Anda di halaman 1dari 62

ANALISIS RATIO LIKUIDITAS, RATIO SOLVABILITAS,

RATIO RENTABILITAS PADA KINERJA KEUANGAN


PT. ERNESA PUTRI SEJATI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan


Dalam Rangka Penelitian untuk Penyusunan Karya Tulis Ilmiah
Pada Program Studi Akuntansi

FAHMI RAJA HUSAIN


1892132018

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur dan terima kasih ke hadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah ini. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk

memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas dalam tiga pertemuan

pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Makassar.

Dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mendapat bantuan,

bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan

terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Allah SWT yang selalu membimbing penulis dan melimpahkan penulis

dengan berkat dan karunia yang melimpah, karena tanpa rahmat dan

hidayahnya penulis tidak akan mampu menyelesaikan tugas ini dan tak lupa

penulis lantunkan Sholawat kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang

telah membawah kita dari alam gelap gulita hingga alam terang menderang

seperti saat ini.

2. Dra. Hariany Idris, M. S selaku Dosen Mata Kuliah Analisis Keuangan yang

telah dengan sabar dan penuh perhatian membantu penulis menyelesaikan

tugas ini dengan memberikan masukan. Saran, nasehat, dan pandangan baru

bagi penulis.

3. Kedua Orang tua yang tak pernah lelah memberikan semangat dan selalu

mendoakan penulis hingga tugas ini dapat diselesaikan dengan baik.


4. Teman terbaikku Rui, Takdir, Junaldi,Ahmad Ucok, Guntur, Halik, Abdul,

Kamal, Ikram, Reiza , dan Yuslan yang tak pernah lelah memberi semangat.

5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangannya,

oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga Karya Tulis

Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca.

Sorowako, 10 April 2020

Penulis
Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi Ratio Likuiditas, Ratio


Rentabilitas dan Ratio Solvabilitas pada kinerja keuangan PT Ernesa Putri Sejati
dari tahun 2019 sampai dengan tahun 2020, yaitu dengan menggunakan analisis
keuangan berdasarkan rasio Likuiditas, rasio Rentabilitas dan rasio Solvabilitas.
Analisis rasio Likuiditas merupakan alat analisis laporan keuangan yang
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Dalam hal ini, rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
Likuiditasnya adalah current Ratio dan quick Ratio. Pada tahun 2019 nilai Current
Ratio sebesar 2,62 dan 3,63 untuk tahun 2020.Dalam hal ini Current Ratio
mengalami kenaikan yang signifikan sebesar 1,01. Berdasarkan data tersebut
kemampuan perusahaan untuk melunasi hutangnya besar karena diatas 1. Lalu,
pada quick Ratio pada tahun 2019 sebesar 1,13 dan tahun 2020 sebesar 2,18.
Setelah dianalisis rasio Likuiditas ini mengalami kenaikan. Rasio yang digunakan
untuk mengukur tingkat Solvabilitasnya adalah Debt to Equity Ratio nilai pada
tahun 2019 sebesar 0,36 dan 0,39 pada tahun 2020. Time Interest Earned untuk
mengukur kemampuan operasional perusahaan dalam memberikan proteksi
kepada kreditor jangka panjang, khususnya dalam membayar bunga, digunakan
Ratio time interest earned. Ratio Time Interest Earned PT. Ernesa Putri Sejati
untuk tahun 2020 adalah 8,65 kali (61.286/7.087). Tidak ada pedoman pasti
tentang besarnya angka Ratio ini yang dikatakan baik. Pada umumnya, laba
dipandang cukup untuk melindungi kreditor bila Ratio ini besarnya 2 kali atau
lebih. Ratio Return On Investment merupakan terminologi yang luas dari Ratio
yang digunakan untuk mengukur hubungan antara laba yang diperoleh dan
investasi yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut Analisis Ratio
Rentabilitas digunakan perusahaan untuk mengukur penilaian terhadap kondisi
dan kemampuan bank untuk mendukung kegiatan operasional dan
permodalannya. Ratio yang digunakan untuk mengukur tingkat Rentabilitas
adalah ROA dan ROE. Pada tahun 2020 nilai ROA sebesar 6,85%,Lalu nilai ROE
pada tahun 2020 sebesar 8,32%. Dari hasil tersebut, dapat dianalisis bahwa nilai
Rentabilitas perusahaan mengalami kenaikan. Sedangkan analisis Ratio
Solvabilitas digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan
dibiayai dengan hutang.

Kata kunci: Ratio Likuiditas, Rentabilitas dan Solvabilitas


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
Abstrak 4
DAFTAR ISI 5
BAB I PENDAHULUAN 7
A. Latar Belakang Masalah 7
B. Rumusan Masalah 8
C. Tujuan Penelitian 8
D. Hipotesis 9
BAB II LANDASAN TEORI 10
A. Laporan Keuangan 10
1. Pengertian Laporan Keuangan 10
2. Tujuan Laporan Keuangan 11
B. Analisis Rasio Keuangan 15
1. Pengertian Laporan Posisi Keuangan 15
2. Tujuan dan Manfaat Analisis Laporan Keuangan 16
C. Teknik Analisis Laporan Keuangan 18
1. Rasio Likuiditas 18
2. Rasio Solvabilitas 22
3. Rasio Rentabilitas 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32
A. Jenis Penelitian 32
B. Sumber Data 32
C. Metode dan Teknik Pengumpulan Data 32
D. Jenis Data 33
E. Metode Analisis Data 33
BAB IV ANALISIS DATA DAN METODE PENELITIAN 34
A. Analisis Rasio Keuangan 34
1. Ratio Likuiditas 34
2. Ratio Solvabilitas 37
3. Ratio Rentabilitas 38
BAB 5 PEMBAHASAN 46
A. Rasio Likuiditas 46
1. Rasio Lancar (Current Ratio) 46
2. Rasio Sangat Lancar atau Rasio Cepat (Quick Ratio atau Acid Test Ratio)
47
3. Perputaran Piutang (Accounnt Receivable Turnover) 47
4. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) 48
B. Ratio Solvabilitas 50
1. Rasio Utang terhadap Modal (Debt to Equity Ratio) 50
2. Time Interest Earned 50
C. Ratio Rentabilitas 51
1. Ratio Return On Investment 51
2. Ratio Pemanfaatan Aset (Assets Utilization) 52
BAB 6 PENUTUP 56
A. Kesimpulan 56
DAFTAR PUSTAKA 59
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara umum tujuan perusahaan adalah mendapatkan laba atau profit

dan tujuan panjangnya adalah kelangsungan hidup perusahaan, yaitu

perusahaan akan bisa bertahan hidup dan berkembang apabila perusahaan

tersebut mampu menghasilkan laba sesuai target dan tidak mengalami

kerugian yang terus menerus. Apabila suatu perusahaan ingin berhasil

sesuai tujuan yang telah direncanakan, maka harus tersedia dana yang cukup

untuk membelanjai seluruh kegiatan seharihari serta dapat membiayai

pengembangan (ekspansi) yang direncanakan perusahaan, serta dapat

menyelesaikan kewajibannya. Pada dasarnya penilaian kinerja keuangan

yang dilakukan PT. Ernesa Putri Sejati bertujuan untuk mengevaluasi

kinerja keuangan pada masa yang lalu, dengan melakukan berbagai analisis,

sehingga diperoleh posisi keuangan perusahaan yang mewakili realitas

perusahaan dan potensi kinerja yang akan berlanjut. Aspek-aspek yang

dinilai dalam rasio keuangan bank meliputi aspek-aspek permodalan,

kualitas aktiva produktif, Likuiditas, Rentabilitas, Solvabilitas, dan

kepatuhan. Aspek-aspek tersebut saling terkait dan saling mempengaruhi

satu dengan yang lainnya. Namun, karena keterbatasan penulis maka yang

dibahas dalam skripsi ini hanya menyangkut aspek Likuiditas, Rentabilitas,

dan aspek Solvabilitas. Ketiga aspek tersebut dianggap dapat mewakili


kebutuhan pengguna laporan keuangan. Dari analisis yang dilakukan

terhadap laporan keuangan dapat diketahui prestasi dan kelemahan yang

dimiliki perusahaan sehingga pihak-pihak yang berkepentingan dapat

menggunakannya sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan

keputusan. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengangkat

dan membahas karya tulis diatas dengan judul “Analisis Ratio Likuiditas,

Ratio Rentabilitas, Ratio Solvabilitas Pada Kinerja Keuangan PT. Ernesa

Putri Sejati”.

B. Rumusan Masalah

Hal yang sangat penting sebelum melakukan penelitian adalah

mengidentifikasi permasalahan yang akan diteliti. Adapun identifikasi dari

permasalahan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana penilaian Ratio Likuiditas, Rentabilitas, dan Ratio

Solvabilitas pada kinerja keuangan PT Ernesa Putri Sejati ?

2. Apakah Ratio-Ratio Likuiditas, Rentabilitas, Solvabilitas perusahaan

mengalami peningkatan atau penurunan selama tahun 2019 sampai

dengan tahun 2020?

