NIM : F4401201032 Kelas : K1 Tugas Mata Kuliah : 1323 Teknik Pengolahan dan Suplai Air
Proses sedimentasi menggunakan prinsip berat jenis, dan proses sedimentasi
dalam Water Treatment Plant (WTP) atau Instalasi Pengolahan Air (IPA) berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel koloid yang sudah didestabilisasi oleh proses sebelumnya (partikel koloid lebih besar berat jenisnya daripada air). Pada masa kini proses koagulasi, flokulasi dan sedimentasi dalam Water Treatment Plant (WTP) atau Instalasi Pengolahan Air (IPA) ada yang dibuat tergabung menjadi sebuah proses yang disebut aselator. Proses sedimentasi digunakan setelah proses koagulasi dan flokulasi. Proses sedimentasi bisa terjadi ketika zat yang terlarut dalam air memiliki masa yang lebih berat dibanding dengan masa air baku itu sendiri. Sehingga zat yang terlarut dalam air baku akan mengendap dan terpisah dari air. Proses sedimentasi terbagi menjadi tiga macam berdasarkan konsentrasi dan kecenderungan partikel berinteraksi, yaitu Sedimentasi Tipe I (Freesettling), Sedimentasi Tipe II (Flocculantsettling), Sedimentasi Tipe III (Zone Hindered Settling) dan Sedimentasi Tipe IV (Copression Settling). Dalam Water Treatment Plant (WTP) atau Instalasi Pengolahan Air (IPA) proses filtrasi, sesuai dengan namanya bertujuan untuk penyaringan. Teknologi membran bisa dilakukan pada proses ini, selain bisa juga menggunakan media lainnya seperti pasir dan lainnya. Dalam teknologi membran proses filtrasi membran ada beberapa jenis, yaitu: Multi Media Filter, UF (Ultrafiltration) System, NF (Nanofiltration) System, MF (Microfiltration) System, RO (Reverse Osmosis) System. Setelah melewati proses filtrasi dan air bersih dari pengotor, ada kemungkinan masih terdapat kuman dan bakteri yang hidup, sehingga diperlukan penambahan senyawa kimia dalam Water Treatment Plant (WTP) atau Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang dapat mematikan kuman, biasanya berupa penambahan chlor, ozonosasi, UV, pemabasan dll sebelum masuk ke konstruksi terakhir yaitu reservoir. Filtrasi adalah proses pemisahan zat padat dari fluida yangn membawanya dengan suatu media berpori. Proses penyaringan merupakan proses awal (primary treatment). Bahan padatan umumnya merupakan bahan yang dapat dilihat secara langsung, seperti potongan kayu atau benda lainnya. Jika air baku yang akan disaring berupa air yang mengandung butiran halus atau bahan larut maka diperlukan proses koagulasi atau netralisasi terlebih dahulu yang menghasilkan endapan. Demikian bahan-bahan tersebut dapat dipisahkan dari cairan melalui filtrasi. Menurut tipenya, saringan dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu: filter pasir cepat dan filter pasir lambat. Tipe filter dipilih berdasarkan volume air yang diolah, waktu, area yang tersedia, dan biaya operasional. Perawatan pada unit filtrasi diperlukan agar unit dapat bekerja dengan maksimal sebagaimana fungsinya yaitu melakukan penyaringan atau pemisahan zat padat dari fluida. Cara merawat unit filtrasi adalah dengan Analisa kualitas air baku agar dapat menentukan ukuran filter yang sesuai, sehingga tidak terlalu sering mencuci atau mengganti filter air. Ketika debit air yang keluar dari filter air sudah terlalu kecil, hal ini menandakan bahwa filter sudah perlu dicuci atau bahkan perlu diganti. Durasi perawatan dari filter ini dipengaruhi dari kuantitas air baku, jumlah air yang disaring, kualitas air baku, usia pemakaian, dan pemakaian jenis filter. Cara kerja unit filtrasi adalah air yang telah melalui proses sedimentasi kemudian akan masuk ke dalam unit filtasi. Unit filtrasi akan memisahkan cairan melalui membrane berpori, partikel padat tertangkap di dalam pori-pori membrane sehingga terbentuk lapisan pada permukaan membran. Setelah melalui filtrasi, cairan selanjutnya akan masuk ke dalam proses disinfeksi. Sebelum masuk ke unit Penampungan Akhir, air melalui Proses Disinfeksi dahulu. Yaitu proses pembubuhan bahan kimia Chlorineyang bertujuan untuk membunuh bakteri atau mikroorganisme berbahaya yang terkandung di dalam air tersebut. Disinfeksi adalah proses pembebasan air dari kontaminasi mikrobiologis atau dengan kata lain membunuh organisme-organisme yang masih terdapat dalam air. Pada umumnya dilakukan dengan menggunakan zat kimia reaktif yang bersifat mengoksidasi kontaminan mikrobiologis, seperti kaporit, natrium hipoklorida, gas klor, dan ozon. Proses atau mekanisme terjadinya disinfeksi terjadi secara umum adalah air diolah secara kimiawi dan beberapa dengan radiasi. Disinfeksi secara kimiawi biasanya menggunakan klor sebagai desinfektan. Cara kerja disinfeksi dengan senyawa klor adalah gas klor dimasukkan ke dalam air sehingga air akan terhidrolisa. Kemudian akan menghasilkan asam hipoklorit yang akan berdisosiasi di dalam air. Perbandingan antara asam hipoklorit dengan hasil disosiasinya yang berupa ion hipoklorit bergantung pkepada pH air. Setelah mengalami disinfeksi, air akan masuk ke dalam reservoir yang kemudian akan didistribusikan sebagai air yang dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.