BAB III
PENGGUNAAN SISTEM MANAJEMEN BIAYA UNTUK EFISIENSI
L(y) = k (y – T)2
Sedangkan konstanta k dapat diperoleh dengan rumus berikut:
k = c/d2
LEAN PRODUCTION
Konsep lean production bertujuan untuk membuat perusahaan menjadi kurus (lean) dengan
cara membuangs egala aktivitas-aktivitas dan juga biaya yang tidak memiliki nilai tambah
bagi perusahaan. Perusahaan yang menerapkan konsep lean, biasanya mengorganisir
perusahaan mereka berdasarkan value stream. Dari sisi akuntansi manajemen, konsep value
stream ini akan membuat perhitungan biaya per produk menjadi lebih mudah, karena semua
biaya-biaya yang dikeluarkan pada value stream tersebut merupakan biaya langsung bagi
produk tersebut.
BAB IV
PENGGUNAAN SISTEM MANAJEMEN BIAYA UNTUK PENGAMBILAN
KEPUTUSAN STRATEJIK – PELANGGAN
Gambar tersebut menjelaskan, jika dilihat dari sudut profitabilitas, maka jenis-jenis
pelanggan dapat dibagi menjadi empat, yaitu:
→ Cheap
→ Passive
→ Savvy
→ Agressive
Penggolongan pelanggan berdasarkan profitabilitas dan cost to serve akan membuat
perusahaan memahami gambaran pelanggan yang saat ini mereka miliki, dan kemudian
perusahaan daapt mengambil keputusan yang tepat dalam mengelola pelanggan-pelanggan
tersebut.
MENINGKATKAN PROFITABILITAS PELANGGAN
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk meningkatkan profitabilitas
pelanggan mereka, diantaranya:
1) Memperbaiki proses.
2) Activity Based Pricing adalah menentukan harga berdasarkan aktivitas.
3) Mengelola hubungan dengan pelanggan dengan tujuan untuk membujuk pelanggan
membeli lebih banyak lagi produk atau jasa perusahaan.
4) Lebih disiplin dalam memberikan diskon dan allowances.
MENGHUBUNGKAN PRODITABILITAS DAN LOYALITAS PELANGGAN
Menghubungkan profitabilitas pelanggan dengan loyalitas pelanggan akan menghasilkan
empat golongan pelanggan, yaitu:
→ Butterflies
→ True-Friends
→ Barnacles
→ Strangers
CUSTOMER LIFETIME VALUE
Cara kedua untuk mengukur profitabilitas pelanggan adalah dengan mempergunakan konsep
CLV atau customer lifetime value. Konsep CLV akan menghitung berapa profitabilitas
pelanggan perusahaan bukan hanya dalam satu periode, namun dari beebrapa periode.
Rumusan untuk menghitung customer lifetime value adalah:
Dimana
Mt = tingkat keuntungan (pendapatan dikurangi biaya)
dari pelanggan pada tahun t
Ct = tambahan biaya untuk mempetahankan pelanggan
pada tahun t
i = biaya permodalan (cost of capital)
BAB V
PENGGUNAAN SISTEM MANAJEMEN BIAYA UNTUK PENGAMBILAN
KEPUTUSAN STRATEJIK – PRODUK
BAB VIII
AKUNTANSI MANAJEMEN LINGKUNGAN
Sebelum balanced Scorecard dibuat, perusahaan terlebih dahulu harus membuat peta
strategi (strategy map). Peta strategi merupakan bentuk gambar dari strateji perusahaan.
Strategi merupakan ilmu yang diturunkan dari ilmu perang, dan hampir semua jendral
menerangkan strateji perang pada prajuritnya dengan mempergunakan maket atau gambar.
Selain itu, peta strateji juga akan membuat hubungan antara satu elemen strateji dengan
elemen strateji lainnya menjadi lebih mudah dimengerti.
PERSPEKTIF KEUANGAN
Perspektif keuangan merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai perusahaan. Tujuan
stratejik yang paling utama pada perspektif keuangan ini adalah untuk memaksimalkan
kekayaan pemegang saham (long term shareholders value). Agar tujuan ini tercapai, maka
terdapat dua hal yang dapat dilakukan perusahaan, yaitu strateji pertumbuhan (growth
strategy) dan strateji produktivitas (productivity strategy). Strateji produktivitas dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1) Memperbaiki struktur biaya (improved cost structure)
2) Memaksimalkan tingkat penggunaan aset (maximizing assets utilization)
Dalam strateji memperbaiki struktur biaya, maka perusahaan harus melakukan perbaikkan
dalam aktivitas aktivitas yang dilakukan, seperti yang telah disebutkan dalam modul activity
based management, sehingga biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat berkurang.
Sedangkan dalam strateji memaksimalkan tingkat penggunaan aset, biasanya diukur dengan
tolok ukur total assets turnover, Tolok ukur ini mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
mengelola asetnya untuk menghasilkan penjualan. Semakin tinggi penjualan dan atau
produksi perusahaan, maka biaya tetap per unit akan semakin rendah, sehingga
memaksimalkan tingkat penggunaan aset merupakan salah satu strateji produktivitas
perusahaan.
Strateji kedua untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham adalah dengan strateji
pertumbuhan. Dalam hal ini juga terdapat dua strateji yang dapat dipakai untuk meningkatkan
pertumbuhan perusahaan, yaitu:
1) Memperluas peluang menambah pendapatn (Expand revenue opportunities)
2) Meningkatkan nilai yang diperoleh pelanggan (Enhance customer value)
Dalam strateji expand revenue opportunities, perusahaan akan mencari sumber-sumber baru
untuk meningkatkan pendapatannya, seperti pelanggan yang baru, pasar, yang baru, maupun
produk yang baru. Sedangkan dalam strateji enhance customer value, maka perusahaan akan
mencari bagaimana caranya agar pelanggan lama perusahaan membeli lebih banyak lagi
produk-produk perusahaan, ataupun pelanggan tersebut membeli produk-produk perusahaan
yang saat ini belum dibeli oleh mereka.
PERSPEKTIF PELANGGAN
Perspektif pelanggan pada intinya berisi customer value proposition, yaitu apa yang
dijanjikan perusahaan pada pelanggannya, agar pelanggan tersebut mau membeli produk
dari perusahaan. Seperti yang terlihat dalam template strategy maps, customer value
proposition dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1) Atribut produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan (product/services attributes)
2) Membangun hubungan dengan pelanggan (relationship)
3) Membangun persepsi pelanggan (image)
Dalam product/service attributes, yang dijanjjikan pada pelanggan antara lain berupa:
1) Harga (Price), salah satu cara yang paling mudah dilakukan untuk menarik pembeli
adalah dengan menjual barang atau jasa dengan harga yang murah.
2) Kualitas (Quality), faktor ini juga merupakan salah satu elemen yang membuat
pelanggan membeli produk dari perusahaan. Walaupun perusahaan menerapkan
strateji cost leadership, produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan harus memenuhi
standar minimal yang diinginkan oleh calion pembeli atau pelanggan perusahaan.
3) Pilihan (Selection), selera konsumen semakin beragam, sehingga salah satu cara untuk
menarik calon pembeli adalah dengan memberikan pilihan yang beragam.
4) Fitur (Functionality), pada beberapa perusahaan tertentu, terutama perusahaan yang
memproduksi barang-barang elektronik, elemen fitur (functionality) menjadi hal yang
penting.
Dalam membangun hubungan dengan pelanggan, ada dua hal yang dapat dijanjikan pada
pelanggan, yaitu:
1) Pelayan (services), fokus pada pelayanan banyak dilakukan oleh perusahaan jasa,
walaupun elemen ini juga penting untuk semua jenis usaha.
2) Menjadi mitra bagi pelanggan (partnership), elemen ini contohnya dapat dilakukan
dalam usaha business to business. Dalam usaha BtoB biasanya perusahaan tidak
memiliki pelanggan yang banyak, sehingga perhatian utama perusahaan adalah
menjadi mitra bagi pelanggannya.
Hal terakhir yang dapat dilakukan perusahaan untuk menarik pelanggan adalah dengan
membangun persepsi pelanggan terhadap peruahaan (image).Salah satu hal yang mewakili
image adalah merek perusahaan. Merek yang terpercaya dapat membuat pelanggan menjadi
loyal, dan juga dapat meningkatkan nilai jual produk atau jasa perusahaan.
PERSPEKTIF PROSES INTERNAL BISNIS (INTERNAL BUSINESS PROCESS)
Tujuan stratejik (strategic objective) yang terdapat pada perspektif internal bisnis dibuat
untuk mendukung tercapainya customer value proposition yang terdapat pada perspektif
pelanggan. Dalam konsep Balanced Scorecard, terdapat empat kelompok proses internal
yang dapat dilakukan perusahaan, yaitu:
1) Proses pengelolaan operasi (Operation management process)
2) Proses pengelolaan pelanggan (Customer management process)
3) Proses inovasi (Innovation process)
4) Proses yang terkait dengan hukum dan lingkungan sosial (Regulatory and social
process)
PROSES PENGELOLAAN OPERASI (OPERATING MANAGEMENT PROCESS)
Proses pengelolaan operasi biasanya ditujukan untuk mencapai customer value proposition
yang terkait dengan karakteristik produk atau jasa (product/service attributes). Ada empat
proses yang harus diperhatikan perusahaan, agar karakteristik produk atau jasa yang
dijanjikan pada pelanggan dapat dipenuhi. Keempat proses tersebut adalah:
1) Membangun dan memelihara hubungan dengan pemasok
2) Memproduksi barang dan jasa
3) Pendistribusian atau penyampaian produk dan jasa pada pelanggan
4) Pengelolaan risiko
PROSES PENGELOLAAN PELANGGAN (COUSTOMER MANAGEMENT
PROCESS)
Proses pengelolaan pelangaan, merupakan hal-hal yang dilakukan perusahaan agar customer
value proposition yang berkaitan dengan pelayanan (service) dan relationship dapat tercapai.
Proses pengelolaan pelanggan dapat dibagi menjadi empat proses utama, yaitu:
1) Memilih pelanggan (select customers)
2) Memperoleh pelanggan (acquire customer), mempertahankan pelanggan (retain
customer), dan membina hubungan dengan pelanggan (growth relationships with
customer)
PROSES INOVASI (INNOVATION PROCESS)
Proses inovasi, terutama dikaitkan untuk mncapai customer value proposition yang terkait
dengan functionality. Functionality, seperti fitur-fitur yang terdapat pada telepon genggam
atau produk-produk mengharuskan perusahaan untuk terus menerus menjaga proses inovasi
agar dapat memberikan produk dengan fitur terkini yang dikehendaki oleh calon pembeli.
Ada empat sub proses penitng dalam proses inovasi ini, yaitu:
1) Mengidentifikasikan peluang-peluang bagi produk atau jasa yang baru
2) Mengelola portofolio riset dan pengembangan dengan baik
3) Merancang dan mengembangkan produk atau jasa baru sesuai dengan portofolio yang
telah ditentukan pada tahap kedua.
4) Memperkenalkan produk atau jasa baru tersebut ke pasar
PROSES YANG TERKAIT DENGAN HUKUM DAN LINGKUNGAN SOSIAL
Untuk mencapai kesemua itu, perusahaan harus memiliki strateji yang tepat yang terkait dan
juga menjalankannya dengan baik, Balanced scorecard diperlukan untuk melakukan
monitoring terhadap pelaksanaan aktivitas dan pencapaian tujuan aktivitas tersebut.
Proses-proses yang akan dilakukan perusahaan dalam hal ini biasanya terkait dengan:
1) Lingkungan
2) K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
3) Pegawai
4) Komunitas
Balanced Scorecard yang terkait dengan proses ini akan lebih banyak dibahas pada modul
mengenai biaya lingkungan.
PERSPEKTIF PEMBELAJARAN DAN PERTUMBUHAN
Perspektif ini mengukur kesiapan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan dalam
menjalankan kegiatan kegiatan yang merupakan tujuan stratejik dalam perspektif internal
bisnis. Kesiapan sumberdaya yang dimiliki perusahaan tersebut dapat dilihat dari tiga sisi,
yaitu:
1) Kesiapan sumberdaya manusia (human capital)
2) Kesiapan sistem informasi (information cpital)
3) Kesiapan organosasi (organization capital)
Tolok ukur yang dipakai untuk mengukur kesiapan sumberdaya manusia yang dimiliki
perusahaan adalah human capital readiness. Untuk menghitung tolok ukur ini ada beberapa
langkah yang harus dilakukan, yaitu:
Tolok ukur information capital readiness mengukur kesiapan sistem informasi yang
dimiliki perusahaan untuk menunjang kelancaran kegiatan-kegiatan yang merupakan tujuan
stratejik dalam perspektif internal bisnis perusahaan. Sistem informasi yang selaras amat
diperlukan, karena agar orang-orang yang ada dalam perusahaan (human capital) dapat
bekerja dengan baik, maka human capital tersebut harus ditunjang dengan sistem informasi
yang selaras. Langkah-langkah untuk mengukur information capital readiness pada
dasarnya sama dengan yang dilakukan untuk mengukur human capital readiness, yaitu:
BALANCED SCORECARD
Menurut Niven (2010), ada beberapa factor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam
memilih tolok ukur yang tepat. Faktor-faktor tersebut adalah:
1) Terkait dengan strateji (linked to strategy), pilihan tolok ukur yang tersedia untuk
dipakai perusahaan teramat banyak, karena itu dibutuhkan kerangka untuk memilih
tolok ukur yang tepat bagi perusahaan.
2) Kuantitatif (quantitative), tolok ukur yang berifat kuantitatif biasanya merupakan
tolok ukur yang berasal dari sebuah rumus dan bersifat objektif.
3) Mudah diperoleh (accessible). Fungsi utama dari tolok ukur adalah untuk
pengukuran kinerja (performance measurement), Karena itu tolok ukur yang baik
adalah tolok ukur yang mudah diperbaharui (up date) untuk melihat sampai sejauh
mana posisi perusahaan dalam menjalankan strateji dan mencapai tujuannya.
4) Relevan (relevant), relevan berarti angka-angka yang terdapat dalam tolok ukur
merupakan angka yang mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
5) Seimbang (counter balanced), tolok ukur seringkali dapat memberikan perilaku
negatif terhadap orang yang terkait dengan tolok ukur tersebut.
6) Mudah dimengerti, tolok ukur akan dipakai oleh seluruh orang dalam perusahaan,
karena itu sedapat mungkin dicara tolok ukur yang mudah dimengerti oleh semua
orang.
7) Memiliki pengertian yang sama (common definition), tolok ukur yang dipilih harus
memiliki pengertian yang sama bagi semua orang yang ada dalam perusahaan.
BAB XIII
SISTEM PENGENDALIAN STRATEJIK – PROSES PEMBANGUNAN AWARENESS
DAN KESELARASAN (ALIGNMENT)
Alignment berarti keselarasan, hal ini berarti bahwa perusahaan harus memiliki tujuan,
strategi bahkan tolok ukur yang selaras untuk setiap bagian yang ada dalam perusahaan.
Untuk melihat apakah ada keselarasan dalam perusahaan, maka harus terdapat delapan
elemen yang diuji, yaitu:
Pembangunan keselarasan antara unit-unit yang terdapat dalam perusahaan. Dalam hal ini,
maka proses penyelarasan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1) Vertical Aligment
2) Horizontal Aligment
VERTICAL ALIGMENT
Vertical alignment berarti harus ada keselarasan antara strategy map dan balanced
scorecard yang dibuat pada level korporasi, dengan strategy map dan balanced Scorecard
untuk tingkatan-tingkatan dibawahnya, seperti pada tingkatan departemen, divisi bahkan
perorangan. Istilah penurunan strategy map dan balanced scorecard disebut dengan
cascading.
Proses cascading pertama adalah penurunan dari tingkatan korporasi ke tingkatan
departemen. Hal pertama yang harus diperhatikan adalah bentuk pusat pertanggungjawaban
dari departement tersebut. Jika departemen tersebut merupakan profit center atau
investment center, maka format strategy map untuk departemen akan sama dengan format
strategy map korporasi. Namun, jika departement merupakan cost center atau revenue
center, maka format dari strategy map akan sedikit berbeda. Tujuan utama dari unit bisnis
yang bersifat cost center bukanlah mencari laba, sehingga perspektif keuangan tidak dapat
ditempatkan pada posisi yang paling atas.
Kembali lagi pada proses cascading, maka proses vertical alignment (cascading) dapat
dilakukan dengan tiga tahap, yaitu:
HORIZONTAL ALIGMENT
Horizontal alignment berarti semua peta strategi, tujuan stratejik, balanced Scorecard yang
terdapat dalam masing-masing unit bisnis yang berada dalam satu tingkatan juga tidak
boleh bertentangan satu sama lainnya. Untuk menjamin keselarasan tersebut, maka setelah
diselesaikan proses cascading untuk masing-masing unit bisnis, maka peta strategi dan
balanced scorecard untuk masing-masing unit bisnis tersebut harus diperiksa lagi untuk
menjamin adanya keselarasan tersebut.
MEMBANGUN AWARENESS
Proses awareness adalah upaya untuk membuat seluruh karyawan dalam perusahaan dapat
mengetahui dan memahami strategi perusahaan secara keseluruhan. Strategi perusahaan
bukan hanya dilaksanakan oleh top manajemen, namun oleh semua pihak-pihak yang
terdapat dalam perusahaan, karena itu konsep membangun awareness menjadi suatu hal
yang penting dalam implementasi strategi perusahaan. Pembangunan awareness dapat
dilakukan dengan berbagai macam cara, misalkan dengan melakukan pertemuan, membuat
brosur, memasukkan dalam program intranet perusahaan, dan sebagainya.
1) Kurangnya atau tidak ada komitmen dari manajemen puncak. Balanced scorecard
merupakan suatu metode yang memerlukan pendekatan top-down. Bahkan untuk
menyusun balanced Scorecard tingkatan korporasi, BOD perusahaan bukan hanya
harus memberikan dukungan, tapi juga harus terlibat.
2) Terkadang manajemen puncak menganggap bahwa strategi merupakan rahasia
perusahaan yang hanya boleh diketahui oleh manajemen puncak tersebut.
Akibatnya strategy map dan balanced scorecard yang dibuat hanya diketahui oleh
manajemen puncak dan tidak diketahui oleh pegawai perusahaan. Balanced
scorecard merupakan suatu alat bantu agar strategi perusahaan dapat dijalankan
oleh seluruh orang yang ada dalam perusahaan. Karena itu tindakan untuk
menyimpan balanced scorecard hanya untuk level manajemen puncak merupakan
tindakan yang salah.
3) Proses pengembangan balanced Scorecard yang terlalu lama. Terkadang
perusahaan ingin membuat balanced Scorecard yang sempurna, sehingga proyek
pengembangan balanced Scorecard berlangsung terlalu lama. Hal ini sering
menimbulkan frustasi, yang kemudian menyebabkan perusahaan mengambil
kesimpulan bahwa balanced scorecard tidak sesuai bagi perusahaan.
4) Memperlakukan balanced Scorecard sebagai sebuah proyek sistem.