Anda di halaman 1dari 138

Seri M e n g u n g k a p

Keutamaan Bulan-Bulan Islam


Ibnu Rajab Al-Hanbali

Seri M e n g u n g k a p
K e u t a m a a n B u l a n - B u l a n Islam

Penerbit

AMZAH
AMZAH
A5.05.145
Seri Mengungkap
Keutamaan Bulan-Bulan Islam
SYAWAL
Menjemput Kemenangan

Judul A s l i :
Lathdif ALMa'arif fima U Mawasim
AI-Am min ALWazhaif

Penerbit A s l i :
Dar Al-Fajr

Penulis:
Ibnu Rajab Al^Hanbali

Penerjemah:

Kamran As'at Irsyady, Lc.


H . Nadirsah Hawari, Lc. M.A.

Diterbitkan oleh A M Z A H
Jl. Sawo Raya N o . 18
Jakarta 13220
Imprint B u m i Aksara
www.bumiaksara.co.id
e-mail: info@bumiaksara.co.id

S i
AMZAH

Cetakan pertama, A p r i l 2011


Design Cover, M . Fadli Suhendra
Dicetak oleh Sinar Grafika Offset

ISBN 978-602-8689-35-9

H a k cipta dilindungi undang-undang. Dilarang


memperbanyak buku i n i sebagian atau seluruhnya, dalam
bentuk dan dengan cara apa p u n juga, baik secara mekanis
maupun elektronis, termasuk fotokopi, rekaman, dan lain-lain
tanpa izin tertulis dari penerbit.
Barangsiapa puasa Ramadhan,
kemudian menindaklanjutinya
dengan (puasa) enam hari bulan Syawal,
maka ia seperti puasa dahr (satu tahun penuh).
(HR. Muslim)
DAFTAR ISI

Keutamaan Puasa Sunnah di Bulan Syawal ~ 1

Puasa Enam Hari di Bulan Syawal — 1

Mekanisme Puasa Enam Hari di Bulan Syawal ~ 4

Keutamaan dan Manfaat Puasa Enam Hari


Syawal ~ 8

Bolehkah Melakukan Puasa Sunnah Sebelum Meng-qadha


Puasa Ramadhan? ~ 19

Keutamaan Ibadah Haji dan Perintah untuk


Melaksanakannya ~ 26

Keutamaan dan Hakikat Haji Mabrur ~ 47

i! W- s V? i W W W '«T W W W' TiT W. °tfT W W 'W W W ^


fawai

Konsistensi Beramal Kebajikan (AUBirr)


Selama Menunaikan Haji ~ 48

Konsistensi Menjauhi Perbuatan Dosa ~ 65

Alternatif Pengganti Posisi Haji dan Umrah


bagi Orang yang Tidak Mampu ~ 80

Harta Kekayaan: Pisau Bermata Dua — 81

Iri yang Diperbolehkan ~ 93

Amalan Alternatif bagi Orang-Orang Fakir


untuk Mengejar Kaum Hartawan —108

<A> ^lAf; "Vs"j Tv dif W' *W


e
W W V» W 'W
8
K E U T A M A A N PUASA S U N N A H
D I B U L A N SYAWAL

Puasa Enam Hari di Bulan Syawal

Diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih Muslim dari A b u Ayyub


Al-Anshari 4& dari Nabi p , beliau bersabda:

Barangsiapa puasa Ramadhan, kemudian menindaklanjutinya


dengan (puasa) enam hari bulan Syawal, maka ia seperti puasa
dahr (satu tahun penuh). 1

Status hadis i n i masih diperselisihkan, begitu juga


pelaksanaannya. Sebagian kalangan menganggapnya shahih,

1 Shahih: Dilansir oleh M u s l i m dalam Shahih Muslim, Kitab Ash-Shiydm,


Bab Istihbab Shaum Sittah Ayydm min Syawwal Itbaan U Ramadhan,
Hadis no. 1164.

ft** Si K» Jb K, *4 ff^> *4 K. <


Syawaf

sedangkan yang lain memandangnya mauquf. Pendapat i n i


dikemukakan oleh Ibnu 'Uyainah dan lainnya. Imam Ahmad
tampak cenderung memilih pendapat ini. Sedangkan sebagian
lain lagi mempermasalahkan sanad-nya.

Terkait pelaksanaan puasa enam hari Syawal, sebagian


besar ulama menyatakan puasa enam hari Syawal sunnah
(mustahab). Mereka antara lain Ibnu Abbas Thawus,
Asy-Sya'bi, Maimun bin Mahran, Ibnu Mubarak, Imam Asy-
Syafi'i, Ahmad, dan Ishaq bin Rahawaih. Namun, ada juga
sebagian kalangan yang menolaknya. Diriwayatkan dari A h
Hasan bahwa jika disebut-sebut d i depannya soal puasa enam
hari i n i , ia selalu berkata, " A l l a h telah ridha dengan bulan
(Ramadhan) i n i untuk satu tahun penuh." Namun, barangkali
Al-Hasan hanya mengingkari orang yang meyakini kewajiban
puasa enam hari Syawal dan berpandangan bahwasanya puasa
Ramadhan wajib dilanjutkan dengan puasa ini. Secara eksplisit
pernyataannya tampak menyudut pada hal ini.

Sebagian lagi bahkan memakruhkannya, antara lain Ats-


Tsauri, A b u Hanifah, dan A b u Yusuf. Mereka beralasan hal itu
menyerupai ahlulkitab dalam hal menambah-nambah puasa yang
diwajibkan atas mereka yang sebenarnya tidak wajib. Namun,
generasi belakangan kalangan mazhab Hanafi mengatakan
tidak apa-apa dengan alasan bahwa keutamaan telah diraih
dengan fitrah Hari Raya. Argumentasi i n i diriwayatkan dari

si

3
w w W
§0
V<?;' <y<>
<1(? Q£> <3p W Qf> <ZJ> W Q
'b %"%
Keutamaan Puasa Sunnah d i Bulan Syawal

penyusun kitab Ai-Ka/i , salah seorang tokoh


2
mutaakhkhirin
mazhab Hanafi. Ibnu Mahdi juga memakruhkannya, namun
tidak sampai melarangnya.

Penilaian yang sama diberikan oleh Malik. Ia menyatakan


dalam AUMuwaththa bahwa ia belum pernah melihat seorang
ahli ilmu dan fiqh yang berpuasa enam hari Syawal. Informasi
mengenai hal tersebut juga belum pernah ia peroleh dari
seorang pun kaum salafussaleh. Bahkan, menurut penjelasannya,
kalangan ahli ilmu justru memakruhkannya dan khawatir akan
terjadi bid'ah dan salah paham dari kalangan orang-orang
bodoh dengan memberikan embel-embel tambahan pada
puasa Ramadhan jikalau mereka melihat salah seorang ahli
ilmu melakukan hal tersebut. Namun, ada sinyalamen bahwa
Imam Malik berpuasa enam hari Syawal secara diam-diam dan
ia hanya memakruhkannya karena khawatir puasa tersebut
akan diyakini sebagai sebuah kewajiban seperti halnya puasa
Ramadhan, sehingga terjadi penambahan sesuatu yang bukan
bagiannya.

2 Yaitu A b i A h F a d h l A h M a r w a z i , atau lebih dikenal dengan sebutan


AlHakim AsySyahid (w. 344 H ) .
Syawaf

Mekanisme Puasa Enam Hari di Bulan Syawal

Lebih lanjut, kalangan yang mensunnahkan puasa enam hari


Syawal masih terlibat perbedaan pendapat mengenai mekanisme
puasanya yang menimbulkan tiga polarisasi pendapat:

Pertama, dianjurkan (disunnahkan) menjalankan puasa


ini sejak awal bulan secara berturut-turut. I n i adalah pendapat
Imam Asy-Syafi'i dan Ibnu Al-Mubarak. Diriwayatkan dari
A b u Hurairah <#> secara marfu:

4LlJl UilS jiaitll jJu aL-u J^o

Barangsiapa puasa enam hari setelah Idul Fitri secara berturut-


turut, maka ia seolah-olah puasa satu tahun. 3

Dilansir oleh Ath-Thabrani dan lainnya dari jalur-jalur


periwayatan yang dhaij. Hadis i n i juga diriwayatkan secara
mauquf. Pernyataan senada diriwayatkan dari Ibnu Abbas 4&
dengan sanad yang juga dhaij.

Kedua, tidak ada beda antara mengerjakannya secara


berturut-turut atau terpisah-pisah dalam rentang bulan Syawal.

3 Saruzd-nya mengandung ambiguitas: Disebutkan oleh A h H a i t s a m i


dalam Majma Az-Zawaid (III/183) dengan komentar: Hadis i n i
diriwayatkan oleh A t h - T h a b r a n i dalam AUAusath dan d i dalam sanad-
nya ada perawi yang tidak aku kenal.
Keutamaan Puasa Sunnah d i Bulan Syawal

I n i adalah pendapat Imam W a k i ' (guru Imam Asy-Syafi'i) dan


Imam Ahmad.

Ketiga, puasa sunnah i n i tidak boleh dilakukan beberapa


saat setelah Hari Raya Idul Fitri, sebab hari-hari tersebut
adalah hari-hari makan dan minum, tetapi ia dilakukan tiga
hari sebelum atau sesudah ayyam aUbidh (tanggal 13, 14, 15).
I n i adalah pendapat Ma'mar dan Abdurraziq. Ia juga diriwayat-
kan dari Atha', bahkan konon ia memakruhkan orang yang
memiliki tanggungan meng-^adha' puasa Ramadhan untuk
menunaikannya di bulan Syawal kemudian menyambungnya
dengan puasa sunnah, tetapi ia menyarankan agar memisahkan
antara keduanya.

Pendapat i n i tergolong pendapat "nyeleneh" (qaul syadz),


sebab sebagian besar ulama tidak memakruhkan puasa pada
hari kedua Idul Fitri dengan dalih sebuah hadis narasi 'Imran
bin Hushain «&> dari N a b i H , bahwasanya beliau bersabda
pada seorang laki-laki, "Jika sudah kau rayakan Idul Fitri maka
puasalah. "4

Sejumlah sahabat dan tabiin menyebut satu demi satu


puasa, kecuali puasa pada hari Raya I d u l F i t r i dan I d u l
Adha. Diriwayatkan dari U m m u Salamah dengan sanad yang

4 Muttafaq 'alaih: T e l a h di-takhrij sebelumnya dalam Puasa A k h i r


Sya'ban.
Syawal

mengandung unsur dhaif, bahwasanya ia pernah berkata


kepada keluarganya, "Barangsiapa yang memiliki tanggungan
Ramadhan, hendaklah ia menunaikannya esok hari setelah
Idul Fitri. Barangsiapa yang menjalankannya esok hari setelah
Idul Fitri maka ia seperti puasa Ramadhan." H a l senada
diriwayatkan dari Ibnu Umar secara marfu dengan sanad dhaif:
"Barangsiapa puasa satu hari setelah Idul Fitri maka ia seperti
puasa satu tahun penuh."

Diriwayatkan juga dari Asy-Sya'bi, ia berkata: "Sungguh


puasa satu hari setelah Ramadhan lebih aku sukai daripada
puasa satu tahun penuh." H a l senada diriwayatkan dari Ibnu
'Abbas secara marfu dengan sanad dhaif: "Orang yang puasa
setelah Ramadhan seperti orang yang menyerang balik setelah
mundur." 5

Adapun soal puasa bulan Syawal penuh, seorang laki-laki


dari Quraisy menyebutkan bahwa ia pernah mendengar Nabi §$
bersabda: "Barangsiapa puasa Ramadhan, Syawal, dan Rabu
Kamis, maka ia masuk surga." (HR. A h m a d dan An-Nasa'i).
6

5 Dhaif jiddan: Dilansir oleh A h B a i h a q i dalam Syuab AUlman (Hadis


no. 3737). Syaikh A h A l b a n i menyatakan dalam DhaifAUJami (3529)
bahwa hadis i n i berstatus dhaif sekali.
6 Dhaif: Dilansir oleh A h m a d dalam ALMusnad (III/416) dan dinyatakan
shahih oleh Syaikh A h A l b a n i dalam Shahih ALJami (Hadis no. 5650).
Keutamaan Puasa Sunnah d i Bulan Syawal

Bersama-sama dengan A b u Dawud, An-Nasa'i, dan A t -


Tirmidzi, Imam A h m a d melansir hadis dari narasi Muslim
Al-Qursyi, dari Nabi H , bahwasanya beliau pernah ditanya
tentang puasa dahr (puasa tanpa henti dalam setahun penuh).
Beliau jawab, "Sesungguhnya keluargamu memiliki hak atasmu,
maka puasalah Ramadhan dan (bulan) berikutnya, serta setiap hari
Rabu dan Kamis. Dengan begitu kau telah berpuasa satu tahun
penuh, namun tetap berbuka. 1

Ibnu Majah juga melansir dengan sanad munqathi


bahwasanya Usamah bin Zaid puasa pada bulan-bulan suci
(asyhur aUhurum), lalu Rasulullah % menegurnya, "Puasalah
Syawal saja!" Ia pun meninggalkan puasa di bulan-bulan suci,
dan hanya puasa pada bulan Syawal hingga meninggalnya. 8

Versi lain hadis i n i dilansir oleh A b u Ya'la A l - M u s h i l i dengan


sanad muttashil dari Usamah, ia bercerita: " A k u selalu puasa
pada suatu bulan dalam setahun, lalu Rasulullah M berkata
kepadaku, Di mana kau dari Syawal? "
( 1
Sejak i t u , esok hari
setelah Idul Fitri, Usamah langsung berpuasa hingga akhir

7 Dhaif: Dilansir oleh A b u Dawud dalam Sunan Abi Dawud, Kitab


Ash-Shaum, Bab Ft Shaum Syawwal, Hadis no. 2433; dan A t - T i r m i d z i
dalam Sunan At-Tirmidzi, Kitab Ash-Shaum, Bab Md Jd'a fi Shaum
ALArbid' wa AUKhamis, Hadis no. 748. Hadis i n i dinyatakan dhaif
oleh Syaikh A h A l b a n i dalam Dhaif At-Tirmidzi (Hadis no. 748).
8 Dha'if: Telah di-takhrij sebelumnya.

•K- -X- # # ;* # * * * p

QP i Qp Qp Qp <Jp i : Qp qp (3P $P QP - QP tjp Qp <jp Qp Qp . Qp : !J p


cm»<5 w « Oft? <=>„»«> '\V=* f
:X> >,»<» '-iV =>A-=> r
-T^ ^ t>«<3 o o
A ; • © « » : : ; :«?•»<»;•:, »A«M H :«-A*
:
Syawaf

bulan Syawal Ia berpuasa Syawal seperti puasa Sya'ban, sebab


kedua bulan i n i merupakan 'pengiring' bulan Ramadhan
yang jatuh sebelum dan sesudahnya. Sebagaimana telah kami
singgung dalam topik keutamaan puasa Sya'ban sebelumnya.
Pendapat yang paling kuat di sini adalah bahwasanya puasa
Sya'ban dan Syawal lebih baik daripada puasa di bulan-bulan
suci lainnya, dan hal i t u tidak diperselisihkan lagi.

Keutamaan dan Manfaat Puasa Enam Hari Syawal

Puasa Ramadhan dan kemudian dilanjuti dengan puasa


enam hari Syawal dinilai setara dengan puasa satu tahun
penuh karena satu pahala kebaikan dilipatgandakan menjadi
sepuluh kali lipat. H a l itu dijelaskan secara elaboratif dalam
hadis narasi Tsauban dari Nabi My beliau bersabda, "Puasa
Ramadhan dilipatgandakan menjadi sepuluh bulan dan puasa enam
hari (Syawal) dilipatgandakan menjadi dua bulan. Sehingga hal
itu, yakni Ramadhan dan enam hari setelahnya sama dengan
puasa satu tahun." 9
Hadis dengan redaksi i n i dilansir oleh
Imam A h m a d dan An-Nasa'i, juga oleh Ibnu H i b b a n dalam
Shahih-nys. dan dinyatakan shahih oleh A b u H a t i m Ar-Razi.

9 Shahih: Dilansir oleh A h m a d dalam AUMusnad (V/280) dan An-Nasa'i


dalam AlKubrd (Hadis no. 2860).
Keutamaan Puasa Sunnah d i Bulan Syawal

Imam A h m a d mengatakan, hadis-hadis dalam masalah i n i


tidak ada yang lebih shahih daripada hadis i n i .

Dalam hal ini, tidak ada bedanya antara bulan Ramadhan


30 hari atau 29 hari. Sebagian kalangan menginterpretasikan
sabda Nabi $g: "Dua bulan Id tidak akan sama-sama berhilangan
ganjil, yakni Ramadhan 10
dan Dzulhijjah;"11
dengan pengertian
bahwa yang dimaksud adalah sempurna akhirnya. ( A t a u
dengan kata lain, jika Ramadhan 29, maka Dzulhijjah 30, dan
sebaliknya). Sedangkan Ishaq bin Rahawaih menilai makruh
jika bulan Ramadhan dikatakan ganjil, meskipun bilangan
harinya hanya 29. Jadi, entah 29 atau 30, jika puasa Ramadhan
ditindaklanjuti dengan puasa enam hari Syawal maka ia setara
dengan puasa satu tahun penuh dalam kondisi apa pun.

Pertanyaannya, jika keutamaan i n i bisa diraih dengan


berpuasa enam hari di luar bulan Syawal sebagaimana pendapat
sebagian kalangan, lalu mengapa puasa enam hari paska
Ramadhan dikhususkan pada bulan Syawal? Jawabnya, karena
puasa Syawal mengikuti puasa Ramadhan dari segi keutamaan,

10 Ramadhan disebut dengan I d karena kedekatannya dengan I d , atau


karena hilal I d terlihat pada hari terakhir Ramadhan.
11 Muttafaq alaih: Dilansir oleh A h B u k h a r i dalam Shahih
(
AUBukhari,
Kitab Ash-Shaum, Bab Syahra ld la Yanqushan, Hadis no. 1912; dan
l

M u s l i m dalam Shahih Muslim, Kitab Ash-Shiydm, Bab Mana Qaulihi M


Syahra Id la Yanqushan, Hadis no. 1089.

IliijI iLiijl %uM [LiijI fcfif .


w
9
Syawaf

sehingga jika menggabungkan Ramadhan dan enam hari


Syawal maka pelakunya memperoleh pahala puasa fardhu
satu tahun penuh. Hal i n i disebutkan oleh Ibnu Al-Mubarak.
Dalam beberapa hadis, disebutkan bahwa pendapat ini dilansir
oleh At-Tirmidzi dari Ibnu Al-Mubarak di dalam Jaminnya.
Kemungkinan d i sini ia menunjuk apa yang diriwayatkan dari
U m m u Salamah ra., bahwa barangsiapa berpuasa esok hari
setelah Idul Fitri, maka ia seperti puasa Ramadhan.

Menindaklanjuti puasa Ramadhan dengan puasa enam


hari Syawal mengandung beragam manfaat, antara lain sebagai
iiiiM«

1. Puasa enam hari Syawal setelah Ramadhan semakin


menyempurnakan pahala puasa menjadi satu tahun penuh,
sebagaimana telah dikemukakan di atas.

2. Puasa Syawal dan Sya'ban seperti shalat sunnah rawatib


sebelum dan sesudah shalat wajib, yang berfungsi menyem-
purnakan berbagai kekurangan dan cacat yang mungkin
terjadi dalam pelaksanaan shalat fardhu. Sebab pada hari
kiamat, kekurangan berbagai amalan fardhu ditutupi dan
disempurnakan dengan amalan-amalan sunnah, sebagai-
mana diisyaratkan dalam hadis Rasulullah M yang dilansir
dari berbagai jalur periwayatan.

Disadari atau tidak, banyak manusia yang sering


meninggalkan lubang-lubang kesalahan dan celah-celah
Keutamaan Puasa Sunnah d i Bulan Syawal

tekurangan dalam pelaksanaan kewajiban mereka,


sehingga membutuhkan amal-amal bantu yang bisa
menutup kekurangan dan menyempurnakannya. Oleh
karena itu, Nabi M melarang seseorang berkata: " A k u puasa
Ramadhan seluruhnya dan qiyam Ramadhan seluruhnya."
A b u Bakrah, sang perawi berkomentar: " A k u tidak tahu
pasti apakah beliau membenci tazkiyah (menyatakan diri
suci) ataukah beliau mengatakan pasti ada kelalaian dalam
menj alankanny a." 12

Umar bin Abdul Aziz rahimahullah mengatakan,


irangsiapa tidak memiliki sesuatu yang bisa disedekah-
kannya maka hendaklah ia berpuasa." Dengan ungkapan
lain yang lebih elaboratif, barangsiapa tidak memiliki
sesuatu yang bisa dikeluarkannya sebagai zakat fitrah di
akhir Ramadhan, hendaklah ia berpuasa setelah Idul Fitri.
Sebab puasa bisa menggantikan posisi dan fungsi pemberian
makan dalam denda pengguguran laku-laku keburukan,
sebagaimana kasus kafarat sumpah dan kafarat-kafarat
lain, misalnya kafarat pembunuhan, sanggama di siang
hari bulan Ramadhan, dan zhihar.

12 Dha'if: Telah di-takhrij sebelumnya. Lihat Dhaif Sunan Abi Dawud


(Hadis no. 235).

it*
Syawaf

Penindaklanjutan puasa Ramadhan dengan puasa enam


hari Syawal merupakan salah satu indikator diterimanya
puasa Ramadhan. Sebab jika A l l a h M menerima amal
seorang hamba, maka ia akan memberi taufik pada si hamba
bersangkutan untuk melakukan amal shaleh lain se telahnya,
sebagaimana ujaran salah seorang t o k o h salafussaleh:
Ganjaran amal kebaikan adalah amal kebaikan setelahnya;
barangsiapa mengerjakan amal kebaikan, kemudian me-
nindaklanjutinya dengan amal kebaikan lain setelahnya,
maka hal itu merupakan indikator diterima amal kebaikan
yang pertama. Sebaliknya, barangsiapa mengerjakan
amal kebaikan, kemudian setelah i t u melakukan amal
keburukan, maka hal i t u menjadi indikator tertolaknya
amal kebaikan yang dilakukannya.

Puasa Ramadhan membawa konsekuensi pengampunan


dosa-dosa terdahulu, sebagaimana telah disebutkan
sebelumnya, dan orang-orang yang menjalankan puasa
Ramadhan dipenuhi pahala mereka pada waktu hari Raya
sebagai y aum ahjaw d! iz (hari penyerahan penghargaan).
Dengan demikian, penindaklanjutan puasa setelah hari
raya merupakan ungkapan dan aktualisasi rasa syukur atas
anugerah kenikmatan ini, sebab tidak ada nikmat yang lebih
besar daripada penghapusan dosa. Nabi M tetap melakukan
qiyamullail hingga kedua tungkai kaki beliau bengkak, namun
ketika ditegur, "Mengapa Anda lakukan ini, sementara Allah
Keutamaan Puasa Sunnah d i Bulan Syawal

telah mengampuni dosa Anda baik yang telah lalu maupun


yang akan datang?" Beliau justru menjawab, "Bukankah aku
seorang hamba yang pandai bersyukur?!" 13

A l l a h M memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk


mensyukuri nikmat puasa Ramadhan dengan menunjukkan
zikir kepada-Nya, dan ungkapan-ungkapan syukur yang lain.
Dia berfirman:

Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan


hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya
yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
(QS. Al-Baqarah (2): 185)

Salah satu aktualisasi syukur hamba pada Tuhannya


atas taufik dan pertolongan yang Dia berikan kepadanya
hingga bisa berpuasa Ramadhan serta pengampunan
dosa-dosanya adalah dengan berpuasa untuk-Nya tidak
beberapa lama setelahnya. Syahdan, ada seorang tokoh

13 Muttafaq 'alaih: Dilansir oleh A h B u k h a r i dalam Shahih AUBukhari,


Kitab At-Tahajjud, Bab Qiydm An-Nabi M AULail, Hadis no. 1130;
dan M u s l i m dalam Shahih Muslim, Kitab Shifat ALMundfiqun, Bab
Iktsar AlAmdl wa Alljtihdd fi AWlbddah, Hadis no. 2819.
salafussaleh yang selalu berpuasa d i siang harinya, jika di
malam harinya ia mendapat taufik bisa qiyamullail, dan
ia menjadikan puasanya sebagai ungkapan syukur atas
pemberian taufik dan kemampuan melakukan qiyamullail.
Wuhaib bin A h Ward pernah ditanya tentang pahala suatu
amalan, seperti thawaf dan sejenisnya, ia jawab: "Jangan
tanya pahalanya, tetapi tanyalah ungkapan syukur apa
yang bisa aku berikan pada Dzat yang telah memberiku
taufik untuk mengerjakan amalan i n i !

Jika kau tak bertambah syukur atas setiap nikmat pada


pemberinya

Maka kau bukan orang yang pandai bersyukur

Setiap nikmat yang diperoleh hamba dari A l l a h dalam


masalah agama atau dunia perlu disyukuri, kemudian
pemberian taufik untuk mensyukurinya merupakan nikmat
lain yang perlu disyukuri juga, kemudian pemberian taufik
untuk mensyukuri kedua kalinya merupakan nikmat ketiga
yang perlu disyukuri pula. Demikian seterusnya, hingga
para hamba tidak akan mampu menunaikan kewajiban
syukur atas nikmat Allah. Oleh karena itu, hakikat syukur
adalah pengakuan akan ketidakmampuan d i r i u n t u k
bersyukur, sebagaimana senandung syair berikut:

«76 eJte

l' — -i'- '; !


