Anda di halaman 1dari 8

Nama : Liwang Ulama Utama

NIM : 2022312029P
Mata Kuliah : Teknologi Pengolahan Air
Dosen Pengampu : Reno Fitriyanti, S.T., M.Si.

Sumber Bacaan : Buku “Teknologi Proses Pengolahan Air untuk Mahasiswa dan Praktisi
Industri” oleh Suprihatin dan Ono Suparno. IPB Press.

Rangkuman BAB 4. Satuan Operasi dan Satuan Proses Pengolahan Air

Tujuan pengolahan air pada dasarnya adalah memproses air baku menjadi air bersih
hingga memenuhi persyaratan tertentu, yaitu dengan cara mengeliminasi bahan pencemar atau
bahan kontaminan dalam air sehingga air memenuhi syarat bagi peruntukannya. Oleh karena
itu, bahan-bahan kontaminan air perlu disisihkan sebelum air tersebut digunakan, sehingga
tidak menimbulkan gangguan pada saat air tersebut digunakan.
Tabel Fungsi satuan operasi di dalam pengolahan air

TUJUAN PENGOLAHAN SATUAN OPERASI


Penyisihan bahan partikel Penyaringan
Sedimentasi
Koagulasi/flokulasi
Filtrasi
Filtrasi membran (MF, UF)
Disinfeksi Klorin
(inaktivasi mikroorganisme) asi
Fluorin
asi
Ozonis
asi
Radiasi dengan sinar UV
Filtrasi membran (MF, UF)
Penyisihan bahan terlarut Aerasi (pengilangan Fe,
Mn) Oksidasi (dengan O3,
UV, dll.) Pelunakan
Filtrasi membran (reverse
osmosis)

Proses pengolahan air juga dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu pengolahan
secara fisik, kimia, dan biologis. Proses-proses yang termasuk dalam pengolahan fisik adalah
penyaringan, sedimentasi, pertukaran gas, flotasi, adsorpsi, dan filtrasi. Pengolahan secara kimia
meliputi koagulasi, flokulasi, pertukaran ion, dan disinfeksi. Pengolahan secara biologis antara
lain biofiltrasi, nitrifikasi, dan denitrifikasi atau penyisihan Fe dan Mn dengan memanfaatkan
aktivitas mikroorganisme.
4.1 Penyaringan
Berdasarkan pada jarak antarjerujinya, saringan dapat dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu
saringan kasar (5–10 cm), saringan sedang (1–5 cm), dan saringan halus (0,3–1 cm). Partikel-partikel
berukuran lebih kecil yang tidak dapat dipisahkan menggunakan saringan dengan ukuran tersebut dapat
digunakan saringan dengan ukuran lebih halus lagi, yaitu berkuran 0,1 mm. Saat ini, telah tersedia di
pasaran saringan halus dengan ukuran hingga 2–40 µm yang memungkinkan untuk memisahkan partikel-
partikel yang berukuran relatif sangat kecil.

Arah Aliran

Tampak Depan Tampak Samping

Gambar Bentuk dan susunan dasar saringan


Sumber: Rott (1993)

Bahan pengotor atau bahan partikel yang dipisahkan dengan cara ini tersangkut pada
saringan dan saringan harus dibersihkan secara reguler. Pembersihan saringan ini dapat
dilakukan secara manual maupun otomatis. Saat ini telah tersedia sistem saringan dengan
pembersihan saringan secara otomatis dan kontinu, misalnya dengan menyemprotkan air pada
saringan atau membersihan saringan secara mekanis.

