Anda di halaman 1dari 2

Pentingnya Sirah Nabawiyah untuk memahami Islam

Tujuan mengkaji Sirah Nabawiyah bukan sekedar untuk mengetahui peristiwa-peristiwa sejarah yang
mengungkapkan kisah-kisah dan kasus yang menarik. Karena itu, tidak sepatutnya kita menganggap kajian
fikih Sirah Nabawiyah termasuk sejarah, sebagaimana kajian tentang sejarah hidup salah seorang Khalifah, atau
sesuatu periode sejarah yang telah silam.
Tujuan mengkaji Sirah Nabawiyah adalah agar setiap Muslim memperoleh gambaran tentang hakekat
Islam secara paripurna, yang tercermin di dalam kehiduapn Nabi Muhammad saw, sesudah ia dipahami secara
konseptional sebagai prinsip, kaidah dan hukum. Kajian Sirah Nabawiyah hanya merupakan upaya
aplikatif yang bertujuan memperjelas hakekat Isam secara utuh dalam keteledanannya yang tertinggi,
Muhammad saw.

Sejarah Puasa Bangsa Arab dan Nabi Muhammad


di Masa Jahiliyah

Sebelum Islam datang, puasa sudah dikenal di kalangan bangsa Arab. Bulan Ramadhan dan
kewajiban berpuasa umat Islam tidak dapat dilepaskan. Pada bulan Ramadhan, umat Islam yang tidak
memiliki uzur berkewajiban untuk menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh pada setiap
tahunnya.
Masalahnya, kenapa pilihannya jatuh pada bulan Ramadhan? Sementara ada sebelas bulan lainnya
dalam setahun. Guru besar hukum Islam di Mesir, Syekh Muhammad Afifi Al-Baijuri, atau dikenal
dengan nama Syekh Muhammad Khudari Bek (1872-1927 M) dalam karyanya Tarikh Tasyri Al-Islami
(Beirut, Darul Fikr: 1995 M/1415 H) menceritakan sejarah penetapan bulan Ramadhan sebagai bulan
untuk kewajiban berpuasa. Penulis Kitab Ushulul Fiqhi ini mengawali kajiannya dengan pengertian
kata “As-Shaum” atau puasa secara bahasa. Pengertian puasa dalam Bahasa Arab adalah menahan
diri (al-imsak) dari segala sesuatu dan meninggalkannya. Dari pengertian secara bahasa ini kemudian
muncul pengertian umum tentang “As-Shaum” atau puasa, yaitu menahan diri dari dua keinginan
(syahwatain).
Sebelum Islam datang, puasa sudah dikenal di kalangan bangsa Arab. Imam Bukhari dengan
sanadnya dari Aisyah RA meriwayatkan bahwa masyarakat Quraisy pada masa jahiliyyah lazim
melaksanakan puasa pada setiap hari Asyura atau 10 Muharram. Rasulullah SAW juga memerintahkan
sahabatnya untuk melaksanakan puasa Asyura pada 10 Muharram. “Siapa saja yang ingin berpuasa,
maka hendaknya ia berpuasa. Tetapi siapa saja yang ingin berbuka, hendaknya ia berbuka,” (Sunah
hukumnya) kata Rasulullah SAW. Tradisi ini berlangsung lama hingga datang kewajiban bagi umat Islam
untuk berpuasa di bulan Ramadhan. Dari sini dapat disimpulkan bahwa tradisi berpuasa sudah dikenal
dan berlangsung lama di kalangan bangsa Arab. Rasulullah dibesarkan dalam tradisi masyarakat
Quraisy. Ibnu Ishaq meriwayatkan perihal peristiwa wahyu pertama turun. Ibnu Ishaq menceritakan
bahwa Rasulullah SAW tahannuts di Gua Hira selama sebulan penuh pada setiap tahunnya. Dalam
setahun ada satu bulan di mana masyarakat Quraisy berlaku saleh (tahannuts atau tabarrur). Bulan yang
dilazimkan oleh masyarakat Quraisy dan Rasulullah SAW dilakukan rosul ketika berpuasa adalah :
1. Tahanus ( menyendiri dengan berzikir)
2. memberi makan orang miskin
3. Berbuat baik (melakikan kesalehan)
Bulan ini disebut bulan Ramadhan di mana Al-Qur’an diturunkan di dalamnya. Dari riwayat ini kita
dapat memahami bahwa puasa Ramadhan umat Islam merupakan puasa yang biasa dilazimkan
masyarakat Quraisy sebagai bentuk peribadatan di masa Jahiliyah sebelum Islam. (Khudhari Bek, 1995
M/1415 H: 28).
Allah memilih bulan Ramadhan melalui perintah-Nya untuk ibadah puasa sebulan penuh bagi
umat Islam, di mana Ramadhan merupakan bulan tahanus dan bulan melakukan amal saleh.
Pada bulan ini terdapat kemuliaan sebab risalah dari Allah melalui Surat Al-Baqarah ayat 183.
Pada tahun pertama perintah wajib puasa Ramadhan, para sahabat dilarang untuk mendekati istri
mereka pada malam-malam puasa. Kemudian Al-Qur’an meringankan keberatan dan kesulitan
pelaksanaan ibadah Ramadhan tersebut melalui Surat Al-Baqarah ayat 187 yang membolehkan mereka
untuk menggauli istri pada malamnya.
Rasulullah SAW menganjurkan puasa sunnah beberapa hari tertentu di luar bulan Ramadhan.
Sedangkan puasa Ramadhan diwajibkan kepada umat Islam untuk pertama kalinya pada tahun kedua
hijriyyah. (Khudhari Bek, 1995 M/1415 H: 29). Wallahu a’lam.

Anda mungkin juga menyukai