S A N G PE N D E KA R PE N A
Sebagai Pahlawan Nasional
MUSPIMNAS, PKC PMII JAWA TIMUR : Mendorong Mahbub Djunaidi
Sebagai Pahlawan Nasional
1
PENGURUS KOORDINATOR CABANG
PMII JAWA TIMUR
Oleh :
Baijuri, M.E
Mandataris Ketua PKC PMII Jatim
2
PENGURUS KOORDINATOR CABANG
PMII JAWA TIMUR
3
PENGURUS KOORDINATOR CABANG
PMII JAWA TIMUR
4
PENGURUS KOORDINATOR CABANG
PMII JAWA TIMUR
5
PENGURUS KOORDINATOR CABANG
PMII JAWA TIMUR
6
PENGURUS KOORDINATOR CABANG
PMII JAWA TIMUR
KARIR
menjabat sebagai Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia (IPPI),
anggota Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama, Ketua Umum pertama
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (1960-1967 selama tiga
periode), Ketua Gerakan Pemuda Ansor, Wakil Sekjen PBNU
(1970-1979), Ketua II PBNU (1979-1984), Wakil Ketua PBNU
M A H B U B DJ U N A I D I (1984-1989), anggota Mustasyar PBNU (1989-1994).
7
PENGURUS KOORDINATOR CABANG
PMII JAWA TIMUR
8
PENGURUS KOORDINATOR CABANG
PMII JAWA TIMUR
9
PENGURUS KOORDINATOR CABANG
PMII JAWA TIMUR
KEBERPIHAKAN MAHBUB DJUNAIDI KEPADA pemborong resmi? Sejak kapan rakyat kecil mampu
RAKYAT KECIL membangun rumahnya menurut jadwal waktu yang
ditentukan? Bukankah mereka membuat rumah secara
Perhatian dan pembelaan Mahbub Djunaidi terhadap
berdikit-dikit, beli katu terlebih dahulu, jika ada rezeki lagi
rakyat kecil menjadi salah satu misinya. Rasa
beli pasir dahulu, jika ada rezeki lagi beli balok dahulu, jika
keberpihakannya kepada rakyat pun dituangkan dalam
ada rezeki lagi beli kusen dahulu, jika ada rezeki beli
tulisannya yang berjudul “Sejak Kapan Rakyat Kecil Bikin
genteng dahulu, jika rezeki seret ubinnya boleh dipasang
Rumah Harus Pakai Arsitek?” dimuat di Koran Pelita pada
tahun depan?”.
tanggal 13 Februari 1980. Ketika itu pemerintah akan
mengeluarkan rancangan peraturan yang berdalihkan Rasa perhatian dan pembelaannya terhadap rakyat pun
“modernisasi”. Rancangan peraturan bab II tersebut berisi termasuk kepada anak-anak pedagang asongan dan para
tentang perizinan mendirikan dan atau menghuni pengemis cilik di persimpangan jalan. Anak-anak tersebut
bangunan. Reaksi Mahbub Djunaidi melihat pasal ditangkapi dengan tuduhan melanggar Perda No. 11 tahun
rancangan tersebut beranggapan bahwa tentunya sudah 1988. Perda tersebut berisikan tentang larangan bagi
jelas betapa rakyat kecil akan menghadapi kesulitan besar pedagang asongan dan mengancam menjatuhkan
ketika hanya mempunyai sedikit uang untuk membuat hukuman baik bagi pedagang maupun pembeli. Mahbub
rumah. Mereka harus memakai perencanaan yang disusun Djunaidi pun di dalam tulisannya mengatakan bahwa,
oleh arsitek yang punya izin bekerja yang dikeluarkan oleh “Bukankan PERDA ini bertentangan dengan UUD 45?
Gubernur. Lalu, sesudah itu mereka harus menggunakan Bukankah bunyi UUD 45 pasal 27 menyebutkan bahwa
jasa pemborong yang harus punya izin bekerja yang hak tiap warga negara atas pengajaran dan penghidupan
dikeluarkan oleh Gubernur. yang layak? Bukankah pasal 34 UUD 45 menjamin fakir
miskin dan negara akan memelihara mereka?”.
