Anda di halaman 1dari 17

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DATA PRIBADI KONSUMEN

PINJAM ONLINE
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kejahatan Korporasi

Dosen Pengampu:

Dr. Erma Rusdiana, SH, MH.

Disusun Oleh:

KELOMPOK 4

1. M Torriqurrohman 180111100037
2. Amos Leonardo Pakpahan 180111100085

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas limpahan rahmat-Nya penulis mampu menyelesaikan makalah yang berjudul
“Perlindungan Hukum Terhadap Data Pribadi Konsumen Pinjam Online” sampai selesai.
Penulisan makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas Kejahatan Korporasi semester genap.

Melalui makalah ini diharapkan para mahasiswa dapat memahami tentang


Perlindungan Hukum Data Pribadi Konsumen dalam Pinjam Online yang pada gilirannya
dapat diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran. Penulis menyadari sepenuhnya
bahwa masih ada kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Maka penulis memerlukan
kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini pada penulisan selanjutnya.

Penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak dosen dan teman-
teman yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta dorongan kepada penulis. Penulis
mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa khususnya pembaca makalah
ini. Terima kasih.

Bangkalan, 03 Mei 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...3

BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………………………………….4
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………………………………….5
1.3 Tujuan………………………………………………………………………………………………………………….5
1.4 Manfaat………………………………………………………………………………………………………………..5
BAB II.....................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................6
2.1 Pengertian Pinjam Online…………………………………………………………………………………..6
2.2 Manfaat Pinjaman Online…………………………………………………………………………………..6
2.3 Pengertian Privasi dan Data Pribadi………………………………………………………………….7
BAB III....................................................................................................................9
PEMBAHASAN.....................................................................................................9
3.1 Faktor - faktor yang mengakibatkan marak terjadinya Kejahatan yang dilakukan Pelaku
penyedia jasa Pinjam Online………………………………………………………………………………9
3.2 Perlindungan Hukum terhadap Data Pribadi Konsumen dalam Jasa Pinjam Online......10
BAB IV..................................................................................................................16
PENUTUP.............................................................................................................16
4.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………………………………..16
4.2 Saran………………………………………………………………………………………………………………….16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan teknologi pada saat ini sangat trend dan diminati oleh semua kalangan di
masyarakat salah satunya dibidang komunikasi. Dengan adanya kemajuan yang pesat dalam
teknologi ini, kemudian dapat dimanfaatkan oleh banyak orang untuk melakukan transaksi
dan usaha, salah satunya yaitu usaha dibidang jasa keuangan. Dibuktikan dengan adanya
berbagai layanan maupun aplikasi bukan bank yang tersedia di dunia maya internet yang
menyediakan jasa pemberan pinjaman uang secara instan dan terpercaya.
Sistem pinjaman pada layanan pinjaman online dilaksanakan biasanya dengan sistem
“peer to peer lending”, yaitu penyelenggaraan perjanjian pinjam – meminjam yang
mempertemukan pemberi pinjaman dengan penerima pinjaman melalui layanan internet atau
dunia maya. Terciptanya sistem ini di Indonesia tentu dapat memberik dampak positif dan
negatif, yaitu dampak positif yang dirasakan beberapa pendudukan yang bertempat tinggal di
daerah – daerah terpencil atau pelosok daerah dapat dengan mudah melaksanakan proses
pinjam – meminjam uang secara instan. Dalam pinjaman online ini, pelaksanaan pemberian
kredit dapat dilaksanakan dengan cepat dan tidak ribet. Selain itu, pemberian dapat diberikan
tanpa agunan, lain halnya dengan bank yang secara yuridis menyatakan bahwa KTA tidak
mungkin terjadi, dan walaupun bank memberikan kredit tanpa agunan khusus, hal itu bukan
berarti bahwa pemberian kredit tersebut tanpa disertai agunan sama sekali. Dampak negatif,
Data Pribadi konsumen menjadi taruhan dalam sistem pinjam online tersebut. Dan marak
terjadi pencurian data dan penyalahgunaan.
Pelanggaran data pribadi terjadi telah terjadi dalam kasus RupiahPlus. RupiahPlus
merupakan salah satu penyelenggara pinjam online berbasis aplikasi. Dalam kasus tersebut,
beberapa nasabahnya telah mengeluhkan bahwa data pribadinya telah disebarluaskan oleh
pihak RupiahPlus tanpa pemberitahuan dan tanpa izin dari pemilik data pribadi tersebut.
Penyebarluasan data pribadi tersebut dilakukan dengan mengirim pesan ke seluruh kontak
telepon yang memiliki peminjam, dimana pesan tersebut berisi data pribadi peminjam,
jumlah utang yang dipinjam dan memberitahu agar yang bersangkutan melaksanakan
pembayaran utang dari peminjam.
Maka dengan latar belakang tersebut dalam kesempatan ini, kami mendapatkan judul
“Perlindungan Hukum Terhadap Data Pribadi Konsumen Pinjam Online”.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor yang mengakibatkan marak terjadinya Kejahatan yang dilakukan
Pelaku penyedia jasa Pinjam Online?
2. Bagaimana Perlindungan Data Pribadi Konsumen dalam jasa Pinjam Online. Apakah
diatur dalam Undang – Undang?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui faktor apa yang mengakibatkan marak terjadinya Kejahatan yang
dilakukan Pelaku penyedia jasa pinjam online;
2. Untuk mengetahui bagaimana Perlindungan Data Pribadi Konsumen dalam jasa
Pinjam Online.

