Anda di halaman 1dari 2

Analysis of The Necklace by Guy de Maupassant

The story tells us about a woman yang tidak pernah bermimpi sebelumnya namun tetrsadar
bahwa kehidupannya tidak sesuai dengan ekspektasinnya. Dia tidak pernah berjuang dan semata-
mata menerima “fate”nya. Namun dia tiba-tiba menginginkan kehidupan yang berkecukupan. Dia
terus membayangkan kehidupan sehari-harinya menggunakan barang mahal seperti perabotan serta
pakaian. Masalah muncul saat suaminya mendapatkannya sebuah tiket undangan sebuah party yang
didatangi oleh berbagai petinggi kota tersebut. Dia malu untuk menghadiri acara tersebut dengan
pakaian seadanya. Lalu, demi undangan yang sudah didapatkan susah payah, suaminya memberikan
nya uang sebesar 400 dollars untuk membeli gaun. Dia pun menyadari dia tidak memiliki perhiasan
apapun sehingga meminjam perhiasan temannya dan menghilangkannya. Teori feminism serta
Marxism terlihat pada cerita ini.

Teori feminism criticism yang terlihat jelas pada cerita ini adalah penulis menceritakan
Kembali steoreotyppe yang biasa menutupi kilat dari para Wanita. Di awal cerita, penulis
menceritakan stereotype yang biasa ada didalam masyarakat seperti Wanita tidak dapat memiliki
pria yang ada di atas kasta serta golongan yang ia miliki. Hal ini nyata dan terjadi didalam kehidupan
kita dimana cinta juga didasari oleh kasta yang sesuai. Hal ini cukup disayangkan karena Wanita
harus digolongkan kepada sebuah system yang tidak masuk akal.

Teori Marxism juga terlihat didalam cerita ini dimana sang pemeran Wanita dengan tidak
masuk akal menilai segala hal dengan materi. Contohnya terlihat pada saat dia membandingkan
perabotan yang dia miliki serta pakaian. Hal ini juga cukup disayangkan mengingat dia hanya ingin
menuntut tanpa berusaha semaksimal yang ia bisa.

Moral value dari cerita ini adalah kita tidak boleh menuntut apa yang melebihi usaha kita.
Karena usaha tidak akan pernah menghianati hasil. Jangan pernah menuntut seperti pemeran utama
Wanita lakukan sehingga membawa misery kedalam hidupnya serta suaminya sendiri. Hal ini tragis
mengingat suaminya juga terkena dampak atas kesalahan yang dia lakukan. Jadilah diri sendiri dan
beli sesuatu sesuai dengan kondisi kita,
Analysis of Rising Flood

Cerita ini menceritakan seorang gadis berani yang menyebrangi sebuah sungai hingga jatuh hati
kepada seorang monk. Feminist criticism diterapkan disini. Jika pada analisis cerita pertama, sang
Wanita harus mengikuti stereotype yang ada maka cerita ini kebalikannya. Wanita ini berani
melawan stereotype yang ada dimana dia jatuh hati pada seorang biksu. Padahal seorang biksu
dilarang untuk menikah. Chome terus berusaha untuk mendapatkan hatinya dalam menghadapi
masalah yang ada. Dia merupakan sosok yang layak dikagumi walaupun hal yang ia lakukan
melanggar norma serta ajaran pada agama yang ada.

Nilai yang bisa diambil dari sini adalah kita harus menjadi sosok Wanita yang berani serta mau
berusaha.

Anda mungkin juga menyukai