Didalam tulisannya Mahbub Djunaidi mengatakan
“Sejak kapan rakyat kecil ketika akan membuat rumah
harus memakai arsitek resmi? Sejak kapan rakyat kecil
ketika akan membangun rumah harus memakai
10
PENGURUS KOORDINATOR CABANG
PMII JAWA TIMUR
PANDANGAN MAHBUB DJUNAIDI DALAM HAL “milik pribumi” atau “milik bangsa Indonesia asli”, bahkan
KEMANUSIAAN ada pula yang tak kepalang tanggung lagi menulsikan
“milik orang sunda”. Asal mulanya terjadi sebuah insiden
Didalam hal kemanusiaan, Mahbub Djunaidi
yakni seorang tukang gerobak yang terkena pukulan
menunjukkan rasa toleransi dan sikap non rasis kepada
s e o r a n g k e t u r u n a n Ti o n g h o a k a r e n a m o b i l n y a
orang-orang Tionghoa lewat tulisan-tulisannya. Dalam
keserempet. Penghancuran total toko dan harta benda
tulisannya Mahbub Djunaidi mengkritik diskriminasi Cina
orang-orang keturunan Tionghoa hampir seantero
ikhwal pelayanan KTP dan lain-lain. Walaupun termasuk
Bandung itu tak lain dari pada suatu hura-hura rasialis.
tokoh NU yang mulai terkenal dengan tulisan-tulisannya,
Peristiwa penghancuran itu tidaklah bisa disebut spontan
Mahbub Djunaidi tetap menjaga dan berhubungan baik
karena jarak waktu antara terjadinya pemukulan dan
dengan pemeluk agama Kristen yang juga merupakan
gerakan penghancuran lebih dari tiga jam. Apalagi sifat
warga Tionghoa. Salah satu sikap toleran dan non rasis
penghancurannya yang begitu total, begitu luas daerah
terhadap orang Tionghoa, Mahbub Djunaidi menulis dalam
jangkauannya, berkilo-kilo meter dari daerah asal kejadian
karyanya yang berjudul “Antara Rasialisme dan Dendam
tidaklah patut disebut “perbuatan spontan”. Ini merupakan
Ekonomi” dimuat di dalam Koran Merdeka pada tanggal 13
suatu bukti paling nyata tentang rasilisme, rasa benci yang
Agustus 1973. Di dalam tulisannya tersebut
terpendam, yang pada suatu waktu meledak secara
menggambarkan suasana kota Bandung. Dirinya
membabi buta hanya karena soal-soal sepele. Jarak yang
mengatakan bahwa hari Minggu 5 Agustus 1973, mulai
memisahkan si asli dan si bukan asli itu, bukanlah semata-
lepas maghrib sampai menjelang subuh, kota ini seperti
mata lantaran warna kulit. Bukan lantaran yang satu asli
sampah di bakar. Ratusan mobil, ratusan toko berikut
dan yang lain keturunan asing. Dorongan utama yang
barang-barang isinya habis dibakar. Mahbub Djunaidi
mempertajam jurang itu adalah perbedaan tingkat hidup
berpendapat “bahwa peristiwa ini lebih hebat ketimbang
ekonominya. Dan anggapan umum sekarang ini sudah
peristiwa rasialis “10 Mei”, sepuluh tahun sebelumnya. Ada
begitu rupa si asli keadaan ekonominya semakin lama
hal yang paling menyedihkan di dalam pemandangan
semakin jelek, sedangkan si bukan asli makin lama makin
seperti ini yaitu toko-toko, rumah-rumah, bahkan dokter-
bagus. Si asli ibarat mati langkah dalam usaha
dokter yang berada di sekitar daerah gawat pasang tulisan
11
PENGURUS KOORDINATOR CABANG
PMII JAWA TIMUR
ekonominya, si bukan asli makin gampang dan makin licin MAHBUB DJUNAIDI SOSOK YANG MENJUNJUNG
jalannya. Si asli sulit dapat kredit dan fasilitas obyekan TINGGI HAK ASASI MANUSIA
pemerintah, si bukan asli tinggal ketuk pintu dan semua Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, Mahbub
kesempatan tersedia baginya. Si pejabat menganak tirikan Djunaidi sangat menjunjung tinggi hak asasi manusia.
si asli tapi menganak emaskan si bukan asli. Ringkasnya Pembelaannya pada penghargaan Hak Asai Manusia
masyarakat menganggap adanya diskriminasi kepada sangat jelas. Di dalam tulisannya yang mengatakan bahwa
mayoitas, bukannya kepada minoritas.” “Tanamkan ke kepala anak-anakmu bahwa Hak Asasi itu
Berdasarkan tulisannya tersebut dapat dilihat bahwa sama pentingnya dengan sepiring nasi”. Sepanjang
Mahbub Djunaidi orang yang anti rasialisme. Menurutnya hidupnya baik di dalam lisan maupun tulisan Mahbub
bangsa ini tidak akan menjadi bangsa yang kuat selama Djunaidi mempunyai sikap yang jelas dan tegas dalam hal
rasa kesukuan, rasa asli dan bukan asli, rasa memperjuangkan kepentingan rakyat dan Hak Asasi demi
mendeskriminalisasi sesama warga negara masih kemajuan negeri yang dicintainya. Karena dirinya merasa
terdapat di dalam kalbu masyarakat. Sehingga, hal ini akan prihatin terhadap kelemahan jiwa bangsa dan rakyat
membuat bangsa cepat rapuh dan mudah patah. Indonesia yang terjebak dalam irrasionalitas, feodalisme,
dan ketidakadilan. Mahbub Djunaidi pernah membelak
hak-hak jurnalis yang berjuang membela tanah air dan
sangat pedas mengkritik jurnalis yang takut dan jadi bonek
Orde Baru. Hal yang sangat luar biasa lainnya adalah
kejujurannya. Lewat ucapan juga tulisan Mahbub Djunaidi
berjuang sendiri meluruskan sejarah yang banyak
diplintirkan rezim Orde Baru saat itu. Mahbub Djunaidi
sangat berani menentang itu sendiriain. Mahbub Djunaidi
adalah seorang single fighter.
PEMIKIRAN POLITIK MAHBUB DJUNAIDI Mahbub Djunaidi politik adalah jalan yang efektif untuk
mencapai sebuah tujuan. Dalam karirnya pun Mahbub
Pemikirannya tentang politik berlandaskan politik ala
Djunaidi dipenuhi oleh syarat kepentingan politik namun
Islam yang selalu berbicara tentang hubungan Islam,
sebagaimana yang disampaikannya berpolitik melalui
demokrasi, dan Negara. Sebagai seorang pemikir Mahbub
gagasan dan tulisan dengan keberpihakan yang jelas
Djunaidi sangat menjunjung tinggi demokrasi. Agama
terhadap kepentingan rakyat kecil.
Islam dan demokrasi memiliki hubungan yang sangat erat
yang memberikan petunjuk bagi manusia dalam mencapai
kehidupan yang damai dan sejahterah. MENDORONG INDONESIA SEBAGAI NEGARA
Ketika Indonesia berada di bawah pemerintah Orde MARITIM
Baru, Mahbub Djunaidi banyak mengkritik pemerintah Jika ditempatkan pada konteksnya, beberapa tokoh
melalui tulisan-tulisannya pada saat menjadi kolumnis. NU memiliki kesadaran laut yang tinggi. Artinya memiliki
Berseberangan dalam beberapa hal prinsipil dirinya gagasan Negara ini penting memiliki visi laut. Gagasan itu
menentang rezim Soeharto, menentang kesewenang- bukan tanpa dasar, Negara ini memiliki laut yang luas
wenangan, menentang perilaku rezim yang sangat hampir 70 persennya dari seluruh wilayah adalah laut.
kapitalis birokrat, menentang bisnis keluarga yang Kesadaran tentang laut itu misalnya tampak pada diri KH
menggurita, menentang kebebasan pers yang dibungkam, Abdurrahman Wahid. Pada masa menjadi presiden, Gus
kebebasan pendapat, dan lain-lain. Mahbub Djunaidi Dur sapaannya membentuk menteri kelautan. Tokoh NU
mengkritik sistem pemerintahan Orde Baru yang yang lain memiliki kesadaran serupa adalah Mahbub
dianggapnya tidak sejalan dengan sistem demokrasi yang Djunaidi.
ada di Indonesia. Hal ini dikarenakan dalam praktiknya
yang menjalankan pemerintahan bukan rakyat melainkan Pada saat presiden Soeharto sedang menggalakkan
para elit. Bagi Mahbub Djunaidi pemerintah yang baik ialah pertanian swasembada pangan, yang mengarahkan
yang berorientasi kepada rakyat dan kebebasan menjadi negara agraris, Mahbub Djunaidi sebetulnya tidak
berpendapat yang sejalan dengan nafas demokrasi. Bagi mempermasalahkan pada konteks ini karena
bagaimanapun penduduk negara mana pun termasuk
13
PENGURUS KOORDINATOR CABANG
PMII JAWA TIMUR
Indonesia, bagi Mahbub Djunaidi membutuhkan pangan. ikan-ikan itu mencemooh kita.“
Selain lahannya ada, pangan merupakan kebutuhan “Tapi kita kan memang bangsa agraris, Pak?”
pokok. Artinya Mahbub Djunaidi mengingkan adanya
perhatian terhadap laut. Kalau ada kementerian pertanian, “Tidak, kita bangsa bahari. Kolonial yang paksa kita
pastilah ada kementerian kelautan. Namun usulannya itu bercocok tanam untuk pasaran Eropa Barat. Kebun gula
bertepuk sebelah tangan. Hingga Soeharto lengser, tak merupakan gabus tempat negeri Belanda terapung, tanpa
ada kementerian kelautan. itu negeri itu akan amblas”.
Mahbub Djunaidi pernah menulis artikel yang “Baiklah, Pak. Soalnya, di mana sekolahnya?
berjudul Pemikir pada 2 Agustus 1992. “Kembali ke pokok Soalnya, kalau saya melancong dari satu kota ke kota lain,
bicara, cita-cita apa yang kamu pilih? Seperti juga Pemilu, tak pernah lihat sekolah buat jadi bahariawan itu. Beda
cita-cita itu bebas. Mau jadi bahariawan? Ini pun bagus. dengan computer atau konsultan pajak”.
Syukur-syukur kamu bisa menjadi Menteri Bahari. Berati Mahbub Djunaidi berusaha terus memasyaratkan
kamu dapat menguasai gelombang dan penduduk dasar pandangannya itu. Dia ingin Indonesia bangkit sebagai
laut. Dulu memang, orang Inggris yang kuasai gelombang, Negara maritime yang berkemauan mengembangkan
tetapi sesudah nasionalisme bangkit, mereka lari lintang ilmu-ilmu kelautan, mendorong, dan memfasilitasi warga
pukang. Sekarang mereka cukup mondar-mandir Negara agar tertarik menjadi bahariawan. Tapi ironisnya,
mengawal istana Buckingham sambil pakai topi bulu yang sedang terjadi di tengah masyarakat adalah rebut-
sebesar sarang tawon.” ribut soal tata niaga kapal penangkapan ikan. Dan,
“Tapi, bukan urusankulah orang Inggris itu. sambil tak bisa maksimal menangkapi ikan di laut sendiri,
Bagaimana soal bahariawan? Apa ada minat? Kamu dapat yang dilakukan kemudian hanyalah mengejar dan
tangkap ikan sebanyak-banyaknya. Sebab kalau kita bisa menangkap kapal-kapal asing pencuri ikan di lautan
halau pukat harimau, kita pun mesti mampu menangkap Indonesia.
sendiri ikan-ikan itu, yang di lautan banyak yang menjadi
tua Bangka dan mati karena tutup usia. Bahkan aku pikir
14
"Mahbub Djunaidi, sang Pendekar Pena. Ia merupakan Tokoh NU,
sastrawan, jurnalis, aktivis pergerakan, dan politisi tangguh yang
pernah dimiliki oleh Indonesia. Sosoknya menginspirasi banyak kaum
muda dan pelajar. Atas dasar pemikiran dan perjuangannya, Ia layak
menyandang gelar Pahlawan Nasional”
(Baijuri, M.E.)