Anda di halaman 1dari 16

BAB III

BENTUK HUKUM
DAN KERAHASIAAN BANK
TUJUAN UMUM
1. Mahasiswa mampu menyebutkan dan menjelaskaan tentang Bentuk Hukum
2. Mahasiswa mampu menyebutkan dan menjelaskan tentang Kerahasiaan
Bank

Materi:
1. Izin Pendirian
2. Bentuk Badan Hukum Bank
3. Pembinaan dan Pengawasan
4. Rahasia Bank
5. Sanksi Administrati

HASIL BELAJAR 3
Setelah mempelajari bagian ini, mahasiswa diharapkan dapat menyebutkan dan
menjelaskan Izin Pendirian, Bentuk Badan Hukum Bank, Pembinaan dan
Pengawasan Bank, Rahasia Bank, Sanksi Administrasi
1. Ijin Pendirian Bank

A. Bank Umum
Bank umum dapat didirikan, dan dalam menjalankan usahanya wajib terlebih dahulu
memperoleh izin usaha dari pimpinan BI. Bank hanya dapat didirikan dan/dimiliki
oleh:
a. WNI dan/badan hukum Indonesia;
b. WNI dan/ badan hukum Indonesia dengan WNA dan/badan hukum asing secara
kemitraan.

Pendirian Bank Umum Konvensional Diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No. 11/
1 /PBI/2009 tentang Bank Umum

Setiap pemohon ijin usaha perbankan wajib memenuhi persyaratan yang


menyangkut:
1. Susunan Organisasi dan kepengurusan
2. Permodalan
3. Kepemilikan
4. Keahlian di bidang perbankan
5. Kelayakan rencana kerja
Pemberian izin dilakukan dalam 2 tahap:
1. Persetujuan prinsip (ijin prinsip), yaitu persetujuan untuk melakukan persiapan
pendirian Bank yang terdiri dari:
1. Rancangan akta pendirian badan hukum.
2. Data kepemilikan
3. Daftar calon anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi
4. Rencana susunan dan struktur organisasi, serta personalia
5. Rencana bisnis (business plan) untuk 3 tahun pertama
6. Rencana strategis jangka menengah dan panjang (corporate plan);
7. Pedoman manajemen risiko, rencana sistem pengendalian intern, rencana sistem
teknologi informasi yang digunakan, dan pedoman mengenai pelaksanaan Good
Corporate Governance;
8. Sistem dan prosedur kerja;
9. Bukti setoran modal paling kurang 30% (tiga puluh persen) dari modal disetor
minimum
10. Surat pernyataan dari calon pemegang saham bahwa setoran modal tidak berasal
dari pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun dari Bank dan
tidak berasal dari dan untuk tujuan pencucian uang (money laundering).
Persetujuan Prinsip diberikan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Persetujuan atau penolakan atas permohonan persetujuan prinsip diberikan paling
lambat 60 hari kerja setelah dokumen permohonan diterima secara lengkap.
2. Persetujuan prinsip berlaku untuk jangka waktu 1 tahun terhitung sejak tanggal
persetujuan prinsip diterbitkan.
3. Pihak yang telah mendapat persetujuan prinsip dilarang melakukan kegiatan
usaha perbankan, sebelum mendapat izin usaha.
4. Apabila sampai dengan jangka waktu 1 tahun pihak yang telah mendapat
persetujuan prinsip belum mengajukan permohonan izin usaha kepada Bank
Indonesia maka persetujuan prinsip yang telah diterbitkan menjadi tidak berlaku.

2. Izin usaha, yaitu izin yang diberikan untuk melakukan kegiatan usaha Bank
setelah persiapan pendirian bank selesai dilakukan yang terdiri dari:
3. Rancangan akta pendirian badan hukum.
2. Data kepemilikan
3. Daftar susunan anggota Dewan Komisaris dan Direksi
4. bukti pelunasan modal disetor minimum
5. bukti kesiapan operasional
6. surat pernyataan dari calon pemegang saham bahwa setoran modal tidak berasal
dari pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun dari Bank dan tidak
berasal dari dan untuk tujuan pencucian uang (money laundering).
7. surat pernyataan dari anggota Dewan Komisaris bahwa yang bersangkutan tidak
merangkap jabatan
8. surat pernyataan dari anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi bahwa yang
bersangkutan tidak mempunyai hubungan keluarga
9. surat pernyataan dari anggota Direksi bahwa yang bersangkutan baik secara
sendiri-sendiri maupun bersama-sama tidak memiliki saham melebihi 25% dari
modal disetor pada suatu perusahaan lain

Ijin Usaha diberikan dengan ketentuan sebagai berikut:


