Anda di halaman 1dari 4

Unsur Intrinsik Novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy

Beberapa unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Ayat-Ayat Cinta sebagai berikut: 1.
Tema Tema dari novel ini adalah kedua orang yang saling mencintai karena Allah Swt.
49 2. Alur Alur dalam novel ini adalah maju. Serangkaian peristiwa yang terus maju.
Untuk memudahkan pembaca penulis akan menyajikan alur novel ini dengan model
sekuen. a. Fahri pergi mengaji dengan Syaikh Utsman di Shubra dengan naik metro. b.
Fahri orang Amerika dicaci maki oleh orang Mesir. c. Fahri menolong orang Amerika. d.
Fahri bertemu pertemuan dengan Aisha untuk pertama kalinya di dalam metro. e. Fahri
melihat Noura yang disiksa Ayahnya Bahadur. f. Fahri menolong Noura. g. Fahri dikirimi
surat cinta oleh Noura. h. Fahri tidak menanggapi cinta Noura. i. Fahri dijodohkan
dengan Aisha oleh Syaikh Utsman. j. Fahri menikah dengan Aisha. k. Maria kecewa dan
frustasi karena penikahan Fahri dengan Maria. l. Fahri bermesraan dengan Aisha. m.
Fahri dimasukkan ke penjara karena dituduh memperkosa Noura. n. Maria sakit parah
dan dirawat di rumah sakit. o. Madame Nahed dan Tuan Boutros memohon kepada
Fahri agar menjenguk dan menyembuhkan Maria. p. Fahri menjenguk Maria yang sakit.
q. Aisha meminta Fahri menikahi Maria. r. Maria masuk Islam. s. Fahri menikahi Maria.
t. Maria memberi kesaksian bahwa Fahri tidak bersalah di pengadilan. u. Fahri bebas
dari penjara. v. Maria meninggal dunia. w. Fahri hidup bersama Aisha. 50 3. Sudut
Pandang Sudut pandang dalam novel ini, menggunakan sudut pandang orang pertama
akuan dengan teknik pencerita ”akuan” sertaan atau dapat juga disebut orang pertama
pelaku utama. Pada novel ini, cerita berpusat pada tokoh ”aku” yaitu Fahri. Novel ini
berpusat pada kehidupan Fahri. dari perihal Fahri menjadi Mahasiswa di Kairo, cinta
Fahri, sampai kehidupan rumah tangga Fahri, dan lain sebagainya. 4. Latar a. Tempat
Latar tempat secara tipikal, bertempat: di Kairo, Mesir, Masjid Al- Fath Al-Islami, Masjid
Abu Bakar Ash-Shiddiq, Masjid Rab’ah El- Adawea, Maadi sebuah kawasan elite di Kairo,
di dekat Sungai Nil, Wisma Nusantara, Cleopatra Restaurant, Hadayek Helwan, warnet
lfenia, gedung Sekolah Indonesia Cairo SIC, Darul Munasabat, dan Stefano, Alexandria.
Latar tempat yang netral, bertempat: di dalam flat, metro, tempat penjualan tiket, ruang
tengah, rumah sakit, ruang tamu, perpustakaan, tempat hiburan musik klasik, penjara,
dan pengadilan. b. Waktu Latar waktu dalam novel ini adalah: pagi, siang, sore, dan
malam hari. Pada novel ini tidak disebutkan secara langsung tahun terjadinya peristiwa.
c. Suasana Latar suasana dalam novel ini adalah: tegang, gembira, haru, gelisah,
romantis, sedih, dan menderita. Namun, latar suasana yang paling dominan adalah
sedih. Novel ini menceritakan tentang kondisi Fahri yang mengalami kesedihan dan
kemalangan karena berbagai peristiwa yang terjadi di dalam kehidupannya. Seperti ia di
penjara karena dituduh memitnah Maria, Ia mengalami ujian yang sangat dahsyat yaitu
ia harus menikahi Maria, wanita yang tidak seiman dengannya dan ia begitu mencintai
Aisha. Di akhir cerita ia harus 51 kehilangan Maria, istri keduanya yang menghadap
Sang Khalik. Namun, Suasana dalam novel ini juga diliputi kebahagiaan karena Fahri
telah menemukan cinta sejatinya yaitu Aisha dan hidup dengan bidadarinya. Jika
dikaitkan dengan suasana Mesir secara umum dalam novel ini, cerita ini terjadi pada
saat pemerintah Amerika menuduh pemerintah Mesir dan kaum muslimin berlaku serta
merta pada umat Koptik. Tentu saja tuduhan tersebut membuat gerah seluruh
penduduk Mesir. Tuduhan tersebut bertujuan untuk menghancurkan sendi-sendi
persaudaraan umat Islam dengan umat Koptik. Akibatnya, Orang Mesir sangat
membenci orang Amerika. Hanya sedikit yang berwajah manis jika bertemu dengan
orang Amerika. Suasana Mesir juga saat itu sedang bergejolak karena diliputi berbagai
kritik tajam dan demonstrasi, pemerintah Mesir sangat tidak pengertian, dan cenderung
diktator. Banyak orang yang di penjara karena memberikan kritik tajam kepada
pemerintah Mesir di media massa dan karena melakukan berbagai demonstrasi,
seperti: demonstrasi menentang agresi Amerika ke Afganistan, demonstrasi mengutuk
tindakan Ariel Sharon menginjak-injak Masjidil Aqsha dan perlakuan kejam Israel pada
anak-anak Palestina, dan demonstrasi mengenai penembakan Muhammad Al Dorah. 5.
