Anda di halaman 1dari 124

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/336923618

Intermediate Intermediate 1

Book · October 2019

CITATIONS READS

0 662

1 author:

Eddy Sutjipto
Universitas Semarang
2 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Investment Decision making HIGH-DIVÌDEND shares in IDX Base on Bottom up View project

All content following this page was uploaded by Eddy Sutjipto on 31 October 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Accounting 1
Intermediate

Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang


Eddy Sutjipto
Intermediate Accounting 1 - Eddy Sutjipto Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang
Daftar Isi

KATA PENGANTAR
Penulisan buku Intermediate Accounting I ini dalam rangka
menambah bahan bacaan di perpustakaan Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Semarang (FE USM). Disamping itu
buku sejenis yang tersedia di perpustakaan dengan bahasa Inggris
dapat dikatakan kurang diminati oleh Mahasiswa. Atas dasar alasan
tersebut, buku ini diterbitkan dengan bentuk yang relatif sederhana
dan diharapkan dapat terjangkau oleh Mahasiswa sehingga dapat
membantu meningkatkan kualitas lulusan Jurusan Akuntansi.

Materi pembahasan yang ada dalam buku disesuaikan


dengan kurikulum mata kuliah Intermediate Accounting yaitu dibagi
menjadi dua bagian yang terdiri dari Intermediate Accounting I dan
II. Oleh karena itu dalam buku ini dibahas hanya untuk Intermediate
Accounting I yang meliputi (1) Kerangka Dasar Akuntansi, (2)
Proses Akuntansi, (3) Neraca dan Perubahan Ekuitas, (4) Laporan
Laba Rugi, (5) Laporan Arus Kas, (6) Kas, (7) Piutang Usaha, (8)
Persediaan: Penentuan Harga Pokok (9) Persediaan: Penilaian
Khusus, dan (10) Utang Lancar dan Utang Bersarat. Disamping itu,
pembahasan juga diupayakan mengacu pada Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) per 1 Oktober 1994 dan referensi lain seperti dari
Nikolai, Cashin dan Zaki Baridwan dan dalam setiap akhir
pembahasan di sediakan beberapa pertanyaan dan latihan untuk
dikerjakan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa buku ini masih jauh


dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran demi kesempurnaan. Semoga buku yang sederhana ini
dapat membantu mahasiswa dalam rangka memahami mata kuliah
ini sehingga ada perbaikan dalam prestasi studi di Jurusan
Akuntansi FE USM.

Semarang, 18 Mei 2008


Penyusun

Eddy Sutjipto

i
Daftar Isi

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGATAR ……………....... i
DAFTAR ISI ……………………........ ii

BAB I KERANGKA DASAR AKUNTANSI 1


Pengertian Akuntansi 1. Kebutuhan
terhadap Kerangka Dasar Akuntansi 1.
Tujuan Utama Akuntansi 3. Jenis Informasi
yang Berguna 3. Return on Investment 4.
Risiko 4. Fleksibilitas Keuangan 4.
Likuiditas 5. Kemampuan Operasi 5.
Karakteristik Kualitas Informasi Akuntansi
5. Dapat Dipahami 6. Kegunaan dalam
Pengambilan Keputusan 6. Relevan 6.
Nilai Prediksi, Nilai Feedback dan Tepat
Waktu 6. Dapat Dipercaya 7. Dapat
Dibandingkan dan Konsisten 7. Elemen
Laporan Keuangan 8. Asumsi dan Konsep
Dasar Akuntansi 9. Entitas (Kesatuan
Usaha) 9.
Keberlanjutan (Continuity) 9. Periode
Waktu (Period of Time) 9. Biaya Historis
(Historical Cost) 10. Unit Moneter
(Monetary Unit) 10. Realisasi dan
Pengakuan (Realization and Recognition)
10. Konservatif (Conservatism) 10.
Pertanyaan 11.

BAB II PROSES AKUNTANSI 12


Pendahuluan 12. Jurnal 12. Jurnal Umum
13. Jurnal Penerimaan Kas dan Bank 15.
Jurnal Pengeluaran Kas dan Bank 16.
Jurnal Pembelian 18. Jurnal Penjualan 18.
Buku Besar dan Buku Pembantu 19.
Neraca Lajur 21. Kode Rekening (Akun)
22. Nama Rekening 22. Neraca Periode
Sebelumnya 22. Mutasi 22. Jurnal
Penyesuaian 22. Laporan Keuangan 29.
Jurnal Penutup 30. Jurnal Balik (Reverse
Entry) 31. Pertanyaan 31. Latihan 32.

BAB III NERACA DAN PERUBAHAN EKUITAS 35

ii
Daftar Isi

Tujuan Neraca 36. Elemen Neraca 36.


Klasifikasi Neraca 37. Aktiva Lancar 38.
Investasi Jangka Panjang 38. Aktiva Tetap
Berwujud 38. Aktiva Tetap Tidak Berwujud
39.
Aktiva Lainnya 39. Kewajiban Lancar 39.
Kewajiban Jangka Panjang 39. Kewajiban
Lainnya 39. Ekuitas Pemilik 40. Modal
Kontribusi 40. Laba Ditahan 40. Laporan
Perubahan Ekuitas 41. Pertanyaan 42.
Latihan 42.

BAB IV LAPORAN LABA RUGI 44


Pendahuluan 44. Konsep Laba 44. Elemen
Laporan Laba Rugi 44. Pendapatan 44.
Pengakuan Pendapatan 45. Biaya 45.
Keuntungan dan Kerugian (Gain and
Losses) 46. Isi Laporan Laba Rugi 46.
Laporan Laba Rugi Operasi yang Berlanjut
47. Pendapatan Penjualan Bersih 47.
Harga Pokok Penjualan 47. Beban Operasi
49. Pendapatan dan Biaya Lain 49. Pajak
Penghasilan 50. Penyajian Single-Step
dan Multiple-Step 51. Laporan Laba Rugi
Operasi Yang Tidak Berlanjut 52. Laporan
Laba Rugi : Kejadian Luar Biasa 53.
Laporan Laba Rugi: Pengaruh Perubahan
Akuntansi 53. Perubahan Prinsip
Akuntansi 53. Perubahan Estimasi
Akuntansi 54. Pertanyaan 54. Latihan 54.

BAB V LAPORAN ARUS KAS 57


Pengertian 57. Pemakai Laporan Arus Kas
57. Arus Kas Masuk dan Keluar 58. Arus
Kas Masuk 58. Arus Kas Keluar 58.
Klasifikasi Arus Kas 59. Arus Kas Bersih
dari Aktivitas Operasi 60. Metode
Langsung (Direct Method) 60. Metode
Tidak Langsung (Indirect Method) 61.
Prosedur Pembuatan Laporan Arus Kas
62. Analisis Metode Inspeksi Visual 63.
Analisis Metode Kertas Kerja 65.
Pertanyaan 65. Latihan 65.

iii
Daftar Isi

BAB VI KAS 68
Pengertian Kas 68. Manajemen Kas 68.
Dana Kas Kecil 69. Rekonsiliasi Bank 70.
Penyebab Perbedaan 70. Prosedur
Mempersiapkan Rekonsiliasi Bank 71.
Pertanyaan 74. Latihan 74.

BAB VII PIUTANG USAHA 68


Pengertian Piutang 75. Pengakuan
Pendapatan 75. Diskon Tunai Penjualan
76. Retur dan Cadangan Penjualan (Sales
Return and Allowance) 77. Penilaian
Piutang Dagang yang Tidak Tertagih 77.
Metode Estimasi Piutang Tidak Tertagih
78. Persentase dari Penjualan (Penjualan
Kredit Bersih) 78. Persentase dari Saldo
Piutang Dagang 78. Umur Piutang Dagang
79. Menghapus Piutang Tidak Tertagih 80.
Pelunasan atas Piutang Tidak Tertagih
yang Telah Dihapus 80. Penjualan Piutang
81. Piutang Dagang sebagai Janji (Pledge)
81. Piutang Dagang sebagai Jaminan
(Assign) 82. Piutang Dagang Dijual
(Factoring or Sale) 83. Piutang Wesel 83.
Piutang Wesel Berbunga 84. Piutang
Wesel Tidak Berbunga 84. Penjualan
Piutang Wesel 85. Pertanyaan 86. Latihan
86.

BAB VIII PERSEDIAAN : PENENTUAN HARGA 89


POKOK
Klasifikasi Persediaan 89. Persediaan
Bahan Baku 89. Persediaan Barang Dalam
Proses 90. Persediaan Barang Jadi 90.
Alterantif Sistem Persediaan 90. Sistem
Perpetual 90. Sistem Periodik 91.
Kepemilkan Persediaan 91. Penentuan
Harga Pokok Persediaan 92. Evaluasi
Konseptual dari Dua Metode 92.
Pengendalian Aliran Harga Pokok 93.
Identifikasi Khusus 94. Masuk Pertama
Keluar Pertama (MPKP - FIFO) 95. Harga
Pokok Rata-rata 96. Masuk Terakhir
Keluar Pertama (MTKP - LIFO) 97.

iv
Daftar Isi

Perbandingan Metode Penentuan Harga


Pokok Persediaan 98. Pertanyaan 99.
Latihan 99.

BAB IX PERSEDIAAN: PENILAIAN KHUSUS 100


Harga Pokok atau Harga Pasar yang Lebih
Rendah 100. Penerapan Harga Pokok
atau Harga Pasar yang Terendah 102.
Pencatatan Pengurangan Persediaan
terhadap Harga Pasar 103. Metode Laba
Kotor 106. Metode Persediaan Eceran
107. Istilah dalam Metode Persediaan
Eceran 109. Pertanyaan 109. Latihan 110.

BAB X UTANG LANCAR DAN UTANG 111


BERSARAT
Sifat Dan Pengertian Kewajiban Lancar
111. Penilaian Kewajiban Lancar 112.
Kewajiban Lancar Mempunyai Jumlah
yang Pasti 112. Utang Dagang 112. Utang
Wesel 113. Utang Dividen 114. Utang
Lancar yang Tergantung Pada Operasi
114. Penjualan dan Utang Pajak 114.
Pertanyaan .116

DAFTAR PUSTAKA 117

v
BAB 1
KERANGKA DASAR AKUNTANSI
Pengertian Akuntansi
Pengertian akuntansi menurut Statement of the Accounting
Principles Board No. 4 adalah:
akuntansi adalah kegiatan jasa. Fungsinya adalah menyediakan
informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan, tentang entitas
ekonomi yang diharapkan dapat bermanfaat dalam pengambilan
keputusan ekonomi - dalam menentukan pilihan yang rasional diantara
beberapa alternatif tindakan.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui beberapa hal
yang penting yaitu:
1. Akuntansi memberikan jasa yang vital dalam lingkungan bisnis saat
ini.
2. Akuntansi lebih menitik beratkan pada informasi keuangan yang
bersifat kuantitatif yang digunakan dalam kaitannya dengan evaluasi
kualitatif dalam pembuatan keputusan.
3. Informasi akuntansi digunakan untuk pengambilan keputusan
tentang bagaimana mengalokasikan sumber-sumber yang langka.
4. Walaupun para akuntan dalam pembuatan laporannya menekankan
pada apa yang telah terjadi dimasa lalu, namun informasi tersebut
diharapkan dapat bermanfaat dalam pengambilan keputusan dimasa
yang akan datang.
Dengan demikian akuntansi akan sangat bermanfaat bagi para
penggunanya baik internal maupun eksternal perusahaan, terutama
dalam membantu pengambilan keputusan sehingga perusahaan
memanfaatkan sumber-sumber yang langka dengan efektif dan efisien.

Kebutuhan Terhadap Kerangka Dasar Akuntansi


Sejalan dengan perkembangan perusahaan, maka akuntansi
mulai dibutuhkan karena dapat membantu mengkomunikasikan hasil
kegiatan usaha perusahaan kepada para pengguna. Hal ini terkait
dengan peran akuntansi yang dapat memberikan jasa yang berguna
untuk pengambilan keputusan terutama yang berupa laporan keuangan.
Dengan ukuran perusahaan yang semakin besar dan lingkungan yang
terus berubah, maka permasalahan yang dihadapi oleh pihak
perusahaan semakin pelik, baik dengan pihak intern maupun pihak
ekstern. Dengan demikian memungkinkan perusahaan atau akuntan
membuat laporan keuangan yang berbeda-beda walaupun jenis
usahanya sama, sehingga dapat berakibat menyulitkan pengguna

1
laporan keuangan. Oleh karena perlu adanya kerangka dasar akuntansi
(conceptual framework of accounting) yang memungkinkan para
pengguna akan memahami tujuan, dan karakteristik informasi yang
dihasilkan oleh akuntansi yaitu laporan keuangan.
Kerangka dasar akuntansi adalah suatu sistem pertalian yang
memiliki hubungan erat antara tujuan dan fundamental yang
menentukan sifat, fungsi dan keterbatasan daripada laporan keuangan.
Tujuan mengindikasikan adanya sasaran dan kegunaan dari akuntansi
keuangan dan laporan, serta fundamental merupakan konsep dasar dari
akuntansi keuangan dan laporan. Sedangkan konsep menyediakan
pedoman untuk menyeleksi transaksi, kejadian, dan dalam keadaan
bagaimana untuk dihitung, bagaimana harus diakui dan diukur serta
bagaimana harus diringkas dan dilaporkan. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kerangka dasar menyediakan arah dan struktur atas
akuntansi keuangan dan pelaporan.
Oleh karena itu kerangka dasar akuntansi akan menjadi sangat
penting untuk dipahami agar dapat dirumuskan mengenai prinsip-prinsip
akuntansi yang dapat digunakan sebagai dasar pembuatan laporan
keuangan. Disamping itu, dengan adanya perkembangan lingkungan
yang dapat mempengaruhi praktek bisnis, maka dapat menimbulkan
permasalahan dalam penerapan akuntansi dan untuk memecahkan
masalah tersebut harus kembali mengacu pada kerangka dasar
akuntansi.
Sedangkan kerangka dasar akuntansi berasal dari tiga tingkatan
konsep pemikiran yang terdiri dari (a) tujuan utama akuntansi, (b)
konsep dasar pelaporan, dan (c) pedoman pelaksanaan. Hal ini dapat
dilihat dalam gambar berikut.

Tingkatan pertama
Tujuan Utama Akuntansi Tujuan

Tingkatan kedua Karakteris Elemen


Konsep Dasar Pelaporan tik Mutu Laporan
Informasi Keuangan
Akuntansi

Pengakuan dan Pengukuran Pelaporan


Tingkatan ketiga
Pedoman Pelaksanaan
Asumsi Prinsip Kendala

Gambar: 1-1 Kerangka Konseptual Akuntansi

2
Tujuan Utama Akuntansi
Tujuan utama akuntansi adalah tujuan dari pelaporan keuangan
agar dapat memberikan informasi keuangan yang berguna bagi para
pamakai dari luar perusahaan. Tujuan tersebut berhubungan dengan
berbagai macam para pengguna dari luar perusahaan (sebagai lawan
pengguna dari dalam perusahaan seperti manajemen) yang tidak
mempunyai otoritas untuk menyiapkan laporan keuangan seperti yang
mereka inginkan untuk suatu perusahaan tertentu, sehingga para
pengguna harus menggunakan informasi keuangan yang telah disiapkan
oleh pihak manajemen perusahaan.
Dalam FASB statement disebutkan bahwa pembuatan laporan
keuangan mempunyai beberapa tujuan. Tujuan tersebut dapat
dibedakan menjadi empat tahapan yaitu (1) tujuan yang bersifat umum
yaitu menyediakan informasi yang berguna untuk pengambilan
keputusan baik kepada investor yang ada dan investor potensial, (2)
tujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi yang berguna bagi para
pemakai dari luar perusahaan dalam menilai jumlah, waktu,
ketidakpastian atas prospek penerimaan kas, (3) tujuan untuk menilai
kemampuan arus kas perusahaan dan (4) secara spesifik untuk
menyediakan informasi tentang sumber ekonomi perusahaan.

Jenis Informasi yang Berguna


Tujuan umum dari laporan keuangan adalah untuk memberi
informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan investasi dan
pemberian kredit. Secara spesifisik, laporan keuangan perusahaan
harus dapat memberi informasi yang dapat membantu para pengguna
dari luar perusahaan untuk menilai tentang jumlah, waktu, dan ketidak
pastian masa depan penerimaan arus kas perusahaan. Informasi yang
berguna bagi para pemakai dari luar dapat dibedakan menjadi lima jenis
seperti dijelaskan berikut ini. Sedangkan hubungan antara informasi
yang berguna dengan laporan keuangan dan pengambilan keputusan
bagi pihak luar dapat digambarkan dibawah ini.

3
Jenis Informasi yang Pengambilan Keputusan
Berguna dari Pihak Luar

Return on Investment

Risiko Membeli, Menahan atau Menjual


Saham
Laporan
Keuangan
Flexibilitas Keuangan
Perluasan Kredit/ Pinjaman
Likuiditas Melanjutkan Kredit/ Pinjaman
Menolak Kredit/ Pinjaman
Kemampuan Operasi

Gambar: 1-2 Hubungan antara Laporan Keuangan dengan Informasi yang


berguna dan Pengambilan Keputusan dari Pihak Luar

Return on Investment
Return on investement memberikan informasi yang bersifat
menyeluruh tentang kinerja perusahaan. Pemegang saham
menginvestasikan dananya dalam ekuitas dan mereka mengaharapkan
adanya tingkat pengembalian atas modal . Oleh karena itu perusahaan
harus dapat mempertahankan tingkat pengembalian modal dan
mendistribusikannya kepada pemegang saham atau menginvestasikan
kembali.

Risiko
Perusahaan menghadapi risiko masa depan yang tidak pasti dan
tidak diprediksi semakin besar hasil yang diharapkan dimasa depan,
maka kemungkinan perusahaan akan jatuh, dan akan semakin besar
pula hubungan risiko dengan investasi serta perluasan kreditnya. Risiko
perusahaan dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti perubahan
teknologi, permintaan yang semakin menurun, dampak kenaikan harga,
dan bahkan karena faktor politik. Apabila risiko tersebut berhubungan
erat dengan investasi, maka investor akan meminta tingkat
pengembalian yang cukup tinggi.

Fleksibilitas Keuangan
Fleksibilitas keuangan menunjukan kemampuan perusahaan
dalam melakukan tindakan perubahan arus kas yang berhubungan
dengan jumlah dan waktu. Fleksibilitas keuangan sangat penting bagi
perusahaan untuk merespon kondisi yang tidak menentu atau kebutuhan
memanfaatkan peluang. Fleksibilitas keuangan berasal dari kemampuan
perusahaan dalam (a) adapatasi operasi untuk meningkatkan arus

4
penerimaan kas bersih, (b) memperoleh tambahan modal dengan cara
menjual obligasi atau saham biasa, dan (c) memperoleh dana dari hasil
penjualan aktiva tanpa mengganggu jalannya operasi perusahaan.
Fleksibilitas keuangan akan berdampak pada risiko dan arus kas
perusahaan.

Likuiditas
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk merubah
aktiva menjadi kas atau dalam membayar kewajibannya. Likuiditas
berhubungan positif dengan fleksibilitas keuangan dan berhubungan
negatif dengan risiko dan return on investment. Dengan likuiditas yang
tinggi, maka perusahaan akan mampu memenuhi kewajiban yang
segera harus diselesaikan dan memanfatkan peluang dan akhirnya
tingkat risiko kegagalan menjadi rendah. Tapi dengan likuiditas yang
tinggi berakibat tingkat pengembalian atau rate of return dapat menjadi
kecil.

Kemampuan Operasi
Kemampuan operasi adalah kemampuan perusahaan dalam
mempertahankan tingkat operasi perusahaan. Kondisi ini dapat
tercermin dalam produk atau jasa yang disediakan, misalnya persediaan
jumlahnya tetap atau meningkat dalam arti nominal atau fisik.
Kemampuan perusahaan dapat dipengaruhi oleh perubahan metode
operasi, perubahan lini produk atau penggantian jasa potensial sehingga
meningkatkan hasil operasi.

Karakteristik Kualitas Informasi Akuntansi


Dalam FASB Statement of Financial Accounting Consepts No. 2
disebutkan bahwa informasi yang berguna harus memenuhi kualitatif
karakteristik atau elemen. Karakteristik tersebut harus dipertimbangkan
pada saat memilih alternatif metode akuntansi, karena kualitas tersebut
akan membedakan informasi yang lebih berguna dengan yang kurang
berguna.
Karakterisitk kualitas informasi akuntansi dapat digambarkan
seperti yang terlihat dalam gambar 1 – 3 dibawah. Hierarki dari
karakteristik kualitas informasi akuntansi terdapat dua batasan yaitu: (1)
dalam melakukan justifikasi informasi akuntansi harus memberikan
manfaat yang lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan, dan (2)
jumlah nilai nominal dari informasi harus material (contoh bermanfaat
sangat besar dalam menentukan perbedaan untuk pengambilan
keputusan). Hierarki ini dibuat bukan untuk menentukan skala prioritas
diantara karakteristik kualitatif dalam segala macam kondisi. Agar
informasi akuntansi tersebut berguna harus memenuhi tiap karakteristik
kualitatif pada tingkatan yang paling minimum. Namun dalam kondisi

5
yang berbeda perlu ada negosiasi dimana salah satu kualitas perlu
dikorbankan atau ditiadakan untuk meningkatkan kualitas yang lain.

Dapat Dipahami
Informasi akuntansi harus dapat dipahami oleh para pemakai
yang mempunyai pengetahuan tentang bisnis, aktivitas ekonomi dan
mereka yang ingin mempelajari dengan kemampuan pengetahuan yang
dimiliki. Dapat dimengerti merupakan penghubung antara pengambil
keputusan dengan informasi akuntansi.

Kegunaan dalam Pengambilan Keputusan


Kegunaan dalam pengambilan keputusan merupakan
keseluruhan daripada karakteristik kualitas yang digunakan sebagai
kesimpulan atas kualitas informasi akuntansi. Informasi dikatakan
bermanfaat atau tidak sangat tergantung pada keputusan yang diambil,
dengan cara bagaimana dibuat, ketersediaan informasi dan kemampuan
pengambil keputusan dalam mengolah informasi.

Relevan
Informasi akuntansi dapat dikatakan relevan apabila informasi itu
dapat membuat keputusan menjadi berbeda, terutama membantu
pemakai dalam memprediksi hasil dimasa lalu, sekarang dan kejadian
dimasa depan, mengkonfirmasi atau memperbaiki harapan yang telah
ditentukan sebelumnya. Kejadian yang dimaksud disini adalah suatu
kejadian yang signifikan bagi perusahaan, (misalnya pembelian
bangunan), dan hasil adalah merupakan akibat dari suatu kejadian atau
serangkaian kejadian (misalnya arus kas masuk karena penggunaan
bangunan). Agar menjadi relevan, informasi akuntansi itu tidak hanya
diekspresikan dalam kemampuannya untuk memprediksi. Sebagai dasar
ekspresi dari informasi akuntansi adalah informasi tentang status
sumber ekonomi perusahaan saat ini, kewajiban atau kinerja dimasa
lalu. Untuk dapat dikatakan bahwa informasi akuntansi itu relevan, maka
harus memenuhi kriteria nilai prediksi, nilai feedback dan tepat waktu.

Nilai Prediksi, Nilai Feedback dan Tepat Waktu


Informasi akuntansi memiliki nilai prediksi apabila informasi itu
membantu pembuat keputusan melakukan peramalan yang lebih tepat
atas hasil dimasa lalu dan sekarang. Sedangkan informasi akuntansi
mempunyai nilai feedback apabila informasi itu memungkinkan
pengambil keputusan untuk melakukan konfirmasi atau perbaikan atas
ekspektasi sebelumnya. Seringkali terjadi bahwa informasi dapat
memiliki dua kualitas yaitu nilai prediksi dan feedback karena
pemahaman tentang aktivitas masa lalu perusahaan (feedback) akan
memperbaiki kemampuan pengambil keputusan untuk memprediksi hasil

6
yang sama dimasa depan. Contohnya tentang laporan laba rugi akan
memberikan feedback tentang laba saat ini (bulan ini) dan akan
digunakan sebagai basis untuk memprediksi laba tahunan.
Sedangkan informasi akuntansi dikatakan tepat waktu apabila
informasi itu tersedia sebelum kehilangan manfaatnya dalam
mempengaruhi keputusan. Jika informasi tersebut tidak dapat tersedia
saat dibutuhkan, maka informasi itu tidak relevan dan sedikit manfaatnya
atau bahkan tidak berguna. Tepat waktu tidak dapat membuat informasi
itu relevan dan informasi yang tidak tepat waktu akan mengurangi
kualitas relevan.

Dapat Dipercaya
Informasi akuntansi akan lebih berguna apabila dapat dipercaya
dan relevan. Informasi yang dapat dipercaya adalah informasi yang
bebas dari kesalahan dan bias serta menyajikan secara jujur apa yang
seharusnya. Agar dapat dipercaya maka informasi itu harus di uji
(verifikasi kebenarannya), netral dan menyajikan yang sebenarnya.
Informasi akuntansi dapat diuji atau obyektif jika penggunaan
pengukuran dengan (para akuntan telah sepakat) pemilihan metode
yang telah digunakan tanpa ada kesalahan atau bias dan dapat
digunakan secara berulang-ulang. Pengujian dilakukan untuk
menghindari terjadinya pengukuran yang bias, karena dengan
menggunakan metode yang sama dalam pengukuran yang berulang
dapat dihindari terjadinya kesalahan yang disengaja atau tidak
disengaja.
Informasi akuntansi menyajikan yang sebenarnya (jujur)
berkaitan dengan pengukuran laporan akuntansi atau penjelasan dan
sumber ekonomi, kewajiban, serta transaksi dan kejadian yang
menyebabkan perubahan. Dengan informasi yang disajikan secara jujur
sebagai salah satu kriteria dalam pengambilan keputusan, bukan berarti
bahwa informasi akuntansi itu menjadi relevan untuk keputusan yang
lainnya.
Informasi akuntansi dikatakan netral bila tidak bias adanya
intervensi dari pihak tertentu. Netral bukan berarti informasi akuntansi
tidak ada tujuan atau tidak ada pengaruh perilaku.

Dapat Dibandingkan dan Konsisten


Karakteristik kualitatif sekunder dari informasi akuntansi adalah
dapat diperbandingkan dan konsisten. Informasi tentang perusahaan
akan lebih berguna apabila dapat dibandingkan dengan informasi
perusahaan lain yang sejenis (perbandingan antar perusahaan) atau
dengan informasi yang sama dengan periode sebelumnya dari
perusahaan tersebut (perbandingan internal). Membandingkan informasi

7
akuntansi memungkinkan pengguna mengidentifikasi dan menjelaskan
kesamaan dan perbedaan atas dua atau lebih dari fakta-fakata ekonomi.
Sedangkan konsisten berarti bahwa konfirmasi antar periode dan
kebijakan akuntansi serta prosedur tidak ada perubahan. Konsistensi
merupakan hal yang penting dalam membantu meningkatkan
perbandingan antar periode. Jika tidak ada konsistensi, maka akan
mengakibatkan pengguna informasi mengalami kesulitan dalam
menjelaskan penyebab terjadinya perbedaan hasil yaitu apakah karena
faktor ekonomi atau penerapan metode akuntansi yang berbeda.

Gambar: 1 -3 Hierarki Kualitas Informasi Akuntansi


Para Pemakai Informasi Akuntansi
Pemakai Laporan dan Karakteristik

Kendala dan Keterbatasan


Manfaat > Biaya

Kualitas Spesifik bagi Pemakai


Dapat dipahami

Kriteria Pervasif
Kegunaan dalam Pengambilan Keputusan
Kualitas Informasi utama

Relevan Dapat dipercaya


Unsur Kualitas Utama

Nilai Nilai feedback Tepat Daya Uji Netral Jujur


Prediksi Waktu

Kualitas Sekunder
Daya Banding Konsisten
Batasan Pengakuan
Materialitas

Elemen Laporan Keuangan


Elemen yang ada dalam laporan keuangan yaitu aktiva,
kewajiban, ekuitas, penghasilan dan beban.
a. Aktiva adalah sumber daya di kuasai oleh perusahaan sebagai
akibat dari transaksi atau peristiwa masa lalu dan diharapkan akan
mempunyai manfaat ekonomi bagi perusahaan dimasa depan.
b. Kewajiban merupakan utang perusahaan masa kini yang timbul dari
peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan akan berakibat
pada arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mempunyai
manfaat ekonomi.

8
c. Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi
dengan semua kewajiban
d. Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama
suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan
aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan
ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.
e. Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu
periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya
aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan
ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.

Asumsi dan Konsep Dasar Akuntansi


Asumsi dan konsep dasar akuntansi mempunyai pengaruh yang
sangat penting dalam pengembangan prinsip akuntansi yang diterima
umum. Asumsi dasar merupakan aspek yang berkaitan dengan dimana
akuntansi diterapkan. Sedangkan konsep dasar akuntansi merupakan
pedoman yang digunakan untuk menyusun prinsip akuntansi. Asumsi
dasar adalah meliputi:

Entitas (Kesatuan Usaha)


Aktivitas ekonomi baik secara langsung maupun tidak langsung
umumnya akan berpengaruh pada perusahaan atau disebut dengan
entitas ekonomi. Entitas adalah bervariasi yaitu dari segi ukuran ada
yang besar, menengah dan kecil dan dari segi kepemilikan dapat
berbentuk perusahaan perorangan, kerjasama atau partnership dan
perseroan terbatas. Akuntansi keuangan berkepentingan terhadap
aktivitas ekonomi dari entitas tersebut tanpa memandang ukuran yaitu
dari kegiatan pencatatan, pelaporan atas transaksi dan kejadian. Asumsi
yang digunakan dalam entitas yaitu adanya pemisahan dalam
pencatatan dan pelaporan organisasi dengan pemiliknya. Transaksi
pribadi pemilik dicatat secara terpisah dengan usaha perusahaan.

Keberlanjutan (Continuity)
Asumsi berkelanjutan dimaksudkan bahwa perusahaan akan
beroperasi secara terus menerus dan tidak akan dilikuidasi.
Kenyataannya, perusahaan ada sukses dan ada yang tidak berhasil
atau gagal. Asumsi ini akan digunakan secara fleksibel untuk semua
yaitu apabila ada unit usaha yang gagal, maka perusahaan sebagai
entitas ekonomi tidak perlu melakukan penyusutan atas aktiva tetapnya.

Periode Waktu (Period of Time)


Keuntungan dan kerugian perusahaan tidak dapat ditentukan
secara tepat kecuali kalau perusahaan itu dilikuidasi. Namun
manajemen memerlukan informasi akuntansi untuk membantu dalam

9
pengambilan keputusan selama perusahaan yang masih beroperasi.
Dengan demikian perusahaan membuat laporan keuangan secara
periodik atau tiap tahun dan biasanya disebut dengan periode akuntansi.

Biaya Historis (Historical Cost)


Aktivitas ekonomi dan sumber yang ada diperusahan biasanya
diukur dengan menggunakan harga pada saat terjadinya transaksi dan
disebut dengan harga pokok historis. Harga pokok historis akan dicatat
oleh perusahaan hingga barang tersebut dikonsumsi, dijual, dilikuidasi
dan akhirnya dikeluarkan dari catatan.

Unit Moneter (Monetary Unit)


Dalam menyiapkan laporan keuangan perusahaan, akuntan telah
mengadopsi penggunaan unit moneter negara dimana perusahaan
beroperasi karena nilai tukar masing-masing negara berbeda dan
nilainya relatif stabil.

Realisasi dan Pengakuan (Realization and Recognition)


Realisasi merupakan proses konversi sumber non kas dan hak
menjadi uang tunai. Pengakuan ialah proses pencatatan secara formal
dan melaporkan suatu kejadian kedalam laporan keuangan perusahaan.
Pengakuan atas suatu kejadian harus memenuhi sarat yaitu (1)
memenuhi pengertian atas elemen, (2) dapat diukur, (3) relevan, dan (4)
dapat dipercaya. Dalam hubungannya dengan pengakuan pendapatan,
maka perlu tambahan kriteria yaitu (1) realisasi telah terjadi, dan (2)
telah diterima.

Konservatif (Conservatism)
Pendekatan konservatif berarti bahwa dalam penyajian laporan
keuangan memilih alternatif yang mempunyai dampak yang paling tidak
menguntungkan atau kerugian terkecil bagi pemegang saham. Namun
demikian, konservatisme bukan berarti secara sengaja membuat laporan
dengan nilai yang lebih kecil atas aktiva dan laba rugi. Sebaliknya,
dalam membuat laporan juga tidak boleh dibuat dengan nilai yang lebih
besar, apabila dihadapkan pada kondisi yang merugi atau tidak pasti.
Dengan demikian konservatisme digunakan pada saat perusahaan
sedang dihadapkan pada kondisi yang meragukan. Sebagai contoh
bahwa kegiatan penelitian yang tidak pasti hasilnya, maka biayanya
harus dibebankan dalam biaya periode. Contoh lain yaitu investasi
jangka pendek harus dilaporkan sebesar harga pasarnya, walaupun ada
penurunan yang besar.

10
Pertanyaan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan akuntansi?
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kerangka dasar
akuntansi?
3. Jelaskan tujuan umum dari laporan keuangan dan
hubungannya dengan investor dan kreditur?
4. Jelaskan hubungan antara laporan keuangan dengan informasi
yang berguna dan pengambilan keputusan?
5. Jelaskan batasan atau kendala daripada karakteristik kualitatif?
6. Apa yang dimaksud dengan informasi akuntansi yang relevan
dan sebutkan elemen yang ada?
7. Apa yang dimaksud dengan informasi akuntansi yang dapat
dipercaya dan sebutkan elemen yang ada?
8. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kualitas sekunder dari
informasi akuntansi yang berguna dan mengapa itu penting?
9. Jelaskan hubungan antara material dan relevan?

11
BAB 2

PROSES AKUNTANSI
Pendahuluan
Dengan adanya pencatatan transaksi usaha di perusahaan akan
sangat membantu untuk mempercepat dalam proses pembuatan laporan
keuangan. Untuk dapat melakukan pencatatan dengan baik dan lengkap
serta laporan keuangannya dapat diandalkan atau memiliki daya uji,
maka transaksi yang terjadi perlu didukung dengan bukti transaksi.
Berdasarkan bukti transaksi tersebut selanjutnya dibuat jurnal dan setiap
hari atau akhir periode diposting ke buku besar dan buku pembantu.
Tiap akhir bulan buku besar di tutup atau dijumlahkan sehingga dapat
diketahui jumlah saldo dan akhirnya dapat melakukan pembuatan
laporan keuangan. Kegiatan tersebut berjalan secara terus menerus
sesuai dengan aktivitas perusahaan, sehingga rangkaian tersebut dapat
dikatakan sebagai suatu proses akuntansi.
Dalam bab ini pembahasan akan menekankan pada proses
pembuatan laporan keuangan yaitu dari pembuatan jurnal, buku besar,
neraca lajur, dan penyajian laporan keuangan termasuk jurnal penutup
dan jurnal balik.

