Anda di halaman 1dari 8

MATA KULIAH

OPERASIONAL BANK (ADBI4436)

Nama : Desy Apriany


NIM : 041035416
Alamat Email : desyapriany@gmail.com

UNIVERSITAS TERBUKA
FAKULTAS HUKUM, ILMU SOSIAL, DAN ILMU POLITIK (FHISIP)
JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS
TAHUN 2019
TUGAS 1

Soal:

1. Dalam pendirian bank harus memenuhi berbagai persyaratan dari pemerintah. Coba saudara jelaskan
persyaratan- persyaratan yang dimaksud secara lengkap!

2. Uraikan pengertian masing- masing pos pada sisi aktiva neraca suatu bank!

3. Uraikan dengan ringkas prosedur penerimaan setoran tunai dengan sistem kolektif dan system teller, serta
prosedur penerimaan setoran dengan pemindahbukuan!

Jawab:

1. Dalam pendiriannya, bank harus memenuhi berbagai persyaratan dari pemerintah, persyaratan-
persyaratan yang dimaksud tersebut telah tercantum dalam UU no. 10 tahun 1998 dan SK Direktur BI
Nomor 32/33/KEP/DIR Tanggal 12 Mei 1999 yang menetapkan ketentuan bagi pendirian bank umum dan
BPR bahwa untuk pendirian Bank Umum dan BPR meliputi persetujuan prinsip dan izin usaha.

Bank hanya dapat didirikan dan melakukan kegiatan usaha dengan izin Dewan Gubernur Bank Indonesia.
Pemberian izin pendirian bank dilakukan dalam dua tahap: (a) persetujuan prinsip, yaitu persetujuan untuk
melakukan persiapan pendirian Bank; dan (b) izin usaha, yaitu izin yang diberikan untuk melakukan
kegiatan usaha Bank setelah persiapan sebagaimana dimaksud dalam huruf a selesai dilakukan.

A. Izin Prinsip
Bank hanya dapat didirikan oleh warga negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia; atau warga
negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia dengan warga negara asing dan atau badan hukum asing
secara kemitraan. Untuk mendapatkan persetujuan prinsip diajukan sekurang-kurangnya oleh salah satu
calon pemilik kepada Dewan Gubernur Bank Indonesia. Izin prinsip adalah persetujuan yang diberikan
untuk melakukan persiapan pendirian bank. Untuk memperoleh persetujuan prinsip, calon pemilik
mengajukan kepada BI yang memuat:

No. Aspek Ketentuan


1. Rancangan akta pendirian badan Nama dan tempat kedudukan
hukum, termasuk AD/ART, dengan Kegiatan usaha sebagai bank
memuat: Permodalan
Wewenang, tanggung jawab dan masa jabatan komisaris dan
direksi
2. Daftar kepemilikan Daftar calon pemegang saham berikut rincian besaran
kepemilikan saham (PT)
Daftar calon anggota berikut simpanan pokok, wajib dan hibah
(koperasi)
3. Daftar calon anggota dewan Fotokopi tanda pengenal yang dapat berupa Kartu Tanda
Komisaris dan anggota Direksi Penduduk (KTP) atau paspor;
disertai dengan: Riwayat hidup;
Surat penyertaan pribadi (personal statement) yang
menyatakan tidak pernah melakukan tindakan tercela di bidang
perbankan, keuangan, dan usaha lainnya dan atau tidak pernah
dihukum karena terbukti melakukan tindak pidana kejahatan;
Surat keterangan atau bukti tertulis dari bank tempat bekerja
sebelumnya mengenai pengalaman operasional di bidang
perbankan bagi calon Direksi yang telah berpengalaman; dan
Surat keterangan dari lembaga pendidikan mengenai
pendidikan perbankan yang pernah diikuti dan/atau bukti
tertulis bagi Bank tempat bekerja sebelumnya mengenai
pengalaman di bidang perbankan bagi calon anggota Dewan
Komisaris.
4. Rencana susunan dan struktur -
organisasi, serta personalia;
5. Rencana kerja tahun pertama Analisis terhadap peluang pasar dan potensi ekonomi
Rencana kegiatan usaha, penghimpunan dan penyaluran dana
bank, serta langkah-langkahnya
Rencana kebutuhan pengawai
Proyeksi arus kas selama 12 bulan, neraca dan perhitungan
laba rugi
6. Bukti setoran modal minimal 30% Modal disetor untuk Bank Umum sebesar 3 trilliun.
dari modal disetor dalam bentuk Modal disetor untuk BPRS
bilyet giro BI 2 M untuk wilayah Jabodetabek
1 M untuk Ibu kota Propinsi
500 Juta untuk kota dan kabupaten diluar keduanya.
7. Surat pernyataan dari calon Tidak berasal dan pinjamanan atau fasilitas pembiayaan.
pemilik, bahwa modal tsb; Tidak berasal dan untuk pencucian uang
8. Persetujuaan selambat-lambatnya Penelitian atas kelengkapan dan kebbenaran dokumen.
akan diberikan selama 60 hari Wawancara terhadap calon pemilik, komisasris dan direksi
setelah dokumen permohonan Ananlisis yang meliputi; Tingkat persaingan yangsehat antar
diterima. BI wajib melakukan bank, Tingkat kejenuhan bank, Kondisi ekonomi/pemerataan,
dan Pernyataan pemilik
9. Persetujuan prinsip tersebut berlaku selama 360 hari