; 1
f ..... v . x - ^ . t J**.,, 1*77?«?*
Keutamaan Puasa Sunnah d i Bulan Syawal

Jika syukurku atas nikmat Allah adalah nikmat

Wajib bagiku mensyukurinya seperti mensyukuri nikmat


pertama

Bagaimanapun syukur tidak akan mencapai kemurahan¬


Nya

Meski lamanya hari dan sinambungnya usia

bu ' A m r u bin Asy-Syaibani bercerita: "Pada h a l ^ f t ^ ^


Thur Sinai Nabi Musa m berkata: 'Wahai Tuhan, jika
aku shalat, maka itu semua dari-Mu. Jika aku bersedekah,
maka i t u semua juga dari-Mu. Jika aku sampaikan semua
pesan kerisalahan, maka i t u semua tetap dari-Mu. Lalu
bagaimana aku bersyukur kepada-Mu?' A l l a h M menjawab,
'Hai Musa, sekarang kau telah bersyukur kepada-Ku/"

A d a p u n penyandingan n i k m a t taufik u n t u k ber-


puasa Ramadhan dengan tindak kemaksiatan setelahnya
merupakan ulah orang yang mengganti nikmat A l l a h
dengan kekufuran. Jika saat berpuasa ia bertekad tetap
akan melakukan kemaksiatan setelah selesai puasa, maka
puasanya tertolak dan p i n t u rahmat tertutup baginya.
Ka'ab mengatakan, "Barangsiapa berpuasa Ramadhan,
kemudian ia berbicara dalam hati bahwa ia tidak akan
bermaksiat kepada A l l a h setelah Ramadhan, maka ia
otomatis masuk surga tanpa permohonan maupun hisab

'7* °/tT W 7b° W IA? °<A? IA? W T? Inf. 3>%


<S9 Q£> OP <HP <i0 QP QP Qi> 00 ; §P Qf> Qi? <is? <*£> ;
Q j ? > £0_
Smwaf

(proses perhitungan amal). Sebaliknya, barangsiapa ber-


puasa Ramadhan, kemudian ia berbicara dalam hati bahwa
ia akan bermaksiat kepada Tuhannya setelah Ramadhan
maka puasanya tertolak."

5. Amal-amal perbuatan yang dijadikan sebagai sarana


mendekatkan diri kepada A l l a h selama Ramadhan tidak
serta-merta terputus dengan berakhirnya Ramadhan.
A k a n tetapi, ia tetap bisa dilakukan setelah berakhirnya
Ramadhan selama hidup masih dikandung badan. I n i
merupakan makna hadis terdahulu bahwa orang yang
berpuasa setelah Ramadhan seperti orang yang melakukan
serangan balik, yakni seperti orang yang mundur dari
peperangan d i jalan A l l a h , kemudian maju lagi ke medan
perang.

H a l i n i penting dikemukakan mengingat sebagian


besar manusia bergembira ria dengan berakhirnya bulan
Ramadhan, karena menganggap puasa sebagai aktivitas
yang memberatkan, menjemukan, dan kelamaan. Dengan
demikian, orang yang kembali berpuasa setelah berbuka
di hari Raya menunjukkan kembalinya hasrat kuat dalam
dirinya untuk tetap berpuasa dan bahwasanya ia tidak
merasa jemu, berat, maupun terbebani olehnya.

Disebutkan dalam hadis yang dilansir At-Tirmidzi


secara marfu: "Amal perbuatan yang paling disukai Allah
Keutamaan Puasa Sunnah d i Bulan Syawal

adalah al-hall aUmurtahir ', [A


yaitu orang yang membaca
Alquran dari awal hingga akhir, kemudian begitu khatam
Alquran ia langsung memulainya lagi dari awal. Orang yang
berpuasa tidak beberapa lama setelah selesainya puasa, ia
seperti orang yang setiap kali khatam membaca Alquran,
kemudian mengulanginya lagi dari awal.

Bisyr A L H a f i pernah dimintai konfirmasi tentang


suatu kaum yang hanya beribadah dan bergiat sekuat
tenaga selama Ramadhan. Ia menjawab: "Seburuk-buruk
kaum adalah kaum yang tidak mengenal hak Allah kecuali
pada bulan Ramadhan; sesungguhnya orang shaleh adalah
orang yang beribadah dan bergiat mengerjakan sunnah
secara keseluruhan."

Asy-Syibli juga pernah ditanya, mana yang lebih afdhal


antara Rajab dan Sya'ban. Ia menjawab, "Jadilah sosok
Rabbani (yang menuhan) dan jangan jadi sosok Syabani
(yang menjelata)!" Kemudian ia bersenandung:

Jika aku tak bersenjata dalam perang hawa


Maka bagiku setiap daerah adalah kota
yang dikelililingi benteng pertahanan dan Tarsus

14 Dhaif: D i l a n s i r o l e h A t - T i r m i d z i dalam Sunan At-Tirmidzi, Kitab


AUQiraat, Bab Raqm J 3, Hadis no. 2948; dan dinyatakan dhaif oleh
Syaikh A h A l b a n i dalam Dhaif At-Tirmidzi (Hadis no. 2948).
Smmf

Nabi M juga menerapkan prinsip 'kt-ajegan amal.


Syahdan, Aisyah 4* pernah ditanya, "Apakah Nabi M
mengistimewakan suatu hari di antara hari-hari yang ada?"
Ia menjawab, "Tidak. A m a l beliau bersifat 'a/eg'." Dalam 15

kesempatan lain, Aisyah 4*> mengatakan, "Nabi £g tidak


pernah shalat melebihi 11 rakaat, baik selama Ramadhan
maupun d i luar Ramadhan." 16
N a b i M menunaikan
wirid-wirid atau amalan yang terlewat dari beliau se
,. . ' 'l it'• i;fwlPfiTiMW
-;mriiiiiffiiTi i p

Ramadhan pada bulan Syawal. Suatu tahun, Nabi %


pernah tidak beriktikaf pada sepuluh hari terakhir bulan
Ramadhan, kemudian beliau menggantinya d i bulan
Syawal dengan beriktikaf selama sepuluh hari pertama
Syawal. 17

Nabi £S pernah bertanya pada seseorang, apakah


ia berpuasa pada pertengahan Sya'ban? Lalu orang i t u
menjawab, tidak! Nabi M pun bersabda, "Puasalah dua hari

15 Shahih: Dilansir oleh A L B u k h a r i dalam Shahih ALBukhari, Kitab


Ash'Shaum, Bab Hal Yakhtash Syaian min ALAyydm, Hadis no. 1987.
16 Shahih: Dilansir oleh A h B u k h a r i dalam Shahih ALBukhari, Kitab
Shaldh At-Tardwih, Bab Fadhl man Qdma Ramadhan, Hadis no. 2013.
17 Shahih: Dilansir oleh A h B u k h a r i dalam Shahih ALBukhari, Kitab
ALVtikaf, Bab M a n Ardda an Yatakif Tsumma Bada Lahu an Yakhruj,
Hadis no. 2045.

7*13%° W W W w
Wj W WW

7* W A" VS X tff A° K A y» A C
A ^ f A A° W
setelah Hari Raya!" 18
D i sini Rasulullah M memerintahkan
seseorang yang meninggalkan puasa sunnah d i bulan
Sya'ban untuk meng-qadha dan mengerjakannya di bulan
Syawal.

Bolehkah Melakukan Puasa Sunnah Sebelum Meng-


qadha' Puasa Ramadhan?

Diriwayatkan pula dari U m m u Salamah, sebagaimana


yang telah disinggung di muka, bahwa ia memberi instruksi
kepada keluarganya: "Barangsiapa yang memiliki tanggungan
qadha puasa Ramadhan, maka hendaklah ia menunaikannya
keesokan hari setelah Hari Raya Idul Fitri. Barangsiapa memiliki
tanggungan qadha dari bulan Ramadhan, maka hendaklah ia
mulai menunaikannya pada bulan Syawal, sebab hal i t u lebih
mempercepat penyelesaian tanggungan dan ia lebih utama
daripada puasa sunnah enam hari Syawal."

Para ulama lebih lanjut berbeda pendapat mengenai


seseorang yang m e m i l i k i tanggungan utang puasa fardhu,
apakah ia boleh melakukan puasa sunnah sebelum melunasi
kewajiban tersebut atau tidak? M e n u r u t pendapat kalangan

18 Muttafaq 'alaih: Telah di-takhrij sebelumnya.

19
Smwaf

yang membolehkan puasa sunnah sebelum meng-qadha utang


puasa wajib, maksud dan target pahala puasa enam hari Syawal
tidak dapat diraih, kecuali oleh orang yang telah menyempurna-
kan puasa Ramadhan, kemudian menindaklanjutinya dengan
puasa enam hari SyawaL Oleh karena i t u , menurut mereka,
orang yang memiliki tanggungan qadha puasa Ramadhan
yang ditinggalkannya, kemudian mulai berpuasa sunnah
enam hari Syawal, maka ia tidak memperoleh pahala orang
yang puasa Ramadhan kemudian menindaklanjutinya dengan
puasa enam hari Syawal (yakni pahala puasa satu tahun
penuh). Sebab orang yang memiliki tanggungan qadha belum
menyempurnakan bilangan Ramadhan. Begitu juga halnya
dengan orang yang tidak berpuasa Ramadhan karena adanya
udzur. Tanpa diragukan lagi ia pun tidak akan memperoleh
pahala puasa satu tahun penuh jika seandainya ia berpuasa
enam hari Syawal selepas H a r i Raya Idul F i t r i . A d a p u n
orang yang mulai meng-qadha puasanya pada bulan Syawal,
kemudian ingin menindaklanjutinya dengan puasa enam hari
Syawal setelah sempurna meng-qadha puasa Ramadhannya,
maka i n i merupakan tindakan yang baik, sebab saat i t u ia
sudah berstatus sebagai orang yang berpuasa Ramadhan secara
penuh dan ingin menindaklanjutinya dengan puasa enam hari
Syawal. Keutamaan puasa enam hari Syawal juga tidak dapat
diperoleh dengan puasa qadha Ramadhan pada bulan Syawal,
sebab puasa enam hari Syawal hanya boleh dilakukan setelah
penyempurnaan bilangan Ramadhan.

^0,

\& • <a>
; %o *9 Q£ ; QP
:

?°t? W 'IA? °c€ (A?


C
Keutamaan Puasa Sunnah d i Bulan Syawal

Kalangan lain menyatakan bahwa amalan seorang mukmin


tidak memiliki batas akhir hingga tidak bisa dinyatakan expired.
Demikian juga halnya dengan puasa enam hari Syawal dan
qadha Ramadhan. AhHasan mengatakan bahwa sesungguhnya
A l l a h tidak menetapkan batas akhir bagi amal orang mukmin
selain kematian. Kemudian ia membaca:

Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang


diyakini (ajal). (QS. A h H i j r (15): 99)

Tahun, bulan, dan hari seluruhnya merupakan waktu-waktu


yang disediakan untuk amal, dan ia berakhir dengan begitu
cepat, kemudian berlalu. Namun, Dzat yang menciptakannya,
mengadakannya, mengalokasikannya dengan berbagai ke-
utamaan, dan meninggalkannya adalah Dzat yang Mahakekal
dan tak lekang oleh zaman, Dzat yang Mahaabadi dan tak lapuk
oleh waktu. Dia adalah llah yang sama dalam segala kondisi,
dan Dia Maha Mengawasi dan Menyaksikan amal perbuatan
hamba-hamba-Nya.

Mahasuci A l l a h Dzat yang membolak-balik hamba-hamba-


Nya dalam silih bergantinya waktu dan amal-amal pelayanan,
agar Dia bisa menyuapi mereka karunia-karunia n i k m a t
dan pada akhirnya memperlakukan mereka dengan penuh
kemurahan dan kedermawanan. Ketika ketiga bulan suci yang
dimulai dengan bulan AUHaram (Rajab) dan diakhiri bulan
puasa usai, datanglah tiga bulan yang merupakan bulan-bulan
haji ke Bakul Haram (Syawal, Dzulqa'dah, dan Dzulhijjah).
Sebagaimana halnya orang puasa dan qiyam di bulan Ramadhan
yang diampuni dosa-dosanya yang telah lalu, maka orang yang
pergi haji ke Baitullah tanpa berkata-kata jorok dan berbuat
kefasikan, maka ia kembali tanpa dosa seperti saat ia dilahirkan
ibunya. Jadi, tidak ada satu rentang waktu pun yang berlalu
dalam kehidupan seorang mukmin, kecuali A l l a h titipkan
di dalamnya satu amalan d i antara amal-amal ketaatan,
sehingga seorang mukmin seyogianya selalu terbolak-balik di
antara amalan-amalan i n i dan menjadikannya sebagai sarana
pendekatan diri kepada Junjungannya dengan rasa harap dan
takut.

Orang yang mencintai A l l a h (aUmuhibb) tidak pernah


bosan untuk selalu mendekatkan diri kepada A l l a h dengan
media amalan-amalan sunnah (an-nawdfil), dan ia tidak
berangan cita apa-apa selain kedekatan dan keridhaan-Nya.

Tiada bagi pecinta selain hasrat mencintai-Nya

Sesungguhnya pecinta menyusu pada setiap kebajikan

Setiap waktu yang dilewatkan seorang hamba tanpa menaati


Tuhannya adalah kerugian, dan setiap saat yang dilalaikannya
untuk berzikir kepada A l l a h akan berbuah penyesalan d i hari

t1^» fr

<*

5
4v? 4n j
4§>. 4v?
:
'iS?:: 4t? 4!? 41
3
4C° '¥h 4&
Keutamaan Puasa Sunnah d i Bulan Syawal

pembalasan. Alangkah sayangnya waktu yang terbuang sia-sia


tanpa menaati-Nya dan alangkah ruginya waktu yang terlewat
percuma tanpa melayani-Nya!

Siapa yang terlewat melihat-Mu suatu hari kelak

Hilang percumalah seluruh waktunya

Di negeri mana pun aku berada

Ke arah-Mu aku hadapkan diri

Kepada-Mu aku hijrah dan menuju

Kaulah hidup dan matiku

Barangsiapa mengerjakan satu amal ketaatan hingga tuntas


dan rampung, maka indikator penerimaannya adalah jika ia
menyambungnya dengan amal ketaatan yang lain. Sedang-
kan indikator ketertolakannya adalah jika ia mengerjakan
kemaksiatan setelah i t u . Alangkah baiknya kebaikan yang
dilakukan setelah keburukan lantaran ia akan menghapusnya,
dan lebih baik lagi kebaikan yang dilakukan setelah kebaikan
yang akan menyertainya. Sebaliknya, alangkah buruknya
keburukan yang dikerjakan setelah kebaikan lantaran ia akan
menghapus dan menggesernya! Satu dosa setelah tobat lebih
buruk daripada 70 dosa sebelumnya. Sakit kambuhan lebih
sulit daripada jatuh sakit dan barangkali lebih mematikan.
Mohonlah kepada A l l a h agar tetap konsisten meniti jalan
ketaatan hingga maut menjemput, mohon perlindunganlah

23
Suawaf

kepada-Nya dari fluktuasi dan inkonsistensi hati, serta dari


penurunan setelah kenaikan. Alangkah nistanya kemaksiatan
setelah ketaatan, dan alangkah hinanya ketamakan setelah
keqanaahan.

Wahai pemuda-pemuda tobat, jangan lagi menyusu hawa


nafsu setelah kau disapih, sebab menyusu hanya pantas untuk
anak-anak, bukan orang dewasa sepertimu. A k a n tetapi,
memang dibutuhkan kesabaran tersendiri untuk menahan pahit
penyapihan. Jika kalian mampu bersabar, niscaya akan kalian
peroleh ganti dari kelezatan hawa nafsu dengan manisnya iman
di dalam hati. Barangsiapa meninggalkan sesuatu demi A l l a h
tanpa merasa kehilangannya, maka A l l a h akan menggantinya
dengan yang lebih baik.

s*1 u ; p& j m& oj

Jika Allah mengetahui ada kebaikan dalam hatimu, niscaya


Dia akan memberikan kepadamu yang lebih baik dari apa yang
telah diambil daripadamu dan Dia akan mengampuni kamu.
(QS. A l - A n f a l (8): 70)

Disebutkan dalam sebuah hadis: "Pandangan adalah anak


panah beracun yang dilesatkan Iblis; maka barangsiapa menepisnya

sQ « t :-. • \ « p Qp <jp $p <jp qP <JP Ci P <10 %P ^P ; QP QP Q0 ^Q ^9 %9 • ' <JP


; 1

.»«a »«« &


A S
'>A° t>co o « . e>eo •,':&<><*•• •-. i <=•»<>
r • "«K!» S: r V- r : : - ? o ^ » f 3 H «tS?»f-, ;<«>A«i: : « « « f i «S
:
3
Keutamaan Puasa Sunnah d i Bulan Syawal

karena takut Allah, maka Allah akan memberinya keimanan yang


ia rasakan begitu manis di hatinya." (HR. A h m a d ) 19

Seruan dan wacana di atas ditujukan pada kaum muda.


Sedangkan untuk kaum tua, jika ia masih tetap menjalani
kemaksiatan seusai Ramadhan, maka ia jauh lebih buruk dan
lebih buruk. Sebab pemuda masih bisa diharapkan kembali
bertobat pada akhir usianya, meski bisa saja kematian datang
tiba-tiba saat ia dalam petualangannya sambil memalukan
godam kematian ke kepalanya secara mendadak. Sementara
bidak perahu lansia telah mendekati bibir pantai kematian,
lalu apa yang bisa diharapkan?

19 Dhaif: Dilansir oleh A h H a k i m dalam AlMustadrak (IV/313) dan A h


Qudha'i dalam Musnad Asy-Syihab, dari narasi Hudzaifah. D i dalam
sanad-nya ada A b d u r r a h m a n A h W a s i t h i yang menurut keterangan
Adz-Dzahabi dinyatakan dhaif oleh para kritikus hadis. A b d u r r a h m a n
juga terlihat bingung dalam riwayatnya. Hadis i n i diriwayatkan pula
oleh A t h - T h a b r a n i dalam ALMu'jam Al-Kabir (Hadis no. 10362)
dari jalur Abdurrahman, namun ia menjadikannya dari narasi Ibnu
Mas'ud. D a r i jalurnya juga namun dengan narasi dari A l i , I b n u A h
Jauzi melansirnya dalam Dzamm AUHawa (him. 14).
K E U T A M A A N I B A D A H HAJI
D A N PERINTAH U N T U K
MELAKSANAKANNYA

Disebutkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari A b u


Hurairah 4&> dari Nabi M, beliau bersabda:

f £1 ^ $ l&f ft $ u jftVi 'M


JJL*° jj+

Amal yang paling afdhal adalah iman kepada Allah dan Rasul¬
Nya, kemudian jihad dijalan Allah, kemudian haji mabrur. 20

Ketiga amal i n i pada hakikatnya terpulang pada dua amal;


Pertama, iman kepada A l l a h dan Rasul-Nya, yaitu pernyataan
kepercayaan yang bersifat dogmatik kepada Allah, malaikat¬
Nya, kitab-kitab suci-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhir,

20 Muttafaq 'alaih: Dilansir oleh A h B u k h a r i dalam Shahih Al-Bukhari,


Kitab AUlmdn, Bab M a n Qdla Inna Al-hndn Huwa AL Amal, Hadis
no. 26; dan M u s l i m dalam Shahih Muslim, Kitab AUlmdn, Bab Bayan
Kaun AUlmdn Billah Afdhal ALA'mdl, Hadis no. 83.
Keutamaan Ibadah Haji dan Perintah u n t u k Melaksanakannya

sebagaimana yang diformulasikan oleh Rasulullah M dalam


hadis Jibril , dan dalam hadis-hadis lainnya. A l l a h flg juga
21

menyebutkan keimanan pada pokok-pokok i n i d i berbagai


tempat dalam kitab-Nya, antara lain awal Surah Al-Baqarah,
pertengahannya, dan akhirnya. Dan kedua, jihad di jalan Allah.

A l l a h menggabungkan kedua amal pokok i n i d i berbagai


tempat dalam kitab-Nya, di antaranya dalam firman:

Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan


suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang
pedih? (Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan ber-
jihad dijalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik
bagimu, jika kamu mengetahui. (QS. Ash-Shaff (61): 10 -11)

21 Shahih: Dilansir oleh AhBukhari dalam Shahih ALBukhari, Kitab AlAmdn,


Bab Suai Jibril An-Nabi H 'an Al-lmdn voa AlAsldm wa AlAhsdn wa llm (

As-Sd'ah, Hadis n o . 50; dari narasi A b u H u r a i r a h . Hadis senada


dilansir oleh M u s l i m dalam Shahih Muslim, Kitab Al-lmdn, Bab Bayan
Al-lmdn wa Al-lsldm wa Al-lhsdn wa Wujub Al-lmdn bi Itsbat Qadar
Allah, Hadis no. 8; dari narasi Umar b i n A h K h a t h t h a b

27
tawaf

Dalam firman A l l a h M lainnya:

(U vll^iJjl <&T J ^ L j fjjJ'j^

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-


orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya,
kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang
(berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah.
Mereka itulah orang-orang yang benar. (QS. Al-Hujurat
(49): 15)

Diriwayatkan juga secara shahih dari Nabi M dari berbagai


jalur periwayatan bahwa amal terafdhal adalah iman kepada
A l l a h dan jihad di jalan Allah. Keimanan absolut menurut
kaum salaf dan kalangan ahli hadis melibatkan tindakan organ
tubuh (amal al-jawarih), d i samping pengakuan h a t i dan
pernyataan lisan. Iman yang dibarengi amal berarti pembuktian
kepercayaan hati dalam ucapan lisan dan tindakan, misalnya
keimanan kepada A l l a h yang dibarengkan dengan keimanan
kepada Rasul-Nya, sebagaimana dalam hadis di atas.

Keimanan yang menancap dalam hati merupakan pangkal


segala kebaikan, dan ia merupakan anugerah terbaik yang

Od i n [2j UmM PillS thuM tuiiij]

»/<:. & »\o Ao


;
c>o« c% &<<
. 3 • £&>
:
c?*o t§& o./i <>»o o.4 c?£> <S^>-':
Keutamaan Ibadah Haji dan Perintah u n t u k Melaksanakannya

diberikan kepada hamba di dunia dan akhirat, sebab dengan


sarananya ia dapat meraih kebahagiaan dunia dan akhirat, dan
selamat dari kesengsaraan dunia dan akhirat. Semakin kokoh
iman dalam hati maka organ-organ tubuh akan semakin kuat
memancarkannya dalam bentuk amal-amal shaleh, dan lisan
akan mengaktualisasikannya dalam bentuk ucapan yang baik,
sebagaimana sabda Nabi

Ingat-ingat, sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal daging


yang jika ia baik, maka baiklah seluruh jasad dan jika ia rusak
maka rusaklah seluruh jasad. Ingat-ingat, ia adalah hati. 22

H a t i tidak akan baik (shaleh) tanpa keimanan pada A l l a h


dan hal-hal yang paralel dengannya, antara lain makrifatullah
dan pengesaan-Nya, takut kepada-Nya, cinta kepada-Nya,
berharap kepada-Nya, memenuhi panggilan-Nya, bertobat
kepada-Nya, dan berserah diri kepada-Nya. Al-Hasan me-
ngatakan, "Iman bukan pepesan kosong (at-tamanni) maupun

22 Muttafaq 'alaih: Dilansir oleh A h B u k h a r i dalam Shahih ALBukhari,


Kitab Al-lmdn, Bab Fadhl man Istabra U Dinihi, Hadis no. 52; dan
M u s l i m dalam Shahih Muslim, Kitab AUMusaqah, Bab Akhdz Al-Halal
wa Tark Asy-Syubhat, Hadis no. 1599.
pemanis bibir (at-tahalli), tetapi ia merupakan pengakuan
dalam hati dan pembuktian dengan amal perbuatan." H a l i n i
didukung oleh firman A l l a h §g: "Sesungguhnya orang-orang yang
beriman ialah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah
hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah
iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal. (Yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan
yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan
kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-
benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian
di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia. })

(QS. A h A n f a l (8): 2-4).

Hal senada dikemukakan oleh seorang penyair:

Tak setiap orang yang menghias ucapannya

Bisa menipu, hai orang yang jelas ornamentasinya

Siapa yang mensejatikan iman dalam hatinya

Niscaya akan tampak aktualisasinya

Jika seorang hamba telah merasakan manisnya iman,


mencicipi aroma dan kemanisannya, maka buah hal tersebut
akan tampak dan teraktualisasikan pada lisan dan anggota
tubuhnya. Mulutnya selalu dihiasai dengan zikir, dan anggota
tubuhnya bersegera menaati Allah. Saat itulah hasrat keimanan
akan masuk ke dalam hatinya, seperti hasrat membara akan
Keutamaan Ibadah H a j i dan Perintah u n t u k Melaksanakannya

air yang sangat dingin d i tengah hari yang sangat panas dan
di tengah dahaga yang sangat mencekik. Sehingga keluar
dari keimanan lebih dibenci hati daripada dilempar ke dalam
api, dan lebih pahit daripada brotowali. Ibnu AhMubarak
menyebutkan dari A b u Ad-Darda' bahwasanya ia masuk
ke Madinah, lalu bertanya pada penduduknya, "Mengapa
tidak aku lihat kemanisan iman pada kalian, wahai penduduk
Madinah? Demi Dzat yang diriku ada dalam genggaman tangan
kuasa-Nya, andai beruang hutan mencicipi aroma keimanan,
niscaya akan terlihat padanya kemanisan iman."