1.4 Manfaat
1. Bagi Penulis
Penulis makalah ini disusun sebagai salah satu pemenuhan tugas terstruktur dari mata
kuliah Kejahatan Korporasi.
2. Bagi Pembaca
Makalah ini diharapkan dapat menambah referensi pustaka untuk memahami berbagai
teori yang menjadi landasan seputar Perlindungan Data Pribadi Konsumen dalam
Pinjam Online.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pinjam Online
Pinjaman online merupakan jenis pinjaman yang cukup diajukan secara online
melalui aplikasi ponsel, tanpa perlu tatap muka. Cara ini memberikan kemudahan dan
kecepatan dalam proses pengajuan kredit. Pinjaman online ini tumbuh dengan sangat cepat di
Indonesia. Kemudahan dan kecepatan yang ditawarkan menjadi daya tarik utama.
Pengajuan kredit yang selama ini dikenal lama dan rumit, sekarang bisa dilakukan
secara cepat, mudah, online dan tanpa tatap muka. Calon peminjam atau konsumen cukup
mengunduh aplikasi pinjaman di ponsel melalui Google atau melaluai aplikasi lainnya. Ada
yang menerima hanya ponsel android namun ada juga yang menerima di ios/apple.

2.2 Manfaat Pinjaman Online


Berbagai manfaat yang dapat dirasakan dari Pinjam Online yaitu:
A. Cepat. Proses persetujuan di pinjaman online memakan waktu singkat. Biasanya
dalam 24 jam, jauh lebih superior dibandingkan bank yang dapat memakan waktu 1
sampai 2 minggu.
B. Mudah. Persyaratan pinjaman online umumnya hanya KTP dan foto selfie. Syarat
dokumen lain opsional, jika dibutuhkan. Berbeda dengan bank yang meminta banyak
dokumen sejak awal.
C. Online. Seluruh proses dilakukan secara online, tidak perlu tatap muka. Peminjam
bisa mengajukan pinjaman dimana saja dan kapan saja. Cukup bermodalkan
smartphone.
D. Fleksibilitas tenor. Pinjaman online memperkenalkan tenor kredit 30 hari. Tenor
pendek ini banyak dicari karena dianggap cocok dengan siklus gajian pegawai.
Sementara bank meminta minimum tenor 6 bulan yang belum tentu semua orang
butuh masa pinjaman selama itu.
E. Plafon Kecil. Bank jarang memberikan plafon pinjaman kecil. Paling minum Rp. 5
Juta di KTA. Pinjaman online menawarkan pinjaman mulai dari Rp. 500 Ribu. Orang
yang butuh plafon kecil, cocok sekali dengan tawaran pinjaman online.
F. Tanpa Kartu Kredit. Pinjaman online tidak mensyaratkan kartu kredit dalam
pengajuan. Ini merupakan big relief bagi banyak orang karena bank mewajibkan
pengajuan harus dengan kartu kredit.

6
G. Tanpa jaminan. Tidak ada agunan yang diserahkan untuk bisa mengajukan
pinjaman. Ini juga big relief bagi banyak orang yang ingin pinjam tapi tanpa harus
menyerahkan aset sebagai jaminan.

2.3 Pengertian Privasi dan Data Pribadi


Privasi secara umum dapat didefinisikan dengan berbagai arti. Menurut Cambridgne
Dictionary, privacy salah satunya diartikan sebagai:
“The righ that someone has to keep their personal life or personal information secret or
know only to a small group of people.”
Apabila diterjemahkan secara bebasnya, definisi ini mengandung arti bahwa privasi adalah
hak yang dipunyai seseorang untuk menjaga kehidupan personal atau rahasia informasi
personal agar hanya untuk diketahui sekelompok kecil saja. Sedikit berbeda dengan
Cambridge Dictionary, KBBI mendefinisikan privasi sebagai “Kebebasan; keleluasaan
pribadi.”
Adapun mengenai data pribadi, pengertiannya dapat ditemukan dalam Undang –
Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (UU Adminduk)
sebagaimana yang telah diubah dengan Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan (UU 24/2013). Pasal 1 Angka 22 UU 24/2013 berbunyi:
“Data Pribadi adalah data perseorangan tertentu yang disimpan, dirawat dan dijaga
kebenaran serta dilindungi kerahasiaannya.”
Perlindungan atas Privasi dan Data Pribadi Masyarakat secara konstitusional, Negara
melindungi privasi dan data penduduk masyarakat. Pasal 28G ayat (1) Undang – Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berbunyi:
“Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan
harga benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan
dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak
asasi.”
Senada dengan Pasal 28G ayat (1) UUD NRI 1945, Pasal 2 UU Adminduk mengatur bahwa:
Setiap Penduduk mempunyai hak untuk memperoleh:
a. Dokumen Kependudukan;
b. Pelayanan yang sama dalam Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil;
c. Perlindungan atas data pribadi;
d. Kepastian hukum atas kepemilikian dokumen;

7
e. Informasi mengenai data hasil Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil atas dirinya
dan/atau keluarganya; dan
f. Ganti rugi dan pemulihan nama baik sebagai akibat kesalahan dalam Pendafataran
Penduduk dan Pencatatan Sipil serta penyalahgunaan Data Pribadi oleh instansi Pelaksana.

