Anda di halaman 1dari 12

DASAR KONVERSI ENERGI

1   Magnetisme

Setiap magnet memiliki kutub magnet yang saling berlawanan, yaitu kutub utara (U) dan
kutub selatan (S), yang keduanya memiliki daya untuk menarik sekeping besi atau
semacamnya. Sama halnya dengan muatan listrik, kutub yang senama saling tolak-menolak
dan kutub yang berlawanan saling tarik-menarik. Daerah di antara kutub utara dan kutub
selatan disebut medan magnet. Medan magnet memiliki daya untuk menarik sekeping logam
atau semacamnya. Medan magnet tersusun dari garis-garis yang keluar dari kutub utara
menuju  kutub selatan, yang disebut garis-garis gaya magnet (ggm). Dengan demikian arah
medan magnet juga dari kutub utara ke kutub selatan. Semakin kuat kemagnetan, semakin
banyak jumlah garis gaya magnetnya. Jumlah garis gaya magnet yang keluar dari kutub utara
suatu magnet disebut fluks  magnet (magnetic flux), yang dinyatakan dengan simbol  Π
(phi).  Satuan internasional untuk fluks magnet adalah Weber (Wb). Satu Weber sama dengan
108 garis gaya magnet. Satuan cgs untuk fluks magnet adalah Maxwell. Satu Maxwell sama
dengan 10-8 Weber.

2   Kerapatan fluks magnet

Kerapatan fluks magnet (magnetic flux density) adalah fluks magnet per satuan luas pada
bidang yang tegak lurus dengan fluks magnet tersebut. Kerapatan fluks magnet sering disebut
juga dengan induksi magnet (magnetic induction). Kerapatan fluks magnet dapat
dinyatakan dengan:

………………..     (1)

degan   

B  =    kerapatan fluks magnet dalam Weber/m2 (Wb/ m2) atau  Tesla (T)
Φ  =    fluks magnet dalam Weber (Wb)
A  =    luas penampang dalam meter persegi (m2)
Dalam satuan cgs, kerapatan fluks magnet dinyatakan dengan Maxwell/cm2 atau gauss.
Dengan menggunakan metode konversi didapatkan 1 Maxwell/cm2 = 10-6 Wb/m2.

3   Permeabilitas

Permeabilitas (permeability) adalah kemampuan suatu benda untuk dilewati garis gaya
magnet. Permeabilitas dinyatakan dengan simbul  m (mu). Benda yang mudah dilewati garis
gaya magnet disebut memiliki permeabilitas tinggi. Pemeabilitas udara dan ruang hampa
dianggap sama dengan satu. Untuk benda-benda yang lain, besarnya permeabilitas
ditentukan  dengan perbandingan terhadap udara atau ruang hampa, didapatkan permeabilitas
relatif (relative permeability). Nilai permeabilitas untuk udara adalah mo = 4p x 10-7 atau 1,26
x 10-6. Untuk menghitung m, nilai permeabilitas relatif mr harus dikalikan dengan
permeabilitas udara mo, sebagaimana rumus di bawah ini.

  ……. (2)

 
dengan:
µ     =   permeabilitas  suatu benda
µr =   permeabilitas relatif
µo = permeabilitas udara

Ditinjau dari permeabilitas relatifnya, benda-benda dikelompokkan dalam tiga kelompok,


yaitu :

1. Benda-benda ferromagnetik, yang memiliki permeabilitas jauh lebih besar dari 1.  
Benda-benda yang memiliki permeabilitas tinggi bila terletak di dalam medan
magnet, garis-garis gaya magnet cenderung lewat pada benda tersebut. Dengan
demikian benda-benda ferromagnetik mudah ditarik oleh magnet dan mudah dibuat
magnet buatan. Yang tergolong benda ini antara lain besi, baja, nikel, cobalt, logam
paduan seperti alnico dan permalloy.  Kutub magnet,  inti transformator dan bagian-
bagian yang berhubungan dengan kemagnetan dibuat dari bahan ferromagnetik
2. Benda-benda paramagnetik, yang memiliki permeabilitas sedikit lebih besar dari 1.  
Benda-benda yang tergolong pada jenis ini tidak begitu kuat ditarik magnet dan bila
terletak di dalam  medan magnet, fluks yang mengalir di dalamnya sama dengan fluks
magnet yang mengalir di dalam udara biasa. Yang tergolong  benda ini antara lain
aluminium, khrom, mangaan dan platinum.
3. Benda-benda diamagnetik, yang memiliki permeabilitas kurang dari 1.   Benda-
benda yang tergolong jenis ini sukar ditarik magnet dan bila terletak di dalam medan
magnet cenderung dihindari oleh garis-garis gaya magnet. Yang tergolong beda ini
antara lain bismuth, antimoni, tembaga, seng, merkuri, emas dan perak.

 4   Elektromagnetisme

 Pada tahun 1819 seorang ilmuwan bernama Oersted menemukan hubungan antara
magnetisme dan elektromagnetisme.  Dia menemukan bahwa arus listrik yasng mengalir di
dalam konduktor menimbulkan medan magnet di sekitar konduktor tersebut.  Kuat medan
magnet tergantung pada besar arus yang mengalir pada konduktor tersebut.  Semakin besar
arusnya, semakin kuat medan magnetnya.

Untuk menentukan  hubungan antara arus yang mengalir di dalam  konduktor dengan arah
medan magnet, digunakan kaidah tangan kanan (right-hand rule).  Kaidah tangan kanan
dapat diperagakan seolah-olah telapak tangan kanan memegang konduktor berarus dengan
ibu jari yang ditegakkan menunjukkan arah arus.  Maka arah keempat jari yang
menggenggam konduktor itu menunjukkan arah medan magnet. Perhatikan Gambar 1 di
bawah ini.

Gambar 1  Kaidah Tangan Kanan

Untuk mempermudah menentukan arah medan magnet di sekitar penghantar, dapat


digambarkan lingkaran kecil sebagai penampang lintang konduktor dan garis-garis lingkaran
di luarnya sebagai garis-garis  gaya magnet dengan anak panah sebagai arah garis gaya
magnet. Arah arus pada konduktor dinyatakan dengan tanda silang (x) untuk arus menembus
kertas (meninggalkan kita) dan tanda titik (.) untuk menunjukkan bahwa arah arus menuju
kita).  Perhatikan Gambar 2  di bawah ini.

Gambar 2 Arah Medan Magnet di Sekitar Konduktor Berarus


 Sesuai dengan hasil percobaan Oersted, bila sebuah kumparan dialiri arus, pada inti
kumparan itu timbul  medan magnet.  Semakin besar arus yang mengalir, semakin kuat
medan magnetnya. Bila inti kumparan diisi dengan bahan ferromagnetik, kerapatan fluks
semakin besar.  Arah medan magnet ditentukan dengan kaidah tangan kanan (right-hand
rule). Kaidah tangan kanan dapat diperagakan seolah-olah telapak tangan kanan  memegang
kumparan. Bila  arus pada kumparan searah dengan jari-jari yang memegang kumparan itu,
maka arah ibu jari yang diluruskan menunjukkan arah medan magnet pada inti kumparan.
Perhatikan Gambar 3 di bawah ini.

Gambar 3    Medan Magnet pada inti kumparan berarus

Semakin besar arus yang mengalir di dalam suatu kumparan, semakin besar kuat medannya.
Begitu juga semakin banyak lilitan kawatnya, semakin banyak dihasilkan garis gaya magnet.
Perkalian antara kuat arus dan jumlah lilitan disebut dengan ampere-turns (ampere-lilitan),
dikenal dengan istilah magnetomotive force (mmf) atau gaya gerak magnet (ggm),
dinyatakan dengan   rumus:

………………………………………………. 
(3)

degan
F = gaya gerak magnet (ggm)  dalam satuan At  (=Ampere turns)
N = jumlah lilitan
I  = kuat arus pada kawat kumpaaran dalam satuan Ampere

Bila suatu kumparan direnggangkan menjadi dua kali dari panjang aslinya, maka kuat medan
magnetnya menjadi setengahnya. Field intensity (kuat medan magnet)  berbanding lurus
dengan jumlah lilitan dan besar arus pada kawat kumparan dan berbanding terbalik dengan
panjang kumparan.  Hal ini dinyatakan dengan rumus:
 

……………………………..    (4)

dengan
H        =   kuat medan magnet dalam satuan ampere-turns per meter (At/m)
NI      =    ampere-turns (lilitan-amlpere), dalam satuan At
l           =   panjang

Persamaan (4) berlaku untuk kumparan dengan inti udara. Bila digunakan inti yang lain,
misalnya besi, maka H adalah kuat medan magnet pada inti, sedangkan  l adalah jarak antara
ujung  kedua kutub inti (panjang inti) tersebut.

5 Kurva Magnetisasi

Kurva magnetisasi menggambarkan hubungan antara kerapatan fluks B dan kuat medan H.
Maksudnya adalah seberapa jauh pengaruh kerapatan fluks B terhadap kenaikan kuat medan
H. Perharikan gambar 4 di bawah ini.
 Pada grafik terlihat bahwa untuk besi lunak 1, B naik dengan cepat diikuti kenaikan H
sampai H mencapai nilai 2000 At/m dan B mencapai 0,2 T.  Pada titik ini terjadi saturasi
(kejenuhan), sehingga kenaikan H tidak banyak berpengaruh terhadap kenaikan B, bahkan
hampir tidak ada kenaikan B. Untuk besi lunak 2, diperlukan H yang lebih tinggi untuk
mencapai saturasi, yaitu pada H 500 At/m dan B mencapai 0,3 T. Didapatkan kurva yang
sama untuk benda-benda magnetik lainnya dengan nilai saturasi yang berrbeda. Udara bukan
benda magnetik, memiliki profil BH yang sangat rendah.

Permeabilitas µ dari benda-benda magnetik adalah perbandingan antara B dengan H,


dinyatakan dengan rumus:

                   ……………………………. (5)

dengan

µ       =    permeabilitas bahan (Tm/At)


B      =   kerapatan fluks per medter persegi (Tesla)
H     =   kuat medan magnet dalam satuan ampere-turns per meter (At/m)

Dari persamaan di atas dapat dituliskan satuan internasional untuk µ, yaitu Tm/At. Rata-rata
nilai µ  pada grafik di atas didapat pada titik awal terjadinya saturasi.  Untuk besi lunak 1,
didapat µ = 0,2/2000 = 1 x 10-4 Tm/At.   Untuk besi lunak 2, didapat µ = 0,3/5000 = 6 x 10-5
Tm/At.

5 Hysteresis

Hysteresis berarti tertinggal,  yaitu fluks magnet tertinggal oleh kenaikan  atau penurunan
gaya magnetisasi. Bila arus di dalam suatu kawat kumparan berbolak-balok ratusan kali tiap
detik, hysteresis yang dapat menyebabkan kehilangan energi.

Kurva hysteresis pada gambar di bawah ini menunjukkan karakteristik bahan magnetik. Arah
arus yang berbalik  menyebabkan berbaliknya arah medan magnet dari +H menjadi –H.
Demikian juga kerapatan fluks juga mengalami polaritas terbalik menjadi +B atau –B. Arus
berawal dari pusat 0 (nol) ketika bahan tidak mendapat pengaruh kemagnetan. Garis putus-
putus pada gambar di bawah ini menunjukkan kurva magnetisasi. Nilai positip dari H
menaikkan B menuju saturasi pada +Bmax. Kemudian H turun menjadi 0,  tetapi B tidak
menjadi 0,  turun   pada hanya  sampai nilai  Br . Hal ini disebabklan karena  adanya
hysteresis.  Sekarang arus yang menyebabkan magnetisasi arahnya dibalik sehingga H
menjadi negatif.  B turun ke 0 (nol) dan berlanjut ke  -Bmax.  Kemudian bila nilai –H turun,   B
juga turun dan nilai B menjadi berkurang menjadi -Br saat H bernilai 0.  Dengan kenaikan
arus  positip,   dihasilkan nilai saturasi  +Bmax lagi.  Sekarang jerat hysteresis sudah komplit.
Kurva  tidak kembali ke 0 (nol) pada pusatnya karena hysteresis.

Gambar 5 Kurva Hysteresis

Nilai +Br atau -Br yang tersisa bila gaya kemagnetan nol (H=0), disebut retentivitas
(retentivity) dari bahan magnetik.  Nilai -Hc yang membuat kerapatan fluks menjadi nol
(B=0), disebut gaya koersif (coercive force) dari bahan magnetik.

 6  Rangkaian Magnet

Rangkaian magnet dapat dianalogikan dengan rangkaian listrik. Pada rangkaian listrik, ggl
(gaya gerak listrik) menghasilkan arus listrik, sedangkan pada rangkaian magnet ggm (gaya
gerak magnet) menghasilkan fluks magnet. Pada rangkaian listrik dikenal adanya hambatan
(resistance), sedangkan pada rangkaian magnet dikenal adanya relaktansi (reluctance) yang 
sama-sama sebagai hambatan.

Pada rangkaian listrik, hambatan yang berbanding terbalik dengan daya hantarnya, begitu
juga pada rangkaian magnet, relaktansi (Reluctance), berbanding terbalik dengan
permeabilitasnya. Besi memiliki permeabilitas tinggi tetapi relaktansi rendah. Udara
memliliki permeabilitas rendah tetapi memiliki relaktansi tinggi. Relaktansi dinyatakan
dengan simbul Â.
Hukum Ohm untuk rangkaian magnet analog dengan I=V/R pada rangkaian listrik, yaitu:

           ……………………. (6)


dengan              
  Φ    =  fluks magnet (Wb)
F      = gaya gerak magnet  (At)
NI    = lilitan-ampere (At)
      = relaktansi (At/Wb)

Relaktansi dapat juga dinyatakan dengan persamaan:

……………………………….. (7)

dengan
R     =       relaktansi (At/Wb)
l       =      panjang kumparan (m)
µ        =      permeabilitas dari bahan magnetik (Tm/At)
A      =      luas penampang kumparan (m2)
 
 
7. Konversi energi

Melalui media medan magnet, energi mekanik dapat diubah menjadi energi listrik. Demikian
pula sebaliknya. Alat yang mengubah energi mekanik menjadi energi listrik  disebut
generator, sedangkan alat yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanik disebut
motor. Melalui media medan magnet, energi  listrik dapat juga dipindahkan. Pemindahan ini
biasanya disertai dengan perubahan tegangan, arus maupun impedansi. Alatnya disebut
transformator (transformer). Gambar 6 menunjukkan  diagram blok konversi energi.

Gambar 6   Diagram Blok Konversi energi

Sesuai dengan jenis arus listrik yang digunakan ataupun yang dihasilkan, dikenal beberapa
mesin listrik sebagai berikut:

1. Generator Arus Bolak-balik (Generator AC)


1. Generator Arus Searah (Generator DC)
2. Motor Arus Bolak-balik (Motor AC)
3. Motor Arus Searah (Motor DC)
4. Transformator.

Hukum yang mendasari konversi energi pada generator, motor maupun transformator adalah
Hukum Faraday. Hukum Faraday menyatakan bahwa apabila kawat penghantar begerak
memotong medan magnet, maka pada kawat penghantar dibangkitkan gaya gerak listrik (ggl)
atau emf (electromotive force). Gaya gerak listrik ini disebut gaya gerak listrik induksi (ggl
induksi).  

Berdasarkan hukum Faraday, dapat dinyatakan bahwa mesin listrik dapat bekerja apabila
dipenuhi adanya:

1. Medan magnet
2. Kawat penghantar
3. Gerakan relatif (boleh kawat penghantar yang bergerak, boileh kutub magnet yang
bergerak).

Pada konstruksi sebenarnya, kawat penghantar tidak hanya terdiri dari 1 (satu) batang saja,
tetapi terdiri dari banyak kawat penghantar yang dililit pada  stator ataupun rotor (untuk
gerator dan motor) atau dililit pada inti (untuk transformator). Demikian pula  kutub magnet,
dapat terdiri lebih dari sepasang kutub.

Untuk generator yang besar, kutub magnet dikuatkan dengan luilitan penguat magnet.

Hukum Faraday dapat juga diterapkan pada motor listrik. Bila kawat penghantar yang
terlatak di medan magnet dialiri arus,  maka kawat penghantar akan ditolak/didorong. Pada 
motor listrik terdapat  kawat penghantar yang  jumlahnya banyak dan  melingkar pada
jangkar, sewhingga dorongan pada kawat penghantar akan menyebabkan jangkar berputar.

Pada transformator, ada 2 kelompok kumparan kawat yang dmemiliki  satu inti yang tertutup.
Kumparan pertama disbut kumparan primer dan kuimpoaran kedua disebut kumparan
sekunder. Bila pada kumparan primer mengalir arus bolak-balik, maka pada inti terbengkit
garis-garis gaya magnet yang berbolak-balik pula. Garis -garis gaya magnet yang berbolak-
balik memotong komparan sekunder, sehingga pada kumparan sekunder  timbul ggl.

Contoh Soal

1. Suatu fluks magnet memiliki 4000 garis gaya magnet. Tentukan jumlah  garis gaya
magnet tersebut dalam satuan mWeber.

Jawab
2. Tentukan nilai kerapatan fluks bila besarnya fluks 750 mWb menembus luas
penampang 0.0005 m2.

Jawab:

Φ = 750 mWb = 7,5 x 10-4 Wb

A = 0,0005 m2 = 5 x 10-4 m2

Kerapatan fluks:

3. Hitung nilai ampere-turn untuk suatu kumparan dengan 2500 lilitan dan kuat
arusnyanya 6 mA.

Jawab:

NI = 2500 x 6 x 10-3 =  15 At

4. Tentukan kuat medan dari kumparan sepanjang 12 cm,dengan 50   lilitan   dan arus


yang mengalir 6 A.

Jawab:
N = 50, l = 12×10-2 , I = 6 A

5. Jika  kumparan pada soal no 4 di atas direntangkan menjadi 30 cm dengan  panjang


kawat dan arus yang sama, berapakah besarnya kuat medan  yang baru?

 Jawab:

N = 50, l = 30×10-2, I = 6 A

6. Pada kumparan soal nomor 4  di atas,   dengan panjang, arus dan lilitan yang
sama diberi inti besi sepanjang 24 cm. Berapa besarnya kuat medannya?

Jawab
N = 50, l = 24×10-2 , I = 6
 

7. Suatu bahan magnetik memiliki permeabilitas relatif 250, tentukan  permeabilitasnya


bila permeabilitas udara sebesar 4Π x 10-7.

Jawab:
µr = 250, µo= 4Π x 10-7

µ = µr xµ o   = 250 x 4Π x 10-7 = Π x 10-4 Tm/At

8. Suatu kumparan memiliki ggm 600 At dan relaktansi 3 x 106. Hitung fluks  total.

       Jawab:

Soal-soal

1. Gambarkan garis gaya magnet bila dua buah kutub magnet senama didekatkan,
Tentukan tempat yang medan magnetnya kuat. Begitu juga tempat yang medan
magnetnya lemah.
2. Gambarkan garis gaya magnet bila dua buah kutub magnet tidak senama didekatkan,
Tentukan tempat yang medan magnetnya kuat. Begitu juga tempat yang medan
magnetnya lemah.
3. Gambarkan garis gaya magnet bila dua konduktor paralel dialiri arus yang arahnya
sama. Tentukan tempat yang medan magnetnya kuat. Begitu juga tempat yang medan
magnetnya lemah.
4. Gambarkan garis gaya magnet bila dua konduktor paralel dialirir arus yang arahnya
berlawanan. Tentukan tempat yang medan magnetnya kuat. Begitu juga tempat yang
medan magnetnya lemah.
5. Hitung nilai ampere-turns dari suatu gulungan dengan 800 lilitan dan dialiri arus 4  A.
6. Suatu kumparan memiliki 2500 lilitan dengan arus 15 mA. Jika panjang kumparan 25
cm, tentukan besarnya ggm dan kuat medannya.
7. Suatu kumparan memiliki ampere-turn 400 At. Bila kumparan direnggangkan dari 25
cm menjadi 50 cm,.tentukan kuat medan yang baru.
8. Suatu besi memiliki 250 kali kerapatan fluks udara. Berapakah permeabilitas
relatifnya?
9. Suatu kumparan memiliki kerapatan fluks 1,44 T pada kuat medan 500 At/m.
Tentukan permeabilitas dan permeabilitas relatifnya.
10. Permeabilitas inti besi adalah 5600 x 10-6 Tm/At. Kumparan terdiri dari 200 lilitan
dan panjangnya 20 cm. Bila arus yang mengakir 80 mA, hitung kuat medan,
kerapatan fluks dan permeabilitas relatifnya.
11. Suatu kumparan dengan panjang 8 cm dan 100 lilitan, dialiri arus 0,2 A. Bila intinya
berupa besi dengan kerapatan fluks 0,13 T, hitung kuat medan, kerapatan fluks dan
permeabilitas relatifnya.
12. Bila inti besi pada soal 11 memiliki luas penampang 2 cm2 , hitung relaktansi dan ggm
dari rangkaian magnet tersebut Bila inti besi pada soal 11 memiliki luas penampang 2
cm2 , hitung relaktansi dan ggm dari rangkaian magnet tersebut.
13. Pada gambar 6a di bawah ini, besarnya ampere turrns 200 At dengan fluks 25  µWb
pada inti besi.  Hitunglah besarnya relaktansi.
14. Jika relaktansi pada celah udara gambar 6b adalah 800 x 106  At/Wb,  dengan fluks 
25  µWb pada inti besi, hitung besarnya gaya gerak magnet (ggm) yang diperlukan.

                                               

Gambar  6   Gambar untuk soal nomor 13 dan 14

Anda mungkin juga menyukai