Jurnal
Suatu transaksi dapat didefinisikan sebagai suatu kejadian yang
dapat berakibat pada berubahnya perkiraan aktiva, hutang dan ekuitas
perusahaan. Berbagai macam transaksi yang terjadi dalam perusahaan
umumnya didukung dengan bukti yang memadai seperti faktur
penjualan, faktur pembelian dan bukti penerimaan atau pengeluaran
kas, buku cek dan giro.
Bukti transaksi dapat dibedakan menjadi dua yaitu yang berasal
dari dalam perusahaan (intern) dan luar perusahaan (ekstern). Bukti
transaksi yang berasal dari dalam perusahaan terutama yang terkait
dengan transaksi yang terjadi didalam perusahaan. Untuk transaksi yang
berasal dari dalam perusahaan yaitu dapat berupa transaksi
pembayaran gaji atau upah karyawan perusahaan, pengambilan atau
penjualan barang, dan pembebanan penyusutan atau koreksi
kesalahan. Transaksi tersebut diatas sebaiknya dibuatkan bukti
transaksi dari dalam perusahaan untuk memudahkan dalam melakukan
pencatatan jurnal.
Sedangkan transaksi dengan pihak luar (ekstern) ada yang
didukung dengan dokumen pendukung yang memadai dan ada yang

12
tidak. Untuk transaksi pembelian barang yang cukup besar atau terkait
dengan pihak perusahaan yang dikelola secara baik umumnya akan
menerima faktur pembelian yang informatif dan demikian halnya dengan
transaksi lainya, misal pengiriman uang lewat bank. Namun, sering
terjadi bahwa pengeluaran uang yang bersifat relatif kecil atau
pembelian barang keperluan kantor hanya mendapat bukti struk kas
register atau bahkan sama sekali tidak ada buktinya seperti membayar
parkir di jalan.
Untuk memudahkan dalam pelaksanaan pembuatan jurnal,
sebaiknya perusahaan membuat bukti intern yang dilampiri dengan bukti
dari luar. Jika perusahaan hanya mengandalkan bukti transaksi dari luar
dapat mengalami kesulitan karena dari segi bentuk dan isi formulirnya
umumnya berbeda-beda tiap perusahaan, sehingga dalam pengarsipan
tidak mudah atau untuk mencari kembali tidak mudah.
Dengan bukti transaksi yang lengkap, maka tahap selanjutnya
adalah pembuatan jurnal. Jurnal merupakan merupakan buku catatan
pertama untuk data akuntansi. Semua transaksi dicatat secara
kronologis yang mencakup : (1) tanggal terjadinya transaksi, (2)
perkiraan yang harus di debet dan kredit, (3) jumlah yang ada di debit
dan kredit, (4) penjelasan dari transaksi.
Jurnal dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu jurnal umum dan
jurnal khusus. Untuk perusahaan yang volume transaksinya masih
sedikit biasanya cukup menyediakan jurnal umum digunakan untuk
mencatat seluruh transaksi yang ada. Namun dengan semakin besarnya
volume transaksi, maka perusahaan melengkapi buku catatannya
dengan jurnal khusus yang dapat terdiri dari jurnal penerimaan kas,
jurnal pengeluaran kas, jurnal pembelian, dan jurnal penjualan. Hal ini
akan membantu mempermudah melakukan kontrol dan sebagai
konsekuensinya perusahaan harus menambah tenaga kerja. Disamping
itu fungsi daripada jurnal umum hanya untuk mencatat transaski diluar
transaksi yang telah dicatat dalam jurnal khusus, misalnya transaksi
retur pembelian, retur penjualan, pembebanan penyusutan, dan koreksi
kesalahan.
Mengenai bentuk dari pada jurnal umum dan jurnal khusus setiap
perusahaan dapat tidak sama walaupun usahanya sejenis. Hal ini
disebabkan karena aktivitas dan volume transaksinya serta kebutuhan
informasi dari manajemen berbeda. Untuk dapat memberi gambaran,
berikut ini disajikan contoh jurnal umum dan khusus.

Jurnal Umum
Untuk perusahaan yang volume kegiatan usahanya masih relatif
terbatas atau belum banyak, maka dalam pencatatan jurnal cukup
dengan jurnal umum. Hal ini berarti semua transaksi yang terjadi yaitu

13
dari penerimaan kas dan bank, pengeluaran kas dan bank, pembelian
kredit dan penjualan kredit serta koreksi dicatat dalam jurnal umum.
Mengenai kolom yang digunakan dalam jurnal umum dapat terdiri
dari kolom tanggal, nomor bukti, keterangan, kode rekening, debet dan
kredit. Kolom nomor bukti dimaksudkan untuk mempermudah dalam
mencari dokumen bukti pencatatan dalam jurnal dan pembuatan
nomornya dapat berurutan selama satu bulan atau satu tahun.
Sedangkan kode rekening buku besar dan sub rekening atau buku
pembantu digunakan agar dapat mempercepat posting ke buku besar
dan buku pembantu. Untuk perusahaan yang telah menggunakan
program komputer akuntansi hal ini merupakan keharusan, agar proses
pembuatan laporan keuangan dapat lebih cepat. Sedangkan contohnya
adalah sebagai berikut.
Gambar : 2–1
Jurnal :Umum
Bulan : Desember 2007
Tanggal No. Keterangan Rek Sub Debet Kredit
Bukti
01-Dec JJ.166 Piutang - PT Amanda 10300 A20 53.650
01-Dec JJ.166 Penjualan Kredit 30200 53.650
01-Dec JM.044 Harga Pokok Penjualan 40000 48.500
01-Dec JM.044 Persediaan 10400 48.500
01-Dec JP.160 Persediaan 10400 118.400
01-Dec JP.160 Utang - PT. Argo 20000 A06 118.400
01-Dec KK.910 Gaji Kantor - Nopember 50000 6.500
01-Dec KK.910 Kas 10000 6.500
01-Dec KK.911 Gaji Penjualan - Nopember 50100 12.500
01-Dec KK.911 Kas 10000 12.500
01-Dec KM.756 Kas 10000 15.000
01-Dec KM.756 Bank 10100 15.000
30-Dec KK.921 Kas 10100 106.000
30-Dec JJ.166 Piutang - PT Amanda 10000 106.000
JUMLAH 589.600 589.600

Untuk perusahaan yang menggunakan jurnal khusus, maka


fungsi dari jurnal umum menjadi lebih terbatas. Dalam hal ini jurnal
umum hanya untuk mencatat transaksi-transaksi seperti retur pembelian,
retur penjualan, koreksi kesalahan pencatatan, pembebanan biaya tiap
akhir periode akauntansi dan transaksi lainnya yang tidak dapat dicatat
dalam jurnal khusus.
Gambar : 2–2
Jurnal : Khusus
Bulan : Desember 2007
01-Dec JM.044 HPP. Penjualan kredit - PT Amanda 40000 48.500
01-Dec JM.044 Persediaan 10400 48.500
03-Dec JM.045 HPP. Penjualan kredit - PT Harapan 40000 40.200
03-Dec JM.045 Persediaan 10400 40.200
03-Dec JM.049 HPP. Penjualan kredit - PT Argo 20000 A06 6.400
03-Dec JM.049 Persediaan 10400 6.400
05-Dec JM.046 HPP. Penjualan kredit - PT Semesta 40000 34.850

14
05-Dec JM.046 Persediaan 10400 34.850
07-Dec JM.047 HPP. Penjualan kredit - PT Amanda 40000 25.600
07-Dec JM.047 Persediaan 10400 25.600
07-Dec JM.045 Retur Penjualan 30500 6.100
07-Dec JM.045 Piutang - Tk. Amanda 10300 A20 6.100
07-Dec JM.046 HPP. Penjualan kredit - Tk. Amanda 40000 5.500
07-Dec JM.046 Persediaan 10400 5.500
07-Dec JM.48 HPP Penjualan seminggu 40000 134.700
07-Dec JM.48 Persediaan 10400 134.700
12-Dec JM.050 Utang - PT. Tempo 20000 T08 5.400
12-Dec JM.050 Persediaan 10400 5.400
14-Dec JM.49 HPP Penjualan seminggu 40000 170.150
14-Dec JM.49 Persediaan 10400 170.150
15-Dec JM.047 HPP. Penj. kredit - PT Tirta 40000 37.350
15-Dec JM.047 Persediaan 10400 37.350
29-Dec JM.51 HPP Penjualan seminggu 40000 101.950
29-Dec JM.51 Persediaan 10400 101.950
JUMLAH 833.600 833.600

Jurnal Penerimaan Kas dan Bank


Jurnal penerimaan kas digunakan untuk mencatat semua
transaksi yang berhubungan dengan uang yang diterima oleh
perusahaan. Penerimaan uang oleh perusahaan dapat berasal dari
penjualan barang dagangan secara tunai, hasil penagihan piutang, hasil
penjualan aktiva tetap perusahaan, dan hasil pinjaman uang dari Bank
atau pihak ketiga. Untuk transaksi penerimaan uang yang jumlahnya
relatif besar biasanya langsung masuk ke rekening bank, sehingga
perusahaan perlu membuat jurnal penerimaan bank secara khusus
Dalam pembuatan jurnal penerimaan kas dapat dilakukan secara
sederhana yaitu tanggal, nomor bukti, keterangan, kode rekening dan
sub rekening serta untuk jumlah uangnya dengan kolom debet, kolom
kredit dan saldo. Untuk kolom debet berhubungan dengan besarnya
jumlah yang diterima oleh perusahaan, kolom kredit digunakan untuk
mencatat pengeluran atau potongan yang berkaitan langsung dengan
transaksi penerimaan kas sebelumnya dan kolom saldo menunjukan
sisa uang kas pada tanggal tertentu.
Namun demikian, dalam praktek sering dijumpai jurnal
penerimaan kas dan bank untuk kolom debet terdiri dari beberapa kolom
atau berisi rekening buku besar yang sudah pasti, misal kolom didebet
dibagi lagi menjadi kolom penjualan tunai, dan hasil penagihan piutang
dagang. Pembagian kolom debet kedalam beberapa kolom pada
dasarnya disesuaikan dengan jenis usaha dan frekuensi transaksi
penerimaan kas tersebut.

15
Sebagai gambaran atas penjelasan tersebut, berikut ini disajikan
contoh pembuatan jurnal penerimaan kas yang cukup sederhana atau
kolom debet belum dibagi lebih lanjut.
Gambar : 2–3
Jurnal : Penerimaan Kas
Bulan : Desember 2007
Tanggal No. Akun di Kredit Pot. Akun Lain-2 (K)
Bukti Rek Sub Penj ( K ) Penj Piutang
(D) (K) Ket Jmlh
01-Dec KM.756 Bank 10100 Ambil 15.000
Bank
07-Dec KM.701 Penj. Tunai 30000 149.650
14-Dec KM.762 Penj. Tunai 30000 189.100
21-Dec KM.822 Penj. Tunai 30000 122.600
29-Dec KM.868 Penj. Tunai 30000 113.250
Jumlah 574.600 0 0 15.000

Gambar : 2–4
Jurnal : Penerimaan Bak
Bulan : Desember 2007
Pot. Akun Lain-2 (K)
No. Penj Piutang
Tanggal Akun di Kredit Rek Sub
Bukti (D) (K) Ket Jmlh
21-Dec BM.111 Piutang - Tk Amanda 10300 A20 20.000
22-Dec BM.112 Piutang - Tk Tirta 10300 T02 41.000
23-Dec BM.113 Piutang - Tk Unik 10300 U01 18.000
24-Dec BM.114 Piutang - Tk. Harapan 10300 H08 8.000
25-Dec BM.115 Piutang - Tk. Semesta 10300 S12 15.000
26-Dec BM.121 Piutang - Tk. Amanda 10300 A20 54.800
26-Dec BM.121 Pot. Penj - Tk, Amanda 30600 1.100
27-Dec BM.122 Piutang - Tk. Harapan 10300 H08 44.650
28-Dec BM.123 Piutang - Tk. Semesta 10300 S12 10.700
29-Dec BM.124 Piutang - Tk Tirta 10300 T02 49.800
29-Dec BM.124 Pot. Penj - Tk, Tirta 30600 8.300
30-Dec BM.125 Piutang – Tk Tirta 10300 U01 31.350
30-Dec BM.125 Pot. Penj - Tk, Unik 30600 600 20.000
Jumlah 10.000 293.300

Jurnal Pengeluaran Kas dan Bank


Jurnal pengeluaran kas pada dasarnya merupakan kebalikan dari
jurnal penerimaan kas dan bank. Dengan demikian jurnal ini digunakan
untuk mencatat semua transaksi yang berhubungan dengan semua
kejadian pengeluaran kas perusahaan selama suatu periode. Secara
umum sifat pengeluaran kas dapat dibedakan menjadi dua yaitu rutin
dan tidak rutin (insidentil). Hal ini sangat terkait dengan jenis usaha dan
kebijakan perusahaan dalam pembayaran transaksi usahanya.
Untuk perusahaan Dagang dan Produksi yang transaksi
pembelian barang dagangan dan bahannya relatif sering, maka
transaksi pengeluaran uangnya menjadi sering pula. Namun
pengeluaran uang yang jumlahnya besar bisanya dilakukan melalui bank

16
dengan cara mengeluarkan cek atau bilyet giro, sedangkan untuk jumlah
yang relatif kecil dilakukan dengan cara tunai atau uang kas. Dengan
demikian untuk jurnal pengeluaran uang sebaiknya perusahaan
membuat dua jurnal pengeluaran uang, bila yaitu jurnal pengeluaran kas
(bila dibayar dengan uang tunai ) dan jurnal pengeluaran bank.
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas atas jurnal
pengeluran kas dapat diberi contoh sebagai berikut.
Gambar : 2–5
Jurnal : Pengeluaran Kas
Bulan : Desember 2007
Tanggal No. Akun di Debet Rek Sub Bank ( D ) Perj. Supples Akun Lain-2 (D)
Bukti Dinas (D)
(D) Ket Jmlh
01-Dec KK.911 Gaji Penj 50100 Gaji 12.500
Nop
01-Dec KK.910 Gaji Kantor 50000 Gaji 6.500
Nop
07-Dec KK.912 Biaya perjalanan dinas 50200 2.500
08-Dec KK.918 Setor ke Bank 10100 140.000
08-Dec KK.923 Pembelian supplies 10500 5.000
kantor
09-Dec KK.925 Rek Telp 50400 Telp. 2.200
Nop
09-Dec KK.924 Rek Listrik 50400 Listrik 1.500
Nop
10-Dec KK.926 Rek PAM 50400 PAM 850
Nop
14-Dec KK.915 Biaya perjalanan dinas 50200 2.500
15-Dec KK.919 Setor ke Bank 10100 190.000
21-Dec KK.918 Biaya perjalanan dinas 50200 2.500
22-Dec KK.920 Setor ke Bank 10100 122.000
28-Dec KK.921 Biaya perjalanan dinas 50200 2.500
30-Dec KK.921 Setor ke Bank 10100 106.000
Jumlah 558.000 2.500 12.500 23.550

Gambar : 2–6
Jurnal : Pengeluaran Bank
Bulan : Desember 2007
Tanggal No. Akun di Debet Rek Sub Utang ( Pot. Akun Lain-2 (D)
Bukti D ) Pembeli
an Ket
(K) Jmlh
02-Dec BK.448 Utang - PT Ultra 20000 U11 30.500
02-Dec BK.449 Utang - PT Citra 20000 C10 20.000
03-Dec BK.450 Utang - PT Tempo 20000 T08 15.000
15-Dec BK.456 Kendaraan 11300 Yamaha 12.000
15-Dec BK.445 Utang - PT Tempo 20000 T08 62.200
15-Dec BK.445 Pot. Pembelian 40200 2.500
21-Dec BK.457 Utang - PT Argo 20000 A06 118.400
21-Dec BK.457 Pot. Pembelian 40200 3.400
22-Dec BK.458 Utang - PT Ultra 20000 U11 72.850
22-Dec BK.458 Pot. Pembelian 40200 2.150
22-Dec BK.459 Utang - PT Citra 20000 C10 55.900
23-Dec BK.460 Utang - PT Tempo 20000 T08 52.200

17
24-Dec BK.461 Utang - PT Bumi 20000 B04 122.200
24-Dec BK.461 Pot. Pembelian 40200 3.600
29-Dec BK.465 Utang - PT Bumi 20000 B04 122.200
Jumlah 671.450 11.650 12.000

Jurnal Pembelian
Jurnal pembelian digunakan untuk mencatat semua transaksi
pembelian barang secara kredit. Dalam hal pembuatan kolom untuk
akun yang di kredit sangat tergantung pada kebutuhan manajemen dan
volume transaksi pembelian suatu produk. Dengan demikian tiap akhir
periode dapat diketahui besarnya pembelian barang yang dilakukan
secara kredit. Untuk memberikan gambaran dapat diberikan contoh
dibawah ini.
Gambar : 2–7
Jurnal :Pembelian
Bulan : Desember 2007
Utang Pembelian Akun Lain-2 Debet
Tgl. No. Bukti Rek Sub Akun di Kredit
Dagang K D Ket Jmlh
01-Dec JP.0160 200 A06 PT. Argo.Tbk 118.400 118.400
02-Dec JP.0161 200 U11 PT.Ultra.Tbk 72.850 72.850
02-Dec JP.0162 200 C10 PT.Citra. Tbk 55.900 55.900
03-Dec JP.0163 200 T08 PT.Tempo.Tbk 52.200 52.200
04-Dec JP.0164 200 B04 PT.Bumi.Tbk 122.200 122.200
09-Dec JP.0165 200 C10 PT.Citra. Tbk 38.700 38.700
16-Dec JP.0167 200 U11 PT.Ultra.Tbk 69.750 69.750
16-Dec JP.0169 200 T08 PT.Tempo.Tbk 52.200 52.200
20-Dec JP.0166 200 B04 PT.Bumi.Tbk 101.400 101.400
27-Dec JP.0168 200 A06 PT. Argo.Tbk 128.000 128.000
Jumlah 811.600 811.600 0

Jurnal Penjualan
Untuk mendukung evaluasi kinerja perusahaan, maka dibuatlah
jurnal khusus penjualan terutama untuk mencatat penjualan yang
dilakukan secara kredit. Dengan demikian jumlah penjualan secara
kredit dapat dengan mudah diketahui besarnya dan sebagai ilustrasi
dapat dilihat dalam gambar berikut
Gambar : 2–8
Jurnal :Penjualan
Bulan : Desember 2007
Tgl. No. Bukti Rek Sub Akun di Debet Piutang Dagang (D)
01-Dec JJ.0165 130 A20 Tk. Amanda 53.670
05-Dec JJ.0166 130 H08 Tk. Harapan 44.670
07-Dec JJ.0167 130 S12 Tk. Semesta 38.730
07-Dec JJ.0168 130 A20 Tk. Amanda 28.020
15-Dec JJ.0169 130 T01 PT. Ttirta 41.490
21-Dec JJ.0170 130 U01 PT. Unik 30.720
27-Dec JJ.0171 130 H08 Tk. Harapan 30.120
27-Dec JJ.0172 130 T01 PT. Ttirta 27.780
29-Dec JJ.0173 130 S12 Tk. Semesta 30.750
Jumlah 325.950

18
Buku Besar dan Buku Pembantu
Buku besar pada dasarnya pembentukannya sesuai dengan
aktivitas usahanya, volume transaksi dan ketentuan penggolongan atau
pengelompokannya akun seperti yang telah diatur dalam PSAK No. 1
tentang penyajian laporan keuangan. Dengan demikian buku besar
meliputi seluruh perkiraan yang terkait dengan kegiatan usaha
perusahaan.
Buku besar tersebut digunakan untuk mengklasifikasikan dan
meringkas tranksaksi yang terjadi dan sekaligus untuk menyiapkan
pembuatan laporan keuangan perusahaan. Data dalam buku besar
sangat bermanfaat bagi manajer dalam menyediakan informasi yang
diperlukan seperti total penjualan dan total utang dagang tiap akhir
periode. Pada saat penutupan buku tiap akhir bulan jumlah saldonya
akan menjadi saldo awal pada bulan berikutnya. Sebaliknya untuk
perkiraan nominal yaitu pendapatan dan biaya akan ditutup dalam
laporan laba rugi.
Sebagian buku besar ada yang perlu disediakan buku pembantu.
Hal ini terjadi karena buku besar merupakan rekapitulasi dari transaksi
yang bersifat global. Beberapa akun buku besar biasanya perlu
dibuatkan buku pembantu dan hal ini terkait dengan besar kecilnya
perusahaan, jenis usahanya, kebijakan penjualan dan pembelian serta
volume transaksinya. Secara umum akun buku besar yang perlu ada
buku pembantunya yaitu akun piutang dagang, akun persediaan, akun
aktiva tetap dan akun utang dagang.
Sebagai contoh, untuk perusahaan yang seluruh penjualannya
dilakukan secara kredit, maka dalam buku besar piutang dagang
terdapat ratusan nama pelanggan, sehingga untuk mengetahui
pelanggan yang frekuensi pembeliannya banyak dan lancar dalam
membayar perlu di dukung dengan buku pembantu. Demikian juga
sebaliknya, perusahaan dapat lebih cepat mengetahui pelanggan-
pelanggan yang tidak baik dalam transaksi pembayarannya.
Data yang ada di buku besar dan pembantu akan berubah
apabila telah ada transfer atau posting dari jurnal umum atau jurnal
khusus. Pelaksanaan transfer atau posting dari jurnal umum atau khusus
ke buku besar atau buku pembantu dapat dilakukan tiap akhir periode
atau tiap hari. Untuk perusahaan yang telah menggunakan program
komputer akuntansi dapat dilakukan tiap hari sehingga saldo di buku
besar dan buku pembantu dapat diketahui secara cepat.
Untuk dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang
hubungan antara buku besar dan buku pembantu dapat dlihat dengan
contoh berikut.

19
Gambar : 2–9
Buku Besar : Piutang Dagang
Rekening : 130
Bulan : Desember 2007
Tanggal No. Bukti Rek Sub Keterangan Debet Kredit Saldo
30-Nov Saldo awal 213.000
01-Dec JJ.0166 400 A20 Tk. Amanda 53.670 266.670
02-Dec BM.112 110 PT. Ttirta 41.000 225.670
02-Dec BM.111 110 Tk. Amanda 20.000 205.670
05-Dec JJ.0167 400 H08 Tk. Harapan 44.670 250.340
06-Dec BM.121 110 Tk. Amanda 52.600 197.740
07-Dec JM.045 410 G20 Tk. Amanda 6.120 191.620
07-Dec JJ.167 400 S12 Tk. Semesta 38.730 230.350
07-Dec JJ.168 400 A20 Tk. Amanda 28.020 258.370
15-Dec JJ.169 400 T01 PT. Ttirta 41.490 299.860
20-Dec BM.124 110 PT. Ttirta 41.490 258.370
20-Dec BM.113 110 PT. Unik 18.000 240.370
20-Dec BM.122 110 Tk. Harapan 44.670 195.700
21-Dec JJ.170 400 U01 PT. Unik 30.720 226.420
22-Dec BM.116 110 Tk. Semesta 15.000 211.420
22-Dec BM.123 110 Tk. Semesta 10.710 200.710
26-Dec BM.125 110 PT. Unik 30.720 169.990
27-Dec JJ.172 400 T01 PT. Ttirta 27.780 197.770
27-Dec JM.046 410 T01 PT. Ttirta 5.490 192.280
27-Dec JJ.171 400 H08 Tk. Harapan 30.120 222.400
29-Dec JJ.173 400 S12 Tk. Semesta 30.750 253.150

Buku Pembantu : Piutang Dagang


Nama : Toko Amanda Rekening dan sub Rek : 130. A20
Bulan : Desember 2007
Tanggal No. Bukti Rek Sub Keterangan Debet Kredit Saldo
30-Nov Saldo awal 50.400
01-Dec JJ.0166 400 A20 Tk. Amanda 53.670 104.070
02-Dec BM.111 110 Tk. Amanda 20.000 84.070
06-Dec BM.121 110 Tk. Amanda 52.600 31.470
07-Dec JJ.168 400 A20 Tk. Amanda 28.020 59.490
07-Dec JM.045 410 G20 Tk. Amanda 6.120 53.370
Buku Pembantu : Piutang Dagang
Nama : Toko Harapan Rekening dan sub Rek : 130. H08
Bulan : Desember 2007
Tanggal No. Bukti Rek Sub Keterangan Debet Kredit Saldo
30-Nov Saldo awal 20.700
05-Dec JJ.0167 400 H08 Tk. Harapan 44.670 65.370
20-Dec BM.122 110 Tk. Harapan 44.670 20.700
27-Dec JJ.171 400 H08 Tk. Harapan 30.120 50.820
Buku Pembantu : Piutang Dagang
Nama : Toko Semesta Rekening dan sub Rek : 130. S12
Bulan : Desember 2007
Tanggal No. Bukti Rek Sub Keterangan Debet Kredit Saldo
30-Nov Saldo awal 30.000
07-Dec JJ.167 400 S12 Tk. Semesta 38.730 68.730
22-Dec BM.116 110 Tk. Semesta 15.000 53.730
22-Dec BM.123 110 Tk. Semesta 10.710 43.020
29-Dec JJ.173 400 S12 Tk. Semesta 30.750 73.770

20
Buku Pembantu : Piutang Dagang
Nama : PT. Tirta Rekening dan sub Rek : 130. T01
Bulan : Desember 2007
Tanggal No. Bukti Rek Sub Keterangan Debet Kredit Saldo
30-Nov Saldo awal 71.100
02-Dec BM.112 110 PT. Ttirta 41.000 30.100
15-Dec JJ.169 400 T01 PT. Ttirta 41.490 71.590
20-Dec BM.124 110 PT. Ttirta 41.490 30.100
27-Dec JM.046 410 T01 PT. Ttirta 5.490 24.610
27-Dec JJ.172 400 T01 PT. Ttirta 27.780 52.390
Buku Pembantu : Piutang Dagang
Nama : PT. Unik Rekening dan sub Rek : 130. U01
Bulan : Desember 2007
Tanggal No. Bukti Rek Sub Keterangan Debet Kredit Saldo
30-Nov Saldo awal 40.800
20-Dec BM.113 110 PT. Unik 18.000 22.800
21-Dec JJ.170 400 U01 PT. Unik 30.720 53.520
26-Dec BM.125 110 PT. Unik 30.720 22.800

TOTAL SALDO AKHIR BUKU PEMBANTU PIUTANG DAGANG 253.150

Dengan demikian dapat dilihat bahwa jumlah setiap hari atau


setiap akhir periode jumlah saldo buku besar harus sama besarnya
dengan jumlah semua buku pembantunya. Jika tidak sama, maka berarti
ada kesalahan mencatat dan harus dicek jurnal dan postingnya satu
persatu-satu.

Neraca Lajur
Neraca lajur merupakan kertas kerja atau alat bantu untuk
menyusun laporan keuangan perusahaan secara bertahap. Dalam
pembuatan laporan keuangan dengan menggunakan neraca lajur dapat
diperoleh manfaat yaitu pembuatannya secara bertahap akan
memungkinkan laporan keuangan dapat lebih teliti, mudah untuk
mengecek kewajaran tiap akun yang ada atau secara total dan jika
terjadi kesalahan akan dapat mudah untuk dicari melalui tahapan atau
kolom yang ada. Namun demikian pembuatan laporan keuangan dengan
menggunakan bantuan kertas kerja yang berupa neraca lajur bukanlah
hal yang wajib dikerjakan dan bahkan dengan semakin banyaknya
penggunaan program akuntansi dengan komputer, neraca lajur sudah
jarang dijumpai.
Kolom yang digunakan dalam pembuatan neraca lajur dapat
dibedakan menjadi dua yaitu lengkap atau standar. Jika dibuat lengkap,
maka kolom yang ada yaitu kode rekening, nama rekening, neraca
periode sebelumnya, mutasi, neraca saldo, ayat penyesuaian, neraca
saldo setelah disesuaikan, laporan laba rugi dan neraca. Sedangkan
yang standar atau umum digunakan terdiri dari kolom nama rekening,
neraca saldo, ayat penyesuaian, neraca saldo setelah disesuaikan,
laporan laba rugi dan neraca. Mengenai penjelasan dari masing-masing

21
kolom terutama dengan cara penyajian yang lengkap dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a. Kode Rekening ( Akun )
Kode rekening seperti yang tercantum dalam contoh jurnal dan
buku besar dan buku pembantu, dibuat didasarkan pada nama
rekening yang ada. Sedangkan nama rekening disesuaikan
dengan kegiatan usaha dan transaksi yang terjadi dalam
perusahaan serta ketentuan penyajian laporan keuangan
seperti yang diatur dalam PSAK.
b. Nama Rekening
Nama rekening merupakan penjabaran lebih lanjut daripada
kode rekening yang telah dibahas sebelumnya.
c. Neraca Periode Sebelumnya
Pembuatan laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laba rugi
dan perubahan ekuitas dibuat tiap bulan, semester atau
tahunan. Dengan demikian data yang dimasukan dalam kertas
kerja neraca lajur adalah data dari laporan keuangan tersebut.
d. Mutasi
Apabila perusahaan belum melakukan pencatatan dengan baik,
maka dengan dasar jurnal transaksi selama satu periode
dijumlahkan debet dan kreditnya untuk tiap rekening yang
sama. Jumlah tersebut dapat dikatakan sebagai mutuasi buku
besar selama satu periode.
e. Jurnal Penyesuaian
Jurnal penyesuaian yang dilakukan tiap akhir periode
diperlukan karena penyusunan laporan keuangan
menggunakan metode akrual basis seperti yang diatur dalam
PSAK nomor 1, dimana aktiva, kewajiban, ekuiti, penghasilan
dan beban diakui saat ada kejadian dan bukan saat kas atau
setara kas diterima atau dibayar. Transaksi tersebut harus
dicatat dan disajikan dalam laporan keuangan saat terjadinya,
sehingga pada akhir akhir periode perlu ada penyesuaian.
Disamping itu ayat jurnal penyesuaian digunakan untuk
memisahkan rekening campuran yaitu antara rekening neraca
dan laporan laba rugi. Sedangkan penyesuaian yang dilakukan
secara umum mencakup beberapa akun yaitu piutang,
persediaan barang, persediaan supplies dan biaya asuransi,
penyusutan aktiva tetap berwujud, deplesi, amortisasi biaya
ditangguhkan, utang dan pendapatan diterima dimuka.
Sedangkan penjelasan lebih lanjut daripada akun yang sering
memerlukan ayat penyesuaian adalah sebagai berikut:
1. Piutang
Piutang terjadi umumnya karena perusahaan dalam
menjual produknya dengan cara kredit. Berdasarkan

22
pengalaman sebelumnya bahwa perusahaan yang menjual
dengan kredit biasanya ada yang tidak tertagih, sehingga
tiap akhir periode perlu ada pembuatan cadangan kerugian
piutang. Disamping itu dapat terjadi bahwa piutang yang
ada tidak dapat ditagih, misalnya pelanggan mengalami
kebangkrutan usaha, meninggal dunia, pindah alamat tidak
ada penjelasan atau memang dengan sengaja ingin
menipu.
Dengan demikian pada tiap akhir periode kejadian tersebut
harus dibuat ayat jurnal penyesuaian agar dalam laporan
laba rugi menjadi wajar. Sedangkan jurnal yang dapat
dibuat antara lain yaitu:
a. Pembuatan cadangan kerugian piutang
Kerugian piutang Rp xxxx
Cadangan kerugian piutang Rp xxxx
b. Penghapusan piutang
Cadangan kerugian piutang Rp xxxx
Piutang Rp xxxx
Disamping itu dapat juga terjadi bahwa pada akhir periode
ada piutang atas pendapatan yang seharusnya menjadi
pendapatan pada periode tersebut, tapi baru dapat
diterima pada awal periode, misalnya piutang bunga
obligasi dan jurnal penyesuaian pada akhir periode adalah
sebagai berikut:
Piutang pendapatan bunga Rp xxx
Pendapatan bunga Rp xxx
2. Persediaan barang
Persediaan barang di suatu perusahaan akan terkait
dengan jenis usahanya yaitu perusahaan dagang atau
perusahaan pengolahan. Apabila perusahaan dagang,
persediaan yang ada hanya berupa persediaan barang
barang jadi dan untuk perusahaan pengolahan dapat terdiri
persediaan bahan baku, bahan pembantu, barang dalam
proses dan barang jadi.
Sedangkan jurnal penyesuaian akan terjadi biasanya tekait
dengan metode pencatatan yang digunakan oleh
perusahaan yaitu metode fisik atau metode buku
(perpetual). Bila perusahaan menggunakan metode fisik,
maka transaksi pembelian dan penjualan tidak dilakukan
pencatatan dalam kartu persediaan pada masing-masing
item produk. Dengan demikian pencatatan pembelian dan
penjualan hanya bersifat global atau tidak rinci tiap item
produk, sehingga pada akhir periode harus dibuat rekap
atau perhitungan jumlah pembelian dan retur pembelian,

23
jumlah penjualan dan retur penjualan, harga pokok
penjualan, serta jumlah persediaan akhir harus dilakukan
stock opname. Jurnal penyesuaian yang perlu dibuat pada
akhir periode yaitu :
1. Mencatat persediaan awal hasil stock opname periode
sebelumnya
Harga Pokok Penjualan Rp xxx
Persediaan barang awal Rp xxx
2. Mencatat pembelian barang selama satu periode
Harga Pokok Penjualan Rp xxx
Pembelian Rp xxx
Biaya angkut pembelian Rp xxx
3. Mencatat potongan pembelian dan retur pembelian
Retur Pembelian Rp xxx
Potongan Pembelian Rp xxx
Persediaan Rp xxx
4. Mencatat persediaan akhir barang hasil stock opname
akhir periode
Persediaan barang Rp xxx
Harga Pokok Penjualan Rp xxx
Berbeda dengan menggunakan metode buku atau
perpetual, semua transaksi dicatat secara rinci dalam
kartu persediaan. Dengan demikian tiap akhir periode
dapat diketahui saldo akhir barang dan harga pokok
penjualan tiap jenis barang berdasarkan kartu persediaan.
Untuk memastikan kebenaran catatan yang ada,
perusahaan dapat melakukan stock opname, Apabila
persediaan barang hasil stock opanme lebih kecil daripada
jumlah menurut catatan, maka selisihnya dibebankan
dalam laba rugi dengan jurnal penyesuaian sebagai
berikut :
Selisih persediaan Rp xxx
Persediaan Rp xxx
5. Persediaan supplies
Perusahaan umumnya mempunyai persediaan supplies
atau barang habis pakai, misalnya berupa persediaan
kertas dan alat tulis. Pada akhir periode perlu diadakan
perhitungan fisik untuk menentukan nilai persediaan
supplies dan yang selisihnya dibebankan sebagai biaya
dengan jurnal sebagai berikut:
Beban biaya supplies Rp xxx
Persediaan supplies Rp xxx

24
3. Biaya Asuransi
Untuk melindungi terjadinya kerugian karena kebakaran
gudang dan persediaan atau kerusakan kendaraan
biasanya perusahaan melakukan kontrak dengan pihak
asuransi dan pembayaran preminya dilakukan dimuka
untuk jangka waktu tertentu. Dengan demikian tiap akhir
periode diperlukan jurnal penyesuaian untuk menentukan
besarnya premi asuransi yang sebenarnya menjadi beban
biaya periode tersebut dan jurnal yang dibuat dapat
sebagai berikut:
Beban biaya asuransi Rp xxxx
Biaya asuransi Rp xxx
4. Penyusutan aktiva tetap berwujud dan Deplesi
Aktiva tetap berwujud yang digunakan dalam kegiatan
usaha perusahaan akan mengalami keausan atau
kerusakan, sehingga perlu dilakukan penyusutan tiap
periodenya. Dana penyusutan tersebut dicadangkan yang
nantinya dapat digunakan untuk perbaikan. Sedangkan
metode penyusutan yang dapat digunakan ada beberapa
macam yaitu (a) metode dengan dasar waktu yang terdiri
dari garis lurus (Straight-line method), metode
pembebanan menurun (Declining charge), jumlah-angka-
tahun (Sum-of-the-years’-digits method), saldo menurun
(Declining balance), saldo menurun ganda (Double-
Declining Balance), metode aktivitas penggunaan (Activity
for use methods), (b) metode jam-jasa (service-hours
method) yang terdiri dari metode jumlah unit produksi
(productive-output method), dan (c) metode berdasarkan
jenis dan kelompok (group and composite method) yang
terdiri dari metode persediaan (inventory systems) dan
metode anuitas (annuity method).
Deplesi digunakan untuk melakukan penyusutan atau
pengurangan nilai perolehan aktiva yang berhubungan
dengan sumber alam atau barang tambang yang dapat
habis karena di eksplorasi.
Sedangkan jurnal standar yang dibuat tiap akhir periode
adalah sebagai berikut:
Beban biaya penyusutan / Deplesi Rp xxx
Akumulasi depresiasi / deplesi Rp xxx
5. Amortisasi biaya ditangguhkan
Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan yang cukup besar
dan bermanfaat untuk beberapa periode akuntansi perlu
dilakukan amortisasi. Biaya tersebut dapat berupa biaya
preoperasi, biaya promosi produk saat peluncuran

25
perdana, perolehan hak patent, merk dagang dan goodwill.
Sedangkan jurnal yang dibuat pada akhir periode sebagai
berikut:
Beban amortisasi Rp xxx
Akumulasi amortisasi Rp xxx
6. Utang
Pada akhir periode suatu perusahaan kemungkinan masih
mempunyai kewajiban yang harus dilunasi, seperti gaji
karyawan yang dihitung selama satu bulan dan umumnya
dibayarkan pada awal bulan, sehingga pada akhir bulan
harus dibuat jurnal penyesuaian. Demikian halnya
pembayaran bunga obligasi dan kewajiban lainnya yang
harus dibayarkan pada tiap awal bulan, maka pada akhir
bulan harus dibuat jurnal penyesuaian. Jurnal penyesuaian
yang harus dibuat adalah sebagai berikut:
Biaya bunga Rp xxx
Utang bunga Rp xxx
7. Pendapatan diterima dimuka
Pendapatan yang diterima dimuka berarti pendapatan atas
penjualan suatu produk atau jasa yang tidak sepenuhnya
menjadi menjadi pendapatan pada periode tersebut. Jurnal
penyesuaian yang dibuat adalah:
Sewa diterima dimuka Rp xxx
Pendapatan sewa Rp xxx
f. Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
Dengan telah dibuatnya jurnal penyesuaian dan dimasukan
kedalam kolom debet dan kredit, maka jumlah tersebut
ditambahkan atau dikurangkan dengan neraca saldo kolom
sebelumnya.
g. Laporan Laba Rugi
Akun yang masuk dalam kolom laporan laba rugi yaitu semua
akun pendapatan dan biaya periode tersebut yang berada di
kolom neraca saldo setelah disesuaikan.
h. Laporan Neraca
Laporan neraca merupakan kolom terakhir dalam kertas kerja
pembuatan neraca lajur dan yang masuk kolom tersebut adalah
semua akun dari neraca saldo setelah disesuaikan yang tidak
masuk dalam laporan laba rugi. Untuk memberikan gambaran
yang lebih jelas, maka dapat diberikan contoh sebagai berikut.

26
Keterangan
1 Persediaan supplies pada 31 Desember 2007 adalah Rp 6,000
2 Asuransi yang telah menjadi biaya sebesar Rp 16,000
3 Penyusutan bangunan per tahun 5%
4 Penyusutan kendaraan per tahun 10%
5 Penyusutan peralatan kantor per tahun 10%
6 Penyusutan mebelair per tahun 10%
7 Beban bulan Desember 2007 untuk biaya administrasi bank Rp 400 dan
bunga Rp 900
8 Utang biaya bulan Desember 2007 untuk gaji kantor Rp 6,500 dan gaji
bagian penjualan Rp 8,500
9 Utang biaya bulan Desember 2007 untuk listrik Rp 650 Telpon Rp 1,500
PAM Rp 600
10 Utang bunga obligasi Rp 2200
Jurnal penyesuaiannya :

JURNAL PENYESUAIAN
1 Biaya supplies Rp 7.000
Supplies Rp 7.000
2 Biaya asuransi Rp 16.000
Asuransi Dibayar Dimuka Rp 16.000
3 Biaya Penyusutan Rp 1.650
Akm. Depr - Bangunan Rp 1.650
4 Biaya Penyusutan Rp 600
Akm Depr - Kendaraan Rp 600
5 Biaya Penyusutan Rp 500
Akm Depr - Peralatan Rp 500
6 Biaya Penyusutan Rp 250
Akum Depr - Mebelair Rp 250
7 Biaya Bunga Bank Rp 900
Biaya Adminitrasi Bank Rp 400
Utang Bank Rp 1.300
8 Gaji Kantor Rp 6.500
Gaji Penjualan Rp 8.500
Utang Biaya Rp 15.000
9 Biaya Listrik, Telp dan PAM Rp 2.750
Utang Biaya Rp 2.750
10 Biaya Bunga Obligasi Rp 2.200
Utang Biaya Rp 2.200

27
NERACA LAJUR

28
Laporan Keuangan
Hasil akhir dari proses akuntansi adalah pembuatan laporan
keuangan yang terdiri dari neraca dan laba rugi.

LAPORAN NERACA
PT RITALINDO
BULAN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2007
Aktiva Lancar Utang Lancar
Kas 10.650 Utang Dagang 381.250
Bank 193.100 Utang Bank 71.300
Surat Berharga – Efek 50.000 Utang Biaya 26.450
Piutang Dagang 250.100 -
Persediaan Barang 367.350 Jumlah Utang Lancar 479.000
Supplies 11.000 Utang Jangka Panjang
Asuransi Dibayar Dimuka 8.000 Utang Obligasi 44.000
--------------- ------------------
Jumlah Aktiva Lancar 890.200 Total Utang 523.000
Aktiva Tetap
Tanah 200.000
Bangunan 400.000
Akm. Depr – Bangunan (3.650) Ekuitas
Kendaraan 82.000 Modal Saham 1.000.000
Akm Depr – Kendaraan (2.000) Agio Saham 20.000
Peralatan Kantor 60.000 Laba Ditahan 100.000
Akm Depr – Peralatan (1.000) Laba tahun berjalan 12.000
Mebelair 30.000 ------------------
Akum Depr – Mebelair (550) Jumlah Ekuitas 1.132.000
---------------
Nilai Buku 764.800
--------------- ------------------
Total Aktiva 1.655.000 Total Utang dan Ekuitas 1.655.000

29
PT RITALINDO
LAPORAN LABA RUGI
BULAN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2007
PENJUALAN
Penjualan Tunai 574.600
Penjualan Kredit 325.900
------------------
Penjualan Kotor 900.500
Retur Penjualan 5.500
Potongan Penjualan 5.200 10.700
------------------
Penjualan Bersih 889.800
Harga Pokok Penjualan
Harga Pokok Penjualan 806.050
Potongan Pembelian (11.650) 794.400
------------------
Laba Kotor 95.400
Beban Operasi
Gaji Kantor 13.000
Gaji Penjualan 21.000
Biaya Transport 10.000
Biaya Listrik, Telp dan PAM 9.900
Biaya Penyusutan 3.000
Biaya asuransi 16.000
Biaya Adm. dan Umum 7.000 79.900
------------------
Laba Operasi 15.500
Pendapatan/Biaya Non Operasi
Biaya Bunga Bank 900
Biaya Adminitrasi Bank 400
Biaya Bunga Obligasi 2.200 3.500
------------------
Laba Bersih sebelum Pajak 12.000

Jurnal Penutup
Jurnal penutup digunakan untuk menutup buku besar yang
bersifat sementara agar menjadi bersaldo nol, dengan anggapan bahwa
buku tersebut akan digunakan untuk mencatat transaksi periode
selanjutnya. Perkiraan yang bersifat sementara terdiri dari pendapatan,
beban dan perkiraan yang berpengaruh pada perubahan modal. Untuk
membuat ayat jurnal penutup diperlukan satu perkiraan baru yaitu
Ikhtisar Laba Rugi (Income summary).
Sedangkan tahapan yang dilakukan untuk membuat ayat jurnal penutup
yaitu:

30
a. Penutupan perkiraan pendapatan dengan cara mendebet
seluruh perkiraan pendapatan dan sebagai lawannya di kredit
adalah perkiraan ikhtisar laba rugi.
b. Penutupan perkiraan beban, semua perkiraan beban di
kreditkan dan lawannya di debet perkiraan ikhtisar laba rugi.
c. Penutupan perkiraan ikhtisar laba rugi. Apabila perusahaan
memperoleh laba, maka perkiraan di debet ikhtisar laba rugi
dan di kredit perkiraan modal. Sebaliknya, jika perusahaan
mendeita rugi, maka di debet perkiraan modal dan di kredit
perkiraan ikhtisar laba rugi.
d. Penutupan perkiraan pengambilan pribadi (jika perusahaan
perorangan).

Jurnal Balik ( Reverse Entry )


Untuk jurnal penyesuaian yang terkait dengan penerapan akrual
basis, atau belum direalisasi pembayarannya atau penerimaannya,
seperti utang biaya, utang bunga dan piutang pendapatan, nantinya
perlu dilakukan jurnal balik. Dengan kata lain yang tadinya di jurnal
sebelah debet di ganti menjadi kredit dan sebaliknya yang tadinya di
debet, menjadi di sebelah kredit. Berdasarkan contoh diatas, maka ayat
jurnal penyesuaian yang perlu dilakukan pembalikan (reverse entry)
yaitu :
8 Utang Biaya Rp 15.000
Gaji Kantor Rp 6.500
Gaji Penjualan Rp 8.500

9 Utang Biaya Rp 2.750


Biaya Listrik, Telp dan PAM Rp 2.750
9 Utang Biaya Rp 2.200
Biaya Bunga Obligasi Rp 2.200

Pertanyaan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan proses akuntansi dan
gambarkan?
2. Jelaskan yang dimaksud dengan buku besar dan buku
pembantu serta hubungannya?
3. Apa manfaatnya perkiraan buku besar dan buku pembantu
dibuatkan kode rekening?
4. Apa yang dimaksud dengan jurnal dan jelaskan manfaatnya?
5. Apa perbedaan antar jurnal umum dan jurnal khusus serta
jelaskan manfaat serta konsekuensinya bagi perusahaan?
6. Dalam kondisi yang bagaimana perusahaan menggunakan
hanya jurnal umum saja atau jurnal umum yang didukung
dengan jurnal khusus?

31
7. Jelaskan kolom-kolom yang ada dalam kertas kerja neraca
lajur?
8. Jelaskan elemen atau perkiraan apa saja yang perlu dilakukan
penyesuaian pada akhir periode?
9. Mengapa perlu ada pembuatan jurnal penutup setelah selesai
membuat laporan keuangan?
10. Jelaskan apa yang dimaksud dengan jurnal balik dan berilah
contoh!

Latihan
1. Transaksi dibawah ini sebaiknya dicatat dalam jurnal
penerimaan kas, jurnal pengeluaran kas, jurnal penjualan,
jurnal pembelian atau jurnal umum
a. Pembelian barang dagangan secara kredit
b. Pembelian barang dagangan secara tunai
c. Penerimaan uang dari hasil penagihan piutang dagang
d. Penjualan tunai selama satu bulan
e. Pembayaran gaji
f. Penjualan barang secara tunai
g. Penjualan barang dengan kredit
h. Pengembalian uang dari pelanggan
i. Penjualan aktiva tetap dengan tunai
j. Penyerahan utang wesel untuk pelunasan utang dagang
2. Pada tanggal 1 Maret Adel memulai usahanya dengan nama
perusahaan PT Buma Transaksi yang terjadi selama bulan
Maret seperti yang tersebut dibawah ini dan catatlah kedalam
jurnal yang sesuai dengan transaksi tersebut.
Maret 1 Deposito Rp 14.000 di bank atas nama perusahaan PT Buma
Maret 2 Pembayaran sewa bulan Maret dengan Cek No. 1 Rp 600
Maret 4 Pembelian peralatan secara kredit dari Tiga Raksa Rp 10.000
Maret 7 Pembelian barang secara kredit dari perusahaan Budi Rp 1.200
Maret 7 Penjualan tunai selama satu minggu Rp 1.650
Maret 10 Pengeluaran Cek No. 2 untuk membayar Supplies Rp 150
Maret 11 Penjualan barang dengan kredit pada Rini Rp 600
Maret 12 Penjualan barang dengan kredit pada Nani Rp 350
Maret 14 Pembayaran gaji selama dua minggu dengan Cek No. 3 Rp 740
Maret 14 Penjualan tunai selama satu minggu Rp 1.800
Maret 16 Pembelian barang dengan kredit dari Tuti Rp 1.100
Maret 17 Bayar utang pada Budi, transaksi 7 Maret dengan Cek No. 4, dikurangi 2%
Maret 18 Dibeli Supplies dari Salimin dengan kredit Rp 250
Maret 19 Retur pembelian barang ke Tuti dan diterima Memo Kredit Rp 200

32
Maret 19 Penjualan kredit barang dagangan kepada Ogud Rp 645
Maret 21 Pembayaran pada Tiga Raksa dengan Cek No. 5 Rp 500 atas sebagian utangnya
Maret 22 Diterima cek dari Nani untuk penyelesaian transaksi pembelian tanggal 12 Maret
dikurangi diskon 2%
Maret 22 Pembelian barang dengan tunai dari Candy Corporation Cek No. 6 Rp 750
Maret 23 Penjualan tunai selama satu minggu Rp 1.845
Maret 24 Pembelian barang dengan kredit dari Budi Rp 850
Maret 25 Penjualan barang dengan kredit pada Putri Rp 740
Maret 26 Pembelian supplies tambahan dari Salin Supply Rp 325
Maret 27 Diterima cek dari Rini ntuk penyelesaian transaksi tanggal 11 Maret
Maret 30 Penjualan tunai selama satu minggu Rp 1.920
Maret 30 Penerimaan uang Rp 300 dari perusahaan Ogud
Maret 31 Pembayaran gaji selama dua minggu dengan Cek No. 7 Rp 810

3. Berikut ini data perusahaan Boni per 31 Desember 2006 yang


belum dilakukan penutupan buku. Buatlah (a) jurnal
penyesuaian dan (b) jurnal balik
1). Bangunan yang dimiliki perusahaan dengan harga Rp
220.000 estimasi umur penggunaan adalah 50 tahun, dan
penyusutan dengan metode garis lurus.
2). Berdasarkan skedule Piutang Dagang per 31 Desember
menunjukkan Rp 4.200 diperkirakan tidak dapat tertagih.
Cadangan Piutang Ragu-2 di kredit sebesar Rp 600.
3). Obligasi dengan nominal Rp 100,000 dan bunga 6% telah
dibeli sebagai investasi dan pembayaran bunga tiap 1 April
dan 1 Oktober
4). Utang Gaji per 31 Desember sebesar Rp 10.654
5). Saldo akun Asuransi dibayar dimuka pada akhir tahun
sebesar Rp 16.000. Jumlah yang belum menjadi beban per
31 Desember adalah Rp 9.400
6). Utang Wesel per 31 Desember sebesar Rp 140.000 bunga
6% dibayar tiap 31 Maret dan 30 September. Belum ada
jurnal yang sejak pembayaran semester terakhir atas utang
bunga.

4. Berikut ini data neraca saldo per 31 Desember 2007 dari PT


Pumas
NO Perkiraan Neraca Saldo
Debet Kredit
101 Kas 3.950
106 Piutang Dagang 0
126 Supplies 9.720
128 Asuransi Dibayar Dimuka 2.400
167 Pealatan 26.000

33
168 Akumulasi Depresiasi - Peralatan 0
201 Utang Dagang 6.200
209 Utang Gaji 0
236 Pendapatan Konsultan Diterima Dimuka 3.000
301 Modal Disetor 25.000
302 Laba ditahan 4.400
403 Pendapatan Konsultan 5.800
406 Pendapatan Sewa 300
612 Biaya Depresiasi
622 Biaya Gaji 1.400
637 Biaya Asuransi
640 Biaya Sewa 1.000
652 Biaya Supplies
690 Biaya Umum 230
Jumlah 44.700 44.700

Diminta : buatlah neraca lajur per 31 Desember 2007 dengan


informasi tambahan untuk membuat ayat jurnal penyesuaian
sebagai berikut:
a. Terdapat Tagihan / Piutang atas atas pendapatan jasa konsultan ( Revenue
Consulting) sebesar Rp 8.670
b. Persediaan supplies pada akhir tahun dinilai sebesar Rp 375
c. Asuransi kebakaran dibayar pada awal Desember 2006 untuk jangka waktu 12
bulan atau berakhir 30 Nopember 2007
d. Penyusutan peralatan ( Equipment ) pada tahun 2006 sebesar Rp 375
e. Gaji yang masih harus dibayar pada akhir Desember 2006 sebesar Rp 210
f. Saldo unearned consulting revenue sebesar Rp 2.750 selisihnya merupakan
bagian dari pendapatan jasa konsultan tahun 2006

34
BAB 3
NERACA DAN PERUBAHAN
EKUITAS
Pernyataan Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 1
(Revisi 1998) menjelaskan bahwa manajemen bertanggung jawab atas
penyusunan laporan keuangan perusahaan secara lengkap yang terdiri
dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus
kas dan catatan atas laporan keuangan.
Pada dasarnya laporan keuangan tersebut mempunyai hubungan
satu sama lain. Perusahaan menggunakan kekayaannya yang tercermin
dalam neraca awal periode untuk dapat menghasilkan pendapatan dan
dijualnya sehingga sebagai sumber kas. Dengan demikian informasi
akuntansi keuangan akan berpengaruh secara berturut-turut pada
laporan laba rugi perusahaan dan laporan arus kas serta akhirnya
mempengaruhi laporan neraca akhir periode. Sebagai ilustrasi dapat
diberi contoh berikut.
Gambar : 3 - 1
Laporan arus kas
Arus Kas Op 973,000
Arus Kas Inv (1,188,000)
Neraca 31/12/2006 Arus Kas Fin 245,000
Kas 80,000 Neraca 31 Des 2007
Kenaikan 30,000
Lainnya 4,550,000 Kas 110,000
Kas Awal 80,000
Total 4,630,000 Lainnya 4,975,000
Kas Akhir 110,000
Kewajiban 2,970,000 Total 5,085,000
Saham 900,000 Lap. Laba Rugi
Laba 760,000 Kewajiban 2,860,400
Pandapatan 12,443,000
ditahan
Saham 1,000,000
Total 4,630,000 Biaya 11,578,400
Laba 1,224,600
Laba bersih 864,600
ditahan
5,085,000

Lap. Laba ditahan


Laba 31/12/06 760,000
Laba bersih 864,600
Dividen (400,000)
Laba 31/12/07 1,224,600

35
Dalam bab ini, pembahasan akan menitik beratkan pada neraca
dan laporan perubahan ekuitas. Hal ini didasarkan pada alasan yang
terdapat dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan yang menyebutkan bahwa unsur yang berkaitan secara
langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aktiva, kewajiban
dan ekuitas.

Tujuan Neraca
Neraca merupakan ringkasan posisi keuangan perusahaan pada
tanggal tertentu yang melaporkan tentang sumber daya ekonomi (harta),
kewajiban (utang) dan ekuitas. Neraca tersebut dapat bermanfaat bagi
pihak-pihak yang berkepentingan seperti pemegang saham, investor,
kreditur dan pihak lainnya dapat mengetahui kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban jangka pendek yang dilihat dari
perbandingan aktiva lancar dan hutang lancar, serta kemampuan
memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Disamping itu, neraca dapat
diketahui kemampuan perusahaan dalam mengembangkan atau
mempertahankan kemampuan usahanya, seperti terlihat dari nilai
produk dan jenis produk yang dilaporkan dalam persediaan
Namun demikian neraca juga mengandung beberapa
keterbatasan yaitu adanya penilaian aktiva dan kewajiban yang
menggunakan dasar biaya historis dan penyajian utang tidak membantu
pengguna dalam menilai masa depan arus kas (future cash flows).
Sedangkan pengecualian yang tidak menggunakan pendekatan biaya
historis yaitu piutang, surat berharga, dan beberapa investasi jangka
panjang.
Disamping itu, neraca tidak memasukan semua sumber ekonomi
dan kewajiban ekonomi perusahaan. Sebagai contohnya yaitu ”sumber
daya manusia” dan ”modal keahlian intelektual”.

Elemen Neraca
Dalam membuat neraca biasanya dikelompokkan dalam
beberapa elemen dengan tujuan untuk memudahkan analisa. Elemen
yang ada di neraca terdiri dari tiga yaitu:
a. Harta
Harta merupakan kemungkinan manfaat ekonomi masa depan yang
diperoleh atau dikendalikan oleh perusahaan sebagai hasil dari
transaksi atau kejadian masa lalu.
Untuk dapat dianggap sebagai elemen aktiva, sumber ekonomi
mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. Sumber tersebut dapat secara langsung atau tidak langsung
memberikan konstribusi pada masa depan aliran kas masuk
perusahaan.

36
2. Perusahaan harus dapat memperoleh manfaat masa depan dan
mengontrolnya.
3. Transaksi dan kejadian yang memberikan suatu hak pada
perusahaan atau mengontrol selama aktiva itu memberikan
manfaat.
Aktiva tersebut dapat alamiah, buatan manusia, berwujud atau
tidak berwujud, dapat ditukarkan atau berguna untuk kegiatan
usaha perusahaan. Untuk memperolehnya dapat dengan cara
membeli, memproduksi, investasi dari pemegang saham,
penemuan atau dengan cara lainnya.
b. Kewajiban
Kewajiban merupakan kemungkinan pengorbanan ekonomi masa
depan yang timbul dari kewajiban sekarang suatu perusahaan
untuk mentransfer aktiva atau jasa yang disediakan kepada
kesatuan lain di masa depan sebagai hasil dari transaksi atau
kejadian di masa lalu.
Suatu kewajiban dari perusahaan harus memiliki tiga karakteristik
untuk dapat dipertimbangkan sebagai suatu utang yaitu :
1. Kejadian itu harus terkait dengan tanggung jawab dengan
kesatuan lain atau kesatuan itu akan dijamin dengan
pengorbanan atas transfer aktiva, pelayanan jasa, atau
penggunaan aktiva lainnya dalam jangka waktu tertentu atau
kejadian tertentu.
2. Kewajiban tersebut harus dilaksanakan oleh perusahaan dengan
sedikit atau tanpa ada usaha untuk mengelak pengorbanan di
masa depan.
3. Transaksi atau kejadian mengharuskan perusahaan untuk dapat
terjadi.
Kewajiban tersebut muncul terutama adanya pembayaran dimuka
atas barang atau jasa yang diterima dan dari yang meminjamkan
dana.
c. Ekuitas Pemilik
Ekuitas merupakan hak yang tersisa dari harta sutu perusahaan
setelah dikurangi dengan kewajibannya.
Ekuitas suatu perusahaan sama besarnya dengan aktiva bersih
atau aktiva dikurangi dengan seluruh kewajiban.

Klasifikasi Neraca
Sistem akuntansi perusahaan umumnya mengolah data yang
sangat banyak, sehingga dalam menyiapkan laporan keuangan datanya
perlu dibuat simpel, diringkas dan diklasifikasikan. Pembuatan klasifikasi
diharapkan dapat membantu dalam menganalisa dengan cara
mengelompokkan berdasarkan kesamaan karakteristik. Pengelompokan
tersebut dapat menambah nilai prediksi dan bahkan kegunaan informasi

37
keuangan untuk menilai suatu jumlah, waktu dan ketidakpastian masa
depan dari arus kas. Sedangkan pengelompokan dan klasifikasinya
dalam adalah sebagai berikut:
1. Aktiva
a. Aktiva lancar
b. Investasi jangka panjang
c. Aktiva tetap berwujud
d. Aktiva tetap tidak berwujud
e. Aktiva lainnya
2. Kewajiban
a. Kewajiban lancar
b. Kewajiban jangka panjang
c. Kewajiban lainnya
3. Ekuitas Pemilik
a. Modal kontribusi ( Modal saham disetor dan tambahan
modal disetor)
b. Laba ditahan
Penjelasan lebih lanjut dari klasifikasi tersebut akan dibahas dalam seksi
berikut ini.

Aktiva Lancar
Aktiva lancar adalah kas dan aktiva lainnya yang dapat dirubah
menjadi kas dengan cara dijual atau digunakan selama satu tahun atau
periode normal aktifitas usaha. Elemen yang termasuk dalam aktiva
lancar yaitu (1) kas (setara dengan kas) dan bank, (2) investasi
sementara surat berharga, (3) piutang, (4) persediaan dan (5)
pembayaran dimuka.

Investasi Jangka Panjang


Investasi jangka panjang berarti penanaman modal dalam yang
dilakukan oleh suatu perusahaan untuk jangka waktu lebih dari satu
tahun. Sedangkan harapannya adalah nilai investasinya dapat
meningkat, dapat memperoleh bunga atau dividen, dapat mengontrol
perusahaan anak atau supplier dan tujuan lainnya seperti penguasaan
tanah, bangunan dan peralatan untuk tujuan ekspansi dimasa depan.
Disamping itu, penanaman uang dalam premi asuransi dapat juga
diklasifikan dalam investasi jangka panjang.

Aktiva Tetap Berwujud


Aktiva tetap berwujud yang digunakan untuk kegiatan operasi
perusahaan meliputi tanah, bangunan, mesin, peralatan, perabotan
kantor dan sumber alam. Semua jenis aktiva tetap tersebut nantinya
disusut atau dideplesi kaitanya dengan sumber alam, kecuali tanah.

38
Aktiva Tetap Tidak Berwujud
Aktiva tetap tidak berwujud merupakan sumber ekonomi bukan
saat ini, namun digunakan dalam kegiatan operasi perusahaan dan tidak
berwujud. Dalam hal ini ada tiga kategori yaitu (1) aktiva tetap tidak
berwujud yang mempunyai masa penggunaan, seperti harga perolehan
paten, fransis, program komputer yang semuanya akan diamortisasi
selama masa penggunaannya (2) aktiva tetap berwujud masa
penggunaannya tidak terbatas dan (3) goodwil .

Aktiva Lainnya
Aktiva lainnya digunakan untuk melaporkan aktiva yang tidak
dapat diklasifikasikan dalam aktiva yang telah dijelaskan sebelumnya
dan aktiva ini menunjuk pada biaya yang ditangguhkan. Termasuk
dalam klasifikasi ini seperti pembayaran jangka panjang (seperti sewa,
asuransi, pajak aktiva yang ditangguhkan, pembayaran dimuka dana
pensiun, harga pokok penerbitan obligasi) terutama untuk perusahaan
yang sudah tidak aktif, aktiva tetap yang tidak digunakan, biaya
ditangguhkan dan aktiva yang disewakan.

Kewajiban Lancar
Kewajiban lancar merupakan yang diharapkan pelunasannya
menggunakan dana dari aktiva lancar atau pelunasannya dalam tempo
satu tahun. Klasifikasi yang termasuk dalam kewajiban lancar yaitu (1)
kewajiban yang berhubungan dengan barang dn jasa yang digunakan
dalam kegiatan operasi seperti utang gaji dan utang dagang, (2)
kewajiban yang terkait dengan penerimaan untuk pengiriman barang
dan jasa yang akan datang, seperti sewa diterima dimuka, uang muka
penjualan tiket dan uang muka opsi saham dan (3) kewajiban yang akan
dibayar dalam masa satu tahun yang akan datang, seperti utang wesel,
utang bunga, utang dividen, utang pajak penghasilan dan bagian utang
jangka panjang yang telah jatuh tempo.

Kewajiban Jangka Panjang


Kewajiban jangka merupakan kewajiban yang pelunasannya
diharapkan tidak menggunakan aktiva lancar. Klasifikasi dari kewajiban
jangka panjang meliputi utang wesel bayar jangka panjang, obligasi,
hipotik dan utang dana pesiun. Pelunasan dari utang tersebut tidak
menggunakan dana lancar.

Kewajiban Lainnya
Kewajiban lainnya untuk melaporkan klasifikasi yang belum
terdapat dalam elemen sebelumnya, seperti utang pajak yang
ditangguhkan, utang perusahaan yang sedang tidak beroperasi dan
pembayaran diterima dimuka dari pelanggan untuk jangka panjang.

39
Ekuitas Pemilik
Dalam melaporkan ekuitas pemilik berhubungan dengan jenis
usaha perusahaan yaitu perusahaan perseorangn, persekutuan dan
perseroan terbatas. Untuk perusahaan perorangan perkiraan modal di
neraca merupakan saldo kumulatif setelah ditambah setoran pribadi atau
dikurangi pengambilan pemilik serta ditambah laba periode berjalan atau
dikurangi kerugian. Perusahaan persekutuan, masing-masing sekutu
mempunyai perkiraan modal yang mencerminkan penambahan investasi
dan penarikan serta besarnya bagian keuntungan atau kerugian.
Sedangkan perusahaan perseroan terbatas, ekuitas pemilik atau
pemegang saham merupakan selisih antara aktiva dan kewajiban.
Disamping itu ekuitas pemilik dapat dibedakan menjadi dua yaitu modal
kontribusi atau modal saham yang disetor dan ekuitas yang berasal dari
laba dan disebut dengan laba ditahan.

Modal Kontribusi
Modal kontribusi dapat dibedakan menjadi dua yaitu modal
saham disetor yang dicatat sebesar nilai pari atau nominal atau nilai
tertentu dan tambahan modal yang disetor yaitu selisih antara nilai
nominal dengan harga jualnya atau setorannya.

Laba Ditahan
Laba ditahan merupakan bagian laba yang tidak dibagikan
kepada para pemegang saham. Untuk dapat memberikan gambaran
mengenai laporan neraca yang mencerminkan elemen dan klasifikasi
cukup lengkap dapat disajikan dalam contoh berikut.
Gambar : 3 - 2
PT PUMAS BATARA SAKTI
NERACA
PER 31 DESEMBER 2007
AKTIVA
Aktiva Lancar
Kas 14.500.000
Investasi Jangka Pendek 20.000.000
Piutang Dagang 68.000.000
Cadangan Kerugian Piutang (3.000.000) 65.000.000
Persediaan
- Bahan Baku 32.000.000
- Barang Dalam Proses 50.000.000
- Barang Jadi 66.000.000 148.000.000
Biaya Dibayar Dimuka
- Asuransi 4.800.000
- Supplies Kantor 2.700.000 7.500.000
Total Aktiva Lancar 255.000.000
Investasi Jangka Panjang

40
Investasi Dalam Obligasi 17.000.000
Investasi Dalam Saham 15.000.000
Total Investasi Jangka Panjang 32.000.000
Aktiva Tetap Berwujud
Tanah 36.000.000
Bangunan 428.000.000
Akumulasi Depresiasi Bangunan (207.000.000)
Peralatan 192.000.000
Akumulasi Depresiasi Peralatan (63.000.000)
Total Nilai Buku Aktiva Tetap 386.000.000
Aktiva Tetap Tidak Berwujud
Merk Dagang 12.100.000
Paten 16.900.000
Total Aktiva Tetap Tidak Berwujud 29.000.000
TOTAL AKTIVA 702.000.000
KEWAJIBAN
Kewajiban Lancar
Utang Dagang 43.000.000
Utang Bank 15.000.000
Utang Gaji 4.250.000
Utang Pajak Penghasilan 27.400.000
Uang Muka dari Pelanggan 19.600.000
Utang Jangka Jatuh Tempo 1.400.000
Total Kewajiban Lancar 110.650.000
Kewajiban Jangka Panjang
Utang Obligasi 10 % 100.000.000
Diskon yg. belum diamortisasi (50.000) 99.950.000
Utang Hipotik 52.000.000
Dana Pensiun 35.000.000
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang 186.950.000
Kewajiban Lainnya
Pajak Penghasilan yang ditangguhkan 14.000.000
Total Keajiban 311.600.000
Ekuitas Pemilik
Modal Saham Biasa disetor 86.500.000
Tambahan Modal Saham biasa 175.900.000 262.400.000
Laba Ditahan 116.000.000
Laba yang belum direalisasi atas Investasi saham 12.000.000
Total Ekuitas Pemilik 390.400.000
Total Kewajiban dan Ekuitas Pemilik 702.000.000

Laporan Perubahan Ekuitas


Dalam membuat laporan keuangan yang lengkap seperti yang
dibahas dalam PSAK yaitu diantaranya terdapat laporan perubahan
ekuitas. Dengan adanya laporan perubahan ekuitas dapat diketahui
investasi dan distribusi dari pemilik yang terlihat dalam ekuitas

41
mengalami kenaikan atau penurunan. Sebagai ilustrasi diberikan contoh
sebagai berikut.
Gambar : 3 - 3
PT PUMAS BATARA SAKTI
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS PEMILIK
PER 31 DESEMBER 2007
Keterangan Modal Tambahan Laba ditahan Akumulasi
saham Modal Pendapatan
Total
disetor saham komprehensif
biasa
Saldo awal, 1 Januari 2007 80.000.000 145.400.000 64.900.000 10.000.000 300.300.000
Laba yang belum direalisasikan 2.000.000 2.000.000
atas surat berharga
Laba bersih 62.500.000 62.500.000
Pembayaran dividen (11.400.000) (11.400.000)
Penerbitan saham biasa 6.500.000 30.500.000 37.000.000
Saldo akhir, 31 Desember 2007 86.500.000 175.900.000 116.000.000 12.000.000 390.400.000

Pertanyaan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan laporan keuangan!
2. Jelaskan dan gambarkan hubungan antara neraca dengan
laporan keuangan lainnya!
3. Apa yang dimaksud dengan harta dan sebutkan
karakteristiknya?
4. Apa yang dimaksud dengan kewajiban? Serta sebutkan
karakteristiknya!
5. Jelaskan keterbatasan dari neraca!
6. Dalam penyajian laporan neraca dibagi dalam tiga elemen dan
jelaskan perbedaannya!
7. Mengapa dalam penyajian laporan neraca perlu
diklasifikasikan? Jelaskan!
8. Jelaskan perbedaan jenis usaha kaitanya dengan penyajian
elemen ekuitas pemilik!

Latihan
1. Pada tanggal 31 Desember 2007, PT Argo telah membuat
klasifikasi laporan neraca sebagai berikut:
AktIva Hutang dan Ekuitas
Akitva Lancar Utang Lancar
Investasi Jangka Panjang Utang Jangka Panjang
Aktiva Tetap Utang Ditangguhkan
Aktiva Tidak berwujud Modal Saham
Aktiva Ditanguhkan Agio Saham
Laba Ditahan

42
Data berikut ini, diminta untuk ditunjukan termasuk dalam
klasifikasi neraca yang mana
(a) Pembelian Bangunan sebesar Rp 450.000.000
(b) Utang Obligasi, 20 tahun Rp 10.000.000
(c) Diskon Utang Obligasi yang belum diamortisasi
Rp500.000
(d) Dana Kas Kecil sebesar Rp 1.000.000
(e) Modal saham biasa dengan nominal Rp 500 dan
1.000.000 juta lembar telah disetor penuh
(f) Agio saham biasa sebesar Rp 1.500.000
(g) Kas di Bank BCA sebesar Rp 15.000.000
(h) Persediaan barang dalam proses (WIP) Rp12.000.000
(i) 10 % pemilikan saham di PT Astra senilai
Rp25.000.000
(j) Penjualan bersih Rp 500.000.000
(k) Utang pajak penghasilan Rp 8.000.000
(l) Laba ditahan untuk ekspansi usaha Rp 18.000.000
(m) Pendapatan yang belum diterima dan akan direalisir
pada tiga tahun yang akan datang Rp 30.000.000
(n) Pembelian paten seharga Rp 6.000.000

2. Berdasarkan data dibawah ini diminta untuk menyiapkan


laporan Ekuitas pemilik
Saham Preferan 6 %, Rp 100 nominal dan Rp 500.000
5.000 lembar diterbitkan dan beredar
Disagio Saham Prefern Rp 20.000
Saham Biasa Rp 50 nominal dan 2.,000 Rp 750.000
lembar diterbitkan 15.000 beredar
Agio Saham Biasa Rp 35.000
Modal Donasi Rp 6.000
Laba Ditahan yang telah disisihkan Rp 41.000
Laba Ditahan yang belum disisihkan Rp 74.000
Treasury Stock 1.000 lembar dengan pokok Rp 40.000

43
BAB 4
LAPORAN LABA RUGI

Pendahuluan
Laporan laba rugi merupakan hasil kegiatan usaha perusahaan
selama satu periode akuntansi. Laporan tersebut juga sering disebut
dengan laporan pendapatan, laporan laba, atau laporan operasi. Para
pengguna menganggap bahwa laporan tersebut merupakan laporan
keuangan tahunan perusahaan yang paling penting.

Konsep Laba
Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan yang dianggap
penting karena beberapa alasan. Pertumbuhan perusahaan dengan
skala yang besar adalah hasil kerja para manajer dan bukan para
pemegang saham, akan tetapi perusahaan tersebut dimiliki oleh para
para pemegang saham. Para pemegang saham menanamkan modalnya
di perusahaan dan mereka melakukan evaluasi terhadap efektivitas
manajer dalam mempertahankan dan meningkatkan modal perusahaan.
Laporan laba rugi perusahaan dimasa lalu digunakan sebagai indikator
yang sangat berguna untuk memprediksi laba rugi dan aliran kas dimasa
depan. Selanjutnya, prediksi arus kas nantinya dapat digunakan untuk
memprediksi besarnya pembayaran dividen yang dilakukan oleh
perusahaan saat ini maupun yang akan datang, serta dapat sebagai
bahan pertimbangan bagi para investor dalam menghitung harga saham.
Disamping itu, para kreditor yang memberikan utang jangka
pendek dan jangka panjang sangat berkepentingan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam mengahsilkan uang kas hasil operasi,
sehingga dapat diketahui kemampuan dalam membayar bunga dan
angsuran pinjaman. Dengan demikian konsep yang dianggap tepat
untuk mengukur pendapatan adalah dengan menggunakan pendekatan
transaksi. Hal ini dimaksudkan bahwa dalam akuntansi akrual
perusahaan mencatat seluruh pengaruh dari transaksi dan kejadian
terhadap keuangan perusahaan selama periode akuntansi.

Elemen Laporan Laba Rugi


Elemen dariapada laporan laba rugi dapat dibagi menjadi empat
yaitu pendapatan, biaya, keuntungan dan kerugian.

Pendapatan
Pendapatan adalah arus kas masuk selama satu periode dari
penyediaan atau produksi barang-barang, menyediakan jasa atau

44
aktivitas usaha lainnya yang merupakan kegiatan utama atau pokok
dari perusahaan.
Pendapatan mencerminkan kenyataan atau harapan dari arus kas
masuk yang merupakan hasil dari kegiatan utama perusahaan yang
sedang berjalan.

Pengakuan Pendapatan
Pengakuan merupakan proses pencatatan secara formal dan
melaporkannya dalam laporan keuangan perusahaan. Sesuatu dapat
diakui apabila telah memenuhi definisi dari elemen dan dapat
dipercaya pengukurannya dengan unit moneter. Pendapatan
umumnya merupakan suatu hasil berbagai macam kegiatan
perusahaan yang dilakukan secara bersama-sama dan secara
bertahap serta berkelanjutan. Kegiatan tersebut dapat
menggambarkan suatu proses pendapatan yang diperoleh
perusahaan. Proses pendapatan termasuk pembelian, pengolahan,
penjualan, pengiriman, administrasi dan penagihan serta
pembayaran tunai. Disamping itu pendapatan juga dapat diakui
apabila telah memenuhi kriteria: (1) pendapatan tersebut telah
direalisasi dalam bentuk uang dan (2) pendapatan tersebut telah di
peroleh dimana prosesnya telah dianggap lengkap.

Biaya
Biaya adalah arus kas keluar (penuruan aktiva perusahaan atau
kenaikan kewajiban perusahaan atau keduanya) selama satu
periode akuntansi dari kegiatan pengiriman, pengolahan barang,
penyediaan jasa utama perusahaan.
Biaya menunjukan arus kas keluar saat ini, atau yang diharapkan
terjadi sebagai akibat dari kegiatan utama perusahaan selama suatu
periode. Disamping itu biaya merupakan usaha atau pengorbanan
yang dilakukan selama aktivitas operasi. Transaksi dan kejadian
dapat menyebabkan terjadinya berbagai macam biaya, tergantung
pada operasi yang terkait dan dengan cara bagaimana biaya
tersebut diakui.
Untuk menentukan pendapatan berhubungan dengan usaha utama
perusahaan selama periode akuntansi, biaya diakui dan ditandingkan
dengan pendapatan. Prinsip pengakuan biaya dapat dibedakan
menjadi tiga yaitu:
1. Hubungan sebab akibat. Beberapa biaya diakui sebagai biaya
berdasar anggapan berhubungan langsung dengan pendapatan
tertentu. Suatu transaksi dapat terjadi karena hasil pengaruh
secara stimulus antara pendapatan dan biaya. Dengan kata lain
bahwa pendapatan dan biaya berhubungan secara langsung
sama lain, sehingga biaya diakui pada saat yang sama dengan

45
pendapatan. Sebagai contoh harga pokok penjualan barang,
biaya pengangkutan barang ke konsumen dan biaya administrasi
penjualan.
2. Sistematis dan alokasi yang rasional. Beberapa biaya diakui
sebagai biaya pada periode akuntansi khusus berdasarkan cara
sistematis dan alokasi yang rasional untuk beberapa periode
sejalan dengan manfaat yang diperolehnya. Suatu aktiva dapat
menghasilkan manfaat selama beberapa periode dengan tanpa
memperhatikan mempunyai hubungan sebab dan akibat dan
porsi beban tiap aktiva adalah pengakuan yang rasional sebagai
biaya tiap periodenya.
3. Pengakuan segera. Beberapa beban diakui sebagai biaya pada
periode akuntansi saat ini karena (a) periode pengeluaran beban
tersebut menghasilkan manfaat dimasa yang akan datang (bukan
berasal dari aktiva) atau (b) alokasi beban tiap periode akuntansi
atau disebabkan karena hubungan sebab dan akibat tidak
menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Contohnya gaji
manager dan biaya administasi kadang kala sulit untuk diakui
sebagai biaya atau aktiva.

Keuntungan dan Kerugian (Gain and Losses)


Keuntungan (Gain) merupakan kenaikan ekuitas atau aktiva bersih
suatu perusahaan dari transaksi bukan utama atau insidentil, atau
semua kejadian atau bagaimanapun selama satu periode, kecuali
hasil dari pendapatan atau investasi pemilik.
Sedangkan kerugian (Losses) merupakan penurunan ekuitas atau
aktiva bersih suatu perusahaan dari transaksi bukan utama atau
insidentil, atau semua kejadian atau bagaimanapun selama satu
periode, kecuali biaya atau pembagian kepada pemilik.
Dengan demikian keuntungan dan kerugian merupakan hasil
kejadian yang bersifat insidentil dan bukan dari hasil kegiatan
operasi utama perusahaan serta dilaporkan dalam jumlah bersihnya.
Disamping itu pengakuan keuntungan dapat saat terjadinya
(direalisasi) dan dapat pula sebelum terealisasi. Transaksi
keuntungan dan kerugian dapat dibedakan dalam tiga bentuk yaitu :
a. transaksi pertukaran
b. pemilikan suatu sumber atau kewajiban yang nilainya dapat
berubah
c. transfer antara perusahaan dengan bukan perusahaan.

Isi Laporan Laba Rugi


Bentuk daripada laporan laba rugi untuk suatu perusahaan dapat
berbeda dengan perusahaan lainnya, akan tetapi isinya sesuai dengan

46
standar. Sedangkan komponen daripada laporan laba rugi dapat terdiri
dari:
A. Laba rugi dari operasi berlanjut
1. Pendapatan penjualan
2. Harga pokok penjualan
3. Beban operasi
4. Pendapatan/ keuntungan lainnya
5. Biaya/ kerugian lainnya
6. Pajak penghasilan

B. Laba rugi dari operasi tidak berlanjut


1. Pendapatan/ kerugian operasi dari komponen tidak berlanjut
(bersih)
2. Keuntungan/ kerugian dari operasi tidak berlanjut (setelah pajak
penghasilan)
Dalam pembuatan laporan laba rugi tidak semua pos tersebut
harus dilaporkan, tapi jika hanya dibutuhkan sesuai dengan kondisi
yang ada.

Laporan Laba Rugi Operasi yang Berlanjut


Dalam bagian ini akan dibahas mengenai penjualan, berbagai
macam biaya yang berhubungan dengan penjualan dan pos lainnya
serta pajak penghasilan.

Pendapatan Penjualan Bersih


Pendapatan penjualan kotor yang diterima dari konsumen atas
penyerahan barang dan jasa selama suatu periode. Untuk
menentukan besarnya pendapatan penjualan bersih secara
sederhana yaitu dengan cara mengurangkan retur penjualan dan
potongan penjualan dengan pendapatan penjualan kotor.

Harga Pokok Penjualan


Harga pokok penjualan merupakan pokok daripada barang yang
dijual selama suatu periode. Dengan menggunakan sistem
persediaan buku (perpetual) perusahaan selalu mencatat setiap
transaksi penjualan, sehingga jumlah harga pokok penjualannya
dapat mudah untuk diketahui. Berbeda halnya kalau perusahaan
menggunakan sistem fisik, transaksi penjualan tidak secara langsung
mengurangi persediaan barang. Untuk mengetahui besarnya harga
pokok penjualan barang dijual, perusahaan harus melakukan stock
opname terlebih dahulu.
Dalam menentukan besarnya harga pokok barang yang dijual suatu
perusahaan akan tergantung pada jenis usahanya yaitu usaha
dagang atau proses produksi. Untuk perusahaan dagang, pembelian

47
bersih ditambahkan dengan persediaan awal. Sedangkan pembelian
meliputi ditambah semua biaya yang terkait dengan pembelian (misal
biaya pengangkutan, biaya asuransi, biaya penyimpanan di gudang
pelabuhan) dan dikurangi dengan retur pembelian serta potongan
pembelian. Sebagai ilustrasi dapat dilihat dalam gambar dibawah ini.

Gambar 4 -1
PT Ritalindo
Pehitungan Harga Pokok Penjualan
Tahun yang berakhir 31 Desember 2007

Persediaan awal, 1 Januari 2007 Rp 45.000


Pembelian Rp 90.000
Biaya Pembelian Rp 6.000
Harga Pokok Pembelian Rp 96.000
Dikurangi: Retur Pembelian (Rp 2.000)
Pembelian bersih Rp 94.000
Harga Pokok Barang siap dijual Rp139.000
Dikurangi: Persediaan akhir 31 Des. 2007 (Rp 39.000)
------------------
Harga Pokok Penjualan Rp 100.000

Untuk perusahaan yang melakukan proses produksi, maka akun


pembelian dalam harga pokok penjualan diganti dengan biaya
produksi yang dikeluarkan selama suatu periode. Sedangkan
perhitungan biaya produksi terdiri dari (a) bahan baku yang
digunakan selam satu periode, (b) biaya tenaga kerja langsung yang
dikeluarkan untuk merubah bahan baku menjadi barang jadi dan (c)
biaya overhead pabrik yang antar lain terdiri dari biaya tenaga kerja
tidak langsung, bahan penolong dan penyusutan aktiva tetap. Total
biaya produksi tersebut ditambahkan dengan persediaan awal
barang dalam proses terutama untuk produk yang telah selesai,
kemudian dikurangi dengan persediaan akhir barang, maka
selisihnya disebut hasil proses produksi yang kemudian ditambahkan
dengan persediaan awal produk barang jadi. Harga pokok penjualan
berarti persediaan awal barang jadi ditambah dengan hasil produksi
dikurangi dengan persediaan akhir barang jadi. Sebagai ilustrasi
dapat diberi contoh berikut.

48
Gambar: 4 - 2
PT Argo Lestari
Pehitungan Harga Pokok Penjualan
Tahun yang berakhir 31 Desember 2007

Bahan Baku
Persediaan awal, 1 Jan. 2007 Rp 10.000
Pembelian Rp 57.000
Dikurangi: Retur pembelian (Rp10.000)
Potongan pembelian (Rp 2.000)
Ditambah: Biaya pembelian Rp 5.000 Rp 50.000
Bahan baku yang tersedia Rp 60.000
Dikurangi: Persediaan akhir, 31 Des. 2007 (Rp 20.000)
Bahan baku yang digunakan Rp 40.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp 30.000
Biaya overhead pabrik
- Biaya penyusutan aktiva pabrik Rp 5.000
- Biaya energi pabrik Rp 4.000
- Biaya perbaikan dan perawatan Rp 7.500
- Biaya umum lain pabrik Rp 1.500 Rp 18.000
Total Biaya produksi Rp 88.000
Ditambah: Pers. awal barang dalam proses, 1 Rp 22.000
Jan 2007
Dikurangi: Pers. akhir barang dalam proses, 31 (Rp 30.000)
Des 2007
Hasil Proses Produski Rp 80.000
Ditambah: Persediaan awal barang jadi, 1 Jan Rp 40.000
2007
Barang Jadi yang siap dijual Rp 120.000
Dikurangi: Persediaan akhir 31 Des. 2007 (Rp 35.000)
Harga Pokok Penjualan Rp 85.000

Laba kotor penjualan merupakan selisih antara hasil penjualan


bersih dengan harga pokok penjualan.

Beban Operasi
Beban operasi merupakan pengeluaran biaya yang dilakukan oleh
perusahaan, terutama yang berkaitan dengan kegiatan usaha utama
atau meningkatkan pendapatan penjualan. Biaya ini biasanya
diklasifikasikan sesuai dengan fungsinya seperti biaya penjualan,
biaya umum dan administrasi, biaya penyusutan dan amortisasi
(diluar yang telah dibebankan dalam biaya produksi).

Pendapatan dan Biaya Lain


Dalam hal ini pendapatan dan biaya lain yang termasuk disini yaitu
tidak berkaitan langsung dengan kegiatan operasi utama

49
perusahaan. Sebagai contohnya yaitu pendapatan dividen,
pendapatan dan biaya bunga, keuntungan dan kerugian dari
perubahan nilai atas surat berharga, keuntungan atau kerugian
penjualan aktiva, keuntungan atau kerugian atas kejadian yang
insidentil, misalnya penurunan nilai persediaan, kerusakan barang,
dan keuntungan atau kerugian atas pnghentian aktiva.

Pajak Penghasilan
Perhitungan besarnya pajak penghasilan yang harus dibayar oleh
perusahaan di Indonesia sudah diatur dalam undang undang.
Namun dalam menghitung pajaknya tidak secara langsung
berdasarkan laporan laba rugi intern perusahaan karena ada
perbedaan antara akuntansi komersial dengan akuntansi pajak.
Secara garis besar perbedaan antara akuntansi komersial dengan
akuntansi pajak berupa: (a) beda tetap tentang penghasilan, (b) beda
tetap tentang pengeluaran untuk biaya dan (c) beda waktu tentang
pengeluaran untuk biaya. Dengan demikian laporan keuangan intern
tiap akhir periode harus dilakukan koreksi agar dapat diketahui
besarnya pajak yang terutang. Sedangkan tarip pajak penghasilan
badan adalah sebagai berikut:

No Lapisan penghasilan kena pajak Tarif


pajak
1 Sampai dengan Rp 50.000.000 10 %
2 Diatas Rp 50.000.000 s.d. Rp 100.000.000 15 %
3 Diatas Rp 100.000.000 30 %

Sebagai contoh perhitungan tarif pajak penghasilan badan adalah


sebagai berikut:

Gambar: 4 -3
PT Expoindo
Laporan Laba Rugi
Tahun yang berakhir 31 Desember 2007
Penjualan L/R Koreksi Pajak L/R Pajak
Perusahaan
Penjualan 1.915.000.000 0 1.915.000.000
Harga Pokok Penjualan 1.035.000.000 (60.000.000) 975.000.000
Laba Kotor 880.000.000 0 940.000.000
Beban Operasi 838.474.000 (207.857.000) 630.617.000
Laba bersih operasi 41.526.000 0 309.383.000
Penghasilan diluar usaha 134.000.000 (114.000.000) 20.000.000
Laba bersih sebelum pajak 175.526.000 (153.857.000) 329.383.000

50
Pajak Penghasilan
Tarif 10 % x Rp 50 juta 5.000.000 5.000.000
Tarif 15 % x Rp 50 juta 7.500.000 7.500.000
Tarif 30 % x Laba – Rp 100 jt 22.657.800 68.814.900
Jumlah Pajak Penghasilan 35.157.800 81.314.900
Laba bersih setelah pajak 140.368.200 248.068.100

Penyajian Single-Step dan Multiple-Step


Dalam menyajikan laporan laba rugi perusahaan untuk usaha
yang masih berlanjut dapat bervariasi. Namun demikian bentuk laporan
dapat dibedakan menjadi dua yaitu single-step dan multiple-step. Bentuk
dari pelaporan tersebut terkait dengan perhitungan pajak penghasilan
dan kompleksitas usaha perusahaan.
Dalam laporan yang berbentuk single-step, penyajian sangat
simpel, fleksibel dan dengan klasifikasi yang sangat terbatas. Dengan
demikian untuk tujuan para pengguna ekternal, laporan bentuk tersebut
dianggap kurang berguna. Klasifikasi yang disajikan dalam laporan laba
tidak memperhatikan tahapan laba kotor dari operasi atau pendapatan
diluar usaha. Semua pendapatan, termasuk sewa, bunga, dividen dan
lain-lain dijadikan satu. Demikian pula harga pokok dan biaya termasuk
pajak penghasilan di laporkan dalam bagian berikutnya. Sebagai
contohnya adalah sebagai berikut:

PT Bimantara
Laporan Laba Rugi (Metode Single-Step)
Tahun yang berakhir 31 Desember 2007
Pendapatan
- Penjualan (Bersih) Rp 290.000
- Pendapatan Lainnya: Dividen, Bunga dan Sewa Rp 10.000
Total Pendapatan Rp 300.000
Harga Pokok dan Beban Biaya
- Harga Pokok Penjualan Rp 160.000
- Biaya Penjualan Rp 30.000
- Biaya Umum dan Administrasi Rp 50.000
- Biaya Lain-lain Rp 21.000
- Pajak Penghasilan Rp 13.000
Total Harga Pokok dan Beban Biaya Rp 274.000
Laba sebelum pendapatan eksraordinari Rp 26.000
Keuntungan diluar usaha Rp 16.000
Kerugian diluar usaha Rp 22.000
Laba bersih Rp 20.000

Sedangkan dengan bentuk multiple-step, penyajian laporan


keuangan lebih terinci. Secara umum klasifikasi pendapatan dibedakan
dalam kaitanya dengan hasil hsaha utama perusahaan dan yang bersifat

51
insidentil atau hasil non operasi. Demikian halnya mengenai biaya juga
dibedakan seperti penyajian pendapatan dan sebagai ilustrasinya
sebagai berikut.

PT Bimantara
Laporan Laba Rugi (Metode Multiple-Step)
Tahun yang berakhir 31 Desember 2007
Penjualan
- Penjualan Rp 305.000
- Retur Penjualan (Rp 10.000)
- Potongan Penjualan (Rp 5.000)
Total Penjualan Bersih Rp 290.000
Harga Pokok Penjualan
- Persediaan awal, 1 Jan. 2007 Rp 50.000
- Pembelian Rp 180.000
Dikurangi : Retur Pembelian (Rp 10.000)
Barang yang tersedia untuk dijual Rp 220.000
Dikurangi : Persediaan akhir, 31 Des 2007 (Rp 60.000) Rp 160.000
Laba Kotor Rp 130.000
Beban Operasi
- Biaya Penjualan Rp 30.000
- Biaya Umum dan Administrasi Rp 50.000
- Biaya Lain-lain Rp 21.000 Rp 101.000
Laba Operasi Rp 29.000
Pendapatan dan Biaya non Operasi
- Pendapatan Dividen Rp 7.000
- Pendapatan Bunga Rp 4.000
- Pendapatan Sewa Rp 5.000
- Biaya Bunga (Rp 6.000) Rp 10.000
Laba bersih sebelum ektraordinari Rp 39.000
Keuntungan / Kerugian ekstraordinari
Keuntungan diluar usaha Rp 16.000
Kerugian diluar usaha (Rp 22.000) (Rp 6.000)
Laba bersih sebelum pajak Rp 33.000
Pajak Penghasilan (Rp13.000)
Laba bersih setelah pajak Rp 20.000
.
Laporan Laba Rugi Operasi yang Tidak Berlanjut
Perusahaan kemungkinan memutuskan untuk menghentikan
sebagian kegitan usaha perusahaan dan menjual aktiva dari operasi
yang dihentikan tersebut. Alasan perusahaan menghentikan kegiatan
operasi tertentu karena beberapa sebab yaitu: (a) kegiatan usaha
tersebut dianggap tidak menguntungkan, (b) usaha tersebut tidak sesuai
dengan rencana jangka panjang perusahaan secara keseluruhan,(c)
menajemen sedang membutuhkan uang untuk mengurangi utang jangka

52
panjang atau melakukan perluasan usaha dibidang usaha lainnya atau
(d) manajemen takut akan diambil alih oleh perusahaan lain.
Dalam kaitanya dengan penghentian sebagian usaha
perusahaan, maka untuk menjual aktiva dari kegiatan usaha yang
dihentikan perlu waktu lebih dari satu tahun. Oleh karena itu perusahaan
harus membuat laporan tersendiri tentang hasil usaha bersih dan
keuntungan serta kerugian atas penjualan aktiva atas kegiatan usaha
yang dihentikan. Sebagai ilustrasi diberikan contoh berikut.

Pendapatan dari usaha yang berjalan Rp 95.000


Hasil dari usaha yang dihentikan
- Pendapatan bersih Rp 6.500
- Kerugian penjualan aktiva Rp (15.000) Rp (8.500)
Pendapatan bersih Rp 86.500

Laporan Laba Rugi: Kejadian Luar Biasa


Hasil dari kejadian luar biasa suatu perusahaan yang berupa
keuntungan atau kerugian dapat bersifat material. Menurut APB opinion
No. 9 hasil kejadian luar biasa tersebut dilaporkan secara terpisah dari
laporan laba rugi perusahaan. Persaratan untuk dapat diakui sebagai
kejadian luar biasa yaitu:
a. Bersifat alamiah dimana kejadian atau transaksi tersebut bersifat
abnormal, insidentil, dan berhubungan dengan lingkungan dimana
perusahaan beroperasi. Sebagai contohnya yaitu adanya pengaruh
gempa bumi, banjir, dan pengaruh kebijakan pemerintah.
b. Kejadian yang tidak sering, dimana kejadian atau transaksi itu tidak
diharapkan oleh perusahaan dan terkait dengan keadaan lingkungan
perusahaan beroperasi. Namun, sering tidaknya kejadian akan
berbeda antara perusahaan satu dengan dengan lainnya. Sebagai
contoh, suatu kerugian penurunan valuta asing tidak akan sering
dialami oleh perusahaan yang tidak berusaha dalam jual beli valuta.

Laporan Laba Rugi: Pengaruh Perubahan Akuntansi


Suatu saat perusahaan kemungkinan mengadakan perubahan
akuntansi. Perubahan tersebut dapat diklasifikasikan dalam empat jenis
yaitu: (a) perubahan prinsip akuntansi, (b) perubahan estimasi
akuntansi, (c) koreksi, dan (d) perubahan dalam pelaporan. Dalam bab
ini akan dibahas mengenai perubahan prinsip akuntansi dan perubahan
estimasi akuntansi.

Perubahan Prinsip Akuntansi


Pengertian prinsip akuntansi tidak hanya prinsip, akan tetapi praktek
akuntansi, dan metode penerapannya. Penggunaan prinsip

53
akuntansi yang konsisten dapat membantu perusahaan dalam
melakukan perbandingan. Hal ini dengan anggapan bahwa
perusahaan akan menerapkan prinsip akutansi secara terus-
menerus untuk transaksi yang sama. Namun dalam kenyataannya
perusahaan terpaksa harus merubah prinsip akuntansinya agar
laporan keuangannya lebih informatif. Contoh perubahan prinsip
akuntansi yaitu (1) perubahan metode penentuan persediaan yaitu
dari FIFO menjadi rata-rata tertimbang, dan (2) perubahan metode
penyusutan dari metode saldo menurun menjadi garis lurus.

Perubahan Estimasi Akuntansi


Laporan keuangan dibuat berbasis periodik, sehingga estimasi
akuntansi, dan perubahan estimasi diperlukan. Contoh dari
perubahan estimasi meliputi estimasi piutang tidak tertagih,
kerusakan persediaan barang, umur kegunaan aktiva dan nilai
residu.

Pertanyaan
1. Jelaskan yang dimaksud dengan pendapatan dan kriteria untuk
pengakuan pendapatan tersebut!
2. Apa yang dimaksud biaya dan bagaimana cara pengakuannya?
3. Jelaskan perbedaan penentuan harga pokok penjualan untuk
perusahaan dagang dan perusahaan yang memproses bahan baku
menjadi barang jadi (manfuktur)!
4. Apakah laporan laba rugi perusahaan dapat langsung digunakan
sebagai dasar perhitungan pajak penghasilan?
5. Jelaskan perbedaan pembuatan laporan laba rugi dengan
menggunakan metode single-step dan multiple-step!
6. Jelaskan alasan perusahaan menghentikan sebagian kegiatan
usahanya!
7. Jelaskan yang dimaksud dengan kejadian luar biasa dan berilah
contoh!
8. Faktor apa saja yang dapat berpengaruh terhadap laporan laba rugi?
9. Apa yang dimaksud dengan perubahan prinsip akuntansi dan
bagaimana cara melaporkan dalam laporan laba rugi perusahaan?
10. Mengapa perusahaan melakukan perubahan estimasi akuntansi dan
berilah contoh?

Latihan
1. Berdasarkan data laba rugi dari PT Rama Ritelindo dibawah ini,
saudara diminta membuat laporan laba rugi dengan metode multiple
step.
Persediaan awal barang dagangan Rp 48.920
Persediaan akhir barang dagangan Rp 38.990

54
Retur Pembelian Rp 8.050
Penjualan Rp 947.320
Pajak penjualan (saldo debet) Rp 16.430
Depresiasi bangunan dan mesin
70% penjualan, 30% biaya administrasi ) Rp 46.800
Pengumuman Dividen Rp 20.000
Pendapatan Royalti Rp 24.650
Pendapatan Rental Rp 15.770
Bunga utang wesel Rp 9.840
Biaya pengangkutan pembelian Rp 43.960
Pembelian barang Rp 387.440
Pajak Bumi dan Bangunan
70% biaya penjualan, 30% biaya administrasi ) Rp 34.300
Biaya Penjualan
- Gaji dan upah Rp 102.560
- Biaya penjualan Rp 27.870
- Biaya supplies Rp 13.460
Biaya Administrasi
- Gaji dan upah Rp 141.390
- Biaya administrasi umum Rp 44.220
- Biaya supplies Rp 10.620
Pajak Penghasilan Rp 49.500
Kerugian Banjir – Pajak Rp 65,000 Rp 130.000
2. Berikut ini data saldo buku besar dari PT Lamtoro per 31 Desember
2007. Semua akun telah dilakukan penyesuaian kecuali persediaan
dan pajak penghasilan 40 %. Perusahaan mempunyai 5.000 lembar
saham biasa per 31 Desember 20047
Penjualan Rp 300.000
Pembelian bahan baku Rp 50.000
Persediaan, 1Jan
- Bahan baku Rp 20.000
- Barang Dalam Proses Rp 16.000
- Barang Jadi Rp 15.000
Biaya Buruh Langsung Rp 30.000
Biaya Buruh Tidak Langsung Rp 12.000
Gaji Supervisor Rp 9.000
Biaya enerji dan penerangan Rp 15.000
Biaya Perbaikan Mesin Rp 2.000
Biaya Overhead Pabrik Rp 6.000
Persediaan akhir :
- Bahan Baku Rp 16.000
- Barang Jadi Rp 14.000
- Barang Dalam Proses Rp 18.000
Gaji bagian Penjualan Rp 25.000
Biaya Iklan Rp 18.000
Gaji Bagian Kantor Rp 9.000
Biaya Sewa Kantor Rp 2.000
Penyusutan Peralatan Kantor Rp 1.200

55
Penyusutan Peralatan Rp 1.000
Penyusutan Mesin Rp 3.000
Retur Penjualan Rp 3.000
Biaya Umum dan Administrasi Rp 2.000
Diminta (a) Laporan harga pokok produksi, (b) Laporan laba rugi
dengan multiple step dan (c) laba per lembar saham
3. PT Matahari Citra Lestari menyiapkan laporan harga pokok
penjualan untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2007 sebagai
berikut:
Persediaan, 31 Desember 2007 Rp 38.000
Persediaan, 1 Januari 2007 Rp 41.000
Biaya Pengankutan Rp 5.500
Retur Pembelian Rp 2.800
Diskon tunai pembelian Rp 1.500
Pembelian Rp 80.300

56
BAB 5
LAPORAN ARUS KAS

Pengertian
Para pengguna laporan keuangan tertarik pada kegiatan operasi,
investasi dan pendanaan perusahaan. Mereka umumnya melakukan
analisa kondisi keuangan perusahaan terutama berkaitan dengan (a)
hubungan antara laba bersih dengan kas yang diperoleh dari hasil
operasi, (b) pemberian dividen yang tidak besar pada saat laba bersih
meningkat, (c) penggunaan sumber dana untuk perluasan usaha, (d)
penurunan uang kas saat diperolehnya laporan laba bersih dan (e) hasil
emisi saham baru. Oleh karena itu dalam pembuatan laporan keuangan
bertujuan untuk dapat membantu dalam memberikan informasi yang
berhubungan dengan upaya perusahaan memperoleh dan
menggunakan uang kas, pinjaman dan pelunasannya, transaksi modal,
dan pembayaran dividen. Hal ini disebabkan bahwa laporan arus kas
sudah merupakan satu kesatuan daripada laporan keuangan yang
dibuat oleh perusahaan.

Pemakai Laporan Arus Kas


Para pemakai laporan keuangan tertarik bagaimana perusahaan
dalam memperoleh dan menggunakan kas dan setara dengan kas.
Perusahaan membutuhkan kas untuk membiayai kegiatan usahanya,
membayar kewajiban dan untuk menghasilkan keuntungan untuk para
investor. Laporan arus kas digunakan dalam hubungannya dengan
laporan keuangan lainnya, yaitu dapat memberikan informasi yang
memungkinkan pengguna dapat mengevaluasi perubahan aktiva bersih
suatu perusahaan, struktur keuangan, posisi likuiditas dan solvabilitas
dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah dan waktu dari arus kas
dalam rangka beradaptasi dengan lingkungan dan kesempatan. Dalam
hal ini para pengguna laporan arus kas yaitu manajemen, pemegang
saham, supplier dan investor serta karyawan.
Kemampuan suatu perusahaan untuk memperoleh kas dan
setara kas dapat dinilai melalui studi laporan arus kas. Pengguna dapat
mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai
sekarang atas arus kas masa depan dari perusahaan yang dan
kemampuan membandingkan kinerja operasi dengan perusahaan yang
berbeda karena pengaruh eliminasi dari perlakuan akuntansi yang
berbeda atas transaksi dan kejadian yang sama. Hal ini biasanya
dilakukan oleh para investor dalam rangka membeli saham dan
menanmkan investasi di suatu perusahaan.

57
Informasi arus kas dengan dasar historis digunakan sebagai
salah satu indikator jumlah dan kepastian arus kas dimasa yang akan
datang. Hal itu juga beguna untuk mengecek keakuratan penilaian arus
kas dimasa depan dan untuk menguji hubungan antara keuntungan dan
arus kas serta pengaruhnya atas perubahan harga.

Arus Kas Masuk dan Keluar


Untuk dapat mengklasifikasikan arus kas suatu perusahaan,
maka perubahan perkiraan dalam neraca perusahaan harus dianalisa
kaitannya dengan arus kas perusahaan. Arus kas masuk suatu
perusahaan disebabkan karena adanya penurunan aktiva (diluar akun
kas), kenaikan utang dan ekuitas pemilik selama peiode akuntansi.
Sedangkan arus kas keluar suatu perusahaan sebaliknya yaitu
disebabkan karena kenaikan aktiva (diluar akun kas), penurunan utang
dan ekuitas pemilik selama peiode akuntansi. Secara rinci dapat
dijelaskan sebagai berikut:

Arus Kas Masuk


Arus kas masuk (kenaikan) dapat dikelompokan dalam tiga bagian
yaitu:
1. Penurunan dalam aktiva selain akun kas. Penjualan atau
penghentian aktiva (selain kas) akan mengakibatkan kenaikan
kas karena adanya penuruan daripada aktiva.
2. Kenaikan dalam utang. Adanya penerbitan pinjaman baru atau
kenaikan utang akan berakibat bertambahnya arus kas masuk
karena adanya perubahan dalam utang.
3. Kenaikan ekuitas pemilik. Ekuitas pemilik dapat bertambah
karena adanya laba bersih dan setoran modal baru dari pemilik.
Setoran modal baru dari pemilik akan menambah uang kas
masuk karena ada penerimaan uang dari hasil penjualan
saham. Laba bersih akan menambah arus kas masuk
sebetulnya cukup rumit untuk dijelaskan karena terkait dengan
pengeluaran dan penerimaan kas untuk kegiatan operasi
perusahaan adalah berbeda dengan hasil penjualan dan biaya
yang termasuk dalam laba bersih.

Arus Kas Keluar


Arus kas keluar (penurunan) dapat dikelompokan dalam tiga bagian
yaitu:
1. Kenaikan aktiva selain kas. Perolehan dari aktiva selain kas
akan menyebabkan pengeluaran kas (penurunan) kas karena
untuk membayar perubahan aktiva.

58
2. Penurunan dalam utang. Pembayaran utang akan
menyebabkan pengeluaran uang (penurunan) karena
digunakan untuk membayar kewajiban.
3. Penurunan dalam ekuitas pemilik. Ekuitas pemilik dapat
mengalami penurunan karena pembayaran dividend dan
pembelian kembali saham yang beredar (saham treasury).
Transaksi tersebut akan berakibat uang kas keluar atau
berkurang.

Klasifikasi Arus Kas


Dalam pembuatan laporan arus kas di klasifikan dalam tiga
aktivitas yaitu operasi, investasi dan pendanaan.
a. Aktivitas operasi merupakan kegiatan yang berhubungan
dengan transaksi dan kejadian dalam operasi perusahaan
sehingga menghasilkan laba bersih.
b. Aktivitas investasi yaitu transaksi dan kejadian pembelian dan
penjualan aktiva non-akitva lancar (aktiva tetap) dan sebagian
dari aktiva lancar yang berupa investasi jangka pendek.
c. Aktivitas pendanaan ialah transaksi dan kejadian yang
berhubungan dengan sumber dana diperoleh dari pencarian
atau pembayaran kembali kepada pemilik atau kreditor.
Sedangkan laporan arus kas berdasarkan aktivitas tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Arus kas yang berasal dari aktivitas operasi menunjukan hasil dari
aliran kas masuk dan keluar yang berhubungan kegiatan utama usaha
perusahaan.
a. Penerimaan kas. Adanya kenaikan dalam ekuitas pemilik (laba
ditahan) karena pendapatan, penyesuaian dalam aktiva lancar dan
kenaikan pada utang lancar selama periode akuntansi.
b. Pengeluaran kas. Penurunan pada ekuitas pemilik (laba ditahan)
yang disebabkan karena pembayaran biaya, penyesuaian atas
perubahan aktiva lancar dan utang lancar selama periode akutansi.
2. Arus kas dari Aktivitas Investasi
Arus kas yang berasal dari aktivitas investasi berhubungan dengan
pembelian dan penjualan bukan aktiva lancar.
a. Penerimaan kas. Penurunan dalam aktiva tidak lancar (aktiva tetap)
dan sebagian aktiva lancar (seperti piutang wesel dan investasi
jangka pendek yang terkait dengan aktivitas investasi)
b. Pengeluaran kas. Kenaikan pada aktiva tidak lancar (aktiva tetap)
dan sebagian aktiva lancar (seperti piutang wesel dan investasi
jangka pendek)

59
3. Arus kas dari Aktivitas Pendanaan
Arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan berhubungan dengan
pendanaan perusahaan.
a. Penerimaan kas. Kenaikan dalam utang bukan lancar, ekuitas
pemilik dan sebagian utang lancar (seperti utang wesel yang
berhubungan dengan aktivitas pendanaan)
b. Pengeluaran kas. Penurunan dalam utang bukan lancar, ekuitas
pemilik dan sebagian utang lancar (seperti utang wesel dan utang
dividen)
Perubahan dalam aktiva (selain kas), utang, dan ekuitas pemilik
kemungkinan dari hasil aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan yang
tidak berpengaruh pada kas. Sebagai contoh yaitu transaksi perolehan
aktiva tetap dengan jalan menerbitkan saham baru (bukan investasi
uang kas dan aktivitas investasi), perolehan aktiva tetap dengan cara
leasing sehingga menambah utang (bukan investasi uang kas dan
aktivitas pendanaan), konversi utang obligasi dengan saham biasa
(bukan aktivitas pendanaan kas), pertukaran aktiva (bukan aktivitas
pendanaan kas), dan konversi saham preferen dengan saham biasa
(bukan aktivitas pendanaan kas).

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi


Laporan arus kas bersih dari hasil aktivitas operasi merupakan
bagian yang paling komplek dibanding aktivitas yang yang lain. Dalam
bagian ini harus mengetahui hubungan antara hasil penjualan, biaya,
dan arus kas dalam siklus operasi perusahaan. Untuk menghitung dan
melaporan arus kas bersih hasil aktivitas operasi dapat dilakukan
dengan dua metode yaitu langsung (Direct Method) dan tidak langsung
(Indirect Method).

Metode Langsung (Direct Method)


Dengan menggunakan metode langsung (direct method) laporan
arus kas bersih dari aktivitas operasi diperoleh dengan
mengurangkan arus kas keluar dengan arus kas masuk. Untuk dapat
lebih memperjelas, maka diberi contoh berikut:
Pendapatan penjualan (kas dan piutang Rp 100.000
dagang)
Dikurangi:
Harga pokok penjualan (kas dan utang Rp 40.000
dagang)
Biaya gaji (kas dan utang gaji) Rp 15.000
Biaya penyusutan Rp 10.000 (Rp 65.000)
Laba sebelum pajak penghasilan Rp 35.000
Pajak penghasilan (Rp 5.000)
Laba bersih Rp 30.000

60
Informasi tambahan untuk penyesuaian adalah sebagai berikut:
- Penurunan Piutang dagang Rp 5.000
- Kenaikan persediaan barang Rp 4.000
- Penurunan utang Rp 9.000
- Kenaikan utang biaya gaji Rp 2.000

Laporan yang dibuat setelah penyesuaian adalah sebagai berikut:


Arus kas dari aktivitas operasi
Arus kas masuk (penerimaan)
- Penerimaan kas dari pelanggan Rp 105.000
( penjualan + penurunan piutang dagang)
Arus kas masuk dari aktivitas operasi Rp 105.000
Arus kas keluar (pengeluaran)
- Pembayaran kas untuk supplier (Harga (Rp 53.000)
pokok penjualan + kenaikan persediaan +
penurunan utang dagang)
- Pembayaran kas untuk gaji ( (Rp 13.000)
pembayaran gaji + kenaikan utang gaji)
- Pembayaran kas untuk pajak penghasilan (Rp 5.000)
Arus kas keluar dari aktivitas operasi (Rp 71.000)
Kas bersih dari aktivitas operasi Rp 34.000
Metode Tidak Langsung (Indirect Method)
Dengan menggunakan metode tidak langsung (indirect method)
dalam pembuatan laporan arus kas perlu melakukan penyesuian
dalam laba bersih perusahaan. Untuk melakukan itu maka
langkahnya yaitu mencatat terlebih dulu laba bersih dan selanjutnya
penyesuaian (menambah atau mengurangi) dilakukan terhadap laba
bersih yang meliputi: (1) mengeliminasi jumlah tertentu yang tidak
terkait dengan kas masuk dan keluar dalam aktivitas operasi
perusahaan, seperti penyusutan, dan (2) memasukan perubahan
aktiva lancar (selain kas) dan utang lancar yang berpengaruh pada
kas masuk dan keluar dan bukan laba bersih. Dengan demikian
dalam metode tidak langsung, laba bersih perusahaan harus
dikonversi dari basis akrual (accrual basis) menjadi arus kas basis
(cash flow basis). Sebagai ilustrasi diberikan contoh seperti yang
terdapat pada metode sebelumnya.
Arus kas bersih dari aktivitas operasi
Laba bersih Rp 30.000
Penyesuaian atas perbedaan arus pendapatan dan
arus kas dari aktivitas operasi
Ditambah : Biaya penyusutan Rp 10.000
: Penurunan piutang dagang Rp 5.000
: Kenaikan utang gaji Rp 2.000
Dikurangi : Kenaikan persediaan (Rp 4.000)
: Penurunan utang dagang (Rp 9.000)
Kas bersih dari aktivitas operasi Rp 34.000

61
Contoh tersebut diatas masih menunjukan penyesuaian yang
masih terbatas dan untuk lebih lengkapnya dapat dilihat dalam gambar
berikut.

Gambar: 5 -1 Penyesuaian untuk mengkonversi laba bersih terhadap arus kas


dari Aktivitas Oeprasi

Laba bersih
Ditambah Dikurangi
Penurunan dalam Aktiva Lancar: Kenaikan dalam Aktiva Lancar:
Penurunan Piutang dagang Kenaikan Piutang dagang
Penurunan Piutang bunga Kenaikan Piutang bunga
Penurunan Persediaan Kenaikan Persediaan
Penurunan Biaya dibayar dimuka Kenaikan Biaya dibayar dimuka
Penurunan Aktiva lancar lainnya Kenaikan Aktiva lancar lainnya
(terkait operasi perusahaan) (terkait operasi perusahaan)
Kenaikan Utang Lancar: Penurunan Utang Lancar:
Kenaikan Utang dagang Penurunan Utang dagang
Kenaikan Utang gaji Penurunan Utang gaji
Kenaikan Utang bunga Penurunan Utang bunga
Kenaikan Utang pajak penghasilan Penurunan Utang pajak penghasilan
Kenaikan Utang lancar lainnya Penurunan Utang lancar lainnya
(terkait operasi perusahaan) (terkait operasi perusahaan)
Penyesuaian lainnya: Penyesuaian lainnya:
Penyusutan, Deplesi & Amortisasi Amortisasi agio utang obligasi
Amortisasi Diskon utang obligasi Amortisasi disagio investasi obligasi
Amortisasi agio investasi obligasi Penuruanan utang pajak yang
Kenaikan utang pajak yang ditangguhkan
ditangguhkan Keuntungan bersih atas
Kerugian bersih atas penghentian penghentian aktiva dan utang
aktiva dan utang

Digabungkan

Arus Kas bersih dari Aktivitas Operasi

Prosedur Pembuatan Laporan Arus Kas


Perusahaan untuk dapat menyiapkan laporan arus kas suatu
periode perlu tersedia informasi yang berupa (a) neraca awal dan akhir,
(b) laporan laba rugi, (c) laporan laba ditahan, dan (d) informasi lain
yang terkait dengan catatan transaksi (selain kas). Dalam membuat
laporan arus kas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu metode
inspeksi visual dan metode kertas kerja.

62
Analisis Metode Inspeksi Visual
Penggunaan metode inspeksi visual dalam pembuatan laporan arus
kas tanpa menggunakan kertas kerja, karena laporan keuangan
perusahaan relatif sederhana dan hubungan antara perubahan akun
dalam neraca mudah dievaluasi dan dianalisis. Untuk keperluan
tersebut terdapat tujuh tahapan yaitu:
a. Membuat judul laporan arus kas dan daftar klasifikasi arus kas
yang berupa (1) Arus Kas dari Aktivitas Operasi, (2) Arus Kas
dari Aktivitas Investasi, dan (3) Arus Kas dari Aktivitas
Pendanaan.
b. Menghitung perubahan bersih akun kas yang nantinya akan
menjadi target untuk dijabarkan dalam laporan arus kas.
c. Tentukan laba bersih perusahaan dan catat dalam daftar yang
pertama dalam arus kas dari aktivitas operasi.
d. Hitung kenaikan dan penurunan tiap akun dalam neraca.
e. Tentukan bahwa kenaikan atau penurunan akun di neraca
(selain kas) disebakan karena penerimaan atau pengeluaran
kas, jika demikian maka tentukan klasifikasinya yaitu aktivitas
operasi, investasi atau pendanaan.
f. Jika dalam tahapan e, jika kenaikan atau penurunan akun
dalam neraca (selain kas) bukan hasil dari pendapatan non-kas
atau transaksi yang bersama-sama dari aktivitas investasi dan
atau pendanaan. Oleh karena itu untuk kejadian yang pertama
perlu adanya penyesuaian (menambah atau mengurangi) untuk
mengkonvert laba bersih menjadi arus kas bersih yang berasal
dari aktivitas operasi. Selanjutnya, transaksi tersebut
merupakan hasil aktivitas investasi atau pendanaan.
g. Berdasarkan pembahasan dalam tahap g dan f, jumlahkan tiap
transaksi yang ada di masing-masing klasifikasi untuk diketahui
sisa bersihnya (naik atau turun) dalam kas (dalam tahap b ) dan
jumlahkan seluruh perubahan kas tersebut dengan ditambah
saldo awal kas dan akhirnya diperoleh saldo kas akhir.
Berdasarkan tahapan inspeksi visual tersebut, maka berikut ini
disajikan contoh agar dapat memberikan gambaran yang lebih jelas.

63
Gambar: 5-1
PT RIA JENAKA
LAPORAN LABA RUGI TAHUN 2007
Hasil penjualan Rp 42.000
Beban operasi
- Biaya penyusutan (Rp 5.000)
- Biaya bunga (Rp 3.000)
- Biaya lain-lain (Rp 20.000)
Laba bersih sebelum pajak Rp 14.000
Pajak penghasilan (Rp 3.000)
Laba bersih Rp 11.000
Laporan Laba ditahan tahun 2007
Laba ditahan, awal Rp 14.000
Ditambah: Laba bersih Rp 11.000
Dikurangi: Dividen (Rp 4.000)
Laba ditahan, akhir Rp 21.000

PT RIA
NERACA
Perkiraan 31/12/2006 31/12/2007
Kas Rp 5.000 Rp 8.000
Piutang Dagang Rp 7.000 Rp 9.000
Tanah Rp 10.000 Rp 6.000
Bangunan dan Peralatan Rp 50.000 Rp 65.000
Akumulasi Penyusutan (Rp10.000) (Rp15.000)
Total Aktiva Rp 62.000 Rp 73.000

Utang Dagang Rp 8.000 Rp 9.000


Utang Obligasi Rp 15.000 Rp 18.000
Modal Saham Rp 25.000 Rp 25.000
Laba ditahan Rp 14.000 Rp 21.000
Total Kewajiban dan Ekuitas Pemilik Rp 62.000 Rp 73.000

Gambar: 5-2
PT RIA JENAKA
LAPORAN ARUS KAS
TAHUN YANG BERAKHIR 31 DES. 2007
Arus kas dari Aktivitas Operasi
Laba bersih Rp 11.000
Penyesuaian perbedaan antara arus laba
dan arus kas
Ditambah: Biaya Penyusutan Rp 5.000
Kenaikan utang dagang Rp 1.000
Dikurangi: Kenaikan piutang dagang (Rp 2.000)
Arus kas bersih dari aktivitas operasi Rp 15.000
Arus kas dari Aktivitas Investasi
- Pembayaran bangunan (Rp 15.000)

64
- Hasil penjualan tanah Rp 4.000
Arus kas bersih dari aktivitas investasi (Rp 11.000)
Arus kas dari Aktivitas Pendanaan
- Hasil penjualan obligasi Rp 3.000
- Pembayaran dividen (Rp 4.000)
Arus kas bersih dari aktivitas investasi (Rp 1.000)
Kenaikan bersih kas Rp 3.000
Saldo Kas, Awal Januari 2007 Rp 5.000
Saldo Kas, Akhir Desember 2007 Rp 8.000

Analisis Metode Kertas Kerja


Dalam praktek umumnya perusahaan membuat laporan arus kas
dengan menggunakan metode kertas kerja. Metode ini
memungkinkan perusahaan mendokumentasi transaksi dan kejadian
yang sangat komplek.

Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan laporan arus kas?
2. Apakah laporan arus kas bermanafaat bagi para pemakai dari
luar perusahaan?
3. Jelaskan secara lengkap tiga aktivitas yang ada dalam
pembuatan laporan arus kas!
4. Jelaskan penerimaan dan pengeluaran kas dalam ketiga
klasifikasi tersebut!
5. Jelaskan dua cara untuk menghitung dan membuat laporan
arus kas bersih dalam aktivitas operasi!

Latihan
1. Berikut ini data keuangan PT Bima Sakti Nabdraguna tahun yang berakhir 31
Desember 2007
PT Bima Sakti Mandraguna
LAPORAN LABA RUGI
Periode yang berakhir 31 Desember, 2007
Penjualan 591.000
Harga Pokok Penjualan 300.000 (300.000)
LABA KOTOR 291.000
Biaya Gaji dan operasi lainnya 210.000
Biaya bunga 6.000
Biaya penyusutan 24.000 (240.000)
LABA OPERASI 51.000

65
Keuntungan / Kerugian Lain
Kerugian atas penjualan aktiva (10.000)
LABA SEBELUM PAJAK 41.000
Pajak penghasilan (15.000)
LABA DARI KEGIATAN OPERASI BERLANJUT 26.000
Laba / Rugi Luar Biasa
Keuntungan atas pelunasan utang 12.000
Laba Bersih ( Net Income) 38.000

PT Bima Sakti Mandraguna


N E R A C A
Periode yang berakhir 31 Desember, 2007
Aktiva 31 Des 31 Des.
2006 2007
Aktiva Lancar
Kas 14.000 19.000
Piutang Dagang 45.000 70.000
Persediaan Barang 70.000 90.000
Biaya dibayar dimuka 5.000 8.000
Total Aktiva Lancar 134.000 187.000
Aktiva Tetap
Tanah 80.000 80.000
Bangunan 230.000 278.000
Akumulasi depresiasi (48.000) (60.000)
Total Assets 396.000 485.000
UTANG
Utang LAncar
Utang Dagang 70.000 63.000
Utang Bunga 5.000 3.000
Utang Pajak Penghasilan 15.000 22.000
Total Utang Lancar 90.000 88.000
Utang Jangka Panjang
Utang Obligasi 68.000 98.000
Total liabilities 158.000 186.000
Equity
Modal Saham disetor 130.000 173.000
Laba ditahan 108.000 126.000
Total Equity 238.000 299.000
Total Utang and Equity 396.000 485.000
Informasi tambahan untuk tahun buku 2007 adalah :
1. Saldo utang dagang berasal dari pembelian persediaan barang
2. Bangunan dengan harga perolehan Rp 80.000 yang dibeli dengan
cara pembayaran tunai sebesar Rp 20.000 dan penerbitan obligasi
senilai Rp 60.000
3. Bangunan dengan harga perolehan Rp 40.000 dan akumulasi
depresiasi Rp 20.000 dijual secara tunai dengan harga Rp 10.000

66
4. Penerimaan kas Rp 43.000 dari hasil penjualan saham biasa
5. Nilai buku utang obligasi sebesar Rp 30.000 ditarik dengan membayar
tunai Rp 18.000
6. Pembayaran dividen tunai sebesar Rp 20.000
Diminta : Buatlah laporan Cash Flow dengan metode tidak langsung
(Indirect Method)
2. Berikut ini laporan Laba dan Neraca PT Gema yang berakhir pada
tahun 2007
Penjualan Rp 42.000
Beban Operasi
Biaya Depresiasi Rp 2.500
Biaya Bunga Rp 1.500
Biaya Lain-lain Rp 18.000 (Rp 22.000)
Laba bersih sebelum pajak Rp 20.000
Pajak Penghasilan 10% (Rp 2.000)
Laba bersih Rp 18.000
Laba ditahan tahun 2007
Saldo awal Laba ditahan Rp 12.000
Ditambah: Laba bersih Rp 18.000
Jumlah Rp 30.000
Dikurangi : Divided 20% (Rp 6.000)
Saldo akhir Laba ditahan Rp 24.000
Sedangkan neraca per 31 Desember 2006 dan 2007 adalah sebagai
berikut:
Perkiraan 31/12/06 31/12/07
Kas 4.000 7.000
Piutang Dagang 8.000 12.000
Tanah 9.000 6.000
Bangunan dan Mesin 48.000 66.000
Akumulasi depresiasi (12.500) (15.000)
Total Aktiva 56.500 76.000
Utang Dagang 7.500 9.000
Utang Obligasi 10 % 15.000 21.000
Saham Biasa nominal Rp 100 22.000 22.000
Laba ditahan 12.000 24.000
Total Kewajiban dan Ekuity 56.500 76.000
Informasi tambahan tahun 2007
1. Bangunan dibeli secara tunai tahun 2007
2. Tanah dijual tunai sebesar harga pokok pada tahun 2007
3. Tidak ada bangunan dan mesin yang dijual tahun 2007
4. Obligasi telah di terbitkan pada akhir tahun
Diminta : Buatlah laporan arus kas dengan metode tidak langsung

67
BAB 6
KAS

Investor jangka pendek dan jangka panjang umumnya tertarik


pada likuiditas perusahaan. Likuiditas merupakan ketersediaan aktiva
lancar (kas atau aktiva yang dapat secara cepat dikonversi menjadi kas)
untuk membayar biaya operasi, dividen, dan bunga dan untuk
membayar utang jangka pendek. Secara umum jenis aktiva lancar
adalah kas, investasi jangka pendek, piutang, dan piutang wesel.

Pengertian Kas
Kas merupakan sumber dana yang dipegang oleh perusahaan
untuk memenuhi pengeluaran yang telah direncanakan dan pengeluaran
yang bersifat mendadak. Saldo kas yang dilaporkan dalam neraca
perusahaan harus dapat digunakan untuk membayar kewajiban saat ini.
Pengukuran klasifikasi sebagai aktiva lancar adalah mata uang
logam dan kertas, dana deposito bank yang tidak dibatasi
penggunaannya (akun giro atau tabungan), cek yang sudah jatuh tempo
dan bank draft. Namun untuk beberapa hal tidak termasuk dalam
rekening kas yaitu serifikat deposito, bank overdraft, cek yang belum
jatuh tempo, uang muka perjalanan dinas, dan perangko. Sertifikat
deposito merupakan penerbitan surat berharga dikeluarkan oleh bank
yang memungkinkan perusahaan menginvestasikan uang yang tidak
bermanfaat untuk jangka waktu pendek. Sertifikat deposito seharusnya
diklasifikasikan sebagai investasi jangka pendek. Bank overdraft
merupakan pengambilan perusahaan yang melebihi batas plafon
pengambilan dan dicatat sebagai utang bank.
Untuk dapat diklasifikasikan sebagai aktiva lancar dalam akun kas
dalam neraca, maka jumlah tersebut harus sudah tersedia dananya dan
siap untuk membayar utang saat ini.

Manajemen Kas
Perusahaan harus dapat memanage kas secara efisien dan dapat
memastikan tersedianya dana dengan cukup sehingga dapat memenuhi
kewajibannya saat ini. Walaupun perusahaan berusaha memproteksi
untuk menghindari kebangkangkrutan dengan cara menahan dana kas
dalam jumlah besar agar tetap likuid. Hal ini dapat dilakukan untuk
meningkatkan kinerja perusahaan dengan jalan menginvestasikan
dananya dalam surat berharga atau lainnya.
Oleh karena itu perlu adanya manajemen kas yang tepat dalam
menginvestasikan dana yang menganggur agar tidak mengganggu arus

68
kas masuk dan keluar, sehingga pada saat perusahaan membutuhkan
dapat dipenuhi dengan segera. Dengan demikian manajemen kas
meliputi kegiatan perencanaan dan pengendalian. Sistem perencanaan
kas berupa metode dan prosedur untuk memastikan perusahaan dapat
memenuhi tersediaanya uang kas agar kewajiban jangka pendeknya
dapat dipenuhi dan menginvestasikan dana yang tidak digunakan.
Sedangkan sistem pengendalian kas adalah metode dan prosedur yang
mengadopsi agar dana kas perusahaan dapat terjamin pemenuhannya.
Dalam sistem pengendalian kas ada dua fungsi utama yaitu
pengendalian penerimaan dan pengendalian pengeluaran.

Dana Kas Kecil


Dana kas kecil merupakan dana yang yang ditempatkan dibawah
pengendalian karyawan yang memungkinkan untuk melakukan
pembayaran dalam jumlah kecil yang kemungkinan besar tidak dapat
dilakukan dengan cara membayar mengeluarkan cek. Sebagai
contohnya, suatu saat perusahaan mengirimkan surat di kantor pos,
parkir mobil di swalayan, membeli peralatan kantor yang relatif kecil,
membeli air aqua galon untuk karyawan kantor umumnya dibayar
dengan uang tunai dan pengeluaran tersebut jumlahnya tidak besar
sehingga tidak mungkin dibayar dengan cek. Pengoperasian daripada
sistem dana kas kecil dengan tahapan berikut:
1. Pengisian dana kas kecil yang dikelola oleh karyawan diharapkan
dapat memenuhi kebutuhan untuk satu periode yang relatif pendek
dan jurnal saat pengisian adalah debit – Dana Kas Kecil dan Kredit –
Kas sebesar, misal Rp 1.000.000
2. Pemegang dana kas kecil mengumpulkan bukti pengeluaran untuk
tiap terjadinya pengeluaran dana kas kecil dan tidak melakukan
pencatatan.
3. Pada akhir periode, bila dana kas kecil sudah menipis saldonya, maka
bukti pengeluaran di sortir untuk dipisahkan dalam kelompok biaya-
biaya yang selanjutnya untuk dimintakan penggantian sebesar bukti
tersebut. Untuk dapat memberikan gambaran yang jelas dan dengan
anggapan bahwa saldo kas kecil hanya Rp 85.000 dan berikut ini
diberikan ilustrasinya.
Administrasi kantor Rp 150.000
Transportasi Rp 300.000
Pengiriman surat Rp 60.000
Uang makan karyawan Rp 400.000
Total biaya Rp 910.000
Dengan jumlah pengeluaran yang didukung bukti transaksi tersebut,
maka saldo kas kecil seharusnya ada Rp 1.000.000 - Rp 910.000 =
Rp 90.000, tapi ternyata hanya tinggal Rp 85.000. Jadi ada
kekurangan saldo sebesar Rp 5.000, nantinya dicatat sebagai Selisih

69
Kas Kecil. Jadi jumlah dan kas kecil yang akan diisi kembali adalah
sebesar Rp 915.000 dan jurnal yang dibuat saat pengisian kembali
kas kecil adalah sebagai berikut:

Biaya administrasi kantor Rp 150.000


Biaya perjalanan dinas - Transportasi Rp 300.000
Biaya Pengiriman surat Rp 60.000
Biaya makan karyawan Rp 400.000
Selisih kas kecil Rp 5.000
Kas Rp 915.000
Dengan telah diisinya kembali dana kas kecil sebesar Rp 915.000,
maka dana kas kecil saldonya akan kembali menjadi Rp. 1.000.000.
Untuk selanjunya, perusahaan melaporkan transaksi pengeluaran
tersebut dalam laporan laba rugi periode yang bersangkutan.

Rekonsiliasi Bank
Buku kas yang dibuat oleh perusahaan, juga dimiliki oleh pihak
bank yang mempunyai rekening perusahaan tersebut. Oleh karena itu
diperlukan untuk melakukan verifikasi satu sama lain dari dua catatan
tersebut. Rekonsiliasi bank merupakan skedule yang disiapkan oleh
perusahaan untuk menganalisa perbedaan antara saldo akhir kas yang
dibuat oleh perusahaan dan saldo akhir yang dibuat oleh pihak bank
yaitu laporan bank (rekening koran bank) untuk menentukan saldo akhir
yang benar.
Tiap awal bulan pihak bank biasanya mengirimkan laporan bank
atau rekening koran ke perusahaan yang mempunyai rekening koran di
bank tersebut. Laporan tersebut dapat berisi simpanan, pencairan cek
oleh pelanggan, transaksi lainnya dan saldo akhir. Pembukuan
perusahaan dan laporan bank biasanya tidak lengkap, sehingga perlu
dilakukan rekonsiliasi untuk membandingkan laporan saldo bank dengan
catatan dari perusahaan.

Penyebab Perbedaan
Penyebab terjadinya perbedaan antara catatan perusahaan
dengan laporan bank umumnya terjadi karena hal-hal sebagai berikut.
1. Cek yang masih beredar (outstanding checks). Cek yang masih
beredar merupakan cek yang telah jatuh tempo atau sudah dapat
dicairkan di bank dan perusahaan telah mengurangkan dalam saldo
kasnya, tapi pihak bank belum mengurangkan dalam laporan bank
yang dikirim ke perusahaan.
2. Kiriman uang dalam perjalanan (deposit in transit). Hal ini terjadi
karena kemungkinan pada akhir bulan perusahaan mengirimkan uang
ke bank dan uang tersebut telah dicatat dalam saldo kas perusahaan,

70
tapi dalam laporan bank yang diterima pada awal bulan, kiriman
tersebut oleh pihak bank belum dicatat sebagai tambahan saldo akhir.
3. Beban biaya bank (Bank charges). Pada tiap akhir bulan bank
membebankan biaya administrasi, biaya penggantian buku cek dan
bunga bank dalam laporan bank yang dikirim ke perusahaan dan
biaya tersebut pihak perusahaan belum mengurangkan dalam saldo
kas akhir. Disamping itu, sering pula terjadi bahwa perusahaan telah
mengirimkan cek atas nama pelanggan untuk ditagihkan oleh bank
dan ternyata setelah ditagih saldo bank pelanggan tersebut tidak
cukup (Not Sufficient Funds – NSF) sehingga dalam laporan bank, cek
tersebut belum dilaporkan sebagai penambah saldo akhir. Dengan
demikian saldo akhir laporan bank akan lebih kecil daripada saldo kas
menurut perusahaan.
4. Penagihan piutang oleh pihak bank (Deposits made directly by the
bank). Suatu saat pihak bank bertindak sebagai penagih piutang
wesel yang berbunga dan tidak berbunga. Pihak perusahaan setelah
menerima laporan bank baru dapat mengetahui kalau bank telah
menagih piutang wesel dari pelanggan tentang besarnya peluanasan
pokok dan bunganya. Oleh karena saldo bank menurut laporan bank
akan lebih besar dari pada saldo kas yang dibuat oleh perusahaan.
5. Kesalahan mencatat. Walaupun pihak perusahaan dan bank telah
melakukan pengecekan, namun kemungkinan masih juga ditemukan
kesalahan pencatatan terutama pada saat menyiapkan laporan
rekonsiliasi bank. Kesalahan pencatatan ini dapat terjadi di kedua
belah pihak dan umumnya terkait dengan jumlah. Sebagai contoh,
perusahaan membayar pelanggan dengan cek sebesar Rp 932.000
dan dicatat dalam buku kas sebesar Rp 923 .000 atau perusahaan
mencatat terlalu besar Rp 9.000. Kejadian tersebut biasanya baru
diketahui setelah diterimanya laporan bank.

Prosedur Mempersiapkan Rekonsiliasi Bank


Dalam praktek sering terjadi adanya perbedaan antara saldo kas
menurut catatan perusahaan dengan saldo menurut catatan bank. Oleh
karena itu perlu perusahaan perlu menyiapkan rekonsiliasi bank dengan
prosedur sebagai berikut:
1. Bandingkan pengiriman uang ke bank menurut catatan perusahaan
dengan laporan bank. Jika catatan pengiriman uang menurut
perusahaan telah sama dengan laporan bank, berarti tidak perlu ada
penyesuaian dalam rekonisiliasi bank. Sebaliknya, jika ternyata dalam
laporan bank belum terdapat pengiriman uang dari perusahaan, maka
dalam pembuatan rekonsiliasi bank saldo laporan bank harus
ditambah sejumlah kiriman yang belum dicatat.
2. Daftar cek yang dikeluarkan oleh perusahaan dibandingkan dengan
cek yang telah dicairkan ke bank seperti yang tercantum dalam

71
laporan bank. Pastikan bahwa cek yang masih beredar atau belum
dicairkan bulan sebelumnya dengan laporan bank bulan ini dan hal ini
tidak perlu ada penyesuaian dalam membuat rekonsiliasi bank karena
tidak akan berpengaruh pada saldo bank. Sedangkan pengeluaran
cek yang dilakukan bulan ini dicocokan dengan laporan saldo bank
dan cek yang belum dicairkan ke bank, nantinya dibuat penyesuaian
untuk mengurangi saldo bank.
3. Tentukan besarnya biaya yang bebankan oleh bank kepada
perusahaan di laporan bank dan perusahaan belum mencatat
transaksi tersebut. Dalam transaksi ini meliputi hasil penagihan
piutang wesel oleh bank, pendapatan bunga, beban biaya administrasi
dari bank, cek yang tidak ada dananya (Not Suffisien Funds) dan
biaya lain yang ada di laporan bank. Tambahkan hasil penagihan dan
pendapatan bunga serta kurangkan biaya kedalam saldo kas
perusahaan.
4. Tentukan pengaruh dari kesalahan. Kesalahan tersebut harus
ditelusuri dari jurnal semula, apakah kesalahan tersebut harus
ditambahkan atau dikurangkan dalam saldo kas atau saldo bank.
Dalam pembahasan ini lebih menekankan bentuk rekonsiliasi yang
berujung pada penyesuaian atau koreksi saldo kas. Berikut ini diberikan
contoh rekonsiliasi bank.

Saldo kas menurut laporan bank Rp 10.500.000


Ditambah: Pengiriman dalam perjalanan Rp 850.000
Rp 11.350.000
Dikurangi: Cek yang masih beredar (Rp 1.200.000)
Saldo kas yang telah disesuaikan Rp 10.150.000

Saldo kas menurut laporan perusahaan Rp 9.500.000


Ditambah: Hasil penagihan piutang wesel dan Rp 1.400.000
bunga oleh pihak bank
Rp 10.900.000
Dikurangi: Biaya administrasi dan NSF (Rp 750.000)
Saldo kas yang telah disesuaikan Rp 10.150.000
Setelah perusahaan membuat rekonsiliasi bank, untuk selanjutnya
membuat jurnal penyesuaian yang diperlukan agar saldonya menjadi
benar. Untuk itu berikut ini disajikan contoh membuat rekonsiliasi bank
yang memerlukan jurnal penyesuaian.
Saldo kas menurut laporan bank Rp 125.000.00
Saldo kas menurut catatan perusahaan Rp 134.000.00
Informasi yang diperoleh dari laporan bank
1.Bank telah menagihkan piutang wesel sebesar Rp 15.000 dan bunga Rp 700

72
2.Cek pelanggan sebesar Rp 10.200
3. Biaya administrasi bank bulan Desember adalah Rp 1.500
Informasi yang diperoleh dari catatan perusahaan
1 Kiriman uang dari perusahaan sebesar Rp 25.000 belum terdapat dalam
laporan bank pada akhir Desember
2.Jumlah cek dari pelanggan yang masih diperusahaan sebesar Rp 30.000 pada
akhir Desember
3.Cek yang masih beredar pada akhir Desember 2007 adalah
Cek No. 501 Rp 10.000
Cek No. 530 Rp 15.000
Cek No. 562 Rp 8.000
4. Cek No. 570 sebesar Rp 12.500 untuk membayar utang dagang tetulis di
catatan perusahan sebesar Rp 21.500
Laporan rekonsiliasi bank yang dibuat adalah sebagai berikut:

PT Ria Jenaka
Rekonsiliasi Bank
Per 31 Desember 2007
Saldo kas menurut laporan bank Rp 125.000
Ditambah: Deposit in transit Rp 25.000
Cek di tangan Rp 30.000 Rp 55.000
Rp 180.000
Dikurangi: Cek yang masih beredar
No. # 501 Rp 10.000
No. # 530 Rp 15.000
No. # 562 Rp 8.000 (Rp 33.000)
Saldo kas yang telah disesuaikan Rp 147.000

Saldo kas menurut catatan perusahaan Rp 134.000


Ditambah: Piutang wesel yang ditagih oleh bank Rp 15.000
Pendapatan bunga Rp 700 Rp 15.700
Rp 149.700
Dikurangi: Biaya administrasi bank Rp 1.500
NSF check returned Rp 10.200
Koreksi kesalahan (Rp 9.000) (Rp 2.700)
Saldo kas yang telah disesuaikan Rp 147.000
Sedangkan jurnal penyesuaian yang dibuat pada akhir Desember 2007
adalah:
Jurnal penyesuaian
Des. 31 Kas Rp 15.700
Piutang Wesel Rp 15.000
Pendapatan Bunga Rp 700
Des. 31 Biaya Administrasi Bank Rp 1.500
Piutang Dagang – NSF cek Rp 10.200
Utang Dagang (Error) (Rp 9.000)
Kas Rp 2.700

73
Pertanyaan
1. Sebutkan komponen dari pada kas!
2. Apa yang dimaksud dengan pengendalian internal kas?
3. Apa tujuan sistem dana kas kecil?
4. Mengapa pengeluaran biaya dengan menggunakan dana kas kecil
baru dicatat sebagai biaya saat pengisian kembali dan aks kecil?
5. Apa yang dimaksud dengan rekonsiliasi bank? Sebutkan penyebab
terjadinya perbedaan antara saldo kas perusahaan dengan saldo
bank yang ada di laporan bank?
6. Mengapa jurnal penyesuaian dibuat setelah selesai membuat
laporan rekonsiliasi bank dan berilah contoh satu kejadian yang
memerlukan jurnal penyesuaian?

Latihan
Pada akhir bulan Juni 2007, bagian pembukuan Rita Swalayan
Purwokerto akan membuat laporan Rekonsiliasi Bank dengan data
sebagai berikut :
a. Biaya bunga yang dibebankan oleh bank dalam bulan Juni sebesar
Rp 300
b. Biaya administrasi bank Rp 150
c. Satu lembar cek yang ditagih oleh Bank Rp 1.400 tidak ada
dananya (NSF)
d. Bank berhasil menagih salah satu piutang Rp 12.000 ditambah
bunga Rp 2.400
e. Pada akhir bulan perusahaan mengirim uang ke bank dan belum
tercatat dalam laporan bank bulan Juni dengan nilai sebesar Rp
7.500
f. Berdasarkan hasil pengecekan pihak perusahaan, diketahui bahwa
ada beberapa cek yang telah dikeluarkan ternyata belum dicairkan
ke Bank yaitu : # 1007 Rp 1.500 ; # 1102 Rp 2.500; dan # 1200
Rp 3.500
g. Cek atas nama Doni akhir bulan Juni sebesar sudah dikirimkan ke
Bank Rp 5.900
h. Pihak perusahaan diketahui telah mencatat pengeluaran cek
sebesar Rp 1.900 sedangkan pihak Bank telah membayar cek
tersebut dengan jumlah sebesar Rp 9.100
i. Saldo menurut laporan bank Rp 14.100
j. Saldo bank menurut catatan perusahaan Rp 14.520
Buatlah laporan Rekonsiliasi bank untuk akhir bulan Juni 2007 dan
jurnal yang diperlukan.

74
BAB 7
PIUTANG USAHA

Pengertian Piutang
Piutang usaha perusahaan terjadi karena klaim kepada
pelanggan atau pihak lain berkaitan dengan kegiatan usaha perusahan.
Piutang dapat berakhir karena ada pelunasan yang diterima berupa
uang tunai, aktiva atau jasa. Dalam laporan neraca perusahaan, akun
piutang dilaporkan dalam kelompok aktiva lancar atau aktiva lainnya.
Piutang yang diklasifikasikan sebagai aktiva lancar yaitu piutang tersebut
diharapkan dapat ditagih dalam satu periode akuntansi.
Piutang usaha perusahaan dapat dibedakan menjadi dua yaitu
piutang dagang dan piutang lainya. Untuk piutang dagang berarti
piutang tersebut terjadi karena berhubungan dengan transaksi jual beli
atas barang atau jasa utama produk perusahaan. Piutang dagang dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu Piutang Dagang (tanpa ada janji
tertulis dari pembeli untuk membayar barang dan jasa) dan Piutang
Wesel (perjanjian tertulis untuk menerima sejumlah uang pada tanggal
tertentu).

Pengakuan Pendapatan
Pencatatan pendapatan atas penjualan kredit yang dilakukan oleh
perusahaan atas dasar kriteria pengakuan pendapatan. Pendapatan
diakui apabila realisasi telah terjadi atau pendapatan telah diperoleh.
Dengan demikian untuk penjualan barang dan jasa secara kredit, maka
pengakuan pendapatannya saat terjadinya penjualan. Hal ini dengan
anggapan bahwa perusahaan akan dapat menagih piutang tersebut.
Sedangkan kriteria untuk mengakui pendapatan saat terjadinya
penjualan adalah sebagai berikut:
1. Harga jual telah pasti dan ditentukan saat terjadinya penjualan.
2. Pembeli telah membayar atau akan membayar pada penjual, dan
kewajiban tidak akan tergantung pada penjualan kembali produk
tersebut.
3. Kewajiban pembeli kepada penjual tidak akan berubah walaupun
dicuri atau kerusakan pada produk.
4. Pembeli tidak mempunyai kewajiban memberikan informasi kinerja
secara langsung tentang penjualan produk yang telah dibeli kepada
penjual.
5. Penjual dapat memperkirakan jumlah tingkat pengembaliannya
dimasa depan.

75
Suatu saat perusahaan mengalami kejadian bahwa pendapatan
penjualan dan harga pokok penjualan ada perbedaan karena ada
ketidaksepakatan dalam perjanjian.

Diskon Tunai Penjualan


Dalam rangka meningkatkan penerimaan uang dari penjualan,
perusahaan sering mengambil kebijakan memberikan diskon tunai
penjualan. Untuk mencatat transaksi tersebut, perusahaan dapat
menggunakan salah satu metode yang ada yaitu metode ”kotor” atau
”bersih”.
1. Piutang Dagang dan Penjualan di catat sebesar jumlah Kotor (Gross)
2. Piutang Dagang dan Penjualan di catat sebesar jumlah Bersih (Net)
Sebagai ilustrasi diberikan contoh yaitu pada tanggal 10
Desember 2007, PT ABC menjual barang kepada tiga pelanggan
sebesar Rp 30.000 dengan syarat 5/10, n/30 dan penerimaan kas hasil
tagihan yaitu tangal 20 Desember sebesar Rp 10.000 dan tanggal 30
Desember sebesar Rp 10.000 serta sisanya kemungkinan pada awal
Januari 2008. Jurnal yang dibuat dengan dua metode adalah sebagai
berikut:
Alternatif Metode Pencatatan Diskon Penjualan
A. Metode Harga Kotor (Gross Price Method)
Mencatat penjualan 10 Piutang Dagang Rp 30.000
Desember Rp 30.000
Penjualan Rp 30.000
Mencatat penerimaan 20 Kas Rp 9.500
Desember Rp 10.000
Diskon tunai penjualan Rp 500
Piutang Dagang Rp 10.000
Mencatat penerimaan 30 Kas Rp 10.000
Desember Rp 10.000
Piutang Dagang Rp 10.000
Jurnal penyesuaian akhir Tidak ada penyesuaian
tahun

B. Metode Harga Bersih (Net Price Method)


Mencatat penjualan 10 Piutang Dagang Rp 28.500
Desember Rp 30.000
Penjualan Rp 28.500
Mencatat penerimaan 20 Kas Rp 9.500
Desember Rp 10.000
Piutang Dagang Rp 9.500
Mencatat penerimaan 30 Kas Rp 10.000
Desember Rp 10.000
Piutang Dagang Rp 9.500
Diskon penj. yang tidak diambil Rp 500
Jurnal penyesuaian akhir Piutang Dagang Rp 500
tahun, sisa Rp 10.000
Diskon penj. yang tidak diambil Rp 500

76
Pada akhir periode, pencatatan piutang dengan metode harga
bersih harus dilakukan penyesuaian untuk piutang yang sudah melewati
batas waktu memperoleh potongan penjualan (Cash Discounts).

Retur dan Cadangan Penjualan (Sales Return and Allowance)


Penjualan barang yang telah dilakukan beberapa waktu
sebelumnya, kemungkinan ada yang dikembalikan oleh pembeli karena
diketahui ada kerusakan. Namun dalam praktek sering dijumpai
perjanjian bahwa untuk barang yang telah dibeli dan diketahui ada yang
rusak sudah dapat dikembalikan kepada penjual. Apabila barang yang
telah dibelii diketahui rusak dan diperhitungkan dalam pengurangan
harga beli disebut dengan Cadangan Penjualan (Sales Allowance).
Sedangkan untuk barang yang dapat dikembalikan kepada penjual
disebut dengan Retur Penjualan (Sales Return). Retur dan Cadangan
Penjualan dapat terjadi dalam periode akuntansi setelah penjualan.
Untuk menghindari terjadinya retur dan cadangan penjualan tidak dalam
satu periode akuntansi yang sama, maka perusahaan perlu melakukan
estimasi pencandangan dalam periode penjualan untuk mengoreksi
laporan penjualan bersih dan saldo piutang dagang.
Sebagai contoh akuntansi untuk retur dan cadangan penjualan,
dengan anggapan bahwa perusahaan selama tahun 2007 menjual kredit
sebanyak Rp 1.000.000 dan perusahaan memperkirakan retur dan
cadangan penjualan sebesar 5 %. Apabila perusahaan dalam mencatat
piutang dagang menggunakan metode harga kotor, maka pada akhir
periode jurnal yang harus dibuat adalah sebagai berikut:

Retur dan Cadangan Penjualan Rp 50.000


Cadangan untuk Retur dan Cadangan Penjualan Rp 50.000

Apabila pada akhir diketahui bahwa retur dan cadangan penjualan ternyata
terjadi sebesar Rp 10.000, maka jurnal yang harus dibuat adalah

Cadangan untuk Retur dan Cadangan Penjualan Rp 10.000


Piutang Dagang Rp 10.000

Untuk perusahaan yang mencatat penjualan kredit dengan metode


harga bersih, maka dasarnya jurnal yang mendahului yaitu harga bersih
setelah dikurangi dengan diskon tunai.

Penilaian Piutang Dagang yang Tidak Tertagih


Dalam praktek perusahaan sering dihadapkan pada piutang
dagang yang tidak dapat ditagih dan bahkan akan menjadi piutang yang
diragukan pembayarannya. Untuk mencatat piutang yang diragukan,
perusahaan dalam mencatat ada dua prosedur yaitu:

77
1. Pada tahun terjadinya penjualan dengan dasar estimasi jumlah yang
tidak dapat ditagih.
2. Berdasarkan pertimbangan khusus atas pelanggan yang tidak dapat
tertagih.

Metode Estimasi Piutang Tidak Tertagih


Dengan menggunakan metode estimasi piutang tidak tertagih
perusahaan melakukan studi data historis tentang besarnya jumlah
piutang yang tidak tertagih. Data tersebut dibandingkan dengan jumlah
penjualan atau piutang dagang, untuk menentukan hubungan dengan
estimasi piutang tidak tertagih. Informasi tersebut digunakan oleh
perusahaan dalam membuat jurnal penyesuaian besarnya piutang tidak
tertagih periode tersebut. Hubungan tersebut dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Hubungannya dengan Penjualan (pendekatan laporan laba rugi)
a. Persentase dari penjualan
b. Persentase dari penjualan kredit bersih
2. Hubungannya dengan Piutang Dagang (pendekatan laporan neraca)
a. Persentase dari saldo piutang dagang
b. Analisa umur piutang

Persentase dari Penjualan (Penjualan Kredit Bersih)


Estimasi piutang tidak tertagih dengan dasar hubungan historis
terhadap penjualan diperlakukan sebagai biaya dan nantinya di
sandingkan dengan pendapatan saat ini. Sebagai contoh, pada tahun
2007 penjualan kreditnya sebesar Rp 2.000.000 dan berdasarkan
pengalaman piutang tidak tertagih 2 % dari penjualan kredit. Jurnal
penyesuaian yang harus dibuat oleh perusahaan pada akhir tahun
adalah:
Beban piutang tidak tertagih Rp 40.000
Cadangan Piutang ragu-ragu Rp 40.000

Persentase dari Saldo Piutang Dagang


Estimasi piutang tidak tertagih dengan dasar hubungan historis
antara jumlah piutang yang tidak tertagih dengan saldo piutang dagang.
Pendekatan ini berorientasi pada neraca karena saldo piutang
dilaporkan dalam neraca sebagai nilai tagihan bersih yang kemungkinan
dapat direalisasi. Dengan demikian, metode ini akan dapat menentukan
saldo akhir dari Cadangan Piutang Ragu-ragu. Saldo akhir sebelum
penyesuaian atas Piutang Dagang dan Cadangan Piutang Ragu-ragu
adalah sebagai berikut:
Piutang Dagang Rp 2.000.000,-
Cadangan Piutang Ragu-ragu Rp 50.000,-

78
Dengan anggapan bahwa saldo Cadangan Piutang Ragu-ragu
ditentukan sebesar 4 % dari saldo Piutang Dagang atau sebesar Rp
80.000 (4 % x Rp 2.000.000). Hal ini berarti ada kenaikan saldo
Cadangan Piutang Ragu-ragu sebesar Rp 30.000 (Rp 80.000 -
Rp 50.000). Sedangkan jurnal penyesuaian yang perlu dibuat adalah
sebagai berikut:
Beban piutang tidak tertagih Rp 30.000
Cadangan Piutang ragu-ragu Rp 30.000

Umur Piutang Dagang


Jangka waktu pelunasan atau umur piutang merupakan faktor
yang terpenting untuk menentukan estimasi tingkat kemungkinan hasil
penagihan dimasa yang akan datang. Metode untuk mengestimasi
piutang tidak tertagih berdasarkan umur piutang merupakan cara yang
lebih baik. Sebagai ilustrasi diberikan contoh sebagai berikut:

a. Umur Piutang Dagang


Saldo Kurang 30 - 60 61 – 90 Lebih dari
Pelanggan
31/12/07 30 hari hari Hari 90 hari
1 PT Ria Rp 40.000 Rp 25.000 Rp 15.000
2 PT Pumas Rp 45.000 Rp 19.000 Rp 8.000 Rp 18.000
3 PT Gelora Rp 50.000 Rp 22.000 Rp 28.000
4 PT Tirta Rp 55.000 Rp 23.000 Rp 9.000 Rp 23.000
5 PT Rodamas Rp 60.000 Rp 11.000 Rp 20.000 Rp 29.000
6 PT Roxy Rp 10.000 Rp 10.000
Jumlah Rp 260.000 Rp 100.000 Rp 80.000 Rp 70.000 Rp 10.000

b. Estimasi Tidak Tertagih


Keterangan Jumlah Estimasi Estimasi Jumlah
Kolom A Kolom B Persentase Tidak Tertagih
Tidak Tertagih Kolom D = B x C
Kolom C
Kurang dari 30 hari Rp 100.000 2% Rp 2.000
30 - 60 hari Rp 80.000 5% Rp 4.000
61 - 90 hari Rp 70.000 10% Rp 7.000
Lebih dari 90 hari Rp 10.000 50% Rp 5.000
Jumlah Rp 260.000 Rp 18.000
Untuk dapat menentukan estimasi jumlah yang tidak tertagih
langkahnya yaitu: (a) melakukan analisa umur piutang seperti yang
terdapat dalam poin a dan (b) mengalikan jumlah masing-masing
kelompok umur piutang dengan asumsi estimasi persentase tidak
tertagih yang telah ditentukan seperti yang ada di poin b kolom C.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa Cadangan
Piutang Ragu-ragu sebesar Rp 18.000. Apabila saldo awal Cadangan

79
Piutang Ragu-ragu sebesar Rp 5.000, maka jurnal yang dibuat adalah
sebagai berikut:

Beban piutang tidak tertagih Rp 13.000


Cadangan Piutang ragu-ragu Rp 13.000

Menghapus Piutang Tidak Tertagih


Perusahaan yang telah mencatat estimasi beban piutang tidak
tertagih dan akhirnya tidak dapat tertagih, karena pada saat pelanggan
dikonformasi ternyata sudah pindah alamat, meninggal dunia dan alasan
lainnya. Oleh karena itu perusahaan harus menghapus akun nasabah
tersebut dan membuat jurnal penyesuaian yaitu mendebet akun
Cadangan Piutang Ragu-ragu dan mengkredit Piutang Dagang.
Penghapusan piutang tersebut tidak mempengaruhi nilai saldo piutang
dagang di neraca, karena sebelumnya telah dibuat estimasi piutang
yang tidak tertagih. Dengan contoh diatas adalah sebagai berikut:
Piutang Dagang Rp 260.000
Cadangan Piutang Ragu-ragu Rp 18.000
Akun piutang yang tidak tertagih – PT Roxy Rp 10.000
Pada saat melakukan penghapusan piutang, perusahaan
membuat jurnal sebagai berikut:
Cadangan Piutang Ragu-ragu Rp 10.000
Piutang Dagang – Roxy Rp 10.000
Untuk membuktikan bahwa penghapusan piutang tersebut tidak
berpengaruh pada saldo piutang, dapat dilihat dalam tabel berikut.
Sebelum Penghapusan Setelah
Penghapusan Penghapusan
Piutang Dagang 260.000 (10.000) 250.000
Dikurangi: Cadangan (18.000) 10.000 (8.000)
Piutang Dagang
Nilai bersih Piutang Dagang 242.000 0 242.000
Sebelum ada penghapusan piutang dagang, nilai bersih saldo
piutang sebesar Rp 242.000 dan dengan adanya penghapusan piutang
dagang sebesar Rp 10.000, maka saldo piutang dagang dan cadangan
piutang dagang harus dikurangi sebesar penghapusan, sehingga saldo
piutang dagang setelah adanya penghapusan adalah Rp 242.000.

Pelunasan atas Piutang Tidak Tertagih yang Telah Dihapus


Dalam praktek dapat terjadi bahwa perusahaan telah menghapus
piutang pelanggan dengan pertimbangan yang dianggap telah cukup.
Namun dalam perkembangan berikutnya, perusahaan mungkin pada
awalnya menerima kabar dari pelanggan yang telah dihapus piutang
dagangnya bahwa yang bersangkutan berjanji akan melunasi atau tidak
informasi sebelumnya dan pelanggan langsung datang melunasi.

80
Dengan contoh seperti yang telah dibahas sebelumnya dapat dijelaskan
sebagai berikut. Jurnal yang dibuat saat PT Roxy memberitahu pada
awal Februari 2008 bahwa bulan April 2008 akan melunasi piutangnya.
Piutang Dagang – PT Roxy Rp 10.000
Cadangan Piutang Ragu-ragu Rp 10.000
Sedangkan jurnal saat menerima uang pelunasan yaitu:
Kas Rp 10.000
Piutang Dagang – PT Roxy Rp 10.000
Dalam melakukan penghapusan piutang dagang dapat
menggunakan metode langsung dengan mendebet akun Beban Piutang
Dagang pada saat diketahui adanya piutang yang tidak dapat ditagih
dan mengkredit akun Piutang Dagang.

Penjualan Piutang
Saldo piutang dagang bersih di neraca perusahaan yang dapat
ditagih umumnya dianggap sebagai jumlah uang tunai yang diharapkan
dapat dikumpulkan selama periode akuntansi normal. Disamping itu
perusahaan juga dapat menjual piutangnya untuk memenuhi kebutuhan
uang tunai. Ada tiga bentuk perjanjian keuangan untuk memperoleh
uang tunai dari penjualan piutang yaitu (1) Penjualan Piutang sebagai
jaminan, (2) Penjualan Piutang dengan Recourse dan (3) Penjualan
Piutang tanpa Recourse. Perbedaan dari ketiga jenis perjanjian itu dapat
dikatakan tidak jelas, namun perjanjian tersebut dievaluasi secara terus
menerus dengan dasar perpindahan resiko pemilikan dan pengendalian
atas piutang.

Piutang Dagang sebagai Janji (Pledge)


Perusahaan yang menjual piutang untuk mendapatkan pinjaman
dan piutang tersebut hanya sebagai janji. Dalam konidisi ini perusahaan
masih mempunyai kewajiban melakukan pencatatan, penagihan atas
piutang dagang yang dijaminkan. Dengan demikian perusahaan tidak
perlu mencatat adanya transfer kepemilikan dan pengendalian piutang
dagang serta risiko. Dalam laporan keuangan perusahaan hanya
memberikan catatan kaki bahwa ada piutang dagang telah dijaminkan
untuk memperoleh pinjaman.
Pada saat perusahaan menerima pinjaman dicatat sebagai utang
seperti biasa dan ketika memperoleh hasil tagihan piutang dagang, dana
tersebut digunakan untuk membayar pinjaman beserta bunganya.
Apabila perusahaan telah melunasi semua pinjamannya, maka
perjanjian penjualan piutang sebagai jaminan di batalkan. Sebaliknya
kalau perusahaan mengalami gagal bayar, maka kreditor mempunyai
hak penuh atas piutang dagang dan menjual untuk melunasi pinjaman
yang telah diberikan ke perusahaan.

81
Piutang Dagang sebagai Jaminan (Assign)
Perusahaan yang menjaminkan piutang dagangnya ke lembaga
keuangan untuk mendapatkan pinjaman, maka dalam hal ini perusahaan
sudah memasuki perjanjian pinjam meminjam. Pinjaman tersebut
biasanya berjangka panjang dan perjanjiannya sudah cukup komplek,
karena mencakup bungan pinjaman, opsi call dan ketentuan lainnya.
Dalam perjanjian pinjaman bentuk jaminan biasanya sudah
mencakup ketentuan yang mengarah pada pembagian resiko atas
piutang dagang yang tidak dapat ditagih dan pemindahan pengendalian
piutang dagang kepada kreditor. Ketentuan ini merupakan bagian yang
membedakan antara pinjaman dengan piutang sebagai janji (pledge)
dan pinjaman dengan piutang dagang sebagai jaminan.
Apabila perusahaan yang meminjam masih menguasai
kepemilikan dan resiko atas piutang dagang yang dijaminkan, maka
perjanjian ini disebut dengan jaminan dengan recourse, artinya apabila
hasil penagihan piutang dagang tidak dapat mencukupi untuk membayar
pinjaman, maka kreditor masih dapat meminta peminjam untuk
menambah kekurangannya. Hal ini merupakan perbedaan utama antara
perjanjian penjualan piutang sebagai jaminan dan perjanjian anjak
piutang (Factoring / sale of Account Receivable) dimana piutang dagang
dijual tanpa recourse dan pembeli piutang menanggung seluruh resiko
atas pemilikan piutang dagang.
Sebagai ilustrasi diberikan contoh bahwa pada 8 Desember 2007
PT Ria Jenaka menjaminkan piutang dagangnya sebesar Rp 2.000.000
ke perusahaan pembiayaan. Perusahaan pembiayaan memberi
pinjaman sebesar 80 % dari piutang dagang yang dijaminkan dengan
memberi beban biaya Rp 80.000. Disamping itu bunga yang harus
dibayar oleh peminjam yaitu 12 % per tahun dari sisa saldo pinjaman.
Jurnal yang dibuat oleh peminjam saat menerima pinjaman adalah:
Kas (80% x Rp 2 jt) – Rp 50.000 Rp 1.550.000
Beban pinjaman Rp 100.000
Utang Wesel (80% x Rp 2 jt) Rp 1.600.000

Piutang Dagang dijaminkan Rp 2.000.000


Piutang Dagang Rp 2.000.000

Pada tanggal 28 Desember PT Ria Jenaka dapat menagih


piutang dagang sebesar Rp 500.000. Hasil penagihan piutang dagang
tersebut digunakan untuk membayar utang wesel dengan beban bunga
selama satu bulan yaitu 1 % ( 12 % : 12 bulan) dan jurnalnya sebagai
berikut:

82
Kas Rp 500.000
Piutang Dagang dijaminkan Rp 500.000

Utang Wesel Rp 500.000


Biaya bunga ( Rp 2 jt x 1 %) Rp 20.000
Kas Rp 520.000
Sehingga pada akhir Deember 2007 saldo piutang dagang dan
utang wesel di neraca PT Ria Jenaka adalah sebagai berikut:
Aktiva Lancar
Piutang Dagang dijaminkan Rp 1.500.000
Utng Lancar
Utang Wesel Rp 1.100.000

Piutang Dagang Dijual (Factoring or Sale)


Perusahaan yang menjual piutang dagangnya ke lembaga
keuangan untuk mendapatkan pinjaman, maka seluruh risiko dan
tanggung jawab berpindah ke kreditor. Dengan demikian perusahaan
menjual piutang dagang tanpa recourse yang berarti bahwa jika piutang
tidak dapat ditagih, maka pembeli piutang dagang tidak dapat meminta
tambahan dana untuk menutup kekurangannya. Dengan cara ini, maka
seluruh cadangan piutang ragu-ragu di debetkan saat penjualan piutang
dagang.
Sebagai ilustrasi, pada akhir Desember PT Bimantara menjual
piutang dagangnya seharga 90 % dari saldo piutang dagang sebesar
Rp 1000.000, Cadangan Piutang Ragu-ragu Rp 20.000 dan dipotong
biaya penjualan sebesar 3 %. Jurnal yang dibuat oleh PT Bimantara saat
menjual adalah:
Kas (90% x Rp1 jt) – Rp 50.000 Rp 850.000
Cadangan Piutang Ragu-ragu Rp 20.000
Potongan Penj (10% xRp1 jt) Rp 100.000
Biaya Penj (3% xRp1 jt) Rp 30.000
Piutang Dagang Rp 1.000.000

Piutang Wesel
Piutang wesel merupakan perjanjian tertulis yang tidak bersyarat
untuk menagih sejumlah uang pada tanggal yang telah ditentukan. Ada
dua ketentuan dalam piutang wesel yang tidak dijumpai dalam piutang
dagang yaitu:
1. Instrumen tersebut di negosisiasi, artinya secara hukum sah dan siap
untuk dipindah tangankan kepada berbagai pihak dan mungkin
digunakan untuk melunasi utang dari pemegang wesel tagih tersebut.
2. Biasanya terkait dengan bunga dan ada pemisahan antara utang
pokok dan bunga.

83
Perusahaan umumnya meminta pembeli untuk menerbitkan wesel
tagih, apabila pembeli mengehendaki untuk menunda pembayaran
utangnya. Piutang wesel biasanya terkait dengan kontrak jangka
panjang. Sedangkan jenis piutang wesel dapat dibedakan menjadi dua
yaitu (a) Piutang wesel berbunga dan (b) piutang wesel tidak berbunga.

Piutang Wesel Berbunga


Piutang wesel yang berbunga maka jumlah pokok (nilai nominal)
dan besarnya tingkat bunga akan tertulis dalam wesel tersebut. Pada
saat perusahaan menerima wesel, maka akan dicatat debet sebagai
Piutang Wesel sebesar nilai nominal. Sebagai contoh, pada tanggal 1
Nopember 2007 PT Pumas menjual secara kredit sebesar Rp 1.000.000
kepada PT Bali dan menerima wesel dengan bunga 12 % untuk jangka
waktu 60 hari. Jurnal yang dibuat saat menerima wesel dan menerima
pelunasannya setelah 60 hari adalah sebagai berikut:
a. Saat menerima wesel
Piutang Wesel Rp. 1.000.000
Penjualan Rp 1.000.000

b.Saat menerima pelunasan


Kas Rp 1.020.000
Piutang Wesel Rp. 1.000.000
Pendapatan bunga (Rp 1 juta x 60x 12%/360) Rp 20.000
Apabila PT Bali pada akhir Deember tidak melunasi wesel
tersebut, maka PT Pumas harus membuat jurnal penyesuaian atas
piutang bunga dan pengakuan pendapatan bunga.

Piutang Wesel Tidak Berbunga


Piutang wesel yang tidak berbunga, maka nilai saat jatuh tempo
besarnya adalah jumlah pokok dan bunga sudah termasuk didalamnya.
Untuk piutang wesel tanpa bunga akan lebih mudah daripada wesel
yang bunganya terpisah dari nilai nominal. Dengan menggunakan
contoh seperti diatas yaitu wesel yang jatuh temponya 31 Desember
2007 bernilai Rp 1.200.000, maka cara mencatatnya adalah:
a. Saat menerima wesel
Piutang Wesel Rp. 1.020.000
Pendapatan bunga Rp 20.000
Penjualan Rp 1.000.000

b.Saat menerima pelunasan


Kas Rp 1.020.000
Piutang Wesel Rp. 1.020.000

84
Pencatatan pendapatan bunga sebesar Rp 20.000 dicatat
sebelum jatuh tempo, walaupun secara tekhnis belum diterima dan hal
ini untuk mempermudah dalam proses akuntansi saja.

Penjulan Piutang Wesel


Suatu saat perusahaan membutuhkan uang tunai, tapi tidak
berminat untuk menambah utang atau menjual atau menjaminkan
piutang dagangnya. Dalam hal ini perusahaan menjual piutang weselnya
ke bank, maka perusahaan memindahkan hak piutang wesel ke bank
dengan recourse. Dengan demikian pelanggan akan membayar
langsung ke bank pada saat jatuh tempo dan perusahaan akan memberi
jaminan apabila pelanggan tidak membayar. Selama periode penjualan
hingga jatuh tempo, piutang wesel masih sebagai utang yang
ditangguhkan bagi perusahaan.
Untuk memberikan gambaran yaitu pada tanggal 31 Agustus
2007, PT Bimantara menjual piutang wesel ke bank dengan diskon
15 %. Piutang wesel diterima perusahan pada tanggal 1 Agustus 2007
untuk jangka waktu 90 hari dan nominal Rp 2.000.000 serta bunga 12 %.
Pelanggan akan membayar weselnya pada tanggal 30 Oktober 2007
saat jatuh tempo. Perhitungan penjualan piutang wesel adalah sebagai
berikut:

Nilai nominal Rp 4.000.000


Bunga hingga jatuh tempo (Rp 4 jt x 12 % x 90 / 360 ) Rp 120.000
Nilai saat jatuh tempo (Nominal + Bunga) Rp 4.120.000
Diskon ( Rp 4.120.000 x 15 % x 60 / 360 ) (Rp 103.000)
60 hari = Jual 31/8 s/d 30/10 Jatuh tempo
Hasil penjualan Rp 4.017.000
Piutang bunga ( Rp 4 jt x 12 % x 30/360) (Rp 40.000)
30 hari = 1/8 s/d 31/8
Nilai nominal (Rp 4.000.000)
Nilai buku wesel (Rp 4.040.000)
Rugi penjualan (Rp 23.000)
Jurnal yang dibuat oleh perusahaan saat menjual piutang wesel
sebagai berikut:
31 Agustus 2007
Piutang bunga Rp 40.000
Pendapatan bunga Rp 40.000
Kas Rp 4.017.000
Rugi penjualan Rp 23.000
Piutang wesel yang dijual Rp 4.000.000
Piutang bunga Rp 40.000

85
Perbedaan antara nilai buku piutang wesel dengan hasil
penjualan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian (gain or loss).
Untuk piutang wesel yang dijual dalam laporan neraca dikurangkan
dengan piutang wesel yang ada.
Pada awal Nopember 2007 bank memberitahu ke PT Bimantara
bahwa wesel tagih yang dijual belum dibayar atau dilunasi dan pihak
bank memberi beban biaya tambahan sebesar Rp 10.000. Jurnal yang
dibuat oleh PT Bimantara adalah sebagai berikut:

Piutang Wesel yang ditolak Rp 4.130.000


Piutang Wesel yang dijual Rp 4.000.000
Piutang wesel Rp 4.000.000
Kas (Rp 4 jt + (Rp 4 jtx.12x90/360)+Rp10.000) Rp 4.130.000

Apabila PT Bimantara tidak dapat menagih piutang wesel yang


ditolak, maka akan diakui sebagai kerugian.

Pertanyaan
1. Sebutkan macam-macam piutang usaha dan perbedaaannya!
2. Jelaskan dua metode untuk mencatat piutang saat terjadinya
potongan tunai penjualan!
3. Jelaskan perbedaan antara metode pencatatan piutang ragu-ragu
dengan menggunakan estimasi dan penghapusan langsung!
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan piutang dagang yang
dijaminkan, piutang dagang sebagai janji dan piutang dagang yang
dijual!
5. Kapan perusahaan mencatat piutang dagang telah berpindah
kepemilikannya dan sebagai utang?
6. Apa yang dimaksud dengan piutang wesel dan perbedaanya
dengan piutang dagang?
7. Apa yang dimaksud dengan wesel tanpa bunga dan wesel
berbunga serta perbedaannya?
8. Apa yang dimaksud dengan piutang wesel yang dijual?
9. Bagaimana cara menentukan hasil penjualan piutang wesel?

Latihan
Pada akhir Juni 2007, Toko Bali Purwokerto mempunyai data piutang
dan penjualan sebagai berikut :
Piutang Dagang Rp 2.000.000
Cadangan Piutang Tidak Tertagih Rp 50.000
Penjualan Rp 100.000.000

86
a. Dalam piutang tersebut terdapat satu pelanggan pekanggan yang
bersaldo Kredit sebesar Rp 5.000.000. Hal ini terjadi karena
kesalahan mencatat pembelian dalam penjualan kredit
b.Berdasarkan perhitungan pengelompokan umur piutang diketahui
bahwa diperkirakan jumlah piutang yang tidak tertagih Rp 75.000
c.Cadangan Piutang Tak Tertagih dalam neraca dinaikan menjadi
Rp 60.000
d.Berdasarkan pengalaman periode sebelumnya diketahui bahwa
Piutang Tak Tertagih 2 % dari penjualan yang terjadi pada periode
tersebut.
e.Berdasarkan hasil konfirmasi piutang diketahui bahwa ada salah
satu pelanggan dengan piutang sebesar Rp 6.000 tidak dapat
ditagih dan alamatnya sudah tidak jelas.
f. Salah satu pelanggan yang piutang sudah dihapus, pada awal bulan
Juni datang ke perusahaan dan memberi kabar bahwa pada tanggal
9 Juni yang bersangkutan akan melunasi piutangnya sebesar
Rp 15.000
Berdasarkan data dan informasi diatas Saudara diminta untuk
membuat jurnal yang diperlukan
2. Menurut laporan keuangan Toko Tlogo Indah Purwokerto ,per 31 Mei
2006 diketahui saldo piutang sbb :
Rek Nama rekening Junlah
131 Piutang Dagang Rp 200.500.000 Dr
132 Cadangan Kerugian Piutang Rp 4.500.000 Cr
133 Piutang pada karyawan Rp 16.500.000 Dr
134 Piutang Wesel Rp 50.000.000 Dr
Informasi yang berhubungan dengan data diatas adalah sebagai
berikut :
a. Dalam saldo tersebut ada piutang bersaldo negatif atas nama
PT Pumas sebesar Rp 12.500.000
b. Debitur atas nama Parmin di Banjarnegara waktu diberi surat
konfirmasi ternyata sudah pergi dan tidak jelas alamatnya dan
nilai tagihannya sebesar Rp 4.500.000
c. Berdasarkan hasil konfirmasi piutang atas debitur yang bernama
Rudi di Teluk menyebutkan bahwa faktur nomor 234 tertanggal
25 Mei 2006 tertulis Rp 10.000.000 hanya sebesar
Rp 6.500.000 karena ada barang yang tidak terkirim
d. Bagian pembukuan yang bernama Sukur yang telah bekerja
selama 24 tahun meminjam uang pada awal Mei sebesar Rp
5.000.000 dan ternyata pada bulan tersebut yang
bersangkutan sakit dan membutuhkan biaya perawatan
Rp 4.000.000 Kebijakan perusahaan yang berjalan sejak 5
tahun yang lalu, menyebutkan bahwa bagi karyawan yang

87
telah bekerja lebih dari 10 tahun memperoleh hak penggantian
biaya pengobatan sebesar 75 % dari pengeluaran
e. Wesel tersebut berbunga 12 % dengan jangka waktu 3 bulan
yang di keluarkan pada tangggal 1 Mei 2006. Pada tanggal 30
Mei 2006 telah dijual dengan diskonto 9 % Disamping itu Toko
Bali juga harus membayar biaya administrasi bank jumlah
pinjaman/Nominal wesel. Perhitungan bunga dengan
menggunakan bulanan, bukan harian
f. Setelah diadakan penyesuaian terhadap saldo piutang dagang
berdasarkan data diatas, maka di diktehui bahwa :
Umur piutang Jumlahnya dari Persentase
saldo piutang yang dapat
dagang ditagih
Kurang dari 30 hari 40% 98%
antara 30 - 60 hari 25% 94%
antara 61 - 90 hari 20% 90%
antara 91 - 120 hari 10% 80%
lebih dari 120 hari 5% 50%
100%
Diminta :
a. Buatlah jurnal yang diperlukan atas data dan informasi di
atas
b. Buatlah laporan saldo Piutang per 31 Mei 2006 yang
dianggap benar

88
BAB 8
PERSEDIAAN: PENENTUAN HARGA
POKOK
Persediaan yang termasuk dalam kategori sebagai aktiva
perusahaan adalah (1) dimiliki untuk dijual dalam periode usaha yang
umum, (2) dalam proses produksi untuk dijual, dan (3) dimiliki untuk
keperluan produksi barang dan jasa yang nantinya untuk dijual.
Persedian yang tidak termasuk dalam kategori tersebut yaitu aktiva yang
tidak diujual dalam periode usaha yang normal seperti surat berharga,
properti atau mesin yang akan dijual oleh perusahaan.
Akuntansi untuk persediaan adalah signifikan karena perolehan,
proses produksi dan penjualan produk merupakan hal yang penting dalam
profitabilitas suatu perusahaan. Harga perolehan dari persediaan umumnya
mempunyai pengaruh yang material dalam neraca perusahaan. Persediaan
akhir untuk satu periode merupakan persediaan awal untuk periode
berikutnya. Harga perolehan persediaan dalam neraca perusahaan akan
berpengaruh pada harga pokok penjualan dan laba bersih untuk periode
yang akan datang. Disamping itu, praktek akuntansi beraneka ragam,
seperti asumsi alternatif harga perolehan alur penerimaan dan prinsip
penilaian adalah sangat banyak digunakan dan kemungkinan mempunyai
pengaruh yang signifikan dalam penilaian aktiva dan penentuan laba bersih.
Dalam bab ini akan dibahas mengenai klasifikasi persediaan, sistem
persediaan fisik dan buku, penentuan kuantitas dan harga peroleh
persediaan serta alternatif harga perolehan alur penerimaan.

Klasifikasi Persediaan
Persediaan barang dalam perusahaan tergantung pada jenis
usahanya atau persediaan barang umumnya dapat mencerminkan jenis
usahanya. Dalam perusahaan grosir atau ritel barang yang akan dijual
dapat disebut sebagai persediaan barang dagangan. Sedangkan
perusahaan manufaktur terdapat tiga jenis persediaan yaitu persediaan
bahan baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang
jadi. Dalam bab ini akan dibahas aliran harga perolehan persediaan dari
kedua jenis usaha tersebut.

Persediaan Bahan Baku


Persediaan bahan baku yang dimaksudkan yaitu barang yang secara
fisik dapat dilihat dan digunakan secara langsung dalam proses
produksi, termasuk yang berasal dari sumber alam, misalnya biji
besi. Disamping itu, bagian dari persediaan bahan baku dan
berfungsi secara tidak langsung dalam proses produksi disebut

89
dengan supplies pabrik, supplies manufaktur atau bahan baku tidak
langsung, contohnya pelumas dan bahan pembersih.

Persediaan Barang Dalam Proses


Persediaan produk atau barang dalam proses termasuk produk yang
sedang diproses dan belum selesai. Komponen biaya yang
terkandung dalam barang tersebut meliputi (1) bahan baku, (2) biaya
tenaga kerja langsung yang digunakan dalam proses produksi, dan
(3) biaya overhead pabrik.

Persediaan Barang Jadi


Persediaan barang jadi merupakan hasil proses produksi yang siap
untuk dijual. Dalam penyajian di neraca persediaan barang jadi harus
dapat ditentukan jumlah unit dan harga pokok per unitnya. Apabila
produk tersebut diperoleh dengan cara membeli atau memproduksi
maka harus dipertimbangkan sebagai harga perolehan seperti biaya
pengangkutan dan pengurangan atas diskon pembelian dan retur
pembelian selama periode akuntansi.

Alternatif Sistem Persediaan


Dalam menentukan jumlah kuantitas persediaan dan harga pokok
dapat menggunakan sistem perpetual (perpetual system) atau sistem
periodik (periodic system)

Sistem Perpetual
Dengan menggunakan sistem perpetual, maka perusahaan harus
melakukan pencatatan secara terus menerus kuantitas fisik
persediaan. Pencatatan persediaan meliputi pembelian, atau
produksi untuk tiap jenis produk secara lengkap dan dapat hanya
dalam unit atau termasuk nilainya. Sistem ini sangat membantu
manajemen dalam membuat perencanaan persediaan, memudahkan
pengawasan persediaan yang sudah habis dan bahkan dapat
mempercepat untuk persiapan pembuatan laporan keuangan karena
persediaan akhir dalam unit dan nilai rupiah sangat mudah dan cepat
diketahui. Dengan berkembangnya tekhnologi komputer, sistem ini
sudah banyak dikembangkan terutama dengan sistem akuntansi
berbasis komputer. Sebagai contoh yaitu program kas register
dengan ”point of sale” yang memungkinkan transaksi penjualan
dapat secara langsung mengurangi persediaan.
Walaupun perusahaan telah menerapkan sistem persediaan perpetual,
perusahaan sebaiknya melakukan perhitungan secara fisik atau stock
opname tiap akhir tahun untuk memastikan bahwa catatan akan sama
dengan hasil perhitungan fisik. Hal ini disebabkan karena dalam

90
prakteknya sering terjadi adanya kesalahan pencatan, penyusutan,
kadarluarsa, rusak, pencurian dan penyebab lainnya.

Sistem Periodik
Perusahaan menggunakan sistem periodik berarti perusahan tidak
pernah melakukan pencatatan secara rutin seperti halnya dalam
sistem perpetual. Untuk mengetahui besarnya persedian dalam unit
atau harga pokok, maka perusahaan perlu melakukan perhitungan
fisik paling tidak tiap akhir tahun. Oleh karena itu untuk dapat
mengetahui harga pokok persediaan barang secara cepat,
perusahaan dapat menggunakan aliran penerimaan. Untuk
menghitung harga pokok penjualan dengan cara mengurangkan
nilai persediaan akhir dengan harga pokok barang yang tersedia
untuk dijual. Jumlah harga pokok barang yang tersedia untuk dijual
adalah jumlah persedian awal ditambah dengan pembelian
(perusahaan dagang) atau jumlah harga pokok hasil produksi
(perusahaan manufaktur). Sistem ini akan cocok untuk perusahaan
yang mempunyai jenis produk yang relatif sedikit.
Untuk menentukan harga pokok penjualan dengan menggunakan sistem
periodik melalui tahapan:
a. menentukan jumlah pembelian bersih = Pembelian +
Biaya pembelian - Potongan pembelian - Retur pembelian
b. menentukan harga pokok penjualan = Persediaan awal +
Pembelian - Persediaan akhir (hasil stock opname)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sistem persediaan periodik
akan dapat menentukan harga pokok penjualan baru dapat diketahui
jika sudah diketahui harga pokok persediaan akhir dengan cara
dilakukan stock opname. Namun untuk sistem persediaan perpetual
harga pokok penjualan dapat diketahui setiap saat jika menggunakan
sistem akuntansi berbasis komputer atau paling lambat pada akhir
bulan.

Kepemilikan Persediaan
Kriteria dalam pemilikan persediaan barang adalah berdasarkan
pengendalian ekonomi dan bukan posisi serta dasar hukum. Barang yang
dibeli seringkali dikirimkan dengan dua alternative yaitu (a) Free on Board
(FOB) shipping point atau (b) Free on Board (FOB) destination.
Apabila barang yang dibeli masih dalam perjalanan pada saat akhir
periode akuntansi, maka dengan ketentuan pengiriman FOB shipping point,
maka pengendalian barang saat sudah berada diatas kapal sudah
berpindah dari penjual ke pembeli. Dengan demikian pembeli sudah harus
mencatat penambahan dalam persediaan dan sebaliknya penjual harus
mengurangi persediaannya.
Sebaliknya, bila pengiriman barang dengan ketentuan FOB
destination, maka perpindahan kepemilikan akan terjadi saat barang sudah

91
sampai ditempat tujuan (gudang) pembeli. Dengan demikian pada saat
barang sampai digudang pembeli, maka penjual dapat mencatat adanya
pengurangan persedian atau pengakuan penjualan dan pihak pembeli juga
sudah dapat mencatat adanya pembelian atau penambahan persediaan
barang. Hal ini berarti bahwa kalau barang masih dalam perjalanan, maka
pengendalian barang masih berada pada penjual dan belum ada
perpindahan kepemilkan.
Pengendalian ekonomi kemungkinan sudah berpindah sebelum atau
sesudah berpindahnya barang secara fisik (dan pemilikan secara sah). Jika
ada kontrak khusus dari pembeli dan barangnya akan diambil dari penjual,
tapi penjual memisahkan sebagian barang pesanan tersebut sebagai
cadangan untuk pembeli yang lain. Pengendalian barang yang dipisahkan
sudah berpindah ke pembeli, sehingga pada akhir periode akuntansi,
penjual harus mengeluarkan barang tersebut dari persediannya dan
pembeli sudah dapat mengakui sebagai persediaan walaupun barangnya
masih berada ditempat penjual.

Penentuan Harga Pokok Persediaan


Harga pokok persediaan adalah harga yang dibayarkan atau
sejumlah uang yang diberikan untuk barang tersebut. Harga pokok
persediaan termasuk pengeluaran yang secara langsung atau tidak
langsung membentuk barang itu atau sampai ke tujuan. Untuk tiap jenis
produk, membeli atau memproduksi harus membuat keputusan apakah tiap
biaya memenuhi kriteria atau tidak. Jika memenuhi kriteria, maka dapat
perusahan dapat mengakui biaya tersebut sebagai persediaan dan jika tidak
memenuhi, maka pengeluaran tersebut dianggap sebagai biaya. Harga beli
persediaan harus termasuk harga faktur (setelah dikurangi potongan)
ditambah pengeluaran yang berhubungan dengan persediaan, seperti biaya
pengangkutan, penerimaan, pengepakan, inspeksi, penyimpanan, asuransi,
penjualan dan pajak serta biaya yang sejenis. Apabila perusahaan membeli
barang tidak satu jenis, maka pengeluaran biaya dialokasikan secara
proporsional untuk tiap jenisnya.

Evaluasi Konseptual dari Dua Metode


Harga pokok persediaan yang benar adalah harga menurut faktur
dikurangi dengan potongan. Oleh karena itu perlakuan kerugian potongan
pembelian dengan menggunakan metode harga neto dianggap sebagai
biaya pada periode tersebut dan tidak dimasukan dalam perhitungan harga
pokok persediaan karena kerugian atas potongan tidak meningkatkan
manfaat pada persediaan. Dengan menggunakan metode harga kotor
(gross price method) dianggap sebagai pengurangan terhadap harga pokok
persediaan. Walaupun apabila ada potongan harga yang tidak
dimanfaatkan, harga pokok persediaan seharusnya diperhitungkan dengan
kerugian potongan. Oleh karena itu, harga pokok persediaan yang benar
adalah selalu dicatat dengan menggunakan metode harga neto, tetapi
dengan menggunakan metode harga kotor hanya kalau semua potongan

92
dimanfaatkan (jurnal penyesuaian dibuat untuk mengeluarkan kerugian
potongan pembelian dari harga pokok persediaan dan biaya tersebut
dianggap sebagai biaya keuangan).
Sebagai contoh, jika perusahaan pada tanggal 1 Desember 2007
membeli barang seharga Rp 5.000 dengan syarat 2/10, n/30 dan tidak
memanfaatkan potongan pembelian. Junral yang dibuat dengan metode
harga kotor dan harga bersih sebagai berikut:

Metode Harga Kotor


Mencatat Persediaan atau Pembelian Rp 5.000
pembelian 1 Des Utang Dagang Rp 5.000
Mencatat Utang Dagang Rp 5.000
pembayaran saat Potongan Pembelian Rp 100
periode diskon 5 Kas Rp 4.900
Des 2007
Mencatat Utang Dagang Rp 5.000
pembayaran diluar Kas Rp 5.000
periode diskon 15
Des 2007
Penyesuaian akhir Tidak ada
periode 31 Des

Metode Harga Neto


Mencatat Persediaan atau Pembelian Rp 4.900
pembelian 1 Des Utang Dagang Rp 4.900
Mencatat Utang Dagang Rp 4.900
pembayaran saat Kas Rp 4.900
periode diskon 5
Des 2007
Mencatat Utang Dagang Rp 4.900
pembayaran diluar Kerugian Potongan Pembelian Rp 100
periode diskon 15 Kas Rp 5.000
Des. 2007
Penyesuaian akhir Kerugian Potongan Pembelian Rp 100
periode 31 Des Utang Dagang Rp 100
Potongan pembelian berbeda dengan potongan dagang. Potongan
dagang diberikan sebelum barang dicatat dalam faktur pembelian, sehingga
tidak berpengaruh pada sistem akuntansi perusahaan.

Pengendalian Aliran Harga Pokok


Perusahan dalam beroperasi bermula dengan beberapa unit produk
sebagai persediaan awal dan kemudian membeli atau memproduksi unit
tambahan selama periode akuntansi. Bersamaan dengan kejadian tersebut
maka dapat disediakan barang yang siap untuk dijual dan selanjutnya
perusahaan melakukan penjualan atau membiarkan produk tersebut

93
sebagai persediaan akhir. Aliran harga pokok yang paling umum digunakan
adalah Identifikasi khusus (Specific Identification), Masuk Pertama Keluar
Pertama (MPKP atau first-in first-out - FIFO), Harga Pokok rata-rata
(Average Cost), dan Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP - Last-in First-
out - LIFO). Untuk dapat mempermudah memberi gambaran tentang
hubungan antar unit produk dengan aliran harga pokok dapat digambarkan
sebagai berikut.

Unit produk dari Unit Produk yang Laporan Laba


periode dijual Rugi
sebelumnya
Unit Produk yang
tersedia untuk
dijual
Pembelian atau Unit Produk yang
Neraca
Produksi tersisa

Harga Pokok Harga Pokok Laporan Laba


Persediaan awal Penjualan Rugi
Harga Pokok
Produk yang
tersedia untuk
dijual
Harga Pokok Harga Pokok
Pembelian atau Persediaan akhir Neraca
Produksi

Identifikasi Khusus
Dengan menggunakan metode identifikasi khusus dalam
menentukan harga pokok persediaan, perusahaan harus mengidentifikasi
tiap unit yang dijual, yang tersisa sebagai persediaan akhir dan memasukan
harga pokok sesungguhnya atas harga pokok penjualan dan persediaan
akhir. Sebagai ilustrasi diberikan contoh perusahaan dagang PT Bali
sebagai berikut:
Persediaan, 1 Mei 100 unit Rp 2.000 per unit = Rp 200.000
Pembelian, 10 Mei 150 unit Rp 2.200 per unit = Rp 330.000
Pembelian, 19 Mei 100 unit Rp 2.400 per unit = Rp 240.000
350 Rp 770.000

Penjualan, 15 Mei -100 unit


Penjualan, 25 Mei -80 unit

Persediaan, 31 Mei 170 unit


Dengan data tersebut, maka harga pokok penjualannya dapat
terdiri dari barang yang dibeli pada tanggal 10 Mei atau 19 Mei dan
harga pokok persediaannya dari barang persediaan awal 1 Mei dan
sebagian pembelian 10 Mei. Hal yang terpenting dalam penggunaan

94
metode identifikasi khusus perusahaan harus mencatat semua barang
yang masuk dan keluar atau memberi kode pada fisik barang, sehingga
akan mempermudah dan mempercepat dalam menentukan perhitungan
harga pokok penjualan dan harga pokok persediaannya.

Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP – FIFO)


Dengan pengendalian aliran barang menggunakan metode masuk
pertama keluar pertama (MPKP), perusahaan memasukan harga pokok
penjualan barang yang dijual berdasarkan harga pokok yang diterima
sebelumnya atau paling awal, dan penetuan harga pokok persediaannya
berdasarkan harga pokok yang relatif terbaru atau belum lama dibeli.
Dengan demikian, barang yang pertama kali masuk adalah pertama kali
ditransfer ke harga pokok penjualan (untuk perusahaan dagang) dan untuk
perusahaan manufaktur bermula dari barang dalam proses,a barang jadi
dan harga pokok penjualan.
Atas dasar contoh dari PT Bali diatas dapat di hitung harga pokok
penjualan dan harga pokok persediaan dengan sistim periodik dan
perpetual sebagai berikut:
SISTIM PERIODIK (FISIK)
Persediaan barang akhir (harus dilakukan stok opname fisik, karena tidak ada kartu
persediaan atau catatan)
Pembelian, 19 Mei 100 unit Rp 2.400 per unit = Rp 240.000
Pembelian, 10 Mei 80 unit Rp 2.200 per unit = Rp 176.000
180 Rp 416.000
Harga Pokok Penjualan = Rp X
Harga Pokok Penjualan = Persediaaan awal + Pembelian - Persediaan akhir
= Rp 200.000 + Rp 570.000 - Rp 416.000
= Rp 354.000

SISTIM PERPETUAL
Harga pokok Penjualan (Sudah diketahui karena ada kartu persediaan atau catatan)
Penjualan, 15 Mei 100 unit Rp 2.000 = Rp 200.000
Penjualan, 25 Mei 70 unit Rp 2.200 = Rp 154.000
170 Rp 354.000
Harga Pokok Persediaan akhir = Rp X
Persediaaan awal + Pembelian - Persediaan akhir (RpX) = Harga Pokok Penjualan
Rp 200.000 + Rp 570.000 - Rp 416.000 = Rp 354.000
Atau
Persediaan akhir = Persediaaan awal + Pembelian - Harga Pokok Penjualan
= Rp 200.000 + Rp 570.000 - Rp 354.000
= Rp 416.000
Dengan metode MPKP perbedaan utama dalam sistim periodik
(fisik) dan sistim perpetual adalah cara menentukan harga pokok
persediaan dan harga pokok penjualan. Kedua system tersebut ternyata
menghasilkan angka yang sama untuk harga pokok persediaan akhir
dan harga pokok penjualan.

95
Harga Pokok Rata-rata
Dengan menggunakan dasar perhitungan harga pokok rata-rata,
perusahaan menganggap bahwa semua harga pokok dan unit dicampur
menjadi satu sehingga tidak ada perbedaan diantara unit yang ada. Pada
saat perusahaan menggunakan sistim persediaan periodik (fisik), metode
rata-rata disebut dengan metode rata-rata tertimbang (weighted average
method). Perhitungan harga pokok per unit didasarkan pada jumlah seluruh
harga pokok persediaan awal, pembelian atau produksi dan persediaan
akhir dibagi dengan jumlah unit tiap harga pokok. Dengan kata lain
penggunaan metode rata-rata tertimbang adalah rata-rata harga pokok per
unit selama satu periode yang diperoleh dengan cara membagi seluruh
harga pokok barang yang tersedia untuk dijual dengan jumlah unit yang
tersedia untuk dijual.
Dengan data dari PT Bali seperti yang telah digunakan sebelumnya,
maka perhitungan harga pokok penjualan dan harga pokok persediaan
dengan metode harga pokok rata-rata dalam sistim persediaan periodik
adalah sebagai berikut.
SISTIM PERIODIK
Persediaan, 1 Mei 100 unit x Rp 2.000 / per unit = Rp 200.000
Pembelian, 10 Mei 150 unit x Rp 2.200 / per unit = Rp 330.000
Pembelian, 19 Mei 100 unit x Rp 2.400 / per unit = Rp 240.000
Barang tersedia dijual 350 Rp 770.000
Jumlah unit yang siap dijual 350 unit
Harga pokok rata-rata = (Harga pokok : Unit) Rp 2.200
Persediaan akhir = 180 unit X Rp 2.200 = Rp 396.000
Persediaaan awal + Pembelian - Persediaan akhir = Harga Pokok Penjualan
Rp 200.000 + Rp 570.000 - Rp 396.000 = Rp 374.000
Atau
Harga Pokok Penjualan = Persediaaan awal + Pembelian - Persediaan akhir
= Rp 200.000 + Rp 570.000 - Rp 396.000
= Rp 374.000 atau per unit Rp 2.200 (Rp 374.000 : 170 unit)
Dengan metode harga pokok rata-rata dalam sistim persediaan
periodik diketahui bahwa harga pokok penjualan dan harga pokok
persediaan per unit sama besarnya yaitu Rp 2.200.
Pada saat perusahaan menggunakan metode rata-rata dengan
sistim persediaan perpetual, tapi disini dikenal dengan metode rata-rata
bergerak (Moving Average Method) karena setiap ada pembelian barang
baru harus dihitung rata-rata harga pokoknya. Untuk dapat memberi
gambaran yang lebih diberikan contoh dibawah ini.

96
SISTIM PERPETUAL
Harga pokok Penjualan
Persediaan, 1 Mei 100 unit x Rp 2.000 = Rp 200.000
Pembelian, 10 Mei 150 unit x Rp 2.200 = Rp 330.000
Neraca 250 unit x Rp 2.120 = Rp 530.000
Penjualan, 15 Mei -100 unit x Rp 2.120 = (Rp 212.000)
Neraca 150 unit x Rp 2.120 = Rp 318.000
Pembelian, 19 Mei 100 unit x Rp 2.400 = Rp 240.000
Neraca 250 unit x Rp 2.232 = Rp 558.000
Penjualan, 25 Mei -70 unit x Rp 2.232 = (Rp 156.240)
Neraca 180 unit x Rp 2.232 = Rp 401.760

Harga Pokok Penjualan -170 unit x Rp 2.166 = Rp 368.240


Harga Pokok Persediaan akhir 180 unit x Rp 2.232 = Rp 401.760

Dengan metode rata-rata dalam sistim persediaan persediaan perpetual


diketahui bahwa harga pokok penjualan dan harga pokok persediaan per
unit tiap ada transaksi penjualan berbeda-beda karena harga beli ada
perubahan. Demikian pula secara total rata-rata harga pokok persediaan
dan penjualan berbeda.
Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP – LIFO)
Dengan menggunakan metode masuk terakhir keluar pertama
(MTKP), perusahaan memasukan hampir seluruh harga pokok pembelian
yang terbaru kedalam harga pokok penjualan. Oleh karena itu, apabila pada
kondisi harga harga pokok naik, maka MTKP akan menghasilkan harga
pokok penjualan yang lebih tinggi. Sedangkan persediaan akhir akan
mendapatkan harga pokok yang lebih rendah karena menggunakan data
harga pokok persediaan awal. Untuk memberikan gambaran dapat
diberikan contoh sebagai berikut.
SISTIM PERIODIK
Persediaan barang akhir (Atas dasar hasil stok opname fisik)
Persediaan, 1 Mei 100 unit x Rp 2.000 / per unit = Rp 200.000
Pembelian, 10 Mei 80 unit x Rp 2.200 / per unit = Rp 176.000
180 Rp 376.000
Harga Pokok Penjualan
Persediaaan awal + Pembelian - Persediaan akhir = Harga Pokok Penjualan
Rp 200.000 + Rp 570.000 - Rp 376.000 = Rp 394.000
Atau
Harga Pokok Penjualan = Persediaaan awal + Pembelian - Persediaan akhir
= Rp 200.000 + Rp 570.000 - Rp 376.000
=Rp394.000

97
SISTIM PERPETUAL
Harga pokok Penjualan
Penjualan, 15 Mei 100 unit x Rp 2.400 / per unit = Rp 240.000
Penjualan, 25 Mei 70 unit x Rp 2.200 / per unit = Rp 154.000
170 Rp 394.000
Harga Pokok Persediaan akhir
Persediaaan awal + Pembelian - Persediaan akhir = Harga Pokok Penjualan
Rp 200.000 + Rp 570.000 - Rp 376.000 = Rp 394.000
Atau
Persediaan akhir = Persediaaan awal + Pembelian - Harga Pokok Penjualan
= Rp 200.000 + Rp 570.000 - Rp 394.000
= Rp 376.000

Dalam metode LIFO hasil perhitungan dengan menggunakan


sistim periodik dan perpetual menghasilkan nilai yang sama untuk harga
pokok persediaan akhir dan harga pokok penjualan.

Perbandingan Metode Penentuan Harga Pokok Persediaan


Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode MPKP, Rata-rata dan
MTKP atas data PT Bali, maka dapat diringkas sebagai berikut:

Harga Pokok
Harga Pokok Persediaan
Metode Barang yang siap
Penjualan akhir
dijual
MPKP, periodic Rp 770.000 Rp 354.000 Rp 416.000
Rata-rata tertimbang, periodik Rp 770.000 Rp 374.000 Rp 396.000
Rata-rata bergerak, perpetual Rp 770.000 Rp 368.240 Rp 401.760
MTKP, periodic Rp 770.000 Rp 394.000 Rp 376.000
MTKP, perpetual Rp 770.000 Rp 378.000 Rp 392.000

Perhitungan diatas menunjukan bahwa metode MPKP


menghasilkan harga pokok penjualan yang terendah dibandingkan hasil
perhitungan dengan metode lainnya, sehingga laba kotornya adalah
terbesar. Disisi lain, harga pokok persediaan akhir menghasilkan
perhitungan yang terbesar, sebab dalam harga pokok persediaannya
terdapat barang yang baru dibeli dengan harga lebih mahal. Sedangkan
harga pokok persediaan akhir yang terendah adalah dengan metode
MTKP dan sebaliknya harga pokok penjualannya adalah yang terbesar,
sehingga laba kotornya menjadi kecil.

98
Pertanyaan
1. Jelaskan akun persediaan yang ada di perusahaan dagang dan
manufaktur!
2. Sebutkan komponen apa saja yang terdapat dalam ketiga jenis
persediaan di perusahaan manufaktur!
3. Jelaskan perbedaan antara sistim persediaan dengan periodik dan
perpetual dalam arti unit dan harga pokok serta berilah contoh
kaitannya dengan barang dalam perjalanan!
4. Jelaskan perbedaan antara pembelian dengan ketentuan FOB
shipping point dan FOB destination!
5. Apa manfaat pengambilan diskon pembelian bagi manajemen, harga
pokok persediaan dan utang dagang?
6. Jelaskan perbedaan yang ada antara metode MPKP, rata-rata dan
MTKP!
7. Pada saat kondisi harga barang mengalami kenaikan, metode mana
yang dianggap baik bagi perusahaan dan mengapa?
8. Mengapa banyak negara tidak mengijinkan penggunaan metode
Latihan MTKP dalam menentukan harga pokok persediaan?

LATIHAN
Salah satu konter di Rita Swalayan Purwokerto pada awal tahun 2007
terdapat persediaan barang sebanyak 100 unit dengan harga per unit
Rp 1.000 Sedangkan transaksi yang terjadi selama Januari - Mei 2007
adalah sebagai berikut :
Tanggal pembelian Jumlah unit Harga per unit
1 Januari 100 1.050
10 Februari 400 1.100
15 Maret 270 1.200
26 April 130 1.300
16 Mei 100 1.350
1.000
Persediaan pada akhir bulan Mei 2007 adalah sebesar 150 unit
Berdasarkan data tersebut saudara diminta untuk menentukan :
i.Persediaan akhir Mei dengan menggunakan metode FIFO, LIFO
dan rata-rata tertimbang
ii.Harga Pokok Penjualan dengan menggunakan metode FIFO, LIFO
dan rata-rata tertimbang
iii.Laba kotor dengan menggunakan metode FIFO, LIFO dan Rata-2
tertimbang dan berilah penjelasan metode mana yang terbaik

99
BAB 9
PERSEDIAAN: PENILAIAN KHUSUS

Pada bab sebelumnya telah dibahas mengenai berbagai metode


penentuan harga pokok persediaan barang dengan dasar harga pokok
historis. Namun dalam kenyataan, dapat terjadi bahwa perusahaan tidak
melaporkan harga pokok persediaan dengan harga pokok historis.
Sebagai alternatifnya digunakan penilaian dengan menggunakan harga
pasar atau harga pokok yang terendah (Lower Cost or Market – LCM),
penilaian diatas harga pokok, dan estimasi harga pokok dengan metode
laba kotor atau metode persediaan ritel.

Harga Pokok atau Harga Pasar yang Lebih Rendah


Dalam prinsip akuntansi yang diterima umum untuk penilaian
dengan harga pokok historis, ditentukan dengan menggunakan metode
penentuan harga pokok yang ada, selanjutnya dimodifikasi dimana
harga pasar persediaan barang milik perusahaan telah mengalami
penurunan hingga dibawah harga pokok historis. Hal ini dapat terjadi
karena ada penurunan harga pokok, kedaluwarsa, atau ada kerusakan
fisik. Penentuan penggunaan harga pokok atau harga pasar yang lebih
rendah mensaratkan perusahaan untuk menurunkan persediaannya
dengan nilai pasar apabila kegunaan persediaan mengalami penurunan.
Kebijakan penurunan nilai persediaan barang oleh perusahaan
dilaporkan sebagai kerugian (biaya) dalam laporan laba rugi karena
penurunan tersebut merupakan kejadian ekonomi dalam periode
tersebut.
Untuk menggunakan harga pokok atau harga pasar yang lebih
rendah perlu membandingkan harga pokok dan harga pasar. Hal ini
bukan berarti harus selalu menggunakan harga pokok pengganti
(replacement cost) yang berlaku dipasar saat ini, namun demikian harga
pasar tertinggi (ceiling) dan terendah (floor) sebagai pembatas nilai
pasar yang ditentukan dengan cara sebagai berikut:
1. Batas Atas (BA) adalah nilai pasar tidak boleh melebihi Nilai Realisasi
Bersih (NRB) atau estimasi harga jual yang terjadi di pasaran umum
dikurangi dengan perkiraan pengeluaran biaya untuk
penyempurnaaan (biaya pengepakan) dan penyelesaian (biaya
kirim/transport) yang logis.
2. Batas Bawah (BB) adalah nilai pasar tidak boleh lebih rendah dari
Nilai Realisasi Bersih (NRB) dikurangi dengan cadangan Profit Margin
(PM) atau markup normal
Kedua batasan ini digunakan untuk menentukan apakah dengan ”nilai
pasar” (harga pokok pengganti - current replacement cost, harga batas

100
atas - ceiling atau harga batas bawah - floor) harus dibandingkan
dengan harga pokok
Penerapan metode harga pasar atau harga pokok yang lebih
rendah harus melalui tiga tahapan yaitu: (1) pilih harga pasar, (2)
bandingkan harga pasar dengan harga pokok, dan (3) laporkan hasil
pemilihan tersebut dalam laporan keuangan seperti diilustrasikan dalam
bagan berikut.

Pemilihan Nilai Bandingkan dengan Laporan hasil


Pasar harga pokok
Harga Batas Atas
(Ceiling Price ) = Neraca : Persediaan
NRB - Biaya) dengan Harga Pasar
Menggunakan harga atau Harga Pokok yang
terendah rendah (LCM)
Harga Pokok
a. Harga Pokok atau
Pengganti
b. pilih nilai pasar
(Replacement Cost)
Laporan Laba Rugi:
Harga Batas Bawah Kerugian bila diakui
(Floor Price ) =
NRB-PM)
Keterangan: NRB = Nilai Realisasi Bersih; pm = Profit Margin; LCM= Lower Cost or
Market / harga pasar atau harga pokok yang terendah

Untuk menentukan harga pasar atau harga pokok yang lebih


rendah seperti yang ada di Gambar 9 – 1 dengan tahapan sebagai
berikut:
1. Menghitung harga pasar yang terdiri dari Harga Pokok Pengganti,
Harga Batas Atas dan Harga Batas Bawah. (Kolom B,C dan D)
2. Pilih ketiga harga pasar tersebut yang posisinya berada ditengah-
tengah. (Kolom E)
3. Berdasarkan pilihan harga pasar diatas (Kolom E) bandingkan dengan
harga pokok (Kolom F) dan pilih yang terendah (Kolom G). Harga
yang dipilih ini nantinya yang akan dimasukan dalam neraca dan
selisihnya ke laporan laba rugi.
4. Selanjutnya kurangkan harga pasar atau harga pokok yang terendah
(Kolom G) dengan harga pokok (Kolom F) dan nantinya akan terjadi
penurunan nilai (Kolom H)
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, maka diberikan
contoh seperti yang ada dibawah ini.
Harga jual Rp16.500
Biaya pengepakan Rp 1.000
Rp 1.500
Biaya pengiriman
Profit margin Rp 4.000

101
Perhitungan harga Batas Atas dan Batas Bawah
Harga jual Rp 16.500
Less: Biaya penyempurnaan (Pengepakan) (Rp 1.000)
Biaya penyelesaian (Pengiriman) (Rp 1.500)
Harga Batas Atas – NRB Rp 14.000
Less: Profit Margin (Rp 4.000)
Harga Batas Bawah -(NRB- PM) Rp 10.000

Gambar: 9 – 1
Harga Pasar atau Harga Pokok yang lebih rendah
Harga Pasar Harga
Pasar atau
Harga Harga Pasar
Harga Harga Harga
Kasus Pokok Harga Batas dengan batas Berkurang
Batas Atas Pokok Pokok
Pengganti Bawah (NBB) NBA dan NBB
(NBA) terendah
saat ini
(LCM)
E= A,B,C yg G = Pilih E
A B C D ditengah- F &F H=G-F
tengah terendah
1 Rp 12.000 Rp 14.000 Rp 10.000 Rp 12.000 Rp 11.000 Rp 11.000 Rp 0
2 Rp 15.000 Rp 14.000 Rp 10.000 Rp 14.000 Rp 11.000 Rp 11.000 Rp 0
3 Rp 7.500 Rp 14.000 Rp 12.000 Rp 12.000 Rp 11.000 Rp 11.000 Rp 0
4 Rp 10.500 Rp 14.000 Rp 10.000 Rp 10.500 Rp 11.000 Rp 10.500 (Rp 500)
5 Rp 10.500 Rp 9.000 Rp 8.000 Rp 9.000 Rp 11.000 Rp 9.000 (Rp 2.000)
6 Rp 8.000 Rp 14.000 Rp 10.000 Rp 10.000 Rp 11.000 Rp 10.000 (Rp 1.000)
Berdasarkan harga pasar yang terdiri dari tiga pilihan yaitu harga
pokok pengganti, harga batas (Ceiling Price) atas dan harga batas
bawah (Floor Price), pilih harga yang berada ditengah-tengah (Kolom E)
dan pilihan tersebut tidak boleh diatas harga batas atas dan tidak boleh
lebih rendah dari batas bawah. Selanjutnya pilihan tersebut (Kolom E)
dibandingkan dengan harga pokok (Kolom F) dan tentukan yang
terendah (Kolom G) yang nantinya akan di laporkan dalam neraca dan
selisihnya kedalam laporan laba rugi.

Penerapan Harga Pokok atau Harga Pasar yang Terendah


Untuk menerapkan metode harga pokok atau harga pasar yang
terendah ada dua ketentuan yaitu:
a.Tiap jenis barang atau kelompok persediaan atau total persediaan
barang
b. Tiap kategori produk
Berikut ini diberikan contoh penggunaan metode harga pokok
atau harga pasar yang terendah dan dengan anggapan tidak ada
persediaan awal.

102
Persediaan Harga Pokok Harga Pasar Individu Kelompok Total
Kelompok A
Produk 1 Rp 2.000 Rp 1.400 Rp 1.400
Produk 2 Rp 2.400 Rp 2.600 Rp 2.400
Rp 4.400 Rp 4.000 Rp 4.000

Kelompok B
Produk 3 Rp 4.000 Rp 4.800 Rp 4.000
Produk 4 Rp 5.000 Rp 4.400 Rp 4.400
Rp 9.000 Rp 9.200 Rp 9.000
Total Rp 13.400 Rp 13.200 Rp 13.200
Penilaian Persediaan Rp 12.200 Rp 13.000 Rp 13.200
Pengakuan kerugian Rp 1.200 Rp 400 Rp 200

Jika perusahaan menetapkan harga pasar atau harga pokok yang


teredah menggunakan dasar tiap produk secara individual, maka nilai
persediaannya adalah Rp 12.200 dan pengakuan kerugiannya sebesar
Rp 1.200 (Rp 12.200 - Rp 13.400). Metode alternatif ini dianggap lebih
konservatif. Jika perusahaan menggunakan dasar kelompok, maka
penilaian persediaan sebesar Rp 13.000 atau ada pengakuan kerugian
sebesar Rp 400 (Rp 13.000 – Rp 13.400). Demikian pula kalau
perusahaan menetapkan nilai persediaan dengan dasar total, maka
nilainya adalah Rp 13.200 atau ada kerugian sebesar Rp 200
(Rp 13.200 – Rp 13.400).

Pencatatan Pengurangan Persediaan terhadap Harga Pasar


Perusahaan diperbolehkan mencatat penurunan harga pokok
persediaan terhadap harga pasar secara langsung dan akun harga
pokok penjualan (metode langsung). Untuk itu sebaiknya menggunakan
akun penilaian persediaan yang terpisah dan cadangan kerugian
(Allowance Method) sehingga pengaruh dari penurunan nilai dapat
diidentifikasi secara jelas. Berikut ini diberikan contoh jurnal dengan
menggunakan metode langsung dan tidak langsung dan metodenya
MPKP serta sistim persediaan periodik.

Harga Pokok Penjualan Harga Pasar


31 Desember 2005 Rp 40,000 Rp 40,000
31 Desember 2006 Rp 50,000 Rp 44,000
31 Desember 2007 Rp 60,000 Rp 56,000

103
Sistem Persediaan Periodik
Keterangan
Metode Langsung Metode Tidak Langsung
31 Desember 2006
1. Mencatat penutupan persediaan awal
Ikhtisar Laba rugi Rp 40.000 Rp 40.000
Persediaan Rp 40.000 Rp 40.000
2. Mencatat penutupan persediaan akhir
Persediaan Rp 44.000 Rp 50.000
Ikhtisar Laba rugi Rp 44.000 Rp 50.000
3. Mencatat persediaan dengan harga pasar
Kerugian karena Penilaian Pasar Tidak dibutuhkan Rp 6.000
Cadangan Penurunan nilai pasar Rp 6.000

31 Desember 2007
1. Mencatat penutupan persediaan awal
Ikhtisar Laba rugi Rp 44.000 Rp 50.000
Persediaan Rp 44.000 Rp 50.000
2. Mencatat penutupan persediaan akhir
Persediaan Rp 56.000 Rp 60.000
Ikhtisar Laba rugi Rp 56.000 Rp 60.000
3. Mencatat persediaan dengan harga pasar
Cadangan Penurunan nilai pasar Tidak dibutuhkan Rp 2.000
Kerugian karena Penilaian Pasar Rp 2.000
Dengan menggunakan metode langsung (Direct Method),
perusahaan memasukan kerugian sebesar Rp 6.000 (Rp 50.000 – Rp
44.000) kedalam persediaan akhir tahun 2006 dan mencatat persediaan
akhir sebesar Rp 44.000 yang berakibat harga pokok penjualan naik
sebesar Rp 6.000. Persediaan akhir tahun 2006 sebesar Rp 44.000
yang nantinya menjadi persediaan awal tahun 2007. Pada akhir tahun
2007 ada penurunan harga sebesar Rp 4.000 (Rp 60.000 – Rp 56.000)
yang berakibat naiknya harga pokok penjualan sebesar Rp 4.000.
Dengan digunakan metode harga pasar atau harga terendah berakibat
adanya penurunan bersih pada tahun 2007 terhadap penurunan harga
pokok penjualan adalah Rp 2.000 dan kenaikan laba kotor sebesar Rp
2.000.
Dengan menggunakan sistem persediaan perpetual dan metode
cadangan akan memberikan informasi lebih lengkap tentang pengaruh
dari harga pokok atau harga pasar yang terendah pada harga pokok
penjualan. Dengan penggunaan metode cadangan perusahaan
mencatat jumlah nilai pasar yang dibawah harga pokok dalam akun
Cadangan, dan memperlihatkan pengaruhnya pada harga pokok
penjualan secara terpisah dalam akun Kerugian (atau Loss Recovery).
Dalam jurnal penutup akhir tahun 2006, perusahaan mencatat
persediaan sebesar harga pokoknya yaitu Rp 50.000 dan mencatat
penurunan nilai Rp 6.000 yang dicatat terpisah dalam akun Kerugian
dan akun Cadangan. Pada akhir tahun 2007, mencatat persediaan
dalam jurnal akhir tahun sebesar harga pokok Rp 60.000. Pengaruh
bersih pada catatan nilai buku persediaan awal sebesar Rp 6.000

104
dibawah harga pokok dan nilai buku persediaan akhir lebih kecil dari
harga pokoknya sebesar Rp 4.000, sehingga harga pokok penjualan
mengalami penurunan sebesar Rp 2.000. Dengan demikian akun
cadangan Rp 4.000 dan pengakuan kerugiannya Rp. 4.000. Pengakuan
kerugian dengan sistem persediaan periodik dan perpetual nantinya
akan menghasilkan jumlah bersih yang sama.
Metode Langsung
2006 2007
Harga Pokok Penjualan Rp 6.000 Rp 4.000
Persediaan Rp 6.000 Rp 4.000
Metode Tidak Langsung/ Cadangan
2006 2007
Kerugian karena Penilain Pasar Rp 6.000 Rp 2.000
Cadangan Penurunan Persediaan Rp 6.000 Rp 2.000
Laporan keuangan dengan metode langsung dan cadangan
untuk metode persediaan periodik seperti yang terlihat dalam Gambar
9–2 dibawah, dengan anggapan pembeliannya adalah Rp 100.000.
Keunggulan dari metode cadangan adalah memberikan gambaran yang
informatif tentang kerugian dalam laporan keuangan perusahaan (bukan
dalam kelompok Luar biasa) dan penyesuaian yang ada di neraca.
Gambar: 9 - 2
Laporan Keuangan Harga Pokok yang lebih rendah
Metode Langsung
Laporan Laba Rugi
2006 2007
Persediaan awal Rp 40.000 Cost Rp 44.000 LCM
Pembelian Rp 100.000 Rp 100.000
Harga Pokok Barang yang tersedia Rp 140.000 Rp 144.000
Dikurangi: Persediaan akhir (Rp 44.000) LCM (Rp 56.000) LCM
Harga Pokok Penjualan Rp 96.000 Rp 88.000
Neraca
31/12/2006 31/12/2007
Persediaan dengan Harga Pokok Rp 44.000 Rp 56.000
atau Pasar terendah
Metode Cadangan (Tidak Langsung)
Laporan Laba Rugi
2006 2007
Persediaan awal Rp 40.000 Cost Rp 50.000 LCM
Pembelian Rp 100.000 Rp 100.000
Harga Pokok Barang yang tersedia Rp 140.000 Rp 150.000
Dikurangi: Persediaan akhir (Rp 50.000) LCM (Rp 60.000) LCM
Harga Pokok Penjualan Rp 90.000 Rp 90.000
Kerugian Rp 6.000 (Rp 2.000)
Harga Pokok Penjualan Rp 96.000 Rp 88.000
Neraca
31/12/2006 31/12/2007
Persediaan dengan Harga Pokok atau Rp 50.000 Rp 60.000
Pasar terendah
Dikurangi: Cadangan penurunan harga (Rp 6.000) (Rp 4.000)
Persediaan pada harga pokok dan Rp 44.000 Rp 56.000
pasar terendah

105
Metode Laba Kotor
Dua metode yang umum penggunaan metode estimasi harga
pokok persediaan adalah (1) metode laba kotor, dan (2) metode
persediaan eceran untuk industri eceran.
Perusahaan menggunakan metode laba kotor untuk
mengestimasi harga pokok persediaan dengan dasar tarif laba kotor
dalam laporan laba rugi untuk periode sebelumnya atas penjualan bersih
periode sekarang. Manfaat penggunaan metode laba kotor antara laian
yaitu:
1. Untuk menentukan harga pokok persediaan pada akhir periode tanpa
perhitungan fisik (stock opname). Perhitungan harga pokok
persediaan melalui perhitungan fisik dalam sistem persediaan periodik
sebaiknya menggunakan metode laba kotor untuk kepentingan
laporan keuangan internal.
2. Untuk mengestimasi harga pokok persediaan yang rusak karena tidak
sengaja, misalnya kebakaran.
3. Untuk melakukan estimasi harga pokok persediaan karena tidak
lengkapnya pencatatan.
4. Untuk membuat anggaran harga pokok penjualan dan persediaan
akhir atas dasar penjualan.
Anggapan utama penggunaan metode laba kotor bahwa
persentase laba kotor perusahaan periode ini tidak berbeda dengan
periode sebelumnya. Apabila ada perbedaan, maka perlu dibuat
penyesuaian. Sedangkan tahapan untuk menggunakan metode laba
kotor adalah:
1. Persentase laba kotor historis dihitung berdasarkan perbandingan
antara laba kotor dengan penjualan bersih periode sebelumnya
2. Laba kotor periode sekarang di hitung dengan cara mengalikan
persentase laba kotor historis dengan realisasi penjualan bersih
sekarang.
3. Hasil perhitungan laba kotor dikurangkan dengan hasil penjualan
bersih sehingga diperoleh harga pokok penjualan.
4. Estimasi harga pokok penjualan tersebut dikurangkan dengan
persediaan barang yang siap dijual (persediaan awal ditambah
pembelian neto) sehingga diperoleh persediaan akhir.
Untuk memberikan gambaran atas penggunaan metode laba
kotor dibeikan contoh sebagai berikut.

106
Gambar: 9 – 3
Estimasi Harga Pokok Persediaan dengan Metode Laba Kotor
Harga pokok persediaan awal Rp 25.000
Pembelian neto Rp 115.000
Penjualan neto Rp 150.000
Estimasi persentase laba kotor 20% (1)

Estimasi Persediaan Akhir


Harga pokok persediaan awal Rp 25.000
Pembelian neto Rp 115.000
Barang yang tersedia untuk dijual Rp 140.000
Dikurangi: Estimasi laba kotor
Penjualan neto Rp 150.000
Persentase Laba Kotor 20%
Estimasi Laba Kotor Rp 30.000 (2)
Harga Pokok Penjualan = Penjualan - Laba Kotor Rp 120.000 (3)
Estimasi haga pokok persediaan akhir Rp 20.000 (4)

Metode Persediaan Eceran


Metode persediaan eceran banyak digunakan untuk melakukan
estimasi harga pokok persediaan apabila terdapat bentuk yang dapat
diobservasi secara berkala antar harga pokok pembelian dengan harga
jual (baik untuk seluruh perusahaan atau departemen tertentu dalam
perusahaan). Metode ini akan cocok di perusahaan eceran dimana
harga umumnya ditentukan diatas harga pokok secara konsisten dan
sistem akuntansi berdasarkan pada nilai eceran dan bukan harga pokok.
Metode persediaan eceran dapat diterapkan dengan berbasis aliran
pengendalian dengan metode rata-rata, MPKP, MTKP dan harga pokok
atau harga pasar yang lebih rendah.
Informasi yang dibutuhkan dalam metode persediaan eceran
adalah:
1. Persediaan awal pada posisi harga pokok dan eceran (bukan grosir)
2. Pembelian barang dengan harga pokok dan eceran (bukan grosir)
3. Perubahan dalam harga jual karena berasal dari tambahan markup
atau markdown
4. Penjualan
Tahapan untuk menggunakan metode harga pokok eceran
dengan aliran pengendalian rata-rata adalah sebagai berikut:
1. Total barang yang tersedia untuk dijual (persedian awal ditambah
pembelian) dihitung berdasarkan harga pokok dan harga jual eceran.
2. Rasio harga pokok dengan harga jual eceran dihitung dengan cara
membagi harga pokok barang yang tersedia untuk dijual dengan nilai
jual atas barang yang siap dijual.

107
3. Persediaan akhir berdasarkan harga jual eceran dihitung dengan jalan
mengurangi hasil penjualan dan barang yang siap untuk dijual
berdasarkan harga jual eceran.
4. Persediaan akhir atas dasar harga pokok dihitung dengan cara
mengalikan jumlah persediaan akhir berdasarkan harga jual eceran
dan rasio harga pokok dengan harga jual eceran.
Berikut ini contoh penggunaan metode harga pokok eceran dengan data
yang relatif sederhana.
Harga Pokok Harga Jual Eceran
Persediaan awal Rp 10,000 Rp 17,000
Pembelian Rp 50,000 Rp 83,000
Penjualan Rp 80,000
Harga pokok persediaan akhir dapat dihitung sebagai berikut:
Harga Pokok Harga Jual Eceran
Persediaan awal Rp 10,000 Rp 17,000
Pembelian Rp 50,000 Rp 83,000
Barang yang siap dijual Rp 60,000 Rp 100,000 (1)
Rasio Harga Pokok dengan Harga Jual =
Rp 60.000 / Rp 100.000 = 0,60 (2)
Dikurangi: Penjualan Rp 80,000
Persediaan akhir atas dasar harga jual eceran Rp 20,000 (3)

Persediaan akhir (harga pokok) = 0.60 x Rp 20,000 = Rp 12.000,- (4)


Metode pesediaan eceran hampir sama dengan metode laba
kotor karena menggunakan persentase keuntungan. Perbedaannya
ialah metode eceran lebih sensitif terhaap perubahan harga, karena
metode tersebut menggunakan estimasi persentase laba periode
sekarang dan metode laba kotor dengan dasar harga periode
sebelumnya. Secara ringkasnya perbedaannya dapat dijelaskan sebagai
berikut:

Metode Laba Kotor Metode Persediaan Eceran


Persediaan awal dengan harga pokok Persediaan awal dengan harga jual eceran
+ Pembelian dengan harga pokok + Pembelian dengan harga jual eceran
= Harga pokok barang siap dijual = Harga jual eceran barang siap dijual
- Harga Pokok Penjualan - Penjualan dengan harga jual eceran
[Penjualan x (1 - Estimasi persentase = Persediaan akhir dengan harga jual eceran
laba kotor)]
X Rasio Harga Pokok dengan Harga Jual Riil
= Persediaan akhir dengan harga pokok = Persediaan akhir dengan harga pokok

Manfaat metode persediaan eceran adalah:


1. Dalam membuat laporan interen, perushaan tidak perlu melakukan
perhitungan fisik barang (stock opname), namun dengan sistem
persediaan apapun sebaiknya perusahaan melakukan perhitungan
fisik.

108
2. Memudahkan perusahan dalam melakukan prosedur pencatatan
karena perusahaan tidak perlu mencatat harga pokok pembelian
secara rinci.
3. Dapat digunakan untuk verifikasi persediaan akhir dengan cara
melakukan stock opname.

Istilah dalam Metode Persediaan Eceran


Harga jual barang yang tersedia untuk dijual adalah harga jual
yang masih orisinil atau asli. Namun dalam perkembangan selanjutnya,
harga jual tersebut sering mengalami perubahan dalam rangka menarik
pelanggan. Ada tujuh istilah yang biasanya digunakan untuk
menggambarkan perubahan yaitu:
1. Markup atau mark-on, merupakan penentuan harga jual awal atau
yang asli (original price) dari harga pokok barang yang siap dijual
2. Markup tambahan (Additional Markup) adalah kenaikan diatas harga
jual awal atau asli (original price).
3. Pembatalan markup (Markup Cancellation) adalah pembatalan atau
pengurangan markup tambahan dan pembatalan tidak boleh lebih
besar daripada tambahan sebelumnya.
4. Markup bersih (Net Markup) adalah total tambahan markup dikurangi
dengan pembatalan markup
5. Markdown adalah penurunan harga jual dibawah harga jual awal atau
asli.
6. Markdown Cancellation ialah kenaikan harga jual setelah dilakukan
markdown. Pembatalan markdown tidak boleh lebih besar daripada
markdown sebelumnya.
7. Net Markdown yaitu total markdown dikurangi dengan pembatalan
markdown.
Sebagai contoh, misalnya perusahaan membeli barang dengan
harga pokok Rp 10.000 dan harga jual ditentukan sebesar Rp 12.000
atau markup sebesar Rp 2.000 atau 20 % (Rp 2.000 / Rp 10.000 x 100
%). Jika perusahaan menaikan harga jualnya menjadi Rp 13.200, maka
ada tambahan markup Rp 1.200. Apabila diketahui harga pasar yang
terendah adalah Rp 11.000, sehingga ada pembatalan markup Rp 1.200
dan markdown Rp 1.000. Apabila haga jual dinaikan dengan Rp. 11.500
, maka pembatalan markdown sebesar Rp 500. Dengan demikian
markup bersih adalah Rp 0 (Rp 1.200 – Rp 1.200) dan markdown bersih
Rp 500 (Rp 1.000 – Rp 500).

Pertanyaan
1. Jelaskan pengertian harga pokok dan harga pasar yang digunakan
dalam ketentuan penilaian harga pokok dan harga pasar yang lebih
rendah!

109
2. Jelaskan tahapan untuk menentukan harga pasar atau harga pokok
yang lebih rendah?
3. Jelaskan perbedaan antara batas atas dan batas bawah yang
digunakan dalam metode harga pasar dan harga pokok yang
terendah!
4. Dalam konidisi seperti apa perusahaan dapat mengantisipasi
penurunan harga?
5. Jelaskan manfaat daripada metode laba kotor?
6. Sebutkan asumsi dasar yang memungkinkan penggunaan metode
laba kotor?
7. Jelaskan kondisi apa yang diperlukan untuk menggunakan metode
persediaan eceran agar dapat memberikan informasi yang valid?
8. Jelaskan perbedaan antara metode laba kotor dan persediaan
eceran dalam menentukan persediaan akhir?
9. Jelaskan perbedaan antara markup dan markdown?

Latihan
Dalam rangka menyusun laporan keuangan tahun 2006, PT Sigma
sebagai distributor barang elektronik telah melakukan stok opname dan
penyajian persediaan dalam neraca menggunakan metode Lower Cost
or Market (LCM). Sedangkan informasi yang ada adalah sebagai berikut
:
Keterangan Produk A Produk B Produk C
- Saldo menurut catatan kartu stok Rp 200 Rp 150 300.00
- Saldo menurut hasil stok opname Rp 195 Rp 140 295.00
( perhitungan fisik ) (Rp 5) (Rp 10) (5.00)
Harga jual per unit Rp 125 Rp 160 130.00
Biaya pengepakan Rp 5 Rp 5 10.00
Biaya pengiriman Rp 10 Rp 15 10.00
Keuntungan kotor dari harga jual 20% 10% 15%
Harga pengganti saat ini per unit Rp 120 Rp 135 90.00
Harga pokok per unit (Book Value ) Rp 115 Rp 122 100.00
Diminta : Buatlah jurnal yang diperlukan atas hasil stok opname dan
perhitungan LCM

110
BAB 10
UTANG LANCAR DAN UTANG
BERSYARAT

Dalam FASB mendefinisikan kewajiban adalah kemungkinan


pengorbanan masa depan atas manfaat ekonomi yang muncul dari
kewajiban saat ini dari suatu entitas tertentu untuk mengalihkan aktiva
atau menyediakan jasa kepada entitas lain dimasa depan sebagai hasil
dari transaksi atau kejadian dimasa lalu.
Berdasarkan pengertian tersebut ada dua hal yang dianggap
penting yaitu kemungkinan dan kewajiban. Kata kemungkinan menunjuk
pada apa yang dapat diharapkan dan dipercaya berdasarkan kenyataan
atau logika. Sedangkan kewajiban menunjuk pada kewajiban secara
hukum atau sosial karena kontrak, janji, tanggung jawab moral atau
lainnya. Dengan kata lain kewajiban itu terkait dengan perjanjian hukum
dan bukan. Sedangkan karakteristik dari pada kewajiban meliputi:
1. Berhubungan dengan kewajiban dan tanggung jawab perusahaan
saat ini kepada pihak lain yang akan diselesaikan dimasa depan
dengan akitva pada tanggal yang telah ditentukan.
2. Kewajiban dan tanggung jawab perusahaan, tanpa ada kebijakan
untuk tidak membayar dimasa depan.
3. Transaksi atau kejadian kewajiban perusahaan telah terjadi.
Dengan karakteristik tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
kewajiban perusahaan tidak dapat dihindari dan sudah terjadi.

Sifat dan Pengertian Kewajiban Lancar


Kewajiban lancar adalah kewajiban yang harus diselesaikan
dalam jangka waktu satu periode akuntansi dengan menggunakan aktiva
lancar perusahaan. Kewajiban lancar yang umumnya dibayar dalam satu
periode akuntansi meliputi utang dagang, utang gaji, dan utang wesel.
Beberapa kewajiban lancar mudah untuk diklasifikasi dan
mempunyai jumlah yang ”contractual” dan yang lainnya sulit diidentifikasi
dimana jumlahnya tergantung pada kegiatan operasi dan jumlahnya
harus diestimasi.

111
Gambar: 10-1
Jenis Kewajiban Lancar
Kewajiban Lancar

Dengan perjanjian/ Jumlah tergantung pada Jumlah harus


kontrak kegiatan operasi diestimasi

Utang Dagang Penjualan dengan Pajak Pajak Properti


Utang Wesel Pajak Penghasilan Jaminan
Perorangan
Utang Jangka Panjang Pajak Penghasilan Kupon dan Premi
Jatuh Tempo Badan
Utang Dividen Bonus Cadangan lainnya
Cadangan
Utang Lain-lain
Penerimaan dimuka

Penilaian Kewajiban Lancar


Perusahaan harus mencatat dan melaporkan kewajiban lancar
dengan nilai sekarang atas pengeluaran dimasa depan, sehingga
laporan tersebut memberikan informasi yang berguna kaitannya dengan
likuiditas. Dalam praktek kewajiban lancar umumnya diukur, dicatat, dan
dilaporkan sebesar nilai jatuh tempo atau nilai nominal. Perbedaaan
yang ada antara nilai nominal atau jatuh tempo dengan nilai sekarang
biasanya tidak material karena jangka waktu pelunasannya tidak lama
atau jangka pendek. Dengan demikian laporan kewajiban lancar akan
cenderung lebih besar daripada yang seharusnya dan hal ini telah di
pertimbangkan dalam kerangka dasar akuntansi kaitannya dengan basis
biaya dan manfaat serta batasan materialilitas.

Kewajiban Lancar Mempunyai Jumlah yang Pasti


Kewajiban lancar yang diklasifikasikan disini merupakan hasil
suatu kontrak atau ketentuan hukum yang berlaku. Dalam hal utang dan
jatuh tempo dianggap sebagai sesuatu yang wajar dan pembahasan
selanjutnya meliputi identifikasi kewajiban, pengukuran dan pencatatan
akun.

Utang Dagang
Utang dagang terjadi karena adanya pembelian persediaan,
supplies kator atau jasa pada pihak lain. Jangka waktu pembayaran
sangat bervariasi yaitu dari 10 hari hingga dua bulan tanpa dikenakan
bunga. Pencatatan utang dagang oleh perusahaan pada saat
diterimanya faktur pembelian dari supplier. Permasalahan dapat terjadi

112
bila dalam pembelian dilakukan pada akhir periode akuntansi, dimana
barang yang diebeli masih berada di perjalanan seperti yang telah
dibahas dalam Bab 8. Oleh karena itu perusahaan harus mencatat
pembelian dan utang dagang selama perusahaan mempunyai hak
pengendalian ekonomi atas barang tersebut.

Utang Wesel
Utang wesel merupakan janji tertulis tanpa sarat untuk membayar
sejumlah uang pada tanggal tertentu. Utang wesel yang dibahas disini
merupakan utang jangka pendek yang terjadi karena transaksi
pembelian barang atau meminjam uang. Utang wesel dapat dibedakan
menjadi dua yaitu utang wesel tanpa bunga atau bunganya sudah
termasuk dalam nilai nominal dan utang wesel dengan bunga yaitu
bunga terpisah dari nilai nominalnya.
UTANG WESEL DENGAN BUNGA Dengan utang wesel berbunga,
maka nilai nominal sebagai nilai sekarang dari pada utang dan dicatat
sebagai utang lancar. Sedangkan biaya bunga dicatat pada saat
membayar wesel atau saat jatuh tempo. Jadi yang dicatat dan
dilaporkan dalam neraca adalah nilai nominalnya. Sebagai contoh,
misalnya PT Rita menggunakan sistem persediaan perpetual dan pada
tanggal 1 September 2007 membeli barang seharga Rp 5.000.000
dengan bunga 12% untuk jangka waktu 30 hari. Pembeli dalam
mencatat pengeluaran utang wesel dan bunganya sebagai beikut:
1 Sept. 2007
Persediaan Rp 5.000.000
Utang Wesel Rp 5.000.000

1 Okt. 2007
Biaya Bunga Rp 50.000
Utang Wesel Rp 5.000.000
Kas Rp 5.050.000
Apabila utang wesel tersebut jatuh temponya melewati akhir periode
akuntansi, maka pada akhir tahun harus dibuat jurnal penyesuaian
tentang bunga yang harus dibayar dan dicatat dalam utang lancar
sebagai Utang Bunga.

UTANG WESEL TANPA BUNGA Dalam utang wesel tanpa bunga, nilai
nominal sudah terkandung didalamnya bunga hingga jatuh tempo dan
diskon (bunga hinga jatuh tempo) digunakan untuk mencatat
pengurangan atas utang lancar. Selanjutnya dibuat penyesuaian atas
diskon kedalam biaya bunga pada saat jatuh tempo utang wesel.
Sebagai ilustrasi diberikan contoh bahwa pada tanggal 1 Desember
2007 PT Bali meminjam uang dari BNI Cabang Purwokerto dengan
menerbitkan wesel tanpa bunga sebesar Rp 100.000.000 untuk jangka

113
waktu 90 hari. Sedangkan jurnal yang dibuat saat menerima uang
adalah:
Kas Rp 97.600.000
Diskon utang wesel Rp 2.400.000
Utang Wesel Rp 100.000.000
Penyajian dalam neraca utang wesel neto berati dikurangi dengan
diskon atau sebesar Rp 97.600.000. Jadi akun diskon utang wesel
digunakan sebagai kontra akun atas utang wesel. Selanjutnya pada
akhir bulan Desember 2007 dibuat jurnal penyesuaian atas diskon
sebagai berikut:
Biaya Bunga (30/90 x Rp2.4 jt) Rp 800.000
Diskon utang wesel Rp 800.000
Penyesuaian tersebut berakibat meningkatkan nilai utang wesel
menjadi Rp 98.400.000 (Rp 97.600.000 + Rp 800.000). Sedangkan
jurnal yang dibuat saat jatuh tempo utang wesel adalah sebagai berikut:

Biaya Bunga (60/90 x Rp2.4 jt) Rp 1.600.000


Diskon utang wesel Rp 1.600.000

Utang Wesel Rp 100.000.000


Kas Rp 100.000.000

Setelah perusahaan membuat jurnal penyesuaian terhadap utang


bunga, maka akun diskon utang wesel nilainya menjadi nol dan nilai
utang wesel yang ada di utang lancar sama besarnya dengan nilai
nominal.

Utang Dividen
Pada saat perusahaan mengumumkan pemberian dividen tunai
atau saham, maka laba ditahan akan mengalami penurunan apabila
pembayarannya dilakukan pada periode yang bersangkutan atau tahun
mendatang. Jurnal yang dibuat yang dibuat adalah di debet Laba
Ditahan dan di kredit Utang Dividen.

Utang Lancar yang Tergantung pada Operasi


Utang lancar ada yang terkait dengan kegiatan usaha
perusahaan, dan jumlahnya tergantung pada usaha tersebut. Utang
tersebut dapat berupa penjualan dan pajak penjualan, pembayaran gaji,
pajak perusahaan dan perjanjian bonus.

Penjualan dan Utang Pajak


Pajak penjualan merupakan pajak yang dikenakan atas transfer
properti dan jasa. Penjual harus mengumpulkan pajak dari pelanggan

114
dan menyetorkannya ke pemerintah tiap bulan. Dalam hal ini terdapat
dua cara yaitu:
a. Pajak penjualan ditambahkan dalam faktur penjualan
Suatu perusahaan menjual barang secar tunai sebesar Rp 100.000
dan pajak penjualan 10%. Dengan demikian perusahaan akan
menerima uang sebesar Rp 110.000 dari pembeli dan jurnalnya
sebagai berikut:

Kas Rp 110.000
Penjualan Rp 100.000
Utang Pajak Penjualan Rp 10.000
Perusahaan sebagai pemungut pajak penjualan dan nantinya
disetorkan ke kantor pajak dengan memperhitungkan jumlah pajak
penjualan yang telah disetorkan atau dipungut oleh pihak lain.
b. Pajak penjualan termasuk dalam harga jual
Dalam kasus ini perusahaan pada saat melakukan penjualan akan
mengkredit penjualan dan didalamnya termasuk utang pajak dan
pada akhir bulan perusahaan harus membuat jurnal penyesuaian.
Sebagai contoh, misalnya pajak penjualan yang dibebankan kepada
pembeli sebesar 10 % dan pada akhir bulan saldo akhir penjualan
sebesar Rp 198.000, maka jurnal penyesuaian atas utang pajak
sebesar Rp 18.000 ( Rp 198.000 : 1,10 ) adalah:

Penjualan Rp 18.000
Utang Pajak Penjualan Rp 18.000

Utang Gaji
Demikian halnya dalam pembayaran gaji pegawai, perusahaan
juga diminta untuk memotong pajak penghasilan perorangan dan bulan
berikutnya harus menyetorkan ke kantor pajak. Namun dalam memotong
pajak penghasilan karyawan sesuai dengan peraturan perpajakan yang
ada dan kemungkinan tidak semua karyawan terkena potongan pajak
penghasilan. Sebagai contoh, pada bulan Desember 2007 perusahaan
membayar gaji karyawan sebesar Rp 5.250.000 dan jumlah potongan
pajak penghasilannya dalah Rp 260.000, maka jurnalnya adalah:

Gaji dan Upah Rp 5.250.000


Utang Pajak Penghasilan karyawan Rp 260.000
Kas Rp 4.990.000

115
Pertanyaan
1. Jelaskan pengertian tentang kewajiban!
2. Jelaskan karakteristik perbedaan daripada kewajiban lancar!
3. Jelaskan pengaruh batasan material terhadap kewajiban lancar!
4. Apa perbedaan antara utang wesel berbunga dan utang wesel tidak
berbunga?
5. Jelaskan perbedaan perlakuan antara pajak penjualan yang sudah
termasuk dalam harga jual dan terpisah dengan harga jual!

Latihan
1. Pada tanggal 31 Maret 2006 PT Ria menerbitkan Wesel tanpa bunga
untuk jangka waktu 2 tahun dengan nilai nominal Rp 11.449.000,-
untuk pembelian supplies kantor. Jurnal transaksi yang dibuat oleh PT
Ria adalah sebagai berikut:
Pembelian Rp 11.449.000,-
Utang Wesel Rp 11.449.000,-
Buatlah jurnal koreksi pada tanggal 31 Maret 2006, akhir tahun buku
dan anggapan tingkat bunga yang berlaku adalah 7 % per tahun
2. Berikut ini data transaksi dari PT Bima Sakti pada tahun 2007
a. Pada tanggal 18 Desember 2007 perusahaan menerima uang muka
atas pesanan yang akan dikirimkan pada bulan Januari tahun
berikutnya.
b. Penjualan bulan Desember 2007 adalah sebesar Rp 210 juta dan
didalamnya termasuk pajak penjualan yang besarnya 10%
c. Pajak penghasilan yang harus dibayar pada akhir tahun adalah Rp
6.200.000,- dan taksiran utang pajak menurut perusahaan adalah
Rp 5.500.000,-
Berdasarkan data tersebut buatlah jurnal yang diperlukan

116
DAFTAR PUSTAKA

Cashin, Feldman et al, 1994, Intermediate Accounting I,


McGraw-Hill, Book Company
FASB, 1980, “Qualitative Caharacteristics of Accounting
Information”, Statement of Financial
Accounting Concepts No. 2, Stanford.Conn
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) , 2004, Standar Akuntansi
Keuangan, Salemba Empat

Kieso, Donalde dan Weygandt, JJ, 1995, Akuntansi


Intermediate, 7 th Ed, Binarupa Aksara

Larson, Wild dan Chiappetta, 2002, Fundamental Accounting


Principles, FAP Sixteenth Ed., MCGraw Hill,
Irwin

Nikolai, Loren A dan Bazley , John D, 2003, Intermediate


Accounting, 9th Ed, Thomson, South Western

Smith, Jay M dan Skousen, K Fred, 1987, Akuntansi


Intermediate, Jilid I & II, Penerbit Erlangga

Zaki Baridwan, 2000, Intermediate Accounting , Edisi 2, BPFE,


Yogyakarta
---- -Cash Flow Statements,
http//eprints.ouls.ox.ac.uk/archive.

117

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai