Anda di halaman 1dari 18

EdukasI: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN 2721-3935

Vol. 1, No. 2, September 2020, pp. 179-196 179

Pengembangan Kecerdasan Spiritual Anak Sekolah Dasar

Komang Satya Permadi1, Putu Yulia Angga Dewi2, Ketut Bali Sastrawan2, Kadek
Hengki Primayana2
1
Politeknik Nasional Denpasar, Indonesia
2
Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja, Indonesia
satyaintershuty@outlook.com

ARTICLE INFO ABSTRACT


This research is a qualitative research. The data obtained through
Received the interview process. The results showed that the objective of
2020-07-15 education aims to provide values and norms to an individual that will
guide his behavior. However, nowadays children and adolescents are
Revised facing a problem that is called spirituality crisis. We regularly see
2020-08-05 crimes committed by them, such as; robbery, gambling, brawls
between schools, murder, drug addiction and others. This is due to
Accepted inexistence of balance between religiousity values in the individual
2020-09-04 itself and with the future progress that moving forward continuously.
The higher IQ that people have, the more they will experts in
intellectual fields, likewise EQ. It has important role in building
effective human relationships. Meanwhile, SQ serves to transform
spiritual values such as honesty, compassion, justice, honesty,
responsibility, peace, trust and togetherness.

Keywords: Spiritual Intelligence and Emotional Intelligence

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data yang


didapatkan melalui proses wawancara. Hasil yang didapat adalah
Pendidikan pada umumnya bertujuan untuk membekali individu
dengan nilai dan norma yang akan menjadi panduan dalam
bersikap. Persoalan yang muncul dewasa ini adalah terjadinya
krisis spiritualitas pada diri anak dan remaja. Tak jarang kita
melihat adanya kriminalitas yang dilakukan anak-anak seperti
perampokan, perjudian, tawuran antar sekolah, pembunuhan,
kecanduan narkoba dan lainnya. Hal ini disebabkan karena tidak
adanya keseimbangan antara nilai-nilai keagamaan pada diri
individu dengan perkembangan zaman yang semakin maju. Dengan
IQ yang tinggi orang dapat menjadi ahli dalam bidang intelektual,
This is an
open access article demikian pula dengan peran EQ yang penting dalam membangun
under the CC–BY-SA hubungan antar manusia yang efektif. SQ berfungsi untuk
license. mentransformasi nilai spiritual seperti kejujuran, kasih sayang,
keadilan, kejujuran, tanggung jawab, kedamaian, kepercayaan dan
kebersamaan.

Kata Kunci: Kecerdasan Spiritual dan Kecerdasan Emosional

http://jurnal.stahnmpukuturan.ac.id/index.php/edukasi Penerbit: STAHN Mpu Kuturan Singaraja


180 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN 2721-3935
Vol. 1, No. 2, September 2020, pp. 179-196

PENDAHULUAN yang dimiliki siswa harus dikembangkan


Pendidikan pada umumnya agar mereka mempunyai arahan dan
bertujuan untuk membekali individu tujuan dalam hidupnya, maka
dengan nilai dan norma yang akan pengembangan SQ bagi siswa sangat
menjadi panduan dalam bersikap. diperlukan. Pengembangan SQ
Mendidik tidak hanya memberikan ilmu dimaksudkan agar siswa memiliki
pengetahuan dan ketrampilan tetapi juga pemahaman yang utuh tentang ajaran
menanamkan nilai dan norma susila yang agama dan dapat mengaplikasikannya
luhur dan mulia. Pada dasarnya potensi dengan benar dalam kehidupan sehari-
yang diberikan Tuhan kepada manusia hari. Siswa juga diharapkan menjadi
sangat banyak dengan variasi yang manusia yang beriman dan bertaqwa
berbeda. Potensi kecerdasan intelektual kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
(Intellectual Quotient, IQ), kecerdasan mampu mengaktualisasikan dirinya sesuai
emosi (Emotional Quotient, EQ) dan dengan ajaran dan norma agama dengan
kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient, kepribadian.
SQ) bervariasi kondisinya pada setiap Salah satu kelebihan manusia
individu. Menurut Ary Agustian (2001) sebagai makhluk Tuhan adalah
SQ adalah landasan yang diperlukan dianugerahi perasaan dan kemampuan
untuk memfungsikan IQ dan EQ secara untuk mengenal dan melaksanakan
efektif. Dengan IQ yang tinggi orang ajarannya. Hal ini merupakan dasar yang
dapat menjadi ahli dalam bidang dapat berkembang arah dan kualitasnya
intelektual, demikian pula dengan peran karena sangat tergantung pada proses
EQ yang penting dalam membangun pendidikan yang diterimanya. Persoalan
hubungan antar manusia yang efektif. SQ yang muncul dewasa ini adalah terjadinya
berfungsi untuk mentransformasi nilai krisis spiritualitas pada diri anak dan
spiritual seperti kejujuran, kasih sayang, remaja. Tak jarang kita melihat adanya
keadilan, kejujuran, tanggung jawab, kriminalitas yang dilakukan anak-anak
kedamaian, kepercayaan dan seperti perampokan, perjudian, tawuran
kebersamaan. antar sekolah, pembunuhan, kecanduan
Persoalan yang muncul dewasa ini narkoba dan lainnya. Hal ini disebabkan
adalah terjadinya krisis spiritualitas pada karena tidak adanya keseimbangan antara
diri anak dan remaja. Tak jarang kita nilai-nilai keagamaan pada diri individu
melihat adanya kriminalitas yang dengan perkembangan zaman yang
dilakukan anak-anak seperti perampokan, semakin maju. Untuk itu masalah akhlak
perjudian, tawuran antar sekolah, atau moral memerlukan perhatian khusus
pembunuhan, kecanduan narkoba dan sehingga mampu membentengi anak dari
lainnya. Hal ini disebabkan karena tidak hal-hal yang tidak diinginkan.
adanya keseimbangan antara nilai-nilai Selain itu terdapat juga berbagai
keagamaan pada diri individu dengan masalah dalam dunia pendidikan. Siswa
perkembangan zaman yang semakin maju. secara terus-menerus mempelajari agama
Untuk itu masalah akhlak atau moral dari segala aspek akan tetapi mereka
memerlukan perhatian khusus sehingga belum secara penuh mengaplikasikannya
mampu membentengi anak dari hal-hal dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu
yang tidak diinginkan. Mengingat potensi siswa juga kurang mempunyai tanggung
ISSN 2721-3935 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar 181
Vol. 1, No. 2, September 2020, pp. 179-196

