Anda di halaman 1dari 23

TUGAS BAHASA INDONESIA

LAPORAN MEMBACA NOVEL

Oleh :

Adelina Nur Zamzami (01)

Cahya Aulia Khandi (09)

Kelas : XII IPA D

SMA NEGERI 1 KOTA KEDIRI


JL. Veteran 1 Kediri, Kec. Mojoroto 64114 Telp. (0354)771829
TAHUN AJARAN 2019/2020
A. Identitas novel

1) Judul buku : Ayat Ayat Cinta


2) Nama pengarang : H. Habiburrahman El Shirazy
3) Tempat penerbitan buku : Jakarta, Penerbit Republika
4) Tahun penerbitan : 2004
5) Tebal buku : 20, 5 x 13, 5 cm
6) Jumlah halaman : 420 halaman
7) Harga buku : Rp 43,500.00
B. Sinopsis : Ringkasan cerita yang berisi cuplikan seluruh adegan sehingga membentuk
tema cerita
Novel ini menceritakan kisah seorang anak muda dari Indonesia yang bernama
Fahri Abdullah Sidiq. Setamat dari Aliyah Fahri melanjutkan studinya ke Cairo Mesir
di Universitas Al Azhar. Di Cairo Fahri memiliki teman satu kos yaitu Syaiful,
Misbah, Rudi dan Hamdi. Mereka mempunyai tetangga yang sangat baik dan akrab
dengan mereka, yaitu keluarga Tuan Boutros. Tuan Boutros mempunyai istri bernama
Madame Nahed, dan dua orang anak mereka Maria dan Yousef. Keluaraga Tuan
Boutros adalah keluarga Kristen Koptik yang sangat taat. Putri sulung mereka yang
bernama Maria, ia gadis yang unik. Ia seorang Kristen Koptik, namun ia suka pada
Al-Quran. Ia bahkan hafal beberapa ayat Al-Quran, diantarnnya adalah surat Maryam.
Sebuah surat yang membuat dirinya merasa bangga
Selain mempunyai tetangga yang baik, Fahri juga mempunyai tetangga yang
sangat galak dan kasar. Kepala keluarga itu bernama Bahadur. Bahadur mempunyai
istri bernama madame Syaima dan putri bungsunya Noura. Bahadur selalu bersikap
kasar dengan Noura.
Ketika Fahri mendapat kabar gembira dari salah seorang temannya. Bahwa dia
lulus dan telah bisa membuat tesis. Ia mengadakan acara syukuran. Setelah
mengadakan acara syukuran, ia mendengar jerit tangis di luar Apartemen yang
ternyata si muka dingin Bahadur menyeret putrinya Noura ke jalan. Fahri sangat tidak
tahan melihat wanita menangis. Ia meminta bantuan kepada Marya yang seorang
gadis Kristen Koptik. Namun Marya tidak mau karena takut berurusan dengan
Bahadur. Karena Fahri terus memohon akhirnya Marya menolong Noura. Karena
Fahri tidak ingin menambah masalah antara keluarga Marya dan Bahadur, akhirnya
keesokan harinya Noura dibawa oleh Marya dan Fahri menuju ke asrama salah salah
satu mahasiswi Al Azhar yang bernama Nurul.
Nurul adalah anak seorang kyai yang terkenal yang juga menuntut ilmu di Al-
Azhar. Fahri bermaksud untuk menitipkan Noura sementara disana. Karena status
Nurul yang sebagai mahasiswa membuat Fahri khawatir jika nanti sampai diketahui
oleh Bahadur sehingga Fahri meminta bantuan dari Syeikh Ahmad, setelah
mendengar cerita tentang keadaan Noura syeikh ahmad dengan senang hati menerima
dan menganggap bahwa Noura adalah anak beliau.
Syeikh Ahmad juga membantu Noura untuk menemukan orang tua
kandungnya. Karena ketika lahir dia sempat tertukar dengan seorang bayi, kebaikan
serta pertolongan Fahri ini membuat Noura menyimpan rasa simpati pada Fahri.
Pada suatu hari Fahri bertemu dengan Aisha dalam sebuah kereta saat
perjalanan pulangnya setelah Talaqi (salah satu metode belajar mengajar al-quran dari
Rasulullah SAW kepada para sahabat). Saat itu timbul konflik kecil yang mengawali
pertemuan mereka, yakni saat di dalam kereta ada 2 orang berkebangsaan Amerika
yang sedang mencari tempat duduk, seorang ibu dan anaknya. Sang ibu yang terlihat
kelelahan karena tidak terbiasa terhadap suhu panas di Mesir dan sang anak mencoba
mencarikan tempat duduk untuk ibunya tersebut. Aisha seorang muslimah yang
melihat suasana itu yang dialami oleh kedua warga Amerika tersebut dan
menawarkan tempat duduknya untuk sang ibu. Konflik pun mulai muncul, ketika ada
seorang laki-laki muslim sedang marah-marah pada Aisha karena Aisha menawarkan
tempat duduknya pada kedua warga Amerika yang disebutnya Kafir itu.
Pertikaian pun tak dapat dihindari dan Fahri berusaha untuk menengahi dan
berkata: Fahri : “Nabi Muhammad SAW bersabda : Barang siapa menyakiti orang
asing, berarti dia menyakiti diriku, dan barang siapa menyakiti diriku berarti dia
menyakiti Allah SWT.” “Kita boleh benci terhadap perbuatan seseorang akan tetapi
kita tetap harus berlaku adil.” Dengan munculnya Aisah, si mata Indah yang menyihir
Fahri sejak sebuah kejadian di metro itu, Aisah jatuh cinta pada Fahri, dan Fahri juga
tidak bisa membohongi hatinya.
Sampai pada akhirnya Fahri menikahi Aisyah Aisyah dapat menikah dengan
Fahri berkat bantuan pamannya Eqbal Hokan Erbakan. Setelah pulang dari liburan,
Marya yang jatuh cinta dengan Fahri mendengar kabar bahwa Fahri telah menikah
dengan perempuan yang dijodohkan oleh Syeik Ustman. Hal itu membuat ia patah
hati dan akhirnya jatuh sakit sampai koma. Ketika Fahri sedang berbahagia dengan
Aisha, Allah memberi cobaan kepada Fahri. Fahri ditangkap polisi karena di fitnah
dan dituduh menghamili Noura. Namun Fahri tidak mau mengakuinya karena ia tidak
pernah melakukan hal bejat itu.
Sampai di pengadilan Noura memberi kesaksian palsu. Hari-hari yang dilalui
Fahri di dalam penjara ia jalani dengan terus beribadah kepada Allah dan menjalani
semua cobaan dengan ketabahan dan ketaqwaan. Keluarga Boutros mendatangi Fahri
di penjara, mereka berniat mengunjungi Fahri dan juga ingin meminta bantuan kepada
Fahri untuk menyadarkan Maria dari komanya, dengan merekam suara Fahri dan
nantinya akan didengarkan ke Maria. Kata dokter hanya orang yang dicintai Maria
yang dapat menyembuhkannya. Tak kunjung sadar juga, akhirnya dokter dan madame
Nahed meminta Fahri untuk menyatakan cintanya kepada Maria. Sebelumnya Fahri
tidak mau melakukan itu, karena sudah berjanji kepada Aisha. Lalu Madame Nahed
meminta izin kepada Aisha, karena kebaikan dan keikhlasan hatinya akhirnya Aisah
menyetujui permintaan Madame Nahed. Dengan berat hati, Fahri langsung menikahi
Maria. Setelah beberapa saat kemudian, Maria sadar. Dengan kesabaran yang dimiliki
Fahri pada sidang penentuan Allah membantunya dengan sembuhnya Maria dari
koma, karena Maria merupakan saksi kunci dalam kasus itu. Kesaksian yang
diberikan Maria membuahkan hasil yaitu Fahri akhirnya bebas dari penjara. Tapi
setelah Fahri bebas Allah berkehendak lain Maria meninggal dunia menghadap Allah
SWT dalam keadaan islam.
C. Unsur ekstrinsik : unsur-unsur yang berada di luar novel
a) Pandangan penulis : bagian dari suatu penggambaran informasi yang diubah
untuk menyesuaikan dengan suatu kumpulan simbol spesifik.
1. Menceritakan tentang pemuda yang merantau untuk menuntut ilmu.
2. Dalam kehidupan dibutuhkan optimisme dan perencanaan yang matang.
3. Gambaran masyarakat yang taat akan agama dan perintah Tuhannya
4. Keharmonisan hidup sebagai umat manusia yang beradab di muka bumi.
5. Bahwa sesungguhnya jodoh itu dekat dengan kita
6. Setiap hubungan cinta dengan lawan jenis itu harus berdasarkan kepada
hukum agama yang berlaku

