Anda di halaman 1dari 12

E.

Kondisi Alam Indonesia (IPS SMP Kelas 7)


Modul BDR pembelajaran online IPS untuk siswa SMP kelas 7 kali ini membahas tentang
kondisi alam Indonesia, baik itu keadaan fisik wilayah, iklim, maupun flora faunanya.

Alam Indonesia dikenal sangat indah dan kaya akan berbagai sumber daya alamnya. Tidak heran
jika banyak wisatawan dari berbagai dunia tertarik dan datang ke Indonesia. Kegiatan pariwisata
pun berkembang di sejumah wilayah seperti Bali, Yogyakarta, Lombok, dan lain-lain, sehingga
mendatangkan keuntungan ekonomi yang tidak sedikit.

Keindahan alam Indonesia dapat kamu nikmati juga di wilayah tempat tinggal masing-masing.
Lihatlah indahnya pemandangan yang Tuhan telah berikan pada kita semua berupa hutan, sungai,
danau, gunung dan pegunungan yang tampak memesona. Keindahan tersebut tidak semua negara
memilikinya.

Keadaan alam Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu keadaan fisik wilayah
serta keadaan flora dan fauna. Keadaan fisik wilayah diantaranya terdiri atas keadaan iklim
dan keadaan bentuk permukaan bumi (kondisi sosiografis) yang kemudian akan menentukan
jenis tanahnya. Sementara keadaan flora dan fauna menyangkut jenis keragaman dan sebarannya.

1. Keadaan Fisik Wilayah

Sebagai suatu wilayah, Indonesia memiliki keadaan fisik tertentu. Keadaan fisik tersebut dapat
dikenali dari keadaan geologi, bentuk muka bumi, dan iklim. Keadaan fisik akan memengaruhi
corak atau karakteristik kehidupan makhluk hidup yang tinggal di atasnya.

a. Kondisi Geologi Indonesia

Bumi tempat kita hidup, tidak bulat secara utuh, tetapi terdiri atas lempengan yang bergerak
terhadap satu dan lainnya. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik besar yaitu
lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Lempeng Pasifik.

Lempeng Indo-Australia bertumbukan dengan Lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatra, Jawa,
dan Nusa Tenggara. Lempeng Pasifik bertumbukan dengan Eurasia di utara Papua dan Maluku
Utara. Tumbukan lempeng tersebut kemudian membentuk rangkaian pegunungan yang sebagian
menjadi gunung api di sepanjang Pulau Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara.

Selain terbentuk pegunungan dan gunung api, tumbukkan antar lempeng juga menghasilkan
fenomena gempa bumi. Gempa bumi terjadi karena lempeng yang saling bertumbukan kemudian
menghasilkan getaran yang sampai ke permukaan bumi.

Indonesia merupakan salah satu negara yang sering mengalami gempa bumi, terutama pulau-
pulau sepanjang pertemuan lempeng Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, Maluku dan Sulawesi.
Gempa yang terjadi dapat dibedakan menjadi gempa tektonik maupun vulkanik. Gempa
tektonik adalah gempa karena pergerakan lempeng tektonik, sedangkan gempa vulkanik
adalah gempa yang terjadi karena adanya aktivitas kegunungapian.

Gempa bumi dapat menimbulkan bencana lainnya yaitu Tsunami. Goncangan akibat gempa
bumi membuat gerakan tanah di dasar laut, sehingga menimbulkan gelombang. Ketika sampai di
pantai, gelombang tersebut semakin besar dan menimbulkan bencana tsunami.

Selain gempa bumi, Indonesia juga rawan akan bencana letusan gunung api. Gunung berapi
adalah lubang kepundan atau rekahan dalam kerak bumi tempat keluarnya cairan magma atau
gas atau cairan lainnya ke permukaan bumi.

Ciri gunung berapi adalah adanya kawah atau rekahan. Sewaktu-waktu gunung berapi tersebut
dapat meletus.

Sebagian gunung yang ada di Indonesia merupakan gunung berapi yang aktif. Ciri gunung berapi
yang aktif adalah adanya aktivitas kegunungapian seperti semburan gas, asap, dan material dari
dalam gunung berapi.
Di Indonesia, sebagian besar gunung berapi tersebar di sepanjang Pulau Sumatra, Jawa, sampai
Nusa Tenggara. Gunung berapi juga banyak ditemui di Pulau Sulawesi dan Maluku. Beberapa
gunung berapi di Nusantara sangat terkenal di dunia karena letusannya yang sangat dahsyat,
yaitu gunung berapi Tambora dan Krakatau.

Gunung berapi adalah lubang kepundan atau rekahan dalam kerak bumi tempat keluarnya
cairan magma atau gas atau cairan lainnya ke permukaan bumi. Ciri gunung berapi adalah
adanya kawah atau rekahan. Sewaktu-waktu gunung berapi tersebut dapat meletus.

Sebagian gunung yang ada di Indonesia merupakan gunung berapi yang aktif. Ciri gunung berapi
yang aktif adalah adanya aktivitas kegunungapian seperti semburan gas, asap, dan lontaran
material dari dalam gunung berapi.

Di Indonesia, sebagian besar gunung berapi tersebar di sepanjang Pulau Sumatra, Jawa, sampai
Nusa Tenggara. Gunung berapi juga banyak ditemui di Pulau Sulawesi dan Maluku. Beberapa
gunung berapi di Nusantara sangat terkenal di dunia karena letusannya yang sangat dahsyat,
yaitu gunung berapi Tambora dan Krakatau.

b. Bentuk Muka Bumi

Indonesia terdiri atas belasan ribu pulau, baik yang berukuran besar maupun yang berukuran
kecil. Jumlah pulau seluruhnya mencapai 13.466 buah.