jawab terhadap dirinya dan orang lain yang salah dan yang benar serta bijaksana.
seperti masih cenderung melakukan Lebih dalam Nafis (2006) menegaskan
sesuatu yang bertentangan dengan ajaran bahwa kesadaran spiritual bukanlah
agama. Mengingat potensi yang dimiliki doktrin agama yang mengajak umat
siswa harus dikembangkan agar mereka manusia untuk „cerdas‟ dalam memilih
mempunyai arahan dan tujuan dalam atau memeluk salah satu agama yang
hidupnya, maka pengembangan SQ bagi dianggap benar. Kecerdasan spiritual
siswa sangat diperlukan. Pengembangan lebih merupakan sebuah konsep yang
SQ dimaksudkan agar siswa memiliki berhubungan dengan bagaimana
pemahaman yang utuh tentang ajaran seseorang „cerdas‟ dalam mengelola dan
agama dan dapat mengaplikasikannya mendayagunakan makna-makna, nilai-
dengan benar dalam kehidupan sehari- nilai, dan kualitas-kualitas kehidupan
hari. Siswa juga diharapkan menjadi spiritualnya.
manusia yang beriman dan bertaqwa Kehidupan spiritual meliputi
kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa serta hastrat untuk hidup bermakna yang
mampu mengaktualisasikan dirinya sesuai memotivasi kehidupan manusia untuk
dengan ajaran dan norma agama dengan senantiasa mencari makna hidup dan
kepribadian. mendambakan hidup bermakna (Mujib
Ngermanto (2005) menganggap dan Mudzakir, 2002). Makna yang paling
kecerdasan spiritual adalah dimensi non tinggi dan paling bermakna, dimana
material yang digunakan untuk manusia akan merasa bahagia justru
“berhubungan” dengan Tuhan yang tidak terletak pada aspek spiritualitasnya. Zohar
dibatasi oleh faktor keturunan, lingkungan dan Marshal (2002) menekankan masalah
atau materi lainnya. Sementara Zohar dan makna dan nilai sebagai kunci untuk
Marshall (2002) mendefinisikan memahami SQ. Secara definitif,
kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan Ngermanto (2002) mengatakan bahwa:
untuk menghadapi dan memecahkan “Makna bersifat substansial dan
persoalan makna dan nilai. Kecerdasan ini berdimensi spiritual. Makna adalah
menempatkan perilaku dalam konteks penentu identitas sesuatu yang paling
makna yang lebih luas dan merupakan signifikan. Manusia yang memiliki
fondasi untuk memfungsikan IQ dan EQ kualitas kecerdasan spiritual yang tinggi
secara efektif. menemukan makna yang terdalam dari
Sukidi (2004) menggambarkan segala sisi kehidupan. Baik karunia
kecerdasan spiritual sebagai cahaya yang maupun ujian dapat difahami sebagai
membangunkan orang dalam segala wahana pendewasaan spiritual bagi
situasi dan menghidupkan kebenaran yang manusia.
paling dalam. Agustian (2001) Zohar dan Marshal (2002)
menambahkan bahwa kecerdasan spiritual menegaskan bahwa SQ adalah fondasi
merupakan kecerdasan jiwa yang dapat yang diperlukan untuk memfungsikan IQ
membantu seseorang membangun dirinya dan EQ secara efektif. SQ dapat dikatakan
secara utuh yang tidak bergantung pada sebagai kecerdasan tertinggi manusia. Hal
budaya dan nilai. Kecerdasan spiritual ini secara langsung atau tidak langsung
adalah kesadaran dalam diri yang berhubungan dengan kemampuan
membuat manusia mampu membedakan manusia mentrasendensikan diri.
182 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN 2721-3935
Vol. 1, No. 2, September 2020, pp. 179-196

Transendensi merupakan kualitas awareness (kesadaran diri), self


tertinggi dari kehidupan spiritualyang regulation (pengaturan diri), motivation
membawa manusia “mengatasi” (motivasi), empathy (empati) dan social-
(beyond)-mengatasi masa kini, mengatasi skills (ketrampilan sosial). Menurut
rasa suka dan rasa duka, bahkan mengatasi Suharsono (2005) kecerdasan emosional
diri kita pada saat ini. Ia membawa tidak hanya berfungsi untuk
manusia melampaui batas-batas mengendalikan diri, tetapi lebih dari itu
pengetahuan dan pengalaman serta juga mencerminkan kemampuan dalam
menempatkan pengetahuan dan “mengelola” ide, konsep, karya atau
pengalaman dalam konteks yang lebih produk, sehingga hal itu menjadi minat
luas. bagi orang banyak. Ada banyak
Mujid dan Mudzakir (2002) keuntungan bila seseorang tidak
menyimpulkan kecerdasan intelektual terjerumus kedalam tindakan-tindakan
(intellectual Quotient, IQ) adalah bodoh, yang merugikan dirinya sendiri
kecerdasan yang berhubungan dengan maupun orang lain. Kedua kecerdasan
proses berfikir dengan menggunakan emosional bisa diimplementasikan
logika. Melalui tes IQ (Intellectual sebagai cara yang sangat baik untuk
Quotient), tingkat kecerdasan intelektual memasarkan atau membesarkan ide,
seorang dapat dibandingkan dengan orang konsep, atau bahkan sebuah produk.
lain. Suharsono (2005) menggambarkan Ketiga, kecerdasan emosional adalah
IQ adalah cermin kemampuan seseorang modal penting bagi seseorang untuk
dalam memahami dunia luar. Mestinya mengembangkan bakat kepemimpinan,
semakin tinggi IQ seseorang akan dalam bidang apapun juga Itulah maka EQ
semakin dekatlah ia kepada Pencipta-Nya. justru dikatakan lebih besar dan lebih
Adapun kecerdasan emosional, menentukan daripada IQ dalam meraih
baru dikenal secara luas pada pertengahan kesuksesan hidup manusia.
tahun 90-an dengan diterbitkannya buku Modernisasi menjadikan manusia
Daniel Goleman “Emotional banyak yang melepaskan diri dari
Intellegence” pada tahun 1995 setelah ia keterkaitannya dengan Tuhan yang
melakukan penelitian EQ lebih dari 10 selanjutnya membangun tatanan manusia
tahun. Goleman (1995) menjelaskan yang semata-mata berpusat pada manusia.
bahwa kecerdasan emosi (Emotional Manusia menjadi tujuan atas nasibnya
Intellegence) adalah kemampuan untuk sendiri yang mengakibatkan mereka
mengetahui perasaan kita sendiri dan terputus dengan nilai-nilai spiritual
perasaan orang lain, memotivasi diri sehingga mereka tidak dapat menjawab
sendiri dan mengelola dengan baik persoalan-persoalan hidup itu sendiri.
hubungan dengan orang lain. EQ juga Modernisasi akhirnya dirasakan
mengajarkan dan menanamkan rasa membawa kehampaan dan
empati, cinta, inovasi, dan kemampuan ketidabermaknaan hidup yang
untuk menanggapi kesedihan atau menyebabkan munculnya penyakit
kegembiraan secara cepat. spiritual. Adapun akar dari penyakit
Menurut Goleman (1995), spiritual adalah kehilangan visi keilahian
emotional competent (kecakapan emosi) dan kehampaan spiritual.
memiliki 5 wilayah kerja yaitu self
ISSN 2721-3935 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar 183
Vol. 1, No. 2, September 2020, pp. 179-196

Masyarakat telah memasuki memperbanyak ibadah-ibadah sunnah.