B. Izin Usaha
Izin usaha adalah izin yang diberikan untuk melakukan kegiatan usaha bank, setelah persiapan pendirian
ba4gnk selesai dilakukan. Izin usaha diajukan kepada Bank Indonesia dengan melampirkan:

Akta pendirian badan hukum, termasuk AD/ART yang telah disahkan instansi berwenang.
Data kepemilikan berupa daftar pemegang saham atau daftar anggota.
Daftar susunan komisaris dan direksi.
Susunan organisasi serta sistem dan prosedur kerja, termasuk personalia.
Bukti pelunasan modal disetor minimum.
Bukti kesiapan operasional :(a) Daftar aktiva tetap dan inventaris, (b) Bukti kepemilikan, penguasaan dan
sewa kantor, (c) Foto gedung dan tata letak ruangan, (d) Contoh formulir atau warkat yang akan digunakan
untuk operasional bank, (e) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Tanda Daftar Perusahaan.
Surat pernyataan dari pemilik bank bahwa pelunasan modal disetor;( a) Tidak berasal dari pinjaman atau
fasilitas pembiayaan, dan (b) Tidak berasal dan untk pencucian uang.
Surat pernyataan tidak merangkap jabatan melebihi ketentuan bagi anggota komisaris.
Surat pernyataan tidak merangkap jabatan bagi anggota direksi.
Surat pernyataan dari anggota komisaris dan direksi bahwa yang bersangkutan tidak memiliki hubungan
kekeluargaan.
Surat pernyataan dari anggota direksi bahwa yang bersangkutan baik secara sendiri ataupun bersama-sama
tidak memiliki saham melebihi 25% dari jumlah modal disetor pada suatu perusahaan lain.
Persetujuan atau penolakan izin usaha diberikan selambat-lambatnya 60 hari setelah dokumen permohonan
diterima secara lengkap.
Bank yang telah mendapat izin usaha dari direksi BI wajib melaksanakan kegiatan usaha selambat-
lambatnya 60 hari terhitung sejak tanggal izin usaha dikeluarkan.
Laporan kegiatan usaha wajib disampaikan oleh direksi bank kepada BI selambat-lambatnya 10 hari sejak
tanggal dimulainya kegiatan operasional.
2. Pengertian pos-pos pada sisi aktiva neraca suatu bank yaitu sebagai berikut:

1. Kas
Pos ini terdiri dari uang kartal yang ada dalam kas berupa uang kertas, uang logam, dan
commemorative coin yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia menurut nilai nominal yang menjadi alat
pembayaran yang sah di Indonesia.

2. Cek dan Bilyet Giro


Pos ini berisi semua cek dan bilyet giro dalam Rupiah yang penariknya pihak ketiga bukan bank dan
telah dibukukan secara efektif pada rekening lawannya, seperti giro dan pinjaman, yang dirinci atas
Pemerintah Pusat dan lainnya.

3. Bank Indonesia
Pos ini meliputi semua simpanan dan tagihan bank dalam rupiah kepada Bank Indonesia, seperti
saldo giro, setoran jaminan kliring, sertifikat Bank Indonesia, dan lainnya. Pos ini dirinci atas giro,
setoran jaminan kliring, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan lainnya.
Jumlah pos ini tidak boleh dikurangi dengan pinjaman yang diterima bank dari Bank Indonesia, dan
tidak boleh pula ditambah dengan fasilitas kredit yang sudah disetujui Bank Indonesia yang belum
dipergunakan.