b) Menerangkan pandangan penulis


Novel Ayat-ayat cinta merupakan suatu novel yang menggambarkan
permasalahan dalam masyarakat tentang naik-turunnya persoalan hidup yang
harus dihadapi dengan penuh kesabaran, ketabahan serta tanpa melupakan
syariat-syariat agama. Dalam novel ini pengarang bermaksud menggambarkan
kehidupan seorang pemuda yang sedang merantau untuk menuntut ilmu.
Semakin banyak ilmu atau pengetahuan yang diterima atau didapat, maka
semakin banyak pula hambatan maupun godaan yang harus dilewati dengan
hati yang sabar dan meyakini bahwa semua akan ada hikmahnya.
Penulis juga menggambarkan sikap-sikap optimisme serta pentingnya
membuat target hidup melalui perbuatan dari tokoh utama. Dengan harapan
melalui novel ini pembaca bisa menerapkan sikap optimis dalam menjalani
kehidupan serta merencanakan dengan matang ketika ingin meraih sesuatu,
sehingga jika suatu saat berada di tengah perjalanan ia tidak lupa akan niat
awal memulai perjalanan tersebut, tidak mudah menyerah serta memiliki
solusi-solusi lain ketika dihadapkan dengan suatu masalah.
Tak hanya mengangkat persoalan dunia saja, penulis juga ingin
menggambarkan ketaatan seseorang akan perintah Tuhannya. Dalam novel ini
tidak hanya menggambarkan kehidupan seseorang yang sederhana, tetapi juga
mengajarkan kepada kita betapa pentingnya hidup di jalan Allah, hidup hanya
benar-benar untuk Allah SWT. Dapat dilihat dari perilaku masyarakat sekitar
yang ketika mendengar suara adzan langsung menuju ke masjid, dan
menghabiskan sebagian waktunya hanya untuk membaca dan menghafal al-
Quran.
Keharmonisan hidup sebagai umat manusia yang beradab di muka
bumi, juga diangkat penulis melalui novel ini. Menyangkut bagaimana
seharusnya kita hidup dan saling menolong dengan menjunjung sikap
toleransi, bukannya saling menghina dan menganggap bahwa ia yang paling
baik. Serta sikap saling memaafkan dan mendoakan kebaikan bagi sesama
walau ia telah berbuat salah kepada kita.
Dan ketika kita terus memperbaiki akhlak serta mendekatkan diri
kepada Tuhan, niscaya Tuhan akan mempermudah segala sesuatu, termasuk
urusan jodoh. Saat tiba waktunya, Tuhan akan mempertemukan kita dengan
jodoh kita. Bisa saja jodoh kita itu adalah orang yang dekat dengan kita, atau
mungkin orang yang tidak sengaja pernah bertemu dengan kita. Apabila
akhlak kita baik, tentu jodoh kita juga memiliki akhlak yang baik, karena
sesungguhnya jodoh itu merupakan cerminan dari diri kita. Sehingga melalui
novel ini penulis berharap agar para pembaca terus memperbaiki ahklak serta
mendekatkan diri kepada Tuhan dan tak perlu risau akan suatu permasalahan,
karena Tuhan pasti akan memberikan kemudahan.
Setiap hubungan dengan lawan jenis pun harus berdasarkan pada
hukum agama yang berlaku, apalagi jika terdapat perasaan cinta didalamnya.
Jatuh cinta pada lawan jenis hendaknya juga dipahami, bahwa ada batasan-
batasan tertentu dan tidak boleh sembarangan dalam mengaktuskan rasa cinta.
Jangan sampai perasaan cinta itu membuat kita tergoda melakukan hal-hal
yang sangat dilarang dan diharamkan, seperti melakukan khalwat atau berdua-
duaan. Rasa cinta itu diberikan kepada manusia agar kelak bisa menjalin
hubungan atau berkomitmen dalam rumah tangga, karena cinta menyertainya.
Apabila sesorang memiliki ketaatan akan perintah Tuhannya, ia pasti akan
menghindari hal yang dilarang agama dan lebih memilih mengikuti syariat
agamanya. Dalam hal ini penulis menggambarkannya dengan proses ta’aruf
sebelum melangkah ke jenjang pernikahan, dengan harapan di kehidupan
nyata orang-orang bisa memilih jalan lain yang lebih di syariatkan agama
ketimbang hal-hal yang diharamkan, seperti pacaran.
Dalam kehidupan, jika seseorang memiliki kesuksesan tentulah ada
keinginan untuk memuaskan nafsunya, yaitu memiliki istri lagi. Namun jika
seseorang itu memiliki pengetahuan serta keimanan yang tinggi pasti akan