C. Tujuan Penelitian

Adapun manfaat penelitian di PT Ernesa Putri Sejati dengan tujuan

untuk mengetahui bagaimana perubahan atau perkembangan kinerja

keuangan perusahaan berdasarkan Ratio likuidaitas, Rentabilitas, dan

Solvabilitas dari tahun 2020 sampai dengan 2020


D. Hipotesis

Menurut Muhammad Teguh (2008: 64),“Hipotesis merupakan

pendapat, jawaban atau dugaan sifatnya sementara dari suatu persoalan yang

diajukan dan kebenarannya masih perlu dibuktikan lebih lanjut.

”Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka dapat dibuat jawaban sementara bahwa “Ratio

Likuiditas, Rentabilitas, Solvabilitas pada kinerja keuangan PT Ernesa Putri

Sejati mengalami peningkatan”


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Laporan Keuangan

1. Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Darminto (2019) laporan keuangan merupakan objek dari

analisis terhadap keuangan, memahami latar belakang penyusunan dan

penyajian laporan keuangan yang merupakan langkah yang sangat

penting sebelum menganalisis laporan keuangan itu sendiri.

Menurut Kasmir (2016), laporan keuangan adalah suatu informasi yang

lengkap, biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan

ekuitas, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam

berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas/laporan arus dana),

catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian

integral laporan keuangan.

Menurut Sutrisno (2013), laporan keuangan merupakan hasil akhir dari

proses akhir akuntansi yang meliputi dua laporan utama yakni neraca dan

laporan laba rugi.

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa laporan

keuangan yaitu objek dari analisis terhadap laporan keuangaan yang

mempunyai informasi lengkap, yang meliputi laporan laba rugi, laporan

posisi keuangan, laporan perubahan ekuitas dan merupakan metode yang

membantu para pengambil keputusan untuk mengetahui kekuatan dan

kelemahan perusahaan.
2. Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Darminto (2019), tujuan laporan keuangan untuk menyediakan

informasi yang menyangkut posisi keuangan,kinerja dan perubahan

posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar

pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Informasi mengenai

posos keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan sangat

diperlukan untuk dapat melakukan evaluasi atas kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan kas (dan setara kas), dan waktu serta kepastian dari

hal tersebut.

Menurut Kasmir (2016), tujuan pembuatan atau penyusunan laporan

keuangan adalah :

a. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang

dimiliki perusahaan pada saat ini.

b. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal

yang dimiliki perusahaan pada saat ini.

c. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang

diperoleh pada suatu peride tertentu.

d. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang

dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.

e. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi

terhadap aktiva, passiva, dan modal perusahaan.

f. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam

suatu periode.
g. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan.

h. Informasi keuangan lainnya.

Pada sebuah organisasi bisnis atau perusahaan, laporan keuangan dapat

memberikan gambaran tentang kondisi keuangan perusahaan saat

dikeluarkannya laporan tersebut, dan bagi mereka yang mempunyai

kepentingan terhadap perkembangan serta kemajuan suatu perusahaan

sangatlah penting untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan.

Adapun para pemakai laporan keuangan ini menggunakan laporan

keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda,

yaitu:

a. Investor

Para investor berkepentingan terhadap risiko yang melekat dan hasil

pengembangan dari investasi yang dilakukannya. Investor ini

membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus

membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Selain itu, mereka

juga tertarik pada informasi yang memungkinkan melakukan penilaian

terhadap kemampuan perusahaan dalam membayar dividen.


b. Kreditor (pemberi pinjaman)

Para kreditor tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan

mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat

dibayar pada saat jatuh tempo.

c. Pemasok dan kreditor usaha lainnya

Pemasok dan kreditur usaha lainnya tertarik dengan informasi yang

memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang

terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo.

d. Para pemegang saham

Para pemegang saham berkepentingan dengan informasi mengenai

kemajuan perusahaan pembagian keuntungan yang akan diperoleh,

dan penambahan modal untuk businness plan lainnya.

e. Pelanggan

Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai

kelangsungan hidup persuhaan, terutama kalau mereka terlibat dalam

perjanjian jangka penjang dengan atau bergantung pada perusahaan.

f. Pemerintah

Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaannya

berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan oleh karenanya

berkepentingan dengan aktivitas perusahaan.

Menurut Darminto (2019), karakterisitik kualitatif laporan keuangan

merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan


tersebut berguna bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan

ekonomi. Karakteristik kualitatif laporan keuangan ini meliputi:

a. Dapat dipahami

Kualitas penting informasi yang ditampug dalam laporan keuangan

adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh para

pemakai. Dalam hal ini, para pemakasi diasumsikan memiliki

pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis,

akuntansi serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan

ketekunan yang wajar.

b. Relevan

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan

para pemakai dalam prose pengambilan keputusan. Informasi

memiliki kualitas relevan apabila informasi tersebut dapat

mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu

mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, dan masa depan,

menegaskan atau mengoreksi, hasil evaluasi mereka dimasa lalu.

c. Keandalan

Agar bermanfaat, informasi juga harus andal. Informasi mempunyai

kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan

material dan dapat diandalkan pemaikaiannya sebagai penyajian yang

tulus dan jujur dari yang seharusnya disajikan atau secara wajar

diharapkan dapat disajikan.


d. Dapat dibandingkan

Para pemakai laporan keuangan harus dapat memperbandingkan

laporan keuangan perusahaan antarperiode, untuk mengidentifikasi

kecenderungan posisi keuangan dan kinerja perusahaan. Selain itu,

pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar

perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta

perubahan posisi keuangan secara relatif.

B. Analisis Rasio Keuangan

1. Pengertian Laporan Posisi Keuangan

Menurut Hery (2015), analisis laporan keuanga merupakan suatu proses

untuk membedah laporan keuangan kedalam unsur-unsur dan menelaah

masing-masing dari unsur tersebut dengan tujuan untuk memperoleh

pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas laporan keuangan itu

sendiri.

Menurut Darminto (2019), suatu rasio mengungkapkan hubungan

matematik antara suatu jumlah dengan jumlah lainnya, atau

perbandingan antara saru pos dengan pos lainnya. Suatu rasio akan

menjadi bermanfaat, bila rasio tersebut memang memperlihatkan suatu

hubungan yang mempunyai makna. Rasio merupakan teknik analisis

laporan keuangan yang paling banyak digunakan. Rasio ini merupakan


alat analisis yang dapat memberikan jalan keluar dan menggambarkan

simptom (gejala-gejala yang tampak) suatu keadaan.

2. Tujuan dan Manfaat Analisis Laporan Keuangan

Menurut Hery (2015) secara umum, tujuan dan manfaat analisis laporan

keuangan yaitu:

a. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode

tertentu, baik aset, liabilitas, ekuitas, maupun hasil usaha yang telah

dicapai selama beberapa periode.

b. Untuk mengetahui kelemahan-kelemanah yang menjadi kekurangan

perusahaan.

c. Untuk menentukan langkah-langkah perbaikan yang perlu dilakukan di

masa mendatang, khususnya yang berkaitan dengan posisi keuangan

perusahaan saat ini.

d. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang menjadi keunggulan

perusahaan

e. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen.

f. Sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis, terutama mengenai

hasil yang telah dicapai.

Menurut Darminto (2019), dalam hubungannya dengan keputusan yang

diambil oleh perusahaan, analisis rasio ini bertujua untuk melalui

efektivitas keputusan yang telah diambil oleh perusahaan dala rangka

menjalanlan aktivitas usahanya. Untuk dapat menilai efektivitas ketiga

keputusan tersebut yang pada akhirnya dapat memperoleh informasi


mengenai kekuatan dan kelemahan perusahaan, maka analisis laporan

keuangan perlu diarahkan pada lima area analisis, yaitu :

a. Likuiditas, yang mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam

memenuhi liabilitas jangka pendeknya.

b. Solvabilitas (struktur modal), yang mengukur kemampuan suatu

perusahaan dalam memenuhi liabilitas jangka panjangnya atau

mengukur tingkat proteksi kreditor jangka panjang.

c. Return On Investment, yang mengukur tingkat investasi yang telah

dilakukan oleh perusahaan.

d. Pemanfaatan aset, yang mengukur efisensi dan efektivitas

pemanfaatan setiap aset yang dimiliki perusahaan.

e. Kinerja operasi yang mengukur efisiensi operasi perusahaan.

Menurut Prastowo & Julianti (2005), metode analisis laporan keuangan

dapat diklasifikasikan menjadi dua klasifikasi, yaitu:

a. Metode Analisis Horizontal (dinamis)

Metode ini adalah analisis yang dilakukan dengan cara

membandingkan lapran keuangan untuk beberapa tahun (periode),

sehingga dapat diketahui perkebangan dan kecenderungannya.

Disebut analisis horizontal karena analisis ini membandingkan pos

yang sama untuk tahun atau periode yang berbeda. Disebut metode

dinamis karena metode ini bergerak dari tahun ketahun (periode).


b. Metode Analisis Vertikal (Statis)

Yaitu, metode analisis yang dilakukan dengan cara menganalisis

laporan keuangan pada tahun (periode) tertentu, yaitu dengan cara

membandingkan pos satu dengan pos lainnya pada laporan yang sama

untuk tahun (periode) yang sama. Disebut metode statis karena

metode ini hanya membandingkan pos-pos laporan keuangan pada

periode yang sama.