4. Antar Bank Aktiva


Pos ini berisi semua jenis simpanan/tagihan bank dalam Rupiah kepada bank lainnya di Indonesia,
seperti giro, call money, deposit on call, deposito berjangka, sertifikat deposito, setoran jaminan,
pinjaman yang diberikan, pembiayaan bersama, penyertaan, dan lainnya. Saldo rekening-rekening ini
tidak boleh dikompensasikan dengan saldo rekening-rekening simpanan dan tagihan bank lain
kepada bank.

5. Wesel, Promes/Aksep, dan Tagihan-tagihan Lainnya


Pos ini meliputi wesel-wesel (dagang) dan promes-promes/aksep-aksep dalam Rupiah yang
ditarik/diterbitkan oleh Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) atau perusahaan-perusahaan, baik
berupa Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) maupun lainnya yang dibeli/dimiliki bank, serta bukti
tagihan lainnya yang belum diuangkan. Selain itu, pos wesel, kupon-kupon yang dapat ditagih,
mandat-mandat, dan wesel-wesel juga dimasukkan ke dalamnya. Pos ini dirinci atas:

a. SBPU, yaitu surat-surat berharga jangka pendek yang dapat diperjualbelikan secara diskonto
dengan Bank Indonesia atau dengan lembaga keuangan yang ditunjuk Bank Indonesia.
b. Wesel dan Promes/Aksep lainnya, yaitu wesel-wesel (dagang) promes-promes/aksep-aksep
dalam Rupiah di luar SBPU yang dibeli bank. Subpos ini dirinci menurut penerbitnya, yaitu
LKBB dan lainnya
c. Tagihan-tagihan Lainnya, yaitu tagihan-tagihan, seperti kupon- kupon yang dapat ditagih dan
mandat-mandat, termasuk tagihan- tagihan yang timbul karena akseptasi wesel dan penjualan
SBPU dengan syarat repurchase agreement.

6. Kertas Perbendaharaan Negara Pos ini adalah nilai buku Kertas Perbendaharaan Negara (KPN)
dalam Rupiah, termasuk KPN yang digadaikan atau dijadikan jaminan kliring antarbank, atau
jaminan lainnya oleh bank, yang dirinci atas:

a. Promes, yaitu kertas perbendaharaan negara yang berjangka waktu kurang dari satu tahun.
b. Bilyet, yaitu kertas perbendaharaan negara yang berjangka waktu satu tahun atau lebih.

KPN yang dititipkan oleh nasabah kepada bank, baik sebagai titipan biasa maupun sebagai jaminan
tidak boleh dimasukkan ke dalam pos ini.
7. Efek-Efek
Pos ini adalah nilai buku semua efek dalam Rupiah, seperti saham, obligasi, atau bukti lainnya,
termasuk sertifikat atau surat pengganti serta bukti sementara dari surat-surat tersebut, bukti
keuntungan dan surat- surat jaminan/opsi/hak-hak lainnya untuk memesan atau membeli saham dan
obligasi yang dimiliki oleh bank untuk diperjualbelikan dan tidak dimaksudkan sebagai penyertaan
seperti dikemukakan dalam pos aktiva (penyertaan). Pos ini dirinci atas Pemerintah Pusat dan
Lainnya. Disamping itu, efek-efek milik bank yang digadaikan atau dijadikan jaminan juga
dimasukkan ke dalamnya.

8. Pinjaman dalam Rupiah


a. Pinjaman yang Diberikan Pos ini meliputi semua realisasi pemberian pinjaman dalam Rupiah
bank kepada pihak ketiga bukan bank, termasuk pinjaman kepada pegawai bank, cerukan
(overdraft), dan uang muka kepada pegawai bank yang disertai dengan perjanjian dan/atau yang
dikenakan bunga. Sementara itu, rekening pinjaman yang bersaldo kredit dilaporkan ke dalam
pos pasiva (giro) dan pinjaman yang diberikan kepada bank lainnya dimasukkan ke dalam pos
aktiva (antarbank aktiva). Sementara itu, tagihan terhadap importir atas sisa nilai L/C yang belum
diselesaikan dan belum dibuatkan perjanjian kredit, dimasukkan ke dalam pos aktiva (aktiva
dalam valuta asing lainnya). Begitu pula pendapatan bunga dalam penyelesaian yang dibebankan
ke dalam rekening pinjaman, tetapi belum diperhitung- kan sebagai pendapatan efektif dalam
Laba/Rugi, dimasukkan ke dalam pos administratif (pendapatan bunga dalam penyelesaian).
b. Cadangan Piutang Ragu-ragu
Pos ini adalah cadangan yang dibentuk untuk menampung kerugian yang mungkin timbul
sebagai akibat dari tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh pinjaman yang diberikan
dalam Rupiah.