berpikir kedua kali untuk melakukan hal itu. Sehingga dalam novel ini, penulis
menggambarkan tentang adanya poligami, dengan maksud bahwa
sesungguhnya poligami itu diperbolehkan dalam syariat islam jika ia telah
mendapatkan persetujuan dari istrinya. Dan suami itu juga harus mampu
bersikap adil kepada istri-istrinya kelak.
D. Unsur intrinsik : unsur-unsur yang secara langsung membangun cerita.
a) Tokoh dan perwatakan : pelaku yang mengemban peristiwa dalam novel
sehingga peristiwa itu mampu menjalin cerita.
1. Jenis tokoh
a. Utama : Fahri Abdullah Sidiq, Aisha, Maria Girgis, Nurul,
Noura.
b. Tambahan : Saiful, Bahadur, Tuan Boutros, Madame Nahed,
Syaikh Utsman Abdul Fattah, Ashraf, Alicia, Madame Syaima,
Paman Eqbal, Profesor Abdul Ra’uf
2. Penokohan dan perwatakan
a. Tokoh protagonis (Fahri Abdullah Sidiq)
Fahri pada novel ini berperan sebagai seorang pemuda
bersahaja yang memegang teguh prinsip hidup dan
kehormatannya. Cerdas dan simpatik hingga membuat
beberapa gadis jatuh hati. Ia dihadapkan pada kejutan-kejutan
menarik atas pilihan hatinya. Berikut kutipan yang
membuktikan bahwa sifat Fahri yang memegang teguh pada
prinsip.
Sekarang Fahri terfokus pada ujian yang sangat
menentukan. Jika proposalnya ditolak maka ia harus
menunggu setengah tahun lagi untuk mengajukan proposal
baru. (Ayat-Ayat Cinta,2005:78)
b. Tokoh antagonis (Noura)
Noura yang merupakan teman satu universitas dengan Fahri
pada novel ini dikenal sebagai seorang gadis yang malang,
selalu menderita, dan tertutup. Pada awal cerita, Noura
memiliki sifat baik kemudian dia berubah menjadi licik dan
memfitnah Fahri karena ia sakit hati ketika cintanya ditolak.
Selain itu, alasan Noura memfitnah Fahri adalah untuk
menutupi aib kehamilannya. Pada akhirnya, Noura tidak
memegang teguh prinsip hidupnya, ia akhirnya mengakui
kebohongannya. Berikut ini bukti bahwa sifat Noura tidak bisa
memegang prinsip hidup dan berbuat licik.
“Akhirnya aku berbohong pada mereka yang
menghamiliku adalah Fahri. Sebab aku sangat mencintai
Fahri dengan harapan Fahri nanti mau menikahiku.”
(Ayat Ayat Cinta,2005:299)
3. Pendeskripsian watak oleh penulis
a. Secara langsung diuraikan oleh penulis
Ayah Noura yang bernama Bahadur itu memang
keterlaluan. Bicaranya kasar dan tidak bisa menghargai
orang. Seluruh tetangga di apartemen ini dan masyarakat
sekitar jarang yang mau berurusan dengan Si Hitam
Bahadur (Ayat Ayat Cinta, 2005:47)
Kutipan di atas menggambarkan watak Bahadur yang bicaranya
kasar dan tidak bisa menghargai orang lain.
b. Secara tidak langsung
 Melalui pikiran-pikiran tokoh
Noura sesengukan sendiri di bawah tiang lampu
merkuri. Ia duduk sambil mendekap tiang lampu itu
seolah mendekap ibunya. Apa yang kini dirasakan
ibunya di dalam rumah. Tidakkah ia melihat
anaknya yang menangis tersedu dengan nada
menyayat hati. (Ayat Ayat Cinta, 2005:47)
Kutipan di atas menggambarkan watak Noura yang
penyendiri, pendiam, dan terkesan introvert.
 Dialog antar tokoh
“Tidakkah kau bisa turun dan menyeka air
matanya. Kasihan Noura. Dia perlu seseorang yang
menguatkan hatinya.”
“Itu tidak mungkin.”
“Kau lebih memungkinkan daripada kami.”
“Sangat susah kulakukan!” Maria menolak.
“Kumohon turunlah dan usaplah air matanya. Aku
paling tidak tahan jika ada perempuan menangis.
Aku tidak tahan. Kumohon. Andaikan aku halal
baginya tentu aku akan turun mengusap air
matanya dan membawanya ke tempat yang jauh
dari linangan air mata selama-lamanya.”
“Untuk yang ini jangan paksa aku, Fahri! Aku tidak
bisa!”
(Ayat Ayat Cinta, 2005: 49)
Kutipan diatas mengggambarkan watak Fahri yang
perhatian dan memiliki rasa simpatik yang besar.
 Melalui tingkah laku atau tindakan tokoh
Aisha minta dipangku dan disuapi kue. Lalu minta
dibopong dan digendong. Ia juga minta difoto dalam
gaya-gaya dansa. Ada-ada saja. Ia sangat mesra dan
manja. ( Ayat Ayat Cinta, 2005: 183)
Kutipan di atas menggambarkan watak Aisha yang
manja dan cari perhatian.

