Anda di halaman 1dari 35

Risalah Perjuangan

Program Takhasus Pesantren Pergerakan

DAFTAR ISI

PROPOSAL KEGIATAN & RISALAH PERJUANGAN


PROGRAM TAKHASUS PESANTREN PERGERAKAN
SE-NUSANTARA

A. DASAR PEMIKIRAN PROGRAM TAKHASUS PESANTREN PERGERAKAN – [2]


B. GRAND TEMA & VISI-MISI PROGRAM TAKHASUS PESANTREN PERGERAKAN– [19]
C. ORIENTASI KUALITATIF PROGRAM TAKHASUS PESANTREN PERGERAKAN – [19]
D. TIM PENYELENGGARA PROGRAM TAKHASUS PESANTREN PERGERAKAN – [20]
E. WAKTU DAN TEMPAT PROGRAM TAKHASUS PESANTREN PERGERAKAN – [20]

F. JENIS PROGRAM TAKHASUS PESANTREN PERGERAKAN – [21]


G. MUATAN MATERI PROGRAM TAKHASUS PESANTREN PERGERAKAN – [21]
H. DAFTAR REFERENSI PROGRAM TAKHASUS PESANTREN PERGERAKAN – [22]
I. MODEL PENDEKATAN DALAM SETIAP PROSES DISKUSI & TASKHIH – [23]
J. FASILITAS BELAJAR PROGRAM TAKHASUS PESANTREN PERGERAKAN – [23]

K. PERSYARATAN SANTRI PROGRAM TAKHASUS PESANTREN PERGERAKAN – [23]


L. KETENTUAN TAMBAHAN PROGRAM TAKHASUS PESANTREN PERGERAKAN – [24]
M. JADWAL HARIAN PROGRAM TAKHASUS PESANTREN PERGERAKAN – [24]
N. RUTE KE LOKASI PONPES AL-MADANIYYAH AS-SALAFIYYAH – [25]
O. DAFTAR NOMOR KONTAK KOORDINATOR ZONA/ WILAYAH – [25]
P. NOMOR PUSAT KENDALI INFORMASI/ PENDAFTARAN/ REGISTRASI – [26]
Q. NOMOR REKENING REGISTRASI PESERTA & DONATUR – [26]
R. PENUTUP – [26]

LAMPIRAN:
Lampiran 1: PANITIA PELAKSANA NASIONAL PESANTREN PERGERAKAN – [27]
Lampiran 2: KITAB KUNING & REFERENSI BUKU KONTEMPORER – [28]
Lampiran 3: KETENTUAN KHUSUS REGISTRASI PESERTA – [32]
Lampiran 4: SURAT PERMOHONAN DELEGASI PESERTA – [33]
Lampiran 5: FORMULIR PENDAFTARAN PESERTA – [34]

1
Risalah Perjuangan
Program Takhasus Pesantren Pergerakan

PROPOSAL KEGIATAN & RISALAH PERJUANGAN


PROGRAM TAKHASUS PESANTREN PERGERAKAN SE-NUSANTARA

A. DASAR PEMIKIRAN PROGRAM TAKHASUS PESANTREN PERGERAKAN

Mandat Intelektual, Islam Progresif dan Tugas Kemanusiaan


Peradaban sebuah bangsa pasti berdiri diatas narasi sejarah dan struktur pengetahuan
yang dibangun. Narasi besar perubahan zaman dalam sejarahnya tidak hanya
membutuhkan rasionalitas, namun juga moral etik yang tinggi, sehingga tidak hanya atas
nama peradaban sebuah bangsa dibangun, yang seringkali peradaban tersebut berdiri
diatas penindasan manusia. Tugas kemanusiaan yang diemban oleh manusia terdidik
adalah mengentaskan harkat dan martabat kemanusiaan itu sendiri dari keterasingan
dan penindasan. Selayaknya siapapun yang merasa dirinya lahir di dunia, seharusnya
sadar dan insyaf, bahwa dirinya mendapatkan mandat tugas kemanusiaan tersebut.

Jika kita sebagai manusia beragama yang kritis dan rasional marilah kita renungkan
Firman Allah SWT berikut ini: Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi
Maha Penyayang, [1] Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?, [2] Itulah
orang yang menghardik anak yatim, [3] dan tidak menganjurkan memberi makan orang
miskin, [4] Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, [5] (yaitu) orang-orang
yang lalai dari shalatnya, [6] orang-orang yang berbuat riya’, [7] dan enggan (menolong
dengan) barang berguna. (Q.S. Al-Maa’uun [107]: 1-7). Dalam ayat ini jelas bahwa aspek
antroposentrisme transendental dalam beragama lebih didahulukan daripada aspek
teosentrisme transendental. Ketertindasan manusia adalah sebuah realitas sosial yang
tidak bisa dibiarkan, realitas tersebut harus disikapi, dilawan, dirubah demi keadilan atas
nama nilai-nilai universal dari semua agama.

Mengapa tidak ada protes atau perlawanan atas kondisi ketertindasan dari pihak kaum
agamawan? Apakah kaum agamawan buta atau membutakan diri terhadap situasi yang
ada? Kita sebagai entitas Islam harus menyadari bahwa ketidakmampuan mengambil
sikap yang diperlihatkan para agamawan itu disebabkan ketidakmampuannya melihat
persoalan sosial dan menganalisis struktur-struktur penindasan yang ada. Bukan hanya
itu, berlanjutnya penindasan karena agama mengalami degradasi nalar karena
pemahaman terhadap teologi dan kitab suci didominasi oleh tafsir yang justru tidak
sensitif terhadap persoalan masyarakat tertindas. Oleh karena itu perlu dilakukan de-
ideologisasi terhadap realitas sosial dan superstruktur serta de-ideologisasi terhadap
interpretasi kitab suci, agar iman kita bisa merespon situasi konkrit penindasan dan ikut
berjuang bersama-sama kaum tertindas melawan para penindas. Kebekuan agamawan
dalam merespon situasi konkrit ini seharusnya mendorong untuk menawarkan metode
berteologi yang bukan hanya sebagai usaha ortodoksi tapi juga suatu ortopraksis, yang
dimaksud adalah bahwa berteologi bukan hanya untuk memperteguh dan memantapkan
ajaran, tapi juga menjadikan pengalaman konkrit sebagai basis menerapkan sebuah
rumusan ajaran Islam Rahmatan lil ‘Alamin. Kenyataan ini menunjukkan bahwa
semangat dan prinsip teologi Islam ketika sistem dan struktur sosial dalam masyarakat
berjalan timpang (kemiskinan, ketidakadilan, diskriminasi, penindasan). Spirit Islam harus
didoroong bahwa dalam diri manusia sebenarnya menyimpan potensi fitrah, yakni
kesadaran akan kemerdekaan diri.

2
Risalah Perjuangan
Program Takhasus Pesantren Pergerakan

Analisa Kritis dan Tantangan Masyarakat Ekonomi Asean


Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dibuat dalam Deklarasi Concord II di Bali, Indonesia,
pada tanggal 7 Oktober 2003; pada KTT ASEAN Ke-12 pada bulan januari 2017; dan
para pemimpin negara-negara ASEAN ini menegaskan komitmen untuk mempercapat
komunitas asean pada tahun 2015. MEA memiliki tujuan untuk melakukan integrasi
ekonomi regional yang berimplikasi internasional. MEA secara spesifik memiliki
kepentingan untuk menciptakan; (1) pasar tunggal dan basis produksi tunggal; (2)
kawasan ekonomi yang kompetitif; (3) wilayah pembangunan ekonomi yang terbuka,
tanpa batas-batas negara; (4) integrasi ekonomi global; (5) mendorong kualitas sumber
daya manusia yang mampu menguasai teknologi; (6) menkondisikan negara sebagai
penjamin keberlangsungan ekonomi neo-liberal.

Dalam perspektif analisa kritis MEA adalah sebuah gagasan yang mendukung
berjalannya sistem kapitalisme global. Kita harus mampu melacak dan membongkar
kepentingan terselubung atas seolah-olah niat baik gagasan MEA. Secara sistematis
ideologi kapitalisme membutuhkan liberalisme berfikir dan bertindak manusia, serta
meniscayakan sistem sosial yang mendukung arus dan gelombang neo-liberalisme.
Bahwa masyarakat modern dicirikan dengan faham dan watak individualisme,
liberalisme, pragmatisme, irasional, hedonisme, juga ditunjang skill atau kemampuan
memanfaatkan teknologi dalam segenap kehidupannya. Watak masyarakat semacam itu
memang sengaja diciptakan oleh seperangkat sistem ide dari kapitalisme dan
liberalisme. Sekali lagi dalam MEA terdapat selubung kepentingan ideologis dari
kapitalisme, dimana manusia digiring untuk mampu berkompetisi secara bebas dalam
dunia pasar kerja. Pada titik ini sebetulnya terjadilah keterasingan (alienasi) manusia
dalam sistem masyarakat kapitalis.

MEA didorong oleh kepentingan politik-ekonomi internasional tingkat tinggi, terutama


Negara-negara eropa dan Negara Asia yang mulai berkembang, baik yang tergabung
dalam kaukus G-8 atau G-20, sehingga Negara-negara perlu menciptakan atmosfir
ekonomi yang kondusif di Asia. Gagasan MEA adalah usaha sistematis untuk memilah-
milah peta wilayah eksploitasi baru di Asia, disertai sedikit upaya memberikan “wajah
manusiawi” dalam kerja-kerja eksploitatif watak kapitalisme melalui gagasan MEA. MEA
berkeinginan membentuk manusia mekanistik yang mampu menjalankan mesin-mesin
produksi, birokrasi Negara yang menjamin inverstasi dan mampu memanfaatkan
teknolologi untuk mendukung transaksi-transaksi pasar. MEA harus kita curigai karena
memiliki motif untuk mendorong terbentunya sistem sosial dengan ambisi yang destruktif
yang irasional. Ini sebenarnya sangat membahayakan bagi kepentingan kohesi sosial
dan kedaulatan rakyat Indonesia.

Analisa Kritis Dampak Positif & Negatif Masyarakat Ekonomi Asean


MEA sebagai sebuah kepentingan atas ideologi kapitalisme, pasti akan mengekspansi
batas-batas negara-bangsa khususnya di Asia untuk mencari lahan, tenaga kerja, dan
bahan-bahan mentah untuk produksi kapitalis yang lebih murah. Nampaknya sulit
mencari sisi positif yang akan didapatkan dari gagasan MEA. Namun bisa dianalisis MEA
paling tidak mendorong manusia Indonesia untuk menunjukkan jati dirinya sebagai
bangsa yang mampu memimpin bangsanya sendiri secara ekonomistik, mengolah
sumber daya alam sendiri, menjadi bangsa yang mampu berdiri diatas kaki sendiri

3
Risalah Perjuangan
Program Takhasus Pesantren Pergerakan

(bangsa berdikari). Jika kita analisa dengan jernih dan kritis, kepentingan ekonomi politik
modern internasional ditandai oleh globalisasi produksi dan keuangan (dominasi modal).
Dalam tiga dasawarsa terakhir, masyarakat dunia menyaksikan perubahan yang sangat
signifikan dalam tatanan ekonomi politik global. Dunia menjadi demikian kompleks ketika
fenomena interdependensi antar bangsa kian meningkat. MEA adalah bagian dari
interdependensi antar Negara-negara Asia dalam kepentingan ekonomi.

Kemajuan inovasi teknologi, arus informasi, serta komunikasi yang dibarengi dengan
semakin tingginya intensitas arus investasi, keuangan, dan perdagangan global
menandai proses yang disebut sebagai globalisasi ekonomi. Proses tersebut juga
dicirikan dengan kian massifnya peran aktor non-negara dalam politik internasional.
Tidak hanya institusi-institusi global seperti WTO, IMF, Bank Dunia, atau perusahaan-
perusahaan multinasional, namun juga disertai dengan kemunculan gerakan masyarakat
sipil yang lintas batas negara misalnya terjadinya pergolakan politik di berbagai negara
yang mendorong orang bermigrasi. Dalam analisa kiritis ini, sekali lagi hal positif yang
berdampak adalah bahwa Indonesia akhirnya harus mampu berkompetisi melindungi
asset SDA demi kesejahteraan rakyat, mendorong birokrasi yang bersih dan akuntabel.
Pada akhirnya juga harus menciptakan manusia yang sesuai dengan watak dan karakter
bangsa Indonesia.

MEA sebagai representasi dari kepentingan ideologi kapitalisme awalnya mungkin


banyak dilihat sebagai cara pengaturan ekonomi dengan melibatkan ekspansi secara
berangsur-angsur ke luar wilayah dalam jaringan pertukaran barang. Namun, kapitalisme
sebenarnya memiliki cakupan yang lebih dari itu, hal ini dikarenakan ekspansi
kapitalisme tidak hanya dianggap sebagai taktik pasar, melainkan juga merupakan
kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dengan cakupan tidak hanya pada aktifitas
ekonomi saja, namun juga di bidang sosial dan politik. Maka, MEA berujung pada
kepentingan menciptakan watak manusia yang pragmatis-konsumtif dan birokrasi
Negara yang terbuka terhadap kepentingan pasar.

Indonesia sebagai Negara kaya tapi berpendapatan rendah yang pangsa


perdagangannya sangat kecil dalam perdagangan dunia, namun perubahan permintaan
atau harga komoditas-komoditas ekspornya atau kebijakan untuk secara cepat
menurunkan bea-bea impornya dapat secara sosial dan ekonomi berpengaruh besar
pada Negara tersebut. Negara Indonesia mungkin hanya memiliki peran yang kecil
dalam perdagangan dunia, namun perdagangan dunia memiliki pengaruh yang sangat
besar atas Negara Indonesia.

Liberalisasi eksternal dari perekonomian nasional Indonesia mencakup penghapusan


hambatan-hambatan nasional atas aktivitas ekonomi, meningkatkan keterbuakaan dan
integrasi dari Negara-negara Asean ke dalam pasar dunia. Di kebanyakan Negara
Asean, hambatan-hambatan Nasional dalam bidang moneter dan pasar uang,
perdagangan dan investasi asing langsung secara umumnya telah dihapus. Jika Negara
Indonesia tidak mampu mengendalikan kekuatan pasar di Asean maka bukan tidak
mungkin Indonesia akan mengalami depresi ekomoni atau krisis moneter yang parah.

4
Risalah Perjuangan
Program Takhasus Pesantren Pergerakan

Meminjam analisis dan pemikiran Marxist, bahwa Karl Marx sangat benci dengan sistem
perekonomian liberal yang digagas oleh Adam Smith dan kawan-kawan. Untuk
menunjukkan kebenciannya Marx menggunakan berbagai argumen untuk “membuktikan”
bahwa sistem liberal atau kapitalis itu buruk. Argumen-argumen yang disusun Marx
dapat dilihat dari berbagai segi, baik dari sisi moral, sosiologi maupun ekonomi. Dari segi
moral Marx melihat bahwa sistem kapitalis mewarisi ketidakadilan dari dalam.
Ketidakadilan ini akhirnya akan membawa masyarakat kapitalis ke arah kondisi ekonomi
dan sosial yang tidak bisa dipertahankan. Dari segi sosiologi, Marx melihat adanya
sumber konflik antar kelas. Dalam sistem liberal-kapitalis yang diamati Marx ada
sekelompok orang (yaitu para pemilik modal) yang menguasai kapital, dan ada
sekelompok orang lainnya (yaitu kaum buruh) sebagai kelas proletar yang seperti sudah
ditakdirkan untuk selalu menduduki posisi kelas bawah. Dari segi ekonomi, Marx melihat
bahwa akumulasi kapital di tangan kaum kapitasil memungkinkan tercapainya
pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Akan tetapi pembangunan dalam sistem kapitalis
sangat bias terhadap pemilik modal. Untuk bisa membangun secara nyata bagi seluruh
lapisan masyarakat, perlu dilakukan perombakan struktur melalui revolusi sosial. Bagi
Marx, pangkal dari semua perubahan adalah karena dilakukannya penghisapan atau
eksploitasi dari para kapitalis terhadap kaum buruh.