1. Persetujuan atau penolakan atas permohonan izin usaha diberikan paling lambat
60 hari kerja setelah dokumen permohonan diterima secara lengkap.
2. Pelaksanaan kegiatan usaha wajib dilaporkan oleh Direksi Bank kepada Bank
Indonesia paling lambat 10 hari kerja setelah tanggal pelaksanaan kegiatan
operasional.
3. Apabila setelah jangka waktu tersebut Bank belum melakukan kegiatan usaha, izin
yang telah diterbitkan menjadi tidak berlaku.
3. Modal disetor untuk mendirikan Bank ditetapkan paling kurang sebesar Rp3
triliun rupiah dan Modal Inti Rp 10 triliun rupiah

B. Ijin Pendirian Bank BPR


Pihak yang dapat mendirikan Bank Perkreditan Rakyat yaitu :
1. Warga negara Indonesia
2. Badan Hukum Indonesia yang seluruh kepemilikannya oleh WNI
3. Pemerintah Daerah
4. Kerjasama diantara pihak tersebut

Setiap pemohon ijin usaha BPR wajib memenuhi persyaratan yang menyangkut :
1. Susunan Organisasi dan kepengurusan
2. Permodalan
3. Kepemilikan
4. Keahlian di bidang perbankan
5. Kelayakan rencana kerja
Ijin usaha diajukan ke Gubernur BI disertai dengan:
1. Rancangan akta pendirian badan hukum.
2. data kepemilikan
3. daftar calon anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi
4. Rencana struktur organisasi, serta personalia
5. Analisis atas potensi dan kelayakan pendirian BPR
6. Rencana sistem dan prosedur kerja;
7. bukti setoran modal paling kurang 30% dari modal disetor minimum
8. surat pernyataan dari calon pemegang saham bahwa setoran modal tidak berasal
dari pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun dari Bank dan tidak
berasal dari dan untuk tujuan pencucian uang .
9. Bukti kesiapan operasional, antara lain :
a. Daftar aktiva tetap dan inventaris
b. Bukti penguasaan gedung
c. Foto gedung dan tata letak ruangan
d. Contoh formulir yang akan digunakan untuk operasional bank
e. NPWP
Ketentuan Ijin Usaha BPR adalah:
1. BI dalam jangka waktu selama-lamanya 60 hari setelah dokumen permohonan
diterima secara lengkap wajib memberikan pernyataan apakah permohonan izin usaha
disetujui atau ditolak.
2. Bank yang telah mendapat izin usaha dari BI wajib melakukan kegiatan usahanya
selama2nya 60 hari sejak izin usaha diterbitkan
3. Apabila dalam jangka waktu tersebut BPR belum melakukan kegiatan usahanya, maka
BI berhak membatalkan izin usaha yang dikeluarkannya

2. Bentuk Badan Hukum Bank


Bentuk hukum berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 bank umum hanya
dapat berbentuk sebagai:
a. Bentuk Hukum Perseroan Terbatas
Pengertian perseroan terbatas menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas, yang selengkapnya berbunyi sebagai berikut: “perseroan terbatas,
yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan
modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal yang
seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
Undang-Undang ini serta pertauran pelaksanaanya”.
2. Bentuk Hukum Koperasi
Koperasi dapat menjalankan kegiatan usaha jasa perbankan.Dengan demikian, bank
dapat dijalankan dengan bentuk hukum koperasi.Adapun jenis banknya dapat
berbentuk bank umum ataupun Bank Perkreditan Rakyat.Koperasi merupakan bentuk
badan usaha yang memiliki status sebagai badan hukum setelah akta pendirianya
disahkan oleh pemerintah, sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam ketentuan
pasal 9 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

3. Bentuk Hukum Perusahaan Daerah


Perusahaan daerah dapat mendirikan bank, baik yang berbentuk umum maupaun Bank
Perkreditan Rakyat. Sewaktu berlakunya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967
tentang Ketentuan-ketentuan pokok perbankan, bank milik pemerintah daerah provinsi
yang berebentuk bank pembangunan daerah didirikan dengan dasar peraturan
daerah. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan pasal 1 ayat (4) Undang-Undang Nomor
13 Tahun 1962 tentang ketentuan-ketentuan pokok bank pembangunan daerah bahwa:
“bank pembangunan daerah adalah badan hukum berdasarkan undang-undang ini
kependudukanya sebagai badan hukum diperoleh dengan berlakunya peraturan
pendirianya”.
3. Pembinaan Dan Pengawasan Bank
Pelaksanaan Pembinaan Dan Pengawasan Bank dilakukan oleh Bank Indonesia, agar
dunia perbankan dapat berjalan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan dengan
cara:
1. Bank Indonesia menetapkan kesehatan bank meliputi aspek kecukupan modal,
kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain
yang berhubungan dengan usaha bank dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai
dengan prinsip kehati-hatian.
2. Pihak Perbankan wajib memelihara kesehatan bank tersebut sesuai dengan aturan
yang berlaku dan wajib menyampaikan semua informasi yang dibutuhkan Bank
Indonesia dan wajib pula menyediakan informasi mengenai berbagai kemungkinan
timbulnya risiko kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan
melalui bank.
3. Bank Indonesia berhak untuk memerikasa semua catatan dan berkas-berkas yang
ada baik secara berkala maupun atau setiap waktu jika diperlukan.
4. Perbankan wajib pula menyampaikan kepada Bank Indonesia tentang laporan
keuangannya, baik berupa neraca, laporan laba rugi tahunan maupun laporan
perubahan modal dalam waktu dan bentuk yang telah ditetapkan.
4. Kerahasiaan Bank
A. Rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai
nasabah penyimpan dan simpanannya (Pasal 1 angka 28 UU No.10 Tahun 1998 tentang
Perbankan).
a. Yang dimaksud dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai
nasabah penyimpan dan simpanannya meliputi segala keterangan tentang orang dan badan
yang memperoleh pemberian layanan dan jasa dalam lalu lintas uang, baik dalam maupun
luar negeri, meliputi:
1. Jumlah kredit
2. Jumlah dan jenis rekening nasabah (Simpanan Giro, Deposito, Tabanas, Sertifikat, dan
surat berharga lainnya);
3. Pemindahan (transfer) uang
4. Pemberian garansi bank
5. Pendiskontoan surat-surat berharga
6. Pemberian kredit.

