Anda di halaman 1dari 5

AGAM

ALIANSI GERAKAN ACEH MENGGUGAT


Aliansi Gerakan Aceh Menggugat yang di dalamnya tergabung KAMMI, IMM, PII,
LMND, PMII, BEM Fakultas Ekonomi UNMUHA, BEM STIES Banda Aceh, HMMI
Daerah Aceh, ISMEI dan HMI, dengan ini menyatakan sikap bahwa kondisi rakyat Indonesia
sedang focus recovery perekonomian akibat Covid-19 dan kami juga menganggap bahwa
pemerintah ugal-ugalan dalam mengeluarkan regulasi tanpa mempertimbangkan kondisi
rakyat saat ini.
Dalam hal ini kita melihat bahwa Presiden Joko Widodo selaku kepala Negara
Kesatuan Republik Indonesia resmi menaikkan harga BBM Subsidi pada Sabtu, 3 September
2022. Adapun kenaikan harga BBM yaitu: 1. Pertalite dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp
10.000 per liter, 2. Solar subsidi dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter, dan
Pertamax non subsidi dari Rp 12.500 menjadi Rp 14.500 per liter. Kenaikan harga BBM
Subsidi ini menjadi pukulan telak bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Para ahli ekonomi
sudah memberikan peringatan dampak dari kenaikan BBM akan terjadinya inflasi secara
umum. Berdasarkan data Bank Indonesia per Juli 2022 tingkat inflasi sudah mencapai 4,94
persen secara tahunan (year on yearlyoy). Jika ada kenaikan BBM akan membuat inflasi akan
semakin tinggi, menurut para ahli ekonomi diyakini bisa mencapai lebih dari 7 persen jika
Pertalite dinaikkan.
Selain itu, naiknya harga BBM juga bisa mengganggu konsumsi rumah tangga yang
sedang dalam masa pemulihan. Bahkan terancam mengalami kontraksi dan mengganggu
ekonomi nasional. Padahal pada kuartal 11-2022, konsumsi rumah tangga masih menjadi
penopang utama pertumbuhan ekonomi nasional, maka oleh sebab itu kami meminta kepada
pemerintah untuk mencabut Keputusan Menteri ESDM Nomor 218.
K/MG.01/MEM.M/2022, tentang harga jual enceran jenis bahan bakar minyak tertentu dan
jenis bahan bakar minyak kusus, dengan porsi mencapai 51,47 persen dan masih mengalami
pertumbuhan pada periode April Juni 2022. Melihat kondisi saat ini, maka dari itu kami
meminta Pemerintah kembali mempertimbangkan kenaikan harga BBM subsidi. Kenaikan
harga BBM dikahwatirkan akan mengganggu proses recovery ekonomi nasional.
Berbagai pilihan yang dapat dilakukan oleh Pemerintah di antaranya menunda
pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) yang tidak berdampak langsung pada
masyarakat sehingga anggaran tersebut bisa dialihkan ke subsidi BBM. Berdasarkan aturan
terakhir Peraturan Menko Perekonomian (Permenko) nomor 9 tahun 2022 tentang Perubahan
Daftar Proyek Strategis Nasional (PSN), Pemerintah merencanakan pembangunan dengan
total 200 proyek dan 12 program. Estimasi total nilai investasi mencapai sekitar Rp5.500 an
triliun sampai tahun 2024.
Selain itu, kondisi perekonomian nasional yang dianggap kurang sehat dan ideal,
dengan berlangsungnya pembangunan Ibu Kota Negara Baru yang cukup membebankan
APBN, pembangunan proyek mercusuar ini kurang lebih menelan biaya 466 Triliun Rupiah,
sebuah mega proyek yang cukup fantastis. Selanjutnya, proyek kereta cepat yang
membengkak sampai 114 Triliun Rupiah yang tentu cukup membebankan postur APBN
negara kita.
Terakhir, BUMN yang notabenenya ialah usaha milik negara yang berorientasi pada
mencari untung sebanyak-banyaknya untuk kemakmuran rakyat, dan realitas yang terjadi
malah APBN menjadi lintah penghisap APBN alias menjadi beban keuangan negara, di mana
terdapat BUMN yang ghaib dan defisit sepanjang tahunnya. Kondisi PT Pertamina yang
merugi hampir 200 Triliun sampai dengan PT Garuda Indonesia yang juga merugi 62 Triliun
Rupiah. Hal ini tentu menjadi tanda tanya besar bagi rakyat, sejatinya BUMN hadir untuk
meningkatkan kesejahteraan nasional tapi malah menjadi beban negara dengan skema-skema
bailout nya. Lembaga Negara yang kontra-produktif seperti : BPIP, Wamen, dan Staf
Milenial. Oleh karena itu gambaran-gambaran tersebut setidaknya menjadi gambaran penguat
dan bentuk protes kepada pemerintah yang seharusnya mengelola negara ini dengan
bijaksana dan memperjuangkan hajat hidup rakyatnya.
Dan kami juga menganggap pemerintah belum mampu memaksimalkan pasal 33
undang-undang dasar tahun 1945 yang di mana setiap pasal memberi ruang dan hak untuk
mencapai rakyat yang berkeadilan dan yang berkemakmuran seperti pada pasal 33 ayat 1
yang berbunyi “perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas
kekeluargaan”. Pasal 33 ayat 2 yang berbunyi, “cabang-cabang produksi yang penting bagi
negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara”. Pasal 33 ayat 3,
“bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Pasal 33 ayat 4, “perekonomian
Nasional diselenggarakan berdasarkan atas dasar demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian,
serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”.
Sehingga keadilan dalam sektor ekonomi mampu mensejahterakan rakyat Indonesia
karena dari dulu kami menilai persoalan Migas di Indonesia itu tidak terlepas dari campur
tangan mafia Migas. Mafia Migas adalah para pemburu rente yang memiliki kedekatan dan
pengaruh terhadap para pejabat tinggi dalam mengambil keputusan yang berdampak pada
tidak optimalnya produksi maupun pengelolaan Migas sehingga menimbulkan inefisiensi dan
ekonomi biaya tinggi ini terjadi karena ketidaktransparanan, prosedur rumit, kelemahan
peraturan dan juga masalah-masalah yang berhubungan dengan integritas para pengelola.
Dan kemudian kami juga meminta kepada Pemerintah Daerah untuk mengevaluasi
dan mengaudit kinerja BPMA karena kami menilai tidak adanya manfaat secara langsung
kepada masyarakat dan tidak berfungsi dengan semestinya serta tidak adanya transparansi
dari lembaga BPMA tersebut.
Mengamati perkembangan isu yang ada di negara kita saat ini maka, kami dari Aliansi
Gerakan Aceh Menggugat (AGAM) dengan ini menyatakan sikap :
1. Mendesak Pemerintah pusat melalui DPRA untuk mencabut keputusan kenaikan
harga BBM bersubsidi dan non subsidi
2. Mengevaluasi Perpres Nomor 191 tahun 2014 tentang penyediaan dan
pendistribusian, jual enceran harga BBM agar tepat sasaran.
3. Mendesak pemerintah secara serius memberantas mafia BBM.
4. Mendesak dan menuntut pemerintah untuk merealisasikan sepenuhnya pasal 33
undang-undang dasar 1945.
5. Mendesak Pemerintah melalui DPRA untuk menunda Proyek Strategis Nasional yang
tidak berdampak langsung bagi rakyat dan alihkan anggaran untuk subsidi BBM.
6. Mendesak DPRA komisi II untuk mengevaluasi dan mengaudit secara transparansi
kinerja dari (Badan Pengelola Migas Aceh) BPMA.
Kami meminta DPR Aceh melakukan Sidang Paripurna untuk membahas semua tuntutan
yang ada dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat dan mahasiswa serta di siarkan
secara terbuka.
Dengan ini kami dari seluruh Fraksi Partai di DPR Aceh sepakat dan komitmen untuk
memperjuangkan dan meneruskan petisi ini kepada DPR-RI untuk di realisasikan semua
tuntutan di atas, dalam kurun waktu 2x24 jam sejak di tandatangani petisi ini pada hari
Jum’at, 09 September 2022, Pukul :

Menyetujui Seluruh Fraksi Partai DPR Aceh,


Fraksi Partai Aceh, Fraksi PKS,

Tarmizi, S.P Zaenal Abidin, S.Si

Fraksi PKB-PDA, Fraksi Golkar,

Tgk. Syarifuddin, M.A Ali Basrah

Fraksi PNA, Fraksi PPP,

Safrizal Ihzanudin, M.Z


Fraksi Gerindra, Fraksi Demokrat,

Drs. Abdurrahman Teuku Ibrahim

Fraksi PAN,

Muchlis Zulkifli

Demikian Pernyataan ini kami buat atas nama Lembaga DPR Aceh dan seluruh Fraksi Partai
untuk sepenuhnya melanjutkan ke pemerintah pusat aspirasi dari Aliansi Gerakan Aceh
Menggugat (AGAM).
Banda Aceh, 13 Shafar 1444 H
09 September 2022 M

Mengetahui,
Ketua DPR Aceh, Korlap AGAM

Saiful Bahri A. Djalil Dedi Saputra

Anda mungkin juga menyukai