini berdiri pada tahun 2018 dan tahun. Dalam satu pertemuan materi tari yang
mendapatkan legalitas pada tangal 31 Agustus diberikan selama satu menit dengan durasi
2021 berdasarkan Akta Pendirian Yayasan latihan dua jam. Pelatih melakukan
No.1. Semua data dan informasi yang perencanaan pembelajaran dengan
diperoleh merupakan hasil dari wawancara mempersiapkan teori serta model yang akan
dan observasi yang dilakukan. Yayasan digunakan dalam pembelajarannya.
Pemberdayaan Disabilitas (Spice Indonesia) Model pembelajaran pertama yang
berlokasi di Jl. Boko 2 No E 43 Perumahan digunakan yaitu dengan model pembelajaran
Parmindo Cijerah Cimahi, Kota Cimahi Jawa Interaksi Langsung, model ini diterapkan oleh
Barat. Subjek penelitian yaitu kepada wulan pelatih kepada penyandang disabilitas
Sriwendah yang memiliki bakat dan minatnya Cerebral Palsy dengan cara menginstruksikan
terhadap seni tari. Data tersebut didapat pada secara langsung gerakan tari. Metode
saat wawancara bersama guru atau pelatih dari pembelajaran Drill juga digunakan oleh pelatih
Wulan Sriwendah. Materi tari yang diberikan agar peserta didik lebih gampang mengingat
merupakan tarian klasik karya Tjetje Somantri, gerakan-gerakan tersebut. Materi yang telah
jaipongan dan modern dance. Namun Wulan diberikan didemonstrasikan dan dilakukan
lebih tertarik pada jaipongan hingga materi- secara berulang oleh peserta didik. Metode
materi tarian yang diberikan selanjutnya Imitasi juga digunakan oleh pelatih dengan
merupakan tarian-tarian jaipongan. Untuk itu cara menirukan pelatih kemudian diikuti oleh
materi yang diberikan kepada peserta didik peserta didik. Materi tersebut diberikan secara
yaitu tari Jaipong Makalangan dengan gerak perlahan hingga materi dapat diterima dengan
yang lebih sederhana sehinga mampu diikuti baik. Metode terakhir yaitu metode simulasi,
oleh peserta didik berkebutuhan khusus. dimana metode ini digunakan ketika materi
Ellsa Gita Mardiana, Ayo Sunaryo
Ringkang, Vol , No, Bulan Tahun, Palatino Linotype pt9

selasai disampaikan secara keseluruhan. berikutnya. Materi yang diberikan pada


Metode tersebut bertujuan agar anak dapat pertemuan pertama ini terdiri dari beridiri,
percaya diri dengan menampilkan tarian secara memutar tangan, menggerakan tangan ke atas
keseluruhan didepan keluar serta pelatih, kebawah dan dilakukan secara berulang.
sehingga pelatih bisa melihat perkembangan
serta mengevaluasi mengenai pembelajaran Pertemuan Kedua
tersebut sehingga kedepannya dapat Pertemuan kedua pembelajaran Tari Jaipong
menentukan kembali model pembelajaran yang Makalangan ini dimulai dengan berdoa lalu
digunakan agar lebih efektif dan efesien. melakukan pemanasan. Pada pertemuan kedua
ini pelatih menggunakan model pembelajaran
Proses Pembelajaran Tari Jaipong intruksi langsung yakni dengan
Makalangan Pada Peserta Didik Cerebral mendemonstrasikan pengetahuan dan
Palsy di Yayasan Pemberdayaan Disabilitas keterampilan. Memasuki kegiatan inti guru
(Spice Indonesia) atau pelatih memberikan gerak tari satu
persatu dan berulang terus hingga hafal.
Materi gerak yang diberikan pada pertemuan
Gambar 1. Proses Pembelajaran Peserta didik Cerebral kedua ini yaitu dengan gerak berada di level
Palsy rendah dan ditambah dengan gerak-gerak
tangan dan kepala. Pada pertemuan ini juga
Proses pembelajaran Tari jaipong pada pelatih mulai memberikan gerak lokomotor
peserta didik cerebral palsy tidak mudah, atau berpindah pada peserta didik Cerebral
dibutuhkan model serta pemahaman mengenai Palsy/ Seteleh kegiatan pemberian materi
spesifikasi dari peseta didik cerebral palsy itu selesai pelatih dan peserta didik melakukan
sendiri agar ragam gerak yang diberikan pendinginan untuk menghindari cedera pada
mampu dipahami serta menjadi terapi kecil tubuh setelah melakuka kegiatan pembelajaran
pada bagian otot yang kaku. Kesabaran
menjadi hal yang utama bagi guru atau pelatih Pertemuan ketiga
karena untuk satu ragam gerak perlu latihan
yang teratur serta pengulangan. Maka dari itu,
untuk satu tarian membutuhkan waktu satu
tahun untuk menyelesaikannya. Ragam gerak
dimodifikasi disesuaikan dengan mobilitas
peserta didik Cerebral Palsy, sehingga dapat
mengikuti dengan baik dan keterbatasan tidak
menjadi hambatan untuk mengikuti materi
tersebut.

