Anda di halaman 1dari 12

Analisis Framing Film

Surga yang
Tak Dirindukan

Kelompok 3
 Candranilawati Pratama Putri
 Nanda Triana Putri
 Nurul Fitria Hidayanti
 Robby Tawi Wijaya
 Syifa Nursyahidah
Latar Belakang
Film adalah gambar hidup, istilah film pada mulanya mengacu pada
suatu media sejenis plastik yang dilapisi dengan zat peka cahaya. Dalam era
globalisasi sekarang ini terutama di Indonesia film tidak hanya sebagai hiburan,
tapi bisa sebagai alat edukasi dan bahkan sebagai alat propaganda yang
menimbulkan kontroversi antar masyarakat finansial, etnis dan agama tertentu.
Terutama di Indonesia yang mempunyai kesensitifan dalam urusan agama dan
budaya tertentu.

Dalam makalah ini kami akan menganalisis film karya sutradara Kuntz
Agus yang berjudul “Surga Yang Tak Dirindukan”. Film ini menceritakan kisah
cinta Arini (Laudya Cintia Bella) dan Pras (Fedi Nuril) yang begitu indah. Sosok
Pras yang setia selalu menenangkan Arini ketika berbagai kisah perselingkuhan
terjadi disekelilingnya. Tetapi perjalanan takdir kemudian berujung ujian bagi
cinta Arini dan Pras yang mengalami konflik ketika Pras menyelamatkan seorang
wanita bernama Meirose (Raline Shah) yang mengalami kecelakaan dan
berakhir dalam kondisi koma. Setelah diketahui bahwa wanita itu sedang
mengandung, Pras memutuskan menikahi Meirose diam-diam dan tidak
memberitahukannya kepada Arini.
Film surga yang tak dirindukan ini mengangkat tema yang mungkin
ada dalam kehidupan nyata seseorang dan membawa para penontonnya
untuk mendapatkan hikmah dan nasehat positif dari masing-masing
karakter. Film ini layak disimak untuk menanggapi isu-isu mengenai poligami
yang terkadang masih dianggap tabu karena melukai hak asasi perempuan.
Sudut Pandang Agama

