Anda di halaman 1dari 5

Cerpen

Mawar Melati Milikku.

Oleh Abdul Wahab

Aku sebelumnya sudah meraskan sakit hati, sakit cinta. Tapi aku tak pernah
cengeng. Buktinya aku masih hidup sampai sekarang, aku tak pernah mau
mengakhiri hidupku dengan menengak racun. Itu bukti bahwa aku masih kuat
kan?

Ini ada beberapa kisah asmara yang pernah aku alami. Aku rasa setiap orang juga
pernah mengalaminya. Ketika aku mencintai seseorang, aku harus mengetahui
segala tentang dirinya, dan aku juga terpakasa menyukai apa yang ia sukai.
Kenapa begitu? karena alasannya cuma simple; aku cinta dia. Kadang seperti tak
masuk akal. Tapi bukankah begitu yang dinamakan cinta? Kerap kali tak masuk
akal.

Aku kurang suka dengan sebutan kawan-kawan bahwa aku buaya darat, playboy,
kumbang lapar dan lain-lain. Aku terkadang marah jika ada yang menyebutku
begitu. Tapi aku tahan. Aku pun muak jika mereka berkata begitu kepadaku tapi
disaat yag sama mereka munafik, mereka pasti juga ingin mengoleksi banyak
cinta di dadanya, mereka ingin semua mencintainya dan mereka suka banyak
pasangan, tak ckup satu, inilah kemunafikan yang kubenci, jika memang mereka
tak bisa mengelak dari kenyataan-kenyataan yang seperti itu, hendaknya mereka
janganlah pernah menanggilku begituan, janganlah memojokkan aku sebagai
playboy cap sabun batang dihadapan orang-orang lain, jika memang mereka juga
berlaku begitu.

Aku tertambatkan pada hati seorang gadis Sunda. Sebut saja namanya Teteh
Mawar. Cinta kami bermuara pada pertemuan yang tak disengaja di dalam bus
Trans. Lalu ketika ia menjatuhkan kipas aku yang berlagak seperti Arjuna
membantunya.kemudian disertai sedikit basa basi; dieeeeer!, hatinya sudah
terbuka untukku sejak saat itu, aku selalu menghubungi dia, menanyainya tentang
hal-hal yang sebetulnya tak penting. Kerap aku mengajaknya membahas tentang
tohoh-tokoh dunia beserta segenap pemikirannya, ia terkesima oleh bualan
celotehku sepertinya. Tapi aku hajar saja. Aku pun tak yakin apa yang aku katakan
sepenuhnya berdasar fakta. Semua yang kuanggap praduga aku paparkan bak aku
pandai berteori.

Kadang kami sama-sama naik darah, sama-sama tak mau mengalah dan sama-
sama ngambek karena pembicaraan kami beradu meninggi. Tapi aku selalu bisa
mencairkan suasana, aku selalu bisa memunculkan hal-hal konyol dan ia tertawa
riang, bakatku sebagai komedian ada juga sepertinya.

Hubungan cinta kami mesra seperti sepasang burung dara. Tapi siapa yang bisa
menyangka jika suatu hal kami berpisah. Tak ada yang bisa menebak. Tiba-tiba
saja seorang lelaki asing menyerobot dan meluluhkan hati Mawar. Aku sudah
bersikeras bahwa aku mencintainya, dan bukankah kamu juga mencintaiku?
Kukatakan pada mawar. Tapi mawar sepertinya telah benar-benar kehilangan
cintanya kepadaku, cintanya padaku sudah pudar seperti warna cat pada rumah
tua. Bahkan diakhir perpisahan kami. Dia sempat menutup dengan kalimat:

“Bahkan seseorang yang sepertinya saling mencintai, keduanya bisa saling


membenci karena ada suatu hal yang mendindingi...”

Aku sempat tak percaya, bagimana mungkin gadis yang amat saangat kucintai--
dan saling mencintai--kini benar-benar tak mencintaiku lagi, aku kecewa, ketidak
percayaanku ini sungguh benar-benar membuat hatiku bergemuruh tak tenang dan
gelisah serta marah kepada Mawar, kepada lelaki barunya dan pada semua hal
yang ada di sekitarku. Aku tak percaya, karena Mawar pernah membisikan hampir
setiap malam kepadaku ketika kami tidur seranjang, bahwa ia benar-benar
mencintaiku, ia katakan itu dengan hati yang berdebar-debar, aku tahu karena aku
disampingnya. Pandangan matanya tak bisa dibohongi.

Ketika aku mencintai seseorang, aku ingin dia menjadi milikku, benarkan apa
kataku ini? Jika kamu mengaku mencintai tapi kamu tak pernah memiliki apa
kamu bisa mencintai? Karena ketika kamu tak bisa memliki maka kamu tak bisa
menikmati keindahan serta kenimatan yang terjadi ketika kalian bersama. Masuk
akal bukan?

Aku tak ingin yang kuicintai dimiliki oleh orang lain, aku tak mau wajah Mawar
dipandangi setiap hari oleh lelaki itu. Aku tak ingin kulitnya serta lembut, suarany
yang serak-serak membuat nafsu birahi naik dimiliki olah lelaki itu, maka aku
harus melakukan sesuatu.

Malam hari ketika malam pertama berlangsung setelah pernikahan Mawar. Aku
tak mendapat undangannya. Sikap Mawar yang seperti ini semakin membuat
kebencianku bertumpuk-tumpuk hingga meracuniku tingkat sel. Tapi aku bisa
menahan, karena aku tak secengeng yang orang-orang liat.

Ketika para tamu undangan sudah benar-benar pulang semua tak tersisa berikut
beserta prasman. Senyap malam bersetubuh dengan suara Jangkrik. Di bawah
purnama kuning itu aku lamat-lamat melangkah sembari memegang belati dapur
dan memasuki rumah itu dari belakang. Aku pikir semua orang dari anggota
keluarga sudah tidur terlelap karena lelah seharian menerima undangan yang
jumlahnya ribuan itu. Hinggga aku berani berspekulasi bahwa langkahku tak akan
didengar oleh siapa-siapa.

Aku bungkam mulut lelaki ketika kulihat mereka berdua tidur serangjang
berpelukan. Lalu aku sabetkan pisau ke tenggorokannya.semakin ia meronta
semakin dalam sayatanku. Adapaun suara yang ia berusaha sekuat tenaga
keluarkan adalaah hal yang sia-siaa karena aku membungkamnya dengan kain
selimut lagipula kutarik kebelakang. Yang terdengar hanyalah seperti suara orang
yang tidur ngorok.

Mawar pun hanya menggeliat saja seperti ulat.lalu stelah kurasa lelaki itu benar-
benar mati. Aku menggorok juga leher Mawar, aku koyak pembuluh darahnya.
Darah pun mengucur deras seperti yang kulakukan pada lelaki itu. Seluruh
ranjang telah terbanjiri oleh darah kedua mempelai di malam pertama mereka.
Kemudian aku sayat tubuh Mawar, aku potong mulutnya, telinganya, hidungnya
dan aku simpan dalam tas plastik. Tak ketinggalan pula aku congkel bola mata
indahnya yang kerap kali beradu ketika kami bercumbu rayu.

Besoknya kabar tragis terdengar gemanya hingga ke ujung desa, kematian kedua
mempelai yang belum sempat merasakan cinta dan saling mengasih-sayangi.
Itulah bahaya cinta. Jika sudah benar-benar cinta maka aku harus memiliki.bibir,
hidung serta matanya yang kini kuabadikan di dalam kulkasku. Setiap malam aku
menyentuhnya dan meninang-minangnya. Karena aku masih mencintainya.

Setelah kejadian yang mengemparkan itu berlalu dan gemanya hilang ditelan
waktu. Semua orang tak tahu bahwa pelakunya adalah aku. Aku tetawa keras.
Betapa bodohnya kalian!.

Suatu pagi yang cerah seperti bunga yang merekah. Aku dijumpai oleh seorang
gadis Jawa. Kulitnya kuning sawo muda. Matanya coklat bening dan terdapat
garis coklat di Retinanya. Tutur bahasa yang sopan membuatku jatuh hati
padanya. Aku akan mendekatinya untuk menaklukan hatinya.

Awalnya dia sepeti tak acuh dan masa bodoh dengan apa yang aku lakukan
kepadanya. Tapi aku terus membuntutinya, mengejarnya dan senantiasa ada di
setiap harinya hingga akhirnya dinding hatinya runtuh akibat kuhantam jurus-
jurus gobalan kelelakianku. Perlu kalian ketahui aku sebenarnya tak jago
meluluhkan hati wanita, tapi aku tak akan menyerah jika apa yang menjadi
keingananku bisa dicapai oleh orang lain maka mengapa aku tak bisa
menggapainya? Akhirnya aku bssa dibilang mahir untuk urusan mendekati gadis.

Gadis Jawa itu, sebut namanya Melati telah tercocok hidungya. Aku mendapatkan
hatinya. Aku mendapatkan hidupnya. Lalu kami pun bercinta. Memadu kasih.
Hari-hariku berjalan sangat indah. Mawar , aku telah mengubur dalam-dalam
ingatan tentangnya, seperti jasadanya yang telah terkubur. Aku memang mencintai
almarhuham Mawar, atau dulunya tapi sekarang ada lagi cinta yang datang dan
aku menyapanya.
Aku tak tahu, mungkin karena bosan atau mungkin orang tuanya tak merestui
hubungan kita akhirnya Melati meninggalkanku. Aku sudah katakan padanya
jangan tinggalkan aku. Aku benar mencintaimu, dan kau benar mencintaiku. Tapi
ia selalu meronta-ronta dan memihak kehendak orang tuanya. Kata mereka
hidupku berantakan tak karuan, tak jelas, pengangguran.

Aku sakit hati. Aku bisa menahan diri karena yang melontarkan kalimat tersebut
adalah Melati. Jika orang lain maka pasti aku layangkan bogem mentah ke
mulutnya hingga berdarah. Aku tak percaya aku ditinggalkan lagi oleh kekasih
hati. aku bernasib sama. Cinta yang berakhir tragis.

Tak lama berselang Melati dilamar oleh lelaki dari luar kota yang dinas di Bank
lokal. Sama seperi Mawar. Aku semakin membenci karena hari berlangsungnya
perikahannya sangat dihadiri orang banyak. Dan aku juga tak mendapat
undangannya. Betapa aku sudah terbiasa dengan hal ini.

Malam harinya. Aku ingin mengabadikan wajah Melati di kulkasku seperti


Mawar. Aku ingin kecantikannya hanya milikku biar aku saja yang menikmati.
Jangan sampai orang lain memilikinya.

Maka, seperti lelaki Mawar, aku sabet pisau ke tenggorokannya. Darah mengucur
deras seperti saluran air. Rasanya hangat tapi lama-lama tercium amis, aku
sabetkan pula ke leher Melati, calon istriku dalam khayalanku. Kedua sama-sama
mati. Aku potong wajah Melati. Aku abadikan dalam kulkas lemariku seperti
Mawar, agar aku memiliki apa yang kucintai.

Oh betapa indahnya aku bisa menikmati wajah indah para calon istriku. Aku tak
pernah berfikir akankah cinta berikutnya akan begitu juga? Aku hanya seorang
pencinta. Selebihnya jika terjadi lagi, maka akan banyak koleksi potongan jasad
yang kuawetkan. Mereka tetap indah bagiku.

Anda mungkin juga menyukai