8
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Faktor - faktor yang mengakibatkan marak terjadinya Kejahatan yang dilakukan
Pelaku penyedia jasa Pinjam Online
Kehadiran Financial Technology (Fintech) sebetulnya memberikan kemudahan bagi
masyarakat. Belanja online, ojek online, pinjaman online, merupakan bagian dari fintech
yang saat ini tengah populer. Namun kebanyakan sayangnya orang kerap mengabaikana
aspek perlindungan konsumen ketika mereka menggunakan layanan berbasis internet ini.
Fintech jenis lainnya yang berkembang didunia antara lain, Robo Advisor,
Blockchain, Information and Feeder Site, dan sebagainya. Seluruh Fintech tersebut
memberikan kemudahan bagi konsumen keuangan untuk membeli dan menggunakan produk
dan jasa keuangan pada saat ini.
Belakangan ini, Fintech P2P Landing menjadi sorotam. Aplikasi pinjaman online ini
menjadi populer lantara memberikan akses pinjaman kepada masyarakt dengan syarat yang
sangat mudah. Cukup dengan KTP, foto, dan nomor rekening, pinjaman akan masuk ke
rekening hanya dengan hitungan menit.
Adapun yang kami kutip dalam situs Tirto.id mengenai “Penyebab Layanan Pinjaman
Online Kerap Picu Masalah” yang pada pokoknya Finftech P2P Lending (Layanan Pinjaman
Online), kata Hendirkus, selama ini terbagi dalam tiga kelompok berdasar layanannya. Kelas
pertama memberikan pinjaman secara tertutup yaitu hanya bagi anggota atau nasabah yang
telah terdaftar. Yang kedua, memberikan pinjaman dengan sejumlah syarat berupa jaminan
kepemilikan yang berbebda dari Bank dari pada umumnya. Sedangkan kelompok ketiga,
memberikan pinjaman dengan mudah kepada siapapun tanpa syarat maupun jaminan.
Hendrikus menyebut kelompok ketiga ini menjadi sumber maraknya masalah pinjam –
meminjam online yang belakangan dikeluhkan masyarakat.
Sebab, menurut Hendrikus, kemudahan meminjam justru mengganjar konsumennya
dengan bunga yang tingga sehingga tidak jarang berujung pada kasus tidak bisa membayar.
Dia pun meminta masyarakat agar masyarakat waspada dengan Fintech P2P Lending Ilegal
yang hingga kini telah ditindak sebanyak 404 perusahaan. Ia menghimbau masyarakat untuk
membaca dan memahami persyaratan dan ketentuan dalam P2P Lending serta benar – benar
memperhitungkan kesanggupan untuk membayar sebelum meminjam.1

1
Vincent Fabian Thomas. 2018. Penyebab Layanan Pinjaman Online Kerap Picu Masalah.
(https://tirto.id/penyebab-layanan-pinjaman-online-kerap-picu-masalah-dbLE). (diakses pada 03 Mei 2021)

9
Ada juga yang dilansir dan kami kutip dari MediaIndonesia.com yang yang pada
pokoknya menyebutkan penyebab – penyebab menjamurnya pinjaman online Ilegal. Menurut
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah Redjalam
menilai fintech ilegal atau pinjaman online ilegal sebenarnya merupakan para lintah darat
yang selama ini berada disekitar kita namun berganti wajah dengan memanfaatkan teknologi
yang ada. Menurutnya, ada dua penyebab utama terus menjamurnya fintech ilegal di
masyarakat. Pertama, Masyarakat yang membutuhkan dana cepat dan tidak memiliki akses ke
lembaga keuangan formal menjadi potensial market dari lintah darat atau fintech illegal.
Penyebab yang kedua yakni karena terbatasnya literasi masyarakat atas sistem keuangan dan
fintech. Kondisi ini kemudian dimanfaatkan oleh para lintah darat yang sudah berganti baju
menjadi fintech illegal. 2

3.2 Perlindungan Hukum terhadap Data Pribadi Konsumen dalam Jasa Pinjam Online
Membahas mengenai perlindungan hukum bagi debitur pada transaksi pinjaman
dana online terkait data pribadi yang disalahgunakan oleh kreditur/penyedia jasa online,
dan atas tindakan semena – mena kreditur pinjaman online dalam menagih pinjaman.
Dalam teorinya Maria Theresia Geme mengemukakan bahwa: “Perlindungan hukum
adalah berkaitan dengan tindakan negara untuk melakukan sesuatu dengan
(memberlakukan hukum negara secara ekslusif) dengan tujuan untuk memberikan
jaminan kepastian hak – hak seseorang atau kelompok orang”. Dengan demikian
meskipun kreditur mempunyai hak untuk menuntut haknya untuk mendapatkan
pembayaran pelunasan hutang berikut bunganya, namun untuk pelaksanaan
penagihannya jangan sampai menginjak – injak harga diri debitur dan tetap harus
menghormati harkat dan martabat debitur sebagai hak asasi yang hakiki.
Jika menyimak ketentuan dalam alinea ke-4 Pembukaan Undang – Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, disebutkan bahwa Pemerintah Negara Republik
Indonesia mempunyai kewajiban konstitusional melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Sehingga dalam
konteks perkembangan teknologi informasi dan komunikasi khususnya dalam kasus