C. Teknik Analisis Laporan Keuangan

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis rasio.

Analisis rasio merupakan bagian dari analisis keuangan. Analisis rasio

adalah analisis yang dilakukan dengan menghubungkan berbagu perkiraan

yang ada pada laporan keuangan dalam bentuk rasio keuangan. Analisis

rasio keuangan ini dapat mengungkapkan hubungan yang penting antar

perkiraan laporan keuangan dan dapat digunakan untuk mengevaluasi

kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Analisis rasio merupakan salah

satu alat analisis keuangan yang paling populer yang digunakan dalam

penelitian ini adalah rasio likuidiras, rasio Solvabilitas, dan rasio

Rentabilitas.

1. Rasio Likuiditas
Rasio Likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan

dalam memenuhi kewajiban atau membayar utang jangka pendeknya.

Dengan kata lain, rasio Likuiditas adalah rasio yang dapat digunakan

untuk mengukur sampai seberapa jauh tingkat kemampuan untuk

melunasi kewajiban jangka pendeknya yang akan segera jatuh tempo.

Jika perusahaan memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban jangka

pendeknya pada saaat jatuh tempo. Maka perusahaan tersebut dikatakan

sebai perusahaan likuid. Sebaliknya, jika perusahaan tidak memiliki

kemampuan untuk melunasi kewajiban jangka pendjknya yang akan

segera jatuh tempo, maka perusahaan tersebut dikatakan sebagai

perusahaan yang tidak likuid. Untuk dapat memenuhi kewajiban jangka

pendeknya yang akan segera jatuh tempo. Perusahaan harus memiliki

ketersediaan jumlah kas yang baik atau aset lancar lainnya yang juga

dapat dengan segera dikonversi atau diubah menjadi kas Hery (2015).

Rasio Likuiditas yang digunakan adalah :

a. Ratio lancar (Current Ratio)

Rasio Lancar merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam memnuhi kewajiban jangka pendeknya

yang segera jatuh tempo dengan menggunakan total aset lancar yang

tersedia. Dengan kata lain, rasio lancar ini menggambarkan seberapa

besar jumlah ketersediaan aset lancar yang dimiliki oleh perusahaan

dibandingkan dengan total kewajiban lancar. Oleh sebab itu, rasio

lancar dihitung sebagai hasil bagi antara total aset lancar sengan total
kewajiban lancar. Berdasarkan hasil perhitungan rasio, perusahaan

yang memiliki rasio lancar yang kecil mengindikasikan bahwa

perusahaan tersebut memiliki modal kerja (aset lancar) yang sedikit

untuk membayar kewajiban jangka pendeknya. Sebaliknya, apabila

perusahaan memiliki rasio lancar yang tinggi belum tentu perusahaan

tersebut dikatakan baik Hery (2015).

Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung rasio lancar :

Current Rasio =

b. Ratio Sangat Lancar Atau Rasio Cepat (Quick Ratio atau Acid Test

Ratio)

Rasio sangat lancar atau rasio cepat merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban

jangka pendeknya yang segera jatuh tempo dengan menggunakan aset

sangat lancar (kas + sekuritas jangka pendek + piutang), tidak

termaksuk persediaan barang dagang dan aset lancar lainnya. Dengan

kata lain, rasio sangat lancar ini menggambarkan seberapa besar

jumlah ketersediaan aset sangat lancar (di luar persediaan barang

dagang dan aset lancar lainnya) yang dimiliki perusahaan

dibandingkan dengan total kewajiban lancar. Oleh sebab itu, rasio

sangat lancar ini dihitung sebagai hasil bagi antara aset sangat lancar

(aset yang dapat dengan segera di konversi menjadi kas tanpa

mengalami kesulitan) dengan total kewajiban lancar Hery (2015).


Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung rasio sangat

lancar atau rasio cepat:

Quick Ratio =

Quick Ratio =

c. Perputaran Piutang (Account Receivable Turnover)

Ratio perputaran piutang ini biasanya digunakan dalam hubungannya

dengan analisis terhadap modal kerja, karena memberikan ukuran

kasar tentang seberapa cepat piutang perusahaan berputar menjadi kas.

Angka jumlah hari piutang ini menggambarkan lamanya suatu piutang

bisa ditagih (jangka waktu pelunasan/penagihan piutang). Darminto

(2019).

Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung perputaran

piutang:

Perputaran Piutang =

Jumlah hari Piutang =

d. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)

Rasio perputaran persediaan mengukur berapa kali persediaan

perusahaan telah dijual selama periode tertentu, misalnya selama

tahun tertentu. Ratio perputaran persediaan dan jumlah hari persedian.

Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung perputaran

persediaan:

Perputaran Persediaan =
Jumlah hari Persediaan =

2. Rasio Solvabilitas

Rasio Solvabilitas atau rasio leverage merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukur sejauh mana aset perusahaan dibiayai dengan utang.

Dengan kata lain, rasio solvabilitas atau rasio leverage merupakan rasio

yang digunakan untuk mengukur seberapa besar beban utang yang akan

harus ditanggung perusahaan dalam rangka pemenuhan aset. Dalam arti

luas, rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya, baik kewajiban

jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang.

Perusahaan dengan rasio solvabilitas yang tinggi (memiliki utang yang

besar) dapat berdampak pada timbulnya risiko keuangan yang besar,

tetapi juga memiliki peluang yang besar pula untuk menghasilkan laba

yang tinggi. Sebaliknya, perusahaan dengan rasio solvabilitas yang

rendah memiliki risiko keuangan yang kecil, tetapi juga mungkin

memiliki peluang yang kecil pula untuk menghasilkan laba yang besar

Hery (2015).

Rasio solvabilitas yang digunakan adalah:

a. Rasio Utang terhadap Modal (Debt to Equity Ratio)

Rasio utang terhadap modal merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur besarnya proporsi utang terhadap modal. Rasio ini dihitung


sebagai hasil bagi antara total uang dengan modal. Rasio ini berguna

untuk mengetahui besarnya perbandingan antara jumlah dana yang

disediakan oleh kreditur dengan jumlah dana yang berasal dari

pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk

mengetahui berapa bagian dari setiap modal yang dijadikan sebagai

jaminan utang. Rasio ini memberikan petunjuk umum tentang

kelayakan kredit dan risiko keuangan debitur.

Memberikan pinjaman kepada debitur yang memiliki tingkat debt to

equity rasio yang tinggi menimbulkan konsukuensi bagi kreditor

untuk menanggung risiko yang lebih besar pada saat debitur

mengalami kegagalan keuangan. Hal ini tentu saja sangat tidak

menguntungkan bagi kreditor. Sebaliknya, apabila kreditor

memberikan pinjaman kepada debitur yang memiliki tingkat debt to

equity Ratio yang rendah (yang berarti tingginya tingkat pendanaan

debitur yang berasal dari modal pemilik) maka hal ini dapat

mengurangi risiko kreditor (dengan adanya batas pengamanan yang

besar) pada saat debitur mengalami kegagalan keuangan. Semakin

tinggi debt to equity Ratio maka berarti semakin kecil jumlah modal

pemilik yang dapat dijadikan sebgian jaminan utang Hery (2015).

Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung rasio utang

terhadap modal:

Debt to Equity Ratio =


b. Time Interest Earned

Untuk mengukur kemampuan operasi perusahaan dalam memberikan

proteksi kepada kreditor jangka pangjang, khususnya dalam

membayar bunga, digunakan ratio time interest earned Darminto

(2019).

Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung rasio utang

terhadap modal:

Time Interest Earned =

3. Rasio Rentabilitas

Menurut (Veithzal, 2007), “Rasio rentabilitas merupakan penilaian

terhadap kondisi dan kemampuan bank untuk mendukung kegiatan

operasionalnya dan permodalan.” Rasio yang sering digunakan untuk

menghitung Rentabilitas perusahaan. Rasio rentabilitas yang digunakan

adalah:

a. Ratio Return On Investment

Manajer perusahaan mempunyai dua tanggung jawab, yaitu tanggung

jawab untuk memperoleh dana untuk membiayai aset dan tanggung

jawab untuk menggunakan aset yang dimiliki perusahaan dalam

rangka memperoleh penghasilan. Return On Investment mengukur


tingkat kembalian investasi yang telah dilakukan oleh perusahan, baik

dengan menggunakan total aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut

maupun dengan menggunakan dana yang berasal dari pemilik

(modal).

Return on investment merupakan terminologi yang luas dari ratio

yang digunakan untuk mengukur hubungan antara laba yang diperoleh

dan investasi yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut.

Sesuai dengan investasi mana yang digunakan, ratio ini dibagi

menjadi dua, yaitu return on total assets (ROA) dan return on equity

(ROE) Darminto (2019)

b. Return On Total Assets (ROA)

Return on total assets mengukur kemampuan perusahaan dalam

memanfaatkan aset untuk memperoleh laba. Ratio ini mengukur

tingkat kembalian investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan

dengan menggunakan seluruh dana (aset) yang dimilikinya. Ratio ini

dapat diperbandingkan dengan tingkat bunga bank yang berlaku

Darminto (2019). Berikut adalah rumus yang digunakan untuk

menghitung Ratio on total assets:

Return On Total Assets =

Apabila kita ingin melihat tingkat investasi dengan menggunakan

dana yang berasal dari pemilik perusahaan saja, maka digunakan ratio

return on common stock-holders’equity atau return on equity (ROE)


Darminto (2019).

c. Return on Common Stockholder Equity (ROE)

Salah satu alasan utama mengapa mengoperasikan perusahaan adalah

untuk menghasilkan laba yang akan bermanfaat bagi para pemegan

saham. Ukuran keberhasilan dan pencapaian alasan ini adalah angka

return on common stock – holders’equity yang berhasil dicapai.

