Anda di halaman 1dari 2

Nama : Maria Gabriela Tuto Dhena

Kelas : XI mipa 2

Tugas : Agama

" Hal Menghakimi"

Saudara-Saudari yang terkasih

Dalam Matius 7 : 1 – 5 menuliskan “Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.
Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang
kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.”

Ayat ini mengingatkan kita agar tidak menghakimi, karena yang berhak menghakimi hanya
Tuhan Yesus. Sayangnya, banyak manusia yang merasa kecewa dengan keadaan dirinya yang sedang
mengalami kesusahan, masalah keuangan dan permaslahan lainnya membuat seseorang mudah tersulut
emosinya dan langsung melampiaskannnya kepada orang lain. Jangan kamu menghakimi, supaya kamu
tidak dihakimi.” kata Menghakimi merupakan suatu kewenangan, kewenangan dari penguasa. Seorang
hakim akan bertindak sebagai orang yang memiliki kewenangan atas diri kita. Jika kita berbuat salah,
pemerintah akan memanggil kita, atau menyeret kita ke pengadilan, atau jika ada dua orang yang
berselisih, mereka membawa persoalan tersebut kepada pihak yang memiliki kewenangan yang lebih
tinggi.Hakim merupakan perwujudan dari pihak yang memiliki kewenangan yang lebih tinggi. Jadi pada
saat Tuhan Yesus berkata, “Jangan menghakimi”, yang Ia maksudkan adalah, setiap orang dari antara kita
tidak boleh menempatkan diri di atas orang lain. Ini adalah persoalan yang sangat mendasar di dalam
hubungan sesama manusia, setiap orang ingin menganggap bahwa dirinya sendiri lebih baik dari orang
lain dan dengan demikian merasa berhak untuk menghakimi orang lain.

Contohnya, jika kita berkata bahwa seseorang itu sombong, kita secara tidak langsung sedang
berkata bahwa kita tidak sombong dan kita berada di dalam posisi mengumumkan seseorang yang lain
sebagai sombong. Jika kita menyatakan seseorang itu sebagai salah, sesungguhnya kita sedang berkata
bahwa kita lebih baik dari dia karena ia tidak tahu apa yang salah tapi kita tahu apa yang salah. Alkitab
mengajarkan kepada kita bahwa sikap yang sedemikian di antara orang Kristen merupakan sumber
masalah di dalam gereja. Di sini Tuhan Yesus sedang menangani suatu sikap. Sikap merasa lebih unggul
dari orang lain.

Alkitab mengajarkan bahwa kita harus belajar untuk saling merendahkan diri antara satu dengan
yang lainnya, tunduk terhadap satu dengan lain, bukannya berlaku seperti orang penting di hadapan yang
lainnya. Hal menghakimi juga bisa dilakukan lewat perkataan kita kepada orang lain, atau menuduh orang
lain melakukan hal yang sesungguhnya tidak ia lakukan. Jika dicermati dengan seksama kedua ayat ini,
sangat jelas mengajarkan untuk harus menghakimi tetapi tidak menghakim dengan munafik. Oleh karena
itu jika harus menghakimi, jangan dilakukan dengan sembarangan. Kita harus mamastikan diri kita bersih
dan tidak munafik dan kita harus menghakimi dalam arti positif dan bukan negatif, jika tidak demikian,
“kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan dikurkan kepadamu.”Oleh
karena itu, selidikilah setiap pikiran, tindakan dan perkataan agar tidak dihakimi. Ini tidak berarti kita
harus sempurna dan tanpa dosa terlebih dahulu. Jika demikian, tidak ada yang bisa mengambil keputusan.
Itulah sebabnya Yesus memberikan suatu ilustrasi memperjelas maksud perkataanNya, “Mengapakah
engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?
Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari
matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari
matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu”
(Matius 7:3-5).

Bukankah lebih baik kita mengampuni orang lain dengan sungguh-sungguh tanpa pernah
memandang latar belakang. Ketika ada orang lain melakukan kesalahan terhadap kita dan kita segera
menegurnya dengan positif. Yang terpenting dalam hal ini kita juga mengampuni orang tersebut agar
merasa tenang dan tidak membawa pulang perasaan bersalah. Semoga. Amin.

Anda mungkin juga menyukai