Andai Radhwa cicipi citarasa iman

Niscaya bergoyang-goyang ia oleh ekstase rasanya

Mereka pikulkan kepadaku beban ikrar

Yang tak mampu dipikul oleh besi sekali pun

Iman kepada A l l a h dan RasuhNya adalah tugas hati dan


lisan, yang kemudian diikuti dengan tindakan nyata anggota
tubuh; dan aktualisasi keimanan yang paling afdhal adalah
jihad d i jalan Allah. Jihad sendiri ada dua jenis; yang pertama
dan terafdhal adalah jihad orang mukmin melawan musuh
yang kafir dan memeranginya di jalan Allah. Termasuk d i
dalamnya dakwah kepada musuh untuk beriman kepada A l l a h
dan RasuhNya. A l l a h M berfirman:

31
fawaf

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk


manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari
yang mungkar, dan beriman kepada Allah. (QS. A l i 'Imran
(3): 110)

Mengomentari ayat i n i , A b u Hurairah 4& menjelaskan;


"Maksudnya, menyeret mereka dengan rantai hingga masuk
surga." Disebutkan juga dalam sebuah hadis marfu : "Tuhanmu
heran dengan kaum yang diseret ke surga dengan rantai. " n

Jihad d i jalan A l l a h adalah mengajak manusia untuk


beriman kepada A l l a h dan RasuhNya dengan media pedang dan
lisan, setelah mengajak mereka dengan hujjah dan argumentasi.
Nabi M tidak memerangi suatu kaum sebelum mendakwahi
mereka; dan ia merupakan tugas para rasul dan pengikut
mereka. Dengan jihad, kalimat keimanan akan berkibar tinggi,
wilayah Islam semakin luas, dan semakin banyak pula para
pengikutnya. Dengan jihad, agama A l l a h akan semakin tegak

23 Shahih: Dilansir oleh A h B u k h a r i dalam Shahih AUBukhari, Kitab


AIJihad, Bab AWsara fi As-Saldsil, Hadis no. 3010.

K fj i ;,<>'' in dh ^h ifc ii ''V rife mi

32 * * * * * *'
Keutamaan Ibadah H a j i dan Perintah u n t u k Melaksanakannya

dan luhur, sehingga agama semata-mata menjadi untuk A l l a h


dan kepatuhan hanya didedikasikan kepada-Nya, sebagaimana
firman Allah:

Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya


agama itu semata-mata untuk Allah. (QS. A l - A n f a l (8): 39)

Dengan demikian, mujahid fi sabilillah adalah orang yang


berperang dengan visi dan misi agar agama A l l a h benar-benar
tegak dan unggul.

Jenis jihad yang kedua adalah jihad melawan nafsu diri


dalam menaati Allah, sebagaimana sabda Nabi M:

j * f&\ r| 3^ j j A 'J*

Mujahid adalah orang yang berjihad melawan nafsu dirinya


demi Allah -atau dalam (menaati) Allah. * 2

Menjawab pertanyaan seorang penanya soal perang


(al-ghazw), seorang tokoh sahabat mengatakan, "Mulailah

24 Shahih: Dilansir oleh A t - T i r m i d z i dalam Sunan At-TirmidzU Kitab


Al-Jihad, Bab Majaa fi Fadhl man Mata Murabithan, Hadis no. 1621.
Hadis i n i dinyatakan shahih oleh Syaikh A h A l b a n i dalam Shahih At-
Tirmidzi (Hadis no. 1621).

33

=»00 ooo «< ooo »o •>»<= ^ ^ r


V ^
tf ^
dengan nafsu dirimu, perangilah ia! Mulailah dengan nafsu
dirimu, lawanlah ia!"

Jihad melawan nafsu diri (mujahadah an-nafs) yang paling


agung adalah memakmurkan rumah A l l a h dengan zikir dan
ketaatan. A l l a h M berfirman:

Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-


orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap
mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada
siapa pun) selain kepada Allah. (QS. At-Taubah (9): 18)

Disebutkan dalam hadis A b u Sa'id yang berstatus marfu :


u
Jika kalian lihat laki-laki yang biasa ke masjid, maka bersaksilah
untuknya atas keimanannya. " 2 5
Kemudian ia membaca ayat i n i .
(HR. Imam Ahmad, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

25 Dha'if: Dilansir oleh A h m a d dalam Al-Musnad (111/68, 76); A t - T i r m i d z i


dalam Sunan At-Tirmidzi, Kitab At-Tafsir, Bab Wa Min Surah At-Taubah,
Hadis n o . 3093; d a n I b n u M a j a h d a l a m Sunan Ibnu Majah, K i t a b
Al-Masdjid, Bab Luzum AUMasdjid wa Intizhdr Al-Jamd'ah, Hadis no. 802.
Hadis i n i d i n y a t a k a n dha'if o l e h Syaikh A h A l b a n i d a l a m Dhaif
At-Tirmidzi (Hadis no. 3093).

-•
y
i i -i

$4*

<b& Qj? QP <sp ^ <3P <jp «5 p' Qi> <u>


, y* ; ^ w 'W W 'W Tt?
Keutamaan Ibadah Haji dan Perintah u n t u k Melaksanakannya

Dalam firman A l l a h §| lainnya:

Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintah-


kan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya,
pada waktu pagi dan waktu petang, laki-laki yang tidak
dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari
mengingati Allah. (QS. A n - N u r (24): 36-37)

Jenis jihad yang pertama tentu saja lebih afdhal daripada


jenis yang kedua i n i . A l l a h M berfirman: "Apakah (orang-
orang) yang memberi minuman orang-orang yang mengerjakan
haji dan mengurus Masjidil Haram kamu samakan dengan orang-
orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta berjihad
di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada kaum yang zalim. Orang-orang yang
beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta
benda dan diri mereka adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah;
Dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan." (QS. A t -
Taubah (9): 19-20).
awaf

Disebutkan dalam Shahih Muslim dari A n - N u ' m a n bin


Basyir, ia bercerita: " A k u berada di mimbar Nabi H , lalu seorang
laki-laki berujar, ' A k u tak peduli aku tidak melakukan amal
setelah Islam, kecuali memberi minum orang yang mengerjakan
ibadah haji/ Laki-laki lain menimpali, ' A k u tak peduli aku
tidak melakukan amal setelah Islam, kecuali mengurus Masjidil
Haram.' Laki-laki yang lain lagi menukas, 'Jihad d i jalan A l l a h
lebih afdhal daripada semua yang kalian katakan!' Mendengar
kegaduhan tersebut, Umar langsung membentak mereka,
seraya berseru, 'Jangan bersuara keras-keras di depan mimbar
Rasulullah M saat sedang hari Jum'at. A k a n tetapi, jika kalian
sudah tunaikan shalat Jum'at, aku akan masuk, lalu meminta
fatwa kepada beliau mengenai apa yang kalian perdebatkan.'
Serta-merta, turunlah firman A l l a h Sf : Apakah (orang-orang)
(

yang memberi minuman orang-orang yang mengerjakan haji dan


mengurus Masjidil Haram kamu samakan dengan orang-orang
yang beriman kepada Allah dan hari kemudian/ Dan seterusnya
hingga akhir ayat." 26

Hadis yang menyebutkan latar belakang turunnya ayat


i n i menjelaskan bahwa yang menjadi wacana perbandingan
adalah sarana pendekatan kepada A l l a h yang terbaik di antara

26 Shahih: Dilansir oleh M u s l i m dalam Shahih Muslim, Kitab AUlmarah,


Bab Fadhl Asy-Syahddah fi Sabilillah, Hadis no. 1879.
Keutamaan Ibadah H a j i dan Perintah u n t u k Melaksanakannya

berbagai amalan-amalan sunnah dan volunteer (tathawwu);


dan ayat tersebut menunjukkan bahwa yang paling afdhal
adalah jihad disertai keimanan. Jelasnya, kesukarelaan untuk
berjihad lebih baik daripada kesukarelaan mengurus Masjidil
Haram dan memberi minum jamaah haji.

Dengan pengertian seperti i n i pula, sebaiknya hadis narasi


A b u Hurairah 4*> di atas dimaknai sehingga dapat disimpulkan
bahwa jihad lebih afdhal daripada haji sunnah. Namun, perlu
dikemukakan di sini bahwa kewajiban haji menurut sebagian
besar ulama baru ditetapkan pada tahun sembilan hijrah,
dan sebelum i t u ibadah i n i berstatus tathawwu (sukarela).
Oleh karena i t u , kemungkinan besar Nabi M menyatakan hal
tersebut sebelum diwajibkannya haji secara t o t a l

Ada sinyalamen bahwa pada masa-masa awal Islam, jihad


merupakan fardhu ain sehingga wajar saja jika ia kemudian
l

didahulukan dan lebih diutamakan daripada haji yang saat i t u


masih bersifat sukarela dan belum diwajibkan. Adapun setelah
jihad menjadi fardhu kifayah dan haji berubah menjadi fardhu
'ain, maka haji wajib menjadi lebih afdhal daripada jihad.
Abdullah bin A m r u bin A l - A s h menegaskan, "Haji sebelum
berperang lebih afdhal daripada sepuluh kali perang, dan
perang setelah haji lebih afdhal daripada sepuluh kali haji."
Pernyataan i n i juga diriwayatkan secara marfu dari berbagai
jalur periwayatan, namun komposisi sanad-sanad-nya masih
diperdebatkan.
Ash-Shabiy bin Ma'bad bercerita: "Dahulu aku seorang
pengikut Nasrani, lalu masuk Islam. A k u bertanya kepada
para sahabat Muhammad H , 'Mana yang lebih utama, jihad
atau haji?' Mereka menjawab, 'Haji.'" Mungkin yang dimaksud
di sini -wallahu alam- adalah bahwasanya haji lebih afdhal
daripada jihad bagi orang yang belum pernah mengerjakan
haji secara Islam, seperti halnya orang yang baru masuk Islam
ini. Terkait dengan hadis A b u Hurairah bisa jadi yang
dimaksud adalah bahwa tipologi jihad pada dasarnya lebih
mulia daripada tipologi haji. Namun, jika ada embel-embel
yang membuat haji jadi lebih istimewa daripada jihad, yakni
keberadaannya sebagai fardhu 'ain, maka haji khusus tersebut
lebih afdhal daripada jihad. Jika tidak ada, maka jihad tetap
lebih afdhal.

Hadis A b u Hurairah d i awal pembahasan menunjukkan


bahwa amal yang paling afdhal setelah jihad fi sabilillah
adalah amal yang tergabung dalam klasifikasi mengurus dan
memakmurkan masjid dengan zikir A l l a h dan amal ketaatan
kepada-Nya. D i luar haji mabrur, amal-amal yang termasuk
dalam kategori i n i antara lain: shalat, zikir, tilawah (membaca
Alquran), iktikaf, mengajarkan ilmu yang bermanfaat, dan
mendengarkannya. D i antara amal-amal ini, yang paling afdhal
adalah mengurus masjid yang paling suci dan utama, yakni
Masjidil Haram, dengan berkunjung ke sana dan berthawaf
mengelilingi Ka'bah. Oleh karena i t u , ia pun disebut secara

KLIIJI (LIIJI fiaijl jfelltlj


: W W
38

AL AL 3JL AL AL AL AL AL AL AL AL AL AL AL AL AL <&L
Keutamaan Ibadah Haji dan Perintah u n t u k Melaksanakannya

khusus dan perjalanan haji ke sana merupakan amal yang


paling afdhal setelah jihad. Versi lain hadis A b u Hurairah 4&
di atas diriwayatkan oleh Ibnu A h M u n d z i r dengan redaksi:
"...Kemudian haji mabrur atau umrah."

A l l a h §| menyebut-nyebut Baitullah di dalam Kitab-Nya


dengan penuh apresiasi dan pujian yang teragung (QS. A l -
Baqarah (2): 125, QS. A l i 'Imran (3): 96-97, dan QS. A l - H a j j
(22): 26-27).

Memakmurkan masjid-masjid lain selain Masjidil Haram


dan pergi ke masjid untuk menunaikan shalat dan ibadah-ibadah
lain di dalamnya termasuk ribath di jalan A l l a h §|, sebagaimana
sabda Rasulullah $g mengenai laku menyempurnakan wudhu
meski dengan segala masyaqqah (kesulitan), memperbanyak
langkah kaki ke masjid, dan menunggu shalat berikutnya
setelah menjalankan shalat, "Itulah ribath! Itulah ribath! Itulah
ribath!" 21
Sedangkan memakmurkan Masjidil Haram secara
khusus dan pergi mengunjunginya serta memeriahkannya
dengan thawaf mengeliling Baitullah yang hanya dikhususkan
di sana merupakan jenis jihad fi sabilillah (bukan sekadar ribath
fi sabilillah).

27 Shahih: Dilansir oleh M u s l i m dalam Shahih Muslim, Kitab A t h -


Thahdrah, Bab Fadhl Isbagh ALWudhu 'ala AUMakarih, Hadis no.
251.

: «34 e?.&» AL : AL AL AL AL AL * AL AL ;
- AL •: ' AL' :
QP W ' Qf> %0
Syawaf

Disebutkan dalam Shahih AUBukhari dan Muslim dari


Aisyah ra., ia berkata: (Aku pernah bertanya pada Rasulullah H),
"Wahai Rasulullah, kami lihat jihad merupakan amal yang
paling afdhal, lalu mengapa kami, kaum wanita, tidak boleh
ikut berperang." Beliau menjawab, "Tapi jihad yang paling afdhal
(bagi wanita) adalah haji mabrur." 28
A h B u k h a r i melansirnya
dengan redaksi yang berbeda: Rasulullah M menjawab, "Jihad
kalian -kaum perempuan- adalah haji. " Disebutkan juga dalam
29

Musnad Ahmad dan Sunan Ibnu Majah dari U m m u Salamah ra.,


dari Nabi M, beliau bersabda: "Haji adalah jihad setiap orang yang
lemah. " Versi lain lagi dilansir oleh ALBaihaqi dan lainnya dari
30

narasi A b u Hurairah secara marfu: "Jihad orang yang sudah tua


(lansia), orang lemah, dan perempuan adalah haji dan umrah." 31

28 Shahih: D i l a n s i r oleh A h B u k h a r i dalam Shahih Al-Bukhari, Kitab


Al-Hajj, Bab Fadhl Al-Hajj Al-Mabrur, Hadis no. 1520 dengan redaksi:
" T i d a k , akan tetapi j i h a d yang paling afdhal - b a g i k a l i a n k a u m
perempuan- adalah haji mabrur."
29 Shahih: Dilansir oleh A t - T i r m i d z i dalam Sunan At-Tirmidzi, Kitab
Al-Jihdd wa As-Sdir, Bab Jihad An-Nisa, Hadis no. 2875.
30 Shahih: Dilansir oleh A h m a d dalam AlMusnad (VI/294) dan Ibnu
Majah dalam Sunan Ibnu Majah, Kitab Al-Manasik, Bab Al-Hajj Jihad
An-Nisd\ Hadis n o . 2902. Hadis i n i d i n y a t a k a n hasan o l e h Syaikh
A h A l b a n i dalam Shahih Al-Jami' (Hadis no. 3171).
31 Hasan: Dilansir oleh A h m a d dalam Al-Musnad (11/421), An-Nasa'i
dalam Sunan An-Nasdi, Kitab AUMandsik, Bab Fadhl Al-Hajj, V/114,
dan AhBaihaqi dalam Sunan Al-Baihaqi (IV/350). Hadis i n i dinyatakan
hasan oleh Syaikh A h A l b a n i dalam Shahih Ayi-Nasd'i (Hadis no. 2627).

40

<*<L A<L A*L A<L 3JL AL AL AL A£. .AL • ' AL. ' AL-: ': ^JL-
: :
Keutamaan Ibadah Haji dan Perintah u n t u k Melaksanakannya

Disebutkan pula dalam sebuah hadis mursal: "Haji adalah


jihad, sementara umrah tathawwu (sukarela)." 31
Dalam hadis
mursal lain yang dilansir Abdurraziq disebutkan bahwa seorang
laki-laki berkata kepada N a b i ^ , "Saya adalah tipe orang penakut
yang tidak tahan berhadapan dengan musuh." Rasulullah %
menukas, "Belumkah aku tunjukkan kepadamu jihad yang tanpa
peperangan di dalamnya?" Laki-laki i t u menyahut, "Belum."
Rasulullah M bersabda, "Kerjakanlah haji dan umrah" 33

Dilansir pula dari hadis-hadis mursal A l i bin Al-Husain


bahwasanya seorang laki-laki bertanya kepada Nabi H soal
jihad, lalu beliau menjawab, "Belumkah aku tunjukkan kepadamu
sebuah jihad yang tidak ada onak duri di dalamnya . Haji!" * 7 3

Masih tentang topik yang sama, Umar 4& diriwayatkan


berkata: "Jika kalian lepaskan pelana kuda -sepulang dari jihad—

32 Dhaif: Dilansir oleh I b n u M a j a h dalam Sunan Ibnu Majah, K i t a b


AUMandsik, Bab AWUmrah, Hadis no. 2989; dan dinyatakan dhaif
oleh Syaikh A h A l b a n i dalam Dha'if AU J ami' (Hadis no. 2761) dan
Adh-Dhaifah (Hadis no. 200).
33 Mursal: Dilansir oleh Abdurraziq dalam Al-Mushannaf (Hadis no.
8810).
34 Mursal: Dilansir oleh Abdurraziq dalam AUMushannaf (Hadis no.
8809). Hadis i n i m e m i l i k i hadis pendukung yang shahih dari hadis
Asy-Syifa' dan A h H u s a i n b i n ' A l i sebagaimana yang dilansir dalam
Shahih AUJami (Hadis no. 2611).
Syawal

maka paculah unta-unta untuk menunaikan haji dan umrah,


sebab ia merupakan salah satu dari dua j i h a d . " 35
Atsar i n i
disebutkan oleh AhBukhari secara muallaq. Ibnu Mas'ud 4&
menjelaskan, "Sesungguhnya jihad adalah memasang pelana
kuda dan pergi mengendarai unta. Memasang pelana kuda
berarti (jihad) fi sabilillah, sementara pergi mengendarai unta
berarti haji." Penjelasan Ibnu Mas'ud i n i dilansir oleh Imam
Ahmad dalam Manasi/c-nya.

Haji dan umrah disebut sebagai jihad karena ia menguras


harta, p i k i r a n , dan fisik, sebagaimana kata A b u Sya'tsa':
" A k u telah mengamati berbagai amal kebajikan. Ternyata
shalat menguras tenaga tanpa harta, puasa juga demikian,
sedangkan haji menguras keduanya, makanya menurutku ia
lebih afdhal."

Diriwayatkan oleh Abdurraziq lengkap dengan sanad-nya


dari A b u Musa Al-Asy'ari bahwasanya ada seorang laki-
laki yang bertanya kepadanya soal haji, lalu ia jawab, "Orang
yang haji memberi syafaat pada 40 rumah dari kaumnya, mem-
bawa berkah bagi 40 induk unta yang ditungganginya, keluar
(menyelesaikan haji dalam kondisi bersih) dari dosa-dosanya
seperti hari saat ia dilahirkan ibunya."

35 D i l a n s i r o l e h A b d u r r a z i q d a l a m AUMushannaf (Hadis n o . 8 8 0 8 ) .
Hadis i n i di-taliq oleh A h B u k h a r i setelah hadis no. 1516 dalam Shahih
AUBukhari, Kitab AlHajj, Bab AlHajj Ala Ar-Rahl

• ••.<>*<>.. »A° • • «A* :


9
«'A'
0
<>»«> &•<> ••»,£>.. '<>,««?-;
:
W ^«.p
Keutamaan Ibadah H a j i dan Perintah u n t u k Melaksanakannya

Laki-laki itu berkata kepadanya, H a i A b u Musa, aku ingin


u

sekali melaksanakan haji, tetapi aku sudah tua dan lemah.


Adakah sesuatu yang setara dengan haji?"

Ia menjawab, "Apakah kau mampu memerdekakan 70


budak perempuan mukminah dari keturunan Isma'il?! Dari
segi hall wa ar-rahil saja, tidak kutemukan sesuatu yang setara
atau dalam versi lain yang semisal dengannya." 36

Diriwayatkan juga dengan sanad yang sama dari Thawus,


bahwasanya ia pernah ditanya, "Mana yang lebih afdhal: haji
setelah yang wajib atau shadaqah?" Ia jawab, "Mana hall wa
rahil (aktivitas diam dan pergi), begadang dan lelah, thawaf di
Ka'bah, shalat di depannya, wukuf di 'Arafah, mengumpulkan
dan melempar jumrah?" Seolah-olah ia ingin mengatakan,
"Haji lebih afdhal." 37

Para ulama berbeda pendapat mengenai pengutamaan


haji sunnah atas shadaqah. Sebagian kalangan tetap lebih
mengutamakan haji, antara lain Thawus (dalam riwayat di
atas), A b u Asy-Sya'tsa', juga Al-Hasan. Sementara kubu yang
lain lebih mengutamakan shadaqah, misalnya A n - N a k h a ' i .

36 Sanad-nya ada yang majhul (tidak dikenal): Dilansir oleh Abdurraziq


dalam ALMushannaf (Hadis no. 8807) dari salah seorang laki-laki dari
kaum Asy'ariyyin dari A b u Musa.
37 Dilansir oleh Abdurraziq dalam AUMushannaf (Hadis no. 8822).
Syawal

Ada pula yang memandangnya relatif; bahwa jika ada sanak


saudara yang membutuhkan atau sedang terjadi paceklik di
tempat tinggalnya, maka shadaqah lebih afdhal, dan jika tidak
maka haji lebih afdhal Pendapat i n i dinyatakan oleh Imam
Ahmad. Pernyataan senada juga diriwayatkan dari AhHasan,
bahwa silaturrahim dan membantu meringankan beban orang
yang ditimpa kesusahan lebih afdhal daripada pergi haji untuk
kesekian kalinya (haji sunnah).

Disebutkan dalam Mushannaf Abdurraziq dengan sanad


yang dhaif dari Aisyah ra., bahwasanya Rasulullah M pernah
ditanya mengenai seseorang yang haji lebih dari sekali,
"Apakah ia menyumbangkan biaya hajinya untuk menyambung
silaturrahim atau memerdekakan budak?" Beliau menjawab,
"Thawaf tujuh putaran tanpa perkataan yang sia-sia di dalamnya
setara dengan (memerdekakan) satu budak" 38
I n i menunjukkan
kelebihutamaan haji.

Kalangan yang melebihutamakan haji juga berargumen


bahwa mengeluarkan dana untuk haji lebih afdhal daripada
berinfak d i jalan A l l a h . Disebutkan dalam Musnad Imam
Ahmad, dari Buraidah dari N a b i $§, beliau bersabda:

38 Dilansir oleh Abdurraziq dalam AUMushannaf (Hadis no. 8823).

L l f i ! -< tlkiflf) M\ IMIIMI U: P "U Ukj !i it


w w
% w
V w; w.
Keutamaan Ibadah Haji dan Perintah u n t u k Melaksanakannya

"Biaya untuk haji seperti infak di jalan Allah dengan selisih tujuh
ratus kali lipat. " 39
Hadis senada dilansir oleh Ath-Thabrani dari
narasi Anas dari Nabi % beliau bersabda: "(Haji termasuk)
%

membelanjakan harta di jalan Allah: Satu dirham di dalamnya


bernilai tujuh ratus (kali lipat)."* 0

Pendapat i n i didukung oleh firman A l l a h flg:

Danbelanjakanlah (harta bendamu) dijalan Allah dan jangan-


lah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan
berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang berbuat baik. Dan sempurnakanlah ibadah haji dan
umrah karena Allah. (QS. AhBaqarah (2): 195-196)

Ayat i n i mengandung dalil bahwa biaya haji dan umrah


masuk dalam kategori pembelanjaan harta di jalan Allah.

39 Dhaif: Dilansir oleh A h m a d dalam AUMusnad (V/355) dan dinyatakan


dhaif oleh Syaikh A h A l b a n i dalam Dha'if Al] ami' (Hadis no. 5993).
40 Dha'if: Disebutkan A h H a i t s a m i dalam Majma Az-Zawd'id (M/208)
disertai komentar: Hadis i n i diriwayatkan oleh A t h - T h a b r a n i dalam
A!-Mu'jam AUAusath dan d i dalam sanad-nya ada perawi yang tidak
aku kenal.

: 'W 5
°<A>° 1r°C W 'W 7VT 'W W ViS
3
'W 5
>V 'W Vtf W W W 1r
WVMl

Konon ada seorang sahabat yang mendermakan untanya


untuk kepentingan fi sabilillah, lalu istrinya ingin berhaji dengan
mengendarai unta tersebut. Karena sudah didermakan untuk
hal tersebut, laki-laki i t u menolak memberikannya pada istri-
nya, kemudian si istri mengadu kepada Nabi H . Beliau pun
bersabda kepadanya, "Hajilah dengan mengendarainya, sebab haji
adalah (aktivitas) fi sabilillah juga." 4l
Hadis i n i dilansir oleh para
penyusun Musnad dan Sunan dari berbagai jalur periwayatan,
serta disebutkan oleh Al-Bukhari sebagai komentar (taliq).

Hadis i n i menunjukkan bahwa pembiayaan haji bisa


dimasukkan dalam saham fi sabililldh yang tercatat dalam
ayat zakat , sebagaimana pendapat salah satu kubu ulama.
42

Sehingga orang yang belum pernah berhaji boleh dibiayai pergi


menunaikan ibadah haji dari dana zakat. Namun, jika orang
tersebut pernah melakukan ibadah haji yang wajib, maka
pembiayaan hajinya dari dana zakat diperselisihkan.