b) Alur : jalan cerita yang mempunyai hubungan sebab akibat


1. Jenis alur : Alur yang terjadi pada novel “Ayat ayat cinta” adalah alur
maju
2. Tahapan alur :
a. Tahap perkenalan (orientasi) : tahap ini berisi perkenalan tokoh
dan latar cerita.
Pada saat Fahri mulai berpendidikan di Universitas Al-Azhar
dan tinggal di flat bersama reka mahasiswa dari Indonesia,
kemudian kenal dengan tetangga dekatnya yaitu Maria sekeluarga.
Serta menjalankan perkuliahan sebagaman mestinya serta
mengenal orang-orang Mesir diantaranya Syaikh Usman, Syaikh
Ahmad dan tak lupa teman teman aktifis dari Mesir juga teman
sepermainan Fahri pada saat main bola
b. Tahapan konflik : mulai muncul permasalahan antar tokoh
Pertikaian pertama dimulai pada saat malam hari selepas acara
syukuran, disana ada seorang wanita yang disiksa oleh ayahnya,
dan wanita itu adalah Noura, dia disiksa dibawah dekat flat Fahri
dan tidak sengaja terdengar oleh Fahri, dia ingin menolong, tapi
Fahri bingung karena Noura adalah perempuan yang bukan
mahromnya, kemudian dia meminta bantuan Maria untuk
menolong Noura, walaupun Maria takut oleh Bahadur ayah Noura,
dia bersedia membantu dan akhirnya Noura tertolong. Keesokan
harinya Noura diantar dan di titipkan di asrama tempat Nurul
tinggal oleh Fahri dan Maria untuk sementara waktu.
Adapun pertikaian selanjutnya yaitu ketika Fahri pulang dari
bulan madunya di Alexsandria, dia di tangkap karena di tuduh
memperkosa seorang gadis mesir yaitu Noura. Fahri tidak sempat
menjelaskan pada istrinya Aisha. Kemudian pada saat Fahri sedang
diadili dan pengakuan Noura karena telah di perkosa oleh Fahri
pada saat dia menolong, sedangkan Fahri tidak mersa melakukan
hal tersebut, di dukung oleh pengakuan seorang masyarakat yang
tinggal di flat dekat Fahri, hal tersebut membuat Fahri kecewa atas
perlakuan Noura yang telah memfitnah Fahri.
c. Tahapan Klimaks : tahap ini adalah puncak masalah
Akhirnya Fahri terpaksa harus masuk ke penjara sampai ada
bukti yang kuat untuk menyatakan bahwa Fahri tidak bersalah. Saat
dipenjara, ia disiksa habis-habisan. Selain disiksa, Fahri harus
menerima cobaan bahwa ia dikeluarkan dari Universitas Al-Azhar.
Ia juga merasa bersalah karena pada saat itu ia harus meninggalkan
istrinya dalam keadaan hamil pertama. Waktu terus berlalu, sampai
akhirnya masa persidangan tiba. Saat persidangan, Fahri dituduh
habis-habisan oleh pengaduan Noura, Bahadur, dan salah seorang
saksi yang memberi kesaksian palsu bahwa dia melihat kejadian
itu, hal tersebut semakin memperkuat bahwa Fahri bersalah dan
akan mendapatkan hukuman mati. Sedangkan saat itu Fahri tidak
mempunyai cukup bukti untuk persidangan, kecuali salah satu
kunci utama dalam memecahkan kasus ini adalah Maria sebagai
saksi yang bisa membebaskan fahri, sedangkan maria sedang
terbaring koma.
d. Tahapan antiklimaks : tahap ini adalah ketika masalah mulai
menurun karena sudah ada penyelesaian masalah.
Akhirnya jalan satu-satunya adalah dengan menikahi Maria
yang terbaring koma, hal ini karena alasan dia akan sembuh apabila
disentuh oleh Fahri. Fahri yang menghargai janji yang ia ucapkan
ketika menikahi Aisha dulu membuatnya enggan untuk
melakukannya. Karena kondisi Maria yang semakin kritis madame
Nahed berusaha membujuk Fahri dengan mengatakan bahwa beliau
yang akan berbicara kepada Aisha. Aisha yang mengetahui kondisi
Maria serta hanya Marialah yang bisa memberi kesaksian untuk
Fahri membuatnya ikhlas untuk dipoligami. Walaupun sudah
mendapat izin dari Aisha Fahri tetap enggan melakukannya,
sehingga Aisha pun memaksa Fahri karena ia ingin Fahri segera
bebas dan ingin ketika melahirkan anaknya Fahri harus hadir di
sisinya. Akhirnya Fahri bersedia menikahi Maria, tidak lama
kemudian Maria pun sembuh dengan sentuhan Fahri, walaupun dia
masih duduk dibantu dengan kursi roda, dan akhirnya dia bersedia
menjadi saksi kunci kasus Fahri dengan Noura. Dengan Maria
menjadi saksi, serta kejujuran Noura akhirnya Fahri terbebas.
e. Tahapan penyelesaian : tahap ini merupakan akhir dari cerita.
Setelah keluar dari penjara, Fahri memiliki dua orang istri yang
sholeh yang pertama Aisah dan yang kedua Maria yang masih
sakit-sakitan dan akhirnya Maria dirawat kembali, dan pada saat
dia dirawat ada keanehan yang terjadi pada Maria, yaitu maria
tertidur dan bermimpi tiba di 7 pintu surga dan dia mau masuk
karena kenikmatanya, ternyata dia tidak di perbolehkan masuk
samapai pintu keenam dan pintu terakhir dia boleh masuk tapi
dengan syarat yaitu pertama harus mempunyai wudlu dan syahadat,
kemudian dia kembali pulang dan seseorang itu menunggu
kembalinya Maria. Maria terbangun dan dihadapannya ada Fahri
dan Aisah, dia meminta tolong untuk melakukan wudlu dan
syahadat, kemudian Fahri membantu dan ia bercerita kejadian
didalam mimpinya, kemudian Maria meminta Fahri dan Aisah
untuk mengajarkan syahadat, pada saat selesai syahadat, maka
selesailah semuanya, Maria meninggal dengan diakhiri Dua
Kalimah Syahadat.
3. Cara pengakhiran cerita
Cara pengakhiran cerita pada novel-novel Ayat Ayat Cinta
menggunakan alur terbuka. Dibuktikan pada kutipan berikut
“Saat itu Madame Nahed, terbangun dari tidurnya dan bertanya
sambil mengucek kedua matanya, “Kenapa kalian menangis?”
Kaca jendela mengembun. Musim dingin sedang menuju
puncaknya. O, apakah di surga sana ada musim dingin? Ataukah
malah musim semi selamanya? Ataukah musim-musim di sana
tidak seperti musim yang ada di dunia?” (Ayat Ayat
Cinta,2005:313)