4.2 Sedimentasi
Desain atau operasi unit sedimentasi sering didasarkan pada waktu tinggal (detention time)
dan beban permukaan (surface loading, overflow rate). Unit sedimentasi biasanya dirancang
dengan waktu tinggal (TD) lebih besar dari 3 jam dan beban permukaan kurang dari 33
m3/m2.hari. Ilustrasi perhitungan adalah sebagai berikut (Nathanson 1997). Waktu tinggal air
dalam tangki sedimentasi dengan volume 15.000 m3 dengan laju aliran air masuk (inlet)
sebesar 120.000 m3/hari adalah 3 jam. Tangki sedimentasi dapat berbentuk bundar atau
persegi.
Berdasarkan arah aliran air, tangki sedimentasi dapat dibedakan menjadi 3, yaitu tangki
persegi dangkal aliran horizontal paralel, tangki bundar dangkal aliran radial, dan tangki corong
aliran vertikal radial. Tangki dangkal harus dilengkapi dengan pembersih lumpur, sedangkan
pada tangki corong lumpur terendapkan dengan tenaga berat dan terkumpul di dasar tangki.

4.3 Koagulasi/Flokulasi
Proses netralisasi muatan-muatan partikel tersebut disebut koagulasi dan pembentukan flok-
flok dari partikel-partikel kecil disebut flokulasi. Koagulasi dan flokulasi merupakan proses yang
umum digunakan dalam pengolahan air.
Jar test merupakan model sederhana proses koagulasi dan flokulasi, dapat digunakan untuk
mencari dosis koagulan dan flokulan serta nilai parameter- parameter proses yang optimal
melalui percobaan laboratorium.
Koagulan adalah bahan-bahan atau substansi (senyawa kimia) yang ditambahkan ke
dalam air untuk menghasilkan efek koagulasi. Sifat dan syarat penting koagulan adalah sebagai
berikut (Davis dan Cornwell 1991).
a. Kation trivalen. Kation trivalen merupakan kation yang paling efektif untuk menetralkan
muatan listrik koloid.
b. Tidak toksik. Persyaratan ini diperlukan untuk menghasilkan air atau air limbah hasil pengolahan
yang aman.
c. Tidak larut dalam kisaran pH netral. Koagulan yang ditambahkan harus terpresipitasi dari larutan,
sehingga ion-ion tersebut tidak tertinggal dalam air.
Koagulan berfungsi memberikan kation untuk mengganggu stabilitas suspensi koloid
bermuatan negatif. Koagulan yang paling umum digunakan adalah alum (Al3+) dan ion besi
(Fe3+). Alum dapat diperoleh dalam bentuk padatan atau larutan alum [Al2(SO4)3.xH2O].
Tabel 4.5 menunjukkan rumus kimia beberapa koagulan.

Efisiensi koagulasi dan flokulasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu konsentrasi dan
jenis zat tersuspensi, pH, konsentrasi dan jenis flokulan, waktu dan kecepatan pengadukan, serta
adanya beberapa macam ion terlarut tertentu (seperti fosfat, sulfat, dan sebagainya). Faktor-
faktor tersebut bila kurang optimal dapat mengganggu koagulasi dan flokulasi.
Dua faktor penting dalam penambahan koagulan adalah pH dan dosis koagulan. Dosis
dan pH optimum ditentukan dari percobaan laboratorium menggunakan jar test. Kisaran pH
optimum untuk alum adalah 5,5–6,5, koagulasi mungkin juga terjadi antara pH 5 dan 8.
Garam feri memiliki kisaran pH untuk koagulasi efektif yang lebih besar daripada alum, yaitu pH
4–9.
Koagulasi dan flokulasi terdiri atas tiga tahap berikut.
a. Pelarutan pereaksi (reagen) melalui pengadukan cepat (misalnya 1 menit, 100 rpm), bila perlu
pembubuhan bahan kimia (sesaat) untuk menyesuaikan pH.
b. Pengadukan lambat untuk membentuk flok-flok (misalnya 15 menit, 20–40 rpm). Pengadukan
yang terlalu cepat dapat merusak kembali flok yang telah terbentuk.
c. Pengendapan (sedimentasi) flok-flok yang terbentuk (misalnya 15 menit atau 30 menit, 0 rpm).

Kesalahan-kesalahan dalam percobaan koagulasi/flokulasi yang harus dihindari. Beberapa


kesalahan yang sering terjadi adalah sebagai berikut.
a. Sampel yang tidak representatif.
b. Sampel yang tidak diaduk menyebabkan zat tersuspensi yang berat tertinggal di bagian
bawah, sehingga waktu air dituangkan ke dalam 6 gelas piala jar test, hanya gelas piala terakhir
yang mendapatkan cairan dengan zat tersuspensi.
c. Pembubuhan dosis koagulan atau flokulan yang tidak teliti.
d. Perbedaan nilai pH pada antarperlakuan.
e. Waktu pembubuhan flokulan atau bahan pengatur pH ke dalam tiap gelas piala jar test tidak
bersamaan.
f. Pengambilan sampel yang telah diolah melalui proses flokulasi untuk dianalisis tidak dilakukan
bersamaan untuk masing-masing gelas piala.
Gambar Keterkaitan antara koagulasi, flokulasi, dan pemisahan mekanis/fisik

4.4 Filtrasi
Filtrasi merupakan operasi yang paling sering diterapkan dalam pengolahan air. Selain efek
utama berupa penyaringan padatan secara mekanis (efek fisik), di dalam filtrasi juga dapat
berlangsung proses biologis dan reaksi kimia.
Pada pemilihan kecepatan untuk air pencuci dan udara pencuci dibatasi oleh dua kecepatan.
Kecepatan fluidisasi dipilih sedemikian rupa butiran filter terfluidasi dan kecepatan tersebut
harus dibatasi, sehingga butiran filter berukuran kecil tidak terbawa keluar bersama air. Pencucian
dengan air sering dilakukan pada kecepatan sekitar 50–70 m/h (Rott 1993) atau sekitar 10 l/
m2.detik selama 10 menit. Setelah pencucian berakhir, butiran-butiran filter mengendap
kembali dan filtrasi dapat dimulia kembali. Selama 5 menit pertama air hasil filtrasi biasanya
tidak dicampur dengan air bersih karena biasanya masih mengandung kotoran. Hal ini
dilakukan untuk menjamin bahwa sisa kotoran tidak terbawa ke dalam penampungan atau
sistem distribusi air (Nathanson 1997).
Tabel Rangkuman mekanisme dan parameter proses filtrasi

Mekanisme Parameter Proses


Transport massa Proses filtrasi
Pembagian jalur aliran Cepat-lambat
Penangkapan Tertutup-terbuka
Translasi Ke atas-ke bawah
Sedimentasi Terendam-kering
Pelambanan
Difusi Susunan Bed Filter
Struktur
Penempelan bahan Ukuran pasir atau pori
Kekuatan gaya van der Waal Distribusi ukuran pasir
Kekuatan elektrokinetis Bentuk pasir, porositas
Adsorpsi Permukaan, densitas
Reaksi kimia
Ketinggian Filter Laju pembebanan
Pertukan Bahan:
Kejadian biologis

Masalah dalam Unit Filtrasi


Salah satu masalah yang sering terjadi pada filtrasi dengan flokulasi adalah terbentuknya endapan
yang intensif pada media filter, sehingga diperlukan frekuensi pencucian (back washing) lebih
sering yang mengakibatkan periode waktu filtrasi menjadi pendek. Pemberian polimer
(polielektrolit) dapat memperbaiki tingkat pengikatan partikel oleh media filter. Kondisi operasi
tipikal unit filtrasi dapat dilihat pada Tabel yang mencakup kecepatan filtrasi, lama waktu
filtrasi, dan persentase penggunaan air untuk pencucian.

Rata- Renta
rata ng
Kecepatan filtrasi (m/jam) 7,4 4–25
Waktu filtrasi (jam) 20,0 6–50
Penggunaan air untuk backwashing 2,9 2–7
(% filtrat)

4.5 Biofiltrasi
Terminologi biofiltrasi adalah identik dengan fixed bed reactor dengan partikel sebagai bahan
pengisinya, dengan proses filtrasi dan perombakan biologis berlangsung secara simultan. Di
dalam biofiltrasi, mikroorganisme tumbuh pada permukaan partikel sebagai biofilm. Dengan
demikian biofiltrasi termasuk dalam kategori proses biofilm, biomassa aktif terutama ditentukan
oleh dua parameter, yaitu karakteristik permukaan media filter dan ketebalan biofilm yang
dipasok dengan substrat dan oksigen. Komposisi populasi mikroorganisme dalam biofilm
yang terbentuk sangat ditentukan oleh tingkat pembebanan dan kondisi operasi.
Biofiltrasi dapat diterapkan untuk eliminasi bahan organik, nitrifikasi, denitrifikasi, eliminasi
fosfor (berlangsung secara kimia), serta eliminasi padatan (termasuk bakteri dan virus). Biofilter
umumnya diterapkan sebagai pascapenanganan (post-treatment), yaitu untuk mengeliminasi sisa
polutan dari proses sebelumnya. Biofilter diterapkan untuk fungsi-fungsi: i) nitrifikasi sisa
amonium, dikombinasikan dengan eliminasi SS dan kadang-kadang juga eliminasi P; ii)
denitrifikasi sisa nitrat dengan penambahan sumber karbon (C), sekaligus untuk eliminasi SS,
dan kadang-kadang juga untuk penyisihan P; iii) nitrifikasi dan denitrifikasi di tahap kedua dengan
penambahan sumber C atau sebagai tahap utama dengan tujuan perombakan ikatan C,
nitrifikasi dan denitrifikasi.

4.6 Disinfeksi
Disinfeksi merupakan tahapan kritis dalam proses pengolahan air minum. Disinfeksi
dimaksudkan untuk membunuh atau menginaktifkan mikroorganisme patogen di dalam air
tersebut. Bakteri patogen penting yang sering dijumpai di dalam air minum adalah Salmonella,
Shigella, E. coli enterotoksigenik, Campylobacter, Vibrio dan Yersinia. Persyaratan air minum
telah ditetapkan bahwa kandungan bakteri koliform maupun E. coli harus 0 per 100 ml.

4.7 Filtrasi Membran


Membran adalah lapisan tipis bersifat permeabel atau semi-permeabel, biasanya terbuat dari
lapisan polimer tipis. Membran dapat menahan secara selektif permindahan komponen tertentu
dan melewatkan komponen lainnya (Rautenbach 1994). Kinerja membran biasanya ditentukan
oleh dua hal, yaitu fluks atau laju permeasi dan selektivitas membran. Fluks adalah laju aliran
volumetrik cairan yang melewati membran per satuan luas membran per satuan waktu,
umumnya l/m2.jam, sedangkan selektivitas adalah kemampuan membran untuk menahan bahan
terlarut atau tersuspensi di dalam fluida. Selektivitas sering didefinisikan sebagai fraksi bahan
terlarut/tersuspensi di dalam umpan (feed) yang ditahan oleh membran. Dalam terminologi ini,
nilai selektivitas terletak dalam selang 0 sampai 1. Selektivitas untuk campuran cairan atau
campuran gas disebut juga faktor pemisahan, yaitu nisbah konsentrasi di dalam permeat
dibagi dengan konsentrasi di dalam umpan (untuk dua komponen) yang nilainya 1 atau
lebih besar.
Kegunaan membran filtrasi sangat beragam, tetapi penggunaan utama di dalam industri
antara lain untuk pemisahan padatan tersuspensi dari cairan dan pemisahan gas yang
mengandung bahan terlarut, pemisahan makromolekul atau koloid dari cairan yang
mengandung ion-ion, pemisahan campuran cairan yang saling larut (miscible), pemisahan
selektif gas-gas dan uap dari aliran gas atau uap, transport selektif hanya spesies ion, dan
pemisahan secara total semua bahan tersuspensi dan terlarut dari air.

4.8 Pelunakan
Uraian tentang pelunakan air dijumpai dalam berbagai literatur, misalnya Corbitt (1990) serta
Davis dan Cornwell (1991). Kesadahan disebabkan oleh berbagai jenis kation polivalen.
Namun untuk sebagian besar jenis air, kesadahan adalah jumlah ion-ion kalsium dan magnesium
yang dinyatakan sebagai CaCO3. Proses pelunakan meliputi pengurangan kalsium dan
magnesium karena ion-ion tersebut cenderung untuk membentuk endapan dengan sabun
sesuai reaksi:

Ca2+ + (SOAP)- Ca(SOAP)2(s)

Akibat dari reaksi tersebut, sabun tidak dapat berinteraksi dengan kotoran pada pakaian
dan kompleks kalsium-sabun yang terbentuk berbentuk endapan yang tidak diinginkan. Kalsium
dan magnesium juga cenderung untuk membentuk endapan dalam pemanas air yang dapat
mengurangi efisiensi pemanasan air.
4.9 Adsorpsi
Adsorpsi dapat digunakan untuk menghilangkan bahan-bahan organik atau logam berat
terlarut yang tidak diinginkan. Bahan organik tersebut dapat berupa ikatan-ikatan organik alami,
seperti bahan penyebab bau, rasa, warna, atau dapat juga berupa ikatan halogen sintetis seperti
pestisida dan bahan pelarut organik. Selain itu, adsorpsi karbon aktif juga dapat digunakan
sebagai katalisator perombakan ikatan-ikatan klor dan ozon.

4.10 Pertukaran Gas, Penyisihan Besi, dan Mangan


Operasi ini umumnya bertujuan untuk mengeluarkan gas CO 2, H2S, CH4 dan/atau untuk
meningkatkan konsentrasi oksigen terlarut. Prinsip operasi ini adalah memaksimumkan permukaan
kontak antara air dan gas serta meminimalkan biaya investasi dan biaya operasi. Secara garis besar, perlu
diusahakan agar diperoleh tetesan air berukuran sekecil mungkin di dalam gas atau gelembung udara
sekecil mungkin di dalam air, sehingga diperoleh permukaan batas yang maksimal.
Tujuan aerasi dapat berbagai macam, antara lain untuk memasok oksigen untuk mengoksidasi
besi dan mangan, pembuangan gas karbon dioksida, pembuangan gas hidrogen sulfida dan
amonia, atau untuk menghilangkan bahan organik volatil untuk menghilangkan bau dan
memperbaiki rasa.
Aerasi dapat dilakukan dengan menyemprotkan air ke udara atau menyemprotkan udara
ke dalam air. Jenis utama alat aerasi meliputi aerator gravitasi, misalnya kaskade air terjun
atau bidang-bidang miring, aerator semprotan atau air mancur. Pada alat tersebut air
disemprotkan ke udara, penyebar suntikan, gelembung udara berukuran kecil disuntikkan ke
dalam air atau aerator mekanis untuk pengadukan untuk memperbaiki pencampuran air dan udara.

4.11 Penyisihan Karbon Dioksida


Karbon dioksida (CO2) berada dalam air dalam bentuk gas terlarut dan sekitar 0,7%
sebagai asam karbonat (HCO3) yang terdisosiasi kembali sesuai dengan persamaan reaksi
berikut, sehingga memengaruhi nilai pH air:

CO2 + H2O  H2CO3  H+ + HCO3-

Karbon dioksida di dalam air mempunyai efek positif dan negatif, yaitu:

 efek positif: rasa;


 efek negatif: agresif terhadap logam, semen, dan bahan sambungan pipa;
 terhadap kesehatan: netral.

Karbon dioksida bebas berlebih menyebabkan air bersifat korosif dan dapat merusak peralatan
dari logam dan instalasi pengolahan air yang terbuat dari semen. Di dalam air, CO2 dapat berada
dalam berbagai bentuk, dan membentuk kesetimbangan‚ asam karbonat-kapur. Oleh karena
itu, kadar karbon dioksida dalam air harus dikendalikan. Pengurangan kadar karbon dioksida dapat
dilakukan dengan menciptakan kesetimbangan antara asam karbonat-kapur dengan menghilangkan
karbon dioksida bebas.

Anda mungkin juga menyukai