paham sekulerisme. Sukelerisme dapat Ibadah sunah dapat diibaratkan sebagai
dipahami sebagai pemisahan antara suatu pendakian transedental. Ibadah-
institusi agama sebagai sumber tatanan ibadah sunah yang dilakukan tak ubahnya
nilai dan norma dengan berbagai perilaku seperti perjalanan untuk mendapatkan dan
manusia dalam memenuhi kebutuhannya mendekati cahaya Ilahi. Selanjutnya
yang bersifat materi. Proses sekulerisme adalah takziyatun Nafs (penyucian diri)
ini menyebabkan manusia mengalami agar cahaya Ilahi dapat menembus dan
kehilangan kontrol diri (Self control) menggerakkan kecerdasan kita.
sehingga mudah dihinggapi berbagai Zohar dan Marshal (2002)
penyakit rohaniyah seperti ia lupa siapa menggambarkan diri yang cerdas spiritual
dirinya, dan untuk apa tujuan hidup ini. memiliki pemahaman yang mendalam
Kehampaan spiritual terjadi karena atas keterkaitan dalam kehidupan dan
manusia terlalu sibuk dan bahkan lebih seluruh usahanya. Ia memiliki rasa
mengutamakan kepentingan dunia yang kemanusiaan dan rasa syukur kepada
mampu memenuhi kebutuhan pokok sumber yang darinya ia dan semua lainnya
manusia, apalagi dengan didukung adanya berasal. Kecerdasan spiritual dapat
kemajuan teknologi yang semakin diibaratkan sebagai permata yang
canggih (Sukidi, 2004). Kondisi manusia tersimpan dalam batu.
sekarang ini, karena mengabaikan
kebutuhannya yang paling mendasar, METODE PENELITIAN
yang bersifat spiritual, maka mereka tidak Studi yang meneliti tentang
bisa menemukan ketentraman batin. pengembangan kecerdasan spiritual siswa
Mereka kalut dan kehilangan kendali di SD Kecamatan Buleleng ini
dalam menghadapi kehidupan karena jiwa menggunakan pendekatan kualitatif.
dan batin mereka sibuk mencari, tapi tidak Sumber data penelitian ini adalah kepala
tahu apa yang mereka cari sehingga inilah sekolah, guru dan siswa. Penelitian
yang menyebabkan kehampaan spiritual. dilakukan dengan wawancara secara
Menurut Zohar dan Marshall intensif dan mendalam (in-depth-
(2002) pengembangan kecerdasan interview) yang memfokuskan pada
spiritual merupakan sarana untuk bagaimana pikiran, perasaan dan tindakan
berhubungan dengan Tuhan karena di atau kegiatan responden pada saat di
dalamnya terdapat perbuatan–perbuatan lingkungan sekolah. Data yang terkumpul
sebagai pendakian transcendental berupa hasil wawancara (verbatim),
sehingga manusia akan merasa lebih dekat catatan lapangan dari observasi serta foto-
dengan Tuhan. Suharsono (2005) foto kegiatan yang dilakukan.
memberikan elaborasi yang sangat
PEMBAHASAN
menarik berkenaan dengan kecerdasan
Pengembangan Kecerdasan Spiritual
spiritual. Untuk mengembangkan
Pendidikan sejati adalah
kecerdasan spiritual maka diperlukan IQ
pendidikan hati. Jika pendidikan yang ada
dan EQ karena tanpa kecerdasan itu maka
selama ini lebih banyak menekankan segi-
SQ tidak bisa berjalan dengan baik. IQ,
segi pengetahuan kognitif intelektual,
EQ dan SQ mem-punyai keterkaitan satu
pendidikan hati justru ingin
dengan lainnya. Selanjutnya dianjurkan
184 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN 2721-3935
Vol. 1, No. 2, September 2020, pp. 179-196

menumbuhkan segi-segi kualitas "menjadi". Dia berbicara tentang


psikomotorik dan kesadaran spiritual yang kesadaran yang lebih tinggi, estetika dan
reflektif dalam kehidupan sehari-hari. pengalaman puncak, dan Menjadi. Dia
Kecerdasan spiritual adalah menekankan pentingnya perilaku moral
kecerdasan yang kita pakai untuk dan etika yang akan membawa manusia
mengakses makna, nilai, tujuan terdalam, secara alami untuk menemukan, menjadi
dan motivasi tertinggi kita. Kecerdasan dirinya sendiri.
spiritual adalah kecerdasan moral kita, Menurut Ginanjar dalam Saefullah
yang memberi kita sebuah kemampuan, (dalam Zohar, 2005) kecerdasan spiritual
bawaan untuk membedakan yang benar adalah kemampuan untuk memberi makna
dengan yang salah. Kecerdasan spiritual spiritual terhadap pemikiran, perilaku dan
adalah kecerdasan yang kita gunakan kegiatan, serta mampu menyinergikan IQ,
untuk membuat kebaikan, kebenaran, EQ dan SQ secara komprehensif.
keindahan dan kasih sayang dalam hidup Kecerdasan spiritual sangat penting dalam
kita. Kecerdasan spiritual adalah kehidupan manusia karena ia akan
kecerdasan jiwa, jika anda memberikan kemampuan pada manusia
membayangkan jiwa sebagai kapasitas untuk membedakan yang baik dengan
dalam diri manusia yang menyalurkan yang buruk, memberi manusia rasa moral
segala sesuatu dari dimensi-dimensi dan memberi manusia kemampuan untuk
imajinasi dan kejiwaan yang lebih dalam menyesuaikan dirinya dengan aturan–
dan lebih kaya, ke dalam kehidupan aturan yang baru.
sehari–hari, keluarga, organisasi, dan Menurut Danah Zohar dan Ian
institusi (Zohar, 2005 : 41). Marshall (2002:4) kecerdasan spiritual
Maslow (1970), percaya bahwa adalah kecerdasan untuk menghadapi dan
manusia memiliki dorongan alami untuk memecahkan persoalan makna dan nilai,
kesehatan, atau aktualisasi diri. Dia yaitu kecerdasan untuk menempatkan
percaya bahwa manusia memiliki dasar, perilaku dan hidup manusia dalam
(biologis dan psikologis) kebutuhan konteks makna yang lebih luas dan kaya,
yang harus dipenuhi agar cukup bebas kecerdasan untuk menilai bahwa tidakan
untuk merasa keinginan untuk tingkat atau jalan hidup seseoang lebih bermakna
yang lebih tinggi dari realisasi. Dia juga dibanding dengan orang lain.
percaya bahwa organisme memiliki alam, Zohar dalam bukunya Spiritual
Kapasitas sadar dan bawaan untuk Capital (2004:185) mengatakan bahwa SQ
mencari kebutuhannya (Maslow, 1968). memungkinkan kita untuk
Dengan kata lain, manusia memiliki melangsungkan “permainan tak terbatas”.
internal, alami, dorongan untuk bias SQ memungkinkan kita untuk bermain
menjadi orang terbaik. dengan batas-batas. SQ membuka peluang
Maslow percaya bahwa tidak bagi kita untuk mengubah aturan-aturan
hanya organisme tahu apa yang atau menyusun aturan-aturan baru. SQ
dibutuhkan untuk makan untuk membuat kita bisa mengkritisi apa-yang-
mempertahankan dirinya sehat, tetapi juga ada (what-is) dari sudut pandang apa-
orang yang tahu secara intuitif apa yang yang-mungkin (what might be). SQ adalah
dia butuhkan untuk menjadi yang terbaik kecerdasan transformatif yang membuka
mungkin, sehat secara mental dan bahagia kemungkinan bagi kita untuk mengubah
ISSN 2721-3935 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar 185
Vol. 1, No. 2, September 2020, pp. 179-196