c) Setting/latar : tempat, hubungan wakttu, dan suasana terjadinya peristiwa-


peristiwa yang diceritakan.
1. Latar tempat
a. Mesir, Cairo
Tempat berlangsungnya cerita dalam novel ini ada di kota
Cairo, Mesir. Di kota ini Fahri dengan semangat serta perjuangan
yang tinggi berusaha menyelesaikan pendidikan serta hafalannya
dengan beberapa Syeikh di al-Azhar, disamping bekerja sebagai
seorang penerjemah. Fahri berusaha mengusir rasa malas yang
timbul dalam dirinya, ia harus tetap semangat walau harus
merasakan hawa panas dari Mesir. Ia rela menempuh jarak yang
panjang demi menepati janjinya bertemu dengan Syeikh untuk
menyetorkan hafalannya. Fahri juga berusaha keras, memeras otak
dan seluruh energinya untuk mengerjakan tesisnya agar selesai
sesuai dengan target yang ia inginkan. Tak hanya itu di kota ini
jugalah ia akan bertemu dengan seseorang yang kelak akan
menikah dengannya. Fahri tak menyangka Tuhan akan
berkehendak demikian, ia mengira bahwa seseorang yang akan
menikah dengannnya nanti adalah seorang wanita yang sama
berasal dari tempat kelahirannya. Di kota Cairo Mesir ini, Fahri
akan mendapat begitu banyak cobaan serta pelajaran hidup yang
tak terlupakan.
b. Flat
Latar tempat juga terjadi di dalam flat. Flat adalah sebuah
hunian sejenis apartemen. Dalam satu flat ini fahri menjalani
kehidupan sehari-hari bersama teman-temannya. Mereka hidup
bersama selayaknya saudara kandung, suka dan duka mereka bagi
dan jalani bersama. Dalam flat ini juga terukir perjuangan dan kerja
keras Fahri dalam menyelesaikan tesis serta terjemahannya, ia
bahkan menuliskan target-target yang harus dicapai setahun
kedepan dalam kamarnya. Namun Fahri juga harus meninggalkan
flat ini setelah menikah dengan Aisha dan pindah ke tempat
lainnya, ia merasa sedih dan berat hati karena meninggalkan tempat
tinggalnya selama ini dan teman-temannya, tetapi ia harus ikhlas
karena ia akan menjalani kehidupan baru bersama istrinya
c. Ketika di flat lamanya, Fahri memiliki teman sekaligus
tetangga baik hati yang tinggal tepat diatas flatnya, ia bernama
Maria. Maria beserta keluarga selalu bersikap baik kepada Fahri
dan teman-temannya, mereka selalu bersedia menolong Fahri dan
teman-temannya. Begitu juga Fahri ia dengan ikhlas membantu
Maria, jika Maria membutuhkan sesuatu. Tak hanya tetangga baik
hati, dalam flat lamanya ini fahri juga memiliki seorang tetangga
yang kasar, kejam, dan tidak menghargai orang, ia bernama
Bahadur. Semua tetangga dan masyarakat sekitar jarang yang mau
berurusan dengan Bahadur. Bahkan suatu ketika Fahri mendengar
suara perempuan menangis, yang tak lain adalah putri Bahadur. Ia
diseret dan ditendang oleh ayahnya sendiri yang tak lain adalah
Bahadur. Melihat kejadian ini Fahri bersama Maria berusaha
menolong perempuan itu. Namun pertolongan yang dilakukan
Fahri ini, nantinya malah akan berujung pada permasalahan pelik
di kemudian hari.
d. Metro
Latar tempat juga terjadi ketika di dalam metro atau kereta
listrik. Dalam metro inilah Fahri mengenal Maria, yang sewaktu itu
secara kebetulan duduk satu bangku. Maria, seorang Kristen
Koptik yang sangat suka pada Al-Qur'an dan Islam. Ia bahkan
sangat hafal dengan salah satu surah dalam Al-quran yaitu Q.S
Maryam, ia melafalkannya dengan benar tanpa ada kesalahan satu
huruf pun. Maria juga berbeda dengan gadis-gadis Mesir lainnya,
yang tanpa merasa malu memamerkan tubuh mereka. Hal inilah
yang membuat Fahri bisa berteman dengan Maria.
Dalam metro jugalah ia berkenalan dengan seorang wanita
yang kelak akan menikah dengannya, yakni Aisha. Berawal dari
pertengkaran antara penumpang dalam metro yang tidak menyukai
Aisha karena telah membantu turis Amerika, sehingga membuat
Fahri membela gadis itu dan menyadarkan penumpang lain bahwa
perbuatan mereka sangat tidak disukai Allah dan rasul. Setelah
pembelaan Fahri tersebut, wanita itu mengucapkan terima kasih
dan mereka pun berkenalan. Perkenalan ini nantinya akan berujung
pada pertemuan-pertemuan selanjutnya.
e. Penjara
Latar tempat selanjutnya adalah ketika berada di dalam
penjara. Berawal ketika Fahri dan Aisha akan pulang dari bulan
madu mereka. Fahri ditangkap atas tuduhan Noura. Sehingga
membuat Fahri dimasukkan kedalam penjara bawah tanah. Disana
Fahri disiksa dan dipaksa untuk mengakui perbuatan yang
sebenarnya tidak pernah ia lakukan. Para penjaga semakin marah
dan menyiksanya karena Fahri yang bersikeras tidak mau
mengakuinya. Tak sendirian, di dalam penjara ini Fahri juga
berkenalan dengan seluruh tahanan yang sama-sama ditahan karena
tuduhan palsu. Tak cukup disiksa, Fahri juga mendapat cobaan lain
dengan dikirimnya surat pengeluaran dirinya dari Al-Azhar. Hal ini
sempat membuat Fahri putus asa, namun salah seorang tahanan
selalu mengingat untuk terus berdoa kepada Allah. Dari dalam
penjara ini, Fahri mendapat begitu banyak pelajaran, mulai dari
pengalaman hidup para tahanan sampai ilmu yang mereka miliki.

f. Rumah sakit
Ketika hendak menemukan bukti-bukti ketidak bersalahannya
Fahri, ia dihadapkan pada kenyataan bahwa satu satunya bukti
yang bisa membantu ialah Maria, Namun kondisi Maria saat itu
sedang terbaring koma dan mengalami masa kritis, demi membantu
Maria dan Fahri, Aisha rela untuk dipoligami. Fahri yang dipaksa
oleh Aisha untuk menyetujui, dengan ikhlas menerima pernikahan
itu. Setelah pernikahan tersebut, Maria dengan izin Tuhan
disadarkan dari komanya. Sehingga ia bisa menjadi saksi ketika
persidangan.
Namun saat persidangan, Maria terlalu bersemangat dan
memaksakan tubuhnya ketika menyampaikan pendapat sehingga ia
kembali mengalami jatuh sakit, tetapi sesuatu bermimpi dalam
tidurnya ia bermimpi tidak bisa masuk surga karena bukanlah
seorang muslim. Sehingga ia pun terbangun dan memohon kepada
Fahri agar membantunya untuk mengucapkan syahadat dan sholat.
Ketika sholat berjamaah, tak lama pandangan Maria semakin
meredup, begitu juga dengan denyut nadinya yang semakin
melemah. Hingga akhirnya Maria dinyatakan telah meninggal
dunia.
g. Persidangan
Latar selanjutnya adalah sewaktu dipersidangan. Setelah
penangkapan Fahri, Noura memberi kesaksian atas tuntutannya
saat dipersidangan. Ia mengatakan hal-hal yang sebenarnya tidak
pernah terjadi dan tidak benar adanya, tetapi untuk memperkuat
pernyataannya ada seorang saksi lain yang memberi pernyataan
palsu, yang semakin memperkuat dugaan bahwa Fahri telah
berbuat demikian. Bahkan ayah Noura yang selama ini membenci
putrinya tiba-tiba mendukung pernyataan putrinya. Para sahabat
serta keluarga Fahri seketika marah dan menganggap bahwa itu
semua fitnah. Sehingga persidangan, dihentikan dan dilanjutkan di
kemudian hari.
Pihak Noura merasa bahwa mereka nantinya yang akan
menang, karena melihat pihak Fahri yang tidak mempunyai bukti
apa-apa. Namun Allah berkehendak lain, dipersidangan selanjutnya
pihak Fahri berhasil mendatangkan saksi kuat, yaitu Maria. Bahkan
saksi palsu yang sebelumnya membela Noura mengatakan yang
sejujurnya bahwa ia telah berbohong. Karena merasa terdesak dan
tertekan Noura pun mengatakan kebenaran cerita yang terjadi, ia
pun meminta maaf atas perbuatannya. Akhirnya Fahri bisa terbebas
dari tuduhan dan dinyatakan tak bersalah.
2. Latar waktu
Latar waktu yang dipaparkan penulis adalah pada pagi hari, siang,
sore, dan malam hari. Pagi dini hari seperti ketika Fahri dan teman-
temannya mendengar Noura disiksa oleh Bahadur. Siang hari seperti
ketika Fahri melakukan aktivitas hariannya; sore hari adalah ketika
Fahri pulang ke flatnya. Malam hari seperti ketika Fahri makan
bersama teman satu flatnya dan ketika merayakan pesta ulang
tahun Madame Nahed dan Yousef.
3. Latar suasana
a. Menyedihkan
“Ia tetap tersenyum. Menatapku tiada berkedip. Perlahan
pandangan matanya meredup. Tak lama kemudian kedua
matanya yang benig itu tertutup rapat, kuperiksa nafasnya
telah tiada. Nadinya tiada lagi denyutnya. Dan jantungnya
tiada lagi terdengar detaknya. Aku tak kuasa menahan
derasnya lelehan airmata. Aisha juga. Inna lillahi wa inna
ilaihi raajiun”. (Ayat Ayat Cinta, 2005:402)
Suasana yang terjadi saat itu adalah menyedihkan sekali. Ketika
Maria harus pergi untuk selama-lamanya menghadap kepada sang
illahi. Saat itu yang berada tepat disampingnya adalah Fahri dan
Aisha. Mereka berdua merasa sangat kehilangan sekali.
b. Menyenangkan
“Tepat saat adzan ashar berkumandang mereka sampai di
masjid tempat akad nikah akan dilangsungkan. Sudah
banyak teman-teman mahasiswa Indonesia dan mahasiswa
Turki yang sampai di sana. Aisha dan dua bibinya langsung
menuju lantai dua tempat jamaah wanita.
Acara dilangsungkan di depan mihrab masjid. Syaikh
Ustman, Syaikh Prof.Dr. Abdul Ghafur Ja’far, Bapak
Atdikbud, Eqbal Hakan Erbakan, Akbar Ali dan beberapa
syaikh Mesir yang diundang Syaikh Ustman duduk
dengan khidmat tepat di depan mihrab menghadap ke arah
jamaah dan hadirin yang memenuhi masjid”. (Ayat Ayat
Cinta, 2005:375)
Suasana menjadi sangat menyenangkan ketika Aisha dan Fahri
sedang melangsungkan pernikahan di sebuah masjid. Betapa
senangnya mereka berdua beserta para kerabat dekatnya.
c. Menegangkan
“Persidangan kedua sangat menegangkan. Tuan Boutros hadir
memberikan kesaksiannya. Beliau membantah keterangan
Noura”. (Ayat Ayat Cinta, 2005:343)
Terbukti bahwa hal yang menegangkan terjadi di dalam ruang
sidang. Persidangan yang akan menentukan nasib Fahri untuk ke
depannya.

d) Sudut pandang : cara atau pandangan yang digunakan pengarang sebagai


sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang
membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.
Sudut pandang yang dipakai dalam novel “Ayat Ayat Cinta” ini adalah sudut
pandang orang pertama. Tokoh ‘aku’ di dalam novel ini dikisahkan paling
dominan sehingga si tokoh’aku’ dapat dikatakan sebagai pelaku utama. Hal itu
diperkuat dengan kutipan sebagai berikut:
“Usai dari masjid aku mengajak musyawarah teman-teman satu rumah.
Tak lama lagi aku akan meninggalkan mereka. Iuran sewa rumah bulan
depan aku bayar sekalian. Jadi mereka tidak bertambah beban meskipun
aku tidak lagi satu rumah dengan mereka. Namun aku minta tolong
kepada mereka agar bulan berikutnya sudah ada yang menggantikan
aku”.(Ayat Ayat Cinta, 2005:243)
e) Tema cerita : gagasan utama yang menjiwai keseluruhan cerita
Tema pada novel Ayat Ayat Cinta adalah cinta manusia pada manusia dan
cinta manusia kepada Tuhan dan Rasul-Nya yang diwujudkan dengan cara
teguh menjaga keimanan berdasarkan petunjuk-Nya. percintaan dengan
nuansa religi, yang terjadi di sekitar Timur Tengah.
f) Amanat : pesan yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca
1. Antagonis
a. Kita tidak boleh berbohong dalam melakukan suatu perbuatan,
apalagi sampai memfitnah orang lain. Karena semua kebohongan
itu pasti akan terungkap pada waktunya, meskipun disimpan
serapat apapun.
b. Sesama manusia harus saling menyayangi, termasuk dengan anak
yang bukan anak kandungnya, harus tetap memperlakukan
sebagaimana anak sendiri.
2. Protagonis
a. Kita harus meyakini bahwa Tuhan tidak pernah memberi
cobaan diluar batas kemampuan kita
b. Dengan hati yang sabar dan ikhlas kita harus yakin bahwa
setiap dibalik cobaan pasti akan ada hikmah yang dapat diambil
c. Semua rencana yang dijalankan manusia tidak akan berdaya
apa-apa tanpa kehendak Tuhan.
E. Nilai-nilai dalam novel
a) Nilai sosial : aspek-aspek yang berkaitan dengan norma-norma dalam
kehidupan masyarakat
1. Hidup dalam negeri orang harus saling menolong dan melengkapi-
hal.65
Berdasarkan kutipan diatas novel ini mengandung nilai sosial yaitu harus
saling menolong dan melengkapi sesama satu warga negara ketika berada
di daerah/negara orang lain
2. Sesama manusia hendaklah saling berbagi dan mendoakan satu sama lain
“Maafkan kami Madame, jika kedatangan kami mengganggu. Kami
datang untuk mengungkapkan rasa cinta dan hormat kami pada
keluarga ini. Kebetulan kami telah menyiapkan hadiah ala kadarnya.
Ini untuk Madame dan yang satunya untuk Yousef. Hadiah
sederhana untuk ulang tahun Madame dan Yousef. Kami mendoakan
semoga Madame dan Yousef bahagia dan berjaya.” (Hal 79)
3. Selalu bersikap ramah dan bersahabat kepada semua orang yang sudah
dikenal maupun belum
“Tapi jika mereka sudah tersentuh hatinya, mereka akan bersikap
ramah dan luar biasa bersahabat. Itulah salah satu keistimewaan
watak orang Mesir.” ( Hal 26)
b) Nilai kebudayaan : nilai-nilai yang mengakar pada suatu kebiasaan,
kepercayaann, simbol-simbol dengan karakteristik tertentu.
1. Kebiasaan orang Mesir yang suka banyak berbicara dan merasa benar
sendiri. “Orang Mesir memang suka banyak bicara, kalau sudah bicara
ia merasa benar sendiri. – hal.36
2. Orang Mesir terbiasa apabila bertemu dengan seorang lelaki yang belum
dikenal cukup dengan menyapa ‘ya kapten’ atau bisa juga ‘ya basya’
“Ya Kapten, wahid Shubra!” seruku pada penjaga loket berkepala
botak dan gemuk. Wajahnya penuh keringat, meskipun tepat di
belakangnya ada kipas angin kecil berputar-putar. Ia tampak
berkenan kusapa dengan kapten. Memang untuk menyapa lelaki
yang tidak dikenal cukup memakai ‘ya kapten’ bisa juga ‘ya basya’
atau kalau agak tua ‘ya ammu’. Jika kira-kira sudah haji memakai
‘ya haj’.” (Hal 15)
3. Beberapa gadis Mesir berpakaian tidak sesuai dengan syariat islam.
“Tapi itu jauh lebih sopan ketimbang gadis gadis Mesir seusianya
yang berpakaian ketat dan bercelana ketat, dan tidak jarang bagian
perutnya sedikit terbuka. Padahal mereka banyak yang mengaku
muslimah.” (Hal 10)
c) Nilai keagamaan : segala sesuatu yang berorientasi kepada implementasi
ajaran-ajaran yang bersumber dari Tuhan YME.
1. Sebagai seorang muslim haruslah menjaga dan melindungi semua orang
non muslim yang berada di dalam negara kaum muslimin secara baik-
baik.
“Tidakkah kalian dengar sabda Nabi Saw. “barang siapa menyakiti
ahli zhimmi. Maka aku akan ..” – hal.50
2. Seorang laki-laki dan perempuan yang belum mahromnya tidak baik
berdua-duaan
“Saif, kenapa kau tinggalkan aku sendirian dengan Maria? Kenapa
dia yang menunggui aku? Dia bukan mahramku.” Aku memaksakan
diri untuk bersuara agak keras. Saiful sepertinya tahu kalau aku
marah dan tidak berkenan. (Hal 131)
3. Poligami memang diperbolehkan oleh agama tetapi hanya dalam keadaan
mendesak saja.
“Kalau kau memiliki anggapan poligami bisa menjadi jalan keluar
dalam masalah ini, bisa jadi ada benarnya. Poligami memang
diperbolehkan oleh syariat, tapi aku tidak mungkin menempuhnya.
Aku perlu menjelaskan, di antara syarat yang telah kami sepakati
