Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 1 DASAR DASAR KEDOKTERAN GIGI


MODUL 2
EVIDENCE BASED DENTISTRY (EBD)

Kelompok 3

Tutor : drg. Aria Fransiska, MDSc


Ketua : Reyhan Ammar Helmy Samsuri (2211412010)
Sektretaris Meja : Reviola Amanda Putri (2211412028)
Sekretaris Papan : Mutiara Yukti Edyasfitri (2211412017)
Anggota : Arya Nugraha (2211412034)
Fathiya Khalila Balqis (2211413030)
Kayla Shava Kirana (2211411020)
Nicky Voranda Putra (2211412020)
Rehani Dwi Rahmi (2211413038)
Siska Aprilia (2211412018)
Siti Arifah Rama Syani (2211413020)
Sovia Agustin (2211411012)
Windi Putri Arnores (2211413034)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ANDALAS
2022/2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirabbilalamin, puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT karena
berkat dan rahmat-Nya, tugas laporan Tutorial Skenario Modul 2 ini dapat diselesaikan sesuai
waktu yang ditargetkan.
Penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang sudah
mendukung penulisan atau penyusunan dari laporan ini. Terutama dokter tutor kami drg. Aria
Fransiska, MDSc sebagai pembimbing dan orang tua dari masing-masing penyusun yang
telah memberikan dukungan moril dan materil.
Seperti kata pepatah “Tak ada gading yang tak retak”, begitu pula dengan laporan
praktikum ini yang tentu masih memiliki banyak kekurangan dan kesalahan. Maka dari itu,
kami harapkan bahwa dokter tutor kami drg. Aria Fransiska, MDSc dapat memberikan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi bertambahnya wawasan pengetahuan kami.
Atas partisipasi dan perhatiannya, penyusun ucapkan terima kasih.

Padang, 1 September 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
MODUL 2.................................................................................................................................1
Skenario 2..............................................................................................................................1
Langkah Seven Jumps:........................................................................................................2
Langkah 1 : Mengklarifikasi Terminologi yang Tidak Diketahui dan Mendefinisikan
Hal-hal yang dapat Menimbulkan Kesalahan Interpretasi..................................................2
Langkah 2 : Menentukan Masalah..................................................................................3
Langkah 3 : Menganalisa Masalah Melalui Brain Storming dengan Menggunakan
Prior Knowledge.................................................................................................................3
Langkah 4 : Membuat Skema atau Diagram dari Komponen-komponen Permasalahan
dan Mencari Korelasi dan Interaksi antar Masing-masing Komponen untuk Membuat
Solusi secara Terintegrasi...................................................................................................4
Langkah 5 : Memformulasikan Tujuan Pembelajaran / Learning Objectives................5
Langkah 6 : Mengumpulkan Informasi di Perpustakaan, Internet, dan Lain-Lain.........5
Langkah 7 : Sintesa dan Uji Informasi yang Telah Diperoleh.......................................5
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................9

iii
MODUL 2
EVIDENCE BASED DENTISTRY (EBD)

SKENARIO 2
"Mencari informasi yang sahih"
Seiring meningkatnya kasus Covid-19 di dunia, beredar informasi mengenai beberapa
pengobatan alami atau herbal seperti mengkonsumsi jamu, menghirup uap minyak kayu putih,
dll. Mahasiswa FKG tidak mudah percaya dengan informasi yang beredar dan mencoba
mencari informasi yang sahih. Mahasiswa tersebut mendapatkan lebih dari 30 artikel ilmiah
dan dibaca secara cepat, lalu dianalisis secara kritis.

Berdasarkan evidence based diketahui bahwa virus ini pernah dulu berjangkit dan
sekarang muncul kembali. Sebelumnya digunakan pengobatan alami atau herbal, namun
seiring pesatnya perkembangan teknologi, dilakukan berbagai penelitian untuk pencegahan
dan pengobatannya.

Bagaimana saudara menjelaskan mengenai hal ini?

1
Langkah Seven Jumps:
1. Mengklarifikasi terminologi yang tidak diketahui dan mendefinisikan hal-hal yang
dapat menimbulkan kesalahan interpretasi.
2. Menentukan masalah.
3. Menganalisa masalah melalui brain storming dengan menggunakan prior knowledge.
4. Membuat skema atau diagram dari komponen-komponen permasalahan dan mencari
korelasi dan interaksi antar masing-masing komponen untuk membuat solusi secara
terintegrasi.
5. Memformulasikan tujuan pembelajaran/learning objectives.
6. Mengumpulkan informasi di perpustakaan, internet, dan lain-lain.
7. Sintesa dan uji informasi yang telah diperoleh.

URAIAN
Langkah 1 : Mengklarifikasi Terminologi yang Tidak Diketahui dan
Mendefinisikan Hal-hal yang dapat Menimbulkan Kesalahan Interpretasi
1. Covid-19 adalah singkatan dari Corona Virus Disease yang disebabkan oleh virus
SARS-CoV-2 yang menyerang pernafasan manusia.
2. Evidence Based berdasarkan terjemahannya adalah berbasis bukti. Maksudnya adalah
informasi yang didapatkan harus berbasis bukti.
3. Sahih adalah pernyataan yang sah atau benar, pendapat yang sempurna, dan sesuai
dengan fakta.
4. Herbal adalah pengobatan bersifat alami yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.
5. Virus adalah mikroorganisme yang dapat menginfeksi makhluk hidup lain.

Langkah 2 : Menentukan Masalah


1. Bagaimana cara mencari informasi yang sahih?
2. Bagaimana informasi tentang pengobatan alami bisa beredar?
3. Mengapa mahasiswa FKG tidak mudah percaya dengan informasi yang beredar?
4. Bagaimana cara menganalisis secara kritis?
5. Apa contoh dari Evidence Based?
6. Bagaimana teknik membaca secara cepat?
7. Apa peran teknologi dalam pencegahan dan pengobatan?

2
Langkah 3 : Menganalisa Masalah Melalui Brain Storming dengan
Menggunakan Prior Knowledge
1. Bagaimana mencari informasi yang sahih?
Dalam mencari informasi yang sahih, mahasiswa harus memperhatikan kebutuhan
informasi dengan informasi yang dicari. Selain itu, hendaknya membaca secara
menyeluruh dan membandingkan dengan sumber yang terpercaya. Jangan hanya
membaca judul dan poin-poinnya saja. Informasi yang sahih bisa didapat lewat link
terpercaya yang mahasiswa ketahui kebenarannya.

2. Bagaimana informasi tentang pengobatan alami bisa beredar?


Informasi tentang pengobatan alami bisa beredar lewat media social seperti Facebook
dan Whatsapp, biasanya disebarkan oleh orang tua. Selain itu bisa juga lewat internet
seperti artikel kesehatan. Karena pengobatan alami yang mujarab, informasinya bisa
beredar dari mulut ke mulut. Pengobatan alami yang digunakan nenek moyang
berkembang dalam tradisi, sehingga informasinya turun temurun. Kurangnya
pengetahuan tentang riset statistik membuat masyarakat masih berpegang pada
pengobatan alami.

3. Mengapa mahasiswa FKG tidak mudah percaya dengan informasi yang beredar?
Sebagai mahasiswa sepatutnya tidak menelan informasi secara mentah, bisa saja
informasi tersebut belum terbukti kebenarannya atau infromasi yang didapat
berlawanan dengan yang sebenarnya. Mahasiswa harus memastikan informasi yang
didapat benar atau salah, agar mahasiswa tidak tersesat dan tidak merugikan diri
sendiri serta orang lain.

4. Bagaimana cara menganalisis secara kritis?


Cara menganalisis secara kritis yaitu dengan memahami dan mengkaji secara
mendalam, mengumpulkan data dan meninjau secara mengakar, memahami dan
melakukan klasifikasi, berpikir setiap sisi dan mengungkapkan berdasarkan bukti
akurat, serta mengkaji dari sudut pandang utuh.

5. Apa contoh dari Evidence Based?


Evidence Based bisa didapat dari jurnal dan makalah dari seorang peneliti, kuisioner,
instansi pemerintah terpecaya, dan buku-buku di perpustakaan.

6. Bagaimana teknik membaca secara cepat?


Teknik membaca cepat meliputi screening, yaitu membaca highlight. Selain itu
membaca cepat bisa dilakukan dengan mencari kata kunci pada setiap paragraph.

7. Apa peran teknologi dalam pencegahan dan pengobatan?


Peran teknologi dalam pencegahan dan pengobatan yaitu mempermudah melacak
pasien dan menyebarkan info, sebagai media bertukar informasi untuk mencegah
penyebaran, membantu masyarakat untuk mengetahui apa yang harus dilakukan,

3
memudahkan pekerjaan jarak jauh, dan dengan teknologi bisa membantu dalam
memberi info ke kerabat jauh.

Langkah 4 : Membuat Skema atau Diagram dari Komponen-komponen


Permasalahan dan Mencari Korelasi dan Interaksi antar Masing-masing
Komponen untuk Membuat Solusi secara Terintegrasi

4
Langkah 5 : Memformulasikan Tujuan Pembelajaran/Learning Objectives
1. Mahasiswa mampu menjelaskan bagaimana cara mendapatkan informasi yang sahih
2. Mahasiswa mampu menjelaskan bagaimana cara membaca cepat
3. Mahasiswa mampu menjelaskan bagaimana cara menganalisis secara kritis
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Evidence Based

Langkah 6 : Mengumpulkan Informasi di Perpustakaan, Internet, dan


Lain-Lain

Langkah 7 : Sintesa dan Uji Informasi yang Telah Diperoleh


1. Mahasiswa mampu menjelaskan bagaimana cara mendapatkan informasi yang sahih
 Informasi adalah suatu kumpulan tulisan dalam bentuk yang komprehensif,
mengandung suatu makna tertentu, sehingga siap dan dapat dikomunikasikan.
Sedangkan sahih berarti yang sehat, yang selamat, yang benar, yang sah dan yang
benar. Sehingga informasi sahih dapat didefinisikan sebagai kumpulan tulisan
yang mengandung suatu makna benar
 Informasi yang beredar belum tentu merupakan informasi yang sahih. oleh karena
itu untuk mendapatkan informasi sahih kita harus mencari kebenaran informasi
tersebut melalui sumber informasi yang terpercaya
 Kegiatan yang dapat dilakukan oleh seseorang dengan cara, mencari, menemukan,
memilih, mengevaluasi, menggunakan, serta mengkomunikasikan suatu informasi
sebagai penyelesaian berbagai macam masalah yang ada.
 Cara termudah untuk mendapatkan info yang valid adalah dengan mengecek
otoritas sumber info tersebut. Maksudnya, siapa yang bertanggungjawab atau
pengelola web nya, siapa yang menulis info disana, apakah nama pengarang
tercantum di artikel, dll. Pastikan pengelola situs web adalah pihak yang memang
punya wewenang dan kredibilitas dalam menyampaikan info yang sedang kita
cari.
 Dalam berbagai kegiatan ilmiah, kebutuhan akan sumber-sumber informasi
merupakan hal yang niscaya. Akan tetapi, tidak semua peneliti maupun akademisi
dapat menemukan sumber informasi yang tepat. Dalam hal demikian, dibutuhkan
