OLEH :
Keunggulan dan kelebihan dari novel ini yang dapat menarik para
pembaca adalah pemberian emosi yang tepat di dalam masing-masing
karakter. Terdapat karakter yang sangat sabar yang diberikan kepada
Fahri, wanita non muslim yang mencintai Surat Maryam, juga seorang
sosok Aisah yang dapat sabar menerima nasibnya ketika suaminya yakni
Fahri harus menikahi Maria yang sedang dalam koma lalu meninggal.
Dalam hal ini karakter menunjukkan masing-masing emosi yang
digambarkan dalam kisah cinta mereka yang sangat rumit. Cinta yang
terjalin antara Fahri, Aisah, dan Maria.
Selain itu, kelebihan novel ini adalah
mengajarkan kepada pembaca tentang akhlak, dan etika yang diutamakan
yaitu aqidah kepada Allah. Terbukti pada sosok pemeran Fahri yang selalu
mengutamakan akhlak dalam menghadapi masalah apapun, dibalut dengan
kata-kata dalam Bahasa Indonesi yang tidak berbelit dan jelas. Hal ini
mempermudah pembaca memahami isi pemikiran masing0masing
karakter di dalam novel ini.
Novel ini ditulis oleh seorang Novelis Habiburrahman El Shirazy yang biasa
dipanggil Kang Abik. Kang Abik lahir di Semarang pada hari Kamis, 30 September
1976. Setelah tamat dari Aliyah beliau melanjutkan kuliahnya di Universitas Al
Azhar Cairo Mesir. Sejak dari bangku Aliyah Kang Abik memang berbakat dalam
dunia Jurnalistik. Tapi baru di bangku kuliah ia mengembangkannya. Beberapa
karyanya baik yang sudah maupun akan terbit yaitu, Ketika Cinta Berbuah Surga,
Pudarnya Pesona Cleopatra, Di Atas Sajadah Cinta, Dalam Mihrab Cinta, namun
yang paling fenomenal dan Best Seller adalah Ayat-Ayat Cinta.
Kisah berawal dari Fahri sangat bersimpati kepada tetangganya yang
memeluk agama Katolik itu, sehingga pada suatu malam sosok Bahadur ysng
menyiksa putrinya terlihat oleh Fahri dan ia langsung menolong setalah melihat
Noura dipukuli dengan keras oleh Bhadur. Karena Bahadur sangat malu dan tidak
terima atas perlakuan Fhari yang mencampuri urusan keluarganya, maka Bahadur
memfitnah Fahri bahwa dialah yang memperkosa putrinya sehingga Fahri masuk ke
dalam sel penjara dan menghadapi sidang yang panas karena kesaksian Noura yang
menyatakan bahwa benar Fahri telah memperkosa dirinya membuat Fahri akan
mendapat hukuman yang berat. Noura melakukan hal itu karena ia berfikiran bahwa
setelah Fahri bebas dirinya akan bisa menikah dengan Fahri. Namun tak disangka
Noura tersadar bahwa perbuatan yang telah dilakukan kepada Fahri itu sangat jahat
dan ia juga melihat Fahri yang sangat ikhlas menerima hukuman tersebut membuat
Noura meminta kebebasan Fahri dan meminta maaf kepadanya karena selama ini
Noura telat dibutakan oleh cinta. Terlepas dengan
kejadian Fahri dipenjara, Fahri pun melanjutkan kuliahnya yang hamper selesai.
Karena Fahri merupakan sosok mahasiswa yang sangat disayang oleh gurunya maka
dirinya akan direncanakan dinikahkan dengan putrinya yaitu Aisah dan betapa jatuh
cintanya Fahri kepada sosok Aisah dengan suara lembut mata tajam yang menatap
Fahri tersebut. Pernikahan segera dilangsungkan dan mereka pun hidup berbahagia.
Namun, belum lama mereka merasakan kebahagiaan, ujian datang kembali dengan
terdengarnya kabar bahwa Maria koma dan sebelum koma Maria menuliskan surat
bahwa Maria sangat mencintai Fahri sehingga ia berusaha untuk melupakan Fahri
dengan menyiksa dirinya sendiri. Ibu Maria memohon kepada Fahri untuk menikahi
Maria disaat terakhirnya. Aisah yang mendengar hal itu sangat terkejut dan melihat
suaminya menyetujui pernikahan itu. Tak lama Fahri juga menuntut Maria untuk
melafalkan dua kalimat Syahadat sebelum Fahri menikahi dirinya. Ketika kata “sah”
terucap dan Fahri mencium kening Maria jantung Maria berhenti untuk selamanya.