Dimulai dari alasan Pras yang melakukan poligami


dibuat sesimpatik mungkin, dan sudut pandang
Arini yang tentu saja menolak mentah – mentah,
walaupun dijanjikan surga jika ikhlas, tetapi bukan
itu surga yang ia rindukan. Tidak ada antagonis
yang biasanya menjadi penggerak konflik, hanya
serangkaian kebetulan yang terjadi dengan presisi
yang tepat. Dari sana, tiga karakter perempuan
utama (Arini, Meirose, dan ibu Arini) memberikan
pandangan masing – masing mengenai masalah
poligami.
Arini, yang awalnya keras dan mendendam, namun
akhirnya dituntun oleh ibunya agar dapat
menerima keadaan dan memaafkan. Meirose, yang
mengetahui posisinya sebagai istri kedua, tidak
memancarkan sisi negatif apa pun, bahkan
akhirnya memilih jalannya sendiri dengan
meninggalkan Pras. Ibu dari Arini, yang telah
berpuluh – puluh tahun dipoligami dan
merahasiakannya dari putri sendiri, menjadi
pribadi yang dewasa dan mampu mengambil
hikmah di baliknya. Poligami hingga saat ini tetap
menimbulkan perdebatan apakah pantas dilakukan
atau tidak walaupun telah dilandasi hukum agama,
namun satu hal yang pasti, menjalaninya tetaplah
amanah yang berat baik dari sisi pria maupun
wanita.
“Islam memperbolehkan hukum untuk melakukan
poligami dengan berbagai syarat, yaitu tidak lebih
dari 4 istri, dan sang suami harus berlaku adil
kepada masing – masing istrinya. Oleh karena itu,
walaupun terasa menguntungkan kaum pria,
namun tanggung jawab yang begitu berat
menggantung di pundak akan menjadi momok
tersendiri jika tidak mampu melaksanakan syarat –
syarat tersebut dengan baik. Dilihat dari sudut
pandang wanita, secara akal sehat tentulah
mereka akan menolak.”
Sudut Pandang Hukum
Dalam pandangan hukum, Pras menikahi Meirose
tanpa dicatat oleh negara melainkan mereka
menikah sirih. Pras menikah sirih dengan Meiros
karena ingin membantu kehidupannya. Di
Indonesia, pernikahan harus dicatat di catatan sipil
negara agar terikat oleh hukum dan diakui
pernikahannya oleh negara. Meirose dan Pras
menikah sirih karena untuk menyembunyikan
rahasia mereka dari Arini.
Sudut Pandang Sosial
Pras, seorang pria kalem yang sebagian besar
kepribadiannya terbentuk dari masa lalu suramnya
yang harus menyaksikan ibunya tewas bunuh diri di
depan matanya. Sederhana namun idealis, bercita –
cita untuk menjadikan lingkungan sekitarnya menjadi
lebih baik daripada yang ia alami. Penolong, kadang
terlalu terbawa perasaan, namun paling bijaksana
diantara teman – temannya. Menekuni pekerjaan
arsitek, amat teliti dan tepat waktu. Menyayangi
Arini, berkomitmen untuk tak akan pernah melukai
hatinya. Komitmen tersebut nantinya bertentangan
dengan cita – citanya yang akhirnya menuntunnya
untuk menikahi Meirose, keputusan yang sulit namun
tetap mengetahui segala konsekuensinya. Walaupun
tertekan oleh hal tersebut, pribadinya yang sabar dan
mampu mengendalikan diri pada akhirnya dapat
menerima kembali cinta dari Arini sekaligus
menerima kepercayaan dari Meirose.
Arini, seorang perempuan yang idealis dengan
bahtera pernikahan yang senantiasa tenteram dan
bahagia atas seizin takdir bertemu dengan
Prasetya, pria yang dianggapnya ideal untuk
mengarungi bahtera tersebut. Namun, setelah
Prasetya tidak sengaja menyelamatkan Meirose,
seorang perempuan yang mencoba bunuh diri
akibat dibohongi oleh pria lain, ia telah membuat
keputusan yang selamanya mengubah hidup dari
mereka bertiga.
Sudut Pandang Budaya
Dalam film “Surga Yang Tak Dirindukan” menarik
sudut pandang budaya “Mendongeng” yang
menjadi patokan dalam meceritakan kehidupan. Di
film ini Arini memiliki kebiasaan mendongeng yang
diwariskan dari karya Ayahnya, kemudian
diturunkan kepada anaknya, Nadia. Selain itu
mendongeng yang di jelaskan dalam film ini tidak
hanya menceritakan kehidupan yang indah
melainkan menjadi media penyebaran dalam
mengajarkan agama dan hal baik. Tidak hanya itu,
dalam film ini budaya yang ditunjukan adalah
poligami yang turun temurun dalam keluarga Arini.
Meskipun secara agama adalah suatu kejadian
yang sah dan tidak menentang agama, tetapi
budaya poligami hingga kini masih menimbulkan
suatu pro dan kontra.
Kesimpulan

Dari film ini, dapat disimpulkan beberapa kesimpulan yaitu, tentang


poligami yang sampai saat ini masih menimbulkan pro dan konta dikalangan
masyarakat luas. Meskipun poligami disahkan dalam ajaran agama, namun
satu hal yang pasti, menjalaninya tetaplah amanah yang berat baik dari sisi
pria maupun wanita. Berdasarkan hukum di Indonesia nikah sirih tidak
diakui karena akan merugikan salah satu pihak yakni wanita. Dan nikah sirih
tidak diakui karena tidak ada dalam catatan sipil. Dalam film ini konflik
muncul karena kepribadian Pras yang suram dimasa lalu, sehingga
mendorong Pras untuk menolong dan menikahi Meirose seraca sirih. Pras
melakukan hal tersebut agar tidak terulang kembali kejadian yang sama,
yang menimpa Ibunya dimasa lalu yang membuat ia kehilangan Ibunya.
Saran

Sebagai masyarakat luas yang menghadapi perkembangan zaman dengan


cepat, seharusnya bisa memaknai apa dilema yang terjadi dan apa saja
akibat dari poligami bagi khalayak umum dan utamanya bagi keluarga serta
perkembangan anak. Keluarga, baik istri dan anak adalah sosok yang paling
menderita dalam poligami. Jadi sebelum berpoligami seseorang harus
berfikir panjang dan menengok apa saja akibat yang akan muncul dari
perbuatan tersebut. Film ini juga sebagai bahan pembelajaran bagi
masyarakat luas tentang poligami.

Anda mungkin juga menyukai