Luas wilayah Indonesia mencapai 5.180.053 km2, terdiri atas daratan seluas 1.922.570 km2 dan
lautan seluas 3.257.483 km2. Ini berarti wilayah lautannya lebih luas dari wilayah daratannya.

Keadaan pulau-pulau di Indonesia terdiri dari beragam bentuk muka bumi. Bentuk muka bumi
Indonesia dapat dibedakan menjadi dataran rendah, dataran tinggi, bukit, gunung, dan
pegunungan. Sebaran dari bentuk muka bumi Indonesia tersebut dapat dilihat pada peta fisiografi
Indonesia berikut ini.

Pada peta fisiografi tampak sebaran bentuk muka bumi Indonesia dari mulai dataran rendah
sampai pegunungan. Untuk membaca peta tersebut perhatikanlah legenda atau keterangan peta.
Simbol berwarna kuning menunjukkan dataran rendah, warna hijau menunjukkan daerah
perbukitan, warna oranye menunjukkan dataran tinggi, dan warna coklat menunjukkan
pegunungan.

c. Kondisi Iklim Indonesia

Indonesia berada di wilayah tropis. Apa yang menjadi ciri daerah beriklim tropis? Ciri iklim
tropis adalah suhu udara yang tinggi sepanjang tahun yaitu sekitar 270C.

Di daerah iklim tropis, tidak ada perbedaan yang jauh antara suhu pada musim hujan dan musim
kemarau. Kondisi ini berbeda dengan daerah lintang sedang yang suhunya berbeda sangat jauh
antara musim dingin dengan musim panas.

Suhu pada musim dingin dapat mencapai sekitar – 200C, sedangkan pada saat musim panas
dapat mencapai sekitar 400C.

Secara umum, keadaan iklim di Indonesia dipengaruhi oleh tiga jenis iklim yaitu iklim muson,
iklim laut dan iklim tropis. Gambaran tentang ketiga jenis iklim tersebut adalah:

1. Iklim muson atau iklim musim, dipengaruhi oleh angin musim yang berubah-ubah setiap
periode waktu tertentu. Biasanya satu periode perubahan adalah enam bulan.
2. Iklim tropis, terjadi karena Indonesia berada di daerah tropis. Suhu yang tinggi
mengakibatkan penguapan yang tinggi dan berpotensi untuk terjadinya hujan.
3. Iklim laut, terjadi karena Indonesia memiliki wilayah laut yang luas, sehingga banyak
menimbulkan penguapan dan akhirnya mengakibatkan terjadinya hujan.

Berbagai jenis iklim tersebut berdampak pada tingginya curah hujan di Indonesia. Curah hujan di
Indonesia bervariasi antarwilayah, tetapi umumnya sekitar 2500 mm/tahun. Walaupun angka
curah hujan bervariasi antarwilayah di Indonesia, tetapi pada umumnya tergolong besar.
Hal yang menarik bagi Indonesia adalah terjadinya angin muson. Angin muson adalah angin
yang terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara antara samudra dan benua. Pada saat lautan
atau samudra menerima penyinaran matahari, maka diperlukan waktu yang lebih lama untuk
memanaskan lautan. Sementara itu, daratan lebih cepat menerima panas. Akibatnya lautan
bertekanan lebih tinggi dibandingkan dengan daratan. Bergeraklah udara dari lautan ke daratan.

Pada saat musim hujan di Indonesia (Oktober sampai April), angin muson yang bergerak dari
Samudra Pasifik menuju wilayah Indonesia dibelokkan oleh gaya coriolis, sehingga berubah
arahnya menjadi angin barat atau disebut angin muson barat. Pada saat bergerak menuju wilayah
Indonesia, angin muson dari Samudra Pasifik telah membawa banyak uap air, sehingga
diturunkan sebagai hujan di Indonesia.

Peristiwa sebaliknya terjadi pada saat musim kemarau (Mei sampai September). Pada saat itu,
angin muson dari Benua Australia atau disebut angin timur yang bertekanan maksimun bergerak
menuju Benua Asia yang bertekanan minimum melalui wilayah Indonesia.

Karena Benua Australia sekitar 2/3 wilayahnya berupa gurun, maka udara yang bergerak tadi
relatif sedikit uap air yang dikandungnya. Selain itu, udara tadi hanya melewati wilayah lautan
yang sempit antara Australia dan Indonesia, sehingga sedikit pula uap yang dikandungnya. Pada
saat itu, di Indonesia terjadi musim kemarau.

Pada musim hujan, petani Indonesia mulai menyiapkan lahannya untuk bercocok tanam. Jenis
tanaman yang ditanam adalah yang membutuhkan air pada awal pertumbuhannya, contohnya
padi.

Sementara itu, nelayan Indonesia justru mengurangi frekuensi melaut karena biasanya pada saat
tersebut sering terjadi cuaca buruk dan gelombang laut cukup besar, sehingga membahayakan
mereka. Ikan juga lebih sulit ditangkap, sehingga terjadi kelangkaan pasokan ikan dan akibatnya
harga ikan lebih mahal dari biasanya. Musim hujan tentu tidak banyak berpengaruh pada
aktivitas masyarakat Indonesia yang pekerjaannya tidak berhubungan langsung dengan alam,
misalnya pegawai atau karyawan.

Pada saat musim kemarau, sebagian petani terpaksa membiarkan lahannya tidak ditanami karena
tidak adanya pasokan air. Sebagian lainnya, masih dapat bercocok tanam dengan mengandalkan
air dari sungai atau dari saluran irigasi.

