0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
22 tayangan2 halaman
Ayat-Ayat Cinta 2 menceritakan kisah Fahri sembilan tahun setelah kehilangan istrinya Aisha. Fahri kini menjadi dosen di Skotlandia sambil menunggu kabar Aisha. Film ini mengangkat tema-tema seperti keragaman budaya, Islamofobia, konflik Palestina-Israel, dan memecahkan masalah melalui ajaran Islam. Pada akhirnya, kisah cinta sejati Fahri dan Aisha tetap menjadi inti cerita ini me
Ayat-Ayat Cinta 2 menceritakan kisah Fahri sembilan tahun setelah kehilangan istrinya Aisha. Fahri kini menjadi dosen di Skotlandia sambil menunggu kabar Aisha. Film ini mengangkat tema-tema seperti keragaman budaya, Islamofobia, konflik Palestina-Israel, dan memecahkan masalah melalui ajaran Islam. Pada akhirnya, kisah cinta sejati Fahri dan Aisha tetap menjadi inti cerita ini me
Ayat-Ayat Cinta 2 menceritakan kisah Fahri sembilan tahun setelah kehilangan istrinya Aisha. Fahri kini menjadi dosen di Skotlandia sambil menunggu kabar Aisha. Film ini mengangkat tema-tema seperti keragaman budaya, Islamofobia, konflik Palestina-Israel, dan memecahkan masalah melalui ajaran Islam. Pada akhirnya, kisah cinta sejati Fahri dan Aisha tetap menjadi inti cerita ini me
Ayat-ayat cinta 2, adalah kelanjutan dari film Ayat-ayat cinta yang diproduksi pada tahun 2008 silam. Setelah kesuksesannya pada tahun 2008, akhirnya pada 21 Desember 2017 film ini tayang di layar kaca sebagai kelanjutan kisah Fahri dan Aisha. Film ini disutradarai oleh Guntur Seoharjanto. Seperti kisah pada film Ayat-ayat cinta, Ayat-ayat cinta 2 juga menceritakan kisah perjuangan Fahri.. Konflik dalam film ini masih senada dengan film pertama, yaitu menjadikan ajaran Islam sebagai solusi dalam menyelesaikan permasalahan cinta dan ranah personal tokoh. Film ini mencoba menggali pembaharuan Islam untuk menjawab isu-isu sosial mulai dari isu keragaman budaya, Islamofobia, dan konflik Palestina-Israel. Pada film ini, Fahri digambarkan menjadi sosok intelektual muda, modern, dan berhati baik serta sangat peduli dengan lingkungannya. Setelah sembilan tahu, Fahri telah berubah menjadi seorang dosen di Universitas Edinbrugh, Skotlandia. Fahri kehilangan Istrinya Aisha yang tidak diketahui keberadannya setelah pergi meliput ke Palestina. Berita simpang siur tentang keadaan Aisha membuat Fahri ikhlas dan bersabar dalam penantiannya menunggu sang Istri kembali. Solusi ajaran Islam yang dimiliki oleh Fahri adalah ikhlas dan sabar. Fahri kembali pada situasi sulit, yaitu kisah cinta segitiga. Kali ini Fahri harus menikah Hulya (sepupu Aisha) karena keberadaan Istrinya yang tidak jelas. Ditengah kegamangan hati Fahri, dia hanya bisa berdoa dan berusaha ikhlas atas keadaan Istrinya itu. Dalam konflik film, ajaran Islam kembali digunakan seolah-olah bahwa Islam adalah jawaban atas tiap masalah manusia, termasuk dalam masalah percintaan Fahri. Karakter Hulya sebagai sebagai perempuan yang modern dan intelektual sama halnya dengan Fahri membuat karakter Hulya tidak hanya perempuan biasa-biasa saja. Pun dengan sosok Keira, perempuan tetangga Fahri yang membenci Islam. Karakter Keira yang digambarkan sebagai pemain global yang mempunyai cita-cita menjadi pemain global menandakan bahwa film ini menjunjung emansipasi wanita dalam ceritanya. Dimana perempuan juga dapat berkarya, berpendidikan, dan bekerja layaknya seorang laki-laki. Pada akhirnya kisah cinta Fahri dan Aisha lah yang menjadi akhir cerita ini. Meskipun Aisha tidak lagi berwajah Aisha seperti sebelumnya, melainkan memiliki wajah Hulya. Kesabaran, keikhlasan dan kesetiaan Aisha menjadi salah satu poin penting dalam film ini. Meskipun karakter Aisha lebih banyak digantikan oleh kakarkter Hulya. Kontribusi film Ayat-ayat cinta 2 dalam pembaharuan Islam dapat dilihat saat Fahri menolong seorang karakter beranama Nenek Catarina. Nenek Catarina digambarkan sebagai penganut Yahudi. Anak laki-lakinya yang merupakan mantan militer Israel memiliki sifat temperamental. Saat itulah Fahri datang membantu dan mengasihi Nenek Catarina, namun perbuatannya itu ditentang oleh supir pribadinya Hulusi. Tetapi Fahri dengan sangat mantap dan yakin mengatakan bahwa “Ada bedanya membenci Zionisme dan membenci orang Yahudi karena mereka Yahudi”. Dari dialog ini diangkatlah isu kemanusiaan bahwa mengutuk tindakan kejahatan harus dibedakan dengan sikap kebencian terhadap orang yang dianggap sebagai representasi pelaku kejahatan tersebut. Pada akhirnya, film ini banyak mengandung kontradiksi pembaharuan Islam yang mengangkat masalah dan isu sosial kepada masyarakat. Masalah-masalah sosial, kemanusiaan, poligami, pertentangan, Islamofobia, mampu direduksi dengan kisah cinta Fahri yang sholeh dan romantis. Sosok Fahri yang digambarkan “sempurna” menjadi idaman bagi setiap wanita dengan berbagai macam permasalahan. Dari segi sinematografi, film ini menunjukkan suasana baru dan berbeda. Latar adegan saat Aisha menjadi korban bom di Gaza seperti aslinya. Pada saat Aisha berada di dalam tahanan, penonton mampu merasakan keadaan Aisha saat itu. Rasa takut, marah, dan kesetiaan Aisha pada sang suami membuat penonton seakan menjadi karakter Aisha. Ada adegan wajah Hulya diangkat dan digantikan ke wajah Aisha. Sebenarnya adegan ini tampak mengerikan karena wajah manusia dapat diambil dan digantikan ke wajah lainnya. Tapi karena kecanggihan sinematografi maka ‘kengerian’ tersebut dapat berubah menjadi sebuah peristiwa yang menakjubkan. Dari film ini dapat diketahui bahwa perkembangan zaman dapat membawa perkembangan bagi teknologi terutama di bidang kesehatan. Dari segi editing, film ini memiliki editing yang cukup pas dan baik. Dengan latar belakang film yang berada di Edinbrugh, Scotlandia penonton disuguhkan dengan keindahan alam yang ada. Ditambah dengan keragaman budaya dan agama yang ada sehingga menambah ketertarikan untuk menonton film ini.