Tokoh dan Penokohan Tokoh dalam cerita ini dibedakan menjadi tokoh utama,
antagonis, tritagonis, dan tokoh tambahan pembantu. a. Tokoh Utama protagonis
Tokoh utama dalam novel ini adalah: Fahri, Aisha, Nurul, dan Noura. b. Tokoh Antagonis
Tokoh antagonis dalam novel ini adalah Maria, Bahadur, Mona dan Suzana kakak Noura,
dan polisi penjara si hitam, si gendut, dan si kumis. 52 c. Tokoh Tritagonis Tokoh
tritagonis dalam novel ini adalah Syaiful, Rudi, Mishbah, Hamdi, Alicia, Madame Nahed,
Yousef, paman Eqbal, bibi Sarah, ummu Aiman istri Syaikh Utsman, Tuan Boutros,
Syaikh Utsman, Prof. Dr. Abdul Rauf Manshour, dan Syaikh Ahmad, Ustadz Jalal, dan
Ustadzah Maemunah. d. Tokoh tambahan atau pembantu Ashraf, nenek bule di metro,
saudara Alicia, Dokter Ramzi, gadis kecil di metro, para penumpang metro, Amena dan
Hasan keponakan Aisha, Elena Hasyim, Ali Farougi, Magdi, Hasan, Hamada, Marwan,
dan Ismail. Karena banyak tokoh dalam novel ini, penulis akan menguraikan penokohan
berdasarkan tokoh utama terpenting dalam novel ini. a. Fahri Fahri merupakan sosok
laki-laki, baik, disiplin, tapat waktu, bertanggung jawab, pintar, kuat imannya, suka
menolong orang lain, perhatian, dermawan, rendah hati, ramah, penyayang, tegar, lucu,
romantis, banyak dicintai wanita. Namun, terkadang Fahri adalah sosok yang mudah
rapuh dan menangis. b. Aisha Aisha adalah sosok wanita yang lembut, cantik,
penyayang, suka menolong, baik, patuh pada suami, dan selalu ikhlas. c. Maria Maria
adalah sosok wanita yang aneh, ia gadis Koptik, tetapi hafal Al-Qur’an. Baik, cerdas,
suka menolong, sangat perhatian pada Fahri, cerdas, suka memberi kepada orang lain,
mencintai seseorang secara berlebihan, dan jujur. d. Nurul Sosok wanita yang baik, suka
menolong, pintar, dan rela berkorban untuk orang yang dicintainya. 53 e. Noura Sosok
wanita yang pendiam, selalu menderita dan sengsara akibat ulah Bahadur, ia mencintai
Fahri namun Fahri tidak menyukainya. Fahri telah menganggapnya sebagai adik, Noura
pun menjadi sakit hati dan benci pada Fahri, Ia berbuat jahat pada Fahri. Di akhir cerita
ia benar-benar menyesal dan meminta maaf kepada Fahri atas tingkah lakunya, ia
benar-benar menyesal telah berbuat jahat pada orang yang telah menolongnya dan
mengeluarkannya dari penderitaan. 6. Amanat Pesan yang ingin disampaikan melalui
novel ini adalah kita harus berpegang teguh dan bertakwa pada Allah Swt, saling tolong
menolong kepada orang lain, menghormati tetangga, saling mencintai karena Allah, dan
lain sebagainya. 7. Gaya Bahasa Dalam novel ini terdapat campur kode antara bahasa
Indonesia, bahasa Arab, bahasa Inggris, dan bahasa Jerman. Ada beberapa puisi yang
terdapat dalam novel dan diksinya sangat indah sehingga membuat pembaca merasa
tertarik untuk membacanya dan tidak pernah bosan. Terdapat penggunaan majas
dalam novel ini yaitu majas metafora dan litotes, dan personifikasi. Berikut kutipan
novel yang terdapat campur kode antara bahasa Jerman dengan bahasa Arab dan
penggunaan majas personifikasi. Kutipan novel ini berada pada saat Aisha menelpon
Fahri untuk mengajaknya bertemu dengan Alicia karena Alicia ingin sekali berbincang
dengan Fahri seputar Islam dan ajaran moral yang dibawanya, terjadi di flat Fahri, pada
siang hari, kutipan novel ini terdapat pada halaman 90. Aku kembali menelentangkan
badan badan di atas kasur. Saatnya tidur. Baru dua detik mata terpejam, handphone ku
menjerit. Nomor yang tak kukenal. Siapa ya?Kuangkat. ”Assalamualaikum,” ”Walaikum
salam. Ini siapa ya?” ”Sind Sie Herr Fahri?” 54 ”Ja. Sie Aisha?” ”Ja. Herr Fahri, haben Sie
zeit” ”Heute?” ”Ja. Heute, ba’da shalat el ashr.” ”Nein dank, heute ba’da shalat al ashr
habe ich leider keine Zeit Ich habe schoen eine verab redung. Pada kutipan novel
tersebut Aisha melakukan campur kode antara bahasa Jerman dengan bahasa Arab.