seseorang yang diharapkan dapat mengatasi keterbatasan tersebut. Seorang
intermediary merupakan profil yang dapat membantu mendapatkan informasi
yang tepat. Seperti seorang pustakawan.
 Perkembangan teknologi informasi membuat arus informasi sangat mudah diakses
tanpa batas ruang dan waktu. Tidak semua informasi sahih sebagai bahan acuan.
Dalam era dijital, seorang pustakawan harus memiliki ketrampilan dijital literasi
supaya dapat menelusuri dan mengidentifikasikan sumber informasi yang valid.
Ada 2 komponen penting dijital literasi, yaitu strategi penelusuran (kata kunci,
indeks online, boolean logic dan sintaks) dan evaluasi web (authoritatif, akurasi,
obyektifitas, kekinian, cakupan serta gaya bahasa). Komponen tersebut perlu
5
diketahui oleh pustakawan, agar ia menyajikan sumber-sumber informasi secara
valid, reliable dan akurat sesuai yang dibutuhkan oleh pemustaka
 Dalam pencarian sumber-sumber informasi, tugas pustakawan adalah sebagai
fasilitator yang memberikan bimbingan, pengajaran dan pelatihan untuk
menggunakan alat-alat bantu pencarian dan mencari sumber informasi yang sahih
dalam bentuk tercetak dan elektronik. Bila ada pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan dengan pencarian informasi pustakawan harus dapat menjawabnya
dengan baik. Dengan demikian, pustakawan harus mengetahui sumber-sumber
informasi yang ada di perpustakaannya dan sumber-sumber informasi lain yang
sahih (authoritative) dan dapat diakses dengan mudah dan cepat.
 Sumber-sumber informasi di internet:
1. (Online Public Access Catalog) : Suatu sistem temu balik informasi
berbasis komputer yang digunakan oleh pengguna untuk menelusur koleksi
suatu perpustakaan atau unit informasi lainnya
2. Repository : Repository merupakan karya ilmiah misalnya disertasi, tesis,
skrispsi
3. E-Journal
4. Google Scholar
5. E-book
6. Databases video sharing
 Sumber informasi media cetak:
1. Textbook
 Apa yang membuat suatu sumber dikatakan terpercaya? Untuk menentukan
sumber itu terpercaya atau tidak tidak kamu harus memerhatikan beberapa
kriteria.kriterianya yaitu:
1. Authority: Siapa penulisnya? Apa kredensial mereka? Apakah mereka
memiliki pengalaman berpengetahuan di bidang yang mereka tulis? Apa
reputasi mereka?
2. Accuracy : Bandingkan informasi penulis dengan informasi yang sudah
Anda ketahui dapat diandalkan. Apakah ada kutipan yang tepat? Apakah
informasinya bias? Jika demikian, apakah itu mempengaruhi kesimpulan
penelitian?
3. Coverage: Apakah informasi tersebut relevan dengan topik Anda dan
apakah itu memenuhi kebutuhan Anda? Pertimbangkan apa yang Anda
butuhkan seperti statistik, bagan, dan grafik.
4. Currency: Apakah topik Anda terus berkembang? Topik di bidang
teknologi dan inovasi medis membutuhkan sumber yang up to date