2
Artikah Ishmah Winawahyu. 2019. Ini 2 Penyebab Menjamurnya Pinjaman Online Ilegal.
(https://mediaindonesia.com/ekonomi/256756/ini-2-penyebab-menjamurnya-pinjaman-online-ilegal). (diakses
pada 03 Mei 2021)

10
penyalahgunaan data pribadi pada pinjaman online, tujuan bernegara tersebut semestinya
diwujudkan dalam bentuk memberikan perlindungan data pribadi dari setiap penduduk
dan warga negara Indonesia. Undang – Undang sebagai legal policy dalam suatu
penyelenggaraan pemerintah demi mencapai tujuan bernegara merupakan instrumen
penting dalam negara hukum (rule of law). Dengan demikian suatu regulasi yang
dibentuk oleh pemerintah merupakan suatu instrumen untuk memberikan perlindungan
dan penegakan hukum.
Dalam ketentuan UU ITE dan UU terkait lainnya secara jelas telah diatur bahwa
data pribadi dilindungi Undang – Undang dan bagi siapa saja yang menyalahgunakan
data pribadi akan mendapatkan sanksi. Dengan dibentuknya regulasi diharapkan tidak
hanya untuk memberikan perlindungan hukum kepada masyarakat (para korban) tetapi
juga secara otomatis mengharuskan adanya sebuah kepastian atas pengelolaan data dan
informasi khususnya pada pengelolaan data pribadi karena tanpa dikelolanya data dengan
baik dan tepat, maka akan berujung pada penyalahgunaan dan serangan kejahatan siber
atau cybercrime.
Salah satu ketentuan dalam UU ITE yang mengatur tentang perlindungan data
pribadi maupun hak – hak pribadi adalah pasal 26 UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik yang menyevutkan sebagai berikut, bahwa:
a. Kecuali ditentukan lain oleh Peraturan Perundang – Undangan,
penggunaaan setiap informasi melalui media elektronik yang menyangkut
data pribadi seseorang harus dilakukan atas persetujuan orang yang
bersangkutan.
b. Setiap orang yang dilanggar haknya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat mengajukan gugatan atas kerugian yang ditimbulkan berdasarkan
Undang – Undang ini.
Persetujuan yang dimaksud dalam Pasal tersebut mengisyaratkan bahwa tidak
hanya sekedar setuju dan bersedia bahwa data pribadinya digunakan, melainkan perlu
adanya kesadaran untuk memberikan persetujuan atas penggunaan atau pemanfaat data
pribadi sesuai dengan tujuan atau kepentingan yang disampaikan pada saat perolehan
data. Bentuk perlindungan lain dalam peraturan ini tertuang dalam Pasal 15 UU ITE
yaitu mengenai tindakan preventif mengenai kewajiban penyelenggara sistem elektronik
dalam menyediakan sistem elektronik, yang berbunyi:
a. Setiap penyelenggara sistem elektronik harus menyelenggarakan sistem
elektronik secara andal dan aman serta bertanggungjawab terhadap
11
beroperasinya sistem elektronik sebagaimana mestinya.
b. Penyelenggara sistem elektronik bertanggungjawab terhadap penyelenggara
sitem elektroniknya.
c. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku dalam hal
dapat dibuktikan terjadinya keadaan memaksa, kesalahan, dan/atau
kelalaian pihak pengguna sistem elektronik.
Berdasarkan penjelasan Pasal 15 Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
ITE, menerangkan bahwa yang dimaksud andal, aman serta bertanggungjawab, yaitu:
“Andal” artinya sistem eleketronik memiliki kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan
penggunaannya, sedangkan “Aman” artinya sistem elektronik terlindungi secara fisik dan
non fisik, dan “Beroperasi sebagaimana mestinya” artinya sistem elektronik memiliki
kemampuan sesuai dengan spesifikasinya. “Bertanggung jawab” artinya ada subjek
hukum yang bertanggungjawab secara hukum terhadap penyelenggaraan sistem
elektronik tersebut. Apabila terjadi kerusakan atau kegagalan sistem yang terjadi, maka
kewajiban yang harus dilakukan penyelenggaraan sistem elektronik berdasarkan Pasal 15
ayat (2) UU ITE, Penyelenggaraan Sistem Transaksi Elektronik (PSTE) adalah
memberitahukan secara tertulis kepada pengguna. Dengan demikian apabila
penyalahgunaan data pribadi memenuhi unsur dari Pasal 26 Undang – Undang Nomor 11