Pertemuan Pertama
Pada pertemuan pertama ini pelatih
menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta Gambar 2. Proses pembelajaran Tari Jaipongan
Makalangan
didik untuk dapat mengikuti materi tersebut.
Pelatih juga menyesuaikan mobilitas yang
Pada pertmuan ketiga ini pelatih memulai
dimiliki oleh peserta didik seperti
latihan dengan berdoa kemudian dilanjutkan
merentangkan tangan dan berdiri. pelatih
dengan pemanasan. Pada pertemuan ini
kemudian memberikan gerakan dengan satu
pelatih memberikan gerak dengan cara
persatu dan dilakukan secara berulang hingga
bertahap dengan mendemonstrasikannya
hafal dan mampu untuk menambah gerak
Ellsa Gita Mardiana, Ayo Sunaryo
Ringkang, Vol , No, Bulan Tahun, Palatino Linotype pt9

setelah itu pelatih membimbing selama latihan Pada Peserta Didik Cerebral Palsy di Yayasan
berlangsung. Pertemuan ini pelatih Pemberdayaan Disabilitas (Spice Indonesia)
memberikan gerak dengan berlutut dan
memvariasikan dengan level lalu memberikan Hasil akhir dari pembelajaran yang
gerak-gerak pencak silat sederhana agar bisa dilakukan merupakan sebuah pertunjukan
dipahami oleh peserta didik Cerebral Palsy. kecil atau simulasi pertunjukan yang
Pemberian materi tersebut diberikan secara diharapkan dapat membentuk kepecayaan diri
bertahap dan terus berulang hingga peserta dari peserta didik. Hasil akhir pada yayasan ini
didik hafal. Lalu pembelajaran diakhiri dengan bukan terpatok pada nilai atau angka namun
pendingin untuk menghindari cedera pada pada perubahan sikap atau perilaku yang
tubuh. ditunjukan setelah pembelajaran dilakukan.
Secara tidak langsung pembelajaran tari
Pertemuan keempat jaipong makalangan ini menjadi rehabilitasi
Pertemuan keempat ini pelatih seperti bagi peserta didik cerebral palsy yakni
biasa memulai latihan dengan berdoa. mengurangi kekejangan pada otot (spasistik)
dilanjutkan dengan pemberian gerak tari tanpa adanya paksaan dari pihak manapun hal
dengan cara bertahap mendemonstrasikannya. ini baik untuk kesehatan mental serta
Kegiatan ini masuk kedalam langkah model perilakunya. Mengurangi kekejangan otot atau
pembelajaran intruksi langsung tahap spasistik dengan cara rehabilitasi seperti ini
pengecekan pemahaman serta memberi umpan akan memberikan suasana yang nyaman serta
balik pada peserta didik. Materi gerak pada aman karena peserta didik tidak merasa
pertemuan keempat ini yaitu dengan gerak dirinya dibedakan. Menerapkan atau
kaki dan ditambahkan dengan gerak menampilkan hasil dari latihan yang telah
lokomotor atau gerak berpindah serta memulai dilakukan peserta didik yang didampingi oleh
gerak-gerak yang menggunakan badan secara pelatih merupakan hasil akhir dari
sederhana yang disesuaikan dengan mobilitas pembelajaran tari jaipong makalangan.
peserta didik Cerebral Palsy tersebut. Pemilihan materi yang dilakukan oleh pelatih
dapat mempengaruhi dalam perkembangan
Pertemuan kelima bakan peserta didik Celebral Palsy tersebut,
Pertemuan kelima ini pelatih memulai dengan menyederhanakan Tari Jaipong
latihan dengan berdoa lalu dilanjutkan dengan Makalangan tersebut membuat peserta didik
pemanasan. Pada kegiatan pembelajaran nyaman dan menambah kepercayaan dirinya.
pertemuan kelima masuk pada langkah model Gerak-gerak tari tersebut disesuaikan dengan
pembelajaran intruksi langsung tahap kemampuan dari mobilitas peserta didik
memberikan kesempatan untuk pelatihan dan Celebral Palsy tersebut. Tari jaipong makalangan
penerapannya. Pelatih memberikan gerak peserta didik cerebral palsy tersebut akan
secara satu persatu dan berulang terus hingga ditampilkan kembali pada kegiatan-kegiatan
hafal. Pada pertemuan kelima ini gerak yang sosial yang di dalam oleh Yayasan
diberikan meliputi gerak-gerak tangan dan Pemberdayaan Disabilitas (Spice indonesia).
badan lalu mencondongkan badan ke depan Pembahasan
dan ke kiri-kanan disesuaikan dengan Berdasarkan analisa dari peneliti
kemampuan dari peserta didik Cerebral Palsy mengenai Pembelajaran Tari Jaipong
tersebut. Pembelajaran diakhiri dengan Makalangan pada peserta didik Celebral Palsy
pelemasan otot yang dimaksudkan untuk Model Pembelajaran Intruksi Langsung sudah
menghindari cedera pada tubuh peserta didik. cocok di terapkan pada peserta didik cerebral
palsy di Yayasan Pemberdayaan Disabilitas
Hasil Pembelajaran Tari Jaipong Makalangan (Spice Indonesia). Karena tahapan atau sintak
Ellsa Gita Mardiana, Ayo Sunaryo
Ringkang, Vol , No, Bulan Tahun, Palatino Linotype pt9

dari model intruksi langsung ini dapat observasi serta mendokumentasikannya.


mempermudah peserta didik dalam Terlihat sudah cukup baik penerapan
mengangkap serta mengingat materi yang pembelajaran tari jaipong makalangan
diberikan. Model pembelajaran intruksi terhadap peserta didik cerebral palsy tersebut.
langsung ini pun lebih berpusat pada guru Terlihat dari perubahan perilaku yang
atau yang disebut dengan teacher centre yang signifikan mulai dari kepercayaan dirinya
diharapkan guru mampu membuat suasana hingga kemandiriannya. kepercayaan dirinya
belajar menjadi lebih nyaman dan aman terlihat dari peserta didik yang mampu
terlebih pada anak cerebral palsy. Hingga respon menarikan tari jaipong makalangan tersebut
timbal balik dari lingkungan masyarakat, dengan sungguh-sungguh dan
keluarga hingga guru sangat berpengaruh kemandiriannya terlihat dari setiap
terhadap perubahan tingkah laku yang pemebelajaran yang akan dilakukan peserta
diharapkan (Ni’mah & Mintohari, 2013, hlm.4). didik mampu menyiapkan perlengkapan
Ditunjang dengan metode pembelajaran drill, latihan dengan mandiri.
imitasi, dan simulasi yang menjadi sarana
dalam pembelajaran berlangsung. Metode drill KESIMPULAN
atau latihan yang diberikan secara teratur dan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
konsisten sangat menguntungkan untuk di Yayasan Pemberdayaan Disabilitas (Spice
peserta didik cerebral palsy. Karena pada saat Indonesia) dengan subjek penelitian yaitu
pembelajaran berlangsung peserta didik dapat peserta didik dengan berkebutuhan khusus
berperan aktif dengan cara berlatih Cerebral Palsy atau hambatan dalam fisik dan
(Cahyaningtias, 2016, hlm. 2-3). Maka dari itu, motoriknya. Pemberlajaran tari di Yayasan
metode drill ini sangat efektif untuk diberikan Pemberdayaan Disabilitas (Spice Indonesia)
terhadap peserta didik cerebral palsy. bertujuan untuk dapat mengembangkan bakat
Berdasarkan hasil dari observasi serta yang dimiliki oleh peserta didiknya, salah
wawancara bersama narasumber perubahan satunya dalam pembelajaran Tari Jaipongan
tingkah laku dari peserta didik cerebral palsy Makalangan. Pembelajaran Tari Jaipong
sinifikan terlihat mulai dari kepercayaan diri Makalangan bagi peserta didik Celebral Palsy
hingga kemandirian yang dimaksud dengan tersebut memiliki perencanaan model
kepercayaan dirinya adalah peserta didik pembelajaran dengan menggunakan model
mampu menunjukan bakat dirinya dihadapan intruksi langsung, drill, imitasi dan simulasi,
masyarakat dan halayak orang. Proses model pembelajaran tersebut dirasa efektif dan
pembelajaran yang dilakukan dengan satu kali efesien dalam pembelajaran tari pada peserta
pertemuan dalam seminggu dirasa cukup didik yang memiliki kebutuhan khusus.
untuk peserta didik dengan berkebutuhan Pembelajaran yang dilakukan dalam satu minggu
khusus tersebut, sehingga peserta didik merasa sekali dengan durasi dua jam dirasa cukup bagi
nyaman dan tidak merasa terbebani dengan anak berkebutuhan khusus, sehingga peserta
adanya pembelajaran tari tersebut. Namun didik tersebut merasa nyaman dan tidak
perlunya pelatihan secara berulang agar terbebani. Proses pembelajaran berlangsung
peserta didik lebih hafal dan memahami materi dengan pelatih melatih serta menganalisis dari
tari tersebut. mobilitas peserta didik Cerebral Palsy tersebut
Hasil dari pembelajaran tari jaipong sehingga pemberian materi diberikan secara
makalangan terhadap peserta didik cerebral bertahap satu persatu hingga peserta didik dapat
palsy Di Yayasan Pemberdayaan Disablitas hafal dan memahaminya. Perlunya model
(Spice Indonesia) yang diteliti oleh peneliti pembelajaran drill dan imtasi dengan secara
terhitung 5 x pertemuan, dalam 5 x pertemuan teratur dan konsisten agar peserta didik dapat
tersebut peneliti mewawancarai narasumber, hafal dan memahami gerak tersebut. Tujuan
Ellsa Gita Mardiana, Ayo Sunaryo
Ringkang, Vol , No, Bulan Tahun, Palatino Linotype pt9

adanya pembelajaran tari pada anak 55167.