sebelum akad nikah adalah aku tidak akan memadu Aisha. Aku
sudah menyepakati syarat itu. Kau tentu tahu hukumnya, aku harus
menepatinya. Hukumnya wajib. ” (Hal 222)
d) Nilai kemanusiaan : nilai mengenai keberadaan harkat dan martabat seorang
manusia.
1. kita sebagai sesama manusia haruslah memiliki rasa empati ketika ada
orang lain yang sedang mengalami musibah, kesusahan serta kesedihan.
“Aku paling tidak tahan mendengar suara perempuan menangis. –
hal.74
2. Manusia haruslah mampu menciptakan suasana damai di lingkungan
sekitarnya
“Lalu aku menjelaskan pada mereka bahwa yang dilakukan
perempuan bercadar itu benar. Bukanya menghina orang Mesir,
justru sebaliknya. Dan umpatan-umpatan yang ditujukan padanya
itu sangat tidak sopan dan tidak bisa dibenarkan. Aku beberkan
alasan-alasan kemanusiaan.” (Hal 24)
e) Nilai moral : nilai yang berkaitan dengan akhlak atau budi pekerti baik
maupun buruk.
1. Selalu fokus dan menyelesaikan tugas tepat pada waktunya
“Aku terfokus pada ujian yang sangat menentukan itu. Jika
proposalku ditolak maka aku harus menunggu setengah tahun lagi
untuk mengajukan proposal baru.” (Hal 144)
2. Bekerja keras dan bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan
pekerjaan
“Dan sebagai rasa syukur aku harus kembali memeras otak dan
bekerja keras untuk menyelesaikan tesis ini.” (Hal 145)
3. Mengucapkan terima kasih ketika mendapat bantuan dari orang lain
”Kau harus berterima kasih padanya. Dia telah menyelamatkan
kesucian isterimu ini Fahri.” Aisha berkata sambil terisak-isak.
(Hal 243)
F. Interpretasi nilai nilai dalam novel di kehidupan sehari-hari
a) Nilai sosial
1. Novel : Sesama manusia hendaklah saling berbagi dan mendoakan
satu sama lain
2. Sekarang : Sesama manusia banyak yang mengadakan kegiatan amal
dan doa bersama.
b) Nilai kebudayaan
1. Novel : Beberapa gadis Mesir berpakaian tidak sesuai dengan syariat
islam.
2. Sekarang : Semakin banyak perempuan yang lebih senang berpakaian
terbuka yang tidak sesuai dengan ajaran agama dan kebudayaan
masyarakat.
c) Nilai keagamaan
1. Novel : Poligami memang diperbolehkan oleh agama tetapi hanya
dalam keadaan mendesak saja.
2. Sekarang : Poligami banyak dilakukan di masyarakat walaupun tidak
dalam keadaan mendesak, bahkan semata-mata hanya karena
mengikuti nafsunya saja.
d) Nilai kemanusiaan
1. Novel : kita sebagai sesama manusia haruslah memiliki rasa empati
ketika ada orang lain yang sedang mengalami musibah, kesusahan
serta kesedihan.
2. Sekarang : banyak yang memiliki rasa empati kepada sesama manusia,
tetapi masih ada juga beberapa orang yang kurang peduli kepada
lingkungan sekitarnya.
e) Nilai moral
1. Novel : Mengucapkan terima kasih ketika mendapat bantuan dari orang
lain
2. Sekarang : kebiasaan mengucapkan terima kasih pada saat sekarang
sudah mulai luntur.
f) Nilai pendidikan
1. Novel : Seorang pelajar hendaknya terus bersemangat dan tidak mudah
putus asa dalam menempuh ilmu.
2. Sekarang : Beberapa pelajar ada yang rela menempuh berbagai
rintangan untuk menuntut ilmu, tetapi banyak juga pelajar yang
bermalas-malasan dan menghabiskan waktunya untuk hal yang sia-sia
contohnya bermain game online.
G. Unsur kebahasaan
a) Majas : alat atau sarana yang digunakan pengarang untuk mencapai keindahan
dalam karya sastra
1. Majas hiperbola : majas yang mengandung suatu pernyataan yang
berlebihan atau membesar-besarkan suatu hal.
 Aku cepat-cepat melangkah ke jalan menuju masjid
untuk shalat Zuhur. Panasnya bukan main. (Hal 22)
 Ia datang bagaikan malaikat Jibril menurunkan hujan
pada ladang-ladang yang sedang sekarat menanti
kematian.(Hal 122)
2. Majas litotes : majas yang mengungkapkan perkataan dengan rendah
hati dan lemah lembut.
 Peninggalan kakek yang sangat sederhana dan sawah
seperempat bahu. (Hal 108)
3. Majas personifikasi : majas yang melekatkan sifat sifat insani atau
manusiawi pada suatu benda mati sehingga seolah-olah memiliki sifat
seperti benda hidup.
 Seumpama lidah api yang menjulur dan menjilat- jilat
bumi. (Hal 15)
4. Majas simile : majas yang membandingkan sesuatu hal dengan hal
yang lainnya.
 Tengah hari ini, kota Cairo seakan membara (Hal 15)
5. Majas metafora : majas yang melukiskan sesuatu dengan perbandingan
langsung dan tepat atas dasar sifat yang sama atau hampir sama.
 Matahari berpijar di tengah petala langit.(Hal 15)
b) Peribahasa : kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya, biasanya
mengiaskan maksud tertentu.
1. As you sow, so will you reap! Demikian pepatah Inggris mengatakan.
Seperti apa yang anda tanam, sebegitu itulah yang akan anda petik (Hal
145)
2. Dunia tidak selebar daun anggur. (Hal 223)
Artinya, dunia ini tidaklah sempit, kita tidak boleh berputus asa dalam
menghadapi suatu kegagalan.
c) Ungkapan : gabungan kata yang menyatakan makna khusus.
1. Takmir masjid Indonesia. Beberapa staf KBRI yang rendah hati. (Hal
227)
2. Tapi orang Mesir seringkali muncul besar kepalanya dan merasa paling
menang sendiri. (Hal 25)
3. “Masalahnya ini dari Maria, Mas. Sepertinya puteri Tuan Boutros itu
perhatian sekali sama Mas. Jangan-jangan dia jatuh hati sama Mas.”
(Hal 36)

Anda mungkin juga menyukai