Analisis Film Sex and The City 2
Analisis Film Sex and The City 2
tersebut bahwa meniti karir itu tidak mudah, dan disaat dia telah mendapatkan dan mencapai apa
yang dia inginkan tentunya tak semudah itu dia mau melepaskannya. Bentuk perlawanan gender
yang berusaha ditampilkan adalah perempuan yang mampu menentukan tujuan hidup seperti apa
yang dia inginkan tanpa terikat dengan norma dan tradisi-tradisi yang berlaku di masyarakat.
Film ini mencoba melawan dengan cerita yang menyatakan bahwa perempuan tidak harus selalu
ada dirumah dan mengurus anak.
Walaupun di dunia kerja Miranda terkadang di pandang sebelah mata di sebuah forum
(rapat) karena dia merupakan satu-satunya wanita yang ada di forum tersebut sehingga suara atau
pendapatnya enggan didengarkan, namun dia tetap menunjukkan ketegasan dan kemampuannya
bahwa wanita juga dapat berkarir. Ini adalah gambaran dari realita yang selama ini terjadi di
masyarakat bahwa suara perempuan jarang sekali untuk didengar bahkan dalam dunia kerja
perempuan menempati posisi yang berada di bawah laki-laki sehingga sulit bagi perempuan
untuk membuat suatu keputusan. Ditambah dengan beban sudut pandang atas kewajiban
perempuan secara keseluruhan untuk mengurus anak sehingga sulit rasanya perempuan untuk
mendapatkan hak yang sama dengan laki-laki.
D film ini, tokoh Miranda juga menganut paham feminisme walaupun tidak separah
Bradshaw. Setidaknya dia mau melengkapi rumah tangganya dengan kehadiran anak, namun
terlepas dari itu dia melupakan bahwa kodrat wanita tidak hanya melahirkan, namun juga
merawat, mengasuh, dan mendidik anaknya dan melayani suaminya sebagai ibu rumah tangga
sebagaimana mestinya. Menurutnya menjadi ibu itu sulit. Karir telah menggelapkan
pemikirannya tentang kodrat wanita pada umumnya. Miranda memiliki pandangan hidup yang
berbeda dengan wanita-wanita lainnya. Bahwa seorang wanita juga mempunyai hak dan
kedudukan yang sama dengan laki-laki terutama di bidang karir.
Berbeda dari Bradshaw dan Miranda, Charlotte lebih memiliki sifat keibuan dan
menjalani hidupnya sesuai dengan kodratnya sebagai wanita seutuhnya. Dia menikah dan
memiliki 2 orang anak, dia sangat menyayangi anak-anaknya. Dia merawat kedua anaknya
dibantu dengan seorang baby sitternya. Dia mengatakan walaupun anak-anaknya terkadang
membuatnya gila, namun dia sangat menyayangi kedua buah hatinya.
Ada bagian cerita dimana salah satu perempuan tersebut berkata kepada charlotte bahwa
dia mempunyai pengasuh dan suaminya yang bisa menjaga anaknya sehingga dia tidak perlu
repot-repot kalau mau pergi kemana-mana. Pesan yang ingin disampaikan adalah bahwa
perempuan berhak mendapatkan kebebasannya. Disini adanya pemikiran untuk menyetarakan
kewajiban-kewajiban antara laki-laki dan perempuan dalam hal mengurus anak, ini
memperlihatkan pemberontakan kaum perempuan dalam film tersebut untuk mulai keluar dari
segala tradisi-tradisi yang selama ini berlaku dimasyarakat yang dirasa menyangkut
ketidakadilan gender.
Dalam film juga menampilkan cerita dimana keempat perempuan tersebut pergi ke abu
dhabi disana mereka harus menghadapi perbedaan kebudayaan. Saat melihat perempuan abu
dhabi yang menggunakan pakaian yang menggunakan cadar salah satu dari perempuan tersebut
berkata bahwa baju tersebut seperti menggambarkan bahwa perempuan tidak boleh bicara karena
bagian mulutnya di tutup dengan cadar. Pemikiran perempuan barat saat melihat pakaian yang
digunakan perempuan abu dhabi tersebut menyiratkan suatu bentuk sindiran yang menganggap
pakaian cadar tersebut mencerminkan ketidakberdayaan perempuan dalam mengeluarkan
suaranya atau pendapatnya.
Ada sebuah kutipan perkataan yang dilontarkan oleh salah pemeran Samantha dalam film
tersebut yaitu pria AS berpura-pura mereka tahan dengan wanita kuat, tapi kenyataannya
mereka lebih suka dengan wanita yang makan kentang dengan kerudung, menurut kami katakata tersebut mengandung arti bahwa pria sebenarnya lebih suka perempuan-perempuan yang
penurut dan lemah dibandingkan perempuan yang kuat yang mampu memperjuangkan suaranya
dan apa yang dianggapnya benar. Pada bagian ini, pembuat film berusaha menampilkan sisi
feminism dalam ceritanya untuk menampilkan bagaimana perempuan harus bertindak dan
menunjukkan kekuatannya pada laki-laki dan bahwasannya laki-laki lebih suka perempuan yang
lemah karena bisa menuruti kemauannya dan itu akan memperlihatkan betapa perempuan berada
di bawah laki-laki.
Gambaran yang jelas terlihat dari film ini adalah adanya eksploitasi dari tubuh
perempuan, karena hampir seluruh adegan dalam film ini perempuan-perempuannya
menggunakan pakaian-pakaian terbuka yang mempertontonkan bagian-bagian tubuhnya
terutama 4 pemeran utama wanita dalam film ini. Peran-peran yang ditampilkan dalam film ini
menunjukan karakteristik dari peran perempuan dan laki-laki secara keseluruhan. Kebanyakan
cerita yang diambil merupakan tentang perlawanan perempuan-perempuan tersebut terhadap
segala kebiasaan yang identik harus dilakukan oleh perempuan atau tradisi-tradisi yang berlaku
di masyarakat yang dirasa ada pembagian porsi yang tidak adil antara laki-laki dan perempuan.