41 Shahih: Dilansir oleh A b u D a w u d dalam Sunan Abi Dawud, K i t a b


Al-Mandsik, Bab AWUmrah, Hadis no. 1989; dan dinyatakan shahih
oleh Syaikh A h A l b a n i dalam Shahih Abi Dawud (Hadis no. 1752).
42 Penulis mengisyaratkan firman A l l a h M- "Sesungguhnya zakat-zakat
itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, para pengurus
zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk budak, orang-orang
yang berutang, untuk jalan Allah, dan untuk mereka yang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah
Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana." (QS. A t - T a u b a h (9): 60).
Keutamaan Ibadah Haji dan Perintah u n t u k Melaksanakannya

Keutamaan dan Hakikat Haji Mabrur

Disebutkan dalam sebuah hadis shahih dari Nabi M, beliau


bersabda:

Dan haji mabrur tiada balasan baginya, kecuali surga* 3

Disebutkan pula dalam Musnad Ahmad, bahwa Nabi %


pernah ditanya tentang amal perbuatan apa yang paling afdhal?
Beliau menjawab:

jiiii >:b 3JjjS % V f %^ f M> 5U1


j ) o»+^ ^ 65 f*
Iman kepada Allah Yang Mahatunggal, lalu jihad, kemudian
haji mabrur. Ia mengungguli amal-amal yang lain seperti jarak
antara terbit matahari hingga terbenamnya.**

43 Muttafaq 'alaih: T e l a h di-takhrij sebelumnya pada Majelis Ketiga


tentang Kedatangan H a j i .
44 Shahih: D i l a n s i r o l e h A h m a d d a l a m AUMusnad (IV/342) d a n
d i n y a t a k a n shahih o l e h Syaikh A h A l b a n i dalam Shahih Al-]ami
(Hadis no. 1091).

4?
Syawaf

Ditetapkan pula dari Nabi $g, bahwasanya beliau bersabda:

Barangsiapa berhaji ke Baitullah ini, lalu ia tidak berkata jorok


maupun berbuat fasiq, maka ia keluar (menyelesaikan haji
dalam kondisi bersih) dari dosa-dosanya seperti saat hari ia
dilahirkan ibunya* 5

Pengampunan dosa dengan media haji dan masuk surga


dengan lantarannya menuntut konsekuensi kemabruran haji
yang ditunaikan. Haji disebut mabrur jika memenuhi dua
unsur konsistensi di dalamnya, yaitu konsistensi melakukan
amal kebajikan selama menunaikan ibadah haji dan konsistensi
menjauhi segala perbuatan dosa di dalamnya.

Konsistensi Beramal Kebajikan (AI-Birr) Selama


Menunaikan Haji

Al-Birr m e m i l i k i dua pengertian; pertama, al-birr berarti


berbuat baik terhadap manusia, sebagaimana ungkapan

45 Muttafaq 'alaih: T e l a h di-takhrij sebelumnya dalam Majelis Ketiga


tentang Kedatangan H a j i .
Keutamaan Ibadah Haji dan Perintah u n t u k Melaksanakannya

aUbirr wa ash-shilah. Lawan katanya adalah durhaka (al-'uquq).


Disebutkan dalam Shahih Muslim, bahwasanya Nabi M pernah
ditanya mengenai al-birr, lalu beliau menjawab, "AUbirr sama
dengan keluhuran budi"* Ibnu Umar 6
mengatakan, kebajikan
merupakan sesuatu yang gampang, cukup menunjukkan muka
ceria dan tutur kata yang lemah lembut. H a l i n i sangat d i -
butuhkan dalam ibadah haji, yakni memperlakukan manusia
dengan baik secara ucapan maupun perbuatan.

Disebutkan dalam AUMusnad, dari Jabir bin Abdullah <#>,


dari Nabi H , beliau bersabda, "Haji mabrur tiada balasan baginya,
kecuali surga." Para sahabat bertanya, "Apa gerangan kebajikan
yang bisa memabrurkan haji?" Beliau menjawab, "Memberi
makan dan menyebarkan salam." D i dalam hadis lain ditambah:
"Bertutur kata yang baik. " 47

Sa'id bin Jubair pernah ditanya, siapa haji yang paling


utama? Ia menjawab, "Yang memberi makan (orang lain) dan
menjaga mulutnya." Ats-Tsauri berkomentar: A k u pernah
dengar bahwa ia termasuk kebajikan haji.

46 Shahih: Dilansir oleh M u s l i m dalam Shahih Muslim, Kitab AUBirr wa


Ash-Shilah, Bab Tafsir Al-Birr wa Ash-Shilah, Hadis no. 2553.
47 Sanad-nya dhaif: Dilansir oleh A h m a d dalam AUMusnad (M/325,
334). Syaikh Syu'aib A h A r n a ' u t h menyatakannya sebagai hadis dha'if
dalam AUMusnad (XXII/397).

49

: <><>L AL • AL AL ' £oL AL AL AL AL AL


<?t> o t* si ot> H oh W s% a\ W W W W 'W ' AL
W AL
W AL
W 'AL
W AL
'W AL
W AL
W A
%
Suawaf

Dalam salah satu koleksi hadis mursa/-nya, Khalid bin


Mi'dan melansir hadis dari Nabi M yang berbunyi: "Tidak
berarti apa-apa orang yang berkunjung ke Baitullah i n i jika ia
tidak memiliki tiga laku; sikap war a (mampu menahan diri dari
perbuatan maksiat dan syubhat) yang mencegahnya dari apa-
apa yang diharamkan Allah, kebijaksanaan yang mengontrol
kebodohannya, dan pergaulan yang baik (santun) dengan orang
yang mendampinginya. Jika tidak, maka A l l a h tidak butuh
hajinya sama sekali." A b u Ja'far Al-Baqir menjelaskan bahwa
orang yang pergi ke Baitullah hanya akan sia-sia belaka jika
tidak melakukan tiga sikap: Sikap wara yang menghalanginya
dari maksiat kepada Allah, sikap bijaksana yang meredam
amarahnya, dan sikap santun dalam memperlakukan teman
sesama kaum muslimin. Ketiga sikap i n i sangat dibutuhkan
dalam perjalanan, terutama dalam perjalanan haji. Barangsiapa
yang memilikinya secara sempurna maka sempurnalah hajinya
dan menjadi mabrurlah ia.

Laku-laku kebajikan yang dibutuhkan oleh seseorang


yang melaksanakan ibadah haji di antaranya terangkum dalam
apa yang diwasiatkan oleh Rasulullah M pada A b u Juray A l -
Hujaimi, sebagai berikut.

Q0 <10 ^ i . ^ W • $P i QP QP <5<? • C»p §9 QJ> Q0 : •'.'•'W ; Q0 <4f7 Q0


«T' W 3
W 'W 'W W W 'W W* 'W 'W W 'W W. W 5
'W W 'W W
Keutamaan Ibadah H a j i dan Perintah u n t u k Melaksanakannya

]angan remehkan kebajikan (aUmaruf) sedikit pun, meski


hanya menuangkan air dari embermu ke dalam cawan orang
yang meminta minum, meski hanya memberi sambungan
tali, meski hanya memberi tali sandal/sepatu, meski hanya
menyingkirkan benda dari jalanan umum yang bisa menyakiti
mereka, meski hanya menemui saudaramu dengan wajah ceria
(ramah) di depannya, meski hanya menemui saudaramu lalu
menyalaminya, dan meski hanya menjinakkan binatang buas
di bumi* 8

Secara umum, sebaik-baik manusia adalah yang paling


bermanfaat bagi orang lain dan yang paling sabar menghadapi
keusilan mereka, sebagaimana yang dideskripsikan A l l a h f g
ketika menggambarkan sosok orang-orang yang bertakwa
dalam firman-Nya:

48 Shahih: Dilansir oleh A h m a d dalam AlMusnad (V/63/64), dan A b u


Dawud dalam Sunan Abi Dawud, Kitab AULibas, Bab Md ]d a fi hbal y

AUlzar, Hadis n o . 4084. Hadis i n i d i n y a t a k a n shahih oleh Syaikh


A h A l b a n i dalam Shahih Abi Dawud (Hadis no. 3442).

K. 4*1 IV ^ IK h v *Sl

000 000 £>«o ooo oeo 000 V ^ V Q i >


^ <5P W QC <iP QP QP
y W W W W -'W. W 3
W W W 'W ' W 'W W W 'W 'W W W
awal

(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik


di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang
menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang.
Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS.
A l i ' I m r a n (3): 134)

Orang yang melaksanakan ibadah haji pasti berinteraksi


dengan orang lain, dan orang mukmin yang bergaul/berinteraksi
dengan sesama dan bersabar menghadapi keusilan mereka
lebih baik daripada orang mukmin yang menutup diri dari
pergaulan dengan masyarakat dan tidak sabar menghadapi
keusilan mereka. Rabi'ah mengatakan, "Sikap muruah dalam
perjalanan adalah berbagi bekal, meminimkan konflik dengan
teman seperjalanan, dan banyak guyon dalam hal-hal yang
tidak dimurkai A l l a h M "

Syahdan, dua orang laki-laki datang menemui Ibnu


' A u n untuk berpamitan sambil memintanya agar mewasiati
mereka. Ia pun berpesan pada mereka, "Tahanlah amarah dan
berbagilah bekal." Salah satu di antara mereka lantas melihat
Ibnu ' A u n dalam m i m p i tengah menghadiahi mereka dua
potong jubah.

life wdi

QP £0 <i 10 <50 . i Qp <se <jp <jp <i0 QP


Keutamaan Ibadah H a j i dan Perintah u n t u k Melaksanakannya

Berbuat baik kepada teman seperjalanan lebih baik dari-


pada ibadah minor (aWibadah al-qashirah), apalagi jika si ahli
ibadah membutuhkan layanan teman-temannya. Syahdan,
Nabi M melakukan perjalanan jauh di tengah cuaca yang sangat
panas bersama orang yang puasa dan tidak puasa. Orang-orang
yang puasa jatuh (terkulai), sedangkan orang-orang yang tidak
puasa bersigap bangkit, membuat bangunan (untuk melindungi
mereka dari panas) dan meminumi hewan-hewan kendaraan.
Nabi M pun bersabda, "Hari ini, orang-orang yang tidak puasa
pergi dengan pahala. " 49

Diriwayatkan pula bahwasanya N a b i % tengah dalam


perjalanan, lalu beliau melihat seorang laki-laki yang tetap
berpuasa meski dalam perjalanan. Beliau lantas menanyainya,
"Apa yang mendorongmu tetap berpuasa dalam perjalanan?"
Ia menjawab, " A k u bersama dua orang anakku yang pergi
bersamaku dan selalu siap sedia melayaniku." Beliau menukas,
"Mereka tetap memiliki keutamaan (kelebihan) atas kamu."

Disebutkan dalam Marasil Abu Dawud dari Abu Qallabah


ia bercerita: "Serombongan orang dari sahabat Rasulullah M

49 Muttafaq 'alaih: Dilansir oleh A h B u k h a r i dalam Shahih AUBukhari,


Kitab AIJihad, Bab Fadhl AIKhidmah fi AUGhazw, Hadis no. 2890;
dan Muslim dalam Shahih Muslim, Kitab Ash-Shiydm, Bab Ajr AUMufthir
fi As-Safar Idzd Tawalla AU Amal, Hadis no. 1119.

• AL w w ™ AL AL A*L AL AL AL AL AL • AL J^JL M. J».L AA. AJL • A


Syawaf

datang dari perjalanan jauh sambil memuji salah seorang teman


mereka. Mereka berkata, 'Belum pernah kami lihat orang
seperti si Fulan. Selama dalam perjalanan ia selalu membaca,
dan kami tidak menginap di suatu tempat, kecuali ia selalu
shalat.' Rasulullah M bertanya, 'Lalu siapa yang mencukupi
(menangani) pekerjaannya?' hingga kemudian beliau juga
menyebutkan 'Siapa yang memberi makan ternaknya?' Mereka
menjawab, 'Kami.' Beliau menukas, 'Kalau begitu kalian lebih
baik darinya.'"

Mujahid bercerita: " A k u pernah mendampingi Ibnu Umar


dalam suatu perjalanan untuk melayaninya, namun ia malah
melayaninya." Banyak tokoh salafussaleh yang mensyaratkan
pada orang-orang yang mendampingi mereka dalam perjalanan
agar merekalah yang melayani para pendamping mereka demi
memperoleh pahala tersebut, sambil tetap bergiat melakukan
ibadah, misalnya A m i r bin A b d Qais dan A m r u bin Atabah
bin Farqad. Ibrahim bin A d h a m juga mengajukan syarat pada
orang-orang yang mendampinginya dalam perjalanan agar
masalah pelayanan dan adzan dipegang dirinya.

Syahdan, ada seorang laki-laki shaleh yang mendampingi


saudara-saudara (teman-teman) nya dalam perjalanan jihad dan
lainnya, dan di sana ia mengajukan syarat kepada mereka agar
dirinyalah yang melayani mereka. Manakala ia lihat seseorang
di antara mereka ingin mencuci bajunya, ia langsung berkata
kepadanya, " I n i termasuk syaratku!" dan sejurus kemudian

54^
Keutamaan Ibadah Haji dan Perintah u n t u k Melaksanakannya

ia sibuk mencucinya. Lalu, ketika ia lihat seseorang d i antara


mereka ingin membasuh kepalanya, ia pun berkata kepadanya:
" I n i termasuk syaratku!" dan sejurus kemudian ia bersigap
membasuhnya. Saat laki-laki tersebut meninggal dunia, mereka
melihat tulisan di tangannya yang berbunyi: 'Penghuni surga!'
Mereka pun mengamatinya dengan saksama, dan ternyata
tulisan tersebut berada di antara kulit dan daging.

Alkisah, Buhaim A h ' I j l i -salah seorang ahli ibadah


yang banyak menangis- hendak menunaikan ibadah haji
bersama seorang laki-laki kaya yang berkecukupan. Saat hari
keberangkatan mereka, Buhaim menangis tersedu-sedu hingga
air mata membasahi dadanya, kemudian menetes ke bumi.
Ia berkata, "Perjalanan i n i mengingatkanku pada perjalanan
menghadap A l l a h . " Suara tangisnya semakin kencang. Teman
seperjalanannya yang kebetulan seorang pedagang tidak
menyukai hal tersebut. Ia khawatir jika perjalanannya bersama
Buhaim terganggu dan tidak nyaman akibat ulahnya yang
sering menangis.

Sepulang mereka dari ibadah haji, seorang laki-laki yang


menjadi sahabat mereka berdua datang mengunjungi mereka
untuk menyalami mereka. Ia mulai kunjungannya dari si
pedagang. Ia menyalaminya, lalu ia tanyakan kabarnya bersama
Buhaim. Si pedagang menjawab, " A k u tidak menyangka jika
ada makhluk (manusia) sepertinya. Demi Allah, ia benar-benar
bermurah hati kepadaku dalam urusan belanja perjalanan
meskipun ia orang susah, sementara aku orang yang berpunya.
Ia juga berkenan melayaniku, padahal ia seorang kakek tua
yang sudah renta, sementara aku anak muda. Bahkan ia
memasakkanku, padahal ia puasa, sementara aku tidak."

Orang i t u lalu menanyakan sesuatu yang dahulu dibenci-


nya pada diri Buhaim karena kebiasaan banyak menangisnya.
Ia jawab, "Demi Allah, aku menjadi terbiasa dengan tangisan
itu, dan d i hatiku mulai tertanam rasa suka padanya sampai-
sampai aku sering membantunya menangis, hingga teman-
teman seperjalanan merasa terusik dengan ulah kami tersebut.
Namun kemudian mereka menjadi terbiasa dengan hal tersebut.
Bahkan mereka ikut menangis saat mendengar kami menangis
dan mereka berkata satu sama lain: A p a yang membuat
keduanya lebih utama dengan tangisan daripada kita, sedangkan
destinasi kita sama?' Demi Allah, mereka akhirnya menangis
bersama-sama kami."

Orang i t u kemudian berpamitan pulang dari rumah si


pedagang, dan bertamu ke rumah Buhaim. Ia menyalaminya
lalu berkata kepadanya, "Bagaimana menurutmu dengan teman
seperjalananmu?" Ia menjawab, "Ia merupakan teman terbaik,
banyak berzikir kepada Allah, lama membaca Alquran, cepat
(gampang) m e n i t i k k a n air mata, dan toleran dengan selip
kekeliruan teman. Semoga A l l a h membalasnya atas namaku
dengan balasan yang lebih baik."

%6# * * * *
Keutamaan Ibadah H a j i dan Perintah u n t u k Melaksanakannya

Ibnu A l - M u b a r a k juga suka menjamu teman-teman


seperjalanannya dengan makanan yang paling lezat, sementara
ia sendiri tetap berpuasa. Jika ingin melaksanakan ibadah haji
dari negerinya, Marwa, ia kumpulkan dulu teman-temannya,
lalu berkata, "Siapa d i antara kalian yang ingin haji?" Ia lantas
memungut biaya perjalanan dari mereka, lalu menyimpannya
di dalam sebuah kotak miliknya, kemudian menguncinya.
Kemudian ia bawa mereka dan ia urus segala keperluan mereka
dalam perjalanan dengan selapang-lapangnya. Ia jamu mereka
dengan menu makanan yang paling enak, kemudian ia belikan
untuk mereka oleh-oleh dan suvenir dari Mekah. Lalu ia
membawa mereka kembali ke kampung halamannya. Sesampai
di sana, ia buatkan mereka makanan dan ia kumpulkan
mereka d i rumahnya, kemudian ia minta keluarganya untuk
mengambilkan kotak yang berisi uang biaya perjalanan haji
mereka, lantas mengembalikannya kepada masing-masing
mereka dengan utuh (tanpa potongan sedikit pun).

Kedua, al-birr juga dimaknai sebagai berbuat amal ketaatan


secara keseluruhan, dan lawan katanya adalah al-itsm (berbuat
dosa). A l l a h § i telah menafsirkan al-birr dengan pengertian
demikian dalam firman: "Akan tetapi sesungguhnya kebajikan
itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat,
kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya
kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang

57
meminta-minta, dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan
shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati
janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam
kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulah
orang-orang yang benar (imannya) dan mereka itulah orang-orang
yang bertakwa." (QS. Al-Baqarah (2): 177).

Ayat i n i memuat enam jenis amal kebajikan yang barang-


siapa bisa menyempurnakannya, ia berarti telah menyempurna-
kan kebajikan. Keenam jenis kebajikan tersebut adalah sebagai
berikut.

a. Mengimani lima pokok keimanan (Allah, hari kemudian,


malaikat-malaikat, kitab-kitab suci, dan para nabi).

b. Kesediaan memberikan harta yang masih disukainya pada


sanak kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, ibnu
sabil (musafir yang kehabisan bekal), para pengemis, dan
budak sahaya.

c. Mendirikan shalat.

d. Mengeluarkan zakat.

e. Menepati janji.

f. Sabar dalam menghadapi kondisi sempit, susah, dan ketika


dalam peperangan.

Keenam sikap i n i sangat dibutuhkan oleh orang yang


menunaikan ibadah haji karena hajinya tidak akan sah tanpa
Keutamaan Ibadah Haji dan Perintah u n t u k Melaksanakannya

keimanan. Hajinya juga tidak akan sempurna dan mabrur


tanpa menunaikan shalat dan mengeluarkan zakat. Rukun-
rukun iman dan Islam saling terkait satu sama lain, sehingga
keimanan dan keislaman seseorang tidak akan sempurna
sampai ia melakukan rukun-rukun tersebut secara keseluruhan.
Kemabruran haji seseorang lebih lanjut tidak akan sempurna
tanpa komitmen menepati janji, kontrak kesepakatan, dan
perkongsian yang memang dibutuhkan dalam perjalanan haji,
juga tanpa kesediaan memberikan harta yang disukainya
pada orang yang A l l a h inginkan untuk diberi harta tersebut.
Lebih dari i t u , orang yang berhaji memerlukan kesabaran
dalam menghadapi segala kesulitan yang mendera dalam
perjalanan.

Demikianlah laku-laku kebajikan yang harus dijalankan


oleh orang yang berhaji jika ingin memperoleh haji mabrur
yang berganjaran surga. D i antara laku-laku tersebut, yang
terpenting adalah mendirikan shalat. Barangsiapa yang
berhaji tanpa menunaikan shalat, apalagi jika haji tathawwu,
maka ia sama halnya seperti orang yang bekerja keras untuk
mendapatkan laba, namun kemudian menyia-nyiakan modal
usahanya. Dan model orang seperti i n i sangat banyak.

Kaum salafussaleh rajin mengerjakan shalat-shalat sunnah


selama menunaikan ibadah haji. N a b i M tidak pernah ke-
tinggalan melakukan qiyamullail, meskipun dalam perjalanan.

(LII^I (jilidi Ijillfrii tLnjl (![-:!


Syawaf

Beliau menunaikannya di atas unta kendaraan beliau lengkap


dengan shalat witirnya. 50

Selama perjalanan menunaikan ibadah haji, Masruq konon


tidak pernah tidur, kecuali dalam keadaan bersujud. Sementara
dalam perjalanannya ke Mekah, Muhammad bin Wasi' men-
jalankan shalat semalam suntuk d i dalam kendaraannya
dengan isyarat, sambil meminta kusirnya untuk bersuara keras
di belakangnya agar aktivitasnya tertutupi dengan aktivitas
mendengar suara si kusir, sehingga tidak ada seorang pun yang
menyadari shalatnya.

Lain lagi dengan A L M u g h i r a h bin Hakim Ash-Shana'i


yang melakukan ibadah haji dari Yaman dengan berjalan kaki.
Ia memiliki wirid malam dengan agenda membaca sepertiga
Alquran setiap malam. Dalam melaksanakannya, ia selalu
berdiri dan shalat hingga wiridnya selesai. Baru setelah i t u , ia
susul rombongannya. Kadang ia baru menemukan mereka di
penghujung siang.

Semoga salam kedamaian A l l a h senantiasa tercurah pada


arwah-arwah mereka, semoga kasih sayang A l l a h senantiasa
tercurah pada jiwa-jiwa yang suci tersebut.

50 Shahih: Dilansir oleh M u s l i m dalam Shahih Muslim, K i t a b Shalah


AUMusafirin, Bab ]awdz Shaldh An-Nafilah 'ala Ad-D&bah fi As-Safar
Haitsu Tawajjahat, Hadis no. 700.
Keutamaan Ibadah H a j i dan Perintah u n t u k Melaksanakannya

Permisalan kita dengan mereka seperti senandung seorang


penyair:

Di Mekah mereka menginap di kabilah-kabilah Hasyim


Sementara aku menginap di rumah terluar di Padang Sahara

Oleh karena itu, kepada para jamaah haji, kami instruksi-


kan untuk selalu menjalankan shalat tepat waktu, meskipun
dengan menjamak dua shalat yang berkorelasi pada waktu salah
satunya saat perjalanan haji. Tidak ada rukhshah (keringanan)
bagi siapa pun dan dalam kondisi apa pun untuk menjalankan
shalat malam d i siang hari dan shalat siang di malam hari,
shalat wajib d i atas kendaraan, kecuali jika khawatir tertinggal
rombongan atau hahhal lain yang dikhawatirkan dapat mem-
bahayakan diri. Adapun orang yang sakit dan orang yang
berada d i atas air (laut) dan tanah berlumpur, maka shalatnya
di atas kendaraan menjadi polemik terkenal di kalangan ulama,
dan d i dalamnya ada dua riwayat pendapat yang konon dari
Imam Ahmad. H a l lain yang ingin kami tekankan adalah agar
jamaah haji senantiasa dalam keadaan suci dengan berwudhu
menggunakan air jika memang mampu, atau tayammum jika
tidak memungkinkan secara fisik atau syara\ Selama A l l a h
mengetahui semangat dan kegigihan hamba-Nya untuk men-
jalankan shalat sesuai mekanisme yang berlaku, maka Dia pasti
akan membantunya dalam setiap kondisi.
wwat

Seorang tokoh ulama bercerita: u


Aku tengah dalam
perjalanan haji, dan setiap hari pemimpin rombongan selalu
menghentikan orang-orang untuk shalat shubuh. Ia turun lalu
shalat, kemudian kami lanjutkan perjalanan.

Suatu hari, ketika waktu sudah mendekati terbit matahari,


sementara ia belum menghentikan orang-orang untuk shalat,
aku serukan pada mereka untuk berhenti shalat, namun
mereka tidak menggubris hal tersebut. A k u pun berwudhu d i
atas kendaraan, kemudian turun untuk melaksanakan shalat
di atas tanah, sambil bertekad dalam hati untuk berjalan kaki
menyusul mereka saat mereka berhenti istirahat menjelang
waktu zhuhur, meski aku sadar hal itu sangat menyulitkan dan
aku tidak akan mampu melakukannya. Begitu selesai shalat,
aku lihat rombonganku ternyata tengah berhenti, padahal saat
diminta mereka tidak mau melakukannya. Maka aku tanya
mereka tentang alasan mereka berhenti, mereka menjawab,
'Ketika kamu turun tadi, tali-tali kendali unta langsung saling
mengait sendiri satu sama lain. Sedari tadi kami berusaha
melepaskannya dan baru berhasil sekarang.' Lalu aku meng-
hampiri kendaraan kami, dan naik, seraya mengucapkan
alhamdulillah. Sejak i t u , aku sadar bahwa tidak ada seorang
pun yang mendahulukan hak A l l a h M atas hawa nafsunya dan
kesenangannya, kecuali akan ia lihat kebahagiaan dunia dan
akhirat. Sebaliknya, tidak ada seorang pun yang mendahulukan
kesenangan dirinya atas hak Tuhannya, kecuali akan ia lihat

7<? • W
:
Keutamaan Ibadah H a j i dan Perintah u n t u k Melaksanakannya

dan rasakan kesengsaraan di dunia dan akhirat." Si empu cerita


lantas mengutip ucapan seorang penyair:

Demi Allah, aku tidak datang mengunjungi kalian

Hanya saja tadi aku dapati bumi terlipat di hadapanku

Tidak pula aku gandakan tekad ke pintu kalian

Hanya saja aku tersandung ujung-ujung kain jubahku

A m a l kebajikan lain yang dapat dilakukan oleh orang


haji dan membuat hajinya mabrur adalah zikir kepada A l l a h
selama menunaikan haji. Allah M telah memerintahkan untuk
memperbanyak zikir selama menjalankan satu demi satu
manasik haji.