Tahun 2008 Tentang ITE dapat diajukan gugatan hukum atas dasar kerugian yang
ditimbulkan dari kerugian tersebut.
Dalam kasus penyalahgunaan data pribadi yang dilakukan kreditur online dengan
dalih untuk melakukan penagihan tersebut, debitur tentu saja merasa ditipu oleh kreditur.
Tindak kreditur online yang menghakimi debitur dengan menggunakan basis gerakan
melalui media sosial dapat disebut sebagai persekusi digitial. Tindakan persekusi digital
dan penyalahgunaan data pribadi debitur jelas melanggar aturan hukum yang berlaku.
Dalam Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik sebagaimana diubah dengan Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2016 (UU
ITE) dan Peraturan Menteri Kominfo Nomor 20 Tahun 2016 tentang Perlindungan Data
Pribadi Dalam Sistem Elektronik (PM 20/2016), tercantum per;lindungan hukum atas
data pribadi berupa sanksi – sanksi bagi pihak yang melanggar, sebagaimana disebutkan
dalam Pasal 26 ayat (1) UU ITE bahwa “Kecuali ditentukan lain ileh peraturan
perundang – undangan, penggunaan setiap informasi melalui media elektronik yang
menyangkut data pribadi seseorang harus dilakukan atas persetujuan orang yang
bersangkutan. Sedangkan dalam Pasal 36 ayat (1) PM 20/2016, disebutkan bahwa
12
perlindungan data pribadi mencakup perlindungan terhadap perolehan, pengumpulan,
pengolalahan, penganalisisan, penyimpanan, penampilan, pengumuman, pengiriman,
dan/ atau penyeberluasan data pribadi, dan bagi yang tanpa hak atau tidak sesuai dengan
peraturan dalam PM 20/2016 atau peraturan perundang – undangan lainnya dikenai
sanksi administratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan berupa:
Peringatan lisan, peringatan tertulis, penghentian sementara, kegiatan, dan/atau
pengumuman di situs dalam jaringan (website online). Demikian juga ha;nya
perlindungan hukum atas data pribadi juga disebutkan dalam Pasal 26 PM 20/2016, yang
mana pemilik data pribadi berhak atas kerahasiaan data miliiknya, berhak mengajukan
pengaduan dalam rangka penyelesaian sengketa data pribadi, berhak mendapatkan akses
untuk memperoleh histori data pribadinya; dan berhak meminta pemusnahan data
perseorangan tertentu miliknya dalam sistem elektronik, dan bagia setiap penyelenggara
sistem elektronik wajib memberitahukan secara tertulis kepada Pemilik Data Pribadi jika
terjadi kegagalan perlindungan rahasia data pribadi dalam sistem Elektronik yang
dikelolanya sebagaiman ketentuan yang diatur dalam Pasal 28 huruf c PM 20/2016.
Adapun yang harus disampaikan antara lain:
a. Alasan atau penyebab terjadinya kegagalan perlindungan rahasia data
pribadi dapat dilakukan secara elektronik.
b. Harus dipastikan telah diterima oleh Pemilik Data Pribadi jika kegagalan
tersebut mengandung potensi kerugian bagi yang bersangkutan.
c. Pemberitahuan tertulis dikirimkan kepada Pemilik Data Pribadi paling
lambat 14 hari sejak diketahui adanya kegagalan tersebut.
Dengan demikian meskipun pihak aplikasi kreditur online berdalih bahwa ketika
sebuah aplikasi akan terinstal oleh calon debitur, pasti ada pertanyaan yang pada intinya
meminta izin pada calon debitur untuk mengakses data-data pentingnya di smartphone,
namun hal tersebut tetap tidak dapat dibenarkan jika pihak aplikasi (kreditur) menggunakan
data pribadi pengguna (debitur) untuk merugikan, mencemarkan nama baik, fitnah atau
meneror yang bersangkutan atau dengan menyalahgunakan daftar nomor kontak di ponsel
debitur.3
Pengacara Lembaga Bantuan Hukum Jakarta (LBH Jakarta), Jeanny Silvia S.
Sirait, mengatakan hingga Februari 2019, LBH sudah menerima laporan terkait pinjaman
online hingga tiga ribu lebih. Dari total laporan yang masuk, kata Jeanny, terdapat empat
3
Martina Fina Dei. 2020. Transaksi Pinjaman Online Ditinjau Dari Undang – Undang Tentang Informasi Dan
Transaksi Elektronik. Fakultas Hukum, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.

