Anda di halaman 1dari 1

NASKAH TUGAS MATA KULIAH

UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2022/23.1 (2022.2)

Fakultas : FHISIP/Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Kode/Nama MK : ISIP4214/Sistem Sosial Budaya Indonesia
Tugas :3

No. Soal
1. Bacalah artikel berikut.

KOMPAS.com - Sepucuk surat dari Lembaga Adat Baduy dilayangkan ke Presiden Joko Widodo,
Gubernur Banten, Bupati Lebak hingga Kementerian/Lembaga terkait. Surat dengan tiga cap jempol--
Jaro Saidi sebagai Tangunggan Jaro 12, Jaro Aja sebagai Jaro Dangka Cipati, dan Jaro Madali sebagai
Pusat Jaro 7 itu berisi permintaan menghapus Baduy dari peta kawasan wisata. Ada beragam alasan
yang melatari permintaan lembaga yang menaungi warga Baduy tersebut. Alasan yang kentara adalah
persoalan sampah plastik di Baduy, Lebak, Banten. Lantas, bagaimana sengkarut soal Baduy yang kini
kian panas
Pencemaran sampah plastik di Baduy adalah momok yang tak bisa lepas dari pengembangan
pariwisata di kawasan tersebut. Sebagai salah satu kawasan dengan suku yang memegang teguh adat
istiadat, persoalan sampah plastik adalah hal genting. Terlebih, Suku Baduy memiliki cara hidup
tradisional dan dekat dengan alam--sebuah filosofi yang diwariskan turun-temurun. Khusus Baduy
Dalam, para warganya dikenal memegang teguh adat istiadat, salah satunya tidak memakai peralatan
modern. Adapun kemasan plastik termasuk sebagai hal modern. Namun, seiring perkembangan Baduy
jadi kawasan wisata--tepatnya pada pemekaran Banten dari Jawa Barat, wisatawan mulai meningkat
dan berimbas pada banyaknya sampah plastik. Baca juga: Wisatawan Bikin Baduy Tercermar Sampah
Plastik, Ini Kata Tur Operator Dilansir dari BBC Indonesia, meningkatnya kunjungan wisatawan,
ditambah ramainya usaha dagang warga yang sebagian besar menjual produk makanan minuman
berkemasan plastik, mendatangkan persoalan baru. Sampah plastik kian banyak ditemukan berserakan
di sekitar pemukiman warga Baduy, yang juga area kawasan wisata. Botol-botol minuman kemasan,
bungkus plastik makanan ringan, juga sedotan adalah jenis sampah yang dominan ditemukan di jalan
maupun di sungai atau di tempat sampah yang tersedia sepanjang jalan. Baca juga: Liburan ke Baduy,
Wisatawan Bisa Jajal Hidup ala Suku Baduy Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya juga mengakui jika
keluhan para warga Baduy lantaran wilayahnya tercemar karena kunjungan wisatawan. "Kenapa mereka
keluarkan statemen seperti itu, karena banyak pengunjung tidak taat, bangun warung di sana dan buang
sampah sembarangan," kata Iti ditemui di Pendopo Kabupaten Lebak di Rangkasbitung. Sampah-
sampah yang dibuang sembarangan oleh wisatawan banyak berserakan di sepanjang rute wisata
Baduy. Baca juga: Kawasan Wisata Baduy Masih Ditutup Sementara itu, Marketing and Sales
Bantamtraveler, Deri Hermawan, sependapat jika wisatawan kurang peduli lingkungan meski pihak
Baduy sudah menyiapkan tempat sampah. Deri menuturkan, di sepanjang jalur yang kerap dilalui
wisatawan, banyak sekali tempat sampah yang terbuat dari bambu atau karung. Kendati demikian,
berdasarkan pengalamannya membawa wisatawan ke sana, hanya segelintir orang saja yang
membuang sampah pada tempatnya. CEO Kili Kili Adventure, Bima Pangarso, mengakui kawasan
wisata Baduy tercemar sampah plastik, tetapi hanya Baduy luar saja yang mengalaminya. “Sampah
plastik lebih banyak di Baduy luar. Kalau di dalam, bahkan puntung rokok pun diambil. Baduy dalam
sepengetahuan saya bersih,” ujar Bima.

Sumber: https://travel.kompas.com/read/2020/07/10/172330527/ketika-warga-baduy-tak-ingin-lagi-
terima-wisatawan?page=all

a. Setujukah Anda dengan apa yang dilakukan oleh warga Baduy tersebut? Berikan alasannya.
b. Apa upaya untuk mengatasi masalah tersebut? Kaitkan dengan materi pengelolaan lingkungan
hidup.
2. Indonesia memiliki beragam kearifan lokal yang dipraktikkan oleh masyarakat adat sehingga dapat
membantu pemerintah untuk mengatasi kerusakan lingkungan hidup. Setujukah Anda dengan
pernyataan tersebut? Berikan alasan dan contoh konkret kearifan lokal yang dapat membantu
pemerintah mengatasi kerusakan lingkungan.

1 dari 1

Anda mungkin juga menyukai