paradigma lama dan menemukan agama. Begitu juga sebaliknya, di antara


paradigma baru. SQ punya kemampuan kita bisa juga ada orang yang cerdas secara
untuk membingkai pola dan cara lama. SQ spiritual sejauh orang itu mengalir dengan
juga mempunyai kekuatan untuk penuh kesadaran, dengan sikap jujur dan
meruntuhkan motivasi lama dan terbuka, inklusif, dan bahkan pluralis
membawa kita ke motivasi yang lebih dalam beragama di tengah pluralitas
tinggi. agama.
Spiritual intelligence (SQ, Sadar atau tidak, potensi
spiritual quotient) adalah paradigma kecerdasan intelektual, emosional, dan
kecerdasan spiritual. Artinya, segi dan spiritual itu ada dalam keseluruhan diri
ruang spiritual kita bisa memancarkan kita sebagai manusia. Kecerdasan
cahaya spiritual (spiritual light) dalam intelektual (IQ) berada di wilayah otak
bentuk kecerdasan spiritual. Dr.Marsha kita, yang karenanya terkait dengan
Sinetar (dalam Sukidi, 2004) yang kecerdasan otak, rasio, nalar-intelektual.
terkenal luas sebagai luas sebagai Kecerdasan emosional (EQ) mengambil
pendidik, penasihat, pengusaha, dan wilayah di sekitar emosi diri kita, yang
penulis buku-buku bestseller, menafsirkan karenanya lebih mengembangkan emosi
kecerdasan spiritual sebagai pemikiran supaya menjadi cerdas, tidak cenderung
yang terilhami. Kecerdasan spiritual marah. Sedangkan kecerdasan spiritual
adalah cahaya, ciuman kehidupan yang (SQ) mengambil tempat di seputar jiwa,
membangunkan keindahan tidur kita. hati (yang merupakan wilayah spirit),
Kecerdasan spiritual membangunkan yang karenanya dikenal sebagai the soul’s
orang-orang dari segala usia, dalam segala intelligence: kecerdasan jiwa, hati, yang
situasi. Kecerdasan spiritual melibatkan menjadi hakikat sejati kecerdasan
kemampuan menghidupkan kebenaran spiritual. Paparan atas struktur kecerdasan
yang paling dalam. Itu berarti seperti di atas dapat diringkas dalam
mewujudkan hal yang terbaik, utuh, dan model struktur kecerdasan antara IQ, EQ,
paling manusiawi dalam batin. Gagasan, dan SQ sebagaimana tergambar di bawah
energi, nilai, visi, dorongan, dan arah ini.
panggilan hidup, mengalir dari dalam, dari Tabel 2.1
suatu keadaan kesadaran yang hidup Struktur Kecerdasan (IQ, EQ, dan SQ)
bersama cinta (Sukidi, 2004). Perspektif Jenis Kecerdasan
Dari sudut pandang psikologi, IQ EQ SQ
kecerdasan spiritual justru mengejutkan Psikologi Otak Emosi Jiwa
kita, karena ternyata sudut pandang Modern (mind) (body) (soul)
psikologi memberitahu kita bahwa ruang Model Seri Asosiati Unitif
spiritual (spiritual space) pun memiliki Berpikir f
arti kecerdasan. Logika sederhananya Kebahagi Materi Instingti Rohani
(common sense), di antara kita bisa saja aan al f ah
ada orang yang tidak cerdas secara Produk Rasio Emosio Spiritu
spiritual, dengan ekspresi Kecerdas nal nal al
keberagamannya yang monolitik, an
eksklusif, dan intoleran, yang sering kali
berakibat pada kobaran konflik atas nama
186 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN 2721-3935
Vol. 1, No. 2, September 2020, pp. 179-196

Menurut Daniel Goleman (dalam for the effective functioning of both IQ and
Sukidi, 2004), menyatakan bahwa EQ. it is our ultimate intelligence”.
terdapat enam alasan keunggulan SQ “Yang saya maksudkan dengan SQ
daripada IQ dan EQ, yaitu: adalah kecerdasan untuk menyelesaikan
1. Segi Perenial SQ masalah makna dan nilai, kecerdasan
Kecerdasan spiritual (SQ) mampu untuk memposisikan perilaku dan hidup
mengungkapkan segi perenial (yang kita dalam konteks makna yang lebih luas
abadi, yang asasi, yang spiritual, yang dan kaya, kecerdasan untuk menaksir
fitrah) dalam struktur kecerdasan bahwa suatu tindakan atau jalan hidup
manusia. Inilah segi mendalam dan tertentu lebih bermakna ketimbang yang
terpenting dalam struktur kecerdasan diri lain. SQ adalah fondasi yang diperlukan
manusia. Segi perenial dalam bingkai untuk memfungsikan IQ dan EQ secara
kecerdasan spiritual itu tidak bisa efektif. Bahkan, SQ merupakan
dijelaskan hanya dari sudut pandang sains kecerdasan tertinggi kita.” Dengan
modern, karena sains modern yang selama penegasan SQ sebagai fondasi yang
ini diagung-agungkan oleh para ilmuwan dipersyaratkan bagi berfungsi IQ dan EQ
hanya melihat dan meneliti struktur secara efektif, dan bahkan SQ merupakan
kecerdasan sebatas pada apa yang dapat kecerdasan tertinggi kita, menjadi kuatlah
diverifikasi secara ilmiah dan empiris. argument untuk mengajukan proyek
Terbukti kemudian bahwa sains pemikiran.
modern pada akhirnya gagap, gugup, dan 2. Mind-Body-Soul
bahkan gagal ketika menjelaskan hakikat Berkesimpulan bahwa jenis
sejati manusia, makna hidup bagi manusia kecerdasan manusia hanya sebatas pada
modern, arti kehidupan di dunia fana ini, kecerdasan rasional-intelektual (IQ) dan
bagaimana menjalani hidup secara benar, kecerdasan emosional (EQ), sama saja
misteri kematian, dan seterusnya yang dengan berkesimpulan bahwa struktur
menjadi kegalauan dan pertanyaan besar manusia hanya terdiri atas mind (akal
manusia modern. Baik IQ maupun EQ pikiran, yang menjadi basis dasar IQ) dan
sama-sama tidak memberikan jawaban body (badan tubuh, yang menjadi basis
memadai untuk itu. Nah, kecerdasan dasar EQ). Padahal, ilmuwan hampir
spiritual (SQ) menyediakan jawaban sepakat bahwa manusia, di samping terdiri
tuntas oleh Danah Zohar dan Ian Marshall atas pikiran (mind) dan badan-tubuh
(dalam Sukidi, 2004), dirumuskan sebagai (body), juga menjadi “ada”, dan “hidup”
berikut. justru karena ada faktor kunci, yakni soul
“By SQ, I mean the intelligence (jiwa, spirit, roh). Maka, rumusan
with shich we address and solve problems holistiknya adalah mind-body-soul
of meaning and value, the intelligence (pikiran-badan-jiwa; intelektual-
with wich we can place our actions and emosional-spiritual). Kecerdasan spiritual
our lives in a wider, richer, meaning- (SQ) dengan demikian menjadi lokus
giving context, the intelligence with which kecerdasan (locus of intelligence) yang
we can assess that one course of action or berfungsi tidak saja sebagai pusat
one lofe-path is more meaningful than kecerdasan (center of intelligence) Sukadi
another. SQ is the necessary foundation (2004).
ISSN 2721-3935 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar 187
Vol. 1, No. 2, September 2020, pp. 179-196

3. Kesehatan Spiritual karena baik IQ maupun EQ memang tidak


Mengembangkan IQ dan EQ, saja cenderung memenuhi segi kepuasan
memang menjadikan kita sehat secara intelektual dan emosional saja, melainkan
pikiran-intelektual dan sehat secara juga berlanjut dengan nafsu besarnya
emosional sekaligus. Bukankah dewasa untuk mengejar kepuasan material (uang,
ini manusia modern justru jauh lebih kerja, jabatan) dan nafsu emosional. Itulah
banyak terjangkiti penyakit spiritual fase manusia modern terjerumus dan
dengan segala variasinya, mulai dari krisis menjerumuskan diri pada materialism dan
spiritual (spiritual crisis), penyakit jiwa diperbudak oleh hawa nafsu. Padahal,
(soul pain), dan penyakit eksistensial materialism tidak saja kadaluarsa dewasa
(existensial emergency). Jawaban atas ini, melainkan juga malah mengakibatkan
penyakit jiwa spiritual yang dewasa ini krisis makna hidup, seperti yang dialami
justru jauh lebih banyak diderita manusia oleh Anders (dalam Sukidi, 2004),
modern tentu tidak dapat kita peroleh dari pengusaha yang sukses dan kaya raya,
IQ maupun EQ. Argumennya sederhana namun tidak tahu lagi bagaimana
saja: baik IQ maupun EQ sama sekali menjalani hidup secara benar. Karena
tidak menyentuh segi spiritual manusia. itulah, manusia modern tidak lagi puas
Sebaliknya, kecerdasan spiritual (SQ) dengan kebahagiaan material. Lihat saja,
bukan saja menyentuh segi spiritual kita, materialism di Barat justru berjalan
melainkan lebih dari itu menyajikan seiring dengan meningkatnya angka
beragam resep, mulai dari pengalaman bunuh diri. Dua di antara sepuluh
spiritual (spiritual experience) sampai penyebab kematian tertinggi di Barat,
penyembuhan spiritual (spiritual healing), yaitu bunuh diri dan alkoholisme, sring
sehingga kita benar-benar mengalami segi dikaitkan dengan krisis makna hidup.
kesehatan spiritual (spiritual health). Dalam konteks inilah, kecerdasan
4. Kedamaian Spiritual spiritual (SQ) tidak hanya mengajak kita
Setelah meraih kesehatan spiritual, memaknai hidup secara lebih bermakna
kecerdasan spiritual (SQ) membimbing (meaningful), melainkan lebih dari itu:
kita untuk memperoleh kedamaian meraih kebahagiaan sejati, yakni
spiritual (spriritual peace). Inilah kebahagiaan spiritual suatu jenis
kedamaian hakiki dalam hidup kita, yang kebahagiaan yang barangkali sudah
tentu saja tidak akan diperoleh melalui pernah kita peroleh dan rasakan, namun
kecerdasan intelektual (IQ) maupun tanpa kita sadari kehadiran dan arti
kecerdasan emosional (EQ). Alih-alih kebahagiaannya, atau memang
menciptakan kedamaian, baik IQ maupun kenyataannya kita selama ini belum
EQ justru menjerumuskan manusia pada pernah memperolehnya dalam hidup kita.
arogansi intelektual dan emosional, yang 6. Kearifan Spiritual
puncaknya tampak pada krisis global dan Setelah meraih kebahagiaan
multi dimensional, mulai dari krisis spiritual, kecerdasan spiritual
ekonomi, bahan bakar, lingkungan hidup, mengarahkan kita ke puncak tangga, yakni
social sampai politik Sukidi (2004). kearifan spiritual (spiritual wisdom). Alih-
5. Kebahagian Spiritual alih mengajarkan kearifan, baik IQ dan
Tentu IQ maupun EQ tidak akan EQ justru cenderung pada arogansi
memberikan jawaban secara memadai, intelektual, rakus material, dan
188 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN 2721-3935
Vol. 1, No. 2, September 2020, pp. 179-196

perbudakan emosional. Padahal, kearifan, Danah Zohar & Marshall (dalam


apalagi kearifan spiritual, mengatasi dan Sukidi, 2004) sudah memberikan delapan
bahkan melampaui itu semua dengan elemen untuk menguji secara awal sejauh
menekankan segi-segi kearifan spiritual mana kecerdasan spiritual kita. Barometer
dalam menjalankan hidup di dunia yang kepribadian yang dipakai meliputi:
serba material dan sekuler ini. 1. Kapasitas diri untuk bersikap
Menjalani hidup secara arif dan fleksibel, seperti aktif dan adaptif
bijak secara spiritual adalah dengan secara spontan.
bersikap jujur, adil, toleran, terbuka, 2. Level kesadaran diri (self-
penuh cinta dan kasih saying terhadap awareness) yang tinggi.
sesama. Kearifan spiritual, memang 3. Kapasitas diri untuk menghadapi
menuntun dan menjadi kita arif dan bijak dan memanfaatkan penderitaan
dalam kehidupan sehari-hari. Tak mudah (suffering)
memang bisa bersikap arif dan bijak, 4. Kualitas hidup yang terinspirasi
karena ini merupakan hikmah kearifan dengan visi dan nilai-nilai.
tertinggi dalam hidup kita. Itulah 5. Keengganan untuk menyebabkan
sebabnya, kecerdasan spiritual kerugian yang tidak perlu
membimbing kita untuk bersikap arif dan (unnecessary harm).
bijak, yang sudang barang tentu jauh lebih 6. Memiliki cara pandang yang
penting daripada IQ dan EQ. Baik IQ holistik, dengan memiliki
maupun EQ tidak mengajarkan hal itu, kecenderungan untuk melihat
karena baik IQ maupun EQ sering kali tak keterkaitan di antara segala
berkolerasi postif dengan sikap arif dan sesuatu yang berbeda.
bijak. Terlampau banyak orang pintar dan 7. Memiliki kecenderungan nyata
cerdas yang malah kontradiktif sikap untuk bertanya: “mengapa” atau
hidupnya: otoriter, arogan, dan tak mau “bagaimana jika” dan cenderung
mendengar “suara lain” di sekitarnya. Ini untuk mencari jawaban-jawaban
tentu lain dengan kearifan spiritual, yang yang fundamental (prinsip,
dengan sendirinya sudah melampaui segi mendasar).
kecerdasan, baik IQ maupun EQ. 8. Menjadi apa yang disebut oleh
Kearifan spiritual adalah sikap psikolog sebagai “field-
hidup arif dan bijak secara spiritual, yang independent”, yaitu memiliki
cenderung mengisi lembaran hidup ini kemudahan untuk bekerja
dengan sepenuhnya autentik dan genuine: melawan konvensi.
truth (kebenaran), beauty (keindahan), Delapan barometer untuk menguji
dan perfection (kesempurnaan) dalam kecerdasan spiritual kita dalam hidup
keseharian hidupnya. Inilah autentisitas sehari-hari sebagaimana tersebut di atas
kearifan hidup secara spiritual, yang secara umum menggambarkan segi-segi
sebenarnya juga sederhana saja hanya, “to kearifan hidup secara meaningfull dan
be sensitive to the reality”. Yakni spiritual, yang menjadi dasar dan basis
kepekaan diri spiritual terhadap seluruh kecerdasan spiritual (SQ), seperti
realitas sekitar kita, yang sebenarnya kesadaran diri yang tinggi, fleksibel, kaya
justru merupakan sebuah komitmen dengan visi dan nilai-nilai, dan
spiritual Sukidi (2004).
ISSN 2721-3935 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar 189
Vol. 1, No. 2, September 2020, pp. 179-196

berpandangan hidup secara holistik, tidak menyebut beberapa elemen yang dapat
persial. dicirikan sebagai komponen SQ, yaitu:
Jika kita seorang pendidik, entah (1) kemampuan bersikap
kategori pendidik di jalur formal maupun fleksibel.
nonformal, kualitas kecerdasan spiritual (2) memiliki tingkat kesadaran
dapat ditajamkan dan sekaligus diajarkan yang tinggi.
melalui pendidikan spiritualitas. Hanya (3) kemampuan untuk
saja, kita tak boleh terkecoh bahwa menghadapi dan
dengan pendidikan spritualitas, pendidik memanfaatkan penderitaan.
akan mengajarkan kurikulum tersendiri (4) kemampuan untuk
bernama spiritualitas. Pendidikan menghadapi dan melampaui
spiritualistas yang dapat menajamkan rasa sakit.
kualitas kecerdasan spiritual, baik (5) kualitas hidup yang diilhami
terhadap diri kita sebagai pendidik oleh visi dan nilai-nilai.
maupun peserta didik, adalah nilai-nilai (6) keengganan untuk menglami
spiritualitas itu sendiri yang kerugian yang tidak perlu.
diobjektivikasi ke dalam pendidikan kita. (7) kemampuan untuk melihat
Nilai-nilai dimaksud adalah keterkaitan berbagai hal.
kejujuran, keadilan, kebajikan, (8) memiliki kecenderungan
kebersamaan, kesetiakawanan sosial, dan untuk bertanya “mengapa”
seterusnya. Nilai-nilai itu harus atau “bagaimana jika” dalam
diinternalisasikan dalam diri peserta didik rangka mencari jawaban yang
sejak usia dini. Sebagai pendidik yang benar.
juga ingin meraih kualitas kecerdasan (9) memiliki kemampuan untuk
spiritual yang lebih tinggi, kita bisa bekerja mandiri.
memperoleh kecerdasan spiritual itu Meski demikian, dalam salah satu
melalui sikap keteladanan dalam wawancaranya dengan penyiar Radio
mengajarkan pendidikan spiritualitas. National, The Australian Broadcasting
Pendidikan akan arti pentingnya sebuah Corporation’s National Radio Network,
kejujuran, misalnya dapat Rachael Kohn, pada hari Minggu 18
diinternalisasikan dalam diri pesrta didik April 2000, Zohar mengungkap “I
melalui keteladanan moral pendidik itu don’t think you ever can measure SQ in
sendiri, karena faktor keteladanan moral the way we measure IQ, it is not
seorang pendidik ini sangat menentukan weighable and measurable in that same
psikologi dan kepribadian peserta didik. scientific paradigm”. Hal ini salah
Nilai-nilai seperti kejujuran dan satunya karena makna spiritual dalam
keteladanan moral yang baik itulah yang konsep SQ tidaklah merujuk pada makna
menjadi level tertinggi kecerdasan yang sama dalam terminologi agama,
spiritual kita. Semakin kita baik dalam dan bahkan tidak terkait dengan agama
kejujuran dan keteladanan moral, itu sendiri.
kualiatas kecerdasan spiritual kita akan Kecerdasan spiritual merupakan
semakin baik secara kualitatif. kecerdasan untuk menghadapi dan
Elemen Kecerdasan Spiritual memecahkan persoalan makna dan nilai.
menurut Zohar dan Marshal (2000) Menurut Zohar dan Marshall (2005:211),
190 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN 2721-3935
Vol. 1, No. 2, September 2020, pp. 179-196