b. Yang dimaksud Nasabah Penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya di Bank
dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian Bank dengan nasabah yang bersangkutan
c. Yang dimaksud dengan Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada
Bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk Giro, Deposito, Sertifikat
Deposito, Tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu (Pasal 1
angka (5) UU No.10 Tahun 1998).
B. Sifat Rahasia Bank
Mengenai sifat Rahasia Bank, ada dua teori yang dapat dikemukakan, yaitu:
1. Teori Mutlak (Absolute Theory)
Menurut teori ini, Rahasia Bank bersifat mutlak. Semua keterangan mengenai nasabah
dan keuangannya yang tercatat di bank wajib dirahasiakan tanpa pengecualian dan
pembatasan. Dengan alasan apapun dan oleh siapapun kerahasiaan mengenai nasabah dan
keuangannya tidak boleh dibuka (diungkapkan). Apabila terjadi pelanggaran terhadap
kerahasiaan tersebut, Bank yang bersangkutan harus bertanggung jawab atas segala akibat
yang ditimbulkannya.

2. Teori Relatif (Relative Theory)


Menurut teori ini, Rahasia Bank bersifat relative (terbatas). Semua keterangan mengenai
nasabah dan keuangannya yang tercatat di bank wajib dirahasiakan. Namun bila ada
alasan yang dapat dibenarkan oleh undang-undang, Rahasia Bank mengenai keuangan
nasabah yang bersangkutan boleh dibuka (diungkapkan) kepada pejabat yang
berwenang.Di Indonesia teori relative ini diatur dalam Pasal 40 Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1992 jo. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.
C. Pengecualian Rahasia Bank
Bank tidak boleh merahasiakannya (boleh mengungkapkannya) dalam hal sebagai berikut :
1. Untuk Kepentingan Perpajakan
2. Untuk Kepentingan Penyelesaian Piutang Bank
3. Untuk kepentingan Peradilan Pidana
4. Untuk kepentingan peradilan Perdata
5. Untuk keperluan Tukar-Menukar Informasi antar Bank
6. Pemberian keterangan atas persetujuan nasabah
7. Pelanggaran Rahasia Bank

5. Sanksi Pelanggaran Kerahasiaan Bank


1. Sanksi Pidana:
a. Anggota dewan komisaris, direksi, pegawai bank atau pihak terafiliasi lainnya yang
dengan sengaja membuka rahasia bank di mana tidak melalui prosedur, diancam dengan
pidana penjara sekurang-kurangnya 2 tahun dan paling lama 4 tahun serta denda
sekurang-kurangnya Rp. 4.000.000.000 dan paling banyak Rp. 8.000.000.000.
b. Anggota dewan komisaris, direksi atau pegawai bank yang dengan sengaja tidak
memberikan keterangan atau membuka rahasia bank di mana telah ditempuh prosedur,
diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 2 tahun dan paling lama 7 tahun
serta denda sekurang-kurangnya Rp. 4.000.000.000 dan paling banyak Rp.
15.000.000.000.
Sanksi Administratif
Bahwa selain ketiga sanksi pidana tersebut, untuk setiap sanksi pidana, pihak
pimpinan Bank Indonesia selain dapat mencabut izin usaha bank yang bersangkutan,
Bank Indonesia dapat menetapkan atau menambah sanksi administratif sebagai
berikut :
1. Denda Uang
2. Teguran tertulis
3. Penurunan tingkat kesehatan bank
4. Larangan turut serta dalam kegiatan kliring
5. Pembekuan kegiatan usaha tertentu, baik untuk kantor cabang tertentu maupun
untuk bank secara keseluruhan
6. Pemberhentian pengurus bank dan selanjutnya mengangkat pengganti sementara
7. Pencantuman anggota pengurus, pegawai bank, pemegang saham dalam daftar
orang tercela dibidang perbankan
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai