Anda di halaman 1dari 3

Nama : Tantra Adiprasetyo Pamungkas

NIM : 04041282126048
Kelas : Psikologi B 2021

Tugas Mata Kuliah Psikologi Pengelolaan Sumber Daya Manusia


Review Film Hidden Figures

1. Latar belakang atau plot film yang berhubungan dengan diversity


Film ini menceritakan tentang tiga tokoh nyata perempuan afrika amerika
yang merupakan bagian vital dalam kesuksesan NASA pada tahun-tahun awal
penerbangan ruang angkasa. Tiga tokoh ini adalah Katherine Johnson, Dorothy
Vaughan dan Mary Jackson, yang ketiganya bekerja di NASA sebagai bagian dari
West Computers, sekelompok perempuan afrika amerika tersegregasi yang
dipekerjakan untuk memproses data aeronautika di era perlombaan luar angkasa.
Ketiga tokoh ini diperlihatkan bekerja dengan sungguh-sungguh dan disaat
bersamaan harus menghadapi diskriminasi dari berbagai pihak, yang bersumber dari
persepsi pada saat itu yang masih sangat mendiskriminasi orang-orang berkulit hitam,
juga masih dinormalkannya persepsi bahwa wanita dipandang sebelah mata dalam
kompetensi mereka.
Cerita Dorothy Vaughan menunjukkan perjuangan dirinya untuk hak dirinya
untuk mendapatkan posisi supervisor yang memang harusnya dia miliki karena dia
menggantikan supervisor yang lama. Dorothy juga ditunjukkan mahir dalam mesin-
mesin dan perhitungan melalui mesin, dan dengan datangnya mesin IBM baru yang
didatangkan yang kemungkinan besar akan menggantikan kerja mereka sebagai
komputer (penghitung), Dorothy berusaha untuk mempelajari bahasa mesin dan juga
cara menggunakan mesin IBM ini sebaga usaha untuk menjaga pekerjaan dirinya dan
rekan-rekannya. Dalam mengejar tujuan ini Dorothy juga menemui banyak
diskriminasi, dari rekan kerja kulit putihnya yang tidak mempertanyakan sama sekali
aturan-aturan yang jelas mendiskriminasi, perpustakaan yang mensegregasi antara
buku yang bisa dibaca antar ras, dan diskriminasi akan kompetensi dirinya. Namun
setelah melewati semua rintangan, Dorothy berhasil menjadi supervisor perempuan
afrika amerika pertama di NASA.
Cerita Mary Jackson memperlihatkan perjuangannya dalam menjadi engineer
wanita afrika amerika pertama di NASA. Untuk sampai ke tujuannya Mary harus
menantang sistem dan hukum yang berlaku, yang menyatakan bahwa program
pelatihan untuk menjadi engineer tidak bisa diikuti oleh wanita. Dirinya akhirnya
harus mengikuti sidang dimana petisi yang diberikannya diterima dan dirinya
mengikuti pelatihan yang dibutuhkan di sekolah yang tersegregasi. Melalui ceritanya
juga terlihat kondisi amerika yang diperlihatkan melalui keluarganya, suami Mary
adalah seorang aktivis persamaan hak yang berjuang untuk mengubah sistem yang
ada di Amerika pada era itu.
Cerita Katherine Johnson, atau di Sebagian film dikenal sebagai Katherine
Goble, menjadi fokus utama di film ini dimana menceritakan perjuangan dirinya
menjadi seorang komputer di bagian space task group, yang akhirnya menjadi bagian
vital dalam mengkalkulasi misi orbit dan memecahkan masalah yang sebelumnya
dikira sebagai matematika yang belum ada. Dalam ceritanya Katherine juga bertemu
banyak diskriminasi, dimana kompetensinya diremehkan hanya karena dirinya adalah
seorang berkulit hitam, seorang perempuan, atau karena keduanya. Dalam ceritanya
diperlihatkan masalah-masalah yang ada di masa itu, mulai dari segregasi yang
menyebabkan tidak adanya akses kamar mandi untuk dirinya, rasisme dari orang-
orang berkulit putih yang membedakan teko yang dipakai, pekerjaannya sebagai
seorang komputer pun diremehkan karena dipandang sebagai pengecek yang tidak
terlalu penting dalam program space task group, untuk masalah seksisme dalam
sistem, Katherine juga menantang sistem yang ada dimana wanita tidak diperbolehkan
mengikuti rapat yang menentukan pekerjaannya, dimana dia berargumen bahwa
perhitungannya tidak bisa efektif jika dirinya selalu telat dalam menerima informasi.