Nabi M diriwayatkan pernah ditanya, orang haji bagai-


mana yang paling utama? Beliau menjawab, "Yangpaling banyak
berzikir kepada Allah" 51
(HR. Ahmad). Hadis senada diriwayat-
kan secara mursal dari berbagai jalur periwayatan, terutama
tentang memperbanyak zikir saat ihram dengan talbiyah dan
takbir.

51 Sanad-nya dhaif: Dilansir oleh A h m a d dalam ALMusnad (III/438) dari


narasi Mu'adz b i n Jabal Syaikh Syu'aib A h A r n a ' u t h menyatakan
hadis i n i dha'if dalam AUMusnad (XXIV/381).

63
Disebutkan dalam Sunan At-Tirmidzi dan lainnya, dari
Nabi H , beliau pernah ditanya mengenai haji apa yang paling
afdhal, beliau menjawab, "AWajj wa ats-tsajj!" (mengangkat
suara saat melantunkan talbiyah dan mengalirkan darah
hewan kurban). 52
H a l i n i dipertegas dalam hadis Jubair bin
M u t h ' i m yang berstatus marfu: "Keraskanlah kumandang takbir
hingga sekeras-kerasnya dan alirkan darah unta sekencang-
kencangnya."

Penyembelihan hewan kurban termasuk amalan yang


paling afdhal. A l l a h M berfirman:

Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebagian


dari syiar Allah, sehingga kamu memperoleh kebaikan yang
banyak padanya. (QS. A l - H a j j (22): 36)

Firman A l l a h §g:

52 Shahih: D i l a n s i r oleh A t - T i r m i d z i dalam Sunan At-Tirmidzi, Kitab


Al-Hajj, Bab Md Jd'afi Fadhl At-Talbiyah wa An-Nahr, Hadis no. 827;
dan I b n u M a j a h dalam Sunan Ibnu Majah, K i t a b Al-Mandsik, Bab
At-Talbiyah, Hadis no. 2924. Hadis i n i dinyatakan shahih oleh Syaikh
A h A l b a n i dalam Shahih At-Tirmidzi (Hadis no. 827).

64
Keutamaan Ibadah H a j i dan Perintah u n t u k Melaksanakannya

Demikianlah (perintah Allah); dan barangsiapa mengagung-


kan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari
ketakwaan hati (QS. A L H a j j (22): 32)

Pada waktu haji wada', Nabi H berkurban 100 unta yang ber-
badan gempal. Kemudian saat beliau bermukim di Madinah (dan
tidak bisa beribadah haji), beliau mengirimkan hewan kurban
ke Mina, lalu hewan tersebut disembelih atas nama beliau.

Konsistensi Menjauhi Perbuatan Dosa


Komitmen kedua yang harus dipegang teguh oleh orang yang
ingin menyempurnakan kemabruran hajinya adalah menjauhi
segala perbuatan dosa selama pelaksanaan haji, mulai dari ucapan
kotor (jorok), perbuatan fasiq, dan segala bentuk kemaksiatan.

A l l a h M berfirman:

Maka tidak boleh rafats (berkata-kata jorok), berbuat fasik,


dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji
Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah
mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik
bekal adalah takwa. (QS. AhBaqarah (2): 197)
awal

Nabi M juga bersabda dalam sebuah hadis shahih:

Barangsiapa berhaji ke Baitullah ini, lalu ia tidak berkata jorok


maupun berbuat fasiq, maka ia keluar (menyelesaikan hajinya
dalam kondisi bersih) dari dosa-dosanya seperti saat hari ia
dilahirkan ibunya. 53

Telah disebutkan pula dalam hadis sebelumnya: "Barang-


siapa tidak memiliki sikap wara yangmenghalanginya dariperbuatan
maksiat kepada Allah, maka Allah tidak butuh hajinya."

Tidak ada bekal bagi orang haji dan lainnya yang lebih
baik daripada bekal takwa, dan tidak ada pesan yang lebih
afdhal untuk disampaikan saat melepas kepergian orang yang
berangkat haji daripada pesan takwa. Diriwayatkan dari
Nabi H bahwasanya saat melepas kepergian seorang ghulam
untuk menunaikan ibadah haji, beliau mengucapkan selamat
jalan kepadanya sambil berkata:

53 Muttafaq 'alaih: Telah di-takhrij sebelumnya.


Keutamaan Ibadah Haji dan Perintah u n t u k Melaksanakannya

Semoga Allah senantiasa membekalimu dengan ketakwaan. * 5

Hal yang sama dilakukan oleh seorang tokoh salaf setiap


kali melepas keberangkatan orang yang hendak melakukan
perjalanan haji (maupun lainnya). Ia berpesan, "Bertakwalah
kepada Allah. Barangsiapa yang bertakwa, maka tidak akan
ada rasa sedih dan kesepian dalam dirinya." T o k o h salaf yang
lain berpesan pada calon jamaah haji yang dilepasnya sebagai
berikut: " A k u wasiatkan kepadamu seperti yang diwasiatkan
Nabi M kepada Mu'adz ketika melepas kepergiannya:

Bertakwalah selalu kepada Allah di mana pun kau berada, ikuti-


lah keburukan dengan kebaikan niscaya ia menghapusnya, dan ber-
lakulah pada sesama manusia dengan tingkah laku yang baik." 55

54 Hasan shahih: Dilansir oleh A t - T i r m i d z i dalam Sunan At-Tirmidzi,


Kitab Ad-Da'a<wat Bab 45, Hadis no. 3444; dari hadis narasi Anas <&>.
y

Syaikh A h A l b a n i menyatakan dalam Shahih At-Tirmidzi (Hadis no.


3444): I n i adalah hadis hasan shahih.
55 Hasan: Dilansir oleh A t - T i r m i d z i dalam Sunan At-Tirmidzi, Kitab Al-Birr,
Bab MdJaafiMudsyarah An-Nds, Hadis no. 1987. Hadis i n i dinyatakan
hasan oleh Syaikh A h A l b a n i dalam Shahih Al-]ami* (Hadis no. 97).
I n i merupakan wasiat komprehensif yang mencakup
seluruh laku kebajikan. A b u Ad-Darda' meringkasnya dalam
senandung syair berikut:

Setiap orang ingin diwujudkan angan citanya

Namun Allah menolak kecuali apa yang diinginkan-Nya

Orang bilang kepentinganku! Hartaku!

Padahal takwa Allah sebaik-baik hal yang bermanfaat

A d a p u n hal terbesar yang harus diingat oleh jamaah


haji adalah menjauhkan hajinya dari hahhal yang haram,
mulai dari biaya hajinya yang harus dijamin benar-benar
berasal dari uang yang halal dan bersih, bukan dari uang
haram. Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dan lainnya dari
hadis narasi A b u Hurairah 4* secara marfu : "Jika seseorang
pergi menunaikan ibadah haji dengan nafkah yang baik sambil
meletakkan kakinya ke dalam sanggurdi, lalu berseru: A k u
penuhi panggilan-Mu, ya A l l a h ! A k u penuhi panggilan-Mu!'
Maka ia akan diseru oleh Penyeru dari atas langit, Labbaik
(

sadaik!
}
( A k u penuhi panggilanmu, dan semoga ketaatanmu
terus-menerus membantumu). Bekalmu halal, kendaraanmu
halal, dan hajimu mabrur tanpa cela dosa.' Sedangkan jika
ia pergi haji dengan nafkah yang kotor, lalu meletakkan
kakinya ke dalam sanggurdi, kemudian berseru: A k u penuhi
panggilan-Mu, ya A l l a h ! A k u penuhi panggilan-Mu!' Maka
Keutamaan Ibadah Haji dan Perintah u n t u k Melaksanakannya

ia akan diseru oleh Penyeru dari atas langit, T i d a k ada labbaik


dan sadaik! Bekalmu haram, nafkahmu haram, dan hajimu
tidak mabrur/" 56

Alkisah, ada seorang laki-laki meninggal dunia dalam per-


jalanan haji, lalu mereka mengubur dan memakamkannya.
Setelah terkubur beberapa lama, mereka baru teringat cangkul
mereka tertinggal di dalam liang lahatnya. Mereka pun mem-
bongkar makam i t u u n t u k mengambil cangkul tersebut.
Sekonyong-konyong mereka dapati kepala dan lehernya telah
dikumpulkan dalam lingkaran cangkul. Segera mereka urug
lagi mayatnya dan pulang menemui keluarganya, lalu mereka
mencari informasi tentang laki-laki tersebut pada mereka.
Mereka berkata, "Ia dulu ikut mengabdi pada seseorang, lalu ia
korupsi uangnya, dan dari uang hasil korupsi itulah ia berangkat
haji."

Jika kau haji dengan uang yang diperoleh dengan cara ilegal
Maka kau tak berhaji, melainkan untalah yang berhaji
Allah tak menerima kecuali hanya yang baik
Dan tak setiap haji ke Baitullah mabrur

56 Dhaif: Dilansir oleh A t h - T h a b r a n i dalam Al-Mujam AUAusath


(Hadis no. 5228). A h H a i t s a m i mengatakan dalam Majma Az-Zawaid
(X/292): D i dalam sanachnya ada Sulaiman b i n Dawud A h Y a m a m i
yang tergolong dha'if.
i awaf

H a l lain yang harus dijauhi oleh jamaah haji dan


menjadikan hajinya mabrur adalah tidak berniat haji untuk
tujuan riya', sum ah, gagah-gagahan (mubdhah), prestise, dan
snobisme, melainkan murni untuk mencari keridhaan Allah,
kemudian bersikap tawadhu', tunduk, dan semakin khusyu'
kepada Tuhannya selama dan sesudah berhaji.

Diriwayatkan dari Anas bahwasanya Nabi H menunai-


kan ibadah haji dengan mengendarai unta gembel dan memakai
beludru lusuh yang nilainya setara empat dirham. Beliau berkata,
"Ya Allah, jadikanlah ia haji yang tidak mengandung riya maupun
sumahl" 51

H a l senada diceritakan oleh A t h a ' , ia menuturkan:


"Rasulullah M shalat shubuh di Mina pada dini hari Arafah,
kemudian berangkat ke Arafah dengan memakai kain beludru
yang aku belikan seharga empat dirham, seraya berdoa: 'Ya
Allah, jadikanlah ia haji yang mabrur dan diterima tanpa unsur
riya' maupun sum ah di dalamnya.'"

A b d u l l a h b i n A l - H a r i t s juga bercerita mengenai haji


Rasulullah H , ia menuturkan: "Rasulullah H menunggang

57 Shahih: Dilansir oleh Ibnu Majah dalam Sunan Ibnu Majah, Kitab
AUMandsik, Bab Al-Hajj 'ala Ar-Rahl, Hadis no. 2890. Hadis i n i
dinyatakan shahih oleh Syaikh A h A l b a n i dalam Shahih Ibnu Majah
(Hadis no. 2337).

70
Keutamaan Ibadah H a j i dan Perintah u n t u k Melaksanakannya

seekor unta, lalu beliau terguncang-guncang olehnya.


Serta-merta beliau merendahkan d i r i pada A l l a h f$i dan
berseru, T a Allah, tidak ada kehidupan kecuali kehidupan
akhirat. ,,,5S

Seorang laki-laki berkata kepada Ibnu Umar, "Alangkah


banyaknya orang haji!" Ia menukas, "Alangkah sedikitnya
mereka!" Kemudian ia lihat seorang laki-laki d i atas unta
dengan pelana lusuh dan tali kekang yang usang, maka ia pun
berseru, "Barangkali i n i (termasuk segelintir jamaah haji yang
mabrur)!"

Syuraih mengatakan, orang (yang benar-benar) haji


(hanya) sedikit, dan yang banyak hanya para pengendara
unta. Alangkah banyaknya orang yang mengerjakan kebaikan,
tetapi alangkah sedikitnya mereka yang murni menginginkan
keridhaan-Nya.

Banyak karibku yang berkelana menempuh rimba belantara

menuju tempat lindung, namun hanya sedikit yang sampai

Syahdan, salah seorang t o k o h mutaqaddimin pergi me-


nunaikan ibadah haji dengan berjalan kaki setiap t a h u n .

58 Sanad-nya kuat: Dilansir oleh A h m a d dalam AUMusnad (III/216).


Syaikh Syu'aib A h A r n a ' u t h menyatakan dalam AUMusnad (XX/459):
Sanad-nya kuat.

71
Syawaf

Suatu malam, saat ia sedang tidur pulas d i ranjangnya,


ibunya minta diambilkan air m i n u m . Ia merasa berat hati
untuk bangkit dari ranjangnya u n t u k mengambilkan air
m i n u m ibunya. Ia p u n langsung teringat pada hajinya yang
ia lakukan setiap tahun dengan berjalan kaki, dan hal i t u
tidak serasa berat baginya. Ia p u n melakukan evaluasi
d i r i dan ia lihat bahwa hal i t u tidak terasa berat baginya
karena ia dilihat oleh orang-orang dan dipuji mereka. Maka
sadarlah ia bahwa selama i t u ternyata ia telah bertindak
abnormal (madkhul).

Salah seorang t o k o h tabiin mengatakan, "Boleh jadi


orang yang ihram (haji/umrah) berseru: Labbaika Allahumma
labbaik!11
N a m u n A l l a h menyahutnya dengan jawaban:
" T i d a k ada labbaik atau sadaikl Hajimu i n i tertolak!"
Kenapa? Karena barangkali ia membeli unta dengan harga
500 dirham, pelana 200 dirham, dan kain penutupnya sekian
dirham. Kemudian ia n a i k i untanya sambil menegakkan
kepalanya dan menatap angkuh kedua sisinya. Itulah yang
membuatnya tertolak.

Oleh karena i t u , orang yang melaksanakan ibadah haji


dianjurkan (disunnahkan) untuk berpenampilan lusuh dan
ala kadarnya. Disebutkan dalam rangkaian hadis mubdhah
pada Hari Arafah, A l l a h M berfirman kepada para malaikat¬
Nya, "Lihatlah hamba-hamba-Ku, mereka datang kepada-Ku
Keutamaan Ibadah H a j i dan Perintah u n t u k Melaksanakannya

mempersembahkan hewan kurban ke hadapan-Ku dengan


penampilan acak-acakan dan berdebu. Saksikanlah oleh
kalian bahwa A k u telah mengampuni kalian." 59

Suatu hari, saat dalam perjalanan haji, Umar berkata:


"Kalian berpenampilan ala kadarnya (tanpa hiasan), badan
berdebu, mulut bau, dan siap berkurban, kemudian kalian
tidak menginginkan sedikit pun keuntungan duniawi dengan
hal tersebut. Belum pernah kami ketahui sebuah perjalanan
yang lebih baik daripada i n i . " Yakni haji. Diriwayatkan darinya
juga bahwa Rasulullah M pernah ditanya, "Siapa orang haji
itu?" Beliau menjawab, "Yang berpenampilan ala kadarnya dan
berbadan bau (tidak berparfum)." 60

Syahdan, ketika melihat seorang laki-laki berteduh dengan


kain ihramnya, Ibnu Umar langsung menegurnya, "Paparkan
diri pada panas matahari d i hadapan Dzat yang kau lakukan
ihram karena-Nya!"

59 Sanad-nya tidak masalah (Id batsa bih): Dilansir oleh A h m a d dalam


AUMusnad (III/223) dari narasi A b d u l l a h b i n Umar dengan
redaksi yang senada. Syaikh Syu'aib A h A r n a ' u t h menyatakan dalam
AUMusnad (XI/660): Sanad-nya tidak masalah {la batsa bih).
60 Dilansir oleh A h B a i h a q i dalam Sunan AUBaihaqi (V/58).
wwal

Orang-orang datang kepada-Mu dengan badan berdebu

Menyeret hewan-hewan kurban yang dipenuhi bulu

Berapa banyak orang yang menuju Tuhan dengan suka cita

Maupun takut, antara yang bersandal dan bertelanjang kaki

Mahasuci Dzat yang menjadikan Rumah-Nya sebagai


tempat berkumpul bagi manusia dan tempat aman yang mereka
kunjungi tahun demi tahun tanpa merasa bahwa mereka telah
menyelesaikan keperluan mereka dengannya. Ketika A l l a h t$g
melekatkan Rumah Suci itu pada diri-Nya dan menisbatkannya
kepada-Nya sebagai Rumah Tuhan (Baitullah) dengan firman¬
Nya: "Dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang
thawaf." (QS. A l - H a j j (22): 26), maka hati para pecinta pun
selalu tertambat pada rumah kekasih mereka sehingga setiap
kali rumah suci itu disebut di hadapan mereka, mereka pun
semakin rindu. Namun, saat mengingat jauhnya jarak mereka
dengannya, mereka pun merintih pilu.

Tatkala melihat rombongan haji berangkat menuju


Baitullah, seorang laki-laki yang dikenal shaleh berhenti, lalu
menangis sedih, seraya berujar, "Alangkah lemahnya daku!"
Setelah itu, ia langsung menyenandungkan syair berikut:

Kubilang biarkan aku dan pengikutku menumpang kendaraan


kalian
Niscaya kupatuh pada kalian seperti yang dilakukan budak

55 <?& <5tl 0fc <3fc : 0S> <J6 tfb 6% <Jt> : Oh


Keutamaan Ibadah Haji dan Perintah u n t u k Melaksanakannya

Kemudian ia mengambil napas, dan berkata: "Jika i n i


adalah pilu kemasygulan orang yang tidak memiliki sarana
untuk mencapai Baitullah, lalu bagaimana dengan buncah
penyesalan orang yang terputus sarananya untuk mencapai
Tuhan pemilik rumah suci?! Menjadi hak orang yang melihat
al-wdshilin (orang-orang yang sampai ke pelabuhan tujuan
mereka), sementara ia terputus (dan tidak sampai-sampai)
untuk gelisah; dan menjadi hak orang yang menyaksikan
kafilah-kafilah yang berjalan menuju rumah-rumah kekasih,
sementara ia terduduk lumpuh untuk meratap sedih."

Wahai kusir unta terbaik, pelan-pelan dan dengarkan aku

Dan sampaikanlah salam dariku

Sebut namaku di depan mereka siapa tahu

Jika mendengarmu, mereka kan menanyakanku

Jawablah: la terhambat menuju kalian

Tersiksa hati dengan segala jenis siksaan

la bilang aku berharap mengunjungimu

Bersama rombongan delegasi, namun pupuslah harapku

Terdudukkanku oleh palang penghalang menujumu

Ingin rasanya aku berusaha, namun ia tak membiarkanku

Sebaiknya orang-orang yang belum diberi karunia berangkat


haji (al-munqathiin) untuk meminta doa pada orang-orang yang

75
Summ(

telah sampai ke Baitullah (al-washilin) agar bisa memperoleh


dan ikut menikmati apa yang telah mereka raih, sebagaimana
diriwayatkan dari Nabi §&< Beliau berkata kepada Umar ketika
ia hendak menunaikan umrah, "Saudaraku, masukkanlah aku
dalam doamu." 61

Disebutkan dalam Musnad Al-Bazzar dari A b u Hurairah 4&


dengan status marfu: "Ya Allah, ampunilah orang yang berhaji
dan orang yang dimintakan ampun oleh orang yang berhaji." 62

Hadis senada dilansir oleh Ath-Thabrani dari Ibnu Abbas


bahwasanya N a b i M mendengar seorang laki-laki berucap
dalam thawafnya, "Ya Allah, ampunilah si Fulan bin Fulan."
Rasulullah M pun bertanya pada orang i t u , "Siapa si Fulan
yang kau maksud dalam doamu?" Ia jawab, "Tadi ada seorang
laki-laki yang memintaku untuk mendoakannya di antara

61 Dhaif: Dilansir oleh A h m a d dalam Al-Musnad (1/29, 11/59); A b u


Dawud dalam Sunan Abi Dawud, Kitab Ash-Shalah, Bab Ad-Du'a,
Hadis no. 1498; A t - T i r m i d z i dalam Sunan At-Tirmidzi, Kitab Ad-
Da'awat, Bab 110, Hadis no. 3562; dan Ibnu Majah dalam Sunan Ibnu
Majah, Kitab Al-Mandsik, Bab Fadhl Dua Al-Haj, Hadis no. 2894.
Hadis i n i dinyatakan dhaif oleh Syaikh A h A l b a n i dalam Dhaif At-
Tirmidzi (Hadis no. 3562).
62 Dha'if: Dilansir oleh A h B a i h a q i dalam Sunan Al-Baihaqi (V/261); •
dan dinyatakan dha'if oleh Syaikh A h A l b a n i dalam Dha'if At-Tirmidzi
(Hadis no. 3562).

76

Qf? . QS> . Qf? Qp Qf> ••: (iO


<><& <>o« <>& <>«<> .>£., o .o
tf c..o <yo %T
Keutamaan Ibadah Haji dan Perintah u n t u k Melaksanakannya

rukun dan maqam" Rasulullah M menukas, "Temanmu telah


diampuni." 63

O, katakan kepada para pengunjung Rumah Kekasih * 6

Selamat berbahagia! Kalian di surga-surga kekekalan

Curahkan air pada kami sekali curah

Kami kehausan sementara engkau kekenyangan

Jika orang-orang berangkat, sementara kita hanya bisa


duduk memandangi kepergian mereka, kemudian mereka
mendekat sementara kita jauh, maka kita patut khawatir kalau-
kalau kita termasuk orang-orang yang "Allah tidak menyukai
keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan keinginan mereka.
Dan dikatakan kepada mereka: "Tinggallah kamu bersama orang-
orang yang tinggal itu. ,y
(QS. At-Taubah (9): 46)

Namun perlu dicatat, orang yang tidak bisa berangkat


karena terhalang udzur bisa menjadi partner sejajar orang
yang berangkat, sebagaimana sabda Nabi M tatkala pulang
dari Perang Tabuk, "Sesungguhnya di Madinah ada orang-orang

63 Dhaif: Dilansir oleh A t h - T h a b r a n i dalam ALMujam AUKabir (Hadis


no. 11299). D i dalam rangkaian sanad-nya ada A h H a r i t s b i n 'Imran
A h j u ' f i yang tergolong dhaif, sebagaimana tegas A h H a i t s a m i dalam
Uajma Az-Zawtiid (X/152).
64 Ka'bah Baitullah.
wwal

yang tidak melakukan perjalanan maupun menempuh lembah


padang pasir, namun mereka bersama kalian. Mereka tertahan
oleh udzur. " 65

Bahkan, orang yang secara fisik tetap tinggal di rumah,


namun berangkat dengan hati, himmah cita, dan tekadnya,
bisa jadi mendahului orang-orang yang berangkat dengan
badannya.

Pada petang hari Arafah, seorang tokoh shaleh bermimpi


melihat seseorang yang berkata kepadanya di Arafah, "Kau lihat
kepadatan di tempat wukuf ini?" Ia menjawab, "Ya." Orang i t u
menukas, " T i d a k ada d i antara mereka yang benar-benar
berhaji, kecuali satu orang yang secara fisik tidak bisa ikut
pergi ke tempat wukuf, namun ia berhaji dengan himmah
citanya, maka A l l a h pun menganugerahkan kepadanya
pahala orang-orang yang sedang w u k u f sekarang i n i . Jadi,
yang m e m i l i k i status haji bukanlah orang yang berangkat
dengan badannya, melainkan orang yang badannya duduk,

65 Shahih: Dilansir oleh M u s l i m dalam Shahih Muslim, Kitab ALImarah,


Bab Tsawdbu man Habisahu 'an ALGhazw Maradh aw 'Udzr Akhar,
Hadis n o . 1911, dari narasi Jabir b i n A b d u l l a h Hadis senada
dilansir oleh A h B u k h a r i dalam Shahih AUBukhari, K i t a b AUJihad,
Bab Fi Ar-Rukhshah fi ALQu'ud min AL'Udzr, Hadis n o . 283, dari
narasi Anas b i n M a l i k
Keutamaan Ibadah Haji dan Perintah u n t u k Melaksanakannya

namun hatinya berangkat hingga mendahului rombongan


kafilah-kafilah haji.

Wahai orang-orang yang berangkat ke Rumah Kekasih,


hampirilah orang-orang yang terputus jalannya. Bawalah serta
bersama kalian surat orang-orang yang tertahan. Ambillah
tatapan Mina, hingga mereka saling bertemu d i sana.

Konon, setiap kali melihat orang yang hendak berangkat


ke Madinah Nabawiyyah, Umar bin A b d u l Aziz selalu titip
pesan kepadanya, "Sampaikan salamku pada Rasulullah M"
Diriwayatkan pula bahwa ia pernah berkirim surat kepada
Rasulullah M dari Syam:

Barangsiapa yang telah menyaksikan rumah-rumah itu


dan melihat dengan mata kepala sendiri situs-situs peninggalan
itu, kemudian ia terputus sarana untuk bisa melihatnya lagi,
maka ia tidak mati kecuali dengan penyesalan dan kerinduan
padanya.