9. Pinjaman dalam Valuta Asing

a. Pinjaman yang Diberikan


Pos ini merupakan semua realisasi pemberian pinjaman dalam valuta asing bank kepada pihak
ketiga bukan bank, termasuk pinjaman kepada pegawai bank, cerukan (overdraft) dan uang muka
kepada pegawai bank yang disertai dengan perjanjian dan/atau yang dikenakan bunga. Sementara
itu, rekening pinjaman yang bersaldo kredit dilaporkan ke dalam pos pasiva (pasiva dalam valuta
asing subrekening giro), dan pinjaman yang diberikan kepada bank-bank di Indonesia
dimasukkan ke dalam pos aktiva (aktiva dalam valuta asing lainnya). Pendapatan bunga dalam
penyelesaian yang dibebankan ke dalam rekening pinjaman, tetapi belum diperhitungkan sebagai
pendapatan efektif dalam laba/rugi, dimasukkan ke dalam pos administratif (pendapatan bunga
dalam penyelesaian subrekening bunga pinjaman yang diberikan dalam valuta asing).
Nilai Rupiah pinjaman yang diberikan dalam valuta asing dihitung menurut kurs valuta asing
untuk laporan bank-bank kepada Bank Indonesia. Selisih kurs yang timbul karena perbedaan
antara kurs untuk laporan bank-bank kepada Bank Indonesia dengan kurs menurut pembukuan
bank dimasukkan ke dalam pos selisih kurs dalam rincian pos aktiva (rupa-rupa aktiva) atau pos
pasiva (rupa- rupa pasiva).

b. Cadangan Piutang Ragu-ragu


Pos ini adalah cadangan yang dibentuk untuk menampung kerugian yang mungkin timbul
sebagai akibat dari tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh pinjaman yang diberikan
dalam valuta asing.

10. Aktiva dalam Valuta Asing Lainnya


Pos ini meliputi semua aktiva dalam valuta asing milik bank, termasuk pinjaman yang diberikan
kepada bank-bank lain di Indonesia. Sementara itu, tagihan terhadap importir dalam hal dokumen
dan nota debet yang telah diterima bank, tetapi belum diselesaikan oleh importir, baik dalam bentuk
pembayaran tunai maupun penandatanganan perjanjian kredit dimasukkan ke dalam pos ini. Namun,
tagihan yang telah disertai perjanjian kredit dimasukkan ke dalam pos pinjaman yang diberikan
dalam Rupiah atau pos pinjaman yang diberikan dalam valuta asing. Nilai Rupiah aktiva dalam
valuta asing lainnya dihitung menurut kurs valuta asing untuk laporan bank-bank kepada Bank
Indonesia. Selisih kurs yang timbul karena persediaan antara kurs untuk laporan bank-bank kepada
Bank Indonesia dengan kurs menurut pembukuan bank dimasukkan ke dalam pos selisih kurs dalam
rincian pos aktiva (rupa- rupa aktiva) atau pos pasiva (rupa-rupa pasiva).
11. Penyertaan
Pos ini adalah penyertaan bank pelapor dalam Rupiah pada perusahaan lain dalam bentuk modal
saham menurut harga perolehannya, yang dirinci atas LKBB dan perusahaan lainnya.

12. Aktiva Tetap dan Inventaris


a. Harga Perolehan
Pos ini berisi harga perolehan atau nilai revaluasi masing-masing dari tanah, gedung kantor, rumah,
dan perabot milik bank. Termasuk pula ke dalam pos ini biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
pembangunan gedung masih dalam penyelesaian (proses) dan untuk mengubah bentuk, menambah,
dan memperbaiki/mengganti komponen aktiva tetap tersebut yang bukan merupakan biaya
perawatan. Sebaliknya, persediaan barang yang tidak merupakan objek penyusutan, seperti
persediaan kertas dan formulir dimasukkan ke dalam pos aktiva rupa-rupa.

b. Akumulasi Penyusutan
Pos ini adalah jumlah penyusutan yang telah dilakukan atas nilai aktiva tetap dan inventaris sampai
dengan akhir bulan yang bersangkutan.