aspek-aspek kecerdasan spiritual kesanggupan untuk melihat hubungan-


mencakup hal-hal berikut: hubungan antar hal yang bekerja secara
1. Kesadaran Diri internal, hubungan-hubungan yang
Mengetahui apa yang diyakini dan tumpang tindih dan pengaruh-pengaruh.
mengetahui nilai serta hal apa yang Holistik adalah satu kemampuan untuk
sungguh–sungguh memotivasi. melihat satu permasalahan dari setiap sisi
Kesadaran membawa kita bersentuhan dan melihat bahwa setiap persoalan punya
dengan pusat terdalam, memungkinkan setidaknya dua sisi, dan biasanya lebih.
untuk menciptakan atau mencipta ulang 5. Kepedulian
diri kita secara terus menerus, membawa Kepedulian dalam bahasa Latin
kita pada potensi yang tak terbatas, adalah compassion secara literal berarti
membuat kita lebih fokus dan acap kali “ikut merasa”. Kepedulian, yang
memberi rasa damai yang dalam. merupakan sebuah kualitas dari empati
Mengetahui nilai dan tujuan terdalam kita yang mendalam bukan hanya
adalah kunci kecerdasan spiritual dan mengetahui perasaan orang lain, tetapi
memungkinkan untuk meningkatkan dan ikut merasakan apa yang mereka rasakan.
mengendalikan motivasi-motivasi kita. Kata passion (gairah, semangat) juga
2. Spontanitas termuat dalam kata compassion. Jika ikut
Menghayati dan merespon momen merasakan apa yang dialami seseorang
dan semua yang dikandungnya. Istilah atau sesuatu, hal itu dapat mengisi batin
spontaneity berasal dari akar kata dengan satu intensitas yang penuh gairah,
bahasa Latin yang sama degan istilah dan akan mengobarkan jiwa. Lebih jauh
response dan responsibility. Menjadi lagi, akan menggerakkan untuk terlibat
sangat spontan berarti memiliki aktif. Itulah sebabnya mengapa
keberanian untuk menempatkan diri kita kepedulian terkait dengan salah satu dari
dalam momen. motivasi tertinggi kita, pelayanan yang
3. Terbimbing oleh visi dan nilai lebih tinggi.
Bertindak berdasarkan prinsip dan 6. Merayakan keragaman
keyakinan yang dalam dan hidup sesuai Keragaman yang sejati berarti
dengannya. Visi itu membuat kita mencintai atau minimal sangat
bermimpi, membuat kita merindu dan menghargai orang lain dan pendapat–
memotivasi kita. Visi melahirkan realitas pendapat yang bertentangan atas dasar
baru memalui pembangkitan motivasi. pebedaan, bukannya meremehkan
Nilai-nilai terdalam kita akan menentukan perbedaan–perbedaan itu dan melihat
jati diri kita sebagai manusia dan perbedaan sebagai peluang. Sebuah
meletakkan fondasi bagi jenis-jenis perayaan akan keragaman mengakui
organisasi dan masyarakat yang akan bahwa pendekatan terbaik untuk
membangkitkan potensi yang terbaik yang memahami sebuah masalah atau untuk
dimiliki oleh manusia. mengembangkan sebuah strategi adalah
4. Holisme (kesadaran akan sistem, dengan menampung sebanyak mungkin
atau konektivitas) sudut pandang. Ini membutuhkan
Holisme adalah kemampuan untuk sebuah pengakuan bahwa hal yang
melihat pola-pola dan hubungan- menimbulkan ketidaknyamanan atau yang
hubungan yang lebih luas, sebuah
ISSN 2721-3935 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar 191
Vol. 1, No. 2, September 2020, pp. 179-196

menentang asumsi–asumsi seringkali ketidakpastian sebab kita tidak terlalu


adalah guru terbaik. takut untuk melangkah maju.
7. Independensi terhadap lingkungan 9. Kemampuan untuk membingkai
Independensi terhadap lingkungan ulang
yaitu satu istilah psikologis yang berarti Pembingkaian ulang
kesanggupan untuk menentang orang mensyaratkan agar kita menjauh dari
banyak atau bahkan menentang keputusan satu situasi, sugesti, strategi, atau masalah
yang sebelumnya dibuat oleh pemikiran guna mencari gambaran yang lebih
diri sendiri. Independensi terhadap lengkap, konteks yang lebih luas.
lingkungan berarti teguh, terfokus, tabah, Halangan paling besar untuk membikai
berpikiran independen, kritis terhadap diri ulang problem-problem adalah pikiran
sendiri, berdedikasi, dan berkomitmen. kita sendiri. Sebab, faktanya kebanyakan
Orang yang independen terhadap dari kita selalu berpikir dalam batas-batas,
lingkungan bisa tampak keras kepala bisa dalam sejumlah asumsi. Orang yang bisa
sangat subversive (memberontak), tetapi membingkai ulang akan lebih visioner,
tanpa sikap sikap itu, ide–ide dan budaya sanggup membayangkan masa depan yang
tidak akan pernah bisa mengalami belum ada, terbuka terhadap
kemajuan. kemungkinan-kemungkinan, sangat
8. Kecenderungan untuk kreatif, berpandangan luas, kritis terhadap
mengajukan pertanyaan diri sendiri dan berjiwa petualang. Pada
fundamental “mengapa?” level spiritual, membingkai ulang bisa
Kebutuhan untuk memahami dipandang sebagai membawa sesuatu
segala sesuatu, mengetahui intinya. Dasar yang baru ke dalam dunia, atau sesuatu
untuk mengkritisi apa yang ada. yang baru ke dalam diri anda.
Keingintahuan yang aktif dan 10. Memanfaatkan kemalangan secara
kecenderungan mengajukan pertanyaan positif
fundamental “mengapa?” sangat penting Mengambil manfaat dari
bagi segala macam semangat ilmiah yang kemalangan adalah salah satu ciri
merupakan semangat untuk meneliti terus kecerdasan spiritual karena sikap itu
menerus. Kebutuhan untuk bertanya memungkinkan kita untuk belajar dari
“mengapa” lahir dari motivasi kita yang kesalahan dan memanfaatkannya.
lebih dalam untuk memahami segala Kesalahan mengajari kita untuk
sesuatu, untuk mencapai intinya mengetahui batas-batas itu, tetapi
(eksplorasi). Pertanyaan jenis itu seringkali untuk melampauinya. Lebih
disertai kecenderungan untuk tidak mendalam lagi, mengambil manfaat dari
menerima begitu saja, menanyakan alasan kelamangan menuntut pengakuan akan
– alasan, fondasi, atau cara kerja sesuatu, sebuah fakta tragis bahwa tidak semua
dan menanyakan apakah sesuatu itu bisa masalah memiliki solusi, tidak semua
lebih baik atau berbeda. Menanyakan perbedaan dapat didamaikan, biarpun
“mengapa?” juga membawa kita demikian, anda harus mampu untuk tetap
melampaui apa yang ada, situasi saat ini melangkah maju. Pengakuan semacam itu
dan mendorong kita mengekplorasi masa memberikan kearifan mendalam dan
depan. Pertanyaan– pertanyaan itu kematangan, sebuah perasaan bahwa kita
memungkinkan kita untuk menghadapi telah berdamai dengan kehidupan, atau
192 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN 2721-3935
Vol. 1, No. 2, September 2020, pp. 179-196