Dan itulah akhir dari cerita segitiga yang selalu di alami oleh Fahri, ia pun kembali
hidup bahagia dengan Aisah.
Sangat jarang penulis yang menuangkan ide
untuk mengisahkan cerita tentang kehidupan seorang anak rantau yang meninggalkan
Negara kelahirannya untuk menempuh pendidikan dengan dibalut dengan ajaran
islam yang kental juga ujian yang bertubi-tubi yang di alami oleh masing-masing
karakter. Sehingga novel ini menguras banyak emosi untuk dibaca dan dijadikan
sebuah motivasi untuk menghadapi kehidupan sehari-hari. Penulis juga memberikan
suasana yang berbagai macam mulai dari menyeangkan, menyedihkan, juga
ketengangan terdapat di dalam novel ini. Tidak heran novel Ayat-Ayat Cinta ini
merupakan best seller dari Habiburrahman El Shirazy.
Keunggulan dari novel ini yaitu tema
dan amanat yang ingin disampaikan begitu kuat diselipkan si penulis. Ajaran tentang
kebaikan bertumpuk-tumpuk dalam novel ini. Ibaratnya ia adalah sastra nan indah
dipadu dengan keelokan sucinya ajaran Islam. Alur yang digunakan jelas sehingga
tidak membingungkan pembaca. Tokoh dan penokohannya pun demikian sehingga
membuat pembaca mengerti dan memahami sifat-sifat masing tokoh yang
digambarkan oleh penulis, mulai dari budi luhurnya Fahri hingga jahat dan kotornya
si Bahadur. Namun, tak ada gading yang tak retak. Terdapat juga
beberapa kekekurangan dalam novel ini. Seperti kesalahan penggunaan tanda baca
dan sebagainya. Selain itu, ada juga yang perlu dibenahi dalam cerita novel itu
sendiri. Sperti pada bagian pernikahan Fahri dengan Maria. Ada baiknya penulis
menyelipkan dalil tentang bolehnya seorang lelaki muslim menikahi Ahli Kitab
seperti wanita Nasrani ataupun Yahudi, sehingga lebih jelas dalam penyampaian
dakwahnya dan menghilangkan keragu-raguan pembaca tentang bolehnya menikah
dengan perempuan Ahli Kitab. Adakalanya pula penulis memasukkan pemikiran-
pemikiran yang masih dipertentangkan dalam agama tentang bolehnya hal tersebut
seperti dukungan si penulis terhadap kaum sufi dan sebagainya. Selain itu, dalam
novel ini juga tidak terdapat daftar isi yang begitu berguna bagi pembaca. Dan
berbagai kekurangan lainnya yang sebenarnya tertutupi dengan keindahan dan
kuatnya pesan novel tersebut.
Dalam novel ini pula penulis memberikan pesan berharga untuk para pembaca
yakni utamakan akhlak dan etika dalam menghadapi permasalahan kehidupan sehari-
hari, senantiasa berpasrah kepada Allah dan yakin akan takdir yang telah dituliskan
untuk kita. Dan jangan enggan untuk berbuat kebaikan walaupun itu untuk seseorang
yang tidak satu agam kepada kita, hal ini sangat mengajarkan kepada pembaca untuk
menanamkan sikap toleransi. Novel ini sangat layak untuk dibaca,
namun kurang cocok untuk dibaca oleh anak-anak karena masih ada unsur kekerasan
didalam novel ini. Novel ini menarik karena penulis memberikan suasana yang dapat
membuat hati pembaca juga ikut merasakan apa yang ditulis oleh pengarang sehingga
seakan-akan para pembaca mengetahui bagaimana posisi jika kita menjadi seperti
karakter yang terdapat di dalam novel ini. Tak heran novel ini dijadikan best seller
dar karangan Habiburrahman El Shirazy dan dijadikan film yang ditayangkan di
bioskop Indonesia yang cukup menarik untuk ditonton pada era itu.