13. Antar Kantor Aktiva


Pos ini merupakan rekening antar kantor yang bersaldo debet, yang dirinci atas dalam Rupiah dan
dalam valuta asing. Untuk neraca per kantor, saldo masing-masing subpos dilaporkan secara bruto.
Sedangkan untuk neraca konsolidasi saldo masing-masing subpos dilaporkan secara netto.

14. Rupa-rupa Aktiva


Pos ini adalah saldo rekening-rekening aktiva lainnya yang tidak dapat dimasukkan atau digolongkan
ke dalam salah satu pos aktiva di atas, misalnya sclisih kurs, pembebanan sementara, setoran jaminan
listrik, dan angsuran pajak selama masa pajak jika dibukukan sebagai uang muka.

3. A. Prosedur penerimaan setoran dengan sistem kolektif


Pada dasarnya, prosedur penerimaan setoran tunai untuk pengkreditan rekening pinjaman debitur dengan
sistem kolektif adalah seperti berikut.

1) Debitur menyerahkan slip setoran yang dibuat dalam rangkap 3 kepada petugas bali (counter) di bank.

2) Petugas bali mencatat slip setoran itu pada rekapitulasi awal kas, memberi stempel blok, dan memarafnya
pada blok tersebut. Setelah itu, slip setoran diserahkan kembali kepada debitur untuk penyetoran kepada
kasir.
3) Debitur menyerahkan slip setoran beserta uang tunai yang akan disetorkan kepada kasir.

4) Kasir menerima slip setoran dan uang tunai, kemudian menghitung dan mencocokkan jumlah uang
tersebut dengan slip setoran di samping menyortir dan membuat slip rincian uang. Dalam hal ini, penyetoran
merupakan suatu pekerjaan untuk memilah-milah uang yang disetorkan dan menyusun kembali dalam
lembaran uang dan bentuk yang sama. Sementara itu yang dimaksud dengan rincian uang adalah jumlah
pecahan per mata uang. Selanjutnya, slip setoran di stempel pada bagian belakang dan memarafnya, di
samping mencatat setoran tersebut pada buku kas harian dan menyimpan uang setoran itu. Kasir
menyampaikan slip setoran tersebut kepada Kuasa kas.

5) Kuasa kas memperhatikan paraf petugas bali dan kasir serta kemudian mencatatnya dalam buku kas
kontrol atau buku pengawasan fiatur khusus transaksi tunai dan menandatangani slip setoran. Setelah itu,
slip setoran tersebut diteruskan kepada petugas prima nota.
6) Petugas prima nota menerima slip setoran yang telah ditandatangani oleh Kuasa Kas, kemudian mencatat
transaksi itu pada kartu rekening pinjaman debitur dan memaraf kartu tersebut. Setelah itu, kartu rekening
pinjaman dan slip setoran yang bersangkutan diserahkan kembali kepada Kuasa kas.

7) Kuasa kas menerima kartu rekening pinjaman debitur dan slip setoran yang telah dicatat dan diparaf
petugas prima nota, kemudian memeriksa kebenaran pengisian kartu yang bersangkutan dan memaraf pada
saldonya. Kartu rekening pinjaman debitur diserahkan kembali pada petugas prima nota dan slip setoran
dikembalikan kepada petugas bali.

8) Petugas bali mendistribusikan slip setoran yang diterimanya, yaitu lembaran pertama kepada debitur,
lembaran kedua untuk file kasir, dan lembaran ketiga untuk unit akuntansi guna dibukukan.

B. Prosedur penerimaan setoran tunai dengan sistem teller

Secara umum, prosedur penerimaan setoran tunai untuk pengkreditan rekening debitur dengan menggunakan
sistem teller adalah seperti berikut.

1) Debitur menyerahkan slip setoran yang dibuat dalam rangkap 3 dan uang tunai yang akan disetor kepada
teller.

2) Teller menghitung uang dan mencocokkan jumlah fisik dengan slip setorannya, di samping menyortir dan
membuat slip rincian uang. Kemudian slip setoran diberi stempel “validating” dan uang yang disetorkan
tersebut disimpan dalam cash box teller. Setelah itu, teller mencatat penerimaan setoran tunai itu ke dalam
buku kas harian teller.

