Anda di halaman 1dari 2

DISKUSI 3 : HUBUNGAN INDUSTRIAL

PKB diatur dalam Undang- Undang No 13 Tahun 2003 dalam Bab XI mengenai hubungan
industrial yaitu dalam Bagian Ketiga. Kemudian dalam Pasal 133 Undang-Undang No 13 Tahun
2003 menyebutkan bahwa mengenai persyaratan serta tata cara pembuatan, perpanjangan,
perubahan, dan pendaftaran PKB diatur dengan keputusan menteri. Perjanjian Kesepakatan Kerja
Bersama (KKB) atau istilah yang dipergunakan dalam Undang-Undang No 13 Tahun 2003
adalah
Perjanjian Kerja Bersama (PKB) dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Collective Labour
Aggrement (CLA), atau dalam bahasa Belanda disebut dengan Collective Arbeids Overemkomst
(CAO), perjanjian ini dikenal dalam khasanah hukum Indonesia berdasarkan ketentuan dalam
hukum KUH Perdata. Sedangkan pengertian perjanjian perburuhan menurut Lotmar,
Tarifvertrage ialah suatu perjanjian antara seorang majikan atau lebih dengan sekelompok buruh
yang memuat
syarat-syarat upah dan kerja untuk perjanjian-perjanjian kerja yang akan diadakan kemudian.

Berdasarkan Pasal 1 angka 21 Undang-Undang No 13Tahun 2003 jo Pasal 1 angka2 Keputusan


Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP-48/MEN/IV/2004, PKB yaitu perjanjian
yang merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja / serikat buruh atau beberapa serikat
pekerja / serikat buruh yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab dibidang
ketenagakerjaan dengan pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang
memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak

Adapun beberapa pemangku kepentingan dalam perjanjian kerja bersama antara lain pemerintah,
pengusaha, serikat pekerja dan kerja sama, serta konsumen dan masyarakat
1. Pemerintah
Dalam negara kolektif, perjanjian kerja bersama jarang ditemui. Dalam sistem perekonomian
terpusat ada ketakutan bahwa jika kesepakatan kerja bersama hilang, akan ada distorsi dalam
upah dan biaya karyawan. Oleh karena itu, ada kecenderungan pemerintah mengatur peningkatan
upah. Upah merupakan pengendalian jangka pendek, sedangkan pengendalian jangka panjang
adalah mendapatkan penghasilan dan harga. Dalam sistem pemerintahan demokrasi, perjanjian
kerja bersama merupakan kebijakan publik yang bertujuan mempromosikan hubungan
harmonisasi dan kerja sama, serta mendukung pertumbuhan.

2. Pengusaha
Pandangan manajer dan karyawan atau pengusaha dan serikat pekerja berbeda dan bertentangan
dalam situasi perjanjian kerja bersama. Jika manajemen dan karyawan merealisasikan nilai kerja
sama dan kolaborasi, mereka suka menjadi konsultan yang lebih besar. Peningkatan upah dapat
dilakukan apabila ada perbaikan produktivitas dan profitabilitas perubahan/ organisasi. Menurut
karyawan, upah harus selalu meningkat, padahal peningkatan upah akan menyebabkan inflasi.

3. Karyawan dan Serikat Perdagangan


Perusahaan manufaktur pada umumnya mengadakan perjanjian kerja bersama dalam
menentukan upah, sedangkan dalam perusahaan jasa tidak pernah ada perjanjian kerja bersama
untuk menentukan tingkat upah. Oleh karena itu, jarang perusahaan jasa yang tergabung dalam
serikat pekerja. Kekuatan tawar-menawar serikat pekerja tinggi bila input dan output karyawan
tidak dapat digantikan. Tujuan serikat pekerja adalah menjamin upah dan manfaat bagi anggota.
Semakin tinggi koordinasi dan sentralisasi dalam perjanjian atau kesepakatan, maka semakin
besar kecenderungan untuk melihat beberapa moderasi dalam upah yang lemah dan kuat bagi
karyawan pada tingkat keahlian dan kesempatan yang sama.

4. Karyawan dan Masyarakat


Beberapa proses produksi dalam perusahaan sering kali di outsorcing ke perusahaan lain yang
memberikan kerja dan mengurangi biaya. Perjanjian kerja bersama sering kali dipersepsikan
sebagai konflik kepentingan. Dampak perjanjian kerja bersama terhadap hubungan manajer dan
karyawan sulit digeneralisasi. Kesepakatan kerja bersama tidak dapat menyelesaikan masalah
manajer dan karyawan.

Adapun inovasi di tempat kerja yang baru menurut Ichinowski et al. (1996) terdiri dari (a) yang
berfokus pada usaha dan motivasi karyawan dan kelompok kerja; (b) yang berfokus pada
penggunaan informasi, pengetahuan, dan keahlian karyawan; dan (c) yang menekankan
perubahan pada struktur organisasi dan praktek-praktek manajemen sumber daya manusia seperti
pengambilan keputusan, investasi dalam pelatihan, pengurangan supervise dan manajer, integrasi
teknologi informasi dengan proses kerja dan desain pekerjaan, dan sebagainya.

Sumber referensi :
- Ariani, D Wahyu. 2020. Hubungan Industrial. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka.
- https://media.neliti.com/media/publications/154962-ID-aspek-hukum-dalam-perjanjian-
kerja-bersa.

Anda mungkin juga menyukai