13
belas jenis pelanggaran yang sudah dirangkum oleh LBH. Mayoritas laporan yang masuk
adalah mengenai minimnya informasi yang diberikan oleh pelaku usaha terkait proses
pinjam meminjam seperti besaran bunga, biaya administrasi. Lalu keluhan yang masuk
ke LBH terkait tingginya biaya bunga dan administrasi, proses penagihan yang di
dalamnya terdapat tindak pidana fitnah, penipuan, pengancaman dan penyebaran data
pribadi hingga sampai pada pelecehan seksual.

Tingginya angka tersebut, lanjut Jeanny, membuktikan bahwa sektor perlindungan


konsumen dan jaminan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM) belum sepenuhnya
dijamin oleh negara dalam kasus ini. Kemudahan-kemudahan dalam mengakses
pinjaman akhirnya berubah menjadi malapetaka karena minimnya peraturan mengenai
fintech.
Munculnya aplikasi-aplikasi pinjaman online ini sepatutnya diatur sedemikian rupa
lewat peraturan yang sifatnya spesifik. Misalnya saja perlu aturan mengenai penjatuhan
sanksi kepada aplikasi pinjaman online yang melakukan pelanggaran-pelanggaran hukum.
Dan yang terpenting adalah perlunya mekanisme pengaduan konsumen dan penyelesaian
sengketa jika terjadi konflik.
Jauh sebelum kasus ini muncul ke permukaan, sebenarnya Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) sudah menerbitkan POJK No. 77 Tahun 2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam
Uang Berbasis Teknologi Informasi. POJK ini lebih menekankan kewajiban pendaftaran
bagi pelaku usaha yang ingin berbisnis di sektor pinjaman online. Beberapa poin
rekomendasi yang akan disampaikan LBH adalah mengenai mekanisme pendaftaran di
OJK, batasan bunga, pengambilan data pribadi, penagihan, hingga pada persoalan spesifik
terkait mekanisme proses hukum di Kepolisian. Selain itu LBH juga mendorong
diterbitkanyya UU Perlindungan Data Pribadi.
“Kasus pinjaman online ini memang belum di atur di UU Perlindungan Konsumen
karena ini industri yang baru. Butuhnya apa yang pertama paling spesifik adalah UU
Perlindungan Data Pribadi itu yang paling penting dan akan didorong, setelah itu terkait
peer to peer atau fintech-nya,”
Bagi advokat yang fokus pada perkara penanganan perlindungan konsumen.
selayaknya perkembangan industri yang berbasis teknologi dapat memberikan kemudahan
dan keamanan bagi konsumen. Jika kemudahan tidak diimbangi dengan keamanan maka
akan muncul konflik seperti yang sedang terjadi saat ini.
Menjamurnya pinjaman-pinjaman terutama aplikasi pinjaman online ilegal atau tak

14
berizin membuat risiko konflik semakin besar. Apalagi jika aplikasi pinjaman online
melakukan pelanggaran seperti penetapan bunga yang besar, penagihan, dan pembukaan
data konsumen.
Meski OJK telah mengeluarkan regulasi terkait pinjaman online ini, namun
sayangnya regulasi tersebut hanya berlaku bagi fintech peer-to-peer yang sudah terdaftar
di OJK.

