Anda di halaman 1dari 5

TUGAS CULTURAL STUDIES

DEFINISI LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN


MENURUT FILM SEX AND THE CITY 2

Simon Petrus Pramana 0610020105

Aisyah 0811220003

Agita Chandraini 0811223003

Alexander Indra 0610023005

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Brawijaya

2010
Analisis Film Sex and the City 2

Sex and The City 2


Rilis : 27 Mei 2010 (USA)
Sutradara : Michael Patrick King
Pemain : Sarah Jessica Parker, Kristin Davis, Cynthia Nixon, Kim Cattrall, Minglie
Chen, Chris Noth, David Eigenberg, Evan Handler, Liza Minnelli.
Durasi : 146 menit
Genre : Drama Komedi Romantis

Sekilas tentang Sex and the City 2 :

Sex and The City 2 Film ini menceritakan kisah 4 sahabat, Carrie Bradshaw (Sarah
Jessica Parker), Samantha Jones (Kim Cattrall), Charlotte York Goldenblatt (Kristin Davis), dan
Miranda Hobbes (Cynthia Nixon). Dalam film Sex and The City 2, Carrie Bradshaw (Sarah
Jessica Parker) telah menikah dengan Mr. Big (Chris Noth) selama beberapa tahun namun
merasa ketegangan dari sebuah pernikahan dimana keinginannya berbenturan dengan
kenyamanan Mr. Big. Samantha (Kim Cattrall) tetap hidup single dan bahagia.
Cerita pada film ini dimulai ketika Carrie Bradshaw (Sarah Jessica Parker) dan teman-
temannya, Miranda (Cyhnthia Nixon), Charlotte (Kristin Davis), dan Samantha (Kim Cattrall)
menghadiri pernikahan teman gay mereka. Setiap orang yang datang di pernikahan ini membuat
Carrie merasa bosan dengan kehidupannya sekarang bahwa ia telah bersama dengan Mr. Big
(Chris Noth). Hal ini terjadi karena pasangan-pasangan yang hadir di pernikahan temannya
memberitahu mereka bahwa ia dan Mr. Big akan merasa kesepian bila mereka tidak memiliki
anak.

Analisis :

Dalam film Sex and The City 2, Carrie Bradshaw selaku pemeran utama dalam film ini
digambarkan dengan perannya yang menganut paham feminisme. Ini terbukti dengan tidak
adanya keinginan untuk memiliki anak meskipun dia telah berumah tangga bertahun-tahun.
Carrie merupakan istri dari Mr. Big yang memiliki pandangan bahwa memiliki anak bukanlah
sesuatu yang penting. Dia menganggap mempunyai anak bukan merupakan suatu keharusan bagi
seorang wanita yang telah menikah, meskipun temannya memberitahu mereka bahwa Ia dan Mr.
Big akan merasa kesepian bila mereka tidak memiliki anak. Namun, pendirian mereka sangat
kukuh mengenai hal tersebut, dapat dilihat dari kutipan dialognya yang mengatakan ...Saya suka
anak-anak tapi mereka bukan untuk kami.... Disini terlihat bahwa sosok Carrie ini menganut
paham feminisme yang menjunjung tinggi kebebasan kaum perempuan dalam menentukan
tujuan hidupnya meskipun itu berada di luar kodratnya sebagai perempuan.
Berbeda dengan si Carrie Bradshaw, Miranda (Cyhntia Nixon) telah memiliki anak dari
hasil pernikahannya dengan suaminya. Namun Miranda selalu lebih mengutamakan karirnya
dibanding keluarganya (anak dan suami). Dia lebih memilih bekerja daripada mengurus anak di
rumah. Dalam cuplikan film tersebut, saat suami Miranda menyuruh dia untuk lebih mengurus
rumah tangga dibandingkan dengan pekerjaannya, Miranda mengatakan ...Itu diriku, hidup itu
singkat. Aku menantikan lama untuk sampai kemari. Aku harus bertahan.... Maksud pernyataan
tersebut bahwa meniti karir itu tidak mudah, dan disaat dia telah mendapatkan dan mencapai apa
yang dia inginkan tentunya tak semudah itu dia mau melepaskannya. Bentuk perlawanan gender
yang berusaha ditampilkan adalah perempuan yang mampu menentukan tujuan hidup seperti apa
yang dia inginkan tanpa terikat dengan norma dan tradisi-tradisi yang berlaku di masyarakat.
Film ini mencoba melawan dengan cerita yang menyatakan bahwa perempuan tidak harus selalu
ada di rumah dan mengurus anak.
Walaupun di dunia kerja Miranda terkadang dipandang sebelah mata di sebuah forum
(rapat) karena dia merupakan satu-satunya wanita yang ada di forum tersebut sehingga suara atau
pendapatnya enggan didengarkan, namun dia tetap menunjukkan ketegasan dan kemampuannya
bahwa wanita juga dapat berkarir. Ini adalah gambaran dari realita yang selama ini terjadi di
masyarakat bahwa suara perempuan jarang sekali untuk didengar bahkan dalam dunia kerja
perempuan menempati posisi yang berada di bawah laki-laki sehingga sulit bagi perempuan
untuk membuat suatu keputusan. Ditambah dengan beban sudut pandang atas kewajiban
perempuan secara keseluruhan untuk mengurus anak sehingga sulit rasanya perempuan untuk
mendapatkan hak yang sama dengan laki-laki. Patriarki masih dominant di dunia ini, terutama
dalam bidang pekerjaan.
D film ini, tokoh Miranda juga menganut paham feminisme walaupun tidak separah
Bradshaw. Setidaknya dia mau melengkapi rumah tangganya dengan kehadiran anak, namun
terlepas dari itu dia melupakan bahwa kodrat wanita tidak hanya melahirkan, namun juga
merawat, mengasuh, dan mendidik anaknya dan melayani suaminya sebagai ibu rumah tangga
sebagaimana mestinya. Menurutnya menjadi ibu itu sulit. Karir telah menggelapkan
pemikirannya tentang kodrat wanita pada umumnya. Miranda memiliki pandangan hidup yang
berbeda dengan wanita-wanita lainnya. Bahwa seorang wanita juga mempunyai hak dan
kedudukan yang sama dengan laki-laki terutama di bidang karir.
Berbeda dari Bradshaw dan Miranda, Charlotte lebih memiliki sifat keibuan dan
menjalani hidupnya sesuai dengan kodratnya sebagai wanita seutuhnya. Dia menikah dan
memiliki 2 orang anak, dia sangat menyayangi anak-anaknya. Dia merawat kedua anaknya
dibantu dengan seorang baby sitternya. Dia mengatakan walaupun anak-anaknya terkadang
membuatnya gila, namun dia sangat menyayangi kedua buah hatinya.
Ada bagian cerita dimana salah satu perempuan tersebut berkata kepada Charlotte bahwa
dia mempunyai pengasuh dan suaminya yang bisa menjaga anaknya sehingga dia tidak perlu
repot-repot kalau mau pergi kemana-mana. Pesan yang ingin disampaikan adalah bahwa
perempuan berhak mendapatkan kebebasannya. Disini adanya pemikiran untuk menyetarakan
kewajiban-kewajiban antara laki-laki dan perempuan dalam hal mengurus anak, ini
memperlihatkan pemberontakan kaum perempuan dalam film tersebut untuk mulai keluar dari
segala tradisi-tradisi yang selama ini berlaku dimasyarakat yang dirasa menyangkut
ketidakadilan gender.
Dalam film juga menampilkan cerita dimana keempat perempuan tersebut pergi ke Abu
Dhabi disana mereka harus menghadapi perbedaan kebudayaan. Saat melihat perempuan Abu
Dhabi yang menggunakan pakaian yang menggunakan cadar, salah satu dari perempuan tersebut
berkata bahwa baju tersebut seperti menggambarkan bahwa perempuan tidak boleh bicara karena
bagian mulutnya di tutup dengan cadar. Pemikiran perempuan barat saat melihat pakaian yang
digunakan perempuan Abu Dhabi tersebut menyiratkan suatu bentuk sindiran yang menganggap
pakaian cadar tersebut mencerminkan ketidakberdayaan perempuan dalam mengeluarkan
suaranya atau pendapatnya, tidak sesuai dengan paham kebebasan berpendapat dan bertindak
yang dianut dan dijalankan oleh wanita-wanita modern tersebut.
Ada sebuah kutipan perkataan yang dilontarkan oleh salah pemeran Samantha dalam film
tersebut yaitu ..Pria AS berpura-pura mereka tahan dengan wanita kuat, tapi kenyataannya
mereka lebih suka dengan wanita yang makan kentang dengan kerudung..., menurut kami kata-
kata tersebut mengandung arti bahwa pria sebenarnya lebih suka perempuan-perempuan yang
penurut dan lemah dibandingkan perempuan yang kuat yang mampu memperjuangkan suaranya
dan apa yang dianggapnya benar. Pada bagian ini, pembuat film berusaha menampilkan sisi
feminism dalam ceritanya untuk menampilkan bagaimana perempuan harus bertindak dan
menunjukkan kekuatannya pada laki-laki dan bahwasannya laki-laki lebih suka perempuan yang
lemah karena bisa menuruti kemauannya dan itu akan memperlihatkan betapa perempuan berada
di bawah laki-laki.
Selain itu, perempuan masih dianggap cukup ampuh dalam berperan sebagai media
promosi dalam sebuah bisnis. Hal ini dapat terlihat saat dia Abu Dhabi, Samantha bertemu sang
produser yang ternyata pengusaha kaya raya asal Timur Tengah, Sheikh Khalid (Art Malik). Ia
diminta Khalid untuk mempromosikan kerajaan bisnisnya di Amerika Serikat. Mengapa
Samantha? Ada beberapa kemungkinan disini, pertama bahwa Samantha memang dipilih karena
kemampuang speech-nya yang bagus, kedua karena dia wanita sehingga dianggap lebih mudah
diatur dan pasti lebih menarik pehatian dari pelaku bisnis di Amerika Serikat yang kebanyakan
adalah laki-laki. Alasan yang kedua masih sering terjadi di dunia bisnis. Public Relation
perempuan lebih diutamakan dan lebih sering dicari sebab umumnya yang memegang kendali
sebuah bisnis adalah laki-laki dan perempuan adalah media yang cocok dalam mepromosikan
sebuah bisnis.
Feminisme yang kental dalam film ini juga terlihat saat ternyata Erin, pengasuh anak-
anak Charlotte ternyata adalah seorang lesbian. Justru hal ini membat Charlotte tenang sebab
Erin adalah wanita yang dinilainya cukup seksi dan berpotensi menjadi godaan bagi suaminya.
Keinginannya dalam memperjuangkan hak bahwa perempuan juga punya hak yang sama dengan
laki-laki dalam urusan urusan kebahagiaan rumah tangga tampak jelas dalam ketidakpedulian
bahwa Erin adalah seorang lesbian bahkan tampak lega saat tahu kenyataan tersebut. Perwujudan
hak perempuan dalam memperoleh kebahagiaan terkadang juga membuat seorang perempuan
jadi kurang peduli terhadap sesamanya. Hal inilah yg coba diangkat pula oleh sang sutradara.
Salah satu gambaran yang jelas terlihat dari film ini adalah adanya eksploitasi dari tubuh
perempuan, karena hampir seluruh adegan dalam film ini perempuan-perempuannya
menggunakan pakaian-pakaian terbuka yang mempertontonkan bagian-bagian tubuhnya
terutama 4 pemeran utama wanita dalam film ini. Bahwa perempuan juga dianggap punya hak
dalam menunjukkan kecantikan dirinya meskipun melalui pakaian-pakaian yang cukup terbuka.
Sutradara berusaha menunjukkan sebuah trendsetter wanita masa kini, tentang bagaimana sikap,
fashion, pemikiran seorang wanita modern dari berbagai macam latar belakang. Perwujudan dan
usaha pencapaian hak-hak dan aspirasi mereka dikemas dalam berbagai karakter utama oleh
sutradara dalam film ini; Charlotte yang semakin nyaman dengan perannya sebagai ibu, Carrie
yang makin bahagia melalui jalur pernikahan, Samantha yang agresif ternyata lebih memilih
teman-temannya daripada laki-laki dan menganggap bahwa teman-teman wanitanya adalah
belahan jiwanya, Miranda yang terus berusaha mencapai karir yang diidam-idamkannya, dimana
dia berusaha mencari tempat kerja yang tidak memandang sebuah pendapat dari sisi gender,
bahwa walaupun dia perempuan, dia memiliki pendapat yang tidak kalah oleh kaum laki-laki.
Peran-peran yang ditampilkan dalam film ini menunjukan karakteristik dari peran perempuan
dan laki-laki secara keseluruhan. Kebanyakan cerita yang diambil merupakan tentang
perlawanan perempuan-perempuan tersebut terhadap segala kebiasaan yang identik harus
dilakukan oleh perempuan atau tradisi-tradisi yang berlaku di masyarakat yang dirasa ada
pembagian porsi yang tidak adil antara laki-laki dan perempuan.
Definisi perempuan sendiri di film ini akhirnya tidak melihat jenis kelamin atau gender
lagi, namun lebih melihat ke apa yang bias diperbuat oleh seorang wanita. Wanita harus modern
dan berani berbicara. Modernitas seorang wanita bisa ditunjukkan melalui kebebasan memilih
pakaian / fashion, kebebasan dalam gaya hidup, kebebasan dalam berpendapat. Jika seorang
wanita belum memiliki kebebasan dalam tiga hal ini, maka wanita tersebut belumlah menjadi
seorang wanita modern. Sedangkan definisi pria disini muncul dalam berbagai persepsi, seperti
pria adalah sosok yang tidak bisa dipercaya, selalu merasa paling pintar sendiri, dan mungkin
hanya sekedar tempat lumbung uang. Wanita-wanita dalam film ini tidak mendeskripsikan
wanita modern yang benar-benar baru, dimana memperjuangkan hak atas kesetaraan dan harga
diri dengan kaum pria adalah kewajiban seorang wanita.

Anda mungkin juga menyukai