TUGASFENOMEEEEE
TUGASFENOMEEEEE
NIM : 180140056
MK : Fenomena Perpindahan
Kelas : A2
dimana :
q = Kalor yang dipindahkan
h = Koefisien perpindahan kalor secara konveksi
A = Luas bidang permukaan perpindahan panas
T= Temperatur
Jika A = Ao, luas permukaan luar tabung, maka U = Uo, koefisien yang
didasarkan atas luas permukaan luar.
Gambar 1.3. Perpindahan panas konveksi. (a) konveksi paksa, (b) konveksi
alamiah, (c) pendidihan, (d) kondensasi
Pada perpindahan kalor secara konveksi, energi kalor ini akan
dipindahkan ke sekelilingnya dengan perantaraan aliran fluida. Oleh karena
pengaliran fluida melibatkan pengangkutan masa, maka selama pengaliran fluida
bersentuhan dengan permukaan bahan yang panas, suhu fluida akan naik.
Gerakan fluida melibatkan kecepatan yang seterusnya akan menghasilkan aliran
momentum. Jadi masa fluida yang mempunyai energi terma yang lebih tinggi
akan mempunyai momentum yang juga tinggi. Peningkatan momentum ini
bukan disebabkan masanya akan bertambah. Malahan masa fluida menjadi
berkurang karena kini fluida menerima energi kalor.
Fluida yang panas karena menerima kalor dari permukaan bahan akan
naik ke atas. Kekosongan tempat masa bendalir yang telah naik itu diisi pula
oleh masa fluida yang bersuhu rendah. Setelah masa ini juga menerima energi
kalor dari permukan bahan yang kalor dasi, masa ini juga akan naik ke atas
permukaan meninggalkan tempat asalnya. Kekosongan ini diisi pula oleh masa
fluida bersuhu renah yang lain. Proses ini akan berlangsung berulang-ulang.
Dalam kedua proses konduksi dan konveksi, faktor yang paling penting yang
menjadi penyebab dan pendorong proses tersebut adalah perbedaan suhu.
Apabila perbedaan suhu .terjadi maka keadaan tidak stabil terma akan terjadi.
Keadaan tidak stabil ini perlu diselesaikan melalui proses perpindahan kalor.
a. viscositas fluida
b. kecepatan fluida
Gambar 2.4 Ilustrasi aliran fiuda pada konveksi alamiah dan paksa
Konveksi alamiah terjadi karena ada arus yang mengalir akibat gaya
apung, sedangkan gaya apung terjadi karena ada perbedaan densitas fluida tanpa
dipengaruhi gaya dari luar sistem. Perbedaan densitas fluida terjadi karena
adanya gradien suhu pada fluida. Contoh konveksi alamiah antara lain aliran
udara yang melintasi radiator panas [McCabe,1993]. Pada perbatasan suatu
permukaan dan suatu fluida akan terjadi perpindahan panas secara konduksi dan
konveksi. Biasanya temperatur permukaan itu cukup tinggi untuk menimbulkan
pula radiasi. Tanpa adanya aliran yang dipaksakan terhadap fluida, maka sekitar
permukaan akan terjadi konveksi secara alamiah. Perbedaan temperatur antara
bagian-bagian fluida menyebabkan perbedaan densiti dan karena itu timbul
gerakan dan aliran dalam fluida. Aliran alamiah ini memperbesar perpindahan
panas yang semula sampai tercapai keadaan yang tecap. Cara perpindahan panas
semacam ini disebut konveksi alamiah atau konveksi bebas.
Besarnya koefisien perpindahan panas harus didapat dari hasil
percobaan. Banyak penyelidikan telah dilakukan untuk menentukan koefisien
pindah panas itu. Jika berbagai hasil penyelidikan itu dikumpulkan, ternyata
dapat diperoleh persamaan empiris dalam bilangan-bilangan tanpa dimensi,
salah satu di antaranya adalah bilangan Grashof, yang dibuat untuk
menunjukkan sifat- sifat konveksi bebas .
Hasil percobaan itu sering juga dinyatakan sebagai nomogram
(alignment chart) atau grafik.
a. Aliran Viskositas
Gaya – gaya viskos biasanya diterangkan dengan tegangan geer (shear stress)
antara lapisan – lapisan fluida. Jika tegangan ini dianggap berbanding dengan
gradient kecepatan (velocity gradient) normal, maka kita dapatkan persamaan
dasar untuk viskositas,
Dimana :
=kecepatan
aliran bebas X = jarak dari
tepi
V = viskositas kinematik
Pengelompokkan khas diatas disebut angka Reynolds dan angka ini tak
berdimensi apabila untuk semua sifat – sifat diatas digunakan perangkat satuan
yang konsisten;
Aliran itu biasa turbulen. Pada daerah transisi terdapat suatu jangkau
angka Reynolds, yang bergantung dari kekasaran pia dan kehalusan aliran.
Jangkau transis yang biasa digunakan ialah
Walaupun dalam kondisi yang dikendalikan ketat dalam laboratorium
aliran laminar masih bias didapatkan pada angka Reynolds 25.000.
Hubungan kontinuitas untuk aliran satu – dimensi dalam tabung ialah :
Dimana :
m = laju aliran massa
= kecepatan rata – rata
A = luas penampang
Fluks momentum pada arah x ialah hasil perkalian aliran massa melalui
satu sis tertentu dari volume kendali dan komponen x kecepatan pada titik itu.
Massa yang masuk dari muka kiri unsure itu persatuan waktu ialah :
Jika kita andaikan satu satuan kedalaman pada arah z. jadi momentum,
masuk pada muka kiri per satuan waktu ialah :
Ρvu dx
Dan momentum pada arah x yang keluar dari muka atas ialah
Bagi kita hanya momentum pada arah x yang penting, karena gaya yang
menjadi perhatian kiata dalah analisa ini adalah gaya pada arah x. gaya ini
adalah gaya – gaya yang disebabkan oleh geser viskos dan gaya tekanan pada
unsure. Gaya tekanan pada muka kiri adalah ρ dy, dan pada muka kanan adalah
sehingga gaya tekanan netto pada arah gerakan adalah:
Gaya geser viskos netto pada arah gerakan ialah jumlah kedua gaya di atas:
Gaya geser-viskos neto = µ
µ =ρ 2
dy – ρu2dy +
disederhanakan, dengan menggunakan persamaan kontinuitas dan
mengabaikan diffrensial orde kedua, kita dapat
Bila suatu fluida mengalir secrara laminar sepanjang suatu permukaan yang
mempunyai suhu berbeda dengan suhu fluida, maka perpindahan panas terjadi
dengan konduksi molekulardalam fluida maupun bidang antara (interface) fluida
dan permukaan. Sebaliknya dalam aliran turbulen mekanisme konduksi diubah
dan dibantu oleh banyak sekali pusaran-pusaran (eddies) yang membawa
gumpalan fluida melintasi garis aliran. Partikel-partikel iniberperan sebagai
pembawa energy dan memindahkan energi dengan cara bercampur dengan
partikel fluida tersebut. Karena itu, kenaikan laju pencampuran (atau
turbulensi) akan juga menaikkan laju perpindahan panas dengan cara konveksi
Qkonveksi = hc.A.Dt
Pada sistem konveksi bebas dikenal suatu variable tak berdimensi baru
yang sangat penting dalam penyelesaian semua persoalan konveksi alami, yaitu
angka Grashof Gr yang peranannya sama dengan peranan angka Reynolds dalam
sistem konveksi paksa, didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya apung
dengan gaya viskositas di dalam sistem aliran konveksi alami.
Grƒ =
Dimana koefisien muai volume β untuk gas ideal, β = 1/T
Koefisien perpindahan panas konveksi bebas rata-rata untuk berbagai situasi
dapat dinyatakan dalam bentuk fungsi:
m
ƒ= = C (GrƒPrƒ)
Tƒ =
Produk perkalian antara angka grashof dan angka prandtl disebut angka
Rayleigh:
Ra = Gr . Pr
Menurut Fuji dan Imura untuk plat miring dengan permukaan panas
menghadap ke bawah pada jangkauan + < 80 °C ;105 < Gr.Pr < 1011
bentuk korelasinya adalah :
1/4
Nu=0.56 (GrL.Pr cos)
Nu=0,58 (GrL.Pr)1/5
Untuk plat miring dengan permukaan panas menghadap ke atas dalam jangkauan
GrL.Pr <1011 ;GrL > Grc ; dan -15° < < -75° bentuk korelasinya adalah :
Ketika suatu plat rata vertical dipanaskan maka akan akan terbentuklah suatu
lapisan batas konveksi bebas, Profil kecepatan pada lapisan batas ini tidak
seperti profil kecepatan pada lapisan batas konveksi paksa . Pada gambar 2.2
dapat dilihat profil kecepatan pada lapisan batas ini,dimana pada
dinding ,kecepataan adalah nol, karena terdapat kondisi tanpa gelincir (no-slip) ;
kecepatan itu bertambah terus sampaai mencapai nilai maksimum, dan kemudian
menurun lagi hingga nol pada tepi lapisan batas.
RaL = GrL.Pr =