BAB IV

15
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sistem pinjam online ini sebetulnya membantu bagi masyarakat apalagi di
tengah situasi pandemi covid 19 ini , pemerintah memberikan anjuran untuk melakukan
pekerjaan dari rumah dan mengurangi aktivitas keluar rumah . Bahkan dalam hal
bertransaksi juga di anjur menggunakan sistem online seperti transaksi lewat shoppie atau
shoppie pay , gojek, ovo , m-mbanking , dan metedote transaksi lainnya . Serta guna
untuk membantu sistem perekonomian masyarakat yang milenial tentunya juga banyak
tercipta sistem pinjem online yang beragam , namun hal tersebut harus di imbangi dengan
aspek lindungan hukum yang terjangkau oleh pemerintah agar nantinya tidak berakibat
salah satu dari peminjam atau yang meminjamkan mengakibatkan kerugian , baik
kerugian materil “yaitu kerugian yang nyata-nyata ada yang di derita oleh pemohon” dan
kerugian im-materiil “yaitu kerugian atas manfaat yang kemungkinan akan di terima oleh
pemohon di kemudian hari atau kerugian dari kehilangan keuntungan yang mungkin di
terima oleh pemohon di kemudian hari”

Permasalahan pinjaman online ilegal ini juga menjadi perhatian Yayasan Lembaga
Konsumen Indonesia (YLKI). Ketua Harian YLKI, Tulus Abadi mendesak agar OJK
sebagai lembaga pengawas menutup atau memblokir perusahaan fintech tersebut agar
tidak semakin meresahkan masyarakat. Selain itu, Tulus meminta OJK segera
menertibkan praktik fintech ilegal atau tidak berizin yang semakin menjamur di
masyarakat. Dari sisi konsumen, Tulus mengimbau agar membaca dengan cermat
persyaratan- persyaratan yang ditentukan oleh perusahaan fintech sebelum bersepakat.
Sebab, teror yang dialami konsumen bisa jadi bermula dari ketidaktahuan konsumen
memahami persyaratan teknis yang ditentukan oleh perusahaan fintech tersebut.
“Konsumen tidak memahami bagaimana besaran bunga yang ditentukan dan
mekanisme cara penagihan oleh perusahaan online kepada konsumennya,” ujar Tulus.

4.2 Saran
Perlunya pengaturan lebih lanjut mengenai perlindungan data pribadi dalam pinjam
online demi menjamin keamanan data – data pribadi konsumen daripada pengguna dan
pengguna jasa Pinjam Online, begitu juga dengan adanya sosialisasi akan adanya Pinjaman
Online sangat diperlukan mengingat masyarakat masih minim literasi akan hal tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

16
Ni Nyoman Ari Diah Nurmantari. 2018. Perlindungan Hukum Terhadap Data Pribadi
Peminjam dalam Layanan Aplikasi Pinjaman Online. Fakultas Hukum Universitas
Udayana.

Vincent Fabian Thomas. 2018. Penyebab Layanan Pinjaman Online Kerap Picu Masalah.
(https://tirto.id/penyebab-layanan-pinjaman-online-kerap-picu-masalah-dbLE).
(diakses pada 03 Mei 2021)

Artikah Ishmah Winawahyu. 2019. Ini 2 Penyebab Menjamurnya Pinjaman Online Ilegal.
(
https://mediaindonesia.com/ekonomi/256756/ini-2-penyebab-menjamurnya-
pinjaman-online-ilegal). (diakses pada 03 Mei 2021)

17

Anda mungkin juga menyukai