Andai kami bisa mereguk Zamzam dan Hajar

O, pelindung kami, sebelum hari nafar

Akankah apa yang berlalu dari umurku kembali murni

Aku tahu apa yang terjadi, andai kutak mengerti

:j ex>«3 K <W<J 6«5 C-M . • i €»»«


ALTERNATIF PENGGANTI POSISI
HAJI D A N U M R A H B A G I ORANG
YANG TIDAK MAMPU

Disebutkan dalam Shahih AUBukhari dari A b u Hurairah ^fe,


ia bercerita: "Orang-orang fakir datang menemui Nabi H ,
lalu berkata, 'Orang-orang berharta telah melenggang pergi
ke derajat-derajat tertinggi surga dan kenikmatan yang abadi,
padahal mereka shalat seperti kami shalat, mereka puasa
seperti kami puasa. Hanya saja mereka memiliki kelebihan
harta kekayaan yang mereka gunakan untuk haji dan umrah,
berjihad, dan bersedekah/ Rasulullah M menukas:

3d jBjsi jib p& '6* f$ f ^ 5! *


a/ & % 4)0> B p & Jrfs fa
o£&3fofc|SU djj&3 5 J ^ 3 0 J * 4 ^
Maukah aku beritahukan kepada kalian sesuatu yang jika
kalian pegang teguh, niscaya bisa kalian kejar orang-orang yang
mendahului kalian dan tidak ada seorang pun setelah kalian
yang bisa mengejar kalian. Kalian adalah sebaik-baik orang

80
Alternatif Pengganti Posisi Haji dan U m r a h bagi Orang .

yang kalian ada di antara mereka, kecuali orang yang beramal


serupa; Bacalah tasbih, tahmid, dan takbir setiap habis shalat
sebanyak tiga puluh tiga kali" 66

Hadis senada dengan redaksi yang berbeda juga dilansir


dalam Al-Musnad dan Sunan An-Nasai dari A b u Ad-Darda'
ia bercerita: "Kami pernah mengadu kepada Rasulullah H ,
'Wahai Rasulullah, para hartawan pemilik kekayaan telah
memborong semua pahala, mereka menunaikan haji, kami
tidak, mereka berjihad (dengan harta benda), kami tidak, dan
masih banyak lagi/ Rasulullah M menukas, 'Maukah kalian aku
beritahukan sesuatu yang jika kalian pegang teguh niscaya kalian
peroleh sesuatu yang lebih baik daripada yang diperoleh oleh salah
seorang mereka; Bertakbirlah kepada Allah 34 kali, bertasbihlah
kepada-Nya 33 kali, dan bertahmidlah kepada-Nya 33 kali setiap
habis shalat'" 61

Harta Kekayaan: Pisau Bermata Dua

H a r t a kekayaan yang dimanfaatkan pemiliknya u n t u k


mendukung ketaatan kepada A l l a h dan dibelanjakan di jalan

66 Shahih: Dilansir oleh A h B u k h a r i dalam Shahih AUBukhari, Kitab


AlAdzan, Bab Adz-Dzikr Ba!d Ash-Shaldh, Hadis n o . 843.
67 D i l a n s i r oleh A h m a d dalam AUMusnad (VI/446), d a n A n - N a s a ' i
dalam Amal AUYaum wa AULailah (Hadis no. 150).
kebajikan yang mendekatkan kepada A l l a h merupakan sarana
atau kendaraan pengantar yang cepat ke sisi Allah. Sedang-
kan bagi orang yang membelanjakan di jalan kemaksiatan
dan memanfaatkannya untuk meraih tujuan-tujuannya yang
diharamkan, atau disibukkan olehnya dari ketaatan kepada
Allah, ia merupakan sarana pemutus hubungan dari Allah,
sebagaimana yang dikatakan A b u Sulaiman A d - D a r a n i :
"Dunia merupakan hijab penghalang dari A l l a h bagi musuh-
musuh-Nya dan kendaraan yang mengantarkan kepada-Nya
bagi kekasih-kekasih-Nya."

Mahasuci Dzat yang menjadikan satu perkara yang sama


sebagai sarana penghubung sekaligus sarana pemutus. Allah M
telah memuji yang pertama dan mengecam yang kedua di dalam
Kitab Suci-Nya. Dalam konteks pujian terhadap kelompok yang
pertama, Dia berfirman:

Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan


di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka
mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya; Tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati. (QS. Al-Baqarah (2): 274)
Alternatif Pengganti Posisi Haji dan U m r a h bagi Orang .

Sedangkan dalam konteks kecaman terhadap kelompok


yang terakhir, A l l a h 'M berfirman:

c*3f^f of ^ r&fe ^ (A£

Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-


anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa
yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang
merugi. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah
Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada
salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku,
mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai
waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah
dan aku termasuk orang-orang yang shaleh?" (QS. A l -
Munafiqun (63): 9-10)

Mengomentari ayat ini, Ibnu Abbas 4& mengatakan, "Tidak


ada seorang yang tidak menunaikan zakat kekayaannya, kecuali
ia akan meminta dikembalikan ke dunia saat detik-detik akhir
'awal

kematiannya." Kemudian ia menyitir ayat i n i . A l l a h M lebih


lanjut memberitahukan tentang penghuni neraka yang satu
per satu mereka diberi kitab amalnya dengan tangan kirinya.
Ia berkata dengan penuh penyesalan: "Hartaku sekali-kali
tidak memberi manfaat kepadaku; Telah hilang kekuasaanku
daripadaku" (QS. AhHaqqah (69): 28-29).

Hadis-hadis yang memuji orang-orang yang membelanja-


kan hartanya d i jalan ketaatan dan mengecam orang yang
tidak menunaikan hak A l l a h darinya juga sangat banyak.
Nabi M misalnya bersabda: "Sebaik-baik harta adalah harta yang
baik milik orang yang shaleh." 68
Sabda Rasulullah |f: "Orang-
orang yang banyak harta adalah orang-orang yang paling rendah
derajatnya di hari kiamat, kecuali orang yang mengatakan begini
begini begini dengan hartanya, dari sisi kanan, sisi kiri, dan dari
belakangnya, namun alangkah sedikitnya mereka. " Sabda Nabi H 69

lainnya: "Sesungguhnya harta kekayaan ini hijau segar nan manis;


Barangsiapa mengambilnya dengan haknya dan meletakkannya

68 Sanad-nya shahih: Dilansir oleh A h m a d dalam AUMusnad (IV/197).


Syaikh Syu'aib A h A r n a ' u t h menyatakan dalam Al-Musnad (XXIX/299):
Sanad-nya shahih menurut kriteria Muslim.
69 Shahih: Dilansir oleh A h m a d dalam AlMusnad (11/358, 391, 399, 525)
dari narasi A b u Hurairah 4&. Syaikh Syu'aib A h A r n a ' u t h menyatakannya
sebagai hadis shahih dan sanad-nya hasan.
Alternatif Pengganti Posisi Haji dan U m r a h bagi Orang .

pada haknya, maka sebaik-baik pendukung adalah ia. Sebaliknya,


jika ia mengambilnya tanpa haknya maka ia seperti orang yang
makan terus-menerus, namun tidak pernah kenyang." 10

Orang mukmin yang memperoleh harta dari haknya dan


meletakkannya sesuai haknya, maka baginya pahala atas
semua i t u . Setiap kali ia menginfakkan sebagiannya dengan
orientasi meraih keridhaan Allah, maka ia menjadi shadaqah
baginya yang berpahala. Bahkan apa yang dimakan dirinya pun
bisa menjadi shadaqah baginya, begitu juga apa yang dimakan
anak, keluarga (istrinya), dan pembantunya. Dan kebanyakan
kalangan berpunya pada zaman Nabi M masuk dalam kategori
ini.

A b u Sulaiman mengatakan, U t s m a n b i n A f f a n dan


A b d u r r a h m a n b i n A u f adalah dua orang d i antara para
bendaharawan A l l a h d i bumi-Nya. Mereka berinfak d i jalur
ketaatan-Nya, dan mereka memperlakukan A l l a h dengan hati
mereka. Adapun top leader para dermawan di jalan A l l a h dari
umat ini adalah A b u Bakar AslvShiddiq 4*> hingga ayat berikut
turun mengomentari sepak-terjang kedermawanannya:

70 Muttafaq 'alaih: Dilansir oleh A h B u k h a r i dalam Shahih AUBukhari,


Kitab Az-Zakdh, Bab Ash-Shadaqah ala AlYatdmd,
(
Hadis no. 1465;
dan M u s l i m dalam Shahih Muslim, Kitab Az-Zakdh, Bab Takhuwwuf
md Yakhruj min Zahrah Ad-Dunya, Hadis no. 1052.

85
awal

Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari


neraka itu, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah)
untuk membersihkannya, padahal tidak ada seseorang pun
memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya,
tetapi (ia memberikan itu semata-mata) karena mencari
keridhaan Tuhannya yang Mahatinggi. Dan kelak ia benar-
benar mendapat kepuasan. (QS. A l - L a i l (92): 17-21)

Disebutkan dalam Shahih Al-Hakim dari Ibnu Az-Zubair,


ia berkata: A b u Quhafah (ayahanda A b u Bakar) berkata
kepada A b u Bakar, "Kuperhatikan kau memerdekakan
budak-budak yang lemah. Seandainya jika kau lakukan apa
yang aku lakukan dengan memerdekakan laki-laki yang
kuat (kekar), maka mereka bisa melindungimu dan mandiri
tanpamu." A b u Bakar menjawab, " A y a h , sesungguhnya
aku menginginkan apa yang aku i n g i n k a n . " Ibnu Zubair
mengatakan, Ayat-ayat i n i turun mengomentarinya, "Ada-
pun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan
Alternatif Pengganti Posisi Haji dan U m r a h bagi Orang .

bertakwa" (QS. A h L a i l (92): 5). Dan seterusnya hingga akhir


surah. 71

Versi lain dari Ibnu Az-Zubair dilansir oleh Al-Isma'ili


dari jalur yang lain dengan redaksi bahwa A b u Bakar membeli
budak-budak yang lemah, kemudian memerdekakan mereka.
A b u Quhafah lalu menegurnya, " A n a k k u , seandainya kau
beli orang yang bisa melindungi punggungmu!" Ia menjawab,
" A y a h , perlindungan punggungkulah yang aku i n g i n k a n . "
Serta-merta turunlah ayat-ayat berikut mengomentarinya:
"Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka
itu..." hingga akhir surah.

A b u Dawud dan At-Tirmidzi melansir hadis dari Umar, ia


berkata: "Rasulullah % memerintahkan kami untuk bersedekah,
dan kebetulan hal itu bertepatan dengan saat aku memiliki
uang, maka aku katakan, 'Hari inilah aku bisa mendahului A b u
Bakar jika memang suatu hari aku bisa mendahuluinya/ Serta-
merta aku serahkan separuh harta kekayaanku. Rasulullah M
pun bertanya, A p a yang kau sisakan untuk keluargamu?'
A k u jawab, 'Segini.' Tidak berapa lama kemudian, A b u Bakar
datang menyerahkan semua yang ia m i l i k i , maka N a b i M
pun bertanya, 'Hai A b u Bakar, apa yang kau sisakan untuk
keluargamu?' Ia menjawab, A k u sisakan untuk mereka A l l a h

71 Dilansir oleh A h H a k i m dalam AlMustadrak (11/525).

87
Suawaf

dan Rasul-Nya/ Dari situ, aku katakan, aku tidak akan pernah
bisa mendahuluinya sedikit pun untuk selama-lamanya." 72

A d a p u n Imam A h m a d , An-Nasa'i, dan Ibnu Majah


melansir hadis dari A b u Hurairah dari Nabi % beliau
%

bersabda, "Tidak ada harta siapa pun yang bermanfaat bagiku


semanfaat harta Abu Bakar " A b u Bakar langsung menangis
gembira mendengarnya dan berkata, "Tiadalah aku dan hartaku
kecuali hanya untukmu, wahai Rasulullah." Hadis i n i dilansir
73

juga oleh At-Tirmidzi, namun tanpa tambahan perkataan A b u


Bakar di akhirnya.

Dermawan lain yang suka menginfakkan harta mereka


di jalan A l l a h adalah Utsman bin A f f a n . Diriwayatkan oleh
At-Tirmidzi dari Abdurrahman bin Khabbab, ia bercerita:
" A k u hadir saat Nabi $jg mengimbau (kaum muslimin untuk)
mendanai mobilisasi pasukan menghadapi Perang Tabuk.

72 Hasan: Dilansir oleh A b u Dawud dalam Sunan Abi Dawud, Kitab Az-
Zakdh, Bab Fi Ar-Rukhshah fi Dzdlika, Hadis no. 1678; dan A t - T i r m i d z i
dalam Sunan At-Tirmidzi, Kitab Al-Mandqib, Bab Fi Mandqib Abi Bakr
wa Umar 4& Kilaihima, Hadis no. 3675. Hadis i n i dinyatakan hasan
oleh Syaikh A h A l b a n i dalam Shahih At-Tirmidzi (Hadis no. 3675).
73 Shahih: Dilansir oleh A h m a d dalam Al-Musnad (11/253); dan Ibnu
Majah dalam Sunan Ibnu Majah, Kitab Al-Muqaddimah, Bab Ft Fadhail
Ashhdb Rasuiulldh M, Hadis no. 94. Hadis i n i dinyatakan shahih oleh
Syaikh A h A l b a n i dalam Shahih Ibnu Majah (Hadis no. 77).
Alternatif Pengganti Posisi Haji dan U m r a h bagi Orang .

Utsman langsung bangkit dan menyahut, 'Wahai Rasulullah,


aku tanggung 100 unta sealas-alas pelananya dan sepelana-
pelananya di jalan A l l a h / Kemudian beliau menyerukan lagi
u n t u k membiayai pasukan. Utsman lagi-lagi bangkit dan
berkata, 'Wahai Rasulullah, aku tanggung 200 unta sealas-alas
pelananya dan sepelana-pelananya di jalan A l l a h / Kemudian
beliau mendorong lagi untuk membiayai pasukan, dan Utsman
pun bangkit, seraya berkata, 'Wahai Rasulullah, aku tanggung
300 unta sealas-alas pelananya dan sepelana-pelananya di
jalan A l l a h / A k u lihat Rasulullah M turun dari mimbar seraya
bersabda, A p a pun yang dilakukan Utsman setelah ini tidak akan
bermudarat baginya! Apa pun yang dilakukan Utsman setelah ini
tidak akan bermudarat baginya!'" * 1

Imam Ahmad dan At-Tirmidzi meriwayatkan dari hadis


narasi Abdurrahman bin Samurah 4*, ia bercerita: "Utsman
datang menghadap N a b i M dengan membawa uang 1.000
dinar ketika beliau sedang memobilisasi pasukan untuk
persiapan Perang Tabuk. Ia lantas menyebarnya di pangkuan
Rasulullah A k u lihat N a b i M membolak-balikkannya

74 Dhaif: D i l a n s i r oleh A t - T i r m i d z i dalam Sunan At-Tirmidzi, Kitab


Al-Mandqib, Bab Fi Mandqib 'Utsman bin Affan Hadis no. 3700.
Hadis i n i d i n y a t a k a n dhaif oleh Syaikh A h A l b a n i dalam Dhaif
At-Tirmidzi (Hadis no. 3700).

K fe> isi j K ^ g fe*- t ^ ^ i

y? v? y? y? w y? y? y? w y? y? yz y* y? y? y? y? y
'awal

di pangkuan beliau seraya bersabda, 'Tidak akan bermudarat


atas Utsman apa yang ia lakukan setelah hari ini!'" (Beliau
mengucapkannya dua k a l i ) . 75

Sahabat dermawan berikutnya adalah A b d u r r a h m a n


bin A u f . Disebutkan dalam Musnad Imam Ahmad dari Anas,
bahwasanya kafilah dagang milik Abdurrahman yang terdiri
dari 700 unta tiba di Madinah hingga seluruh Madinah dibuat
bergetar karenanya. Aisyah lantas menanyakan hal tersebut
dan ketika dijawab bahwa itu adalah kafilah dagang milik
Abdurrahman, ia pun memberitahukan sebuah hadis yang ia
dengar dari Nabi M bahwa Abdurrahman masuk surga dengan
merangkak. Hal itu kemudian didengar oleh Abdurrahman
yang langsung berkata, "Seandainya aku bisa masuk surga
dalam keadaan berdiri, niscaya aku serahkan seluruh kafilah ini
sepelana-pelananya dan sealas-alasnya di jalan A l l a h . " 76
Versi
lain hadis ini dilansir oleh Ibnu Sa'ad dari jalur periwayatan lain

75 Hasan: Dilansir oleh A t - T i r m i d z i dalam Sunan At-Tirmidzi, Kitab


Al-Mandqib, Bab Fi Mandqib 'Utsman bin Affan Hadis no. 3 7 0 1 ;
dan A h m a d dalam Al-Musnad (111/63). Hadis i n i dinyatakan hasan
oleh Syaikh A h A l b a n i dalam Shahih At-Tirmidzi (Hadis no. 3701).
76 Munkar: Dilansir oleh A h m a d dalam Al-Musnad (VI/115). Hadis i n i
juga dilansir oleh Ibnu Ahjauzi dalam Al-Maudhudt (11/13). Adz-Dzahabi
mengatakan dalam Siyar Al-A'lam An-Nubala bahwa i n i adalah hadis
munkar.
Alternatif Pengganti Posisi Haji dan U m r a h bagi Orang .

yang mengalami keterputusan mata rantai sanad di dalamnya.


Dalam versi i n i , jumlah kafilah dagang Abdurrahman tidak
700, melainkan 500 unta pengembara. 77

Diriwayatkan juga oleh At-Tirmidzi dari narasi A b u Salamah


b i n A b d u r r a h m a n b i n A u f dari Aisyah ra., bahwasanya
Rasulullah $g pernah bersabda kepada istri-istri beliau, "Sungguh
urusan kalian sangat memusingkanku sepeninggalku nanti, dan
tidak ada yang bisa bersabar menghadapi kalian kecuali orang-
orang yang sabar." Aisyah lalu berkata kepada A b u Salamah,
"Semoga A l l a h meminumi ayahmu dengan air dari mata air
Salsabil d i surga." Mendengar hal tersebut, A b d u r r a h m a n
serta-merta menghibahkan sebuah kebun kepada istri-istri
Nabi M yang dijual dengan harga ^0.000 dinar. 78
At-Tirmidzi
mengatakan bahwa i n i adalah hadis hasan gharib. Hadis i n i
juga dilansir oleh A l - H a k i m dan ia menyatakannya shahih.
Sedangkan Imam Ahmad hanya melansir bagian awalnya.

Selanjutnya, Imam Ahmad dan A l - H a k i m melansir hadis


dari U m m u Bakar binti Al-Miswar bin Makhramah, bahwasanya
Abdurrahman bin A u f menjual sebidang tanah miliknya kepada

77 Dilansir oleh Ibnu Sa'ad dalam Ath-Thabaqat (III/132).


78 Hasan: Dilansir oleh A t - T i r m i d z i dalam Sunan At-Tirmidzi, Kitab
Al-Mandqib, Bab Mandqib A b d A r - R a h m a n b i n A u f Hadis no. 3749.
Hadis i n i d i n y a t a k a n hasan oleh Syaikh A h A l b a n i dalam Shahih
At-Tirmidzi (Hadis no. 3749).
Utsman dengan harga 40.000 dinar, lalu membagi-bagikan
uang hasil penjualannya kepada para fakir miskin Bani Zuhrah,
kaum muhajirin, dan ummahatul mukminin (istri-istri Nabi
A l - M i s w a r bercerita: " A k u bertugas membawakan bagian
Aisyah ra. dari hal tersebut. Ketika aku haturkan tersebut
kepadanya, ia berkata kepada kami, A k u pernah mendengar
Rasulullah M bersabda, 'Tidak ada yang berempati kepada kalian
setelakku kecuali orang-orang yang sabar. Semoga Allah meminumi
Ibnu Auf dengan air dari mata air Salsabil di surga. " 1 19

Versi lain hadis i n i dilansir keduanya dari U m m u


Salamah ra., bahwasanya N a b i M bersabda kepada istri-
istrinya, "Sesungguhnya orang yang berempati kepada kalian
setelahku adalah orang jujur nan berbakti. Ya Allah, minumilah
Abdurrahman bin Auf dengan air dari mata air Salsabil di surga. " 80

Hadis versi i n i juga dilansir oleh Ibnu Sa'ad dengan tambahan


redaksi: Ibrahim bin Sa'ad berkata: " A k u mendapat cerita
dari seorang keluargaku yang masih keturunan Abdurrahman
bin Auf, bahwa Abdurrahman bin A u f menjual propertinya
di Kidamah - y a n g merupakan saham kepemilikannya dari

79 Dilansir oleh A h m a d dalam AlMusnad (VI/104) dan A l - H a k i m dalam


AlMustadrak (III/310). Ia menyatakannya sebagai hadis shahih dan
penilaiannya i n i disetujui oleh Adz-Dzahabi.
80 Dilansir oleh A h m a d dalam AlMusnad (VI/299) dan A l - H a k i m dalam
AlMustadrak (III/311). Ia menyatakannya sebagai hadis shahih dan
penilaiannya i n i disetujui oleh Adz-Dzahabi.
Alternatif Pengganti Posisi Haji dan U m r a h bagi Orang .

Bani A n - N u d h a i r - dengan harga 40.000 dinar, lalu membagi-


bagikannya kepada istri-istri Nabi |g." 81

Versi lain lagi dilansir oleh A t - T i r m i d z i dari narasi


A b u Salamah b i n A b d u r r a h m a n , bahwasanya ayahnya,
Abdurrahman bin A u f 4& mewasiatkan sebuah kebun untuk
ummahatul mukminin (istri-istri Nabi M) yang dijual dengan
harga 40.000 82
A l - H a k i m melansir hadis i n i dengan redaksi
lebih lengkap: dijual dengan harga 40.000 dinar. 83

Berita dan cerita-cerita kedermawanan para sahabat Nabi M


lebih panjang untuk disebutkan semuanya dalam buku i n i .

Iri yang Diperbolehkan

Setiap kali melihat para hartawan di antara mereka men-


dermakan harta kekayaan mereka dalam hal-hal yang disukai

81 Dilansir oleh Ibnu Sa'ad dalam Ath-Thabaqat (III/132).


82 Hasan sanad-nya: Dilansir oleh A t - T i r m i d z i dalam Sunan At-Tirmidzi,
Kitab Al-Mandqib, Bab Mandqib A b d A r - R a h m a n b i n A u f Hadis
no. 3750. Syaikh A h A l b a n i mengatakan: Hadis i n i berstatus hasan
sanad-nya dan shahih dengan dukungan hadis-hadis sebelumnya.
83 Dilansir oleh A l - H a k i m dalam Al-Mustadrak (III/312) dengan redaksi:
"Ia sampai pada mereka dengan membawa harta yang dijualnya dengan
nilai 40.000 dinar". Sementara dalam versi A t - T i r m i d z i (Hadis no.
3749), hadis i n i dilansir tanpa redaksi: " D i n a r " .

*4 fefe *4
] $0 §0 <*{>

*9|
Smwaf

Allah, antara lain untuk keperluan haji, umrah, jihad fisabtlilldh,


memerdekakan budak, shadaqah, kebajikan, silaturrahim,
dan beragam jenis kebajikan, ketaatan, dan qurubat lainnya,
maka para sahabat yang miskin pun sedih karena tidak bisa
ikut serta dalam meraih keutamaan-keutamaan ini. H a l i t u
dijelaskan oleh A l l a h f f dalam Kitab Suci-Nya. A l l a h $g
berfirman: "Tiada dosa (lantaran tidak pergi berjihad) atas orang-
orang yang lemah, orang-orang yang sakit dan atas orang-orang
yang tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan, apabila
mereka berlaku ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya. Tidak ada
jalan sedikit pun untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat
baik. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan
tiada (pula) berdosa atas orang-orang yang apabila mereka datang
kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu
berkata: Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu.'
Lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata
karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang
akan mereka infakkan." (QS. At-Taubah (9): 91-92)

Kedua ayat ini turun karena sekelompok orang-orang fakir


datang menemui Nabi M saat beliau sedang mempersiapkan
pasukan ke Perang Tabuk. Mereka meminta beliau agar
membawa serta mereka, namun Rasulullah M berkata kepada
mereka, " A k u tidak memiliki kendaraan untuk mengangkut
kalian." Mereka pun pulang sambil menangis sedih karena
ketinggalan momen berharga untuk berjihad d i jalan A l l a h

c
i,\\ si ^

«94« *


!> V :

yZ yz. y z. y^ y$? : y§ y* yz y? y^ y* y$ y$ y$
Alternatif Pengganti Posisi Haji dan U m r a h bagi Orang .

bersama Rasulullah H . Seorang ulama berkomentar: "Demi


Allah, i n i merupakan tangis laki-laki jantan. Mereka bersedih
karena tidak memiliki kendaraan yang bisa mengantarkan
mereka pada arena kematian, d i mana darah-darah dialirkan d i
jalan A l l a h dan kepala-kepala ditebas dari pundaknya dengan
pedang-pedang. Adapun orang yang menangisi kehilangan
bagiannya dari dunia dan syahwat-syahwat kesenangan sesaat,
maka ia mirip dengan anak kecil dan wanita yang menangis
karena tidak mendapatkan bagian mereka."

Begadang mata bukan untuk meraih wajah-Nya hanyalah


sia-sia

Tangis mereka bukan untuk kehilangan-Nya hanyalah


percuma

Tangis dan penyesalan hanya berlaku atas kehilangan


momentum memperoleh derajat-derajat surga yang tertinggi
dan kenikmatan surga yang abadi. Seorang tokoh salafussaleh
menuturkan, "Konon, ada seorang laki-laki d i surga yang
terlihat menangis, lalu ditanyalah ia mengenai kondisinya, dan
ia menjawab, 'Dulu aku memiliki satu nyawa yang terbunuh
di jalan Allah, dan aku ingin sekali seandainya aku memiliki
banyak nyawa yang terbunuh semuanya di jalan-Nya.'"

Syahdan, ada sekelompok pasukan berperang di jalan A l l a h


melawan musuh mereka. Ketika pertempuran pecah, masing-
masing di antara mereka melihat istrinya dari kalangan bidadari
membuka p i n t u langit, seraya mengundang pasangannya
dan menyemangati mereka u n t u k berperang hingga t i t i k
penghabisan. Mereka akhirnya mati semua, kecuali satu orang.
Setiap kali satu orang di antara mereka terbunuh, satu pintu
tertutup dan si bidadari pun menghilang. Tinggal satu orang
yang tertinggal. Si bidadari pasangannya pun menutup pintu
yang tersisa seraya berseru, " H a i orang malang, apa gerangan
yang membuatmu tertinggal!" Orang yang masih hidup i t u pun
menangisi keadaannya hingga akhirnya mati akibat terlalu giat
beribadah dan dirundung kesedihan serta penyesalan yang
mendalam.

Konon, begitu mendengar firman A l l a h $$:

Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. (QS.


AhBaqarah (2): 148)

Dan firman A l l a h $ i :

Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan


dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi.
(QS. A h H a d i d (57): 21)

1K> <^fi few .-s^t

<>A« »A« »A« ' c •£>»<> : i <>«•<» ;


4!?
Alternatif Pengganti Posisi Haji dan U m r a h bagi Orang .,

Para sahabat 4*> langsung paham bahwa yang dimaksud


adalah agar masing-masing berusaha semaksimal mungkin
untuk berpacu mendahului yang lain dalam meraih kemuliaan,
dan beradu cepat dengan mereka dalam mencapai derajat
tinggi ini. Jika salah seorang di antara mereka melihat rekannya
mengerjakan amalan yang tidak mampu ia lakukan, maka ia pun
takut jika ia didahului dan disalip rekannya tersebut sehingga
ia pun bersedih karena tidak bisa mendahuluinya. Kompetisi
dan adu cepat di antara para sahabat i n i terjadi dalam konteks
perlombaan meraih derajat-derajat akhirat, sebagaimana firman
A l l a h M:

Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-


lomba. (QS. Al-Muthaffifin (83): 26)

Namun, kondisi sebaliknya terj adi pada generasi sepeninggal


mereka yang mulai berlomba-lomba mengejar dunia yang hina
dina dan bagian-bagiannya yang fana.

Al-Hasan mengatakan, "Jika kau lihat seorang laki-laki


menyalipmu dalam urusan dunia, maka saliplah ia dalam urusan
akhirat." Wuhaib bin A l - W a r d menambahkan, "Jika kau mampu
tidak terkejar oleh siapa pun dalam pengembaraan menuju Allah,
maka lakukanlah." Seorang tokoh salaf menyatakan, " A n d a i ia
dengar ada seseorang yang lebih taat kepada A l l a h daripada
awal

dirinya, maka ia akan bersedih menangisi ketertinggalan


dirinya." Tokoh lainnya menyatakan, " A n d a i ia dengar ada
seseorang yang lebih taat kepada A l l a h daripada dirinya, maka
hatinya akan remuk redam, lalu mati."

Fenomena i n i bukan sesuatu yang aneh. Syahdan, Malik


bin Dinar diceritakan oleh seorang laki-laki, tuturnya, " A k u
pernah bermimpi melihat seseorang mengumumkan, 'Wahai
sekalian manusia, ayo berangkat! Ayo berangkat!' A k u lihat
tidak ada seorang pun yang berangkat kecuali Muhammad
bin Wasi'. Malik bin Dinar langsung berteriak panik dan
jatuh pingsan (karena merasa sedih dan kaget tersalip oleh
Muhammad bin Wasi')."

Dan orang-orang yang beriman paling dahulu. Mereka


itulah yang didekatkan kepada Allah. Berada dalam surga
kenikmatan. (QS. Al-Waqi'ah (56): 10-12)

Syahdan, Umar bin Abdul Aziz melaksanakan ibadah haji.


Ketika orang-orang tengah bertolak dari Arafah, ia berkata:
"Orang yang tercepat hari ini bukanlah orang yang paling cepat
memacu untanya, tetapi orang yang tercepat adalah orang yang
paling cepat diampuni dosanya."

_ ps, ; :;
r :>> , ;,1
c ;

'W 'W 'W W «W ; W 'W

<i9 <i£ Q2> QP QS> §0 Q0 Q0 Q£> QP • Q£> Q0 Q{> QP <5P Q(? Q£> Q0
° 1AT 'n ^ 'W 1M? -W W 'W W 'W W W 'W 'W 'W 'W W
Alternatif Pengganti Posisi Haji dan U m r a h bagi Orang .

Adapun pemegang pole position dalam kontes lomba


kebajikan dari kalangan umat i n i adalah A b u Bakar Ash-
Shiddiq Umar berkata: "Kami tidak pernah beradu cepat
dalam melaksanakan sesuatu dari kebaikan, kecuali A b u Bakar
telah mendahului kami."

Urutan berikutnya adalah Umar. Dalam haji terakhir yang


ditunaikannya,adaseoranglaki-laki tidak dikenalyang ditengarai
sebagai jelmaan j i n mendatanginya. Ia menyenandungkan be-
berapa bait puisi elegi kepada Umar, di antaranya:

Siapa yang berlari, atau dua sayap burung unta ia naiki

Tuk menyusul apa yang dilakukan kemarin hari, niscaya ia


melampaui

Para pemilik himmah cita yang tinggi dan jiwa luhur yang
menggelorakan hasrat yang besar tidak akan puas dengan segala
sesuatu yang bersifat fana dan hina. A k a n tetapi, himmah citanya
adalah berlomba-lomba meraih derajat-derajat surga yang kekal
dan suci, bukan yang fana. Ia pun tidak akan mundur dari
keinginannya tersebut, meskipun harus mengorbankan nyawa
dalam mewujudkannya, sebab ia berprinsip bahwa barangsiapa
yang binasa di jalan A l l a h maka Allah pasti akan menggantinya
dengan yang lebih baik. Syahdan, seorang pegiat ketaatan
pernah ditanya, "Mengapa kau siksa tubuhmu begini?" Ia jawab,
"Hanya anugerah kemuliaan-Nya yang aku inginkan."
awal

Jika nafsu teramat besarnya

Lelahlah raga menurut keinginannya

Umar bin Abdul Aziz mengatakan, " A k u memiliki nafsu


yang berhasrat tinggi. Sehingga tidak pernah kuraih sesuatu,
kecuali hatiku langsung tertarik pada sesuatu yang lebih utama
darinya, dan ketika posisi i n i -jabatan kekhilafahan- kuraih,
sementara ia merupakan posisi yang tertinggi di dunia, jiwaku
tetap menghasrati sesuatu yang lebih tinggi daripada dunia,
yaitu akhirat."

Nilai setiap orang bisa diukur dari target yang ingin ia capai.
Barangsiapa yang menginginkan dunia maka tidak ada yang
lebih hina dari dirinya, sebab dunia merupakan sesuatu yang
hina, dan lebih hina lagi orang yang menghasratinya; ia rendah
dan lebih rendah lagi orang yang meminangnya. Salah seorang
tokoh sufi mengatakan, " H a t i adalah pengembara. Ada hati
yang berkeliling mengitari Arsy, namun ada juga yang berjalan
mengitari tempat buang hajat (kakus). Dan dunia seluruhnya
merupakan tempat buang hajat (kakus)." Apa yang ada di
dalamnya entah itu makanan maupun minuman semuanya
bermuara ke tempat buang hajat (kakus); dan apa yang ada di
dalamnya berupa tubuh dan busana semuanya lebur menjadi
debu, sebagaimana kata pepatah: "Apa yang ada di atas debu
adalah debu."
Alternatif Pengganti Posisi Haji dan U m r a h bagi Orang .

Seorang tokoh salafussaleh menasihati saudara-saudaranya


pada saat Hari Raya, "Tidak ada yang kalian tunggu-tunggu
selain kain rombeng yang rusak atau daging yang esok hari
dilahap tempayak."

Adapun orang yang mencari akhirat, maka ia berkedudukan


sangat tinggi, sebab akhirat merupakan sesuatu yang terhormat
dan mulia, dan orang yang menginginkannya jauh lebih mulia,
sebagaimana ungkapan syair berikut:

Kuhargai mahal naf s yang berharga pada Tuhan pemiliknya

Meski ia tiada berharga bagi makhluk seluruhnya

Sebab dengannya tergapailah akhirat

Rugi besar jika kujual ia dengan sesuatu dari dunia

Andai kujual diriku dengan dunia niscaya aku dapat

Namun diriku jatuh dan harga pun melorot

Lebih mulia lagi, orang yang hanya menginginkan Allah.


Ia merupakan manusia yang paling agung di sisi-Nya dan
keinginannya lebih agung daripada segala sesuatu, sebagaimana
isyarat sebuah syair:

la miliki himmah cita yang tidak terhingga besarnya

Bahkan himmah terkecilnya lebih agung dari masa selamanya

* * * * * * * * %#
;
; «sk* 4? 4£°; 4^ : 4i? 4»? 4*° 4? 41? 4? 4!? 4S? %v v? °hv w
Syawaf

Asy-Syibli mengatakan, "Barangsiapa mencenderungi dunia


maka ia akan terbakar oleh apinya, dan menjadi abu bekas
pembakaran yang bertebaran diterpa angin. Sebaliknya,
barangsiapa mencenderungi akhirat maka ia akan terbakar
oleh cahayanya, dan menjadi lempengan emas yang ber-
manfaat. Dan barangsiapa mencenderungi A l l a h maka ia akan
terbakar oleh cahaya tauhid, dan menjadi intan berlian yang
tidak ternilai harganya. Orang yang bercita-cita tinggi selalu
berjuang keras mengerahkan segenap potensi untuk meraih
target yang diinginkannya, dan mencurahkan segenap energi
untuk menggapai keridhaan kekasihnya. Sedangkan orang
yang bercita-cita rendah, aksi giatnya hanya dalam mengikuti
hawa nafsunya dan mengandalkan ampunan semata. Padahal
meskipun seandainya ia peroleh maaf dan ampunan, ia tetap
saja kehilangan kesempatan untuk meraih posisi orang-orang
yang telah mendahului (as-s&biqin) dan orang-orang yang
senantiasa mendekatkan diri (al-muqarrabin)." Seorang tokoh
salaf menimpali: "Taruhlah jika orang yang berbuat jahat
diampuni, bukankah ia tetap saja tidak menikmati pahala
orang-orang yang berbuat baik?!"

Hai pendosa yang mengharap ampunan Allah!

Relakah kau didahului orang-orang yang bertakwa ke sisi


Allah?

fel» M

102

W W y$ %T w y* y? y* w y? w w
Alternatif Pengganti Posisi Haji dan U m r a h bagi Orang .

Ketika para kompetitor bersaing dan berlomba-lomba me-


raih tingkatan tertinggi, mereka pun saling iri akan amal shaleh
yang dikerjakan oleh rekan mereka. Nabi M bersabda:

h\M & sn m ife #i & % 'i


m % § % &\ m J$\ $\ * i t
Tidak diperbolehkan iri kecuali terhadap dua orang, yaitu orang
yang dianugerahi Allah Alquran, lalu ia mengamalkannya
siang dan malam, dan orang yang dianugerahi Allah harta
kekayaan, lalu ia menginfakkannya siang dan malam-

Dalam riwayat lain diredaksikan:

S y $ $ j T j i i i &\ s i r j ^ ^

d^l jj 4 % & Al SET 3$


J^f AiS t3j£- 3**"- f£k<& g^l U 3^5

84 Muttafaq 'alaih: Dilansir oleh A h B u k h a r i dalam Shahih AUBukhari,


Kitab Fadhail AUQurdn, Bab Ightibath Shahib ALQur'dn, Hadis no.
5025; dan M u s l i m dalam Shahih Muslim, Kitab Shaldh AUMusdfirin,
Bab Fadh! M a n Yaqumu bi Al-Qurdn wa Yuallimuhu, Hadis no. 815.

103

w <ap ie Qp ; QP W Q

f'w • w: W :
YZ c
(36 M <?b 0t> d
Tidak dibenarkan saling iri kecuali terhadap dua orang, yaitu
orang yang dianugerahi Allah Alquran, lalu ia membacanya
siang dan malam, namun ia berkata (iri pada rekannya):
Andai aku diberi anugerah seperti apa yang diberikan
kepadanya, niscaya aku akan melakukan seperti apa yang ia
lakukan; dan orang yang dianugerahi Allah harta kekayaan
yang diinfakkannya sesuai haknya, lalu ia berkata (iri pada
rekannya): Andai aku diberi anugerah seperti apa yang
diberikan kepadanya, niscaya aku akan melakukan seperti apa
yang ia lakukan. (HR. A h B u k h a r i dan Muslim). 85

Disebutkan juga dalam Sunan At-Tirmidzi dan lainnya dari


Nabi H , beliau bersabda:

Isk A l SET 3 4 - j i $d & 'M


tsL A l ilsT d> 4» d>, <fe i$

3- 4j el* 8a 3^ (J o ^ i i? & ^ fb

$$. fa tfu A i sisi t i p /Si

85 Shahih: Dilansir oleh A h B u k h a r i dalam Shahih AhBukhari, Kitab


Fadhd'il AlQurdn, Bab Ightibath Shahib Al-Qurdn, Hadis no. 5026.

1 V "T

O &W .w/ ^T- w : v» ' A w w w w w w w w w


Alternatif Pengganti Posisi Haji dan U m r a h bagi Orang .

& % uL Al ^ J 3 4 - j j U- Z d> % 4> ii

t t e ^ 3^ ^ &f 3^ 4 5 ^

Perumpamaan umat ini seperti perumpamaan empat orang;


Pertama, orang yang dianugerahi Allah harta kekayaan dan
ilmu pengetahuan, lalu ia mengamalkan ilmunya di dalam
hartanya yang ia infakkan sesuai haknya. Kedua, orang yang
hanya dianugerahi Allah ilmu pengetahuan tanpa dianugerahi-
Nya kekayaan, lalu ia berkata: Andai aku punya seperti ini,
niscaya aku akan beramal di dalamnya seperti yang ia kerjakan.
Rasulullah M berkomentar: Keduanya sama-sama dalam hal
pahala. Ketiga, orang yang dianugerahi Allah kekayaan tanpa
dianugerahi-Nya ilmu pengetahuan, maka ia pun terpuruk
dalam kekayaannya yang ia belanjakan tidak sesuai haknya.
Dan keempat, orang yang tidak dianugerahi Allah ilmu
pengetahuan maupun harta kekayaan, lalu ia berkata: Andai
aku punya kekayaan seperti si ini, aku pasti akan beramal di
dalamnya seperti yang ia kerjakan. Rasulullah M berkomentar:
Keduanya sama-sama dalam hal dosa. 86

86 Shahih: Dilansir oleh A t - T i r m i d z i dalam Sunan At-Tirmidzi, Kitab


Az-Zuhd, Bab Md Jaa Matsal Ad-Dunya Mitsl Arbaah Nafar, Hadis
no. 2325; dan Ibnu Majah dalam Sunan Ibnu Majah, Kitab Az-Zuhd,

=?0O OM £>U« <Ao OOO £<fo VOO OOO ^ W


& J,/^ ^ ^ . £9^ 'g? \ ^
Syawal

Diriwayatkan oleh Humaid bin Rinjawaih lengkap dengan


sanad-nya dari Zaid bin Aslam, ia bercerita: "Pada hari kiamat
kelak satu orang fakir dan satu orang kaya yang saling berteman
karena A l l a h dihadapkan. Si kaya mendapati kelebihan amal
berkat apa yang ia perbuat dengan harta kekayaannya sehingga
mengangkat derajat pemiliknya di atas temannya. Si fakir pun
protes, T u h a n , mengapa Kau angkat ia? Kami kan berteman
karena-Mu dan kami sama-sama beramal untuk-Mu?' Allah §|
menjawab, 'Ia memiliki kelebihan amalan berkat apa yang ia
perbuat dengan harta kekayaannya.' Si fakir menukas, T u h a n ,
Engkau tentu Mahatahu, andai Engkau beri aku kekayaan,
niscaya aku berbuat seperti yang ia perbuat/ Allah t$g berfirman,
'Kau benar. Angkat ia ke derajat temannya!'

Selanjutnya satu orang sakit dan satu orang sehat yang


saling berteman karena A l l a h dihadapkan, lalu si sehat diangkat
derajatnya berkat kelebihan amalnya. Si sakit protes, T u h a n ,
mengapa Kau angkat ia di atas aku?' Allah M menjawab, 'Berkat
apa yang ia kerjakan pada masa sehatnya.' Orang yang sakit itu pun
berkata, T u h a n , Engkau tentu Mahatahu, andai Kau sehatkan
aku, niscaya aku beramal seperti yang ia lakukan.' A l l a h H
berfirman, 'Kau benar. Angkat ia ke derajat temannya!'

Bab An-Niyyah, Hadis no. 4228; dari hadis narasi Ibnu Kabsyah A h
Anshari Hadis i n i dinyatakan shahih oleh Syaikh A h A l b a n i dalam
Shahih At-Tirmidzi (2325).
Alternatif Pengganti Posisi Haji dan U m r a h bagi Orang .

Berikutnya satu orang merdeka dan satu orang budak yang


berteman karena Allah dihadapkan. Dan terjadilah dialog yang
sama. Kemudian dihadapkanlah seorang yang berbudi baik
dan seorang yang berakhlak bejat. Si baik diangkat derajatnya
berkat kebaikan budinya, lalu si bejat protes, T u h a n , mengapa
Kau angkat ia di atasku, sementara kami sama-sama berteman
dan beramal karena Engkau?' A l l a h H menjawab, 'Berkat
keluhuran budinya.' Ia pun tidak menemukan jawaban lagi."

Orang pintar merasa " i r i " pada orang yang menginfakkan


hartanya d i jalan kebajikan dan demi meraih ketinggian
derajat dan status di surga. Sementara orang bodoh merasa
iri pada orang yang membelanjakan hartanya untuk syahwat-
syahwat kesenangan yang mengantarkannya pada kenikmatan-
kenikmatan yang terlarang. A l l a h M berfirman menceritakan
ihwal Qarun dan sikap masyarakat di sekitarnya: "Maka keluarlah
Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-
orang yang menghendaki kehidupan dunia: "Moga-moga kiranya
kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun;
Sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang
besar". Berkatalah orang-orangyangdianugerahi ilmu: "Kecelakaan
yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-
orang yang beriman dan beramal shaleh, dan tidak diperoleh pahala
itu, kecuali oleh orang-orang yang sabar". (QS. Al-Qashash (28):
79-80) hingga firman: "Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk
orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah
bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-Qashash (28): 83).

Amalan Alternatif bagi Orang-Orang Fakir untuk


Mengejar Kaum Hartawan

Melihat kemasygulan dan kesedihan hati para sahabatnya


yang fakir, lantaran ketidakberdayaan mereka mengikuti jejak
saudara-saudara mereka yang berharta dalam menginfakkan
kekayaan mereka di jalan Allah, demi lebih mendekatkan diri
kepada-Nya dan meraih keridhaan-Nya, Nabi M pun segera
membesarkan hati mereka dan menunjukkan mereka pada
amalan super ringan yang membuat mereka bisa menyusul
orang-orang yang mendahului mereka tanpa ada seorang pun
yang bisa menyusul dan mengejar mereka setelah orang-orang
kaya tersebut, dan membuat mereka lebih baik daripada orang-
orang yang bersama mereka kecuali orang yang beramal seperti
amalan mereka. Amalan tersebut adalah zikir setelah shalat
wajib. Riwayat-riwayat yang ada berbeda-beda mengenai jenis
dan bilangannya, namun hemat kami, melaksanakan semua
yang dilansir merupakan tindakan yang baik dan menyimpan
keutamaan yang besar.

Dalam hadis narasi A b u Hurairah mereka dianjurkan


bertasbih, bertahmid, dan bertakbir setiap habis shalat, masing-
masing sebanyak 33 kali. A b u Shalih, salah satu perawi yang
Alternatif Pengganti Posisi Haji dan U m r a h bagi Orang .

meriwayatkannya dari A b u Hurairah mengelaborasikan ketiga


wirid tersebut dan menyatukannya menjadi satu kesatuan wirid
dengan mengucapkan, "Subhdnalldh walhamdulilldh walldhu
akbar" sebanyak 33 kali. Sehingga jumlah totalnya adalah 99.

Hadis A b u Hurairah 4*> yang menyetarakan nilai amalan


zikir d i atas dengan jihad (perang) di jalan A l l a h i n i tumpang
tindih dengan hadis yang menyatakan bahwa ada seorang laki-
laki yang bertanya kepada Rasulullah M mengenai amalan
yang setara dengan jihad, lalu beliau menjawab, "(Aku tidak
menemukannya!) Apakah ketika orang yang berjihad keluar (ke
medan jihad) kau mampu berpuasa tanpa berbuka, dan terus-
menerus qiyam tanpa istirahat. " Hadis yang juga berstatus shahih
87

ini menegaskan bahwa tidak ada amal yang setara dengan jihad
selain puasa terus-menerus dan qiyam tanpa henti, sementara
hadis narasi A b u Hurairah 4k menjadikan zikir sehabis shalat
sebagai amalan yang sejajar dengan jihad.

Tumpang tindih kedua hadis i n i bisa diselesaikan dengan


memadukan keduanya bahwa pada masa hidupnya, Nabi M
menetapkan amalan yang bisa menyamai jihad. Dengan pe-
ngertian, jika jihad selesai maka selesai pula amal tersebut dan
pelakunya sejajar dengan orang yang berjihad dari segi pahala.

87 Shahih: D i l a n s i r o l e h A h B u k h a r i dalam Shahih AhBukhari, Kitab


AU]ihad, Bab Fadhl ALJihad wa As-Sair, Hadis no. 278.

109
A k a n tetapi, beliau menetapkan bahwa yang bisa menyamai
jihad adalah zikir yang banyak dan kontinu sepanjang sisa usia
seorang mukmin tanpa terputus hingga ajal menjemputnya.
Jika seorang mukmin kontinu (istidamah) dan istiqamah men-
jalankan zikir i n i tepat pada waktu-waktunya hingga ia wafat,
maka amalan zikir bisa menyamai jihad (berperang d i jalan
Allah).

H a l i t u d i t u n j u k k a n oleh hadis yang dilansir oleh


Imam Ahmad dan At-Tirmidzi dari narasi A b u Ad-Darda'
tuturnya:

Rasulullah M bersabda, "Maukah aku beritahukan kepada


kalian suatu amalan yang paling baik di antara amal-
amal kalian, paling bersih di mata Tuhan kalian, paling
tinggi dalam mengangkat derajat kalian, dan lebih baik bagi
kalian daripada menyumbang emas dan perak dan daripada
Alternatif Pengganti Posisi Haji dan U m r a h bagi Orang .

berhadap-hadapan dengan musuh, lalu kalian menebas leher


mereka dan mereka menebas leher kalian?!" Para sahabat
menyahut, "Mau, wahai Rasulullah!" Beliau menukas, "Zikir
kepada Allah 3&" m

Hadis yang sama dilansir oleh Malik dalam Al-Muwaththa


dengan status mauquf.

Imam Ahmad dan At-Tirmidzi juga melansir hadis dari A b u


Sa'id A h K h u d r i -fe, bahwasanya Nabi M pernah ditanya tentang
siapa hamba-hamba yang paling tinggi derajatnya di sisi Allah di
hari kiamat? Beliau menjawab, "Orang-orang yang banyak berzikir
kepada Allah" A k u , lanjut A b u Sa'id Al-Khudri langsung
bertanya, "Lalu bagaimana dengan orang yang berperang di jalan
Allah?" Beliau menjawab, "Seandainya ia tikam orang-orang kafir
dan orang-orang musyrik dengan pedangnya hingga ia sendiri tewas
bersimbah darah, maka orang-orang yang banyak berzikir kepada
Allah d i tetap lebih tinggi derajatnya daripadanya. " 89
Hadis senada

88 Shahih: Dilansir oleh A h m a d dalam AlMusnad (V/195, VI/447); dan


A t - T i r m i d z i dalam Sunan At-Tirmidzi, Kitab Ad-Daawat, Bab 6, Hadis
no. 3377. Hadis i n i dinyatakan shahih oleh Syaikh A h A l b a n i dalam
Shahih At-Tirmidzi (Hadis no. 3377).
89 Dha'if: Dilansir oleh A h m a d dalam AlMusnad (111/75); dan A t - T i r m i d z i
dalam Sunan At-Tirmidzi, Kitab Ad-Daawat, Bab 5, Hadis no. 3376.
Hadis i n i d i n y a t a k a n dhaif oleh Syaikh A h A l b a n i dalam Shahih
At-Tirmidzi (Hadis no. 3376).
Suawm

diriwayatkan dari Mu'adz bin Jabal #> dan sejumlah sahabat


secara mauquf.