2. Diskriminasi yang diperlihatkan dalam film


Perlakuan tokoh polisi terhadap ketiga tokoh utama di awal film menunjukkan
gambaran umum mengenai masalah apa yang akan muncul dalam film ini, yaitu
diskriminasi dikarenakan rasisme dan seksisme yang dinormalkan pada era itu. Dalam
situasi menghadapi mobil rusak, saat melihat polisi, ketiga tokoh utama bukannya
terlihat senang, mereka melihat potensi masalah karena orang-orang kulit hitam
diperlakukan dan dipandang berbeda, ditambah ketidakpercayaan tokoh petugas polisi
ini bahwa para tokoh utama bekerja di NASA karena mereka adalah perempuan
sebelum mengecek kartu identitas mereka. Dari adegan di awal ini diperlihatkan
bahwa masalah yang akan ditemui para tokoh utama adalah sistem dan persepsi yang
melihat mereka sebagai berbeda dan juga diremehkan kompetensinya hanya karena
mereka memiliki warna kulit dan jenis kelamin mereka.
Diperlihatkan sekolah-sekolah masih tersegregasi antara kulit hitam dan kulit
putih, ada juga kelas-kelas yang hanya diperbolehkan kepada orang-orang yang
berjenis kelamin laki-laki. Adanya segregasi antar ras dalam berbagai aspek, segregasi
toilet antar ras, segregasi kantin, segregasi tempat bekerja, segregasi tempat duduk
dalam bis dan sekolah, sampai buku-buku yang bisa dibaca di perpustakaan.
Diskriminasi juga diperlihatkan terjadi karena mereka adalah wanita, berkali-
kali dalam film ditunjukkan bahwa kompetensi mereka dipertanyakan karena mereka
adalah seorang wanita, kelas-kelas yang hanya diperbolehkan untuk laki-laki,
pekerjaan-pekerjaan yang hanya diberikan pada laki-laki, dan juga kegiatan dan rapat
yang memiliki aturan dimana wanita tidak diperbolehkan mengikuti.

3. Sebagai psikolog, apa yang bisa dilakukan sebagai HR pada film tersebut
Dalam mengatasi seksisme dan rasisme di perusahaan harus dimulai dari
paling dasar, jadi harus dimulai dengan dibangunnya budaya perusahaan yang terbuka
dan mementingkan kesetaraan pada semua orang apapun latar belakangnya. Menurut
saya juga perusahaan harus tegas dalam permasalahan ini, karena siapapun dan
sebertalenta apapun seorang individu, jika memiliki masalah dengan sekelompok
orang hanya karena latar belakang seperti ras, jenis kelamin, agama, dan lainnya,
maka hanya akan membawa dampak buruk kepada budaya dalam perusahaan, karena
akan dilihat sebagai diperbolehkannya perilaku buruk jika kinerja bagus, dan
mengasingkan pegawai lain yang melihat hal itu sebagai salah. Maka dari itu
perusahaan harus berani menarik garis dan mengeluarkan keputusan yang
memberikan dampak negatif kepada budaya perusahaan. Menurut saya seorang HR
harus tetap melihat seorang pegawai dari sikap, perilaku dan kinerjanya, apakah
sesuai dengan visi misi perusahaan, sehingga dapat melihat semua orang dari posisi
netral dan benar-benar adil.
Jika dalam perusahaan terdapat individu yang bermasalah baik itu karena
seksisme, rasisme, ataupun mungkin hal lainnya seperti intoleransi agama, sehingga
hanya karena pandangan yang mereka miliki dan bawa ke pekerjaan mereka, maka
akan menimbulkan masalah dan ketidaknyamanan dalam lingkungan pekerjaan, maka
perusahaan dan HR harus secepatnya memutuskan kontrak atau hubungan dengan
individu tersebut. Menurut saya hasilnya tidak akan setara jika mengeluarkan suatu
usaha untuk mencoba mengubah individu-individu seperti itu, karena pandangan yang
mereka miliki biasanya merupakan kepercayaan individu tersebut sehingga tidak akan
melihat hal-hal yang salah, kecuali individu itu memang menyadarinya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai