DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 3 (TIGA)
KELAS 32 E
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
PEMBAHASAN ii
3. Macam-macam metode pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran seni tari sebagai
berikut:
1. Metode Tutor Sebaya
Pengajaran dengan tutor sebaya adalah kegiatan belajar siswa dengan memanfaatkan teman
sekelas yang mempunyai kemampuan lebih untuk membantu temannya dalam melaksanakan suatu
kegiatan atau memahami suatu konsep. Tutor tersebut diambil dari kelompok yang prestasinya lebih
tinggi. Tutor sebaya merupakan bagian dari Cooperative Learning atau belajar bersama, siswa yang
kurang mampu dibantu belajar oleh teman-teman sendiri yang lebih mampu dalam suatu kelompok.
Bentuknya adalah satu tutor membimbing satu teman, atau satu tutor membimbing beberapa teman
dalam kelompok.
2. Metode Demonstrasi
Metode Demonstrasi adalah metode pengajaran tari yang dinilai paling efektif. Guru dapat
secara langsung mempraktikkan gerak tari di depan siswa. Melalui metode demonstrasi. guru dapat
meningkatkan pemahaman anak melaui penglihatan dan pendengaran. Dalam metode ini, guru
harus melakukan langkah seperti:
a. menjelaskan dahulu tentang konsep tari seperti tema, judul, gambaran gerak, dll.
b. Setelah itu guru bisa mempraktikkan gerak demi gerak, motif demi motif kepada siswa.
c. Guru harus senantiasa mengulang-ulang gerakan sampai anak paham.
d. Setelah anak hafal 1-3 motif gerak, guru memainkan musik iringan dan mencoba bergerak
dengan musik. Musik dinilai dapat meningkatkan kemampuan anak dalam fokus, konsentrasi,
memahami tempo gerak dan lebih semangat.
3. Metode Bercerita
Ketika guru menyampaikan cerita, hendaknya guru dapat menghidupkan suasana dalam
cerita tersebut. Keterlibatan anak terhadap cerita akan memberikan suasana yang segar, hidup,
menarik dan menjadi pengalaman yang unik bagi anak. Dalam metode bercerita, sebelum
mempraktikkan gerak, guru menceritakan kisah atau isi cerita sebuah tari.
4. Metode Apresiasi Audio Visual
Metode ini mengutamakan tahap apresiasi di awal pembelajaran dengan penayangkan video
(media audio visual). Materi apresiasi yang diberikan bisa berupa video tari anak, permainan anak,
lagu anak. Apresiasi diberikan dengan tujuan untuk memusatkan perhatian siswa untuk belajar tari,
memberi gambaran awal, meningkatkan antusias anak.
5. Metode Bermain
Pembelajaran seni tari dengan metode bermain dapat dilakukan dengan cara memberi anak
permainan- permainan dimana guru dapat memasukkan unsur gerak pada permainan itu. Misalnya
bermain ular naga panjang, siapa yang terperangkap akan dihukum untuk menari beberapa gerakan.
Contoh berikutnya bisa dilakukan dengan bermain tebak-an. Guru menuliskan nama binatang pada
sebuah kartu. Guru memerintahkan siswa untuk mengambil kartu secara acak. Setelah melihat
kartu itu bertuliskan kupu-kupu, siswa pemegang kartu diminta praktik menari dengan gerak yang
menyerupai kupu-kupu. Kemudian meminta teman lainnya untuk menebak. Dan masih banyak lagi
permainan lainnya.
Metode bermain memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks di samping menumbuhkan
tanggung jawab, kejujuran, kerja sama persaingan sehat, dan keterlibatan belajar.
6. Metode Pembelajaran SAVI
SAVI merupakan singkatan dari Somatic, Auditory, Visual dan Intellectual. SAVI adalah
model pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra
yang dimiliki peserta didik. Terdapat empat unsur dalam pembelajaran SAVI yaitu Somatis (belajar
dengan bergerak dan berbuat), Auditori (belajar dengan mendengar dan berbicara). Visual (belajar
dengan mengamati dan menggambarkan) dan Intelektual (belajar memecahkan masalah).
7. Metode Pengamatan
Metode pengamatan hampir sama dengan metode apresiasi. Jika apresiasi tujuan awal untuk
membangkitkan semangat siswa, jika pengamatan, obyek yang diamati justru itu yang menjadi
sumber belajar utama. Misalnya siswa diminta untuk mengamati gerak-gerik binatang kelinci.
Kemudian guru menyimpulkan gerak-gerak pokok yang sering dilakukan oleh kelinci. Kemudian
siswa memperagakan gerak kelinci yang sudah distilirisasi menjadi gerak tari yang dibantu oleh
guru
8. Metode Pengenalan Properti Tari
Metode ini dilakukan dengan cara menumbuhkan rangsang ide pada anak setelah anak
melihat properti tari. Guru bisa memberi gambaran properti selendang/sampur bisa digunakan
untuk menari dengan gerakan-gerakan tertentu. Kemudian guru memberi kebebasan pada siswa
untuk mengeksplorasi sampur tersebut.
9. Metode Pembelajaran Berbasis Teknologi
Penggunaan video, aplikasi, atau platform daring dapat digunakan untuk membantu siswa
memahami dan mempraktikkan gerakan tari, serta untuk eksplorasi karya seni tari dari berbagai
sumber.
10. Metode Pembelajaran Berbasis Kinerja
Siswa belajar melalui pertunjukan langsung, baik dalam kelas atau di depan audiens. Ini
dapat meningkatkan rasa percaya diri, keterampilan panggung, dan kemampuan berkomunikasi
melalui gerakan.
11. Metode Praktik Langsung
Siswa langsung terlibat dalam melakukan gerakan atau teknik tari. Latihan langsung
memberikan pengalaman langsung dan membantu siswa mengembangkan keterampilan teknis.
12. Metode Bermain Peran (Role Play)
Siswa memainkan peran tertentu dalam koreografi atau adegan tari. Ini dapat membantu
mereka lebih memahami karakter, cerita, dan ekspresi emosional dalam tari.
13. Metode Improvisasi
Memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengeksplorasi gerakan tanpa panduan yang
ketat. Metode ini mendorong kreativitas, spontanitas, dan ekspresi diri.
14. Metode Proyek Kolaboratif
Siswa bekerja bersama dalam kelompok untuk menciptakan koreografi atau pertunjukan tari.
Kolaborasi memperkuat keterampilan sosial dan mengajarkan siswa untuk bekerja sama dalam
mencapai tujuan bersama.
15. Metode Analisis Gerakan
Siswa mempelajari dan menganalisis gerakan tari dari berbagai gaya atau budaya. Ini
membantu mereka memahami keberagaman seni tari dan mengembangkan pemahaman konsep
gerakan.
16. Metode Pemodelan
Guru atau penari profesional dapat tampil di depan siswa sebagai model inspiratif.
Pemodelan dapat memberikan gambaran tentang tingkat keahlian yang diinginkan dan memberikan
inspirasi.
Chapman (1978) berpendapat bahwa pendidikan seni yang memberikan kesempatan pada anak
untuk mengekspresikan emosinya adalah penting, tetapi jangan karena itu, kegiatan mempelajari
ilmu seni diabaikan. Menurut Eisner (1987/1988) bahwa pendidikan seni berbasis disiplin bertujuan
menawarkan program pembelajaran yang sistematik dan berkelanjutan dalam empat bidang yang
digeluti orang dalam dunia seni yaitu bidang penciptaan, penikmatan, pemahaman dan penilaian.
Keempat bidang tersebut haruslah tercermin dalam kurikulum. Anak hendaknya tidak hanya diberi
kesempatan berekspresi/menciptakan karya seni tetapi mereka juga perlu mempelajari bagaimana
caranya menikmati suatu karya seni, dan memahami konteks dari sebuah karya seni. Keempat
bidang tersebut hendaknya diajarkan secara terpadu.
Perbedaan antara pendidikan seni berbasis disiplin dengan pendekatan ekspresi bebas tidak
hanya terletak pada kekomprehensifan cakupan kegiatan yang ditawarkan, tetapi juga pada
bagaimana filosofi program dan cara membelajarkan anak. Pada pendekatan ekspresi bebas, anak
diperlakukan secara istimewa dengan membiarkannya untuk secara bebas menyatakan apa yang
ingin diekspresikannya. Guru tidak diijinkan mengintervensi. Peran guru hanyalah memberikan
kemudahan bagi anak dalam berekspresi. Maka lahirlah kurikulum yang dikenal dengan emerging
curriculum, suatu kurikulum yang tidak siap pakai tetapi disusun mengikuti kehendak anak pada
suatu kegiatan pembelajaran. Anaklah yang menentukan mengenai pengalaman belajar apa yang
akan dilakukannya. Berdasarkan keinginan sang anak, maka guru pun menyiapkan fasilitas. Pada
pendidikan seni berbasis disiplin, kurikulum yang digunakan bersifat siap pakai dengan program
yang tersusun secara sistematis. Dengan mengacu pada kurikulum siap pakai inilah, guru
melaksanakan pembelajaran. Jeffers membandingkan kedua pendekatan ini dengan menggunakan
metafora pertumbuhan alamiah dengan metafora pembentukan. Metafora pertumbuhan alamiah
mengandaikan anak sebagai sekuntum bunga atau tanaman, guru sebagai tukang kebun dan sekolah
sebagai kebun. Guru sebagai tukang kebun haruslah menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga
anak sebagai tanaman tumbuh secara subur dan alamiah. Pada sisi lain, metafora pembentukan
memandang anak sebagai tanah liat dan guru sebagai pematung. Anak sebagai tanah liat berada pada
posisi untuk memilih atau menolak bentuk akhir dari dirinya sendiri.
Seni tari melibatkan berbagai unsur, termasuk gerakan tubuh, ritme, musik, pencahayaan,
kostum, dan kadang-kadang teks atau narasi. Dalam konteks budaya yang berbeda, seni tari dapat
memiliki gaya dan bentuk yang sangat beragam, mencerminkan tradisi dan nilai-nilai setempat.
B. Saran