minimal perasaan bahwa kita telah harus bertemu, bahkan tanpa harus
memberikan perlawanan yang hebat percaya pada Tuhan (Zohar & Marshal,
terhadap kehidupan. Sehingga 2000). Terlebih dalam tulisannya Zohar
menghadapi dengan ringan kegagalan dan Marshal (2000) mengungkap bahwa
akan membantu membangun kepercayaan SQ sama sekali tidak berhubungan
mendasar pada kehidupan dan karena itu dengan agama.
membantu memingkatkan kemampuan Berdasarkan uraian di atas dapat
untuk hidup bersama ketidakpastian. penulis simpulkan bahwa Kecerdasan
11. Rendah hati spiritual (spiritual quotient) adalah
Rendah hati yang sehat memberi kemampuan seseorang untuk memaknai
perasaan bahwa kita adalah pemain dalam kehidupannya dalam kehidupan ini.
drama besar dan membuat kita lebih Kecerdasan untuk dapat melakukan
sadar akan sifat-sifat baik dan prestasi- segala sesuatu tindakan yang semuannya
prestasi orang lain yang membantu di awali dan dilandasi oleh kecerdasan
keberhasilan kita. Pada level yang lebih spiritual yang mana pengetahuan dan
spiritual, perasaan rendah hati membuat pemahaman sebagai dasarnya. Indikator
kita bersentuhan dengan kesadaran bahwa yang digunakan adalah: (1).
nilai penting sejati dari diri kita muncul kemampuan bersikap fleksibel (2).
dari sesuatu yang lebih ketimbang ego kita memiliki kesadaran tinggi, (3).
semata. Rendah hati memberi konteks kemampuan menghadapi dan
yang lebih luas dan makna yang lebih memanfaatkan penderitaan, (4).
dalam hidup. Ini membuat rendah hati kemampuan untuk menghadapi dan
sebagai pasangan bagi rasa syukur. melampaui rasa sakit (5). kualitas hidup
12. Rasa keterpanggilan oleh visi dan nilai-nilai (6). keengganan
Rasa keterpanggilan adalah untuk mengalami kerugian (7).
pasangan aktif dari memiliki visi. kemampuan melihat keterkaitan berbagai
Perasaan terpanggil itu lebih jauh hal (8). memiliki kecenderungan untuk
mendalam ketimbang semata-mata bertanya (9). memiliki kemampuan untuk
memiliki ambisi atau tujuan. Sifat esensial bekerja mandiri.
dari keterpanggilan adalah perasaan Upaya Pengembangan
bahwa “hal itu harus terwujud”. Rasa Upaya pengembangan kecerdasan
terpanggil biasanya mengikuti rasa syukur spiritual siswa tidak akan berjalan
yang mendalam, sebuah perasaan bahwa maksimal tanpa adanya program-program
saya sudah menerima sangat banyak dan yang diadakan untuk mendukung
sekarang saya ingin memberi. pengembangan tersebut. Maka dari itu
Situasi ini menjadi menarik, diperlukan program-program atau
mengingat pertama SQ diakui sebagai kegiatankegiatan yang dapat dilakukan
tingkat kecerdasan yang paling tinggi siswa sebagai sarana untuk
(the ultimate intelligence), satu mengembangkan kecerdasan spiritual
kecerdasan yang dapat membangun mereka. Adapun program yang diadakan
berbagai perspektif baru dalam sebagai upaya dalam pengembangan
kehidupan manusia, menemukan kecerdasan spiritual siswa adalah sebagai
cakrawala luas pada dunia yang sempir, berikut:
dan dapat merasakan “tuhan” tanpa
ISSN 2721-3935 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar 193
Vol. 1, No. 2, September 2020, pp. 179-196

a. Program Terstruktur sangat penting dalam pengembangan


Pogram terstruktur ini dibagi menjadi kecerdasan spiritual siswa. Peran siswa
dua yaitu kegiatan di dalam kelas dan tidak kalah penting dalam berbagai
kegiatan di luar kelas. Kegiatan di dalam kegiatan yang telah dirancang oleh pihak
kelas bisa dilakukan oleh guru dengan sekolah baik kepala sekolah maupun para
cara mengaitkan materi pelajaran dengan guru.Kepala sekolah bersama-sama
agama. Hal ini dilakukan oleh salah satu dengan semua staff guru bekerjasama
guru yang mengatakan: “Saya selalu dalam membantu menciptakan suasana
mengaitkan materi pelajaran dengan yang mendukung siswa melakukan
kehidupan sehari-hari. Misalnya tentang berbagai kegiatan yang bersifat spiritual
toleransi. Betapa pentingnya sifat keagamaan.
toleransi bagi kehidupan manusia. Berikutnya adalah peran orang tua
Bagaimana kalau tidak ada sifat toleransi juga sangat penting dalam mengontrol
sesama manusia? Dari sini siswa diajak tingkah laku dan perkembangan siswa di
berpikir akan peran penting aplikasi sifat rumah sehingga secara optimal
toleransi dalam kehidupan kita sehari- pengembangan akan berjalan dengan baik.
hari”. Dengan demikian maka siswa tidak Dengan adanya rapor bulanan maka orang
hanya mendapatkan teori dari pelajaran tua dapat dengan mudah mengetahui
yang diperoleh. Akan tetapi siswa juga perkembangan anaknya.
diajarkan bagaimana mengaplikasikan Kegiatan berikutnya adalah guru
teori-teori tersebut dalam kehidupan memberikan arahan dan bimbingan
mereka sehari-hari. mencari jalan keluar yang baik dalam
b. Program Tak Terstruktur menyelesaikan konflik yang terjadi di
Kegiatan dalam program tak antara para siswa. Pencarian solusi yang
berstruktur ini adalah kegiatan tidak merugikan semua pihak dilakukan
ekstrakurikuler yang dilakukan di luar jam melalui pendekatan interpersonal maupun
pelajaran dan pada waktu libur sekolah. antar personal. Apa yang dikatakan
Adapun kegiatan ekstrakurikuler yang ada Agustian (2001) adalah menjadi harapan
adalah Palang merah remaja (PMR), ke depannya dimana para siswa memiliki
pramuka, tari, bulu tangkis, renang. kesadaran dalam diri yang membuat
Perpustakaan merupakan salah satu mereka mampu membedakan yang salah
sarana dan fasilitas yang ada di sekolah dan yang benar serta bijaksana.
sebagai pasar informasi, pusat belajar Menghadapi konflik tentu membuat siswa
mengajar sekaligus tempat menyalurkan berada dalam kondisi yang tidak nyaman
bakat dan kreatifitas siswa. Penggunaan maka peran guru sangat penting dalam
perpustakaan dalam rangka memberikan arahan dan bimbingan.
mengembangkan kecerdasan spiritual Selanjutnya siswa juga diajak untuk
siswa meskipun buku-buku yang ada merefleksikan kejadian-kejadian aktual
terbatas. Berikutnya adalah laboratorium seperti bencana alam banjir, gempa bumi,
komputer yang bisa digunakan siswa longsor yang terjadi di tanah air. Mereka
untuk mengembangkan pengetahuan belajar untuk menggali hikmah dan makna
mereka dengan bimbingan dari guru. dari berbagai kejadian yang terjadi. Selain
Pihak sekolah serta komponen yang itu guru juga berupaya mendorong setiap
ada di dalamnya mempunyai peran yang peserta didik untuk saling menghargai dan
194 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN 2721-3935
Vol. 1, No. 2, September 2020, pp. 179-196