Maka, kemajuan ekonomi, sosial dan politik bangsa Indonesia ini sangat ditentukan oleh
kedaulatan rakyat. Kekuatan rakyat jangan sampai dihisap oleh kekuasaan yang
cenderung korup, partai yang melakukan depolitisasi massa, dan pemodal yang
merampok pajak rakyat. Kekuatan bangsa ini sangat bergantung pada political will para
pemimpin bangsa.

Nalar Globalisasi & Kebangkitan Paham Neo-Liberalisme


Menurut BPS (Badan Pusat Statistika) jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai
jumlah 28,28 Juta orang atau sekitar 11, 25%. Menurut sahabat-sahabat kader
pergerakan, apakah Indonesia saat ini sudah siap menghadapi MEA? Jika siap, hal apa
sajakah yang harus dilakukan oleh bangsa Indonesia terutama pemerintah? MEA pada
dasarnya sangat dekat dengan istilah globalisasi, dimana kepentingannya adalah
peningkatan konsentrasi dan monopoli berbagai sumberdaya manusia dan sumber daya
alam serta kekuatan ekonomi oleh perusahaan-perusahaan transnasional, maupun oleh
perusahaan-perusahaan keuangan dan dana global.

Pelaku utama dari globalisasi adalah Negara imperialis yang berkuasa artinya Negara
yang mempunyai prinsip ekonomi world competitive dan mereka tidak mempunyai
kerugian apa-apa karena semua biaya yang dikeluarkan berasal dari pembukaan pasar
(open market). Kelompok ini hendak memperjuangkan globalisasi yang bebas
(unrestricted globalization), mereka cenderung untuk membuka perekonomian mereka
dan sebagai gantinya mereka juga menuntut Negara lain agar membuka
perekonomiannya. Dalam kaitan dengan IMF, juga mendesak bagi pemerintah untuk
segera menghentikan kontrak dengan lembaga internasional tersebut, walaupun
sebenarnya juga sudah terlambat. “Jeratan” IMF pada kendali kebijakan perekonomian
Indonesia, sehingga menurunkan kedaulatan nasional ekonomi kita, sudah berjalan
sangat lama dengan hasil yang minimal, menelan biaya sosial-ekonomi yang mahal.

5
Risalah Perjuangan
Program Takhasus Pesantren Pergerakan

Jika kita mengatakan IMF gagal membantu pemulihan ekonomi Indonesia, ini bukanlah
sesuatu yang mengejutkan. Kebijakan-kebijakan IMF yang me-liberalkan perekonomian
dengan membuka pasar barang dan modal seluas-luasnya, sistem kurs bebas,
mengetatkan APBN, menjual BUMN, dan membatasi intervensi pemerintah, tidak jarang
justru bersifat kontra produktif bagi perbaikan ekonomi negara berkembang. Tak kurang
dari Joseph E. Stiglitz, ekonom dunia terkemuka peraih nobel tahun 2001, menohok IMF
yang dikatakannya dengan ahli ekonom “kelas tiga” ingin mengatur negara-negara yang
sangat komplek permasalahan ekonominya. Hasilnya, menurut Stiglitz dalam
“Globalization and Its Discontents”, justru mendorong penyebaran resesi ekonomi dari
satu negara ke negara lain, menyulitkan kaum miskin karena IMF sangat berorientasi
pada kepentingan elit para kreditor, menimbulkan pengangguran.

Globalisasi pada dasarnya berpijak pada kebangkitan kembali paham liberalisme, suatu
paham yang dikenal sebagai neo-liberalisme. Neo-liberalisme sesungguhnya ditandai
dengan kebijakan pasar bebas, yang mendorong perusahaan swasta dan pilihan
konsumen, penghargaan atas tanggungjawab personal dan inisiatif kewiraswastaan,
serta menyingkirkan birokrat dan “parasit” pemerintah, yang tidak akan pernah mampu
meskipun dikembangkan. Aturan dasar kaum neo-liberal adalah “Liberalisasikan
perdagangan dan keuangan”, “Biarkan pasar menentukan harga”, “Akhiri inflasi,
Stabilisasi ekonomi-makro, dan privatisasi”, “Pemerintah harus menyingkir dari
menghalangi jalan”. Paham inilah yang saat ini mengglobal dengan mengembangkan
“consensus” yang dipaksakan yang dikenal dengan “Globalisasi”, sehingga terciptalah
suatu tata dunia. Arsitek tata dunia ini ditetapkan dalam apa yang dikenal “The Neo-
Liberal Washington Consensus”, yang terdiri dari para pembela ekonomi swasta
terutama wakil dari perusahaan-perusahaan besar yang mengontrol dan menguasai
ekonomi internasional dan memiliki kekuasaan untuk mendominasi informasi kebijakan
dalam membentuk opini publik.

Coba selanjutnya kita analisis tentang neo-liberalisme; bahwa pokok-pokok pendirian


neo-liberal meliputi, pertama, bebaskan perusahaan swasta dari campur tangan
pemerintah, misalnya jauhkan pemerintah dari campur tangan di bidang perburuhan,
investasi, harga serta biarkan perusahaan itu mangatur diri sendiri untuk tumbuh dengan
menyediakan kawasan pertumbuhan. Kedua, hentikan subsidi Negara kepada rakyat
karena bertentangan dengan prinsip pasar dan persaingan bebas. Negara harus
melakukan swastanisasi semua perusahaan Negara, karena perusahaan Negara dibuat
untuk melaksanakan subsidi Negara pada rakyat. Ini juga menghambat persaingan
bebas. Ketiga, hapuskan ideologi “kesejahteraan bersama” dan pemilikan komunal
seperti yang masih banyak dianut oleh masyarakat “tradisional” karena menghalangi
pertumbuhan. Serahkan manajemen sumberdaya alam kepada ahlinya, bukan kepada
masyarakat “tradisional” (sebutan bagi masyarakat adaptif) yang tidak mampu mengelola
sumberdaya alam secara efisien dan efektif. Dari analisa ekonomi politik diatas, yang
harus dilakukan oleh bangsa Indonesia terutama pemerintah adalah: menyiapkan
regulasi yang mampu melindungi asset ekonomi, menyiapkan birokrasi yang bersih dan
transparan, mendorong kinerja struktur pemerintahan yang cepat dan tanggap bekerja
untuk berkompetisi dalam dunia ekonomi, menolak eskploitasi SDA minimal dengan
renegosiasi dengan investor asing, memperjelas subsidi untuk rakyat, menolak
privatisasi BUMN dan segala aset SDA oleh pemilik modal asing.

6
Risalah Perjuangan
Program Takhasus Pesantren Pergerakan

Hukum Gerak Ekonomi Politik Internasional


Secara kritis kita perlu menganalisis tentang globalisasi. Bahwa, globalisasi dalam
perspektif ekonomi bukan hanya momok tetapi juga merupakan kekuatan serakah dari
sistem kapitalisme-liberalisme yang harus dilawan dengan kekuatan ekonomi-politik
nasional yang didasarkan pada ekonomi rakyat. Para ilmuwan Ekonomi Politik
Internasional lebih tertarik pada fakta bahwasanya dunia perekonomian memiliki dampak
yang patut untuk dipertimbangkan pada kekuatan (power), nilai, dan otonomi politik dari
suatu masyarakat nasional. Hal ini tentu karena negara idealnya memiliki faktor
pendorong yang kuat dalam pengambilan keputusan demi mengamankan nilai serta
kepentingannya sendiri, sehingga kemudian negara bisa saja memanipulasi kekuatan
pasar dalam rangka meningkatkan kekuatan dan pengaruh negara tersebut terhadap
negara lawan maupun negara kawannya.

Untuk memahami hukum gerak ekonomi kita bisa melihat dengan analisis teori marxis.
Dalam memahami studi Ekonomi Politik Internasional, marxisme memiliki kerangka kerja
bahwasanya negara tidak bergerak secara otomatis, namun negara digerakkan oleh
kepentingan kelas yang berkuasa. Sebagai contohnya ialah negara-negara kapitalis yang
digerakkan oleh kepentingan kaum borjuis. Hal tersebut kemudian berarti bahwa segala
macam perjuangan antar negara haruslah dilihat dalam konteks ekonomi sebagai
persaingan antar kelas kapitalis yang berbeda negara, karena marxis memiliki paham
bahwa konflik kelas merupakan hal yang sangat fundamental daripada konflik antar
Negara. Nah, dari pandangan marxisme ini, kita sebagai bangsa Indonesia harus mampu
mengendalikan dan menguasai kekuatan ekonomi dalam negeri. Negara seharus
mampu melindungi asset-aset ekonomi penting, tidak ada lagi eksploitasi atas nama
rakyat. Kekuatan ekonomi Negara ada dalam kekuatan massa rakyat yang melindungi
asset-nya. Bisa dikatakan kita butuh sistem ekonomi nasional, sistem ekonomi sosialis,
sistem ekonomi rakyat, atau sistem ekonomi pancasila.

Sistem ekonomi yang tepat untuk Indonesia adalah Sistem Ekonomi Pancasila (SEP).
Sistem Ekonomi Pancasila (SEP) merupakan sistem ekonomi yang digali dan dibangun
dari nilai-nilai yang dianut dalam masyarakat Indonesia. Beberapa prinsip dasar yang
ada dalam SEP tersebut antara lain berkaitan dengan prinsip kemanusiaan,
nasionalisme ekonomi, demokrasi ekonomi yang diwujudkan dalam ekonomi kerakyatan,
dan keadilan. Sebagaimana teori ekonomi Neoklasik yang dibangun atas dasar faham
liberal dengan mengedepankan nilai individualisme dan kebebasan pasar. SEP juga
dibangun atas dasar nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat Indonesia, yang bisa
berasal dari nlai-nilai agama, kebudayaan, adat-istiadat, atau norma-norma, yang
membentuk perilaku ekonomi masyarakat Indonesia. Kasus terbelenggunya kita pada
utang, dan juga terperosoknya Indonesia dalam krisis ekonomi yang terjadi sekarang,
merupakan “peringatan” kepada bangsa kita untuk menggali nilai-nilai yang hidup dalam
masyarakat, yakni nilai-nilai sistem Ekonomi Pancasila, dalam memecahkan masalah
ekonomi yang dihadapi bangsa ini. Adalah juga menjadi tanggung jawab kita semua,
terutama kalangan intelektual, akademisi, aktivis sosial, untuk melakukan kajian-kajian
empirik dalam merumuskan nilai-nilai yang membentuk perilaku ekonomi orang
Indonesia. Bagaimana tantangan manifestasi dari gagasan ini? Tentu harus kita jawab!

7
Risalah Perjuangan
Program Takhasus Pesantren Pergerakan

Tantangan Utama Revolusi Industri 4.0


Klaus Schwab dalam bukunya The Fourth Industrial Revolution (2016) mengemukakan
tentang Revolusi Industri Generasi Keempat (Revolusi Industri 4.0) yang ditandai dengan
kelahiran artificial intelegent pada ragam bentukan produk yang dapat bekerja layaknya
fungsi otak manusia yang dioptimalisasikan. Otomasi dan pengambilalihan bidang kerja
yang dimekanisasi melalui perangkat digital menjadi keniscayaan dan mengarahkan
pada praktik-praktik bidang kerja yang berpusat pada eliminasi 'berkedok' efisiensi
tenaga kerja manusia sebagai muaranya. Ragam 'kecerdasan buatan' tersebut di
antaranya adalah super komputer, robot pintar, kendaraan tanpa pengemudi, dan lain
sebagainya. Konsep Revolusi Industri 4.0 ini menemukan pola dan mekanisme kerja
baru ketika disruptif teknologi hadir begitu cepat yang secara bertahap mendominasi
sendi kehidupan dan keseharian manusia.

Revolusi Industri 4.0 merupakan perubahan strategis dan drastis tentang pola produksi
yang mengolaborasikan tiga dimensi utama di dalamnya, yakni manusia, teknologi/
mesin, dan big data. Dalam banyak literatur, kunci dari era industri generasi keempat ini
bukan lagi berkisar pada ukuran atau besaran perusahaan atau organisasi, tetapi
kelincahan dan sifat adaptif yang dimiliki untuk dapat bertahan dalam iklim kompetitif dan
dinamis menghadapi perubahan yang bergerak melesat. Soft skills dan transversal skills
menjadi modal penting bagi generasi yang hidup dan menjadi pelaku perubahan di era
revolusi industri tersebut.

Peluncuran 'Program Making Indonesia 4.0' pada beberapa bulan lalu menjadi salah satu
upaya Indonesia menyambut penetrasi Revolusi Industri 4.0, yang kedatangannya
diharapkan tidak sekadar disambut oleh euforia yang melenakan, tetapi merangsang
kesadaran bahwa kesiapaan bangsa ini untuk menceburkan diri pada arus revolusi
tersebut harus disertai dengan 'pemberian bekal' yang mumpuni agar menghindarkan diri
terseret arus globalisasi yang menenggelamkan.

Banyak analisa menyatakan bahwa keunggulan kompetitif (competitive adventage)


sebuah bangsa di era Revolusi Industri 4.0 ini sesungguhnya mengejawantahkan pada
kemampuan mengintegrasikan beragam sumber daya yang dimiliki agar memiliki
konektivitas pada penguasaan teknologi, komunikasi, dan big data untuk menghasilkan
'smart product' dan 'smart services', dan tidak sekadar pada produktivitas kerja yang
berskala besar semata. Ada baiknya kita mencermati pernyataan Menteri
Ketenagakerjaan (Menaker) yang dirilis media tentang kesiapan bangsa ini menghadapi
perubahan besar pada pola industri dan ekonomi global melalui Revolusi Industri 4.0 ini.

Bayang-bayang industries shock dan empower shock semakin rentan menghantui


kesiapan bangsa ini terhadap perubahan yang telah berjalan di hadapan mata. Beberapa
hari lalu, Menaker kembali menegaskan kepada media, bahwa perkembangan teknologi
dan digitalisasi akan membuat sekitar 56 persen pekerja di dunia akan kehilangan
pekerjaan dalam 10 sampai 20 tahun ke depan. Pernyataan Menaker tersebut juga
selaras dengan proyeksi Organisasi Buruh Internasional (International Labour
Organization/ ILO) belum lama ini.

8
Risalah Perjuangan
Program Takhasus Pesantren Pergerakan

Perkembangan teknologi dan digitalisasi akan membuat sekitar 56 persen pekerja di


dunia akan kehilangan pekerjaan dalam 10 sampai 20 tahun ke depan. Salah satu
program prioritas dalam peta jalan (roadmap) 'Making Indonesia 4.0' adalah peningkatan
kualitas sumber daya manusia, yang dapat mengelaborasi ilmu pengetahuan,
keterampilan hidup, dan penguasaan terhadap teknologi informasi. Menurut survei
McKinsey (2018) disebutkan bahwa penguasaan terhadap teknologi digital dapat
berkontribusi sebesar USD 3 triliun untuk pasar ekonomi global di tahun 2030, atau
setara dengan 16 persen lebih tinggi dari total Produk Domestik Bruto (PDB) sedunia
pada saat itu.

Ragam analisis mengemuka terkait dengan tantangan utama yang dihadapi sumber daya
manusia Indonesia dalam menjalankan revolusi industri keempat ini. Mekanisasi oleh
mesin dan teknologi digital menjadi tantangan utama layaknya api dalam sekam.
Beragam penemuan teknologi, digitalisasi, dan terobosan bidang teknologi tergambar
pada studi McKinsey (2017) yang menyatakan bahwa sekitar 52,6 juta jenis pekerjaan
pada jangka waktu lima tahun ke depan akan digantikan oleh mesin dengan sistem
otomasi. [Tulisan Kritis Tantangan Utama Revolusi Industri 4.0, diadaptasi dari tulisan
Diyan Nur Rakhmah (active writer pada birokratmenulis.org) – kumparan.com]

Menakar Implikasi MEA & Revolusi Industri 4.0 terhadap Indonesia


Pertama yang harus kita fahami adalah bahwa, negara imperialis memainkan peran
penting dalam membuka pintu perekonomian dunia dengan menciptakan lembaga
keuangan internasional seperti Bank Dunia, IMF dan GATT/ WTO. Lembaga-lembaga ini
dikontrol oleh orang-orang yang ditunjuk oleh Negara imperialis di bawah pimpinan
Negara-negara Eropa dan negara-negara sedang berkembang (NSB). Fungsi mereka
adalah menggantikan peran pasar domestik dan produsen lokal serta menghancurkan
lembaga sosial setempat dengan tujuan memfasilitasi masuknya multy national
corporation (MNC) dan terjaminnya ekspor barang-barang kebutuhan Negara Dunia I.

Negara imperialis memainkan peran penting dalam pembangunan kembali ekonomi


perusahaan-perusahaan raksasa, mereka memberikan bantuan militer dan perlindungan
politik bagi perluasan multy national corporation (MNC), sementara multy national
corporation (MNC) tersebut membiayai lembaga keuangan internasional yang bertugas
untuk membuka pasar baru dan tempat investasi yang baru. Di bawah bayang-bayang
modal multinasional korporasi, Negara imperialis juga ikut mensubsidi dan membiayai
ekspansi modal, sementara di sisi lain penghisapan terhadap pasar domestik terus
dilakukan untuk membiayai ekspansi tersebut.

Gambaran di atas memberi implikasi yang penting bagi Indonesia. Tidak hanya di bidang
ekonomi, tetapi mencakup aspek yang lebih luas termasuk politik luar negeri dan
pertahanan. Pertama, ekonomi Indonesia perlu menyiapkan diri sebaik-baiknya agar
dinamika Asia yang berkembang cepat itu dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi
pembangunan dan kemakmuran rakyat Indonesia. Semua potensi pembangunan, tidak
hanya sumber daya alam, tetapi yang lebih pokok adalah sumber daya manusia,
infrastruktur, ruang (teritori), dan teknologi harus dioptimalkan. Kedua, mempertegas
arah pembangunan ekonomi yang akan ditempuh dalam jangka panjang. Dalam
menjabarkannya kepada prioritas pembangunan untuk kurun waktu yang lebih pendek

9
Risalah Perjuangan
Program Takhasus Pesantren Pergerakan

harus konkret, konsisten, dan berkelanjutan. Di sini peranan kepemimpinan dan


pemerintah yang kuat serta sistem sosial, politik, dan budaya yang mendukung sangat
besar. Ketiga, meningkatkan peranan Indonesia paling tidak di Asia Tenggara dalam
waktu dekat. Agar berperan lebih besar dalam dinamika Asia menuju tahun 2050,
Indonesia juga perlu secepatnya kembali memainkan peran yang lebih besar di ASEAN,
baik bidang ekonomi, politik, maupun pertahanan.

Tantangan Islam Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdliyah


Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdliyah (Aswaja ala NU) harus moderat dan berdiri
diantara dua kelompok. Pertama, kelompok yang tidak menihilkan pandangan ulama
terdahulu; Kedua, kelompok merujuk kepada Al-Qur’an dan Sunnah secara langsung
tanpa merujuk kepada pemikiran ulama dalam berislam. Salah satu problem besar Umat
Islam adalah problem kenegaraan setelah runtuhnya sistem kekhilafahan pada tahun
1924. Sejak Abu Bakar ra. naik tahta menggantikan kepemimpinan Rasulullah SAW.
sistem yang dibangun adalah sistem kekhilafahan dengan satu kekuasaan sentral yang
membawahi seluruh umat Islam di muka bumi. Dalam sistem ini, perbedaan suku dan
bangsa tidak diperhatikan. Semua muslim membentuk kesatuan umat, yaitu umat Islam.
Tidak perduli apakah dia dari bangsa Arab atau dari non-Arab. Dalam teks Piagam
Madinah yang ditetapkan oleh Nabi Muhammad SAW. dinyatakan bahwa umat Islam
adalah kesatuan umat di luar umat-umat yang lain.

Mereka yang tak memahami Madzhab NU demikian ini sering terjebak pada salah
persepsi bahkan menuduh NU sebagai organisasi hiprokit yang prinsipnya berubah-ubah
mengikuti arus dinamika yang berkembang. NU pernah mengakui kedaulatan Belanda
yang jelas-jelas menjajah Nusantara, dan di tengah-tengah upaya Bangsa
memerdekakan negeri dari belenggu penjajahan. NU juga mengakui kepemimpinan
Soekarno di saat banyak tokoh Islam mendelegitimasi kepemimpinannya karena
merangkul PKI dalam sistem NASAKOM. Ini tentu berbeda dari sikap NU yang selama ini
dikenal. Ketika NU didirikan pada tahun 1926, lalu ditulis Qanun Asasinya, tak
dicantumkan di situ tujuan kemerdekaan. Ditanyakan hal itu kepada Mbah Wahhab
Hasbullah, lalu dijawab bahwa semua program dan tujuan NU hanya bisa dilaksanakan
dengan baik jika Indonesia merdeka dari penjajahan Belanda. Tujuan kemerdekaan tak
perlu dituangkan secara eksplisit karena terlalu terang benderang. Demikain pula ketika
terjadi pemberontakan PKI pada tahun 1948 di Madiun, NU menjadi garda depan dalam
membela NKRI. Namun kenapa di kemudian hari NU tetap membela Soekarno dan
bersedia masuk dalam kabinet yang menyertakan PKI? Begitu juga kenapa di kemudian
hari NU justru mengakui pemerintahan Belanda dan tetap menganggap Nusantara
sebagai negara Islam meski di bawah kekuasaan penjajah asing yang kafir? Keputusan
NU demikian ini jika tidak memahami dengan baik prinsip-prinsip NU maka sering
mengarah pada klaim dan tuduhan bahwa NU tidak konsisten dan cenderung mudah
tergoyahkan oleh kepentingan sesaat.

Demikianlah prinsip metodologis NU dalam menyikapi dinamika kehidupan. Apalagi


Islam di nusantara menemukan jati dirinya ketika masyarakat di Nusantara memasuki
gerbang modernisme. Dalam teori ilmu sosial, salah satu yang membedakan antara
masyarakat modern dengan masyarakat klasik adalah keterikatan afiliatif, di mana dalam
masyarakat klasik umumnya afiliasi mereka bersifat tunggal atau semi tunggal,

10
Risalah Perjuangan
Program Takhasus Pesantren Pergerakan

sementara masyarakat modern afiliasi mereka bersifat majemuk. Masyarakat modern


tidak lagi bisa diikat hanya oleh keterikatan emosional agamis. Mereka juga masuk
dalam keterikatan-keterikatan yang lain dengan penuh sadar, seperti keterikatan
kebangsaan, profesi, alumni, dan lain sebagainya. Memberangus semua keterikatan
afiliatif dan hanya menyeru kepada afiliasi agama adalah keluar dari prinsip keadilan, dan
hampir pasti akan menimbulkan goncangan-goncangan yang tak terperikan.

Tradisi Versus Modernisasi Islam


‘Orang-orang kafir dalam arah yang sesungguhnya adalah orang-orang yang menumpuk
kekayaan dan terus membiarkan kezaliman dalam masyarakat serta merintangi upaya-
upaya menegakkan keadilan. seorang mukmin sejati bukanlah sekedar orang yang
percaya kepada Allah SWT, akan tetapi juga ia harus seorang mujahid yang berjuang
menegakkan keadilan, melawan kezaliman dan penindasan’. (Asghar Ali Engineer).
‘Islam harus memberikan harapan untuk menjadi mitra bagi peradaban-peradaban lain
dalam penciptaan peradaban dunia baru dan universal.’ (Hassan Hanafi). ‘Prinsip-prinsip
fundamental Islam bersifat revolusioner. Ia adalah revolusi melawan pendewasaan
manusia, melawan ketidakadilan, melawan prasangka ras, politik, ekonomi dan agama.’
(Sayyid Qutb). Pernyataan ketiga tokoh ini menjadi pembuka wacana kritis dalam tradisi
intelektual Islamologi kritis dan kajian Islam Progresif.

Secara ontologis, peradaban Barat termanifestasi dalam bentuk hasil kreativitas manusia
yang diarahkan pada pencarian kebutuhan material keduniaan yang sarat dengan
nuansa hedonisme. Sedangkan peradaban Islam merupakan akumulasi kreativitas
manusia yang diarahkan tidak hanya pada pencarian kebutuhan hidup material, tetapi
sekaligus juga pencarian kepuasan ruhani (spiritual). Secara epistemologis, peradaban
Barat diperoleh melalui pendekatan-pendakatan akademis yang didasarkan pada
rasionalisme, empirisme, dan positivisme. Dengan begitu, perkembangan peradaban
Barat berjalan linier dan sarat nuansa sekularisme. Sementara itu, peradaban Islam
digali dari teks-teks suci yang dibumikan secara kontekstual. Dengan demikian,
pendekatan saintifik dalam peradaban Islam selalu sarat nilai-nilai Islam. Secara
aksiologis, peradaban Barat akan bernilai ketika mampu menjawab seluruh kebutuhan
dan tantangan kehidupan manusia. Sementara itu, peradaban Islam tidak hanya
bertujuan pragmatis temporal, tapi melampaui batas-batas kebutuhan lahiriah
duniawiyah. Menurut Islam, sebuah peradaban akan bernilai bila mendatangkan manfaat
bagi kesejahteraan hidup manusia di dunia dan akhirat. Oleh karenanya, peradaban
Islam juga terkait dengan persoalan eskatologis yang merupakan salah satu aspek
penting dalam bangunan teologi Islam.

Para penulis sejarah fikih (tarikh al-tasyri') umumnya sepakat, setelah abad ke-9 dan ke-
10 Masehi atau abad-3 dan ke-4 Hijriah, hukum Islam mengalami kejumudan tekstual
atau lebih dikenal dengan istilah taklid (taqlid). Selama periode taklid ini tidak ada
perkembangan berarti dalam epistimologi hukum Islam, kecuali mengikuti produk ijtihad
yang telah dihasilkan ulama-ulama terdahulu. Dalam bidang ushul fiqh, metodologi
perumusan hukum yang diarsiteki Imam Syafi'i begitu dominan, sehingga tidak ada yang
berhasil melampaui batas-batas epistimologis yang telah ditetapkan Syafi'i. Bahkan,
kematangan di bidang ini sempat menggiring ulama untuk mendeklarasikan "pintu ijtihad"
telah tertutup. Proses rethinking Islam sebenarnya masih berlangsung dan perlu terus

11
Risalah Perjuangan
Program Takhasus Pesantren Pergerakan

dikembangkan. Sejauh ini, untuk menghindari pemahaman keagamaan yang literalis dan
rigid, para ulama mengajukan dua strategi penafsiran. Pertama,
mengkontekstualisasikan teks untuk menemukan--pinjam istilah Nasr Abu Zayd--makna
alegorisnya. Kedua, menggiring rasionalitas hukum dari penalaran deduktif menuju
penalaran induktif. Tugas generasi kita dan generasi mendatang adalah menguji dua
strategi ini dan coba mengajukan kerangka penalaran yang lebih solid.

Tantangan Global dunia Pemikiran dan Gerakan Islam


Sepintas, peradaban Barat memang lebih maju dari peradaban Islam, antara lain
dibuktikan dengan perkembangan ekonomi, teknologi, dan stabilitas kehidupan sosial-
politik yang dicapai Barat. Dengan menggunakan ukuran-ukuran yang bersifat fisik
material, fenomena kebangkitan peradaban Barat merupakan keniscayaan. Namun bila
dikaji lebih dalam, kemajuan sains dan teknologi yang menjadi basis fundamental
bangunan peradaban Barat justru telah menelantarkan dunia di ambang pintu krisis
global yang semakin hari semakin mengkhawatirkan. Menurut Fritjof Capra (1975), krisis
global yang dihadapi umat manusia di planet ini telah menyentuh hampir seluruh dimensi
kehidupan seperti bidang kesehatan, teknologi, ekonomi, politik, ekologi, dan hubungan
sosial. Krisis juga melanda dimensi-dimensi intelektual, moral, dan spiritual.

Krisis-krisis global yang disebutkan di atas dapat dilacak secara langsung pada cara
pandang dunia (world view) Barat. Pandangan dunia yang diterapkan selama ini adalah
pandangan dunia mekanistik linier ala Cartesian dan Newtonian. Paradigma Cartesian-
Newtonian ini, di satu sisi berhasil mengembangkan sains dan teknologi yang membantu
kehidupan manusia, namun di sisi lain mereduksi kompleksitas dan kekayaan kehidupan
manusia itu sendiri. Paradigma Cartesian-Newtonian memperlakukan manusia dan
sistem sosial seperti mesin besar yang diatur menurut hukum-hukum obyektif, mekanis,
deterministik, linier, dan materialistik. Cara pandang ini menempatkan materi sebagai
dasar dari semua bentuk eksistensi, dan menganggap alam kosmos sebagai suatu
kumpulan objek-objek terpisah yang terkait menjadi sebuah mesin raksasa. Di antara
tokoh-tokoh revolusi ilmiah yang turut membentuk cara pandang seperti itu adalah
Francis Bacon, Copernicus, Galileo, Descartes, dan Newton.

Revolusi ilmiah itu telah membawa para saintis pada satu kesimpulan bahwa kehidupan
dunia tidak lagi begitu menarik untuk diperbincangkan. Betapa tidak, hampir seluruh
realitas telah dapat diterangkan secara jelas oleh penemuan-penemuan sains. Terlebih
jika dunia dilihat dengan formula matematis gaya Albert Einstein atau Stephen Hawking,
maka bisa jadi yang kita jumpai adalah sebuah dunia yang sudah selesai. Artinya,
manusia telah merasa berhasil menyadap the mind of God, sehingga Tuhan memang
telah tiada. Yang ada hanyalah konstruksi dan persepsi manusia sebagaimana
dinyatakan oleh Nietzsche atau Karl Marx. Dengan demikian, masuk akal jika peradaban
Barat mencapai puncaknya pada saat mereka meninggalkan (independen dari) Tuhan.
Karena mereka menyandarkan nasibnya semata pada kekuatan sendiri dan
mengabaikan aspek-aspek spiritualitas, maka bisa dipahami jika mereka kehilangan
orientasi (dis-oriented).

12
Risalah Perjuangan
Program Takhasus Pesantren Pergerakan

Refleksi Kritis dan Upaya Rekonstruktif Membangun Peradaban


Kerapuhan fondasi peradaban Barat sebagaimana disebutkan di atas merupakan
peluang besar bagi umat Islam untuk membangun peradaban alternatif yang berdimensi
moral dan spiritual. Agenda utama yang harus dikedepankan antara lain membangun
kesadaran eksistensial manusia yang tidak terpisahkan dari Tuhan. Keyakinan terhadap
kehadiran Tuhan dalam seluruh dimensi kehidupan akan memberikan kekuatan
sekaligus kedamaian dalam hati setiap manusia yang menjadi aktor pendukung setiap
peradaban. Belajar dari realitas objektif sejarah Islam pada saat Nabi Muhammad SAW
melakukan reformasi peradaban secara total, starting point yang tepat adalah melalui
reformasi ideologi, teologi, dan kultural. Penguasaan dan pengembangan sains dilandasi
semangat iqra (scientific discovery) sesuai tuntunan Al-Quran. Atas dasar itulah, umat
Islam di masa lalu mampu mewujudkan peradaban tinggi.

Bertolak dari realitas objektif di atas, untuk mewujudkan peradaban Islam masa depan
diperlukan upaya-upaya rekonstruktif dengan mempertimbangkan elemen-elemen: (1)
semangat tajdid dari semua pihak secara menyeluruh, (2) pembumian wahyu melalui
kontekstualisasi ajaran Islam, (3) political will dari pihak penguasa, (4) eksplorasi,
penguasaan, dan pengembangan sains dan teknologi, serta (5) membangun moralitas
umat yang didasarkan pada nilai-nilai Islam otentik. Dengan kekuatan dan potensi umat
yang begitu besar, tidak tertutup kemungkinan bahwa fajar kebangkitan peradaban Islam
akan bersinar dari negeri Indonesia.

Nalar Paradigmatik &Transformasi Stratak Gerakan PMII


Kelahiran suatu pikiran sering menyamai kelahiran seorang anak. Ia didahului dengan
penderitaan-penderitaan pembawaan kelahirannya. Marx pernah berkata: “Proletariat tak
akan kehilangan sesuatu miliknya, kecuali belenggu budaknya”. Kalimat ini dapat kita
gunakan di Indonesia lebih luas. Disini anasir-anasir bukan proletar berada dalam
penderitaan yang sama dengan buruh industri, karena di sini tak ada industri nasional,
perdagangan ansional. Dalam bentrokan yang mungkin terjadi antara imperialisme
Belanda dan rakyat Indonesia tak seorang Indonesia pun akan kehilangan miliknya
karena bentrokan itu. Di Indonesia kita dapat serukan kepada seluruh rakyat: “Kamu tak
akan kehilangan sesuatu milikmu kecuali belenggu budakmu”. Jika kita dapat mulai
melancarkan pukulan stategis, demikian itu tidak hanya tergantung pada kualitas
organisasi kita, akan tetapi juga pada keadaan ekonomi politik, baik pun di dalam
maupun di luar negeri. Akan tetapi pukulan strategis itu akan mempunyai harapan lebih
besar akan berhasil, jika tiap-tiap aksi politik atau ekonomi dapat kita lancarkan dengan
sukses. Ini berarti, bahwa kita, seandainya kita tak mendapatkan kemenangan yang
lengkap, kita sedapat mungkin dapat menghindarkan kekalahan, yang dapat
melemahkan organisasi-organisasi kita buat waktu yang lama tetapi bukannya
menghindarkan perjuangan dan pada buruh ditanamkan khayalan seolah-olah dalam
masyarakat kapitalis perjuangan dapat dihindarkan, akan tetapi karena kegiatan
persiapan dan kecakapan revolusioner. [Naar de ‘Republiek Indonesia’ Menuju Republik
Indonesia, Tan Malaka (1925)] Sebuah gerakan yang rapi dan massif harus
mengandaikan terbentuknya faktor-faktor produksi, distribusi dan wilayah perebutan.
Tanpa mengunakan logika ini maka gerakan akan selalu terjebak pada heroisme sesaat
dan kemudian mati tanpa meninggalkan apa-apa selain kemasyuran dan kebanggaan
diri belaka. Katakanlah kita sedang akan membangun sebuah gerakan maka dimana

13
Risalah Perjuangan
Program Takhasus Pesantren Pergerakan

wilayah perebutan yang akan kita temui dan oleh karena itu apa yang harus kita produksi
dan mengunakan jalur distribusi seperti apa agar produk-produk gerakan kita tidak
disabotase di tengah jalan. Rangkaian produksi-distribusi-perebutan ini adalah sebuah
mata rantai yang tidak boleh putus, karena putusnya sebuah mata rantai ini berarti
matinya gerakan atau setidak-tidaknya gerakan hanya akan menjadi tempat kader-
kadernya heroisme-ria. Dan yang lebih penting bahwa gerakan semacam ini akan lebih
mudah untuk di aborsi.

Yang pertama perlu di kembangkan di PMII adalah bahwa sejarah itu berjalan dengan
masa lalu, bukan karena semata-mata masa lalu itu ada, tetapi karena masa lalu telah
membentuk hari ini dan hari esok. Artinya capaian tertinggi dari sebuah gerakan adalah
ketika satu generasi telah berhasil mengantar generasi berikutnya menaiki tangga yang
lebih tingi. Visi historis inilah yang akan menjadikan PMII sebagai organisasi besar yang
berpandangan kedepan dan universal, karena PMII tidak didirikan hanya untuk bertahan
selama sepuluh atau dua puluh tahun, tetapi PMII didirikan untuk melakukan perubahan
tata struktur dan sistem. Dengan demikian paradigma menempati posisi yang sangat vital
dalam membangun gerakan PMII ke depan, karena paradigma itu seharusnya memandu
gerakan PMII dalam bingkai dunia.

Kekuatan mahasiswa hanya mampu menjadi kelompok preasure group ternyata di


dorong oleh kepentingan kelompok tertentu. Pada sisi lain mahasiswa tidak mampu
memberikan satu rumusan konseptual dan solusi atas berbagai problematika transisi.
Kegagalan-kegagalan yang tetap harus kita akui sebagai bentuk kelemahan kita
bersama, yang salah satunya disebabkan keterjebakan kita dalam stigma gerakan
mahasiswa sebagai gerakan moral. Meminjam istilah Ben Anderson dalam bukunya
Revolusi Pemuda, mengenai peran pemuda yang sangat besar dalam menentukan
masa depan sebuah bangsa. Dimana dalam peran ini mahasiswa menjadi bagian
didalamnya. Selain itu pepatah Arab yang berbunyi “Syubhanul yaum rijaalul ghoddi.
Kedua hal tersebut di atas paling tidak menjadi landasan epistemologi yang akan
semakin menguatkan stigma gerakan mahasiswa sebagai gerakan moral, sebagaimana
kuatnya memori kolektif masyarakat yang menyebut bahwa pemuda Indonesia pada
tahun 1908 telah mempunyai andil yang cukup besar terhadap bangsa Indonesia dengan
keberahasilannya melaksanakan sumpah pemuda, dimana masyarakat tidak pernah
paham mengenai kenyataan empiris tentang kondisi dan situasi sosial-politik dan
ekonomi dalam negeri serta tren politik global pada waktu itu.

Sebagai sebuah organisasi semestinya PMII telah mencapai periode kamatangan, sejak
didirikan pada 17 April 1960 sebagai bagian integral dari organisasi NU, PMII memang
berfungsi sebagai sayap mahasiswa NU di samping GP Ansor di sayap pemuda,
Muslimat di sayap ibu-ibu, Fatayat di sayap remaja putri dan IPNU/ IPPNU di sayap
pelajar serta Banom-Banom lain, maka komitmen PMII kapada jam`iyah NU adalah suatu
yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Maka keterlibatan PMII di masa-masa awal berdirinya
sebagai penyokong Partai NU adalah sebuah keharusan. Pada tahun 1974 ketika NU
telah melakukan fusi politik dengan partai-partai Islam lain, dalam PPP, maka deklarasi
independensi di Munarjati Malang juga merupakan pilihan sejarah yang sangat penting.
Dengan tegas PMII menyatakan independen dari NU karena PMII memang harus
menegaskan visinya bukan sebagai bagian partai politik.

14
Risalah Perjuangan
Program Takhasus Pesantren Pergerakan

Demikian pula, deklarasi interdependensi pada dekade 1980-an, yang kembali


menegaskan ke saling tergantungan antara PMII-NU adalah bukti bahwa PMII tidak akan
dapat meninggalkan komitmennya terhadap jam`iyah NU. Pilihan-pilihan dependensi-
independensi-interdependensi ini sebenarnya tidak perlu terlalu dipermasalahkan.
Perdebatan-perdebatan selama tiga dekade awal PMII tampaknya hanya berkisar di
sekitar pilihan-pilihan ini belaka. Ini berakibat pada terbengkalainya rancangan-
rancangan kedepan yang berada di luar batas-batas NU. Ini tentunya kontra produktif
terhadap PMII sebagai sebuah gerakan yang mengandaikan adanya perubahan sistem
dan struktur dalam jangka panjang, karena tidak akan perubahan dapat bergerak keluar
dari batas-batas kulturalnya. Ini yang kemudian disebut sebagai jebakan primodialisme
dalam gerakan, karena PMII tidak akan dapat pernah berperan sebagai agen
transformasi kedalam NU yang nyata-nyata adalah komunitas dari mana ia lahir, alih-alih
menjadi bagian dari kemapanan NU yang membekukan.

Dengan demikian komitmen PMII terhadap NU adalah komitmen yang mengambil


bentuknya dalam class of strugle yang akan mengawal visi dan misi NU kedepan
disamping transformasi internal tersebut. Perdebatan yang lebih produktif baru muncul
dekade 1990-an seiring dengan semakin luasnya pengaruh pemikiran Gus Dur di
kalangan muda NU, terutama PMII. Figuritas Gus Dur sebagai tokoh demokrasi dan
pengusung civil society yang kritis terhadap pemerintahan rezim Soeharto sangat
berpengaruh dalam pembentukan pola fikir aktifis-aktifis PMII.

Klimaks dari resistensi terhadap pemerintahan rezim Orde Baru adalah gerakan
mahasiswa di penghujung dekade 1990-an dimana PMII berdiri di barisan paling depan
dalam menghancurkan rezim Orde Baru, sebagaimana NU juga berdiri di barisan paling
depan dalam menganyang PKI pada paruh ke-dua tahun 1960-an. Paradigma arus balik
masyarakat pingiran yang di pandu oleh gagasan free market of ideas tersebut berhasil
menciptakan kader-kader PMII yang kritis dan memiliki militansi gerakan yang memadai
dan sikap yang terbuka. Keterbukaan itu ditandai dengan luasnya pergaulan aktifis-aktifis
PMII dengan kelompok-kelompok minoritas yang selama ini selalu terkucilkan. Dengan
bekal pemahaman teologis yang inklusif para kader mampu melampaui sekat-sekat
agama yang selama ini di pelihara demi kelanggengan kekuasaan.

Ada bebarapa alasan yang menyebabkan PMII harus memilih paradigma kritis sebagai
dasar untuk bertindak dan mengaplikasikan pemikiran serta menyusun cara pandang
dalam melakukan analisa:

Pertama, masyarakat Indonesia saat ini sedang terbelenggu oleh nilai-nilai kapitalisme
modern. Kesadaran masyarakat dikekang dan diarahkan pada satu titik yaitu budaya
massa kapitalisme dan pola pikir positivistik modernisme. Pemikiran-pemikiran seperti ini
sekarang telah menjadi sebuah berhala yang mengahruskan semua orang untuk
mengikatkan diri padanya. Siapa yang tidak melakukan, dia akan ditinggalkan dan
dipinggirkan. Eksistensinya-pun tidak diakui. Akibatnya jelas, kreatifitas dan pola pikir
manusia menjadi tidak berkembang. Dalam kondisi seperti ini maka penerapan
paradigma kritis menjadi suatu keniscayaan.

15
Risalah Perjuangan
Program Takhasus Pesantren Pergerakan

Kedua, masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, baik etnik, tradisi,
kultur maupun kepercayaan. Kondisi seperti ini sangat memerlukan paradigma kritis,
karena paradigma ini akan memberikan tempat yang sama bagi setiap individu maupun
kelompok masyarakat untuk mengembangkan potensi diri dan kreatifitasnya secara
maksimal melalui dialog yang terbuka dan jujur. Dengan demikian potensi tradisi akan
bisa dikembangkan secara maksimal untuk kemanusiaan.

Ketiga, sebagaimana kita ketahui selama pemerintahan Orde Baru dan juga Orde
Reformasi berjalan sebuah sistem politik yang represif dan otoriter dengan pola yang
hegemonik. Akibatnya ruang publik (public sphere) masyarakat hilang karena direnggut
oleh kekuatan negara. Dampak lanjutannya adalah berkembangnya budaya bisu dalam
masyarakat, sehingga proses demokratisasi terganggu karena sikap kritis diberangus.
Untuk mengembangkan budaya demokratis dan memperkuat civil society dihadapan
negara, maka paradigma kritis merupakan alternatif yang tepat.

Keempat, selama pemerintahan Orde Baru yang menggunakan paradigma keteraturan


(order paradigm) dengan teori-teori modern yang direpresentasikan melalui ideologi
developmentalisme, warga PMII mengalami proses marginalisasi secara hampir
sempurna. Hal ini karena PMII dianggap sebagai wakil dari masyarakat tardisional.
Selain itu, paradigma keteraturan memiliki konsekuensi logis bahwa pemerintah harus
menjaga harmoni dan keseimbangan social yang meniscayakan adanya gejolak sosial
yang harus ditekan sekecil apapun. Sementara perubahan harus berjalan secara
gradual dan perlahan. Dalam suasana demikian, massa PMII secara sosiologis akan
sulit berkembangkarena tidak memiliki ruang yang memadai untuk mengembangkan diri,
mengimplementasikan kreatifitas dan potensi dirinya.

Kelima, selain belenggu sosial politik yang dilakukan oleh negara dan sistem kapitalisme
global, era MEA, Reviolusi Industri 4.0, Globalisasi, dan Neo-Libetralisme yang terjadi
sebagai akibat perkembangan situasi, faktor yang secara spesifik terjadi dikalangan
PMII adalah kuatnya belenggu dogmatisme agama dan tradisi. Dampaknya, secara
tidak sadar telah terjadi berbagai pemahaman yang distortif mengenai ajaran dan fungsi
agama. Terjadi dogmatisme agama yang berdampak pada kesulitan membedakan
mana yang dogma dan mana yang pemikiran terhadap dogma. Agamapun menjadi
kering dan beku, bahkan tidak jarang agama justru menjadi penghalang bagi kemajuan
dan upaya penegakan nilai kemanusiaan. Menjadi penting artinya sebuah upaya
dekonstruksi pemahaman keagamaan melalui paradigma kritis.

Beberapa alasan mengenai mengapa PMII memilih Paradigma Kritis Tansformatif untuk
dijadikan pisau analisis dalam menafsirkan realitas sosial. Karena pada hakekatnya
dengan analisis PKT mengidealkan sebuah bentuk perubahan dari semua level dimensi
kehidupan masyarakat (ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan pendidikan, dll.)
secara bersama-sama. Hal ini juga tercermin dalam imagened community (komunitas
imajiner) PMII yang mengidealkan orientasi out-put kader PMII yang diantaranya adalah:
Intelektual Organik, Agamawan Kritis, Profesional Lobbiyer, Ekonom Cerdas,
Budayawan Kritis, Politisi Tangguh, dan Praktisi Pendidikan yang Transformatif.

16
Risalah Perjuangan
Program Takhasus Pesantren Pergerakan

Strategi gerakan PMII bertumpu pada kekuatan untuk mengantisipasi perubahan di


masa mendatang di tiga front sekaligus: global front, local front, dan internal-movement
front. Berdasarkan berbagai bacaan dan input maka terdapat dua strategi gerakan PMII:
menjadi avant-garde gerakan dan penguasaan the leading sectors. Kelebihan PMII
dalam mempromosikan dan mempraktekkan Islam moderat tentu dapat menjadi
“penggedor” dalam membangun relasi. Islam yang dikampanyekan bukan merupakan
Islam berwatak konfrontatif yang memaksakan ajaran Islam diadopsi dalam sistem
kenegaraan melainkan pemahaman Islam yang selaras atau dapat bernegosiasi dengan
pembangunan (development) negara dan masyarakat. Pengalaman mengkampanyekan
Islam moderat selama puluhan tahun yang dilakukan oleh PMII telah menjaga integritas
nasional Indonesia dari berbagai isu sektarian (agama, etnik, dan golongan) yang
berpotensi mengancam kedaulatan teritorial Indonesia dan konflik dalam skala massive
di masyarakat. Hingga kini, keberagaman di Indonesia dapat tumbuh dan berkembang
tanpa harus takut terhadap terjadinya homogenisasi oleh kelompok sektarian tertentu.

Jika global-network dengan negara, civil society, institusi pendidikan, institusi agama,
dan institusi budaya, dan berbagai asosiasi kepemudaan berhasil dilakukan maka PMII
akan menjadi organisasi gerakan mahasiswa yang bervisi global dan mendapatkan
banyak akses untuk terlibat secara aktif. Secara khusus, global-network dimanfaatkan
untuk mendapatkan akses pendidikan, berupa beasiswa untuk up grading disiplin
akademik, bagi kader-kader PMII dan membangun ikatan emosional serta kerjasama
dengan organisasi kepemudaan di negara-negara tersebut.

Rekomendasi Taktis & Strategis Kader Pergerakan


Dari ekplorasi dan narasi gagasan diatas tentang Mandat Intelektual Islam Progresif dan
tugas kemanusiaan, Analisa Kritis dan Tantangan Masyarakat Ekonomi Asean, Analisa
Kritis Dampak Positif & Negatif Masyarakat Ekonomi Asean, Nalar Globalisasi &
Kebangkitan Paham Neo-Liberalisme, Hukum Gerak Ekonomi Politik Internasional,
Tantangan Utama Revolusi Industri 4.0, Menakar Implikasi MEA & Revolusi Industri 4.0
terhadap Indonesia, Tantangan Islam Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdliyah, Tradisi
Versus Modernisasi Islam, Tantangan Global dunia Pemikiran dan Gerakan Islam, dan
uraian Refleksi Kritis dan Upaya Rekonstruktif Pemikiran dan Gerakan Islam, Nalar
Paradigmatik &Transformasi Stratak Gerakan PMII, maka kemudian kita harus menakar
pengetahuan yang kita miliki sebagai landasan gerakan yang konstruktif dan
pradigmatik, tanpa basis analisis yang kuat tidak mungkin suatu gerakan akan
berimplikasi pada formasi perubahan sosial masyarakat.

Semestinya hal-hal penting yang harus dilakukan kader PMII dalam jangka panjang
adalah melakukan: (1) nasionalisasi asset bangsa; (2) mendidik kader muda untuk
memiliki watak dan sikap negarawan yaitu: nasionalisme, patriotisme dan heroisme
yang matang; (3) melawan investor asing yang semena-mena mengeksploitasi sumber
daya alam kita yang berlimpah; (4) melawan segala bentuk ketidak adilan termasuk
birokrasi dan rezim pemerintahan yang tiranik; (5) menolak intervensi asing atas
perundang-undangan dan semua regulasi yang mengatur tata kelola pemerintahan dan
perlindungan asset ekonomi; (6) menyaring imperealisme budaya yang menegasikan
watak asli masyarakat Indonesia sebagai bangsa angraris dan maritim; (7) menalar
kembali makna Islam progresif yang responsif terhadap realitas sosial.

17
Risalah Perjuangan
Program Takhasus Pesantren Pergerakan

Sebagai pesan ideologis untuk kader PMII, renungkan kata-kata Tan Malaka: ”Sebelum
imperialis itu meninggalkan pesisir kita belumlah akan kita sarungkan belati kita ke sarungnya.
Kembali kita ke alam kita, ke penghidupan yang sederhana. Kita bisa dan kita terpaksa berlaku
begitu! Dengan hidup sederhana dan senjata sederhana kita bisa bertahan bertahun tahun.
Camkanlah bahwa kekayaan Indonesia yang istimewa itu mengizinkan kita bertarung lama
dengan hidup miskin. Semua kekayaan dan kemegahan Indonesia itu kelak akan jatuh kembali
ke tangan kita apabila kita sudah menang! Semboyan kita: Rencana Ekonomi Berjuang!
Kemerdekaan 100%! Rencana Ekonomi Sosialistis!”

IKHTITAM: Sebuah perjuangan mulia jangan pernah patah!


Atas dasar narasi panjang ekplorasi diatas, dan atas dasar kebutuhan kaderisasi maka
Program Takhasus Pesantren Pergerakan Se-Nusantara alhamdulilah akan
diselenggarakan kembali pada Angkatan Ke-2 Tahun 2019. Acara ini sengaja dibuat
sebagai media transformasi pengetahuan serta kebutuhan ideologis untuk menciptakan
mata rantai pengetahuan dilevel kaderisasi PMII. Kemunduran tradisi intelektual
merupakan kegelisahan yang ingin dijawab dalam forum ideologis ini. Akselerasi
wacana sebagai sumbu gerak pemikiran dan gerakan, adalah sebuah keniscayaan,
maka ruang kaderisasi kultural inklusif ini mudah-mudahan menjadi jawaban atas
degradasi intelektual dan mampu mengatasi kelemahan kaderisasi PMII. PMII harus
menjadi bagian dari sejarah Indonesia. Dalam tetralogi Pramudya Ananta Toer,
dikatakan bahwa: “Progresifitas sejarah akan berjalan dengan hukum-hukumnya sendiri.
Progresifitas sejarah adalah gerak hidup manusia diselingkupan bumi, garis hidup kemanusiaan.
Yang menentang, apakah itu kelompok, suku, bangsa atau perorangan akan kalah. Dan aku tahu
betul, itulah yang akan terjadi, entah kapan, entah cepat, entah lambat.”

Agenda Ideologis Pesantren Pergerakan ini memiliki ekspektasi yang besar dan dalam
jangkauan yang panjang atas nama solidaritas dan perjuangan PMII, yaitu dimana
alumnus Pesantren Pergerakan ini diharapkan terbentuk aspek-aspek kematangan
kader, diantaranya: terbentuknya aspek militansi, semangat perjuangan, semangat
membangun PMII, semangat ber-pengetahuan, semangat pengorbanan, loyalitas yang
takkan pernah mati, intelektualitas yang mumpuni, nalar kritis-progresif, spiritualitas
agama & sosial, dedikasi dan integritas diri, berkorban untuk menjaga PMII, Negara,
Bangsa Indonesia, serta memperjuangkan Islam Rahmatan lil ‘Alamin. Jika masih diberi
umur panjang, maka marilah perjuangan suci ini kita lakukan terus-menerus tanpa
pamrih dan hanya mengharap Ridho Allah SWT. Ingatlah sahabat, bahwa nyawa,
tenaga, darah, pikiran, kehendak, naluri, rasa, hasrat, keinginan, yang ada dalam jiwa
dan tubuh kita ini hanya akan menjadi debu tanpa arti jika tidak kita abadikan dalam
perjuangan, pengabdian, pengorbanan, dan perwujudan harapan-harapan suci nan
mulia. Maka, sekecil apapun manfaat dari kegiatan ini kami yakin adalah sebuah
pengabdian yang besar atas nama nilai, solidaritas, pengetahuan, katauhidan dan suatu
usaha meneladani alim ulama di negeri ini. Sahabatku seperjuangan! Marilah terus
membunuh waktu, terus berjuang, terus-menerus bunuh diri kelas, terus menasbihkan
diri dalam cita-cita perubahan sosial. Kita jadikan pesantren pergerakan ini sebagai
sentrum gerakan pemikiran dan gerakan sosial. Perubahan kita mulai dari diri sendiri.
Kita semua adalah ummat terbaik yang diberi amanah untuk mendorong perbuatan baik
dan mencegah dari kemungkaran. Hiduplah yang mulia, atau matilah dengan syahid!
Salam Pergerakan! Salam Persahabatan! Salam Ta’dzim!

18
Risalah Perjuangan
Program Takhasus Pesantren Pergerakan

B. GRAND TEMA & VISI-MISI PROGRAM TAKHASUS PESANTREN PERGERAKAN


▪ Grand Tema Program Takhasus Pesantren Pergerakan: ‘Menggiring Semangat
Tajdid: Upaya Rekonstruksi Kerangka Paradigmatik & Nalar Transformasi Sosial.’
▪ Visi Program Takhasus Pesantren Pergerakan: Menciptakan Santri Pergerakan
yang Bertaqwa, Berilmu, Berakhlaq, Memperjuangkan Islam Rahmatan Lil ‘Alamin
▪ Misi Program Takhasus Pesantren Pergerakan:
1. Mendidik santri memiliki Aqidah Ahlussunah Wal Jama’ah
2. Mendidik santri memiliki Keimanan, Keislaman, dan Keikhsanan
3. Mendidik santri memiliki jiwa tawadhu, istiqamah, dan tawakal
4. Mendidik santri memiliki iman, taqwa, dan kebersihan jiwa
5. Mendidik santri memiliki spiritualitas, moralitas, intelektualitas
6. Mendidik santri memiliki mentalitas dan integritas manusia terdidik
7. Mendidik santri memiliki kepekaan terhadap realitas sosial
8. Mendidik santri memiliki konstruksi pengetahuan kritis
9. Mendidik santri memiliki semangat pengabdian dan pengorbanan
10. Mendidik santri memiliki basis keilmuan kitab kuning & kontemporer

C. ORIENTASI KUALITATIF PROGRAM TAKHASUS PESANTREN PERGERAKAN


Orintasi kualitatif dari Program Takhasus Pesantren Pergerakan ini meliputi beberapa
aspek penting, diantaranya:
1. Peserta Program Takhasus Pesantren Pergerakan diharapkan menjadi Individu-
individu yang membentuk komunitas PMII yang dipersatukan oleh konstruksi ideal
seorang manusia. Secara idelogis, PMII merumuskannya sebagai ulul albab-citra diri
seorang kader PMII. Ulul albab secara umum didefinisikan sebagai seseorang yang
selalu haus akan ilmu pengetahuan (olah pikir) dan dzikir. Dengan sangat jelas citra
ulul albab disarikan dalam motto PMII dzikir, pikir dan amal sholeh. Dalam Al Qur’an
secara lengkap kader ulul albab digambarkan sebagai manusia yang mendapatkan
ilmu ddan hikmah pengetahuan. “Allah menganugerahkan al-hikmah (kefahaman
yang mendalam tentang Al-Quran dan Hadits) kepada siapa saja yang Dia
kehendaki. Dan barang siapa dianugerahi al-hikmah itu, maka ia benar-benar
dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya Ulul Albab-lah yang dapat mengambil
pelajaran.” Al-Baqarah (2); 296.
2. Peserta Program Takhasus Pesantren Pergerakan, diharapkan menjadi ulum albab
dalam konteks keber-PMII-an, maka dari elaborasi dzikir, pikir dan amal sholeh,
komunitas ulul-albab dapat dicirikan sebagai manusia yang: (1) Berkesadaran
histories-primordial atas relasi Tuhan-manusia-alam; (2) Berjiwa optimis-transedental
atas kemampuan mengatasi masalah kehidupan; (3) Berpikir secara dialektis; (4)
Bersikap kritis; (5) Bertindak Transformatif.
3. Peserta Program Takhasus Pesantren Pergerakan, diajak untuk mendiskusikan
subtansi pengetahuan dari seluruh materi wajib kaderisasi PMII, mulai dari; (1)
Kaderisasi Formal: MAPABA, PKD, PKL, PKN, SIG, SKK, SKKN. Bagi peserta yang
berasal dari Banom NU lainnya diharapkan bisa menyesuaikan orientasi
pengetahuannya; (2) Peserta Program Takhasus Pesantren Pergerakan, mampu
menguasai seluruh substansi pengetahuan di level kaderisasi non-formal;
4. Peserta Program Takhasus Pesantren Pergerakan: (1) mampu memahami aswaja
sebagai metodologi berfikir dalam upaya memahami ajaran-ajaran Islam dan
landasan gerakan sebagai upaya untuk menemukan posisi gerakan PMII dalam

19
Risalah Perjuangan
Program Takhasus Pesantren Pergerakan

konteks lokal-nasional dan global; (2) Peserta memahami latar belakang kemunculan
teologi pembebasan Islam progresif dalam perspektif amar ma`ruf nahi mungkar,
memiliki sense-gerakan terhadap kenyataan empiris dalam konteks lokal-nasional
maupun global, menginternalisasi dan mengimplemantasikan prinsip dan nilai-nilai
egalitarianisme dan universalitas Islam; (3) Peserta memahami paradigma gerakan
PMII dan menjadikanya sebagai metodologi berpikir dan gerakan serta dalam
mengimplementasikannya dalam perilaku, sikap dan kehidupan pribadi,
berorganisasi dan berdialektika dalam pergerakan; (4) Peserta mampu memahami
makna strategi sebagai cara yang harus dilakukan untuk memobilisasi kekuatan
(forces mobilization) secara efektif. Strategi mengarah pada upaya untuk
memenangkan suatu pertarungan (kontestasi); (5) Peserta memahami nilai-nilai
perjuangan PMII untuk membangun masyarakat yang memiliki kekuatan dan jejaring
untuk merancang perubahan ke arah yang lebih baik sebagai langkah untuk
memberikan penguatan kepada kader; (6) Peserta memahami pola dan strategi ke
depan PMII sebagai upaya untuk menentukan posisi gerakan ke depan.
5. Peserta Program Takhasus Pesantren Pergerakan diharapkan memiliki tradisi
intelektual yang baik dan mumpuni, meliputi: (1) memiliki basis literatur yang kuat
untuk mendukung pengetahuan; (2) memiliki tradisi membaca dan diskusi yang kuat;
(3) memiliki tradisi menulis yang tangguh; (4) peserta memiliki standart pengetahuan
minimal dari referensi kitab kuning bidang fiqh, adidah, dan tasawuf berikut dengan
penalaran, interpretasi yang kontekstual dengan perkembangan zaman.

D. TIM PENYELENGGARA PROGRAM TAKHASUS PESANTREN PERGERAKAN*)


Penyelenggara Program Takhasus Pesantren Pergerakan Se-Nusantara, merupakan
kerjasama antara beberapa pihak, terdiri dari panitia Nasional dan Lokal diantaranya:
1. PANITIA NASIONAL: (1) Dewan Pembina Yayasan Al-Barokah & Dewan Pengasuh
Pondok Pesantren Ponpes Al-Madaniyyah As-Salafiyyah Al-Islamiyyah Gumilir,
Cilacap, Jawa Tengah; (2) Panitia Pelaksana Nasional, yaitu badan pekerja konsep
dan teknis yang terdiri dari semua alumni Pesantren Pergerakan Angkatan Pertama
& Sahabat Voulentir; (3) PMII Jaringan Inti Ideologis se-Nusantara, yaitu individu-
individu kader PMII struktural ataupun kultural yang memiliki solidaritas pengetahuan
dan nilai perjuangan yang sama, memiliki sikap dan watak, serta memiliki loyalitas
untuk membangun PMII. PMII jaringan Inti ideologis juga dimaknai manusia-manusia
terdidik di PMII yang menjaga marwah kesucian dan gerakan PMII, dimana individu
tersebut tidak berafiliasi dengan kelompok kepentingan politik manapun, kelompok
individu yang memiliki independensi-interdependensi gerakan dan kemerdekaan diri
untuk berfikir dan bertindak paradigmatik-ideologis-emansipatoris-transformatif.
2. PANITIA LOKAL: MABIN, Pengurus PMII Cabang & Komsat Al-Ghazali Cilacap
*) Susunan Panitia Pelaksana Nasional Terlampir

E. WAKTU DAN TEMPAT PROGRAM TAKHASUS PESANTREN PERGERAKAN


▪ Agenda Program Takhasus Pesantren Pergerakan Se-Nusantara ini dilenggarakan
pada tanggal 1 – 20 Ramadhan 1440 H | 6 – 25 Mei 2019 M (Karantina 20 Hari),
▪ Bertempat di Ponpes Al-Madaniyyah As-Salafiyyah Al-Islamiyyah (kompleks SDIT
As-Sholeh Gumilir Cilacap, Kompleks SMP Makmur 1 Cilacap, Kompleks Masjid Al-
Muhajirin) JL. Pucang D.37, RT. 01 RW. 09, Kelurahan Gumilir, Kecamatan Cilacap-
Utara, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Kode Pos. 53231.

20
Risalah Perjuangan
Program Takhasus Pesantren Pergerakan

F. JENIS PROGRAM TAKHASUS PESANTREN PERGERAKAN


Program Takhasus Pesantren Pergerakan Se-Nusantara, meliputi:
1. Program Takhasus 1: Diskusi & Taskhih Materi Kaderisasi Formal PMII
2. Program Takhasus 2: Diskusi & Taskhih Materi Kaderisasi Non-Formal PMII
3. Program Takhasus 3: Tadarus & Presentasi Buku Kontemporer
4. Program Takhasus 4: Mengaji Bandungan Kitab Kuning
5. Program Takhasus 5: Kursus Dasar Penulisan Ilmiah

G. MUATAN MATERI PROGRAM TAKHASUS PESANTREN PERGERAKAN


1. Program Takhasus 1: Diskusi & Taskhih Materi Kaderisasi Formal PMII*)
▪ Materi 01_Aswaja & Nilai Dasar Pergerakan PMII
▪ Materi 02_Aswaja Sebagai Manhajul-Fikr Wal Harakah
▪ Materi 03_Teologi Pembebasan & Epistemologi Islam Progresif
▪ Materi 04_Sejarah Gerakan Mahasiswa Indonesia
▪ Materi 05_Operasionalisasi Paradigma Kritis Transformatif
▪ Materi 06_Sejarah Revolusi Indonesia & Konsepsi Nasionalisme
▪ Materi 07_Strategi-Taktik Pengembangan Gerakan Pmii
▪ Materi 08_Paradigma Sosiologi & Analisis Sosial
▪ Materi 09_Analisis Wacana Media & Korporasi Media
▪ Materi 10_Ideologi Gender & Perspektif Feminisme
▪ Materi 11_Pendidikan Kritis Freire, Illich, Habermas, Postman, Giroux
▪ Materi 12_Kapitalisme Pendidikan, Di Era Neo-Liberalisme & Globalisasi
▪ Materi 13_Pmii Perspektif Ideologi, Organisasi, Kepemimpinan & Stratak
▪ Materi 14_Nahdlatul Ulama, Peta Pemikiran & Gerakan Islam
▪ Materi 15_Pancasila, Demokrasi, Dan Sistem Politik Indonesia
▪ Materi 16_Reinventing Sistem Kapitalisme Global & Geo-Ekosospol
▪ Materi 17_Neoliberalisme & Privatisasi Bumn Di Indonesia
▪ Materi 18_Developmentalisme & Dampak Industrialisasi Negara Ketiga
▪ Materi 19_Peta Pemikiran Karl Marx
▪ Materi 20_Pemikiran Politik & Teori Hegemoni Antonio Gramsci
▪ Materi 21_Perspektif Pemikiran Tan Malaka Tentang Madilog
▪ Materi 22_Ideologi Dunia (Kapitalisme, Sosialisme, Komunisme, Fasisme)
▪ Materi 23_Teori Revolusi Sosial & Revolusi Politik
▪ Materi 24_Manajemen Aksi, Agitasi & Propaganda, Retorika
▪ Materi 25_Advokasi & Pengorganisiran Masyarakat

*) Proses diskusi dilakukan oleh peserta dan didampingi oleh Narasumber Utama
dan klarifikator, sudah disediakan modul materi oleh panitia.

2. Program Takhasus 2: Diskusi & Taskhih Materi Kaderisasi Non-Formal PMII*)


1. Sekolah Aswaja An-Nahdliyah & Pemikiran Islam Nusantara
2. Sekolah Epistemologi/ Sekolah Filsafat Kritis
3. Sekolah Filsafat Marxis & Pemikiran Tokoh Bangsa
4. Sekolah Ideologi Dunia (Sosialisme, Komunisme, Fasisme, Kapitalisme, Dll)
5. Sekolah Analisa Sosial, Advokasi, Gerakan Sosial
6. Sekolah Teori Sosial Klasik & Modern

21
Risalah Perjuangan
Program Takhasus Pesantren Pergerakan

7. Sekolah Pendidikan Kritis (Praxis & Manifestasi Pedagogi Kritis)


8. Pelatihan Manajemen Aksi, Agitasi & Propaganda, Opini & Gerakan Massa
9. Pelatihan Basis & Manifesto Wacana Kiri (Varian Materi Kaderisasi)
10. Training Leadership/ Kepemimpinan Mahasiswa
11. Training Of Facilitator/ Instruktor (TOF/TOI)
12. Training Kepenulisan Ilmiah/ Artikel Ilmiah Populer

*) Untuk diskusi & taskhih materi kaderisasi non-formal PMII akan dipilah skala
prioritas, sudah kami sediakan semua buku panduan/ modul oleh panitia

3. Program Takhasus 3: Tadarus & Presentasi Buku Kontemporer*) 100 Buku


1. Buku Rujukan Utama_Ilmu Filsafat-Sosial-Keislaman (05 Buku)
2. Buku Rujukan Utama_Philosophy & Sociology Sciences (10 Buku)
3. Buku Rujukan Utama_Ilmu Marxisme (20 Buku)
4. Buku Rujukan Utama_Ilmu Filsafat (10 Buku)
5. Buku Rujukan Utama_Ilmu Sosial (17 Buku)
6. Buku Rujukan Utama_Ilmu Keislaman (20 Buku)
7. Buku Rujukan Utama_Ilmu Pendidikan Kritis (10 Buku)
8. Buku Rujukan Utama_Kamus Bahasa Arab & Filsafat-Sospol (08 Buku)

*) Santri wajib membawa minimal 30 buku dari 100 buku diatas sesuai kemampuan
*) Judul buku lengkap terdapat dalam lampiran proposal kegiatan

4. Program Takhasus 4: Mengaji Bandungan Kitab Kuning*)


1. Kitab Tauhid/ Aqidah 1: ‘Aqidatul Awam/ Sanusi
2. Kitab Tauhid/ Aqidah 2: Hujjah Ahlussunah Wal Jama’ah
3. Kitab Fiqh 1: Safinatun Najah
4. Kitab Fiqh 2: Sullamut Taufiq
5. Kitab Fiqh 3: Riyaadul Badi’ah
6. Kitab Tasawuf 1: Dzurratun Nasikhin
7. Kitab Tasawuf 2: Minakhussaniyyah
8. Kitab Tafsir: Tafsir Yasin Khamami
9. Kitab Hadits: Arba’in Nawawi
10. Kitab Nahwu/Sorof: Jurumiyah & Amsilatut Tasrifiyyah

*) Setiap Peserta/ Santri wajib membawa 10 (Sepuluh) kitab kuning tersebut

5. Program Takhasus 5: Kursus Dasar Penulisan Ilmiah*)


1. Teori Penulisan Ilmiah
2. Praktik Kepenulisan Ilmiah
3. Praktik Perumusan & Penyusunan Buku

*) Setiap Peserta/ Santri wajib membawa laptop untuk praktik penulisan

H. DAFTAR REFERENSI PROGRAM TAKHASUS PESANTREN PERGERAKAN


Terlampir. Sebagai acuan buku rujukan yang harus dibawa peserta

22
Risalah Perjuangan
Program Takhasus Pesantren Pergerakan

I. MODEL PENDEKATAN DALAM SETIAP PROSES DISKUSI & TASKHIH


Model pendekatan dalam setiap proses diskusi & taskhih selama prposes pembelajaran
dalam Program Takhasus Pesantren Pergerakan, adalah sebagai berikut:
1. Presentasi, Diskusi/ Brainstorming, Tanya-Jawab
2. Penalaran Ilmiah & Argumentatif
3. Analisis Akar Kerangka Teoretik
4. Eksplanasi Kerangka Teoretik
5. Rekonstruksi & Dekonstruksi Nalar
6. Eksplorasi Ide & Gagasan
7. Kontektualisasi Masalah
8. Telaah Kritis Kasus

J. FASILITAS BELAJAR PROGRAM TAKHASUS PESANTREN PERGERAKAN


Fasilitas belajar yang didapatkan peserta Program Takhasus Pesantren Pergerakan,
adalah sebagai berikut:
1. Buku Panduan/ Modul Materi Kaderisasi PMII (Versi Cetak Asli: 455 Hal)
2. Buku Panduan/ Modul Kaderisasi Non-Formal PMII (21 Buku Soft File PDF)
3. LCD + White Board + Media Pembelajaran lainnya
4. Sertifikat Resmi dari Inisiator Pesantren Pergerakan
5. Asrama Santri + MCK + Masjid Pondok Pesantren
6. Perpustakaan Referensi Induk + Aula Diskusi
7. Recording Audio Visual seluruh proses diskusi

K. PERSYARATAN SANTRI PROGRAM TAKHASUS PESANTREN PERGERAKAN


Persyaratan & Ketentuan Santri Program Takhasus Pesantren Pergerakan Se-Nusantara
adalah sebagai berikut:
1. Kader Pasca MAPABA/PKD/PKL, atau Kaderisasi Sejenis di Lingkungan Banom NU
2. Mendaftar melalui CC/Koordinator Wilayah, mengisi formulir pendaftaran
3. Membayar Kontribusi Rp. 100.000,- dikirim via No. Rek Panitia/ dibayar di lokasi
4. Wajib Hadir di pesantren tiga atau satu hari sebelum tanggal 1 Ramadhan
5. Membawa kitab kuning (10 kitab) sesuai yang sudah ditentukan
6. Membawa buku kontemporer (100 referensi) sesuai kemampuan
7. Membawa laptop/notebook & perlengkapan alat tulis

8. Mandiri dan memiliki kesadaran & aktif dalam setiap diskusi


9. Mandiri dalam mereview kitab kuning & buku yang ditentukan
10. Mandiri dan tekun dalam proses mengaji & diskusi selama 20 hari
11. Menjaga keamanan dan kondusifitas pembelajaran
12. Mandiri dalam mengatur aktivitas pribadi masing-masing
13. Mematuhi jadwal yang sudah ditentukan dewan pengasuh

14. Membawa perlengkapan shalat & kebutuhan pribadi masing-masing


15. Shalat lima waktu berjama’ah & shalat tarawih berjama’ah
16. Tadarus al-qur’an berjama’ah setelah shalat tarawih
17. Mentaati tata tertib yang ditentukan pengasuh pesantren
18. Membayar iuran bersama untuk kebutuhan sahur dan buka bersama
19. Mandiri memasak untuk saur dan buka bersama

23
Risalah Perjuangan
Program Takhasus Pesantren Pergerakan

L. KETENTUAN TAMBAHAN PROGRAM TAKHASUS PESANTREN PERGERAKAN


▪ Di hari pertama proses awal pembelajaran Program Takhasus Pesantren Pergerakan
diawali dengan:
1. Ta’aruf & penjelasan orientasi visi-misi pesantren pergerakan oleh Inisiator
2. Kontrak belajar & need assessement oleh Fasilitator/ Pemandu Utama
3. Menentukan skala prioritas program takhasus 1 s/d 5
4. Pembagian tugas presentasi & pembelajaran lainnya
5. Pemilihan lurah pondok, pembagian tugas & tanggungjawab teknis

▪ Selama 20 hari semua santri dilatih riyadhoh atau menggembleng mental untuk
membentuk spiritualitas santri, meliputi:
1. Shalat 5 waktu & tarawih berjama’ah,
2. Shalat sunnah tahajud & dukha,
3. Hizib jalbul rizqi,
4. Pembacaan surah waqi’ah ba’da shalat subuh,
5. Shalawat nariyah & pembacaan kitab al-barozanji,
6. Yasinan dan tahlilan,
7. Sayyidul istighfar & istighozah kubro,
8. Ziyaroh kubur,
9. Khataman Al-Qur’an 30 Juz dihari terakhir Pesantren Pergerakan

▪ Selama 20 hari semua santri diajak untuk memahami kembali, memperdalam,


mendiskusikan, menelaah, semua materi-materi wajib pada level kaderisasi mapaba,
pkd, pkl, dan kaderisasi non-formal. (buku panduan materi kaderisasi PMII formal &
non-formal sudah disediakan). Selama 20 hari semua santri wajib aktif, konsisten,
disiplin dalam mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran untuk memperdalam
dan mematangkan kajian kitab kuning, ilmu filsafat, ilmu sosial, ilmu marxisme, ilmu
keislaman, ilmu pendidikan kritis, dll (sesuai dengan literatur yang sudah ditentukan)

M. JADWAL HARIAN PROGRAM TAKHASUS PESANTREN PERGERAKAN


▪  03.00-04.30  Shalat Tahajud & Sahur Bersama
▪  04.30-05.00  Shalat Subuh Berjama’ah
▪  05.00-06.00  Bandungan Kitab Kuning
▪  08.00-10.00  Halaqah & Tadarus Buku Kontemporer
▪  10.00-11.30  Mereview Buku Kontemporer
▪  12.00-12.30  Shalat Dzuhur Berjama’ah
▪  12.30-14.00  Bandungan Kitab Kuning
▪  15.00-15.30  Shalat Asar Berjama’ah
▪  15.30-17.00  Bandungan Kitab Kuning
▪  17.00-18.00  Bandungan Kitab Kuning
▪  18.00-18.15  Shalat Maghrib Berjama’ah
▪  18.15-19.00  Buka Puasa Bersama
▪  19.00-20.00  Shalat Isya & Tarawih Berjama’ah
▪  20.00-21.00  Bandungan Kitab Kuning
▪  21.00-22.00  Bandungan Kitab Kuning
▪  22.00-02.00  Diskusi & Taskhih Materi Kaderisasi PMII (formal/ non-formal)
▪  02.00-03.00  Istirahat

*) Jadwal bisa berubah menyesuaikan keadaan

24
Risalah Perjuangan
Program Takhasus Pesantren Pergerakan

N. RUTE KE LOKASI PONPES AL-MADANIYYAH AS-SALAFIYYAH


Rute ke Lokasi Ponpes Al-Madaniyyah As-Salafiyyah Al-Islamiyyah: Kompleks SDIT As-
Sholeh Gumilir Cilacap/ SMP Makmur 1 Cilacap/ Kompleks Masjid Al-Muhajirin/ Jl.
Pucang D.37, RT. 01 RW. 09, Kelurahan Gumilir, Kecamatan Cilacap-Utara, Kabupaten
Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Kode Pos. 53231 :
1. TRANSPORTASI BUS: Dari Segala Arah Tujuan Cilacap  Turun Di Terminal Bus Cilacap
2. TRANSPORTASI KERETA API: Dari Segala Arah Tujuan Cilacap  Turun Di Stasiun Maos/ Stasiun
Kroya
3. TRANSPORTASI PESAWAT: Turun Di Bandara Internasional Soekarno-Hatta Jakarta | Bandara
Internasional Adisudipto Jogjakarta | Bandara Internasional Adi Sumarmo Solo | Bandara Internasional
Achmad Yani Semarang | Bandara Internasional Juanda Surabaya  Kemudian Naik Transportasi
Bus Turun Di Terminal Bus Cilacap Atau Naik Transportasi Kereta Api Turun Di Stasiun Maos/
Stasiun Kroya

O. DAFTAR NOMOR KONTAK KOORDINATOR ZONA/ WILAYAH


CALL CENTER PP. AL-MADANIYYAH | BUNG KRISTEVA | WA. 0821-3314-1744
1. ZONA BANTEN & JABOTABEK | ZAKY REHAN | WA. 0812-8766-1125
2. ZONA JAWA BARAT | MUH ANAS MAHFUDI | WA. 0856-4830-4349
3. ZONA JAWA BARAT BANDUNG RAYA | IQBAL AWALUDIN | WA. 0813-1321-6746
4. ZONA JAWA BARAT CIREBON & PANTURA | NABIL DICKY | WA. 0812-2436-6914
5. ZONA JAWA TENGAH SELATAN | YEZAR ALAWY | WA. 0896-5882-7321
6. ZONA JAWA TENGAH SELATAN | HUSNAN | WA. 0896-6696-9652
7. ZONA JAWA TENGAH SELATAN | HASAN AL-BANNA | WA. 0877-0004-4041
8. ZONA JAWA TENGAH SELATAN | BAYU | WA. 0853-2747-5191
9. ZONA JAWA TENGAH SELATAN | ROFIQ | WA. 0857-2639-3002
10. ZONA JAWA TENGAH SELATAN-DAYANGSUMBING | NIAM | WA. 0859-4310-6520
11. ZONA JAWA TENGAH & SURAKARTA RAYA | JOKO PRIYONO | WA. 0896-7348-0204
12. ZONA JAWA TENGAH SEMARANG & SOLO RAYA | M NUR HABIB | WA. 0857-3376-0830
13. ZONA JAWA TENGAH PANTURA BARAT | JUMAN | WA. 0852-2910-0486
14. ZONA JAWA TENGAH PANTURA TIMUR | SODIKIN | WA. 0895-3926-49034
15. ZONA JAWA TENGAH PANTURA | KHOLIS MU’AMALAH | WA. 0838-6130-8431
16. ZONA JAWA TIMUR & MALANG RAYA | FAISAL MUSTOFA | WA. 0877-7784-1177
17. ZONA JAWA TIMUR METROPOLIS | RIFQAN AHMAD ZANURJI | WA. 0823-3431-5885
18. ZONA JAWA TIMUR PANTURA | MARTIAN | WA. 0857-4807-9922
19. ZONA JAWA TIMUR & TAPAL KUDA | SYAMSUL HERY | WA. 0822-3020-0917
20. ZONA JAWA TIMUR TAPAL KUDA JEMBER | AHMAD MUNIF | WA. 0822-3393-8564
21. ZONA JAWA TIMUR TAPAL KUDA PASURUAN | TANTOWY | WA. 0857-9083-7888
22. ZONA JAWA TIMUR TAPAL KUDA BARAT | DODY | WA. 0857-5557-3354
23. ZONA JAWA TIMUR TAPAL KUDA TIMUR | KHOLIS | WA. 0812-3809-2861
24. ZONA JAWA TIMUR & MATRAMAN BARAT | ZAKY | WA. 0856-5556-3320
25. ZONA JAWA TIMUR & MATRAMAN TIMUR | ERWAN DWI WAHYU | WA. 0812-7488-9769
26. ZONA MADURA & BAWEAN | MAGHROBI MUFTI | WA. 0838-5259-6111
27. ZONA BALI & NTB-NTT | ZAINUL | WA. 0853-3880-8028
28. ZONA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA | AZIZ ASKHARI | WA. 0896-2480-0159
29. ZONA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA | AHMAD IZUDIN | WA. 0812-5052-9059
30. ZONA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA | IQBAL | WA. 0856-0003-6597
31. ZONA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA | VIKY | WA. 0857-2954-4559
32. ZONA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA | HILFUL | WA. 0822-1105-1083
33. ZONA LUAR JAWA SULAWESI & INDONESIA TIMUR | EFFENDY | WA. 0823-4541-1181
34. ZONA SUMATRA & KEPRI | ANGGA | WA. 0813-6777-7170
35. ZONA KALIMANTAN | MUHAMMAD SALIM | WA. 0853-4747-1113

25
Risalah Perjuangan
Program Takhasus Pesantren Pergerakan

P. NOMOR PUSAT KENDALI INFORMASI/ PENDAFTARAN/ REGISTRASI


1. BUNG KRISTEVA | WA. 0821-3314-1744 (Call Centre PP. Al-Madaniyah)
2. AZIZ ASKHARI | WA. 0896-2480-0159 (Koordinator Umum Panitia Nasional)
3. SYAMSUL HERY | WA. 0822-3020-0917 (Sekretaris Umum Panitia Nasional)
4. YEZAR ALAWY | WA. 0896-5882-7321 (Koordinator Umum Panitia Lokal)

Q. NOMOR REKENING REGISTRASI PESERTA & DONATUR


Bagi donatur/ para aghniya atau sahabat-sahabat se-Nusantara yang berminat ikut
bergabung dengan ikhlas dan penuh perjuangan atas nama eksistensi PMII dalam
Program Takhasus Pesantren Pergerakan Se-Nusantara ini, bisa membayarkan infaq/
biaya registrasi peserta Rp. 100.000,- melalui NOMOR REKENING: 707 116 8667
BANK SYARIAH MANDIRI CILACAP A.N SANTOSO/ NUR SAYYID SANTOSO KRISTEVA.
CATATAN: bagi peserta juga bisa menyetorkan infaq/ biaya registrasi di lokasi kegiatan.
Dan jika ada peserta yang benar-benar berminat belajar, namun hanya memiliki biaya
transportasi untuk pulang-pergi maka beban biaya registrasi dibayarkan semampunya.

R. PENUTUP
Demikian Proposal Kegiatan/ Risalah Perjuangan Program Takhasus Pesantren
Pergerakan Se-Nusantara ini kami buat, semoga bisa menjadi pemahaman dan acuan
mendasar bagi peserta dan berbagai pihak atas penyelenggaraan kegiatan.

Semoga ikhtiyar ideologis Program Takhasus Pesantren Pergerakan Se-Nusantara


membawa manfaat ilmu dan barokah bagi peserta, organisasi PMII, organisasi Nahdlatul
Ulama, Negara dan Bangsa Indonesia, demi tegaknya ajaran Islam Rahmatan Lil
‘Alamin. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.

Wallahul Muwafiw Illa Aqwaamit Tharieq


Wassalaamu’alaikum, Wr, Wb.

Cilacap, 17 Maret 2019

PANITIA PELAKSANA NASIONAL


PROGRAM TAKHASUS PESANTREN PERGERAKAN
SE-NUSANTARA

Koordinator Umum Sekretaris Umum

AZIZ ASKHARI, S.Ag SYAMSUL HERY MASTRIANTO, S.Pd.I

Inisiator/ Pembina Pembina Yayasan Al-Barokah


Pesantren Pergerakan Dewan Pengasuh Ponpes Al-Madaniyyah

NUR SAYYID SANTOSO KRISTEVA, M.A KH. AHMAD SULASIH

26
Risalah Perjuangan
Program Takhasus Pesantren Pergerakan

Lampiran 1: PANITIA PELAKSANA NASIONAL PESANTREN PERGERAKAN

PANITIA PELAKSANA NASIONAL


PROGRAM TAKHASUS PESANTREN PERGERAKAN
SE-NUSANTARA

Pembina Yayasan Al-Barokah


Dewan Pengasuh Ponpes Al-Madaniyyah As-Salafiyah
KH. AHMAD SULASIH | KH. MIQDARUL ATQIYA | KHALID MASKUR, S.H

Inisiator/ Pembina Pesantren Pergerakan


NUR SAYYID SANTOSO KRISTEVA, M.A

Koordinator Umum Panitia Pelaksana Nasional


AZIZ ASKHARI, S.Ag

Sekteraris Umum Panitia Pelaksana Nasional


SYAMSUL HERY MASTRIANTO, S.Pd.I

Koordinator Umum Tim Fasilitator Pesantren Pergerakan


AHMAD IZUDIN, S.Sos, M.Si

Anggota Tim Fasilitator Pesantren Pergerakan


MUH ANAS MAHFUDI, S.Hi | FAISAL MUSTOFA | AHMAD MUNIF
EFFENDI | TANTOWY | DODY | IQBAL | VIKY | HILFUL | WILLY | SUHAIRI

Bendahara Umum Pesantren Pergerakan


UST. KHOLIS MU’AMALAH, S.Pd.I

Anggota Panitia Pelaksana Nasional & Tim Teknis Kegiatan


JOKO PRIYONO (KOORD. UMUM) ZAKY REHAN | IQBAL AWALUDIN
NABIL DICKY | MUH NUR HABIB | JUMAN | SODIKIN | MARTIAN | RIFQAN
AHMAD ZANURJI KHOLIS | ZAKY | ERWAN DWI WAHYUNANTO
MAGHROBI MUFTI | ZAINUL | ANGGA | MUHAMMAD SALIM

Panitia Pelaksana Lokal & Tim Teknis Kegiatan


YEZAR ALAWY (KOORD. UMUM) | HUSNAN | HASAN AL-BANNA
DAN SEGENAP PENGURUS CABANG & KOMISARIAT AL-GHAZALI CILACAP

27
Risalah Perjuangan
Program Takhasus Pesantren Pergerakan

Lampiran 2: KITAB KUNING & REFERENSI BUKU KONTEMPORER

1) KITAB RUJUKAN UTAMA_KITAB KUNING (10 KITAB)


1. Kitab Tauhid/ Aqidah 1: ‘Aqidatul Awam/ Sanusi
2. Kitab Tauhid/ Aqidah 2: Hujjah Ahlussunah Wal Jama’ah
3. Kitab Fiqh 1: Safinatun Najah
4. Kitab Fiqh 2: Sullamut Taufiq
5. Kitab Fiqh 3: Riyaadul Badi’ah
6. Kitab Tasawuf 1: Dzurratun Nasikhin
7. Kitab Tasawuf 2: Minakhussaniyyah
8. Kitab Tafsir: Tafsir Yasin Khamami
9. Kitab Hadits: Arba’in Nawawi
10. Kitab Nahwu/Sorof: Jurumiyah & Amsilatut Tasrifiyyah

2) BUKU RUJUKAN UTAMA_ILMU FILSAFAT-SOSIAL-KEISLAMAN (5 BUKU)


1. Nur Sayyid Santoso Kristeva, Negara Marxis & Revolusi Proletariat (Jogjakarta:
Pustaka Pelajar, 2011)
2. Nur Sayyid Santoso Kristeva, Sejarah Teologi Islam & Akar Pemikiran Aswaja
(Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2014)
3. Nur Sayyid Santoso Kristeva, Kapitalisme, Negara & Masyarakat (Jogjakarta:
Pustaka Pelajar, 2015)
4. Nur Sayyid Santoso Kristeva, Sejarah Ideologi Dunia (Jogjakarta: Lentera Kreasindo,
2015)
5. Nur Sayyid Santoso Kristeva, Manifesto Wacana Kiri: Membentuk Solidaritas Organik
(Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2015)

3) BUKU RUJUKAN UTAMA_PHILOSOPHY & SOCIOLOGY SCIENCES (10 BUKU)


1. Adam Smith, The Wealth of Nation (London: David Campbell Publisher, Ltd., 1991)
2. Karl Marx, The Poverty of Philosophy; Answer to The “Philosophy of Poverty” By. M.
Proudhon (Moscow: Foreign Languages Publishing House, 1892)
3. Herbert Marcuse, Reason and Revolution; Hegel and The Rise of Social Theory (New
York: Oxford University Press, Inc., 1941)
4. Georg Lukacs, History and Class Consciousness; Studies in Marxist Dialectics
(Cambridge: MIT Press, 1971)
5. Lenin, A Biography (Moscow: Progress Publishers, 1983)
6. David Held, Introduction to Critical Theory; Horkheimer to Habermas (Barkeley and
Los Angeles: University of California Press, 1980)
7. Lewis A. Coser, Masters of Sociological Thought; Ideas ini Historical and Social
Context (New York: Harcourt Brace Jovanovich, Inc., 1971)
8. Max Weber, Economy and Society; An Outline of Interpretative Sociology (London:
University of California Press, Ltd., 1978)
9. Joseph E. Stiglitz, Globalization and Its Discontens (London: Pinguin Books, Ltd.,
2002)
10. Enrique Larana, Hank Johnston and Joseph R. Gusfield (ed.), New Social
Movements; from Ideologi to Identity (Philadelphia: Temple University Press, 1994)

28
Risalah Perjuangan
Program Takhasus Pesantren Pergerakan

4) BUKU RUJUKAN UTAMA_ILMU MARXISME (20 BUKU)


1. Karl Marx, Kapital; Sebuah Kritik Ekonomi Politik, Buku I; Proses Produksi Kapital
(Jakarta: Hasta Mitra, 2004)
2. Karl Marx, Kapital; Sebuah Kritik Ekonomi Politik, Buku II; Proses Sirkulasi Kapital
(Jakarta: Hasta Mitra, 2006)
3. Karl Marx, Kapital; Sebuah Kritik Ekonomi Politik, Buku III; Proses Produksi Kapitalis
Secara Menyeluruh (Jakarta: Hasta Mitra, 2007)
4. Frederick Engels, Anti-Duhring; Revolusi Herr Eugen Duhring dalam Ilmu
Pengetahuan (Jakarta: Hasta Mitra - Ultimus, 2005)
5. Frederick Engels, Dialektika Alam (Jakarta: Hasta Mitra, 2005)
6. Frederick Engels, Tentang Kapital Marx (Bandung: Ultimus & Yayasan Akatiga, 2006)
7. Antony Brewer, Kajian Kritis Das Kapital Karl Marx (Jakarta: Teplok Press, 2000)
8. Franz Magnis-Suseno, Karl Marx; dari Perselisihan Sosialisme Utopis ke Perselisihan
Revisionisme (Jakarta: Gramedia, 2000)
9. Franz Magnis-Suseno, Dalam Bayang-bayang Lenin; Enam Pemikir Marxisme dari
Lenin Sampai Tan Malaka (Jakarta: Gramedia, 2000)
10. Franz Magnis-Suseno, Dari Mao ke Marcuse; Percikan Filsafat Marxis Pasca-Lenin
(Jakarta: Gramedia, 2013)
11. C. Wright Mills, Kaum Marxis; Ide-ide Dasar dan Sejarah Perkembangan
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003)
12. Herbert Marcuse, Rasio & Revolusi; Menyuguhkan kembali Doktrin Hegel untuk
Umum (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004)
13. Andi Muawiyah Ramly, Peta Pemikiran Karl Marx; Materialisme Dialektis dan
Materialisme Historis (Yogyakarta: LKiS, 2004)
14. Jacques Derrida, Hantu-hantu Marx (Yogyakarta: Bentang Budaya, 2000)
15. Isaiah Berlin, Biografi Karl Marx (Yogyakarta: Jejak, 2007)
16. Karl Marx, Kemiskinan Filsafat (Jakarta: Hasta Mitra, 2004)
17. Ernest Mendel, Tesis-tesis Pokok Marxisme (Yogyakarta: Resist Book, 2006)
18. Etiene Balibar, Anti Filsafat; Metode Pemikiran Marx (Yogyakarta: Resist Book, 2013)
19. Olle Tornquist, Penghancuran PKI (Jakarta: Komunitas Bambu, 2011)
20. Rex Mortimer, Indonesian Communism Under Sukarno; Ideologi dan Politik 1959-
1965 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011)

5) BUKU RUJUKAN UTAMA_ILMU FILSAFAT (10 BUKU)


1. Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1996)
2. Stephen Palmquis, Pohon Filsafat (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007)
3. Titus Smith Nolan, Persoalan-persoalan Filsafat (Jakarta: Bulan Bintang, 1984)
4. Bertran Russel, Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007)
5. K. Berten, Filsafat Sejarah Kontemporer; Jerman dan Inggris, Jilid 1 (Jakarta:
Gramedia, 2014)
6. K. Berten, Filsafat Sejarah Kontemporer; Prancis, Jilid 2 (Jakarta: Gramedia, 2014)
7. K. Berten, Sejarah Filsafat Yunani (Yogyakarta: Kanisius, 1999)
8. Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat, Jilid 1 (Yogyakarta: Kanisius, 1980)
9. Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat, Jilid 2 (Yogyakarta: Kanisius, 1980)
10. Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani (Jakarta: UI Press & Tintamas, 1986)

29
Risalah Perjuangan
Program Takhasus Pesantren Pergerakan

6) BUKU RUJUKAN UTAMA_ILMU SOSIAL (17 BUKU)


1. George Ritzer, Teori Sosiologi; dari Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Terakhir
Postmodern (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012)
2. George Ritzer & Barry Smart, Handbook Teori Sosial (Bandung: Nusa Media, 2012)
3. George Ritzer, Teori Sosial Postmodern (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2005)
4. Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik & Modern, Jilid I., (Jakarta: Gramedia,
1998)
5. James S. Coleman, Dasar-dasar Teori Sosial (Bandung: Nusa Media, 2008)
6. Peter Beilharz, Teori-teori Sosial; Observasi terhadap Para Filosofis Terkemuka
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005)
7. Joseph A. Schumpeter, Capitalism, Socialism & Democracy (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2013)
8. Hans Fink, Filsafat Sosial; dari Feodalisme hingga Pasar Bebas (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2003)
9. Aholiab Watloly, Sosio-Epistemologi; Membangun Pengetahuan Berwatak Sosial
(Yogyakarta: Kanisius, 2013)
10. Anthony Giddens, Kapitalisme dan Teori Sosial Modern; Suatu Analisis terhadap
Karya Tulis Marx, Durkheim dan Max Weber (Jakarta: UI-Press, 1986)
11. Anthony Giddens, Problematika Utama dalam Teori Sosial; Aksi, Struktur, dan
Kontradiksi dalam Analisis Sosial (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009)
12. Anthony Giddens, Melampaui Ekstrim Kiri dan Kanan; Masa Depan Politik Radikal
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009)
13. Stepen K. Sanderson, Makro Sosiologi; Sebuah Pendekatan terhadap Realitas Sosial
(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2010)
14. Max Weber, Etika Protestan dan Spirit Kapitalisme (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2006)
15. Max Weber, Sosiologi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006)
16. Brian S. Turner (ed.), Sosiologi Agama (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013)
17. Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial (Jakarta: Prenada Media Group, 2011)

7) BUKU RUJUKAN UTAMA_ILMU KEISLAMAN (20 BUKU)


1. Adonis, Arkeologi Sejarah-Pemikiran Arab-Islam, Volume 1 (Yogyakarta: LKiS, 2007)
2. Adonis, Arkeologi Sejarah-Pemikiran Arab-Islam, Volume 2 (Yogyakarta: LKiS, 2007)
3. Adonis, Arkeologi Sejarah-Pemikiran Arab-Islam, Volume 3 (Yogyakarta: LKiS, 2007)
4. Adonis, Arkeologi Sejarah-Pemikiran Arab-Islam, Volume 4 (Yogyakarta: LKiS, 2007)
5. Hasan Hanafi, Studi Filsafat 1; Pembacaan Atas Tradisi Islam Kontemporer
(Yogyakarta: LKiS, 2015)
6. Hasan Hanafi, Studi Filsafat 2; Pembacaan Atas Tradisi Barat Modern (Yogyakarta:
LKiS, 2015)
7. Abdullahi Ahmed An-Naim, Mohammed Arkoun, dkk., Dekonstruksi Syariah, Jilid 1
(Yogyakarta: LKiS, 1996)
8. Abdullahi Ahmed An-Naim, Mohammed Arkoun, dkk., Dekonstruksi Syariah, Jilid 2
(Yogyakarta: LKiS, 1996)
9. Asy-Syahrastani, Al-Milal Wa An-Nihal (Surabaya: Bina Ilmu, 2006)
10. Ali Rahmena, Ali Syari’ati; Biografi Politik Intelektual Revolusioner (Jakarta: Erlangga,
2000)

30
Risalah Perjuangan
Program Takhasus Pesantren Pergerakan

11. Asghar Ali Engineer, Islam dan Teologi Pembebasan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2009)
12. Michael Lowy, Teologi Pembebasan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003)
13. Imam Al-Ghazzali, Tahafut Al-Falasifah (Bandung: Marja, 2010)
14. Ibnu Rusyd, Tahafut At-Tahafut; Sanggahan terhadap Tahafut Al-Falasifah
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014)
15. Arnold Toynbee, Sejarah Umat Manusia (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014)
16. Kazuo Shimogaki, Kiri Islam; Antara Modernisme dan Postmodernisme (Yogyakarta:
LKiS, 2011)
17. Eko Prasetyo, Islam Kiri; Melawan Kapitalisme Modal dari Wacana Menuju Gerakan
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002)
18. Leonard Binder, Islam Liberal (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011)
19. Martin van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat (Yogyakarta: Gading,
2015)
20. Clifford Geertz, Agama Jawa; Abangan, Santri, Priyayi dalam Kebudayaan Jawa
(Jakarta: Komunitas Bambu, 2014)

8) BUKU RUJUKAN UTAMA_ILMU PENDIDIKAN KRITIS (10 BUKU)


1. William F. O’neil, Ideologi-ideologi Pendidikan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002)
2. Neil Postman & Charles Weintgartner, Mengajar sebagai Aktivitas Subversif
(Yogyakarta: Jendela, 2001)
3. Paulo Freire, Pendidikan Kaum Tertindas (Jakarta: LP3ES, 2000)
4. Paulo Freire, Pendidikan sebagai Proses (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000)
5. Paulo Freire, Pedagogi Pengharapan (Yogyakarta: Kanisius, 2001)
6. Paulo Freire & Antonio Faundez, Belajar Bertanya; Pendidikan yang Membebaskan
(Jakarta: Gunung Mulia, 1995)
7. Ira Shor & Paulo Freire, Menjadi Guru Merdeka (Yogyakarta: LKiS, 2001)
8. Joy A. Palmer, 50 Pemikir Pendidikan; dari Piaget sampai Masa Sekarang
(Yogyakarta: Jendela, 2003)
9. M. Escobar, dkk., Sekolah Kapitalisme yang Licik (Yogyakarta: LKiS, 1998)
10. William A. Smith, Conscientizacao; Tujuan Pendidikan Paulo Freire (Yogyakarta:
Kanisius, 2001)

9) BUKU RUJUKAN UTAMA_KAMUS BAHASA ARAB & FILSAFAT-SOSPOL (8 BUKU)


1. Ahmad Warson Munawwir, Almunawwir; Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997)
2. Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penerjemah Al-Qur’an, 1973)
3. L. Harry Gould, Kamus Ketjil Istilah Marxis, Penerjemah: Rollah Sjarifah (Jakarta:
Jajasan Pembaruan,1952)
4. Simon Blackburn, Kamus Filsafat (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013)
5. Ali Mudhofir, Kamus Filsafat Barat (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001)
6. Roger Scruton, Kamus Politik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013)
7. Dieter Nohlen (ed.), Kamus Dunia Ketiga (Jakarta: Tiara Grasindo, 1984)
8. Pius A. Partanto, & M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola,
1994)

31
Risalah Perjuangan
Program Takhasus Pesantren Pergerakan

Lampiran 3: KETENTUAN KHUSUS REGISTRASI PESERTA

KETENTUAN KHUSUS REGISTRASI PESERTA

1. Sahabat-sahabat yang fix/ pasti ikut menjadi Peserta Penuh Program Takhasus
Pesantren Pergerakan Se-Nusantara (Karantina 20 Hari) diharap Mengisi Formulir
Pendaftaran/ CV Peserta kemudian dikirim ke No.WA Panitia Pelaksana Nasional:
NOMOR PUSAT KENDALI INFORMASI/PENDAFTARAN/REGISTRASI:
▪ BUNG KRISTEVA | WA. 0821-3314-1744 (Call Centre PP. Al-Madaniyah)
▪ AZIZ ASKHARI | WA. 0896-2480-0159 (Koordinator Umum Panitia Nasional)
▪ SYAMSUL HERY | WA. 0822-3020-0917 (Sekretaris Umum Panitia Nasional)
▪ YEZAR ALAWY | WA. 0896-5882-7321 (Koordinator Umum Panitia Lokal)

2. Formulir Pendaftaran/ CV Peserta dikirim juga ke EMAIL: nuriel.ugm@gmail.com,


atau bisa diserahkan di lokasi kegiatan.

3. Bagi donatur/ para aghniya atau sahabat-sahabat se-Nusantara yang berminat ikut
bergabung dengan ikhlas dan penuh perjuangan atas nama eksistensi PMII dalam
Program Takhasus Pesantren Pergerakan Se-Nusantara ini, bisa membayarkan
infaq/ biaya registrasi peserta Rp. 100.000,- melalui:
NOMOR REKENING: 707 116 8667 BANK SYARIAH MANDIRI CILACAP A.N
SANTOSO/ NUR SAYYID SANTOSO KRISTEVA

4. Bagi peserta juga bisa menyetorkan infaq/ biaya registrasi di lokasi kegiatan.

5. Registrasi Rp. 100.000,- akan digunakan untuk photo copy/ penggandaan buku
panduan Buku Panduan/ Modul Materi Kaderisasi PMII (Versi Cetak Asli: 455 Hal),
dan juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran selama 20 hari.

6. Jika ada peserta yang benar-benar berminat belajar, namun hanya memiliki biaya
transportasi untuk pulang-pergi maka beban biaya registrasi dibayarkan
semampunya.

7. Untuk memenuhi kebutuhan buka & sahur selama 20 hari, dibebankan kepada iuran
peserta sesuai kemampuan, yang dikoordinir oleh Lurah Pondok.

8. Hal-hal yang belum jelas terkait segala hal tentang Pesantren Pergerakan bisa
hubungi Nomor WA Pusat Kendali Informasi.

32
Risalah Perjuangan
Program Takhasus Pesantren Pergerakan

Lampiran 4: SURAT PERMOHONAN DELEGASI PESERTA

PANITIA PELAKSANA NASIONAL


PROGRAM TAKHASUS PESANTREN PERGERAKAN
SE-NUSANTARA
Ponpes Al-Madaniyyah As-Salafiyyah Al-Islamiyyah, Jl. Pucang D.37, RT. 01 RW. 09, Kelurahan Gumilir,
Kecamatan Cilacap-Utara, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Kode Pos. 53231

Nomor : 001/PAN-PP/V/2019
Lamp : 1 Bendel Proposal
Perihal : PERMOHONAN DELEGASI PESERTA

Kepada Yang Terhormat,


1. PENGURUS PMII RAYON/KOMSAT/CABANG/KORCAB SE-NUSANTARA
2. SAHABAT-SAHABAT KADER PMII KULTURAL SE-NUSANTARA
3. KADER MUDA NAHDLIYIN DI LINGKUNGAN BANOM PC NU SE-NUSANTARA
4. MAHASISWA, INTELEKTUAL/AKTIVIS SOSIAL, KAUM MUDA NASIONALIS SE-NUSANTARA

Bismillahirrrahmaanirrakhiem, Assalaamu’alaikum, Wr, Wb.

Bersama dengan surat ini kami beritahukan kepada seluruh kader/sabahat/santri


Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) se-Indonesia dan seluruh Kader Muda
Nahdliyyin di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU) se-Indonesia, bahwa Insya Allah akan
diselenggarakan Program Takhasus Pesantren Pergerakan Se-Nusantara, yang
diselenggarakan pada:

Tanggal: 1 – 20 Ramadhan 1440 H/ 6 – 25 Mei 2019 M (Karantina 20 Hari) Bertempat di:


Ponpes Al-Madaniyyah As-Salafiyyah Al-Islamiyyah, JL. Pucang D.37, RT. 01 RW. 09,
Kelurahan Gumilir, Kecamatan Cilacap-Utara, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah.
Kode Pos. 53231.

Berkaitan dengan hal diatas kami memohon kepada seluruh pihak pengurus PMII level
Pengurus Rayon, Komisariat, Cabang, Koordinator Cabang/ Kader Muda Nahdliyyin di
lingkungan Nahdlatul Ulama (NU) untuk mendelegasikan peserta dalam kegiatan ini.

Demikiran surat ini kami sampaikan, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Wallahul Muwafiw Illa Aqwaamit Tharieq, Wassalaamu’alaikum, Wr, Wb.

Cilacap, 17 Maret 2019

PANITIA PELAKSANA NASIONAL


PROGRAM TAKHASUS PESANTREN PERGERAKAN SE-NUSANTARA

Koordinator Umum Sekretaris Umum

AZIZ ASKHARI, S.Ag SYAMSUL HERY MASTRIANTO, S.Pd.I

Inisiator/ Pembina Pembina Yayasan Al-Barokah


Pesantren Pergerakan Dewan Pengasuh Ponpes Al-Madaniyyah

NUR SAYYID SANTOSO KRISTEVA, M.A KH. AHMAD SULASIH

33
Risalah Perjuangan
Program Takhasus Pesantren Pergerakan

Lampiran 5: FORMULIR PENDAFTARAN PESERTA (Diisi & Dikirim Via WA Pan.Nasional/ Email)

FORMULIR PENDAFTARAN/ CURRICULUM VITAE PESERTA

NAMA LENGKAP

TEMPAT, TGL LAHIR

ALAMAT RUMAH

NAMA KAMPUS

FAKULTAS/ JUR/ SMT

ALAMAT KAMPUS

NOMOR HP/ WA

EMAIL & MEDSOS

ASAL ORGANISASI/ PMII

LEVEL KADERISASI TERAKHIR

KARIR PENDIDIKAN

PENGALAMAN ORGANISASI

MOTTO HIDUP

MOTIVASI IKUT KEGIATAN

34

Anda mungkin juga menyukai