2. Mahasiswa mampu menjelaskan bagaimana cara membaca cepat


 Menurut penelitian, Membaca Cepat adalah meningkatkan kemampuan siswa
dalam membaca cepat dan meningkatkan pemahaman siswa terhadap apa yang
dibacanya. Latihan membaca cepat adalah penelitian yang dibuat untuk

6
memaksimalkan potensi baca seseorang dalam memahami sebuah bacaan. Ada
tujuh latihan terdapat dalam membaca cepat yaitu latihan melihat dengan otak,
latihan mempercepat Gerakan mata, latihan melebarkan jangkauan mata, latihan
fiksasi ke fiksasi, latihan otot mata, latihan pernapasan, dan latihan konsentrasi.
Setelah kita melakukan latihan membaca cepat maka pemahaman kita akan
semakin bertambah terhadap bacaan, dan secara langsung kecepatan kita dalam
membaca juga akan meningkat.
 Kemampuan membaca cepat merupakan hal yang sangat penting untuk dikuasai.
Agar tidak ketinggalan informasi yang terbaru, maka kemampuan membaca
dengan cepat sangatlah diperlukan. Membaca cepat adalah kegiatan membaca
secara cepat dengan waktu yang relatif singkat untuk mengetahui garis besar isi
atau ide pokok suatu bacaan, tanpa mengabaikan pemahaman isinya. Kegunaan
atau manfaat membaca cepat adalah dapat dipahami informasi atau isi sebuah
bacaan secara cepat dan waktu yang relatif singkat sehingga kita tidak akan
ketinggalan informasi yang terbaru. Selain itu, wawasan pun akan bertambah luas
seriring perkembangan teknologi dan arus informasi yang berkembang sangat
cepat. (Ade Asih Susiari Tantri, 2015).
 Untuk membaca cepat, pertama kita harus membuang persepsi bahwa membaca
itu sulit, tidak boleh menggunakan jari ketika membaca dan lainnya. (Rizem
Aizid, 2011). Untuk memaksimalkan kecepatan membaca kita harus memiliki
modal dasar, seperti kosakata yang cukup, mampu berkonsentrasi, kondisi fisik
dan mental yang mendukung, yang paling penting adalah latar belakang
pengetahuan. (Nuriadi, 2008).
 Teknik membaca cepat:
1. Teknik Skipping: membaca dengan loncatan-loncatan, bagian bacaan
dilompati untuk mendapatkan efektivitas dan efisiensi membaca. (Yeti
Mulyani 2003)
2. Teknik skimming: suatu proses membaca teks cepat dengan cara melihat
bagian-bagian terpenting dari teks sepintas tanpa harus mendalami isi teks
tersebut (Budiharso, 2006). Sehingga pembaca hanya memperhatikan inti
wacana.
3. Teknik scanning: digunakan untuk menemukan jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan ada. Caranya pembaca memperhatikan pertanyaan yang hendak
dijawab terlebih dahulu untuk menentukan topik apa dan yang mana yang
hendak dicari. Kemudian, membiarkan mata pembaca untuk menelusuri
bagian yang relevant pada teks dimaksud (Jarwadi, 2003)
4. Teknik Selecting: teknik membaca cepat dengan cara memilih bahan
bacaan dan atau bagian (bagian-bagian) bacaan yang dianggapnya relevan,
atau berisi informasi fokus yang ditentukannya.
 SQ3R merupakan suatu metode membaca yang sangat baik untuk kepentingan
membaca intensif dan rasional. Metode membaca ini baik untuk keperluan studi.
Metode membaca untuk studi ini dianjurkan oleh seorang guru besar psikologi
dari Ohio State University yaitu Prof. Francis P. Robinson tahun 1941. Metode ini

7
merupakan salah satu metode membaca yang makin lama makin dikenal orang
dan banyak digunakan. Kegiatan membaca dengan menggunakan metode SQ3R
mencakup lima langkah, yaitu,
1. Survei (penelaahan pendahuluan), maksudnya memeriksa atau meneliti
atau mengidentifikasi seluruh teks
2. Question (bertanya), maksudnya menyusun daftar pertanyaan yang sesuai
dengan wacana
3. Read (baca), maksudnya membaca wacana secara aktif untuk mencapai
pertanyaan- pertanyaan yang telah tersusun
4. Recite (mengutarakan kembali), maksudnya menghafal semua jawaban
atas pertanyaan yang telah tersusun atau ditemukan
5. Review (mengulang kembali), maksudnya meninjau ulang seluruh
jawaban atas pertanyaan yang telah tersusun pada langkah kedua dan
ketiga. (Francis P. Robinson, 1941)
 Kunci utama membaca cepat ialah melanjut terus. Pada waktu akan mulai berlatih,
ingatlah untuk membiasakan gerakan mata dan proses berpikir yang diperlukan
dalam membaca cepat. Pada permulaan latihan membaca cepat, pemahaman isi
bacaan tidaklah terlalu diutamakan. Upaya menanamkan “keinginan untuk
membaca cepat” adalah yang pertama kali ditumbuhkan.
 Ada beberapa faktor penghambat yang lazim dilakukan oleh seseorang saat
membaca. Berikut beberapa kebiasaan tersebut:
1. Vokalisasi
Vokalisasi adalah membaca sambil bersuara atau mengucapkan kata demi
kata yang akan dibaca. Dengan demikian, kecepatan baca akan sama
dengan berbicara. Membaca dengan bersuara merupakan kebiasaan buruk
yang dapat menghambat kecepatan membaca. Agar dapat menghilangkan
kebiasaan lama ini saat membaca, caranya adalah dengan memosisikan
bibir seperti bersiul, dan meletakkan tangan di leher (jangan sampai terasa
getarannya). Atau dengan cara meletakkan ujung lidah pada pangkal gigi
dan bibir depan ditutup dengan rapat.
2. Subvokalisasi
Subvokalisasi adalah membaca dengan suara kecil di dalam hati.
Kebiasaan ini hampir sama dengan vokalisasi. Bedanya, dalam vokalisasi
suara berada di bibir, sedangkan pada subvokalisasi, suara berada di hati.
Meskipun begitu, dampak keduanya kurang lebih sama, yakni kecepatan
baca sama dengan kecepatan berbicara. Cara mengatasi kebiasaan
subvokalisasi ini adalah dengan jalan menyadarkan diri bahwa membaca
cepat itu sangat diperlukan. Latihan yang cukup juga dapat membantu
dalam mengatasi kebiasaan tersebut. Kita harus mampu membedakan
membaca dalam hati dengan membaca oral, serta tidak boleh mencampur
aduk kedua jenis membaca tersebut.
3. Gerakan bibir
Ada juga orang yang tidak bersuara, tetapi bibir seperti orang berbicara
8
dan melafalkan sesuatu. Kebiasaan ini berakibat sama dengan dua
kebiasaan buruk yang telah disebutkan sebelumnya. Untuk itu, sebaiknya
jangan melakukan kebiasaan buruk itu ketika membaca. Untuk
menghilangkan kebiasaaan buruk ini, caranya yaitu rapatkanlah bibir kuat-
kuat-kuat, mengunyah permen karet, kedua bibir menjepit pensil atau
benda lain yang ringan, seperti memosisikan bibir seperti orang bersiul
(tanpa suara). Dengan cara-cara tersebut dapat menghilangkan kebiasaan
buruk menggerakkan bibir saat membaca. Sehingga dapat membaca lebih
cepat.
4. Gerakan kepala
Kebiasaan membaca sambil menggerakkan kepala dapat menghambat
dalam membaca cepat. Disadari atau tidak ketika membaca kepala
bergerak mengikuti kata demi kata dalam bahan bacaan. Dengan demikian,
kepala bergerak secara teratur dari kiri ke kanan, lalu kembali lagi ke kiri,
dan seterusnya. Kebiasaan ini akan menghambat kecepatan baca karena
pergerakan kepala kalah jauh dengan pergerakan mata. Untuk
menghilangkan kebiasaan buruk ini, caranya meletakkan telunjuk jari ke
pipi, dan sadarkansiku tangan ke meja saat membaca. Jika tangan terdesak
oleh gerakan kepala, segeralah untuk menghentikannya.
5. Regresi
Regresi adalah bergeraknya mata ke belakang untuk membaca ulang suatu
kata atau beberapa kata sebelumnya. Mungkin pernah membaca suatu
kalimat atau paragraf tersebut. Coba bayangkan, jika dalam satu halaman
saja melakukan 10-15 kali, tentu sangat banyak waktu yang terbuang.
Maka dari itu, kebiasaan buruk itu sangat menghambat dalam membaca
cepat.

3. Mahasiswa mampu menjelaskan bagaimana cara menganalisis secara kritis


 Menurut Penelitian menganalisis secara kritis adalah mendeskripsikan penerapan
problem based learning dalam upaya mengembangkan kemampuan berfikir kritis.
Salah satu keunggulan dari model pembelajaran problem based learning yaitu
mampu melatih mahasiswa dalam menggunakan berbagai konsep, prinsip dan
keterampilan yang telah mereka pelajari untuk memecahkan permasalahan yang
sedang dihadapi. Dengan penerapan problem based learning, kemampuan berfikir
kritis dapat berkembang, karena pada kemampuan berfikir kritis yang diamati
dalam penelitian ini berupa kemampuan mengidentifikasi, menganalisis,
memecahkan masalah, berfikir logis dan membuat keputusan dengan tepat serta
dapat menarik kesimpulan
 Pendekatan Inquiry adalah rangkaian aktivitas pembelajaran yang menitikberatkan
pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan
sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Kegiatan pembelajaran
sains melalui pendekatan inquiry untuk mengembangkan dan melatih aspek
kemampuan berpikir kritis antara lain memberi penjelasan sederhana, membangun
keterampilan dasar, membuat inferensi, memberikan penjelasan lebih lanjut dan
9
melakukan strategi dan tindakan.
 Dalam menganalisis secara kritis, kita memerlukan konsep berpikir kritis,
langkah-langkah berpikir kritis menurut Zubaidah pada tahun 2016
dikelompokkan menjadi tiga langkah yaitu:
1. Pengenalan masalah masalah (defining/clarifying problems)
2. Menilai informasi (judging informations)
3. Memecahkan masalah atau menarik kesimpulan (solving
problems/drawing conclusion). (Zubaidah, 2016).
 Angelo (1995) mengidentifikasi lima perilaku yang sistematis dalam berpikir
kritis berikut ini.
1. Keterampilan Menganalisis
Keterampilan menganalisis merupakan suatu keterampilan menguraikan
sebuah struktur ke dalam komponen-komponen agar mengetahui
pengorganisasian struktur tersebut. Keterampilan tersebut tujuan pokoknya
adalah memahami sebuah konsep global dengan cara menguraikan atau
merinci globalitas tersebut ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil dan
terperinci. Pertanyaan analisis, menghendaki agar pembaca
mengindentifikasi langkah-langkah logis yang digunakan dalam proses
berpikir hingga sampai pada sudut kesimpulan. Kata-kata operasional yang
mengindikasikan keterampilan berpikir analitis, diantaranya: menguraikan,
membuat diagram, mengidentifikasi, menggambarkan, menghubungkan,
memerinci, dan lainnya.
2. Keterampilan Mensintesis
Keterampilan mensintesis merupakan keterampilan yang berlawanan
dengan keteramplian menganalisis. Keterampilan mensintesis adalah
keterampilan menggabungkan bagian-bagian menjadi sebuah bentukan
atau susunan yang baru. Pertanyaan sintesis menuntut pembaca untuk
menyatupadukan semua informasi yang diperoleh dari materi bacaannya,
sehingga dapat menciptakan ide-ide baru yang tidak dinyatakan secara
eksplisit di dalam bacaannya. Pertanyaan sintesis ini memberi kesempatan
untuk berpikir bebas terkontrol.
3. Keterampilan Mengenal dan Memecahkan Masalah
Keterampilan ini merupakan keterampilan aplikasi konsep kepada
beberapa pengertian baru. Keterampilan ini menuntut pembaca untuk
memahami bacaan dengan kritis sehingga setelah kegiatan membaca
selesai siswa mampu menangkap beberapa pikiran pokok bacaan, sehingga
mampu mempola sebuah konsep. Tujuan keterampilan ini bertujuan agar
pembaca mampu memahami dan menerapkan konsep-konsep ke dalam
permasalahan atau ruang lingkup baru.
4. Keterampilan Menyimpulkan
Keterampilan menyimpulkan ialah kegiatan akal pikiran manusia
berdasarkan pengertian atau pengetahuan (kebenaran) yang dimilikinya,
dapat beranjak mencapai pengertian atau pengetahuan (kebenaran) baru
yang lain. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa
1
0
keterampilan ini menuntut pembaca untuk mampu menguraikan dan
memahami berbagai aspek secara bertahap agar sampai kepada suatu
formula baru yaitu sebuah simpulan. Proses pemikiran manusia itu sendiri,
dapat menempuh dua cara, yaitu: deduksi dan induksi. Jadi, menyusun
kesimpulan merupakan sebuah proses berpikir yang memberda-yakan
pengetahuan sedemikian rupa untuk menghasilkan sebuah pemikiran atau
pengetahuan baru.
5. Keterampilan Mengevaluasi atau Menilai
Keterampilan ini menuntut pemikiran yang matang dalam menentukan
nilai sesuatu dengan berbagai kriteria yang ada. Keterampilan menilai
menghendaki pembaca agar memberikan penilaian tentang nilai yang
diukur dengan menggunakan standar tertentu. Dalam taksonomi belajar,
menurut Bloom, keterampilan mengevaluasi merupakan tahap berpikir
kognitif yang paling tinggi. Pada tahap ini siswa tuntut agar ia mampu
mensinergikan aspek-aspek kognitif lainnya dalam menilai sebuah fakta
atau konsep

4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Evidence Based


 Artinya berdasarkan bukti. Artinya tidak lagi berdasarkan pengalaman atau kebiasaan
semata. Semua harus berdasarkan bukti. Bukti inipun tidak sekadar bukti tapi bukti
ilmiah terkini yang bisa dipertanggungjawabkan.
 Menurut Penelitian Evidence Based adalah menggunakan penelitian yang ada dan
membangun penelitian pendidikan berkualitas tinggi. Kebutuhan untuk tinjauan
sistematis berkualitas tinggi dan penilaian penelitian pendidikan jelas. Pendidikan
berbasis bukti bukanlah obat mujarab, tetapi merupakan seperangkat prinsip dan
praktik untuk meningkatkan kebijakan dan praktik pendidikan.
 Kedokteran berbasis bukti, yang asal usul filosofisnya meluas hingga pertengahan
abad ke-19 Paris dan sebelumnya, adalah penggunaan bukti terbaik saat ini secara
cermat, eksplisit, dan bijaksana dalam membuat keputusan tentang perawatan
pasien individu. Praktek kedokteran berbasis bukti berarti mengintegrasikan
keahlian klinis individu dengan bukti klinis eksternal terbaik yang tersedia dari
penelitian sistematis.
 Menurut Melnyk & Overholt (2011), ada 7 langkah evidence based.
1. Menanam semangat penyelidikan.
2. Mengampulkan pertanyaan.
3. Mencari dan mengumpulkan bukti.
4. Melakukan analisis kritis terhadap bukti.
5. Menguji data dari bukti.
6. Mengevaluasi hasil & perubahan berdasarkan bukti.
7. Menyebarluaskan hasil dari evidence based.

1
1
DAFTAR PUSTAKA
Sarbanun, A. (2019). Macam-Macam Hadits dari Segi Kualitasnya. Jurnal Sekolah Tinggi Agama
Islam An-Nur Jati Agung. hlm. 346.
Sumiyati, O., Arief, N. R. (2004). Pengantar Ilmu Perpustakaan: Bahan Ajar Diklat Departemen
Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.
hlm. 11.
Prasetyo, H. A. R. (2010). Penerapan Teknik Skipping untuk Meningkatkan Kemampuan
Membaca Cepat Siswa Kelas XI IPA 4 SMA Negeri 2 Ngawi Tahun Ajaran 2009/2010.
hlm. 9
Adifatoni, Y. (2014). Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Teks Cepat Melalui Teknik
Skimming dan Scanning pada Siswa Kelas IX SMP Negeri Loa Janan. Jurnal Universitas
Kutai Kartanegara. hlm. 3.
Suciono, W., Rasto, Ahman, E. (2018). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan
Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran Ekonomi Era Revolusi 4. Jurnal Ilmu-Ilmu
Sosial volume 15 No. 2. hlm. 214
Hamdani, M., Prayitno, B. A., Karyanto, P., (2019). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Melalui Metode Eksperimen. Jurnal Universitas Sebelas Maret volume 16 No. 1.
Tantri, A. A. S. (2015). Cara Memaksimalkan Kemampuan Membaca Cepat. Jurnal Ilmiah
Perpustakaan dan Informasi volume 1 No. 2.
Kamalasari, V. (2012). Penelitian Membaca Cepat sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan
Membaca Cepat dan Pemahaman Bacaan. Jurnal Universitas Negeri Medan.
Fakhriyah, F. (2014). Penerapan Problem Based Learning dalam Upaya Mengembangkan
Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa. Jurnal Universitas Negeri Semarang.
Wahyudi, P. I. H. (2017). Pentingnya Keterampilan Digital Literasi bagi Pustakawan. Jurnal
Universitas Pelita Harapan volume 5 No. 2.
Purwaningsih, S. (2020). Penggunaan SQ3R dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Cepat.
Jurnal Bahasa, Sastra, Pembelajarannya volume 3 No. 2. hlm. 2
Andrisyah. (2015). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Sains Melalui
Pendekatan Inquiry. Jurnal Program Studi Pendidikan Guru Paud STKIP Siliwangi
Bandung. hlm. 63.
Rif’ain, A. R. (2020). Generasi Menulis. Jakarta: Elex Media Komputindo
Bruce, C. S. (1997). The Seven Faces of Information Literacy Towards Inviting Students into New
Experiences. hlm. 203.

1
2

Anda mungkin juga menyukai