Darminto (2019).

Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung Ratio return

on equity:

Return on Equity =

1) Rasio Pemanfaatan Aset (Assets Utilization Ratio)

Pada Prinsipnya, setiap aset yang dimiliki oleh perusahaan diharapkan

untuk dapat mendukung perolehan penghasilann yang

menguntungkan. Untuk mengukur efisiensi dan efektivitas

pemanfaatan aktiva dalam rangka memperoleh penghasilam tersebut,

dapat digunakan Ratio – Ratio perputaram aset. Darminto (2019).

2) Rasio Perputaran Total Aset (Total Asset Turnover)

Rasio perputaran total aset mengukur aktivitas aset dan kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan penjualan melalui penggunaan aset


tersebut. Rasio ini juga mengukur seberapa efisiensi aset tersebut

dimanfaatkan untuk memperoleh penghasilanDarminto (2019).

Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung Ratio

perputaran total aset:

Perputaran Aset =

3) Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover)

Menghubungkan penjualan dengan modal kerja, memberi indikasi

perputaran modal kerja selama periode tertentu. Ratio ini harus

dibandingkan dengan data periode yang lalu, pesaing dan rata – rata

industri dalam rangka memastikan cukup tidaknya perputaran modal

kerja tersebut. Seperti halnya rasio – rasio yang lain, tidak ada angka

yang pasti berapakah rasio perputaran modal kerja yang baik. Secara

umum, rasio perputaran modal kerja yang rendah memberikan

indikasi tidak menguntungkannya penggunaan modal kerja. Dengan

kata lain, penjualan tidak cukup baik dalam kaitannya dengan modal

kerja yang tersedia (tidak efisien). Sebaiknya rasio yang tinggi

menunjukkan telah terjadi kelebihan kapasitas. Darminto (2019).

Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung Ratio

perputaran modal kerja:

Perputaran Modal Kerja =

4) Rasio Perputaran Aset Tetap (Fixed Asset Turnover)


Rasio perputaran aset tetap ini mengukur kemampuan perusahaan

untuk membuat aset tetap produktif dengan menghasilkan penjualan.

Ratio ini dimaksudkan untuk mengukur efesiensi penggunaan aset

tetap. Darminto (2019).

Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung Ratio

perputaran aset tetap:

Perputaran Aset Tetap =

5) Rasio Perputaran Aset Lain – lain (Other Asset Turnover)

Selain tiga rasio perputaran aset tersebut, dapat juga ditambahkan satu

angka rasio perputaran aset lain – lain. Rasio ini juga dimaksudkan

untuk mengukur efisiensi pengguna aset lain – lain dalam

menghasilkan penjualan. (Darminto (2019). Berikut adalah rumus

yang digunakan untuk menghitung Ratio perputaran aset lain – lain:

Perputaran Aset Lain – lain =

6) Rasio Kinerja Operasi (Operating Performance Ratio)

Selain harus mampu mendapatkan penghasilan, untuk dapat meraih

keuntungan (laba), pengelolaan perusahaan harus mampu berkerja

secara efisien. Kinerja operasi perusahaan harus senantiasa

ditingkatkan. Untuk mengukur kinerja operasi perusahaan, digunakan

beberapa angka rasio dengan denominator (penyebut) penjualan.

Darminto (2019).

7) Rasio Laba Bruto Terhadap Penjualan (Gross Profit Margin)


Laba bruto didefinisikan sebagai selisih antara penjualan dan beban

pokok penjualan. Bagi perusahaan dagang dan manufaktur, beban

pokok penjualan ini biasanya jumlahnya besar, sehingga perubahan

pada beban pokok ini akan banyak berpengaruh pada laba perusahaan.

Ratio gross profit margin ini mengukur efisiensi produksi dan

penentuan harga jual. Untuk menentukan faktor – faktor yang

mempengaruhi perubahan Ratio ini, dapat dipelajari lebih rinci

proporsi elemen beban terhadap penjualan. (Darminto (2019).

Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung Ratio laba

bruto terhadap penjualan:

Laba Bruto Terhadap Penjualan =

Bagi perusahaan dagang dan manufaktur, angka ratio gross profit

margin yang rendah menandakan bahwa perusahaan tersebut rawan

terhadap perubahan harga, baik harga jual maupun beban pokok. Ini

berarti bahwa apabila terjadi perubahan pada perusahaan pada harga

jual atau beban pokok, perubahaan ini akan sangat berpengaruh

terhadap laba perusahaan. (Darminto (2019).

8) Rasio Laba Bersih Terhadap Penjualan (Net Profit Margin)

Ratio net profit margin mengukur rupiah laba yang dihasilkan oleh

setiap satu rupiah penjualan. Rasio ini memberi gambaran tentang laba

untuk para pemegang saham sebagai presentase dari penjualan.

Apabila gross profit margin mengukur efisiensi produksi dan


penentuan harga, maka ratio net profit margin ini juga mengukur

seluruh efisiensi, baik produksi, administrasi, pemasaran, pendanaan,

penentuan harga maupun manajemen pajak. Darminto (2019).

Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung Ratio laba

bersih terhadap penjualan:

Rasio Laba bersih/penjualan =

1) Ratio Laba Usaha Terhadap Penjualan (Operating Income Margin)

Pada Ratio operating income margin ini, angka laba yang

digunakan dalam perhitungan adalah yang berasal dari kegiatan

usaha pokok perusahaan. Darminto (2019).

Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung Ratio laba

usaha terhadap penjualan:

Laba Usaha Terhadap Penjualan =

2) Ratio Beban Pokok Penjualan Terhadap Penjualan dan Beban

Usaha Terhadap Penjualan

Telah diuraikan sebelumnya bahwa kombinasi ratio gros profit

margin dan net profit margin memberikan informasi mengenai

struktur beban dan laba perusahaan. Struktur beban yang perlu

dianalisis lebih jauh adalah beban yang berkaitan dengan beban

pokok dari barang yang dijual (beban pokok penjualan) dan beban

yang berkaitan dengan usaha untuk menjual barang tersebut (beban

usaha). Darminto (2019).


Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung rasio

beban pokok penjualan terhadap penjualan dan beban usaha

terhadap penjualan:

Rasio BPP/penjualan =

Rasio Beban Usaha/penjualan =

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus, yaitu penelitiaan

yang dilakukan pada PT. Ernesa Putri Sejati. Penelitian ini dilakukan

dengan cara mengambil data sekunder yang disediakan oleh buku Analisis

Laporan Keuagan. Hasil analisis dan kesimpulan yang diperoleh hanya bagi

perusahaan tersebut dan tidak berlaku umum.

B. Sumber Data

1. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang sudah diolah. Data ini bersumber dari

perusahaan yang diteliti yang terdapat Pada Buku Analisis Laporan

Keuangan .Laporan Keuangan Perusahaan dalam hal ini laporan posisi

keuagan komparatif dan laporan laba rugi tahun 2019 sampai dengan

tahun 2020, dan lain sebagainya yang mendukung penelitian penulis.

C. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode penelitian merupakan suatu cara tertentu serta terkontrol

dengan maksud pengumpulan keterangan – keterangan yang diteliti secara

efisien menurut prosedur ilmiah untuk memudahkan penelitian yang dapat

dipertanggungjawabkan. Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini

mengumpulkan data dari laporan keuagan dan laporan laba rugi pada PT.

Ernesa Putri Sejati yang terdapat pada Buku “ANALISIS LAPORAN

KEUANGAN”.
D. Jenis Data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder, baik yang berasal

dari perusahaan maupun dengan membaca buku – buku dan literatur yang

berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti.

E. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan penulis untuk menganalisis data –

data yang telah dikumpulkan adalah :

1. Metode Analisis Deskriptif

2. Metode Analisis Kuantitatif

Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah Metode

Kuantitatif. Dimana Metode kuantitatif adalah metode perumusan yang

disajikan dalam bentuk angka.


BAB IV

ANALISIS DATA DAN METODE PENELITIAN

Data yang dianalisis pada bab ini adalah data laporan keuangan PT. Ernesa

Putri Sejati, yang terdiri dari laporan keuangan komporatif dan laporan laba rugi.

Untuk mengetahui kondisi keuangan PT. Ernesa Putri Sejati, ada beberapa teknik

analisis yang digunakan, yaitu analisis rasio keuangan meliputi Ratio Likuiditas,

Ratio Solvabilitas, Ratio Rentabilitas untuk menganalisis perusahaan tersebut.

A. Analisis Rasio Keuangan

Analisis Ratio keuangan yang digunakan untuk menilai kondisi

keuangan perusahaan meliputi Ratio Likuiditas, Ratio Solvabilitas, Ratio

Rentabilitas.

1. Ratio Likuiditas

a. Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam memenihi kewajiban jangka

pendeknya yang segera jatuh tempo dengan menggunakan total aset

lancar yang tersedia. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk

menghitung Ratio lancar:

Tahun 2019

Current Ratio =

2019 = = 2,62
Tahun 2020

Current Ratio =

2020 = = 3,63

Hasil perhitungan rasio lancar (current Ratio) disajikan pada tabel


berikut.

Tabel 4.1 Current Ratio PT. Ernesa Putri Sejati. Tahun 2019 – 2020
Tahun Aktiva Utang Current Kriteri
Lancar Lancar Ratio a
2019 Rp 93.781 Rp 35.778 2,62 Likuid
2020 Rp 142.290 Rp 39.216 3,63 Likuid
b. Rasio Sangat Lancar atau Rasio Cepat (Quick Ratio atau Acid Test
Ratio)
Ratio sangat lancar atau rasio cepat merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya yang segera jatuh tempo dengan menggunakan aset
sangat lancar (kas + sekuritas jangka pendek + piutang), tidak
termaksuk persediaan barang dagan dan aset lancar lainnya. Berikut
adalah rumus yang digunakan untuk menghitung rasio sangat lancar
atau rasio cepat:
Quik Ratio =

Tabel 4.2 Acid-Test Atau Quic Ratio PT. Ernesa Putri Sejati Tahun 2019 –
2020
2020 2019
Kas dan Bank Rp 431 Rp 377
Desposito 51.429 19.000
Piutang Usaha 29.535 17.463
Piutang Lain - lain 4.022 3.570
Total Quick Assets Rp Rp
85.417 40.409
Total Liabilitas Jk Rp39.216 Rp
Pendek 35.778
Acid-Test Ratio 2,18:1 1,131:1
c. Perputaran Piutang

Rasio perputaran piutang ini biasanya digunakan dalam hubungannya

dengan analisis terhadap modal kerja, karena memberikan ukuran

kasar tentang seberapa cepat piutang perusahaan berputar menjadi kas.

Angka jumlah hari piutang ini menggambarkan lamanya suatu piutang

bisa ditagih (jangka waktu pelunasan/penagihan piutang).Berikut

adalah rumus yang digunakan untuk menghitung perputaran piutang:

Perputaran Piutang =

9,25 kali =

Jumlah hari Piutang =

39,46 atau 40 Hari =

d. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)


Rasio perputaran persediaan mengukur berapa kali persediaan
perusahaan telah dijual selama periode tertentu, misalnya selama
tahun tertentu. Ratio perputaran persediaan dan jumlah hari persedian.
Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung perputaran
persediaan:
Perputaran Persediaan =
2,87 =
Jumlah hari Persediaan =
127,18 atau 127 Hari =

2. Ratio Solvabilitas

a. Rasio Utang Terhadap Modal (Debt To Equity Ratio)


Memberikan pinjaman kepada debitur yang memiliki tingkat debt to

equity rasio yang tinggi menimbulkan konsukuensi bagi kreditor

untuk menanggung risiko yang lebih besar pada saat debitur

mengalami kegagalan keuangan. Hal ini tentu saja sangat tidak

menguntungkan bagi kreditor. Sebaliknya, apabila kreditor

memberikan pinjaman kepada debitur yang memiliki tingkat debt to

equity Ratio yang rendah (yang berarti tingginya tingkat pendanaan

debitur yang berasal dari modal pemilik) maka hal ini dapat

mengurangi risiko kreditor (dengan adanya batas pengamanan yang

besar) pada saat debitur mengalami kegagalan keuangan. Semakin

tinggi debt to equity Ratio maka berarti semakin kecil jumlah modal

pemilik yang dapat dijadikan sebgian jaminan utang. Berikut adalah

rumus yang digunakan untuk menghitung rasio utang terhadap modal:

Tahun 2019
Debt to Equity Ratio =
0,39:1=
Tahun 2020
Debt to Equity Ratio =
0,36:1=

Tabel 4.3 Debt to Equity Ratio PT. Ernesa Putri Sejati Tahun 2019 –
2020
2020 2019
Total Liabilitas (A) Rp183.983 Rp192.939
Total Ekuitas (B) 513.339 496.176
Debt to Equity (A) : 0,36:1 0,39:1
(B)

b. Time Interest Earned

Untuk mengukur kemampuan operasi perusahaan dalam memberikan

proteksi kepada kreditor jangka panjang, khususnya dalam membayar

bunga. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung time

interest earned;

Time Interest Earned =

8,65 kali=

3. Ratio Rentabilitas

a. Ratio Return On Investment

Manajer perusahaan mempunyai dua tanggung jawab, yaitu tanggung

jawab untuk memperoleh dana untuk membiayai aset dan tanggung

jawab untuk menggunakan aset yang dimiliki perusahaan dalam

rangka memperoleh penghasilan. Return On Investment mengukur

tingkat kembalian investasi yang telah dilakukan oleh perusahan, baik

dengan menggunakan total aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut

maupun dengan menggunakan dana yang berasal dari pemilik

(modal). Return on invesment merupakan terminologi yang luas dari

Ratio yang digunakan untuk mengukur hubungan antara laba yang

diperoleh dan investasi yang digunakan untuk menghasilkan laba

tersebut. Sesuai dengan investasi mana yang digunakan, Ratio ini


dibagi menjadi dua, yaitu return on total assets (ROA) dan return on

equity (ROE).

a. Return on Total Assets (ROA)

Return on total assets mengukur kemampuan perusahaan dalam

memanfaatkan aset untuk memperoleh laba. Ratio ini mengukur

tingkat kembalian investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan

dengan menggunakan seluruh dana (aset) yang dimilikinya. Ratio

ini dapat diperbandingkan dengan tingkat bunga bank yang

berlaku. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung

return on total assets:

Return on Total Assets =

6,85% =

Tabel 4.4 Return on assets PT. Ernesa Putri Sejati Tahun 2020

Laba Bersih Rp 42.004.000


Tambah: Beban bunga: 7.087.000 x (1-0,225) 5.492.425
Total (A) Rp 47.496.425
Total Aset awal tahun 2020 (B) Rp 689.115.000
Total Aset akhir tahun 20202 (C) 697.322.000
Total (D) = (B) + (C) Rp1.386.437.000
Rata – rata total Aset: (E) = (D):2 Rp 693.218.500
Return On Total Assets: (A) : (E) 6.85%

*) (Rp496.176.000 + Rp513.339.000)/2

b. Return on Common Stockholderrs’Equity (ROE)


Salah satu alasan utama mengapa mengoperasikan perusahaan

adalah untuk menghasilkan laba yang akan bermanfaat bagi para

pemegan saham. Ukuran keberhasilan dan pencapaian alasan ini

adalah angka return on common stock – holders’equity yang

berhasil dicapai. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk

menghitung return on common stockholders’equity:

Return on Equity =

8,32%=

Tabel 4.5 Return on Common Stockholders’Equity PT. Ernesa Putri Sejati Tahun
2020

Laba Bersih Rp 42.004.000


Kurang: Dividen saham istimewa 0
Laba tersedia untuk saham biasa (A) Rp 42.004.000
Rata – rata modal sendiri *) (B) Rp504.757.500
Rata – rata modal saham istimewa (C) 0
Rata – rata modal saham biasa (D) = (B) – (C) Rp505.757.500
Return on Equity: (A) : (D) 8,32%

c. Rasio Pemanfaatan Aset (Assets Utilization Ratio)

Pada Prinsipnya, setiap aset yang dimiliki oleh perusahaan

diharapkan untuk dapat mendukung perolehan penghasilann yang

menguntungkan. Untuk mengukur efisiensi dan efektivitas

pemanfaatan aktiva dalam rangka memperoleh penghasilam

tersebut, dapat digunakan Ratio – Ratio perputaram aset.


d. Rasio Perputaran Total Aset (Total Asset Turnover)

Rasio perputaran total aset mengukur aktivitas aset dan

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan penjualan melalui

penggunaan aset tersebut. Ratio ini juga mengukur seberapa

efisiensi aset tersebut dimanfaatkan untuk memperoleh

penghasilan. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk

menghitung Ratio perputaran total aset:

Perputaran Aset =

0,31 kali =

e. Ratio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover)

Menghubungkan penjualan dengan modal kerja, memberi indikasi

perputaran modal kerja selama periode tertentu. Ratio ini harus

dibandingkan dengan data periode yang lalu, pesaing dan rata –

rata industri dalam rangka memastikan cukup tidaknya perputaran

modal kerja tersebut. Seperti halnya Ratio – Ratio yang lain, tidak

ada angka yang pasti berapakah Ratio perputaran modal kerja

yang baik. Secara umum, Ratio perputaran modal kerja yang

rendah memberikan indikasi tidak menguntungkannya

penggunaan modal kerja. Dengan kata lain, penjualan tidak cukup

baik dalam kaitannya dengan modal kerja yang tersedia (tidak

efisien). Sebaiknya Ratio yang tinggi menunjukkan telah terjadi

kelebihan kapasitas. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk

menghitung Ratio perputaran modal kerja:


Perputaran Modal Kerja =

2,61 kali =

f. Ratio Aset Tetap (Fixed Asset Turnover)

Ratio perputaran aset tetap ini mengukur kemampuan perusahaan

untuk membuat aset tetap produktif dengan menghasilkan

penjualan. Ratio ini dimaksudkan untuk mengukur efesiensi

penggunaan aset tetap. Berikut adalah rumus yang digunakan

untuk menghitung Ratio perputaran aset tetap:

Perputaran Aset Tetap =

0,42 kali =

g. Ratio Perputaran Aset Lain – lain (Other Asset Turnover)

Selain tiga Ratio perputaran aset tersebut, dapat juga ditambahkan

satu angka Ratio perputaran aset lain – lain. Ratio ini juga

dimaksudkan untuk mengukur efisiensi pengguna aset lain – lain

dalam menghasilkan penjualan. Berikut adalah rumus yang

digunakan untuk menghitung Ratio perputaran aset lain – lain:

Perputaran Aset Lain – lain =

4,13 kali =

h. Ratio Kinerja Operasi (OpeRation Performance Ratio)

Selain harus mampu mendapatkan penghasilan, untuk dapat

meraih keuntungan (laba), pengelolaan perusahaan harus mampu

berkerja secara efisien. Kinerja operasi perusahaan harus


senantiasa ditingkatkan. Untuk mengukur kinerja operasi

perusahaan, digunakan beberapa angka Ratio dengan denominator

(penyebut) penjualan.

i. Ratio Laba Bruto Terhadap Penjualan (Gross Profit Margin)

Laba bruto didefinisikan sebagai selisih antara penjualan dan

beban pokok penjualan. Bagi perusahaan dagang dan manufaktur,

beban pokok penjualan ini biasanya jumlahnya besar, sehingga

perubahan pada beban pokok ini akan banyak berpengaruh pada

laba perusahaan. Ratio gross profit margin ini mengukur efisiensi

produksi dan penentuan harga jual. Untuk menentukan faktor –

faktor yang mempengaruhi perubahan Ratio ini, dapat dipelajari

lebih rinci proporsi elemen beban terhadap penjualan. Berikut

adalah rumus yang digunakan untuk menghitung Ratio laba bruto

terhadap penjualan:

Laba Bruto terhadap penjualan =

29,49% =

j. Ratio Laba Bersih Terhadap Penjualan (Net Profit Margin)

Ratio net profit margin mengukur rupiah laba yang dihasilkan oleh

setiap satu rupiah penjualan. Ratio ini memberi gambaran tentang

laba untuk para pemegang saham sebagai presentase dari


penjualan. Apabila gross profit margin mengukur efisiensi

produksi dan penentuan harga, maka Ratio net profit margin ini

juga mengukur seluruh efisiensi, baik produksi, administrasi,

pemasaran, pendanaan, penentuan harga maupun manajemen

pajak. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung

Ratio laba bersih terhadap penjualan:

Ratio Laba bersih/penjualan =

19,33% =

k. Ratio Laba Usaha Terhadap Penjualan (Operating Income Margin)

Pada Ratio operating income margin ini, angka laba yang

digunakan dalam perhitungan adalah yang berasal dari kegiatan

usaha pokok perusahaan. Berikut adalah rumus yang digunakan

untuk menghitung Ratio laba usaha terhadap penjualan:

Laba usaha terhadap penjualan =

28,83% =

l. Ratio Beban Pokok Penjualan Terhadap Penjualan dan Beban

Usaha Terhadap Penjualan

Telah diuraikann sebelumnya bahwa kombinasi Ratio gros profit

margin dan net profit margin memberikan informasi mengenai

struktur beban dan laba perusahaan. Struktur beban yang perlu

dianalisis lebih jauh adalah beban yang berkaitan dengan beban

pokok dari barang yang dijual (beban pokok penjualan) dan beban
yang berkaitan dengan usaha untuk menjual barang tersebut

(beban usaha). Berikut adalah rumus yang digunakan untuk

menghitung Ratio beban pokok penjualan terhadap penjualan dan

beban usaha terhadap penjualan:

Ratio BPP/penjualan =

70,51% =

Ratio Beban usaha/pokok =

0,66% =
BAB 5

PEMBAHASAN

A. Ratio Likuiditas

1. Rasio Lancar (Current Ratio)

Current Ratio untuk PT. Ernesa Putri Sejati adalah 2,62:1

(93.781/35.778) untuk tahun 2019 dan 3,63:1 (142.290/39.216) untuk

tahun 2020. Dengan kata lain, dibanding dengan tahun 2019, current

Ratio untuk tahun 2020, mengalami kenaikan, yang berarti Likuiditas

juga mengalami kenaikan. Angka Ratio ini sangat bergantung pada jenis

dan sifat industrinya. Kita harus berhati – hati untuk mengambil

kesimpulan mengenai Likuiditas perusahaan. Likuiditas suatu suatu

perusahaan yang tinggi belum tentu baik ditinjau dari segi profitabilitas

perusahaan tersebut. Current Ratio sangat berguna untuk mengukur

Likuiditas perusahaan, akan tetapi dapat menjebak. Hal ini dikarenakan

current Ratio yang tinggi dapat disebabkan adanya piutang yang tidak

tertagih atau persediaan yang tidak terjuat, yang tentu saja tidak dapat

diapakai untuk membayar utang. Untuk menguji apakah alat bayar

tersebut benar – benar likuid (benar – benar dapat digunakan untuk

membayar utangnya), maka alat bayar yang kurang atau tidak likuid

harus dikeluarkan dari total aset lancar. Alat bayar yang kurang likuid

misalnya persediaan dan pos – pos yang analog dengan persediaan


2. Rasio Sangat Lancar atau Rasio Cepat (Quick Ratio atau Acid Test

Ratio)

Acid tes atau quick ratio dirancang untuk mengukur seberapa baik

perusahaan dapat memenuhi liabilitasnya, tanpa harus melikuiditasi atau

terlalu bergantung pada persediaannya. Persediaan tidak bisa sepenuhnya

diandalkan, karena persediaan bukanlah sumber kas yang bisa segera

diperoleh, dan bahkan mungkin tidak mudah dijual pada kondisi ekonomi

yang lesu. Dibanding tahun 2019, acid tes ratio PT. Ernesa Putri Sejati

tahun 2020 mengalami kenaikan, yang berarti Likuiditas juga mengalami

kenaikan. Seperti halnya pada current Ratio, angka acid test ini juga

perlu dicermati masing – masing komponennya, untuk memastikan

bahwa semua komponen tersebut benar – benar likuid.

3. Perputaran Piutang (Accounnt Receivable Turnover)

Selain dihitung jumlah hari piutangnya, dalam mengevaluasi piutang

dagang ini perlu diperhatikan juga kepada siapa piutang dagang

diberikan. Selain itu, perlu diingat bahwa sebelum bisa ditagih, piutang

dagang dapat juga dijual atau dijaminkan (Factoring dan Pledging). Rata

– rata piutang PT. Ernesa Putri Sejati untuk tahun 2020 adalah

Rp23.498,50. Yaitu dihitung dengan menjumlahkan saldo piutang

dagang awal Rp17.462 dan piutang dagang akhir Rp29.535, kemudian

dibagi dua. Dengan demikian, Ratio perputaran piutang adalah 9,25 kali
(217.332/23.498,5). Sedangkan jumlah hari piutangnya adalah 39,46 hari

(365/9,25) atau 40 hari. Baik tidaknya angka jumlah hari piutang sebesar

40 hari ini sangat bergantung pada termin kredit yang ditawarkan

perusahaan kepada para pelanggannya. Jika misalnya termin kredit yang

diberikan adalah 30 hari, maka periode penagihan selama 40 hari ini

dapat dikatakan cukup baik. Akan tetapi, jika termin kredit yang

diberikan adalah 10 hari maka periode penagihan 40 hari ini memberikan

petunjuk adanya masalah pada fungsi penagihan atau manajemen kredit

perusahaan.

4. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)

Rata – rata persediaan dihitung dengan cara menambahkan saldo

persediaan awal dan akhir kemudian dibagi dua. Jumlah per tahun adalah

365 hari. Oleh karena saldo persediaan awak tahun 2020 berjumlah

Rp51.549 dan saldo akhir Rp55.190, maka rata- rata persediaan tahun

2020 adalah Rp53.369,50. Perputaran persediaan tahun 2020 adala 2,87

kali (153.231/53.369,50), sedangkan jumlah hari persediaannya adalah

127,18 hari atau 127 hari (365/2,87). Apabila suatu perusahaan

mempunyai Ratio perputaran persediaan yang lebih rendah dibanding

Ratio rata – rata industrinya, maka hal ini menunjukkan adanya

persediaan yang sudah usang atau persediaan yang terlalu tinggi.

Sebaliknya, Ratio perputaran yang lebih rendah dibanding rata – rata,

memberi indikasi tingkat persediaan tidak cukup. Hal yang perlu

diperhatikan dan dievaluasi adalah pola siklu konversi dari persediaan


menjadi kas yang dimiliki oleh perusahaan yang bersangkutan, seperti

digambarkan pada skema berikut:

Persediaan Piutang Dagang

Kas

Selain mengevaluasi kualitas alat bayar (komponen aset lancar) yang

akan digunakan untuk membayar liabilitas, liabilitas jangka pendek

tersebut harus juga dievaluasi untuk mengetahui apakah semua liabilitas

jangka pendek tersebut memeang harus segera dibayar. Disamping itu,

meskipun angka Ratio Likuiditas suatu perusahaan kecil, tidak berarti

bahwa secara – rill kemampuan (Likuiditas) perusahaan tersebut kecil.

Hal ini disebabkan karena setiap perusahaan mempunyai “cadangan

Likuiditas”. Cadangan Likuiditas ini antara lain ditunjukkan dengan

adanya:

1. Hubungan baik yang dimiliki oleh perusahaan, yang memungkinkan

perusahaan meminjam uang sewaktu – waktu membutuhkan dana.

Kenyataan ini tidak tampak pada laporan posisi keuangan atau neraca.

2. Perusahaan masih memiliki batas kredit bang yang belum digunakan.

3. Perusahaan mempunyai aset jangka panjang yang dapat dikonversikan

menjadi kas dengan segera.


4. Perusahaan berada dalam posisi liabilitas jangka panjang yang sangat

baik, sehingga memiliki kapasitas untuk menerbitkan instrumen

liabilitas baru atau saham.

5. Praktik cek mundur dalam transaksi bisnis.

B. Ratio Solvabilitas

1. Rasio Utang terhadap Modal (Debt to Equity Ratio)

Debt to Equity Ratio ini menunjukkan jumlah aset yang didanai oleh

kreditor untuk setiap Rp1.00 aset yang didanai oleh pemilik perusahaan.

Untuk tahun 2019, kreditor PT.Ernesa Putri Sejati memberikan sebesar

Rp0,39 untuk setiap Rp1,00 aset yang didanai oleh pemilik. Untuk tahun

2020, kreditor memberikan jumlah yang lebih sedikit Rp0,36 untuk

setiap Rp1,00 aset. Kreditor jangka panjang pada umumnya lebih

menyukai angka debt to equity Ratio yang kecil. Makin kecil angka Ratio

ini, berarti makin besar jumlah aset yang didanai oleh pemilik

perusahaan, dan makin besar penyangga resiko.

2. Time Interest Earned

Ratio time interest earned PT. Ernesa Putri Sejati untuk tahun 2020

adalah 8,65 kali (61.286/7.087). Tidak ada pedoman pasti tenang

besarnya angka Ratio ini yang dikatakan baik. Pada umumnya, laba

dipandang cukup untuk melindungi kreditor bila Ratio ini besarnya 2 kali

atau lebih. Sebelum mengambil kesimpulan fibal, sebaiknya dilihat

terlebih dahulu kecenderungan laba perusahaan, dan kemudian


menentukan seberapa mudahnya perusahaan dipengaruhi oleh perubahan

musiman ekonomi.

C. Ratio Rentabilitas

1. Ratio Return On Investment

a. Return on Total Assets (ROA)

Laba yang dipakai disini adalah laba sebelum bunga, setelah pajak,

untul menggambarkan besarnya laba yang diperoleh perusahaan

sebelum didistribusikan baik kepada kreditor maupun pemilik

perusahaan. Apabila tarif pajak rata – rata untuk tahun 2020 adalah,

22,5% (12.195/54.199), maka perhitungan return on total assets PT.

Ernesa Putri Ejati selama tahun 2020 sebesar 6,85% dari rata – rata

total aset yang digunakan. Apabila kita ingin melihat tingkat investasi

dengan menggunakan dana yang berasal dari pemilik perusahaan saja,

maka digunakan ratio return on common stockholders’equity atau

return on equity (ROE).

b. Return on Common Stockholders’Equity (ROE)

Laba yang dipakai disini adalah laba bersih setelah pajak dikurangi

dividen untuk para pemegang saham istimewa (bila ada). Hal ini

dimaksudkan untuk menggambarkan besarnya laba yang benar –

benar tersedia dan tersisa bagi para pemegang saham biasa. Ratio
return on equity PT. Ernesa Putri Sejati untuk tahun 2020 8,32%

dibandingkan dengan angka Ratio return on assets (6,85%), angka

ratui return on equity ini lebih besar. Hal ini dapat terjadi karena

adanya prinsip “finan- cial leverage” atau sering juga disebut

“tranding on the equity”. Hal ini juga memberikan indikasi bahwa

sampai batas – batas tertentu, perusahaan yang berutang justru dapat

menguntungkan pemegang saham.

2. Ratio Pemanfaatan Aset (Assets Utilization)

Pada Prinsipnya, setiap aset yang dimiliki oleh perusahaan diharapkan

untuk dapat mendukung perolehan penghasilann yang menguntungkan.

Untuk mengukur efisiensi dan efektivitas pemanfaatan aktiva dalam

rangka memperoleh penghasilam tersebut, dapat digunakan Ratio – Ratio

perputaram aset.

a. Ratio Peputaran Total Aset (Total Asset Turnover)

Rata – rata total aset PT. Ernesa Putri Sejati untuk tahun 2020 adalah

Rp693.219 (saldo total aset akhir Rp697.332 ditambah saldo awal

Rp689.115 dibagi dua). Dengan demikian, Ratio perputaran total aset

tahun 2020 adalah 0,31 kali (Rp217.332/Rp693.219). Ratio perputaran

total asett mengukur aktivitas aset dan kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan penjualan melalui penggunaan aset tersebut. Ratio ini

juga mengukur seberapa besar efisien aset tersebut telah dimanfaatkan

untuk memperoleh penghasilan.

b. Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover)


Saldo modal kerja PT. Ernesa Putri Sejati awal tahun 2020 adalah

Rp58.003 (Rp93.781 – Rp35.778), sedangkan saldo akhirnya

Rp103.074 (Rp142.290 – Rp39.216). Dengan demikian rata - rata

modal kerja untuk tahun 2020 adalah Rp80.539. Ratio perputaran

modal kerja untuk tahun 2020 adalah 2,69 kali

(Rp217.332/Rp80.539). Seperti halnya Ratio – Ratio lainnya, tidak

ada angka yang pasti berapakah Ratio perputaran modal kerja yang

baik. Secara umum, Ratio perputaran modal kerja yang rendah

memberi indikasi tidak menguntungkannya penggunaan modal kerja.

Dengan kata lain, penjualan tidak cukup baik dalam kaitannya dengan

modal kerja yang tersedia (tidak efisien).

c. Ratio Perputaran Aset Tetap (Fixed Asset Turnover)

Rata – rata aset tetap PT. Ernesa Putri Sejati untuk tahun 2020 adalah

Rp522.501 (saldo total aset tetap akhir Rp511.480 ditambah saldo

awal Rp533.522 dibagi dua). Dengan demikian, Ratio perputaran aset

tetap tahun 2020 adalah 0,42 kali (Rp217.332/Rp522.501). Ratio

perputaran aset tetap ini mengukur kemampuan perusahaan untuk

membuat aset tetap produktif dengan menghasilkan penjualan.

d. Ratio Perputaran Aset Lain – lain (Other Asset Turnover)

Rata – rata aset lain – lain PT. Ernesa Putri Sejati untuk tahun 2018

adalah Rp52.682 (saldo total aset lain – lain akhir Rp43.552 ditambah

saldo awal Rp61.812 dibagi dua). Dengan demikian, Ratio perputaran

aset tahun 2018 adalah 4,13 kali (Rp217.332/Rp52.682).


e. Ratio Kinerja Operasi (Operating Performance Ratio)

Selain harus mampu mendapatkan penghasilan, untuk dapat meraih

keuntungan (laba), pengelolaan perusahaan harus mampu berkerja

secara efisien. Kinerja operasi perusahaan harus senantiasa

ditingkatkan. Untuk mengukur kinerja operasi perusahaan, digunakan

beberapa angka Ratio dengan denominator (penyebut) penjualan.

f. Ratio Laba Bruto Terhadap Penjualan (Gross Profit Margin)

Ratio gross profit margin PT. Ernesa Putri Sejati untuk tahun 2020

adalah 29,49% (Rp64.101/Rp217.332). Ratio ini sebaiknya dianalisis

dengan cara dibandingkan dengan angka rata – rata industri atau

dengan melihat trendnya. Bagi perusahaan dagang dan manufaktur,

angka Ratio gross profit margin yang rendah menandakan bahwa

perusahaan tersebut rawan terhadap perubahan harga, baik harga jual

maupun beban pokok. Ini berarti bahwa apabila terjadi perubahaan

pada harga jual atau beban pokok, perubahaan ini akan sangat

berpengaruh terhadap laba perusahaan

g. Ratio Laba Bersih Terhadap Penjualan (Net Profit Margin)

Ratio net profit margin PT. Ernesa Putri Sejati untuk tahun 2020

adalah 19,33% (Rp42.004/Rp217.332). Meskipun Ratio ini

diharapkan tinggi, akan tetapi karena adanya kekuatan persaingan

industri, kondisi ekonomi, pendanaan utang, dan karakteristik operasi,

maka Ratio ini biasanya berbeda diantara perusahaan. Kombinasi

Ratio gross profit margin dan net profit margin akan dapat
memberikan informasi yang berharga mengenai struktur beban dan

laba perusahaan, serta memungkinkan para analisis untuk melihat

sumber efisiensi dan ketidakefisienan perusahaan.

h. Ratio Laba Usaha Terhadap Penjualan (Operating Income Margin)

Ratio operating income margin PT. Ernesa Putri Sejati untuk tahun

2020 adalah 28,83% (Rp62.659/Rp217.332). Ratio ini memberikan

gambaran tentang efisiensi perusahaan pada kegiatan utama

perusahaan. Apabila dikaitkan dengan angka Ratio gross profit

margin (29,49%) dan net profit margin (19,33%), angka Ratio

operating income margin ini menyiratkan adanaya inefisiensi pada

kegiatan diluar usaha perusahaan, sehingga menjadi beban laba usaha.

i. Ratio Beban Pokok Penjualan Terhadap Penjualan dan Beban Usaha

Terhadap Penjualan

Ratio beban pokok penjualan terhadap penjualan PT. Ernesa Putri

Sejati untuk tahun 2020 adalah 70,51% (Rp153.231/Rp217.332).

Sedangkan Ratio beban usaha terhadap penjualan untuk tahun yang

sama adalah 0,66% (Rp1.442/Rp213.332). Ratio beban pokok

penjualan terhadap penjualan yang tinggi, selain menjadi indikator

kerawanan terhadap perubahan harga, juga mempengaruhi strategi

penentuan beban usaha. Perusahaan yang memiliki struktur beban

pokok penjualan yang tinggi, biasanya beban usahanya rendah.


BAB 6

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisa data yang telah dilakukan, maka penulis pada bab ini

akan memberikan kesimpulan tentang penelitian di PT. Ernesa Putri Sejati,

yaitu:

1. Ratio likuiditas

Pada tahun 2019 sampai dengan tahun 2020 mengalami kenaikan. Dapat

dilihat dari jenis rasio yang digunakan yaitu Current Ratio dan Quick

Ratio. Nilai Current Ratio yang didapatkan perusahaan pada tahun 2019

sebesar 2,62 dan pada tahun 2020 sebesar 3,63. Dalam hal ini

kemampuan perusahaan untuk melunasi hutangnya besar. Sedangkan

pada Quick Ratio pada tahun 2019 sebesar 2,62 dan pada tahun 2020

sebesar 3,63. Yang mengakibatkan perusahaan mampu atau memenuhi

kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang dimilikinya.

2. Rasio Solvabilitas

Pada tahun 2019 sampai dengan tahun 2020 juga mengalami

peningkatan. Debt to Equity Ratio nilai pada tahun 2019 sebesar 0,36 dan

0,39 pada tahun 2020. Time Interest Earned untuk mengukur


kemampuan operasional perusahaan dalam memberikan proteksi kepada

kreditor jangka panjang, khususnya dalam membayar bunga, digunakan

Ratio time interest earned. Ratio Time Interest Earned PT. Ernesa Putri

Sejati untuk tahun 2020 adalah 8,65 kali (61.286/7.087). Tidak ada

pedoman pasti tentang besarnya angka Ratio ini yang dikatakan baik.

Pada umumnya, laba dipandang cukup untuk melindungi kreditor bila

Ratio ini besarnya 2 kali atau lebih. Ratio Return On Investment

merupakan terminologi yang luas dari Ratio yang digunakan untuk

mengukur hubungan antara laba yang diperoleh dan investasi yang

digunakan untuk menghasilkan laba tersebut Analisis Ratio Rentabilitas

digunakan perusahaan untuk mengukur penilaian terhadap kondisi dan

kemampuan bank untuk mendukung kegiatan operasional dan

permodalannya. Ratio yang digunakan untuk mengukur tingkat

Rentabilitas adalah ROA dan ROE. Pada tahun 2020 nilai ROA sebesar

6,85%,Lalu nilai ROE pada tahun 2020 sebesar 8,32%. Dari hasil

tersebut dapat dianalisis bahwa tingkat solvabilitas perusahaan

mengalami peningkatan dan modal perusahaan sudah mampu menutupi

penurunan yang terjadi dalam aset, sehingga menunjukkan solvabilitas

yang baik.

3. Ratio Rentabilitas

Ratio rentabilitas pada tahun 2020. Dapat dilihat dari Return On Asser

dan Return On Investment yang didapatkan perusahaan. pada tahun 2020

sebesar 22,5%. Lalu pada Ratio Pemamfaatan Aset (Total Asset


Turnover) tahun 2020 adalah 0,31 kali, Rasio Perputaran Modal Kerja

(Working Capital Turnover) adalah 2,69 kali, Ratio Perputaran Aset

Tetap (Fixed Asset Turnover) tahun 2020 adalah 0,42 kali, Ratio

Perputaran Aset Lain – lain (Other Asset Turnover) tahun 2018 adalah

4,13 kali, Ratio Kinerja Operasi (Operating Performance Ratio)

keuntungan (laba), pengelolaan perusahaan harus mampu berkerja secara

efisien. Kinerja operasi perusahaan harus senantiasa ditingkatkan. Untuk

mengukur kinerja operasi perusahaan, Ratio Laba Bruto Terhadap

Penjualan (Gross Profit Margin) tahun 2020 adalah 29,49%, Ratio Laba

Usaha Terhadap Penjualan (Operating Income Margin) tahun 2020

adalah 28,83%, dan Ratio Beban Pokok Penjualan Terhadap Penjualan

dan Beban Usaha Terhadap Penjualan. Ratio beban pokok penjualan

terhadap penjualan PT. Ernesa Putri Sejati untuk tahun 2020 adalah

70,51%. Dari hasil tersebut nilai kenaikan pada rentabilitasnya cukup

signifikan. Dari hasil tersebut, maka dapat dikatakan bahwa manajemen

perusahaan tersebut sangat baik dalam mengelola aktiva dan investasi.


DAFTAR PUSTAKA

Darminto, D. P. (2019). Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi. In

Analisis Laporan Keuangan.

Hery. (2015). Analisis Laporan Keuangan (1st ed.). Center For Academic

Publishing Sevice.

Kasmir. (2016). Analisis Laporan Keuangan. Raja Grafindo Persada.

Prastowo, D., & Julianti, R. (2005). Analisis Laporan Keuangan (2nd ed.).

Sutrisno. (2013). Manajemen Keuangan Teori Konsep dan Aplikasi. In

Manajemen Keuangan Teori Konsep dan Aplikasi.

Veithzal, R. and others. (2007). Bank and Financial Institute Management.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.


PT ERNESA PUTRI SEJATI
Laporan Posisi Keuangan Komparatif
Per 31 Desember 2019 dan 2020
(Dalam Ribuan Rupiah)

31 Desember

2020 2019

ASET
Aset Lancar
Kas dan Bank Rp 431 337
Desposito 51.429 19.000
Piutang Dagang 29.535 17.462
Piutang Lain - lain 4.022 3.570
Persediaan 55.190 51.549
Persekot Biaya 1.823
1.683
Total Aset Lancar Rp142.290 Rp93.781
Aset Tetap Bersih Rp511.480 Rp533.522
Aset Lain – lain
Perkerjaan Rp16.154 32.207
dalampelaksanaan
Beban Ditangguhkan 22.854 25.25.264
Aset Lainnya 4.544 4.341
Total Aset Lain - lain Rp43.552 Rp61.812
TOTAL ASET Rp697.322 Rp689.115
LIABILITAS DAN
EKUITAS
Liabilitas jangka pendek
Utang Dagang Rp5.624 1.920
Utang jk.panjang jatuh 25.000 25.000
tempo
Utang kepada 2.186 2.551
perusahaan afliasi
Utang lain - lain 6.406 6.307
Total Liabilitas Jk Rp39.216 Rp35.778
Pendek

Utang Bank 87.500 112.500


Utang Program Pensiun 12.508 12.097
Utang PPh ditangguhkan 44.759 32.56
Total Liabilitas Rp183.983 Rp192.939
EKUITAS
Modal Saham 136.413 136.413
Modal Saham disetor 277.760 277.760
lainnya
Saldo Laba 99.166 82.003
Total Ekuitas Rp513.339 Rp496.176
Total Liabilitas dan
Ekuitas Rp697.322 Rp689.115

Sumber: Diolah dari laporan keuangan PT. Inco


PT ERNESA PUTRI SEJATI
Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komporatif Lain
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2019 dan 2020
(Dalam Ribuan Rupiah)
Tahun

2020 2019
Penjualan Rp217.332 Rp154.831
Beban Pokok Penjualan 153.231 130.456
Laba Bruto Rp.64.101 Rp24.375
Beban Usaha 1.442 2.999
Laba Usaha Rp62.659 Rp21.376
Pendapatan (Beban)
Lain - lain
Pendapatan Bunga Rp1.589 Rp803
Beban Bunga (7.087) (7.066)
Kerugian kurs (221) (105)
Beban Lain - lain (2.741) (934)
Laba Diluar Usaha Rp(8.460) Rp(7.302)
Laba Sebelum Pajak Rp54.199 Rp14.074
Pajak Penghasilan Rp12.195 3.167
Laba Bersih Rp42.004 Rp10.907
Laba Bersih per saham Rp0,17 Rp0.04

Anda mungkin juga menyukai