3) Slip setoran ditandatangani oleh teller sesuai dengan jumlah batas wewenangnya. Apabila jumlah slip
setoran itu melebihi jumlah batas wewenang teller, maka slip setoran tersebut diteruskan kepada atasannya
sesuai dengan jumlah batas wewenang yang dimilikinya untuk pengesahan. Setelah ditandatangani, maka
slip setoran disampaikan kembali kepada teller.

4) Teller mendistribusikan slip setoran tersebut, yaitu lembaran pertama kepada debitur atau penyetor,
lembaran kedua untuk file teller, dan lembaran ketiga kepada petugas prima nota.

5) Petugas prima nota mencatat transaksi itu dalam kartu rekening pinjaman debitur yang bersangkutan dan
membubuhkan parafnya. Kemudian, menyerahkan slip setoran beserta kartu rekening pinjaman debitur
tersebutkepada kepala unit kerjanya yang berwenang untuk diperiksa kebenaran pengisian kartu dan
memaraf pada saldonya.

6) Setelah itu, kartu rekening pinjaman debitur tersebut dikembalikan kepada petugas prima nota dan slip
setoran diserahkan kepada unit akuntansi untuk dibukukan.

C. Prosedur Penerimaan Setoran dengan Pemindahbukuan

Kegiatan dalam penerimaan setoran dengan pemindahbukuan dilakukan atas dasar warkat bank sendiri.
Artinya, transaksi yang terjadi adalah antara nasabah/debitur dengan bank atau transaksi antara sesama
nasabah/debitur di bank. Secara umum, kegiatan penerimaan setoran dengan pemindahbukuan mempunyai
prosedur yang hampir sama dengan penerimaan setoran tunai. Namun dalam hal ini bank sekaligus
melakukan pembayaran dengan cara pemindahbukuan. Untuk jelasnya, berikut ini akan diberikan contoh
prosedur penerimaan dengan pemindahbukuan dari rekening giro nasabah A untuk rekening pinjaman
debitur B, di mana B menerima pembayaran berupa cek atas suatu transaksi dagang yang dilakukannya
dengan A yang mempunyai rekening giro pada bank yang sama. Kemudian, debitur B menyetorkan cek itu
untuk rekening pinjamannya. Prosedur yang dilakukan berkaitan dengan penerimaan setoran dengan cek
tersebut adalah sebagai berikut.
a. Debitur B mengisi slip setoran dalam rangkap 3 dan menyerahkan slip setoran itu berikut cek kepada
teller.

b. Teller meneliti keabsahan cek dengan memperhatikan pemenuhan persyaratan formal cek, melihat daftar
pembatalan cek, dan kesesuaian antara tanda tangan penarik dengan kartu speciment yang bersangkutan.
Kemudian, mencocokkan nilai cek dengan slip setoran.

c. Teller menghubungi petugas prima nota yang menangani rekening giro nasabah A, untuk mengetahui
apakah saldo yang bersangkutan masih cukup tersedia untuk pembayaran cek tersebut.

d. Setelah itu, teller menandatangani slip setoran sesuai dengan batas wewenangnya dan memberi stempel
validating, kemudian menyerahkan slip setoran lembaran pertama kepada debitur B serta meneruskan slip
setoran lembaran ketiga kepada petugas prima nota.

e. Atas dasar warkat-warkat tersebut, petugas prima nota mencatat mutasi tersebut ke dalam masing-masing
rekening, yaitu kredit untuk rekening pinjaman debitur B dan debet untuk rekening giro nasabah A, dan
membubuhkan parafnya serta meneruskan kepada atasannya yang berwenang untuk diperiksa kebenaran
pengisiannya. Apabila sudah benar maka saldo di kartu tersebut diparaf. Setelah itu, cek dan slip setoran
diteruskan kepada unit akuntansi untuk dibukukan.

Sumber referensi:

https://www.pustaka.ut.ac.id/reader/index.php?subfolder=ADNI4436/&doc=M1.pdf
https://www.mikirbae.com/2016/09/persyaratan-pendirian-bank.html
https://www.pustaka.ut.ac.id/reader/index.php?subfolder=ADNI4436/&doc=M2.pdf
https://www.pustaka.ut.ac.id/reader/index.php?subfolder=ADNI4436/&doc=M3.pdf

Anda mungkin juga menyukai