Anda di halaman 1dari 2

Tugas.

Pada Tugas 3 ini merupakan evaluasi tentang Penalaran Oposisi dan Silogisme Beraturan. Jawablah


pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan penalaran oposisi dan bentuk penalaran oposisi sebagai
penyimpulan langsung?

Penalaran oposisi adalah suatu penarikan kesimpulan secara langsung dengan


membandingkan beberapa proporsi katgoris dengan term yang sama, tetapi kuantitas
maupun kualitasnya berbeda, untuk menentukan kesahihan suatu proporsi. Penalaran
oposisi sebagai penyimpulan langsung dilakukan dengan membuat proporsi baru dari term
yang sama dalam sebuah proporsi.

2. Lalu, berikan dua contoh setiap bentuk peralaran oposisi?

Pertama

a. Benarkah pengertian identitas sebagai bangsa Indonesia pada generasi muda berbeda
dengan generasi tua? Benar

b. Identitas bangsa yang dirasakan oleh generasi muda dan generasi tua mengalami
perbedaan (distinction) dalam praktiknya. Globalisasi telah memberikan ruang “antara”,
sehingga konstruksi identitas “antara” tumbuh di kalangan generasi muda, bukan penipisan
rasa identitas sebagai bangsa.

Kedua

c. Dalam studi budaya dan studi poskolonial, poskolonialisme merupakan upaya rekonstruksi
diri, yang menjelaskan bahwa “identitas bangsa Indonesia” dikonstruksi di dalam konteks
antar-budaya. (Benar)

d. Generasi muda atau generasi tua yang progresif-kritis lebih lekat dan sadar atas identitas
“antara” dalam memaknai identitas bangsa. Identitas bangsa sebagai hasil interaksi antar-
budaya. Dengan demikian, pluralitas adalah keniscayaan realitas sosial-budaya Indonesia,
bukan keseragaman.

3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan silogisme beraturan dan bentuk silogisme beraturan
sebagai penyimpulan tidak langsung?

Silogisme beraturan adalah silogisme lengkap yang terdiri dari dua proposisi yang berupa
premis mayor dan premis minor, dan sebuah konklusi.

4. Lalu, berikan dua contoh setiap bentuk silogisme beraturan?

a. Pertama

· Relasi antara habitus, kapital budaya, dan ranah menghasilkan praktik dengan strategi,
sesuai dengan formula {(habitus) (capital)} + field = practice (Bourdieu, 1984: 101)

· Gus Dur bersama The Wahid Institute mereproduksi misi plural and peaceful Islam.yang
dipraktikkan melalui habitus dengan kapital budaya di dalam ranah (field) pendidikan kritis-
emansipatoris
· Konsepsi habitus Bourdieu itu menjelaskan Gus Dur sebagai cendikiawan, budayawan, dan
politikus memiliki skemata sebagai wujud dari habitus yang mempunyai kapital budaya,
ekonomi dan politik

b. Kedua

Identitas bangsa yang dirasakan oleh generasi muda dan generasi tua mengalami perbedaan
(distinction) dalam praktiknya. Globalisasi telah memberikan ruang “antara”, sehingga
konstruksi identitas “antara” tumbuh di kalangan generasi muda, bukan penipisan rasa
identitas sebagai bangsa. Generasi muda atau generasi tua yang progresif-kritis lebih lekat
dan sadar atas identitas “antara” dalam memaknai identitas bangsa. Identitas bangsa
sebagai hasil interaksi antar-budaya. Dengan demikian, pluralitas adalah keniscayaan realitas
sosial-budaya Indonesia, bukan keseragaman

Anda mungkin juga menyukai