Ada pula petani yang berupaya bercocok tanam walaupun tidak ada air yang cukup dengan
memilih jenis tanaman atau varietas yang tidak memerlukan banyak air. Pada saat musim
kemarau, nelayan dapat mencari ikan di laut tanpa banyak terganggu oleh cuaca yang buruk.
Hasil tangkapan ikan juga biasanya lebih besar dibanding musim hujan, sehingga pasokan ikan
juga cukup berlimpah.

Pola angin muson yang bergerak menuju wilayah Indonesia pada saat angin barat dimanfaatkan
oleh nenek moyang bangsa Indonesia untuk melakukan perpindahan atau migrasi dari Asia ke
berbagai wilayah di Indonesia. Perahu yang digunakan untuk melakukan migrasi tersebut masih
sangat sederhana dan pada saat itu masih mengandalkan kekuatan angin, sehingga arah
gerakannya mengikuti arah gerakan angin muson.

Pada sekitar 2000 tahun sebelum masehi terjadi gelombang perpindahan rumpun bangsa yang
berbahasa Melayu-Austronesia (Melayu Kepulauan Selatan). Melayu-Austrononesia ialah suatu
ras Mongoloid yang berasal dari daerah Yunan di Cina Selatan. Dari tempat itu mereka
menyebar ke daerah-daerah hilir sungai besar di Teluk Tonkin.

Pada sekitar 200 SM (Sebelum Masehi), mereka pindah menyebar ke daerah-daerah


Semenanjung Malaya, Indonesia, Filipina, Formosa, pulau-pulau Lautan Teduh sampai ke
Madagaskar. Kelompok migrasi dari Yunan ke Indonesia inilah yang dianggap sebagai asal mula
nenek moyang bangsa Indonesia.

Keadaan iklim pada saat nenek moyang datang ke Indonesia tidak berbeda dengan keadaan iklim
saat ini. Secara umum, keadaan curah hujan di Indonesia tergolong tinggi tetapi tidak merata.
Ada wilayah yang sangat tinggi curah hujannya, tetapi ada yang sangat rendah.
Wilayah Kepala Burung Papua Barat (sebelah barat Manokwari) memiliki curah hujan yang
sangat tinggi. Curah hujan yang rendah tersebar di wilayah Nusa Tenggara dan Sulawesi Utara.

2. Flora dan Fauna

Indonesia memiliki keanekaragaman flora dan fauna (keanekaragaman hayati) yang sangat besar.
Bahkan, keanekaragaman hayati Indonesia termasuk tiga besar di dunia bersama-sama dengan
Brazil di Amerika Selatan dan Zaire di Afrika.

Berdasarkan data dari Departemen Kehutanan dan Perkebunan tahun 1999 jumlah spesies
tumbuhan di Indonesia mencapai 8.000 spesies yang sudah teridentifikasi, sedangkan jumlah
spesies hewan mencapai 2.215 spesies. Spesies hewan terdiri atas 515 mamalia, 60 reptil, 1519
burung, dan 121 kupu-kupu.

Besarnya keanekaragaman hayati di Indonesia berkaitan erat dengan kondisi alam Indonesia,
yaitu kondisi iklim dan kondisi fisik wilayah. Suhu dan curah hujan yang besar memungkinkan
tumbuhnya beragam jenis tumbuhan.

Mengapa berkaitan erat dengan kondisi alam Indonesia? Tumbuhan memerlukan air dan suhu
yang sesuai. Semakin banyak air tersedia semakin banyak tumbuhan yang dapat tumbuh dan
karena itu semakin banyak hewan yang dapat hidup di daerah tersebut.

Bukti dari pernyataan tersebut dapat kalian bandingkan antara daerah dengan curah hujan yang
tinggi seperti Indonesia dengan daerah gurun yang curah hujannya sangat kecil.
Keanekaragaman flora fauna Indonesia jauh lebih banyak dibandingkan daerah gurun.

a. Persebaran Flora di Indonesia

Flora di Indonesia ternyata dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu Indo-Malayan
dan Indo-Australian. Kelompok Indo-Malayan meliputi kawasan Indonesia Barat. Pulau-pulau
yang masuk ke dalam kelompok ini adalah Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Bali.

Kelompok Indo-Australian meliputi tumbuhan yang ada kawasan Indonesia Timur. Pulau-pulau
yang termasuk dalam kawasan ini adalah Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua.

Perbandingan karakteristik flora yang ada di Indonesia Barat dan Indonesia Timur adalah sebagai
berikut:

Indonesia Barat Indonesia Timur


Jenis meranti-merantian sangat banyak Jenis meranti-merantian hanya sedikit
Terdapat berbagai jenis rotan Tidak terdapat berbagai jenis rotan
Tidak terdapat hutan kayu putih Terdapat hutan kayu putih
Jenis tumbuhan matoa (pometia pinnata) Terdapat berbagai jenis tumbuhan matoa, khususnya
sedikit di Papua
Jenis tumbuhan sagu sedikit Banyak terdapat tumbuhan sagu
Terdapat berbagai jenis nangka Tidak terdapat jenis nangka

Berbagai jenis flora tersebut telah dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia, baik
sebagai bahan furnitur, bahan bangunan, bahan makanan dan lain-lain. Sebagai contoh, rotan
banyak dimanfaatkan sebagai bahan utama pembuatan kursi, meja, dan perabotan rumah tangga
lainnya.