Zikir kepada A l l a h lebih utama daripada shadaqah


berdirham-dirham dan berdinar-dinar, dan daripada infak
(pembelanjaan harta) d i jalan A l l a h . A b u A d - D a r d a ' 4&
pernah diminta konfirmasi tentang seorang laki-laki yang
memerdekakan 100 orang budak. Ia menjawab, "Seratus jiwa
dari harta satu orang memang banyak, namun ada yang lebih
afdhal dari itu, yaitu keimanan yang melekat siang dan malam
dan lisan salah seorang kalian yang senantiasa basah oleh
zikir kepada A l l a h J l . " Diriwayatkan juga darinya: "Sungguh
mengucapakan la ildha Mallah walldhu akbar
l
(tiada tuhan
melainkan A l l a h dan A l l a h Mahabesar) seratus kali lebih aku
sukai daripada bersedekah 100 dinar."

Diriwayatkan pula secara marfu dan mauquf dari berbagai


jalur periwayatan: "Barangsiapa tidak rajin bergiat ibadah di
malam hari, masih terlalu sayang untuk menginfakkan hartanya,
dan takut berhadap-hadapan langsung dengan musuh, maka
hendaklah ia memperbanyak wirid Subhdnalldh wa bihamdihi
(

(Mahasuci Allah dan dengan segala puji-Nya), sebab hal i t u


lebih dicintai A l l a h daripada segunung emas atau perak yang
diinfakkan di jalan A l l a h . "

Zikir kepada A l l a h secara umum lebih afdhal daripada


beragam jenis shadaqah. Ath-Thabrani melansir hadis dari

112 * * * * *
Alternatif Pengganti Posisi Haji dan U m r a h bagi Orang .

Ibnu Abbas secara marfu : "Tidak ada shadaqah yang lebih


utama daripada zikir kepada A l l a h $ l . " 9 0

Mengomentari firman A l l a h f|: "Dan meminjamkan kepada


Allah pinjaman yang baik" (QS. A L H a d i d (57): 18), segolongan
kaum salaf mengatakan bahwa yang dimaksud pinjaman yang
baik adalah wirid "Subhdnalldh wal hamdulilldh wald ildha
illalldhu walldhu akbar . Disebutkan dalam Marasil
9
AUHasan,
dari Nabi $g, beliau bersabda: "Seorang hamba tidak memberikan
infak yang lebih utama di sisi Allah daripada wirid yang bukan
Alquran, namun ia berasal dari Alquran, yaitu

&\ *i\ i\ % A jtfiij A 5^»


Mahasuci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan melainkan
Allah, dan Allah Mahabesar."

Diriwayatkan oleh Abdurraziq dalam Mushannaf-nya dari


Ma mar, dari Qatadah, ia bercerita: "Beberapa orang dari kalang-
an fuqara mukminin mengadu kepada Rasulullah H , 'Wahai
Rasulullah, para hartawan pemilik kekayaan telah memborong
semua pahala, mereka bisa bershadaqah, sementara kami tidak,

90 Dha'if: Dilansir oleh A t h - T h a b r a n i dalam ALMu'jam AUAusath (Hadis


no. 7414). Hadis i n i dinyatakan dha'if oleh Syaikh A h A l b a n i dalam
Dha'if Aljami' (Hadis no. 5086).

. He 'k s
k % Ht *k Ht Ht Hw$
dan mereka bisa berinfak sementara kami tidak/ Beliau
bertanya, 'Bagaimana menurut kalian jika seluruh harta sedunia
ditumpuk satu d i atas yang lain, apakah ia akan mencapai
langit?' Mereka menjawab, T i d a k akan, wahai Rasulullah!'
Beliau menukas, 'Belumkah aku beritahukan kepada kalian
tentang sesuatu yang akarnya d i bumi dan cabangnya di langit.
(Ia adalah) membaca wirid berikut tiap habis shalat: 'Tiada
tuhan melainkan Allah, Allah Mahabesar, Mahasuci Allah,
segala puji bagi AllaK sebanyak sepuluh kali. Sesungguhnya
akar mereka menancap ke dalam bumi dan cabang mereka
menjulang ke langit.'" 91

Mendapati masih ada sahabat yang masih beranggapan


bahwa shadaqah hanya dengan harta (uang), Nabi M pun
memberitahunya bahwa shadaqah tidak hanya sebatas dengan
harta (uang). A k a n tetapi, zikir dan segala jenis laku baik
lainnya bisa disebut shadaqah. Disebutkan dalam Shahih
Muslim dari A b u Dzarr 4*> ia bercerita: "Serombongan sahabat
y

mengadu kepada Nabi H , 'Wahai Rasulullah, para hartawan


pemilik kekayaan telah memborong semua pahala. Mereka
shalat, kami juga shalat, mereka puasa, kami juga puasa, namun
mereka bisa bershadaqah dengan kelebihan harta mereka
(sementara kami tidak).' Nabi M menukas:

91 Mursal: Dilansir oleh Abdurraziq dalam Al-Mushannaf (Hadis no. 3188).


Alternatif Pengganti Posisi Haji dan U m r a h bagi Orang ..

<j£«*ui3 3 ^ 2 j o l ^ J ^ U 'p A i d*=r ^ jiiijl

3 J U A ^ J^3 Lr\5 i/-r^ J*3

Bukankah Allah telah menjadikan untuk kalian sesuatu yang


bisa kalian shadaqahkan? Sesungguhnya tiap satu kalimat
tasbih (subhdnalldh) adalah shadaqah. Tiap satu kalimat
takbir (alldhu akbar) adalah shadaqah. Tiap satu kalimat tahlil
(la ildha Mallah) adalah shadaqah. Tiap satu kalimat tahmid
(alhamdulilldh) adalah shadaqah. Memerintahkan kebajikan
adalah shadaqah. Melarang kemungkaran adalah shadaqah.
Bahkan sanggama salah seorang kalian pun (bisa dijadikan)
shadaqah. 92

Masih dari A b u Dzarr, Imam A h m a d melansir dalam


AUMusnad bahwasanya ia pernah mengadu kepada Nabi H ,
"Wahai Rasulullah, orang-orang kaya bershadaqah, namun
kami tidak." Beliau menukas:

92 Shahih: Dilansir oleh M u s l i m dalam Shahih Muslim, Kitab Az-Zakah,


Bab Bay&n Anna Ism Ash-Shadaqah Yaqau ald Kulli min
(
AUMaruf,
Hadis no. 1006.

[Lili!! ILIIJI ILIIJI


115
Syawaf

%3u0 {yjJ^\ *p pikil dAii) %Ju*> dU

dfcjS J J a L JL*iil diijPj S l t t f ^ j & i dJ&JlAj

d%;i d J ^ U j MI ^ d %

Sesungguhnya kau bisa bershadaqah dengan modal dirimu.


Aktivitasmu menyingkirkan tulang dari jalan adalah shadaqah,
kesudianmu menunjukkan jalan adalah shadaqah, bantuanmu
pada orang lemah dengan sisa makananmu adalah shadaqah,
penjelasanmu tentang sesuatu yang sukar dipahami adalah
shadaqah, bahkan sanggamamu dengan istrimu adalah
shadaqah. 93

Dan masih banyak lagi hadis yang semakna dengan ini yang
tidak mungkin kami sebutkan semua. Simpul kata, barangsiapa
yang tidak memiliki kemampuan teknis untuk melakukan amal
kebajikan, merasa masygul dan amat menyesal karenanya,
dan berangan-angan bisa meraihnya (melakukannya) maka ia
sejajar dengan pelakunya dalam hal pahala, sebagaimana hadis
terdahulu tentang orang yang memprotes A l l a h H : "Andai

93 Shahih: Dilansir oleh A h m a d dalam AlMusnad (V/154). Syaikh


Syu'aib A h A r n a ' u t h menyatakan dalam AlMusnad (XXXV/291): I n i
adalah hadis shahih, sanad-nya sesuai dengan sanad A h B u k h a r i dan
Muslim, hanya saja ia munqathi.

116 *

»h> 'k ».». 'k <>0J2> : &0<5 : , t>IO 44 C»0O


VJP "U't? «5fiP &
A° «W»_ ..Vg> -
Alternatif Pengganti Posisi Haji dan U m r a h bagi Orang .

aku memiliki harta kekayaan, niscaya aku akan beramal seperti


yang dilakukan si F u l a n . " 94
Keduanya sama-sama dalam hal
pahala dan dosa.

Ada juga yang berpendapat bahwa keduanya hanya sejajar


dari segi pokok pahala, bukan kelipatannya, sebab pelipatan
pahala amal (hingga 700 kali lipat) hanya khusus bagi pelaku
amal. Dari sini, para pemilik himmah cita yang tinggi tidak
puas hanya dengan partisipasi pasif seperti i n i , tetapi mereka
terus berusaha keras mencari cara dan upaya untuk melakukan
amalan-amalan yang bisa menyamai amalan-amalan yang
tidak mampu mereka kerjakan agar bisa meraih pahala yang
setara dengan pahala amalan-amalan tersebut dan mendapat
kelipatan pahala yang dinikmati oleh orang-orang tersebut,
sehingga mereka dan para pelaku amal tersebut sejajar dalam
hal pahala secara keseluruhan.

Pada masa Nabi |g, beberapa orang yang tidak bisa ikut
berperang dari kalangan kaum wanita dan orang-orang lemah,
bertanya kepada Rasulullah M mengenai amalan yang setara
dengan jihad.

A d a lagi seorang wanita yang ketinggalan haji bersama


Nabi M» Begitu beliau datang, ia langsung bertanya kepada beliau

94 Shahih: Telah di-takhrij sebelumnya.


Syawaf

mengenai amalan yang bisa menggantikan haji tersebut. Beliau


menjawab, "Umrahlah pada bulan Ramadhan, sesungguhnya
umrah pada bulan Ramadhan setara dengan haji, atau haji
bersamaku. " 95

Aisyah juga pernah bertanya, "Wahai Rasulullah, kami


lihat jihad merupakan amal yang paling afdhal, lalu mengapa
kami tidak boleh ikut berjihad mengangkat senjata?!" Beliau
menukas, "Jihad kalian -kaum perempuan- adalah haji dan
umrah. " 96

Sebagian orang di antara mereka yang tidak ikut ber-


perang karena suatu udzur berusaha semaksimal mungkin
untuk tetap meraih pahala yang sama dengan yang diraih
para pejuang yang i k u t berperang. A d a yang menyuruh
orang untuk menggantikan posisinya dengan imbalan uang
tertentu, ada juga yang membantu pejuang, dan ada pula yang
menggantikan posisinya dalam keluarganya (sebagai pemberi
nafkah dan pengawas anak-istrinya, bahkan menggantikannya
sebagai kepala keluarga jika si pejuang gugur di medan jihad).
Sebab, orang yang melakukan semua hal i n i berarti ia telah
ikut berperang.

95 Shahih: Dilansir oleh A h B u k h a r i dalam Shahih AhBukhari, Kitab Jaza


Ash-Shaid, Bab Hajj An-Nisa', Hadis no. 1863.
96 Shahih: Telah dhtakhrij sebelumnya.
Alternatif Pengganti Posisi Haji dan U m r a h bagi Orang .

Konon, setiap kali mendengar berita ada orang kaya yang


mengeluarkan shadaqah dalam jumlah nominal yang besar,
sekelompok orang shaleh berkumpul di suatu tempat lalu
menghitung jumlah uang yang dishadaqahkan orang kaya
tersebut, kemudian menjalankan shalat dengan perbandingan
satu rakaat untuk satu dirham yang dishadaqahkannya demi
A l l a h . Demikianlah kompetisi kebaikan dan perlombaan
menuju derajat yang tertinggi.

Itulah kebanggaan hai himmah cita laki-laki

Kemari dan lihatlah bagaimana ia memahalkan diri

Mahasuci Dzat yang mengutamakan umat i n i dan mem-


bukakan di hadapan mereka lewat tangan Nabi-Nya yang
merupakan "Nabi Ar-Rahmah" (Nabi penebar belas kasih)
pintu-pintu segala keutamaan. Sehingga tidak ada suatu amal
besar yang mampu dikerjakan oleh sebagian kalangan dan
tidak mampu dilaksanakan oleh kalangan yang lain, kecuali
A l l a h f g tetapkan bagi mereka suatu amalan yang setara atau
bahkan melebihinya, sehingga seluruh komponen umat bisa
sejajar dalam hal kemampuan melaksanakannya.

Ketika jihad yang merupakan amalan terafdhal tidak


mampu dilaksanakan oleh mayoritas manusia, maka A l l a h M
menetapkan zikir yang dilakukan secara kontinu dan terus-
menerus sebagai amalan yang setara dengan jihad, bahkan
mengunggulinya dalam beberapa kondisi. Amalan pada sepuluh

119

'n ; W • 'W : W W W W W :: W : W W W 'W W 'W W ;


W 'W •
'•. W W
Syawaf

hari Dzulhijjah juga mengungguli jihad di medan perang, kecuali


atas orang yang pergi berjihad dengan jiwa raga dan hartanya
dan tidak kembali dengan membawa keduanya sedikit pun.

Selanjutnya ketika haji ditetapkan sebagai salah satu


amal yang paling afdhal, dan jiwa kaum mukminin begitu
menghasratinya karena memang Allah telah menitipkan
ke dalam hati mereka kerinduan kepada Baitullah yang
agung tersebut, namun banyak orang yang tidak mampu
mengerjakannya. Apalagi untuk mengerjakan ibadah tersebut
setiap tahun, maka A l l a h pun mensyariatkan untuk hamba-
hamba-Nya sejumlah amalan yang pahalanya bisa menyamai
pahala haji, sehingga orang-orang yang tidak mampu berhaji
bisa terobati dengannya.

Disebutkan dalam Sunan At-Tirmidzi dari Nabi H , beliau


bersabda: "Barangsiapa mengerjakan shalat shubuh dengan ber-
jamaah, kemudian duduk berzikir kepada Allah di tempat shalatnya
hingga terbit matahari, kemudian shalat dua rakaat (dhuha), maka
baginya pahala seperti pahala haji dan umrah yang sempurna.
Sempurna, sempurna, dan sempurna, tandas Rasulullah M" 91

97 Shahih: Dilansir oleh A t - T i r m i d z i dari narasi Anas 4^ dalam Sunan


At-Tirmidzi, Kitab As-Safar, Bab Dzikr ma Yustahabbu min Al-Julus
fi Al-Masjid Bada Shaldh Ash-Shubh Hatta Yathlu Asy-Syams, Hadis
no. 586. Hadis i n i dinyatakan shahih oleh Syaikh A h A l b a n i dalam
Shahih At-Tirmidzi (Hadis no. 6346).
Alternatif Pengganti Posisi Haji dan U m r a h bagi Orang .

Menghadiri shalat Jum'at juga setara dengan haji tathawwu


(sunnah). Sa'id b i n AhMusayyab mengatakan, "Ia lebih
aku sukai daripada haji nafilah (sunnah). N a b i M bahkan
menyamakan orang yang menyegerakan diri pergi ke masjid
untuk shalat Jum'at dengan orang yang menyembelih hewan
kurban di Baitullah" Disebutkan pula dalam sebuah hadis dha'if:
"Shalat Jum'at adalah hajinya orang-orang miskin." 98

Ibnu 'Asakir melansir atsar di dalam Tari/c/i-nya dari A h


Auza'i, ia bercerita:

Yunus b i n Maisarah b i n Halbas melintasi pemakaman


"Bab Tuma". Ia pun berseru, "Semoga salam kedamaian
tercurah atas kalian, wahai para penghuni kubur! Kalian
mendahului kami, dan kami akan menyusul kalian. Semoga
A l l a h mengasihi kami dan kalian, mengampuni dosa kami
dan kalian, seolah-olah kami telah berada d i tempat kalian
kembali sekarang."

Tiba-tiba A l l a h mengembalikan ruh salah seorang laki-


laki di antara mereka dan langsung menjawabnya; ia berkata:
"Beruntung nian kalian, wahai penghuni dunia, kalian bisa haji
empat kali dalam sebulan."

"Haji ke mana, semoga A l l a h merahmatimu?"

98 Dha'if: hihat Dhaif AU J ami (Hadis no. 2659).


awal

"Ke shalat Jum'at. Tidak tahukah kalian bahwa ia adalah


haji yang mabrur dan maqbul?!"

Yunus selanjutnya bertanya, "Apa hal terbaik yang kalian


lakukan?"

"Istighfar, wahai penghuni dunia."

"Apa yang menghalangimu untuk menjawab salam?"

"Wahai penghuni dunia, salam kedamaian dan pahala


kebaikan telah diangkat dari kami, maka kebaikan kami tidak
bertambah dan keburukan kami tidak berkurang. Kesempatan
kami telah tertutup, wahai penghuni dunia!"

Amalan lain yang setara dengan haji dilansir oleh A b u


Dawud dalam Sunan-nya, dari N a b i H , beliau bersabda:
"Barangsiapa bersuci di rumahnya, kemudian pergi ke masjid untuk
menunaikan shalat wajib, maka pahalanya seperti pahala orang
haji, dan barangsiapa pergi (ke masjid) untuk menunaikan shalat
dhuha, maka baginya seperti pahala orang umrah.""

Disebutkan pula dalam hadis narasi Ahmad, bahwasanya


N a b i H berpesan kepada seorang laki-laki agar berbakti

99 Hasan: Dilansir oleh A b u Dawud dari narasi A b u Umamah 4& dalam


Sunan Abi Dawud, Kitab Ash-Shaldh, Bab Md Jaa fi Fadhl AUMasyyu
ila Ash-Shaldh, Hadis no. 558. Hadis i n i dinyatakan hasan oleh Syaikh
A l - A l b a n i dalam Shahih Al-Jami' (6228).

iii

122 '* * 6b iJS ; .


Alternatif Pengganti Posisi Haji dan U m r a h bagi Orang .

kepada ibunya, seraya bersabda kepadanya, "Kau seperti orang


haji, umrah, dan mujahid —jika berbakti kepadanya" 100

Seorang tokoh sahabat mengatakan, "Pergi melaksanakan


shalat Id pada Hari Raya Idul Fitri setara dengan umrah,
sementara pada Hari Raya Idul Adha setara dengan haji."

AhHasan AhBashri menambahkan, "Berjalan untuk


memenuhi kebutuhan saudaramu sesama muslim lebih baik
daripada haji (sunnah) setelah haji (wajib)."

Uqbah bin Abdul Ghafir melanjutkan parade amal yang


setara dengan haji dan umrah, tuturnya: "Shalat isya' berjamaah
setara dengan haji, sementara shalat shubuh berjamaah setara
dengan umrah."

Abu Hurairah berkata kepada seorang l a k i - l a k i ,


" K e d i n i a n m u pergi ke masjid lebih aku sukai daripada
perang kami bersama Rasulullah (HR. A h m a d )

Simpul kata, penunaian ibadah-ibadah yang wajib secara


keseluruhan lebih utama daripada ibadah-ibadah sunnah,
termasuk haji dan umrah yang bersifat sunnah. Sebab tidak
ada amalan yang dijadikan sarana pendekatan diri para hamba
kepada A l l a h yang lebih Dia cintai daripada penunaian ibadah

100 Dilansir oleh A t h - T h a b r a n i dalam Al-Mujam AUAusath (Hadis no.


2915).
wwal

yang diwajibkan-Nya kepada mereka. Banyak orang yang tidak


merasa keberatan mengerjakan haji sunnah dan shadaqah
sunnah, namun mereka merasa keberatan melakukan kewa-
jiban-kewajiban seperti membayar utang dan mengembalikan
barang-barang yang diperoleh secara zalim. Banyak juga
orang yang merasa berat hati meninggalkan pekerjaan yang
haram dan syubhat, dan enteng saja membelanjakannya untuk
keperluan haji dan shadaqah.

Seorang tokoh salaf mengatakan, "Menolak uang 1/6


dirham yang diperoleh dengan cara-cara yang dibenci A l l a h
lebih aku sukai daripada haji 500 kali." Mencegah diri dari
melakukan hal-hal yang diharamkan jauh lebih afdhal daripada
mengerjakan haji sunnah untuk kesekian kalinya, karena hal
itu memang sangat berat dirasa oleh nafsu diri manusia. A l -
Fudhail bin 'Iyadh mengatakan, "Tiadalah haji, ribath, maupun
jihad lebih berat daripada mengunci mulut. Dan jika kau jelang
pagi dengan himmah menjaga mulutmu, maka kau jelang pagi
dalam urusan yang sangat berat."

Jadi, yang menjadi pertimbangan bukanlah penunaian


amal-amal kebajikan dengan anggota badan, tetapi per-
timbangan utamanya adalah kebajikan hati dan ketakwa-
annya, dan komitmen pensuciannya dari segala dosa. Jika
perjalanan dunia ditempuh dengan derap langkah fisik maka
perjalanan akhirat harus ditempuh dengan derap langkah
hati.

fa 0L

124
Alternatif Pengganti Posisi Haji dan U m r a h bagi Orang .

Seorang laki-laki berkata kepada seorang tokoh arifbillah, (

"Saya telah menempuh jarak sekian panjang untuk menemui


A n d a . " Ia menukas, " I n i bukan masalah menempuh jarak.
Cukup kau ceraikan nafsumu, maka dengan hanya satu langkah
kau telah mencapai tujuanmu."

Derap langkah hati lebih menjamin sampai ke tujuan


daripada derap langkah badan. Berapa banyak orang telah
sampai dengan badannya ke Baitullah, namun hatinya terputus
dari T u h a n pemilik Bait Suci. Sebaliknya, berapa banyak
orang yang hanya bisa terduduk d i ranjangnya, sementara
hatinya tersambung dengan AUMahall ALA'la (Tempat yang
Tertinggi).

Ragaku bersamaku, namun ruhku bersama kalian

Ragaku berada di rantau, sementara ruh di kampung halaman

T o k o h 'arif billah lainnya mengatakan, " A n e h nian orang


yang mampu mengarungi hutan rimba dan Padang Sahara
untuk mencapai Baitullah, lalu menyaksikan jejak-jejak para
nabi di dalamnya, namun ia sendiri tidak kuasa melintasi hawa
nafsunya untuk mencapai hatinya, lalu melongok ke dalamnya
apakah ada jejak A l l a h di dalamnya, sebab 'hati hamba-Ku yang
mukmin hanya memuat A k u . ' Wahai hamba yang beriman,
sesungguhnya A l l a h memiliki Rumah d i kedua sisimu yang jika
kau bersihkan, niscaya rumah itu akan terang-benderang oleh
cahaya Tuhanmu, lapang, dan lega."

>ft? 4$3
44» 4«? 44> 4^ : 4^= 4?= 4$° 4^> 44»-; "4§»-
: ;
Svjawaf

Asy-Syibli bersenandung:

Rumah yang kau huni

Tidak butuh pelita penerangan

Orang sakit yang kau kunjungi

Allah beri ia kesembuhan

Wajahmu yang penuh asa kami jadikan hujjah

Di hari ketika orang-orang datang dengan membawa hujjah

Membersihkan hati berarti mengosongkannya dari segala


sesuatu yang dibenci A l l a h § 1 berupa berhala-berhala hawa
nafsu. Sebab selama hal tersebut masih tersisa d i dalamnya,
maka A l l a h §g enggan mengisinya, karena Dia Dzat Mahakaya
yang paling tidak membutuhkan segala bentuk penduaan atau
pemusyrikan dan Dia tidak ingin berdesak-desakan dengan
berhala-berhala tersebut.

Sahi bin Abdullah At-Tustari mengatakan, " H a t i tidak


mungkin dimasuki cahaya (Tuhan), sementara di dalamnya
ada sesuatu yang dibenci A l l a h . "

Kami ingin kalian murni, sebab jika dicampuraduki

Niscaya kalian jauh sejauh pengabaian kalian terhadap


Kami

126
Alternatif Pengganti Posisi Haji dan U m r a h bagi Orang .

Kami tegaskan kepada kalian, jangan tempatkan selain


Kami di hati

Jika kalian tempatkan yang lain, kalian bukan bagian Kami

Saudara-saudaraku, jika tahun i n i kalian terhalang


untuk melaksanakan ibadah haji, kembalilah kepada jihad
melawan nafsu diri karena ia merupakan jihad yang terbesar
(al-jihad aLakbar). A t a u jika kalian terkepung hingga tidak
bisa melaksanakan ritual-ritual haji sesuai waktunya maka
alirkanlah air mata yang tersedia atas ketertinggalan kalian,
sebab mengalirkan darah merupakan keharusan pihak penge-
pung. Jangan pangkas rambut agama kalian dengan pisau dosa
karena dosa adalah pemangkas agama, bukan pemangkas
rambut. Berdirilah di hadapan A l l a h dengan perasaan penuh
harap dan cemas, menggantikan posisi qiyam di penjuru A l -
Khaif dan Masy'ar. Barangsiapa yang sudah jauh (tempat
tinggalnya) dari Tanah Haram, maka jangan jauhkan dirinya
dari rahmat A l l a h dengan dosa-dosa karena rahmat A l l a h dekat
dengan orang yang bertobat dan memohon ampun kepada-Nya.
Barangsiapa yang tidak mampu berhaji mengunjungi Baitullah
atau Baitullah jauh darinya maka tujulah Tuhan pemilik Bait,
sebab Dzat yang kita mintakan dan harapkan lebih dekat
daripada urat leher kita.

Kepada-Mu aku menuju, wahai Tuhan pemilik Bait dan Hajar

Engkaulah gantungan harapku dari hajiku dan umurku


Masjid Khaif adalah ketakutanku akan kejauhan dengan-Mu

Masdarku dan maqamku di hadap-Mu adalah lintasan


pikiranku

Bekalku adalah harapku kepada-Mu, kerinduan adalah


kendaraku

Air adalah lintasanku dan udara adalah perjalananku

Anda mungkin juga menyukai