berkebutuhan khusus Cerebral Palsy di Yayasan Juniar, C. (2015). Pembelajaran Tari untuk
Pemberdayaan Disabilitas (Spice Indonesi) yaitu Penyandang Down Syndrome di Gigi Art
agar anak berkebutuhan khusus juga dapat Of Dance. Universitas Pendidikan Indonesia,
mengembangkan bakatnya dan mampu 561(3), S2–S3.
meningkatkan kepercayaan diri, sehingga Karyati, D. (2019). Lesson Study in Dancing Art
mampu merasa sama dengan peserta didik Learning to Improve Competences of
normal lainnya. Pemilihan materi dirasa cukup Elementary Students in Sumedang. 255(Icade
baik dengan materi pembelajaran Tari Jaipong 2018), 253–257.
Makalangan yang sudah dimodifikasi sehingga https://doi.org/10.2991/icade-18.2019.58
lebih sederhana agar dapat dipahami oleh peserta Munandar, A., & Sutisna, N. (2019). Pengaruh
didik Celebral Palsy. Berdasarkan hasil dari Struktural Analitik Sintetik Tergadap
observasi serta wawancara bersama narasumber Peningkatan Membaca Permulaan Anak
perubahan tingkah laku dari peserta didik cerebral Cerebral Palsy. Pedagogia, 17(3), 247–260.
palsy sinifikan terlihat mulai dari kepercayaan diri https://doi.org/10.17509/pdgia.v17i3.20299
hingga kemandirian yang dimaksud dengan Muslim, A. . (Ed.). (1996). Ortopedi dalam
kepercayaan dirinya adalah peserta didik mampu Pendidikan Anak Tuna Daksa. Departemen
menunjukan bakat dirinya dihadapan masyarakat Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat
dan halayak orang. Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Tenaga
Guru.
UCAPAN TERIMA KASIH Ni’mah, R. F., & Mintohari. (2013). Model
Ucapan terimakasih peneliti sampaikan kepada Pembelajaran Langsung untuk
seluruh pihak yang telah berperan didalam Meningkatkan Keterampilan Pengambilan
penelitian ini, khususnya kepada Departemen Keputusan Siswa Sekolah Dasar. Jurnal
Pendidikan Tari Universitas Pendidikan JPGSD, 2(1), 1–13.
Indonesia dan Yayasan Pemberdayaan Prima sari, L. (2021). Metode Pmebelajaran
Disabilitas (Spice Indonesia) sehingga Angguk Putri pada ABK Tunarungu di
penelitian ini dapat berjalan dengan lancar sanggar Seni Sripanglaras. Institut Seni
tanpa hambatan. Indonesia Yogyakarta, 11.
Purnamasari, I. (2013). Pembelajaran Tari
Merak bagi siswa Tunagrahita ringan di
REFERENSI SLB C Cipaganti Bandung. Universitas
Cahyaningtias, A. (2016). Upaya Peningkatan Pendidikan Indonesia, 87(1,2), 149–200.
Kemampuan BErpakaian melalui Metode Drill Rijali, A. (2018). Analisis Data Kualitatif.
pada Anak Cerebral Palsydi Sekolah Luar Alhadharah: Jurnal Ilmu Dakwah, 17(33), 81.
Biasa Daya ananda. 1–23. https://doi.org/10.18592/alhadharah.v17i33
Hervitaniar, C. R. (2016). TARI JAIPONG .2374
ACAPPELLA KARYA GOND O D I KLINIK Sandi, N. V. (2018). Pembelajaran Seni Tari
JAIPONG GOND O ART PROD UCTION Tradisional di Sekolah Dasar.
Universitas Pendidikan Indonesia | DIALEKTIKA Jurnal Pemikiran Dan
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 20. Penelitian …, 8(2).
20–32. http://journal.peradaban.ac.id/index.php/j
Huda, Mifthaul. (2018). Model-Model Pengajaran dpgsd/article/view/310
dan Pembelajaran (Miftahul Huda (Ed.); Soraya, A. N. A. (2012). Pola komunikasi ibu
CETAKAN KE). PUSTAKA PELAJAR dan anaknya yang menderita CEREBRAL
celeban Timur UH III/548 Yogyakarta PALSY. Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
Ellsa Gita Mardiana, Ayo Sunaryo
Ringkang, Vol , No, Bulan Tahun, Palatino Linotype pt9

Sunaryo, A. (2020). PENGEMBANGAN


MODEL ENGKLE BERBASIS
PERMAINAN TRADISI UNTUK
MENINGKATKAN KOMPETENSI
PENCIPTAAN TARI ANAK. Universitas
Pendidikan Indonesia, 21(1), 1–9.
Winataputra, U. S. (2008). Teori Belajar Minat
dan Pembelajaran. Jakarta: UT.

Anda mungkin juga menyukai