Anda di halaman 1dari 6

RESUME 3

SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

TENTANG
ORGANISASI SOSIAL, SISTIM KEKERABATAN
SERTA LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FADHILA ZAHRA PUTRI


21006055

BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
Organisasi sosial, sistim kekerabatan serta layanan bimbingan dan konseling

A. Organisasi Sosial
Organisasi meliputi dan meresapi semua aspek masyarakat secara
menyeluruh, baik ekonomi dan bahkan kehidupan pribadi kita. Kita mungkin
dilahirkan di sebuah rumah sakit, dan mungkin akan dimakamkan oleh suatu
yayasan sosial yang bergerak di bidang pemakaman. Kedua- duanya adalah
organisasi. Sekolah yang mendidik kita adalah organisasi, seperti juga toko
tempat kita membeli makanan, perusahaan yang membuat mobil kita, dan
orang yang memungut pajak penghasilan, mengumpulkan
sampah, dan lain-lain (Satari, 2016).
Dirdjosisworo (1985) mendefinisikan organisasi sosial sebagai suatu
wadah pergaulan kelompok yang disusun secara jelas antara para petugas dan
tugas-tugasnya yang berhubungan dengan usaha mencapai tujuan tertentu
yang umumnya berhubungan dengan aspek keamanan anggota organisasi
tersebut. Menurut Winardi (2003), organisasi sosial yaitu organisasi-
organisasi yang memenuhi kebutuhan sosial orang-orang untuk mencapai
kontak dengan orang lain. Kebutuhan akan identifikasi bantuan timbal balik,
misalnya klub-klub untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Utomo (1986), ciri-ciri yang digunakan dalam menentukan
bahwa suatu kelompok merupakan organisasi sosial adalah.
1. Formalitas: Suatu organisasi sosial mempunyai perumusan tertulis yang
jelas dalam hal tujuan, peraturan-peraturan (berupa anggaran dasar,
anggaran rumah tangga, dan sebagainya), prosedur penentuan atau
regulasi (misalnya surat keputusan dan sebagainya) serta
kebijaksanaannya. Dalam hal ini bentuk yang paling tinggi tingkatannya
ialah bentuk formalitas secara tertulis, sedangkan formalitas yang tidak
tertulis (misalnya hukum adat baru) menunjukkan adanya gejala ciri
tersebut.
2. Hierarki: Suatu organisasi mempunyai pola wewenang (yaitu suatu
kekuasaan yang diakui masyarakat) yang berbentuk piramida. Dengan
demikian beberapa orang didudukkan dalam posisi yang lebih tinggi dari
anggota lainnya. Sehubungan dengan itu maka peranan mereka
punberbeda secara menonjol. Suatu organisasi sosial paling sedikit harus
mempunyai tingkatan wewenang.
3. Ukuran besarnya atau size yang menimbulkan kompleksitas atau makin
kompleksnya pengaturan. Suatu organisasi sosial biasanya mempunyai
ukuran besar, sehingga para anggotanya tidak dapat melakukan relasi
sosial yang langsung. Di dalam satu organisasi yang besar maka hubungan
antaranggota tidak bersifat pribadi melainkan bersifat impersonal yang
merupakan gejala birokrasi. Hal ini berhubungan erat dengan ciri
formalitas, karena makin banyaknya jumlah anggota memerlukan
pengaturan yang lebih rumit.
4. Lamanya atau Duration: Usia suatu organisasi biasanya lebih lama
daripada umur keanggotaan, anggota dapat masuk atau keluar sedangkan
organisasi tidak terpengaruh olehnya (Satari, 2016).
B. Tujuan Organisasi Sosial
Tujuan organisasi sosial mencakup beberapa fungsi, di antaranya
memberikan pengarahan dengan cara menggambarkan keadaan masa akan
datang yang senantiasa berusaha dikejar dan diwujudkan oleh organisasi.
Dengan demikian, tujuan tersebut menciptakan pula sejumlah pedoman bagi
landasan kegiatan organisasi. Tujuan juga merupakan sumber legitimasi yang
membenarkan setiap kegiatan organisasi, serta bagi eksistensi organisasi itu
sendiri. Selain itu, tujuan juga berfungsi sebagai patokan yang dapat
dipergunakan oleh anggota organisasi maupun kalangan luar untuk menilai
keberhasilan organisasi, misalnya mengenai segi efektivitas maupun
efisiensi. Menurut cara ini pula tujuan organisasi berfungsi sebagai tolok-
ukur bagi para ilmuwan di bidang organisasi untuk berusaha mengetahui
seberapa jauh suatu organisasi berjalan secara baik.
C. Sistim Kekerabatan
Sistem kekerabatan merupakan  suatu hukum adat mengatur tentang
kedudukan seseorang sebagai anggota kerabat, kedudukan anak terhadap
orangtua dan sebaliknya, serta kedudukan anak terhadap kerabat yang
berdasarkan pada pertalian darah ( keturunan). Dalam struktur masyarakat
adat kita menganut tiga macam sistem kekerabatan :
1. Sistem kekerabatan parental ( bilateral)
2. Sistem kekerabatan matrilineal
3. Sistem kekerabatan patrilineal

Sistem kekerabatan parental ( bilateral) , Dalam sistem kekerabatan


ini menarik garis keturunan dari ayah dan ibu. Penganut sistem kekerabatan ini
di antara masyarakat Jawa, Madura, Sunda, Bugis, dan Makassar. Seorang
anak akan terhubung dengan kedua orang tuanya dan sekaligus kerabat ayah-
ibunya secara bilateral. Konsekuensi sistem kekerabatan parental yaitu berlaku
peraturan yang sama mengenai perkawinan, kewajiban memberi nafkah,
penghormatan, dan pewarisan. Seseorang akan memperoleh semenda dari jalan
perkawinan, baik perkawinan langsung atau perkawinan sanak kandungnya. 
anak menghubungkan diri dengan kedua orangtuanya dan kerabat ayah-ibunya
secara bilateral. Sistem kekerabatan ini berlaku pada masyarakat jawa, madura,
kalimantan dan sulawesi.

Sistem kekerabatan patrilineal, Dalam sistem kekerabatan ini


menarik keturunan hanya dari satu pihak yaitu sang ayah saja. Anak akan
terhubung dengan kerabat ayah berdasarkan garis keturunan laki-laki
secara unilateral. Penganut sistem ini di antaranya masyarakat Batak, Bali,
Ambon, Asmat, dan Dani. Konsekuensi sistem kekerabatan patrilineal adalah
keturunan dari pihak bapak (lelaki) memiliki kedudukan lebih tinggi. Hak-hak
yang diterima juga lebih banyak. anak menghubungkan diri dengan ayahnya
( berdasarkan garis keturunan laki-laki). Dalam  masyarakat patrilineal
keturunan dari pihak laki-laki dinilai mempunyai kedudukan lebih tinggi dan
hak-haknya juga lebih banyak. Sistem kekerabatan ini berlaku pada
masyarakat batak dan bali.

Sistem kekerabatan Matrilineal , Sistem kekerabatan ini menarik


garis keturunan dari pihak ibu saja. Anak akan terhubung dengan ibunya,
termasuk terhubung dengan kerabat ibu, berdasarkan garis keturunan
perempuan secara unlateral. Konsekuensi sistem kekerabatan ini yaitu
keturunan dari garis ibu dipandang sangat penting. Dalam urusan warisan,
misalnya, orang dari garis keturunan ibu mendapatkan jatah lebih banyak dari
garis bapak. Sistem kekerabatan ini bisa dijumpai pada masyarakat
Minangkabau dan Semando. anak menghubungkan diri dengan
ibunya( berdasarkan garis keturunan perempuan). Dalam masyarakat
matrilineal, keturunan menurut garis ibu dipandang sangat penting, sehngga
menimbulkan hubungan pergaulan kekeluargaan yang jauh lebih meresap
diantara para warganya yang seketurunan menurut garis ibu. Sistem
kekerabatan ini berlaku pada masyarakat minangkabau.
KEPUSTAKAAN

Satari, A. U. (2016). Pengertian dan Tujuan serta Tipe dan Struktur Organisasi
Sosial. 1–28.
Winardi. (2003). Teori Organisasi dan Pengorganisasian. Divisi Buku Perguruan
Tinggi, Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa.
Dirdjosisworo, S. (1985). Asas-asas Sosiologi. Bandung: Penerbit Armico.
Utomo, S.B. (1986). Ilmu Sosial Dasar. Bogor: Universitas Pakuan.

Anda mungkin juga menyukai