saling memahami pendapat dan perasaan Pada dasarnya potensi yang diberikan
masingmasing. Ketika terjadi masalah Tuhan kepada manusia sangat banyak
sesama teman, siswa berusaha dengan variasi yang berbeda. Potensi
menyelesaikan masalahnya sendiri kecerdasan intelektual (Intellectual
dengan jalan dialog untuk memahami Quotient, IQ), kecerdasan emosi
perasaan masing-masing sebelum minta (Emotional Quotient, EQ) dan kecerdasan
bantuan kepada guru. Jika teman spiritual (Spiritual Quotient, SQ)
melanggar peraturan maka siswa yang lain bervariasi kondisinya pada setiap individu.
saling mengingatkan. Guru juga dapat Menurut Ary Agustian (2001) SQ adalah
melakukan melalui kepemimpinan seperti landasan yang diperlukan untuk
memberikan contoh bagaimana menjadi memfungsikan IQ dan EQ secara efektif.
seseorang yang baik. Dengan IQ yang tinggi orang dapat
Ngermanto (2005) mengatakan bahwa menjadi ahli dalam bidang intelektual,
menyingkirkan hambatan seperti rasa demikian pula dengan peran EQ yang
malas, bersikap disiplinn dan penting dalam membangun hubungan
berkomitmen mendorong kita antar manusia yang efektif. SQ berfungsi
menghasilkan perilaku, hubungan, untuk mentransformasi nilai spiritual
kehidupan atau hasil kerja yang lebih seperti kejujuran, kasih sayang, keadilan,
baik. Suharsono (2005) juga kejujuran, tanggung jawab, kedamaian,
menmbahkan bahwa ada dua hal yang kepercayaan dan kebersamaan.
perlu dilakukan untuk mengembangkan
kecerdasan spiritual yaitu melakukan DAFTAR PUSTAKA
latihan yang bersifat intelektual dan Ary, D., Jacobs, L.C., dan Razavich, A.
menjalani hidup secara spiritual. 1985. Introduction to Research in
Pengawasan, bimbingan dan pengarahan Education. 3rd Ed. New York:
yang dilakukan guru terhadap para siswa Holt, Rinehart and Winston.
saat dalam melakukan. Agustian (2002) Gay, L.R., & Diehl, P.L. 1992. Research
telah menjelaskan bahwa kecerdasan Methods for Business and
spiritual adalah kemampuan untuk Management. New York:
memberi makna terhadap setiap perilaku Macmillan Publishing Company.
dan kegiatan, melalui langkah–langkah Hasan, Z.M. 1996. Analisis Jalur:
yang bersifat suci atau bersih. Semua Makalah Disajikan dalam
siswa setelah melalui berbagai kegiatan Lokakarya Statistik dan Analisis
yang diharapkan mampu mendapatkan Data Penelitian dengan Komputer
manfaat dari apa yang telah dijalani. Angkatan VII tahun 1995/1996
Lemlit IKIP Malang, Malang 30
PENUTUP Januari sampai dengan 1 Maret.
Pendidikan pada umumnya Hatch, E., & Farhady, H. 1982. Research
bertujuan untuk membekali individu Design and Statistics for Applied
dengan nilai dan norma yang akan menjadi Linguistics. Rowley,
panduan dalam bersikap. Mendidik tidak Massachusetts: Newbury House
hanya memberikan ilmu pengetahuan dan Publisher.
ketrampilan tetapi juga menanamkan nilai Hernerson, M.E., Morris, L.L., & Fitz,
dan norma susila yang luhur dan mulia. G.C.T. 1978. How to Measure
ISSN 2721-3935 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar 195
Vol. 1, No. 2, September 2020, pp. 179-196

Attitude. London: Sage Primayana, K. H. (2020). Meningkatkan


Publication Beverly-Hill. Keterampilan Motorik Halus
Ibrahim Bafadal. (2003). Manajemen Berbantuan Media Kolase Pada
Peningkatan Mutu Sekolah Dasar. Anak Usia Dini. Purwadita: Jurnal
Jakarta: PT. Bumi Aksara Agama dan Budaya, 4(1), 91-100.
Sukidi. 2004. Rahasia Sukses Hidup Sastrawan, K. B., & Primayana, K. H.
Bahagia Kecerdasan Spiritual (2020). URGENSI PENDIDIKAN
Mengapa SQ Lebih Penting HUMANISME DALAM BINGKAI
Daripada IQ dan EQ. Jakarta: PT A WHOLE
Gramedia Pustaka Utama. PERSON. Haridracarya: Jurnal
Yama, et al. 2016. Konsep Kecerdasan Pendidikan Agama Hindu, 1(1), 1-
Spiritual Islam dan Barat. E-ISSN: 11.
2289 8042. Vol. 3. No.1 Suardipa, I. P., & Primayana, K. H.
Yanti, dan Supartha. 2017. “Pengaruh (2020). PERAN DESAIN
Komitmen Organisasional dan EVALUASI PEMBELAJARAN
Kepuasan Kerja Terhadap UNTUK MENINGKATKAN
Organizational Citizenship KUALITAS
Behavior (OCB)”. E-Jurnal PEMBELAJARAN. Widyacarya:
Manajemen Unud, Vol. 6, No. 2. Jurnal Pendidikan, Agama dan
Primayana, K. H., & Dewi, P. Y. A. Budaya, 4(2), 88-100.
(2020). Hubungan Pola Asuh Primayana, K. H., Dewi, P. Y. A., &
Demokratis dan Intensitas Gunawan, I. G. D. (2020).
Penggunaan Gawai pada Anak Usia PENGARUH PROJECT BASED
Dini. Jurnal Obsesi: Jurnal OUTDOOR LEARNING
Pendidikan Anak Usia Dini, 5(1), ACTIVITY MENGGUNAKAN
710-718. MEDIA AUDIOVISUAL
Payuyasa, I. N., & Primayana, K. H. TERHADAP PERILAKU
(2020). Meningkatkan Mutu BELAJAR ANAK DI
Pendidikan Karakter Melalui Film PAUD. PRATAMA WIDYA:
“Sokola Rimba”. Jurnal JURNAL PENDIDIKAN ANAK
Penjaminan Mutu, 6(2), 189-200. USIA DINI, 5(2), 135-146.
Pomalato, S. W. D., La Ili, B. A. N., Gunawan, I. G. D., Suda, I. K., &
Fadhilaturrahmi, A. T. H., & Primayana, K. H. (2020). Webinar
Primayana, K. H. (2020). Student Sebagai Sumber Belajar di Tengah
Error Analysis in Solving Pandemi COVID-19. Purwadita:
Mathematical Problems. Universal Jurnal Agama dan Budaya, 4(2),
Journal of Educational 127-132.
Research, 8(11), 5183-5187.
Primayana, K. H. (2016). Manajemen
Sumber Daya Manusia Dalam
Peningkatan Mutu Pendidikan Di
Perguruan Tinggi. Jurnal
Penjaminan Mutu, 1(2), 7-15.
196 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN 2721-3935
Vol. 1, No. 2, September 2020, pp. 179-196

Anda mungkin juga menyukai