Berbagai jenis kerajinan dihasilkan dengan memanfaatkan bahan dari rotan. Sentra penghasil
produk kerajinan tersebut banyak berkembang di daerah-daerah tertentu, misalnya di Cirebon
dan daerah lainnya di Pulau Jawa.

b. Persebaran Fauna Indonesia

Fauna Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga corak yang berbeda yaitu fauna bagian barat,
tengah, dan timur. Garis yang memisahkan fauna Indonesia Bagian Barat dengan Tengah
dinamakan garis Wallace, sedangkan garis yang memisahkan fauna Indonesia Bagian Tengah
dan Timur dinamakan Garis Weber.

Fauna bagian barat memiliki ciri atau tipe seperti halnya fauna Asia sehingga disebut tipe
Asiatis (Asiatic). Fauna bagian timur memiliki ciri atau tipe yang mirip dengan fauna yang hidup
di Benua Australia, sehingga disebut Tipe Australis (Australic). Fauna bagian tengah
merupakan fauna peralihan yang ciri atau tipenya berbeda dengan fauna Asiatis maupun
Australis. Faunanya memiliki ciri tersendiri yang tidak ditemukan di tempat lainnya di Indonesia.
Fauna tipe ini disebut fauna endemis.

1). Fauna Indonesia Bagian Barat

Fauna Indonesia bagian Barat atau tipe Asiatis mencakup wilayah Sumatra, Jawa, Bali, dan
Kalimantan. Mamalia berukuran besar banyak ditemui di wilayah ini seperti gajah, macan, tapir,
badak bercula satu, banteng, kerbau, rusa, babi hutan, orang utan, monyet, bekantan, dan lain-
lain.

Selain mamalia, di wilayah ini banyak pula ditemui reptil seperti ular, buaya, tokek, kadal, tokek,
biawak, bunglon, kura-kura, dan trenggiling.

Berbagai jenis burung yang dapat ditemui diantaranya burung hantu, gagak, jalak, elang, merak,
kutilang, dan berbagai macam unggas. Berbagai macam ikan air tawar seperti pesut (sejenis
lumba-lumba di Sungai Mahakam) dapat ditemui di wilayah ini.

2). Fauna Indonesia Tengah atau tipe peralihan

Wilayah fauna Indonesia Tengah atau disebut pula wilayah fauna Kepulauan Wallace, mencakup
Sulawesi, Maluku, Timor, dan Nusa Tenggara serta sejumlah pulau-pulau kecil di sekitar pulau-
pulau tersebut. Fauna yang menghuni wilayah ini antara lain babi rusa, anoa, ikan duyung,
kuskus, monyet hitam, kuda, sapi, monyet saba, beruang, tarsius, sapi, dan banteng.

Selain itu terdapat pula reptil, Amphibia, dan berbagai jenis burung. Reptil yang terdapat di
daerah ini, diantaranya biawak, komodo, buaya, dan ular. Berbagai macam burung yang terdapat
di wilayah ini diantaranya maleo, burung dewata, mandar, raja udang, rangkong, dan kakatua
nuri.

3). Fauna Indonesia Bagian Timur

Fauna Indonesia Bagian Timur atau disebut tipe australic tersebar di wilayah Papua, Halmahera,
dan Kepulauan Aru. Fauna berupa mamalia yang menghuni wilayah ini antara lain kanguru,
beruang, walabi, landak irian (nokdiak), kuskus, pemanjat berkantung (oposum layang),
kangguru pohon, dan kelelawar. Di wilayah ini tidak ditemukan kera. Di samping mamalia
tersebut terdapat pula reptil seperti biawak, buaya, ular, kadal.

Berbagai jenis burung ditemui di wilayah ini diantaranya burung cenderawasih, nuri, raja udang,
kasuari, dan namudur. Jenis-jenis ikan air tawar yang ada relatif sedikit.

F. Perubahan Akibat Interaksi Antarruang (IPS Kelas 7)


Perubahan Akibat Interaksi Antarruang (IPS Kelas 7) – Interaksi antarruang dapat terjadi dalam
berbagai bentuk, seperti pergerakan orang, barang, gagasan dan informasi. Semua pergerakan tersebut
menimbulkan perubahan, baik bagi daerah tujuan maupun daerah asal.

Interaksi keruangan meliputi beragam jenis pergerakan seperti perjalanan menuju tempat kerja, migrasi,
pariwisata, pemanfaatan fasilitas umum, transmisi infomasi dan modal, wilayah pemasaran kegiatan
retail, perdagangan internasional, dan distribusi barang. Semua bentuk interaksi tersebut berdampak
pada adanya perubahan. Berbagai perubahan akibat interaksi keruangan yaitu sebagai berikut.

1. Berkembangnya Pusat-Pusat Pertumbuhan


Pergerakan orang, barang dan jasa pada suatu lokasi tertentu akan menimbulkan pemusatan aktivitas
manusia pada lokasi tujuan. Pemusatan aktivitas penduduk tersebut kemudian membentuk daerah
perkotaan. Daerah perkotaan merupakan pusat pertumbuhan suatu wilayah karena sebagian besar
aktivitas terkonsentrasi di wilayah perkotaan.

2. Perubahan Penggunaan Lahan

Aktivitas penduduk yang terus meningkat pada akhirnya akan memerlukan lahan untuk menampung
aktivitas tersebut. Semakin banyak penduduk yang datang pada suatu kota akan disertai dengan
kebutuhan tempat tinggal. Akibatnya terjadi alih fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi permukiman.

Hal yang sama juga terjadi pada industri, perdagangan, jasa, dan lainnya yang memerlukan lahan untuk
menampung aktivitasnya. Dengan demikian, terjadi perubahan penggunaan lahan dari pertanian ke non
pertanian (permukiman, industri, perdagangan, jasa, dan lainnya).

3. Perubahan Orientasi Mata Pencaharian

Interaksi spasial umumnya terjadi karena adanya kepentingan ekonomi, khususnya berkaitan dengan
pekerjaan. Daerah yang menjadi tujuan pergerakan penduduk akan dihuni oleh mereka yang memiliki
pekerjaan yang beragam.

Jenis pekerjaan juga berkembang karena adanya kebutuhan akan barang dan jasa yang semakin
beragam. Perubahan akibat interaksi antarruang membuat orientasi pekerjaan berubah dari yang
tadinya berorientasi pada sumber daya alam, khususnya petani, menjadi pekerjaan lainnya.

4. Berkembangnya Sarana dan Prasarana

Terjadinya pergerakan orang, barang, dan informasi memerlukan sarana dan prasarana. Pembangunan
sarana dan prasarana akan semakin meningkat dengan meningkatnya pergerakan tersebut. Kendaraan,
jalan, fasilitas umum, pusat-pusat perdagangan, dan lain-lain terus bertambah dengan semakin
meningkatnya interaksi keruangan.

5. Adanya Perubahan Sosial dan Budaya

Adanya pergerakan penduduk dari satu tempat ke tempat lainnya akan disertai dengan interaksi sosial.
Terjadinya interaksi antaranggota masyarakat tersebut akan disertai pula dengan saling pengaruh,
terkait dengan norma dan nilai yang dianut oleh masing-masing individu atau kelompok masyarakat.

Kelompok masyarakat pendatang dan penduduk asli saja memiliki nilai dan norma yang berbeda.
Perubahan sosial juga menyangkut perubahan status sosial. Berkembangnya suatu wilayah karena
adanya interaksi spasial akan memengaruhi status sosial masyarakatnya. Perubahan juga dapat terjadi
pada aspek budaya karena penduduk pendatang dan penduduk asli dapat memiliki budaya yang
berbeda.

Perubahan sosial dan budaya pada saat ini tidak lagi hanya karena adanya pergerakan penduduk, tetapi
juga karena adanya aliran informasi dari suatu daerah dengan daerah lainnya, bahkan antarnegara atau
benua yang jaraknya sangat jauh sekali.

6. Berubahnya Komposisi Penduduk

Interaksi keruangan dalam bentuk pergerakan orang akan menimbulkan konsentrasi penduduk dalam
suatu wilayah. Penduduk tersebut memiliki latar belakang yang berbeda-beda, misalnya agama, status
sosial, usia, jenis kelamin, mata pencaharian, etnik atau suku bangsa, dan lain-lain. Akibatnya komposisi
penduduk berubah dari yang awalnya relatif seragam, misalnya sebagian besar etnik Sunda, kemudian
berkembang menjadi beragam etnik.
BAB 2
INTERAKSI SOSIAL DAN LEMBAGA SOSIAL
A. Interaksi Sosial
1. Pengertian Interaksi Sosial
Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara
individu dengan individu, kelompok dengan kelompok, ataupun individu dengan kelompok (menurut
Gillin dan Gillin, dikutip oleh Soerjono Soekanto). Pengertian lainnya dikemukan oleh Macionis, dengan
bahasa yang lebih sederhana. Interaksi sosial menurut Macionis adalah proses di mana orang-orang
beraksi dan bereaksi satu sama lain dalam suatu relasi atau hubungan.

Sepasang sahabat yang sedang mengobrol satu sama lain dapat kita kategorikan sebagai suatu interaksi
sosial, karena ada hubungan aksi reaksi antara kedua orang ini. Ini termasuk interaksi sosial individu
dengan individu. Interaksi sosial antar kelompok dapat dicontohkan dengan pertandingan sepak bola
antara dua kesebelasan. Bentuk interaksi sosial antara individu dengan kelompok contohnya adalah ketika
guru sedang mengajar di dalam kelas. Guru merupakan individu, dan siswa-siswinya dikategorikan
sebagai satu kelompok.

Guru yang mengajar merupakan contoh interaksi sosial antara individu dengan kelompok.

Ciri-ciri interaksi sosial:

Interaksi sosial memiliki beberapa karakteristik atau ciri-ciri. Berikut adalah ciri-ciri dalam interaksi
sosial.

1. Jumlah pelaku lebih dari satu orang, hal ini karena interaksi membutuhkan aksi dan
reaksi. Jika sesorang memberikan suatu aksi atau tindakan, agar dikatakan sebagai bentuk
interaksi, tindakan tersebut haruslah direspon oleh orang lain.
2. Adanya komunikasi menggunakan simbol-simbol tertentu. Simbol yang paling umum
digunakan untuk berkomunikasi adalah bahasa. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah simbol
yang disampaikan haruslah dipahami oleh pihak-pihak yang berkomunikasi, agar komunikasi
tersebut berjalan lancar.
3. Dalam interaksi sosial juga ada dimensi waktu, yaitu masa lalu, masa kini, dan masa
depan. Artinya dalam setiap interaksi sosial, ada konteks waktu yang menentukan batasan dari
interaksi tersebut.
4. Adanya tujuan yang ingin dicapai. Pihak yang berinteraksi tentulah memiliki tujuan-
tujuan yang ingin dicapai. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan juga bahwa ada tujuan-tujuan
yang berbeda di antara pihak yang berinteraksi. Tujuan tersebut pun dapat menentukan apakah
interaksi akan mengarah kepada kerja sama ataupun mengarah kepada pertentangan

Faktor yang mempengaruhi interaksi sosial


Dalam proses terjadinya interaksi sosial, ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Beberapa faktor
tersebut antara lain adalah:

1. Imitasi.

Imitasi adalah adalah tindakan seseorang meniru orang lain. Hal yang ditiru beragam bentuknya, misal
gaya berpakaian, gaya berbicara, bahasa, dan sebagaimya. Contoh bentuk imitasi adalah ketika seorang
anak meniru bahasa gaul seperti ashiappp, anjay, kuy, dan kata lainnya dari tokoh atau publik figure yang
ada di televisi atau Youtube.

2. Sugesti.

Sugesti adalah semacam pandangan, sikap, atau pendapat yang diberikan oleh seseorang, dan diterima
oleh pihak lainnya. Contoh dari sugesti adalah ketika seseorang membeli produk kecantikan setelah
terpengaruh oleh pandangan iklan di televisi yang mengatakan jika membeli produk tersebut, wajah
konsumen akan lebih bening dan bercerah.
3. Identifikasi.

Identifikasi adalah kecenderungan seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain. Hal ini lebih
mendalam dari imitasi. Contoh dari identifikasi adalah seseorang yang rela menghabiskan banyak uang
untuk operasi plastic agar tubuh dan wajahnya menyerupai Barbie atau artis idola lainnya..4.

4. Simpati

Simpati adalah keadaan di mana orang merasa tertarik dengan pihak lainnya. Orang yang memiliki
simpati akan lebih mudah merasakan perasaan yang sedang dialami oleh pihak lain tersebut, misalnya
ketika bencana alam terjadi, seseorang turut merasakan kesedihan dari para korban bencana, sekalipun
orang tersebut tidak mengalami bencana secara langsung.

Syarat Terjadinya Interaksi Sosial


Dalam proses interaksi sosial, terdapat syarat-syarat yang harus terpenuhi agar interaksi tersebut terjadi.
Ada dua syarat utama terjadinya interkasi sosial, yaitu kontak sosial dan komunikasi. Kontak berasal dari
bahasa Latin yaitu cum atau con yang artinya bersama-sama, dan tango atau tangere yang artinya
menyentuh. Jadi apabila diartikan secara harafiah maka kontak berarti bersama-sama menyentuh.
Meskipun secara harafiah diartikan bersama-sama menyentuh, namun pada kenyataannya kontak yang
terjadi tidak harus selalu bersentuhan. Kontak sosial terjadi ketika ada aksi dan reaksi antar pihak yang
berkontak.

Kontak sosial menurut cara dan tingkatannya terbagi menjadi dua, yaitu kontak sosial primer dan kontak
sosial sekunder. Kontak sosial primer adalah kontak sosial yang terjadi secara langsung bertatap muka,
misalnya berbicara, saling menyapa, dan bersalaman. Kontak sosial sekunder merupakan kontak sosial
yang terjadi melalui suatu perantara. Kontak sosial sekunder pun terbagi menjadi dua, yaitu sekunder
langsung dan sekunder tidak langsung. Kontak sosial sekunder langsung terjadi ketika kedua pihak
berkontak menggunakan media secara langsung, misalnya bertelepon atau video call.

Kontak sosial sekunder tidak langsung adalah kontak sosial yang terjadi ketika pihak yang berkontak
menggunakan pihak ketiga untuk berinteraksi, atau berinteraksi menggunakan media namun tidak secara
langsung berhubungan, misalnya saling mengirim surat. Menurut sifat atau bentuknya, kontak sosial
terbagi menjadi kontak sosial negatif dan kontak sosial positif. Kontak sosial negatif merupakan kontak
sosial yang mengarah ke pertentangan dan merusak hubungan yang telah ada, misalnya perkelahian.
Kontak sosial positif adalah kontak sosial yang mengarah ke bentuk kerja sama dan memperkuat
hubungan yang ada, misalnya kegiatan kerja bakti.

Syarat yang kedua dari interaksi sosial adalah komunikasi. Dalam komunikasi terjadi penyampaian dan
pertukaran pesan. Dalam komunikasi, terdapat lima unsur di dalamnya yaitu komunikator (pihak yang
menyampaikan pesan), komunikan (pihak yang menerima pesan), pesan, media, dan efek atau pengaruh
dari pesan yang disampaikan.

2. Bentuk Interaksi Sosial


Menurut Gillin dan Gillin, terdapat dua bentuk interaksi sosial, yatu proses asosiatif dan proses disosiatif.
Proses asosiatif merupakan bentuk proses sosial yang mengarah kepada kerja sama antar pihak,
sedangkan proses disosiatif merupakan proses sosial yang mengarah kepada pertentangan antara pihak
yang terlibat. Proses asosiatif terdiri dari kerja sama, akomodasi, dan asimilasi. Proses disosiatif terdiri
dari persaingan, kontravensi, dan konflik.

a. Bentuk Interaksi Sosial Asosiatif


1. Kerja sama

Kerjasam adalah salah satu bentuk proses asosiatif. Kerja sama terjadi apabila pihak yang yang memiliki
suatu kepentingan bersama atau persamaan tujuan. Kerja sama juga sering disebut dengan istilah
cooperation. Beberapa wujud kerja sama antara lain adalah sebagai berikut.

1. Koalisi, yaitu bergabungnya dua atau lebih organisasi yang memiliki kepentingan
bersama. Contoh bentuk koalisi yang paling umum adalah gabungan beberapa partai politik
dalam suatu koalisi untuk memenangkan pemilihan umum.
2. Tawar-menawar atau bargaining, yaitu pelaksaan perjanjian tukar menukar barang atau
jasa antara dua pihak atau lebih. Pada proses ini ada pertukaran sumber daya dalam bentuk tawar
menarwa antar pihak guna mencapai kesepakatan bersama.
3. Kooptasi, yaitu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam suatu sistem organisasi.
Tujuannya adalah untuk menjaga stabilitas internal organisasi.
4. Joint venture, yaitu kerja sama yang umumnya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan
dalam proyek tertentu. Umumnya, tujuan dari joint venture adalah untuk meningkatkan
pendapatan perusahaan yang bersangkutan.

2. Akomodasi.

Akomodasi adalah upaya untuk meredakan pertentangan yang terjadi. Tujuannya adalah untuk mencapai
keseimbangan dan mencegah membesarnya suatu pertentangan. Berikut adalah bentuk akomodasi.

1. Koersi atau coercion, yaitu bentuk akomodasi yang dipaksakan atau proses akomodasi
yang terjadi karena ada paksaan.
2. Kompromi, yaitu bentuk akomodasi di mana pihak yang terlibat saling mengurangi
tuntutan.
3. Arbitrasi, yaitu proses akomodasi yang mengundang pihak ketiga yang lebih tinggi
kedudukannya untuk membantu penyelesain masalah.
4. Mediasi, merupakan bentuk akomodasi yang menyerupai arbitrasi, namun pihak ketiga
hanya berperan sebagai pemberi nasihat dan tidak memiliki wewenang untuk mengambil
keputusan.
5. Konsiliasi, yaitu upaya mempertemukan kepentingan pihak yang berselisih dan mencari
penyelesaian bersama.
6. Toleransi, yaitu upaya akomodasi secara informal. Masing-masing pihak saling
bertoleransi demi pemulihan hubungan baik.
7. Stalemate, yaitu upaya akomodasi dengan menyeimbangkan kekuatan pihak yang
terlibat. Dengan berimbangnya kekuatan, penyelesaian permasalahan dapat terjadi dengan
sendirinya.
8. Ajudikasi, yaitu upaya akomodasi melalui pengadilan.

3. Asimilasi.

Asimilasi adalah percampuran dua budaya atau lebih dan menghasilkan budaya baru. Dalam proses
asimilasi, budaya baru yang terbentuk benar-benar berbeda dari budaya yang ada sebelumnya. Proses
asimilasi seringkali disamakan dengan proses akulturasi, padahal sebenarnya berbeda. Proses akulturasi
adalah proses di mana dua budaya atau lebih saling berinteraksi, namun batasan-batasan perbedaan
budaya tidak hilang dan masing-masing budaya tetap mempertahankan keunikannya masing-masing.

b. Bentuk Interaksi Sosial Disosiatif

Bentuk lain yang berlawanan dengan proses asosiatif adalah proses disosiatif, yang mengarah kepada
pertentangan. Berikut adalah bentuk-bentuk proses disosiatif.

1. Persaingan atau kompetisi, yaitu proses dimana pihak yang terlibat dari bersaing
memperebutkan sesuatu. Hal yang diperebutkan bermacam-macam bentuknya, misalnya
keuntungan, sumber daya, status, dsb.
2. Kontravensi, yaitu bentuk proses disosiatif yang lebih tinggi dibanding persaingan,
namun belum mencapai pertentangan. Beberapa bentuk kontravensi adalah penolakan,
penyangkalan, penghasutan, dan pengkhianatan.
3. Pertentangan atau konflik, yaitu proses disosiatif di mana pihak yang terlibat berusaha
mencapai tujuannya dengan upaya menantang atau menyerang lawan, sekalipun dengan ancaman
atau kekerasan. Menurut Soerjono Soekanto, penyebab konflik antara lain adalah perbedaan
individu, perbedaan kebudayaan atau nilai, perbedaan kepentingan, dan perubahan sosial.
Meskipun lebih sering membawa dampak negatif seperti kerusakan materi dan korban jiwa,
konflik juga dapat membawa dampak positif. Dampak positif konflik adalah semakin
menguatnya solidaritas dalam satu kelompok karena adanya musuh bersama.
Pengaruh Interaksi Sosial Terhadap
Pembentukan Lembaga Sosial
Dalam artikel ini akan dibahas mengenai pengaruh interaksi sosial terhadap pembentukan
lembaga sosial. Interaksi sosial dapat kita lihat sehari-hari. Manusia adalah makhluk sosial yang
berinteraksi satu sama lain. Sementara lembaga sosial merupakan sebuah perkumpulan
masyarakat.

Lantas bagaimana lembaga sosial bisa terbentuk? Untuk itu di bawah ini akan dijelaskan
pengaruh interaksi sosial terhadap pembentukan lembaga sosial lengkap beserta contoh dan
pembahasannya.

Pengaruh Interaksi Sosial Terhadap Pembentukan Lembaga


Sosial
Interaksi sosial dan lembaga sosial adalah dua hal yang saling berkaitan. Lembaga sosial
terbentuk karena adanya interaksi sosial. Sedangkan interaksi sosial juga dapat melahirkan
terbentuknya lembaga sosial. Lantas apa saja pengaruh interaksi sosial terhadap pembentukan
sosial? Apa saja contoh terbentuknya lembaga sosial karena adanya interaksi sosial?

Pengertian Interaksi Sosial

Sebelum membahas mengenai pengaruh interaksi sosial, maka kita harus paham terlebih dahulu
mengenai pengertian interaksi sosial. Definisi interaksi sosial adalah  suatu fondasi dari
hubungan yang berupa tindakan yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan
diterapkan di dalam masyarakat.

Dengan adanya nilai dan norma yang berlaku, interaksi sosial itu sendiri dapat berlangsung
dengan baik jika aturan-aturan dan nilai-nilai yang ada dapat dilakukan dengan baik. Salah satu
ciri-ciri interaksi sosial adalah adanya hubungan timbal balik antar pelaku yang terlibat
interaksi.

Pengertian Lembaga Sosial

Selanjutnya kita bahas terlebih dahulu definisi lembaga sosial. Apa yang dimaksud lembaga
sosial? Pengertian lembaga sosial adalah salah satu jenis lembaga yang mengatur rangkaian tata
cara dan prosedur dalam melakukan hubungan antar manusia saat mereka menjalani kehidupan
bermasyarakat dengan tujuan mendapatkan keteraturan hidup.
Lembaga sosial juga sering disebut sebagai lembaga kemasyarakatan. Salah satu ciri-ciri
lembaga sosial adalah memiliki arah tujuan yang ingin dicapai.

Pengaruh Interaksi Sosial Terhadap Lembaga Sosial

Interaksi sosial memiliki pengaruh besar terhadap terbentuknya suatu lembaga sosial. Interaksi
sosial dan lembaga sosial sangat membutuhkan dan tergantung satu sama lain. Lembaga sosial
terbentuk karena adanya interaksi sosial antar masyarakat dan timbulnya kebutuhan yang harus
dipenuhi oleh sejumlah lembaga sosial untuk kelangsungan hidup masyarakat.

Adanya interaksi sosial didasarkan pada norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.
Interaksi sosial juga dilatarbelakangi oleh berbagai alasan dan kepentingan dari manusia di suatu
lingkungan masyarakat. Kegiatan interaksi sosial inilah yang nantinya akan melahirkan lembaga
sosial. Adanya kebutuhan dan kepentingan masyarakat mendorong adanya interaksi yang
berdampak pada terbentuknya lembaga sosial.

Contoh Terbentuknya Lembaga Sosial Akibat Adanya Interaksi Sosial

Terdapat beberapa contoh pengaruh interaksi sosial terhadap pembentukan lembaga sosial.
Contoh terbentuknya lembaga sosial ini bisa kita lihat di sekitar kita, di lingkungan pada
kehidupan sehari-hari. Lembaga sosial yang terbentuk karena adanya interaksi sosial mencakup
banyak bidang, misalnya seperti lembaga pendidikan, lembaga kesehatan atau pun lembaga
hukum. Berikut merupakan beberapa contoh pengaruh interaksi sosial terhadap pembentukan
lembaga sosial.

1. Lembaga Perkawinan atau Keluarga

Lembaga sosial paling dasar yang terbentuk adalah lembaga perkawinan atau lembaga tingkat
keluarga. Terbentuknya lembaga ini bertujuan untuk mempersatukan dua manusia berbeda jenis
kelamin untuk membentuk suatu keluarga baru. Lembaga perkawinan ini diawali dari interaksi
laki-laki dan perempuan hingga membentuk lembaga keluarga.

2. Lembaga Pendidikan

Lembaga sosial berikutnya adalah lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan terbentuk karena
adanya individu yang memiliki kebutuhan akan pengetahuan dan ketrampilan. Pengetahuan bisa
didapatkan jika adanya interaksi sosial antara guru dan murid. Guru bertugas untuk menyalurkan
ilmu sedangkan murid menyerap dan mendapat pengetahuan dari proses belajar mengajar. Hal
ini yang mendorong terbentuknya lembaga pendidikan berupa sekolah, tempat belajar, kursus
dan lain-lain.

3. Lembaga Ekonomi

Lembaga ekonomi bisa terbentuk karena adanya interaksi sosial. Tiap individu tentu ingin
memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti makanan dan pakaian. Untuk bisa memenuhi kebutuhan
tersebut dibutuhkan interaksi sosial antara penjual yang menjual dagangannya serta pembeli
yang membeli kebutuhannya. Oleh itu terbentuk beberapa lembaga ekonomi seperti pasar, PT,
firma dan koperasi.

4. Lembaga Agama

Selain yang disebutkan di atas, interaksi social juga bisa menyebabkan terbentuknya lembaga
agama. Hal ini didorong kebutuhan menjalin persaudaraan dan menambah ilmu agama
membutuhkan interaksi antar masyarakat seagama sehingga mendorong terbentuknya lembaga
agama seperti majelis agama, organisasi keagamaan atau kelompok mengaji.

5. Lembaga Hukum

Lembaga hukum juga terbentuk karena adanya interaksi sosial. Dalam masyarakat tentu terdapat
pelanggaran nilai dan norma serta penyimpangan sosial yang lain. Pelaku pelanggaran tersebut
harus berinteraksi dengan hakim untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Maka
kemudian terbentuklah lembaga hukum seperti pengadilan dan kantor hukum.
6. Lembaga Kesehatan

Manusia tentu membutuhkan kesehatan. Sakit bisa kapan saja menyerang. Jika terserang
penyakit, manusia harus berobat ke dokter. Dibutuhkan interaksi sosial antara dokter dan pasien
yang sakit. Untuk itu dibentuklah lembaga kesehatan dan medis seperti rumah sakit, apotek,
klinik atau puskesmas. Adanya lembaga kesehatan tersebut penting bagi keberlangsungan hidup
masyarakat.

Demikianlah info pengetahuan mengenai pengertian interaksi sosial, pengertian lembaga sosial,
pengaruh interaksi sosial terhadap pembentukan lembaga sosial serta contoh dan penjelasan
lengkapnya. Sekian info kali ini, semoga bisa menambah pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai