Anda di halaman 1dari 2

THE LAST CHAPTER MARMUT MERAH JAMBU By.

Raditya Dika Satu hal yang gue tahu pasti, binatang punya kebiasaan yang aneh ketika jatuh cinta... Ambil contoh belalang sembah. Setiap belalang sembah abis kawin, belalang sembah yang betina akan memakan kepala yang jantan. Kasian banget ya? Mereka baru saja mengalami malam pertama, si belalang jantan jadi gak perjaka...eh palanya dimakan ama cewek. Serem memang, tapi yang jadi pertanyaan tak terjawab adalah : kalo gitu, kenapa masih ada belalang yang mau kawin Apakah ? belalang-belalang jantan ini gak dikasih tahu sama emak belalang (bapaknya gak ada, karena pasti udah mati), ngumpul diruang tamu dan dibilangin : Nak. Jangan kawin ya...ntar pala kamu buntung. Apakah mereka gak denger gosip-gosip dari temen-temen mereka (sesama belalang) atas hal ini?Kenapa masih ada belalang yang masih mau kawin? Gue mengambil kesimpulan sendiri : semua belalang jantan udah tau klo kepala mereka bakaln dimakan kalau mereka kawin, tapi mereka tetep mau kawin. Kesimpulannya lagi : tidak ada yang lebih romantis dari pada percintaan antara dua belalang. Gue tidak akan mungkin seberani belalangbelalang jantan ini. Kalau gue jadi belalang jantan, hal yang pertama kali yang gue lakukan adalah mendeklarasikan kalau gue homo, cari belalang jantan lain yang masih berondong dan kawin di belanda. Di satu sisi ada binatang bernama ferret, sejenis musang yang bisa dipelihara. Jadi, gue pernah liat satu siaran dokumenter tentang ferret ini. Dalam tayangan dokumenter tersebut, gue jadi tahu ternyata kalau ferret yang g bisa kawin pada musimnya, yang cewek akan mati karena kelebihan hormon. Gue melihat ferret cewek berlari-lari liar karena kelebihan hormon, gak nemuin pasangan yang mau ngawinin dia, lalu...mati. itu juga serem. Yang kasian justru ferret- ferret cewek yang jelek (dalam standart ferret, tentunya), mereka gak bakaln dapet pasangan kawin dan akhirnya...mati jomblo. kasian yah, ferret- ferret cewek ini, kata gue, setelah menjelaskan apa yang gue tahu tentang ferret kepada pacar gue... Dia melihat mata gue dan bilang dengan sungguh-sungguh, kita bakaln kayak gini terus kan? aku pengen kita kayak gini terus, kata gue, sambil mempererat genggaman gue. Saat gue sadar, tentang bagaimana manusia pacaran, tentang manusia jatuh cinta, tentang gue jatuh cinta. Dari mulai bagaimana jatuh cinta dengan diam-diam, sampai naksir orang via chatting. Dari mulai susahnya mutusin cewek, sampai ditaksir sama cewek aneh. Dari muali kita nembak cewek, sampai akhirnya membuat janji seperti lazimnya orang pacaran lainnya, seperti : kita bakalan kayak gini terus. Janji yang terkadang gak bisa ditepati. Dia bertanya lagi ke gue, kamu dari mana yakin kita bakalan kayak gini terus? dia lalu berdehem, sebelum akhirnya melanjutkan, sebelumnya kan kamu juga pernah pacaran. Pernah punya hubungan gagal. lah kamu juga, balas gue.

makanya. Sapa tau...kita nanti gagal juga? itu risiko yang aku ambil, kata gue. Dalam hati, gue berharap hubungan gue dan pacar gue sekarang seperti hubungan binatang yang setia satu sama lain selama hidupnya. Ambil contoh burung lovebirds, burung ini setia sama satu pasangan selama hidupnya, sampai-sampai ketika pasangannya mati, burung yang satunya lagi akan merenung, depresi, akhirnya tidak lama kemudian mati menyusul pasangannya. Romantis banget ya? Tidak seperti burung lovebirds, manusia adalah spesies yang aneh. Kebanyakan dari kita pasti pernah ngerasain putus, dan semakin banyak kita pacaran semakin banyak kita ngerasain putus. Pacaran pada dasarnya punya resiko : ngambek, marah, dan akhirnya diselingkuhi, dan patah hati. Tapi kita, sebagai manusia, tetep saja masih mau pacaran. Karena kita, seperti belalang, tahu bahwa u ntuk mencintai seseorang butuh keberanian. Berusaha memahami apa itu cinta melalui intropeksi ke dalam pengalaman-pengalaman gue. Alih-alih seperti belalang, gue merasa seperti seekor marmut merah jambu yang terus -menerus jatuh cinta, loncat dari satu relationship ke yang lainnya, mencoba berlari dan berlari dan berlari di dalam roda bernama cinta, seolah-olah maju, tapi tidak...karena sebenarnya jalan ditempat. Entah sudah berapa kali gue naksir orang sebelum bertemu pacar gue yang sekarang ini. Entah ber kali apa patah hati, berantem, cemburu yang gue alami sebelum ketemu dia. Entah berapa kali nembak dan putus, seolah-olah gue berlari dan berlari dari satu hubungan gagal kehubungan gagal lainnya, seperti marmut yang tidak tahu kapan harus berhenti berlari di roda yang berputar. Dan hubungan kali ini, setiap gue memandangi dia, pertanyaan besar itu pun timbul : apakah sekarang saatnya berhenti??

Anda mungkin juga menyukai