Terdapat majas personikasi pada klausa ”handphoneku menjerit” kegiatan menjerit
biasanya dilakukan oleh makhluk hidup, tetapi penggunaan kata menjerit digunakan
Kang Abik untuk handphone yang berdering. Berikut ini kutipan campur kode antara
bahasa Arab dan bahasa Indonesia yang dibicarakan antara Fahri daengan Yousef,
dalam situasi Yousef memberitahu Fahri mamanya membatalkan acara ke Alex karena
Fahri tidak bisa ikut serta dan menggantinya dengan mengajak Fahri dan teman-
temannya makan malam di Cleopatra Restaurant bersama keluarga Yousef dalam
rangka merayakan ulang tahun Madame Nahed, di flat Fahri, malam hari, kutipan novel
ini terdapat pada halaman 118-119. ”Begini Fahri. Setelah aku beritahukan semuanya,
Mama memutuskan untuk membatalkan rencana ke Alex,” ucap Yousef dengan kerut
muka sedikit agak kecewa. ”Kenapa?” ”Karena kau tidak bisa ikut.” ”Kan acara tetap
bisa berjalan dengan baik tanpa keikutsertaanku.” ”Pokoknya itu keputusan mama.”
”Ana asif jiddan Wallahi, ana asif jiddan” ucapku sedih. Sebetulnya aku tidak ingin
mengecewakan siapapun juga. ”Tak apa-apa. Mama ingin menggantinya dengan
sebuah acara yang tidak akan menyita waktu bannyak. Untuk acara ini mama minta
dengan sangat kalian bisa ikut semua. Sekali lagi dengan sepenuh permohonan, tidak
boleh ada yang yang tidak bisa.” Berikut ini kutipan novel alih kode dari bahasa Inggris
ke bahasa Jerman, percakapan ini dilakukan oleh Fahri dan Aisha dalam situasi Aisha
berterima kasih kepada Fahri karena telah menolongnya dan orang Amerika dari tingkah
laku jahat orang Mesir, di metro, siang hari, kutipan novel ini terdapat pada halaman 55.
55 ”Indonesian, thank you.” Aku teringat dia orang Jerman. Aku iseng menjawab dengan
bahasa Jerman. ”Bitte” ”Spreechen Sie Deutsch?” ”Ja, ein wenig.” Berikut ini kutipan
novel yang menggunakan majas metafora, kutipan novel ini terjadi pada saat Fahri
bimbang menentukan pilihan untuk hidupnya. Ia dijodohkan dengan Aisha oleh Syaikh
Utsman. Setelah tiga hari, ia salat Istikharah, Fahri bermimpi bertemu dengan ibunya. Ia
memang sangat rindu pada ibunya karena sudah tujuh tahun tidak berjumpa. Ia pun
bergegas menelepon ibunya yang ada di Jakarta dan minta persetujuan ibunya, cerita
ini terjadi di Flat Fahri, pada siang hari, kutipan novel ini terdapat pada halaman 203. Oh
ibu. Jika engkau adalah matahari, aku tak ingin datang malam hari. Jika engkau adalah
embun, aku ingin selalu pagi hari. Ibu, durhakalah aku jika di telapak kakimu tidak aku
temui sorgamu. Kerinduan Fahri kepada ibunya tertuang dalam puisi di atas. Ia sangat
mencintai dan mengagumi ibunya dengan mengibaratkan.ibunya seperti matahari dan
malam hari. Puisi ini bermakna seorang anak yang sangat mencintai ibunya. Berikut ini
kutipan novel yang menggunakan majas litotes, kutipan kutipan novel ini terjadi pada
saat Fahri merasa rendah diri, ia merasa orng yang paling hina, dan tidak mungkin akan
mendapatkan wanita yang berkedudukan tinggi apalagi anak kiai besar, cerita ini terjadi
pada saat Fahri tidak percaya akan kenyataan hidupnya, ia akan menikah dengannya,
seorang bidadari akan menikahi seorang yang hina, begitu gumamnya. Cerita ini di flat
Fahri, pada siang hari, dan kutipan puisi ini terdapat pada halaman 222. 56 Aku adalah
lumpur hitam Yang menderu Menempel di sandal sepatu Hinggap di atas aspal
Terguyur hujan Terpelanting Masuk comberan Siapa sudi memandang Atau
mengulurkan tangan? Tanpa uluran tangan Tuhan Aku adalah lumpur hitam Yang
malang Pada kutipan novel tersebut tokoh Fahri merasa rendah diri dan merasa orang
yang hina padahal ia adalah mahasiswa Al-Azhar yang tampan, pintar, pekerja keras,
dan berakhlak mulia. 57 BAB IV ANALISIS NILAI AGAMA DALAM NOVEL AYAT-AYAT
CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY

Anda mungkin juga menyukai