Anda di halaman 1dari 2

Ayat-Ayat Cinta 2

“ The Love, Islam, and Civilization”


Ayat-ayat cinta 2, adalah kelanjutan dari film Ayat-ayat cinta yang diproduksi pada
tahun 2008 silam. Setelah kesuksesannya pada tahun 2008, akhirnya pada 21 Desember 2017
film ini tayang di layar kaca sebagai kelanjutan kisah Fahri dan Aisha. Film ini disutradarai
oleh Guntur Seoharjanto. Seperti kisah pada film Ayat-ayat cinta, Ayat-ayat cinta 2 juga
menceritakan kisah perjuangan Fahri.. Konflik dalam film ini masih senada dengan film
pertama, yaitu menjadikan ajaran Islam sebagai solusi dalam menyelesaikan permasalahan
cinta dan ranah personal tokoh. Film ini mencoba menggali pembaharuan Islam untuk
menjawab isu-isu sosial mulai dari isu keragaman budaya, Islamofobia, dan konflik
Palestina-Israel.
Pada film ini, Fahri digambarkan menjadi sosok intelektual muda, modern, dan
berhati baik serta sangat peduli dengan lingkungannya. Setelah sembilan tahu, Fahri telah
berubah menjadi seorang dosen di Universitas Edinbrugh, Skotlandia. Fahri kehilangan
Istrinya Aisha yang tidak diketahui keberadannya setelah pergi meliput ke Palestina. Berita
simpang siur tentang keadaan Aisha membuat Fahri ikhlas dan bersabar dalam penantiannya
menunggu sang Istri kembali. Solusi ajaran Islam yang dimiliki oleh Fahri adalah ikhlas dan
sabar.
Fahri kembali pada situasi sulit, yaitu kisah cinta segitiga. Kali ini Fahri harus
menikah Hulya (sepupu Aisha) karena keberadaan Istrinya yang tidak jelas. Ditengah
kegamangan hati Fahri, dia hanya bisa berdoa dan berusaha ikhlas atas keadaan Istrinya itu.
Dalam konflik film, ajaran Islam kembali digunakan seolah-olah bahwa Islam adalah
jawaban atas tiap masalah manusia, termasuk dalam masalah percintaan Fahri.
Karakter Hulya sebagai sebagai perempuan yang modern dan intelektual sama halnya
dengan Fahri membuat karakter Hulya tidak hanya perempuan biasa-biasa saja. Pun dengan
sosok Keira, perempuan tetangga Fahri yang membenci Islam. Karakter Keira yang
digambarkan sebagai pemain global yang mempunyai cita-cita menjadi pemain global
menandakan bahwa film ini menjunjung emansipasi wanita dalam ceritanya. Dimana
perempuan juga dapat berkarya, berpendidikan, dan bekerja layaknya seorang laki-laki.
Pada akhirnya kisah cinta Fahri dan Aisha lah yang menjadi akhir cerita ini. Meskipun
Aisha tidak lagi berwajah Aisha seperti sebelumnya, melainkan memiliki wajah Hulya.
Kesabaran, keikhlasan dan kesetiaan Aisha menjadi salah satu poin penting dalam film ini.
Meskipun karakter Aisha lebih banyak digantikan oleh kakarkter Hulya.
Kontribusi film Ayat-ayat cinta 2 dalam pembaharuan Islam dapat dilihat saat Fahri
menolong seorang karakter beranama Nenek Catarina. Nenek Catarina digambarkan sebagai
penganut Yahudi. Anak laki-lakinya yang merupakan mantan militer Israel memiliki sifat
temperamental. Saat itulah Fahri datang membantu dan mengasihi Nenek Catarina, namun
perbuatannya itu ditentang oleh supir pribadinya Hulusi. Tetapi Fahri dengan sangat mantap
dan yakin mengatakan bahwa “Ada bedanya membenci Zionisme dan membenci orang
Yahudi karena mereka Yahudi”. Dari dialog ini diangkatlah isu kemanusiaan bahwa
mengutuk tindakan kejahatan harus dibedakan dengan sikap kebencian terhadap orang yang
dianggap sebagai representasi pelaku kejahatan tersebut.
Pada akhirnya, film ini banyak mengandung kontradiksi pembaharuan Islam yang
mengangkat masalah dan isu sosial kepada masyarakat. Masalah-masalah sosial,
kemanusiaan, poligami, pertentangan, Islamofobia, mampu direduksi dengan kisah cinta
Fahri yang sholeh dan romantis. Sosok Fahri yang digambarkan “sempurna” menjadi idaman
bagi setiap wanita dengan berbagai macam permasalahan.
Dari segi sinematografi, film ini menunjukkan suasana baru dan berbeda. Latar
adegan saat Aisha menjadi korban bom di Gaza seperti aslinya. Pada saat Aisha berada di
dalam tahanan, penonton mampu merasakan keadaan Aisha saat itu. Rasa takut, marah, dan
kesetiaan Aisha pada sang suami membuat penonton seakan menjadi karakter Aisha. Ada
adegan wajah Hulya diangkat dan digantikan ke wajah Aisha. Sebenarnya adegan ini tampak
mengerikan karena wajah manusia dapat diambil dan digantikan ke wajah lainnya. Tapi
karena kecanggihan sinematografi maka ‘kengerian’ tersebut dapat berubah menjadi sebuah
peristiwa yang menakjubkan. Dari film ini dapat diketahui bahwa perkembangan zaman
dapat membawa perkembangan bagi teknologi terutama di bidang kesehatan.
Dari segi editing, film ini memiliki editing yang cukup pas dan baik. Dengan latar
belakang film yang berada di Edinbrugh, Scotlandia penonton disuguhkan dengan keindahan
alam yang ada. Ditambah dengan keragaman budaya dan agama yang ada sehingga
menambah ketertarikan untuk menonton film ini.

Anda mungkin juga menyukai