Anda di halaman 1dari 4

Ketentuan:

1. Mahasiswa wajib mencantumkan sumber referensi yang lengkap atas jawaban


yang mereka berikan, termasuk jawaban berupa pendapat/argumen yang
didasari dari sumber referensi yang mereka ambil/sadur;
2. Tanggapan diskusi tidak boleh berupa attached file (word, excel, pdf, dll), wajib
tanggapan langsung di forum diskusi agar mudah dibaca dan ditanggapi oleh
sesama peserta tuton dan tutor;
3. Mahasiswa wajib membaca pertanyaan diskusi dengan seksama dan teliti serta
menjawab sesuai dengan konteks pertanyaan yang diberikan;
4. Mahasiswa diharapkan untuk aktif di forum diskusi, seperti mencoba
menjawab/menjelaskan/menyanggah jawaban peserta tuton lain.

v  Diskusi.4

Bacalah artikel berikut:

Kasus Perusahaan Tekstil Terbesar Gagal Bayar Bunga Obligasi

JAKARTA, KOMPAS.com - Belakangan publik tengah ramai membahas kasus gagal


bayar bayar obligasi perusahaan tekstil terbesar Indonesia, PT Delta Merlin Dunia
Textile yang baru saja menerbitkan obligasi 300 juta dollar AS. Menanggapi hal
tersebut, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (KOMPAS100: BBCA) Jahja
Setiaatmadja mengatakan, apa yang terjadi pada anak usaha Duniatex Group itu tidak
mencerminkan kondisi industri tekstil secara keseluruhan. Pasalnya, di beberapa sektor
industri justru mendapatkan cipratan pesanan baru dari Amerika Serikat. Hal ini karena
impor tekstil yang biasanya dipenuhi oleh China jadi terhambat lantaran adanya perang
dagang.

"Kalau bicara tekstil, saya dapat informasi pengusaha tekstil yang mengatakan mereka
bisa mendapatkan new order dari Amerika Serikat sebagai substitusi karena mereka
nggak bisa impor dari China," ujar Jahja ketika memberikan paparan kinerja semester I
di Jakarta, Rabu (24/7/2019). Namun memang di bisnis spinning atau pemintalan terjadi
masalah karena harga bahan pokok kapas yang beberapa waktu belakangan
mengalami penurunan setelah sebelumnya mencapai harga tertingginya. Hal ini
menyebabkan beberapa pengusaha berspekulasi dan memasok kebutuhan bahan
pokok kapas secara besar-besaran. Hal tersebut membuat ongkos produksi mereka
jadi melonjak. "Pada waktu mulai turun, kaya currency, atau gold, ketika (harga cotton)
mulai turun ada yang spekulasi, takutnya harga naik lagi. Mereka beli banyak buat
inventory ternyata turun terus jadi margin tergerus," ujar Jahja.

Walaupun demikian, Jahja mengatakan hal tersebut tidak begitu berpengaruh terhadap
seleksi penyaluran kredit BCA. Sebab, pada dasarnya BCA cenderung berhati-hati dan
konservatif dalam memilih debitur. "Kita berhati-hati dalam pengajuan, khususnya
industri tertentu, kalau ada potensi masalah, ada syarat tambahan, seperti cashflow
perusahaan yang harus terjaga," ujar Jahja. "Kita menjaga baik hubungan dengan
nasabah. Kalau dia nasabah baru kita bisa completely say no. Tapi kalau dia nasabah
lama yang besar dan bagus, kemudian dia mau ekspansi, kalau ada danger kita
mitigasi dengan tambahan syarat," ujar dia.

Gagal bayar kupon obligasi itu tak hanya mengagetkan investor, tetapi juga perbankan.
Pasalnya, rekam jejak perusahaan ini ke para kreditor terbilang baik-baik saja. Padahal,
entitas anak usaha Duniatex Group itu baru 4 bulan lalu menerbitkan obligasi senilai
300 juta dollar AS. Bertenor lima tahun, obligasi Delta Merlin ini menjanjikan kupon
sebesar 8,625 persen. Ketika itu, dua perusahaan pemeringkat, Fitch Ratings dan
Standard and Poor's (S&P) Global Ratings menyematkan obligasi Delta Merlin dengan
peringkat awal di posisi BB-. Kala itu, Fitch beralasan, peringkat awal Delta Merlin itu
didorong oleh posisinya sebagai perusahaan tenun terbesar di Indonesia, struktur biaya
yang rendah, serta hubungannya yang mapan dengan pelanggan.

Peringkat tersebut, menurut Fitch, dengan asumsi bahwa Delta Merlin akan
mengumpulkan dana yang cukup dari penerbitan obligasi untuk membiayai kembali
berbagai fasilitas kredit dari perbankan. Sementara S&P Global Ratings juga menilai
Delta Merlin sebagai anak usaha inti Duniatex memiliki profil kredit mandiri yang kuat.
Kontribusi pendapatan dan laba yang ke Duniatex Group, induk usaha, substansial.
Namun, akhirnya dua lembaga pemeringkat S&P dan Fitch memangkas peringkat kredit
obligasi dollar yang dijual oleh anak perusahaan Duniatex Group itu. S&P memangkas
menjadi menjadi CCC-(junk bond) dari sebelumnya BB-. Tantangan likuiditas yang
signifikan menjadi masalah anak usaha perusahaan tekstil yang bermarkas di Solo,
Jawa Tengah, ini. Adapun Fitch Ratings juga memangkas skor kredit Delta Merlin Dunia
Textile menjadi B- dari sebelumnya BB-. Ini mencerminkan peningkatan pembiayaan
kembali dan risiko likuiditas. Fitch menyebut, perusahaan ini menghadapi efek tular dari
afiliasi yang dapat membatasi akses perbankan dan pasar modal.

Sumber: https://money.kompas.com/read/2019/07/24/211100326/kasus-perusahaan-
tekstil-terbesar-gagal-bayar-bunga-obligasi-ini-kata-bos-bca?page=all.

Berdasarkan artikel tersebut, tuliskan pendapat Anda tentang apa saja hikmah dan
pelajaran yang dapat dipetik dari kasus di atas!

Tautan permanenBalas

Sebagai balasan Kiriman pertama


Re: Diskusi.4

oleh IRVAN WIRATAMA GUNAWAN 048123154 - Senin, 24 Oktober 2022, 19:59


Pada kasus PT.Delta Merlin tersebut, melakukan spekulasi menumpuk bahan baku
pokok yang berlebihan di saat ekonomi lagi bergejolak/ tidak stabil, yang
mengakibatkan :
- Likuiditas perusahaan menurun
- Keuntungan perusahaan akan berkurang juga, sehingga mempengaruhi pembayaran
kupon obligasi .
- Tingkat kepercayaan kreditur / Investor menurun, karena terjadi gagal bayar kupon
obligasinya.
Silahkan menjawab  pertanyaanberikut ini dengan pedoman BMP modul 4.
Dan dalam menjawab pertanyaan diskusi TIDAK DIPERKENANKAN COPY
PASTE jawaban via internet maupun diambil dari mahasiswa lain, serta setiap
jawaban disertai dengan sumbernya…..

Bagaimana cara manajer mengukur ketidakpastian pada


KVL?
SELAMAT MENGERJAKAN

Anda mungkin juga menyukai