Anda di halaman 1dari 3

Feminisme liberal memandang diskriminasi wanita yang diperlakukan tidak adil.

Wanita
seharusnya memiliki kesempatan yang sama dengan pria untuk sukses di mata masyarakat.
Menurut feminis liberal, keadilan gender dapat dimulai dari diri kita sendiri. Pertama,
peraturan untuk permainannya harus adil. Kedua, pastikan tidak ada pihak yang ingin
memanfaatkan sekelompok masyarakat lain dan sistem yang dipakainya haruslah sistematis
serta tidak ada yang dirugikan (Tong, 2010).

Feminisme liberal yang sesungguhnya terpampang nyata pada adegan tersebut. Sebagai
sosok perempuan, Merry bertekad untuk menyamakan derajatnya dengan laki-laki. Baginya,
kalau laki-laki bisa berhasil dalam pembelajaran di perguruan tinggi. Masa sebagai
perempuan tidak bisa begitu? Atau perempuan jadi dikalahkan oleh pihak laki-laki karena
tidak berkompeten dalam dunia dalam hal menimba ilmu.

Feminisme liberal berikutnya terlihat dari jerih payah Merry. Ia berjuang mati-matian demi
diterima di perguruan tinggi impiannya. Dan ternyata, impian tersebut terwujud. Sehingga
perjuangan yang selama ini sudah ditempuh tidak berujung pada kesia-siaan belaka. Bahkan
Merry lulus dengan nilai memuaskan. Inipun menjadi bukti bahwa tidak laki-laki saja yang
pakar dalam aspek pendidikan, namun perempuan juga mampu berbuat selayaknya laki-
laki.

Adegan di atas ikut menandakan feminisme liberal. Pekerjaan yang semestinya diemban
oleh laki-laki dapat dipindahtangankan ke perempuan. Maka dari itu, feminisme liberal
selalu menyoroti kesetaraan gender antara perempuan dan laki-laki. Seorang perempuan
seperti Merry, tidak takut ketinggian dan bersedia bekerja sebagai pembersih kaca di
wahana permainan. Dengan begitu, tidak hanya pria yang berani di atas ketinggian. Namun
sebaliknya, perempuan juga berani memainkan peran tersebut.

Sudah pasti feminisme liberal bergerak untuk mengkritisi fenomena-fenomena yang sering
dibanggakan oleh kaum laki-laki. Misalnya saja menjadi pemimpin dalam sebuah organisasi,
atau kepanitiaan. Menurut feminisme liberal, perempuan juga punya keahlian tersebut.
Malah kalau dibandingkan dengan laki-laki, perempuan lebih cakap menjadi seorang
pemimpin. Sebab: perempuan mengutamakan kedisiplinan, tanggung jawab, serta orangnya
terstruktur.
Berikutnya, membahas mengenai feminisme radikal. Feminisme radikal menganggap sistem
partrilinianisme terbentuk oleh kekuasaan, dominasi, hirarki, dan kompetisi. Namun hal
tersebut tidak bisa direformasi dan bahkan pemikirannya harus dirubah. Feminis radikal
fokus kepada jenis kelamin, gender, dan reproduksi sebagai tempat untuk mengembangkan
pemikiran feminisme mereka (Tong, 2010).

Kompetisi dimunculkan oleh sosok Merry, ketika dirinya sedang mengikuti ujian tulis. Perlu
diketahui bersama bahwa Merry mempunyai watak yang suka berkompetisi. Apalagi dia
tahu bahwa teman laki-lakinya dapat bergabung di Nayang University. Belum lagi ia sadar
jika derajat laki-laki dan perempuan sama. Sebagai laki-laki saja diterima sama perguruan
tinggi, masa perempuan kalah atau tersaingi oleh laki-laki? Pemikiran semacam ini yang
memacu Merry supaya tidak mudah menyerah dalam menghadapi ujian seleksi.

Feminisme marxist dan sosialis menyatakan jika mustahil bagi siapapun, terutama wanita
untuk mencapai kebebasan yang sesungguhnya di tengah masyarakat yang menganut
sistem yang berdasarkan kelas, dimana kekayaan diproduksi oleh orang yang tak punya
kekuatan yang dikendalikan oleh sedikit orang yang mempunyai kekuatan (Tong,2010).

Bebas artinya tidak mau terus-menerus berada di bawah kekangan. Sekali-kali hidup tanpa
aturan atau hukum yang mengikat. Lebih-lebih, aturan atau hukum tadi terlalu saklek
dikepala perempuan. Maksudnya, perempuan sering tidak diperbolehkan untuk melakukan
ini dan itu. Sebaliknya, ketika laki-laki melakukan aksi tersebut tidak dilarang.

Sama pula dengan Merry. Ia ingin agar sekitarnya (termasuk laki-laki) sedia memahami
kerisauannya. Serta, dalam benaknya ia berpikir “Tidak masalah melakukan penyimpangan,
karena semua perempuan juga mengharapkan kebebasan. Kalau laki-laki sering menuai
kebebasan, perempuan kapan? Terus kalau dibilang sering juga kurang tepat.” Sehingga ia
nekad untuk melanggar, bentuk pelanggarannya adalah membawa bekal pribadi kemudian
Merry memakannya di kampus.
Feminisme modern didasarkan atas pertanyaan yang paling mendasar, yaitu “Apa peran
perempuan?”. Berdasarkan pertanyaan tersebut ada empat jawaban yang diperoleh.
Pertama adalah posisi dan pengalaman perempuan dalam kebanyakan situasi berbeda
dengan yang dialami laki-laki dalam situasi serupa. Kedua, posisi perempuan dalam
kebanyakan situasi tak hanya berbeda, tetapi juga kurang menguntungkan atau tak setara
dibandingkan dengan laki-laki. Ketiga, situasi perempuan harus juga dipahami, dilihat dari
sudut hubungan kekuasaan langsung antara laki-laki dan perempuan, bahwa perempuan
“ditindas” (dalam arti dikekang, disubordinasikan, dibentuk, digunakan, dan disalahgunakan
oleh laki-laki). Keempat, perempuan mengalami pembedaan, ketimpangan, dan berbagai
penindasan berdasarkan posisi sosial mereka dalam susunan stratifikasi atau vektor
penindasan dan hak istimewa, seperti kelas, ras, etnisitas, umur, status perkawinan, dan
posisi global (Ritzer, 2014).

Pada adegan tersebut Merry sebagai korban penindasan. Dalang dari penindasan ini adalah
atasannya (boss). Bentuk penindasan yang dilakukan pimpinan dalam kantornya terhadap
perempuan muda ini, berupa: penipuan. Ia disodorkan janji palsu oleh si bos. Sehingga
kekecewaan, kesedihan membanjiri hati Merry.

Anda mungkin juga menyukai