Anda di halaman 1dari 17

Analisis Yuridis Putusan Pengadilan…

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN PENGADILAN TUN NO.230/G/TF/TF/2019/PTUN-JKT


TERKAIT PELAMBATAN DAN PEMUTUSAN AKSES INTERNET DI PROVINSI PAPUA

Juyyinatul Isnafi’iyah
S1Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya
juyyinatul.18017@mhs.unesa.ac.id

Hananto Widodo
S1Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya
hanantowidodo@unesa.ac.id

Abstrak
Tindakan pemerintah dalam mengatasi transmisi hoaks melalui pelambatan dan pemutusan akses
internet saat terjadi demonstrasi di Papua pada kurun waktu pertengahan 2019 direspon dengan
gugatan dan menghasilkan Putusan No. 230/G/TF/2019/PTUN-JKT. Pemerintah (tergugat)
menganggap hal tersebut merupakan diskresi dan telah memenuhi syarat alternatif diskresi Pasal 1
angka 9 UU AP. Penelitian penting dilakukan karena pemutusan dan pelambatan akses internet
masih dianggap sebagai bagian dari diskresi. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis
pertimbangan hakim serta akibat hukum dari putusan yang memutus tindakan pemerintah dalam
pelambatan dan pemutusan akses internet merupakan perbuatan melawan hukum. Jika dilihat
mengenai jenis penelitian, maka penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif yang
menggunakan pendekatan perundang-undangan, kasus, dan konseptual. Sebagai sumber analisis,
digunakan bahan hukum primer dan sekunder, yang dikumpulkan melalui studi kepustakaan dan
teknik analisis yang digunakan ialah deskriptif preskriptif. Hasil dari penelitian diketahui jika
tindakan pemerintah dalam objek sengketa telah menyalahi kewenangannya karena tidak
terpenuhinya unsur diskresi. Sehingga sebaiknya pembatasan akses internet hanya pada konten
yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Penulis setuju dengan pertimbangan
hukum hakim berkaitan dengan tidak terpenuhinya unsur diskresi, disini penulis menambahkan
prespektif lain yang mendukung berkaitan dengan unsur diskresi dari literatur dan doktrin yang
telah ada. Akibat hukum dari putusan yang ada adalah pemerintah tidak dapat melakukan
pemutusan dan pelambatan akses internet secara masif pada wilayah tertentu.
Kata Kunci: pemutusan dan pelambatan, internet, diskresi

Abstract
Government actions in overcoming hoaks transmission through slowing and termination of internet
access during a demonstration in Papua in the mid -2019 period were responded with a lawsuit
and produced Decision No. 230/G/TF/2019/PTUN-JKT. The government (Defendant) considers
this to be a discretion and has met the alternative requirements for discretion Article 1 number 9
AP Law. Important research was conducted because the termination and slowing of internet access
is still considered part of discretion. This research was conducted to analyze judges' considerations
and the legal consequences of decisions that decide government actions in the slowdown and
termination of internet access is an act against the law. When viewed regarding the type of
research, this research is a normative legal research that uses the legislation approach, case, and
conceptual. As a source of analysis, primary and secondary legal materials are used through
literature studies and analytical techniques used are descriptive prescriptive. The results of the

1
Jurnal Hukum: Novum

study are known if the government's actions in the object of the dispute have violated their
authority because of the not fulfilling the element of discretion. So that it should be restricted and
slowing internet access only to content that is contrary to the laws and regulations. The author
agrees with the judge's legal considerations related to the not fulfilling the element of discretion,
here the authors add other perspectives that support relating to the elements of discretion from the
literature and the existing doctrine. As a result of the law of the existing decision is that the
government cannot terminate and slow down internet access in a certain area.
Keywords: disconnection and throttling, internet, discretion
PENDAHULUAN 2019b). Pelambatan tersebut berlanjut hingga
Demokrasi untuk dapat dikatakan sebagai dilakukannya pemblokiran sementara layanan data
demokrasi yang baik dalam tataran praktis, maka telekomunikasi yang dimulai pada 21 Agustus 2021
harus diperoleh melalui konvensi antara pemerintah yang disampaikan pada
dengan rakyatnya (Dwiyanti, Budiartha, and
Widyantara 2021). Permufakatan akan terjadi jika Siaran Pers No. 155/HM/KOMINFO/08/2019, dengan
kedua belah pihak sama-sama menjunjung hak asasi tujuan untuk memulihkan situasi (Kominfo 2019d). 23
manusia, hukum, dan nilai demokrasi itu sendiri Agustus 2019, situasi pada beberapa daerah di Papua
(Patrika 2013). Permufakatan tersebut diperoleh dan Papua Barat telah berangsur pulih namun
ketika aspirasi atau pendapat mampu dikelola dengan penyebaran informasi-informasi yang provokatif
baik, salah satu sarana dalam menyampaikan pendapat masih tetap berlanjut melalui ratusan ribu akun media
di hadapan khalayak ramai adalah melalui unjuk rasa sosial. Sehingga Pemerintah memutuskan untuk tetap
atau demonstrasi. Ketika kesadaran dari masing- memblokir layanan internet dengan tetap membuka
masing pihak belum tercapai, maka demonstrasi dapat akses komunikasi telepon dan SMS (Kominfo 2019f).
berujung pada anarkisme dan kekerasan. Kekerasan Akses terhadap internet dibuka secara bertahap untuk
terjadi lantaran kesenjangan pada ranah ekspektasi beberapa daerah dengan rentan waktu yang dimulai
terhadap suatu nilai yang tidak sejalan dengan pada 4 September 2019 terhadap 19 Kabupaten di
kapabilitas nilai (Santoso 2002). Ekspektasi nilai Provinsi Papua dan 10 Kabupaten di Provinsi Papua
dimaknai sebagai manifes dari himpunan norma yang (Kominfo 2019e). Hingga pada 13 September 2019
superior bagi lingkungan sosial dan kultur, sedangkan menyisakan 15% wilayah di Provinsi Papua dan
kapabilitas nilai merupakan kualitas nilai rerata Papua Barat yang akses internetnya masih dipantau
anggota dari kolektivitas yang dirasa dapat dicapai untuk pembukaan kembali layanan data internet
dan dipertahankan (Gurr 1970). Meskipun secara (Kominfo 2019a). Namun, akibat timbulnya
praktik penyampaian pendapat melalui demonstrasi kerusuhan kembali pada 23 September 2019 di
cenderung beralih menjadi aksi-aksi anarkis yang Wamena, Pemerintah kembali melakukan pembatasan
merugikan (Hasse 2012), negara harus tetap mampu akses internet di Kabupaten Wamena (Kominfo
memberikan ruang rakyatnya untuk menyampaikan 2019c). Termasuk 15% wilayah yang pada 13
pendapat. September akses internetnya belum dibuka, maka
Hal tersebut merupakan sebuah kewajiban, pada 28 September 2019 mulai pukul 09.00 WIT
karena secara konstitutif kedudukan rakyat dalam akses internet di semua daerah Provinsi Papua dan
menyampaikan pendapat telah secara khusus dimuat Papua Barat telah dikembalikan seperti semula
dalam Undang-Undang No. 9 Tahun 1998 tentang (Kominfo 2021). Sehingga dapat disimpulkan
Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka pembatasan terhadap akses internet di Papua dan
Umum (selanjutnya disebut UU No. 9/1998). Pada Papua Barat terjadi untuk jangka waktu 40 hari, yaitu
Pasal 1 angka 1 UU No. 9/1998 telah dijelaskan 19 Agustus 2019 hingga 28 September 2019.
bahwa kemerdekaan diberikan kepada rakyat dalam Tindakan pembatasan maupun pemblokiran
menyampaikan pendapat secara bebas dan terhadap akses internet tersebut direspon Aliansi
bertanggung jawab selama tidak bertentangan dengan Jurnalis Independen (AJI) dan Pembela Kebebasan
ketentuan perundang-undangan. Berekspresi Asia Tenggara (SAFEnet) dengan
Pemerintah merespon penyebaran informasi melakukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara
tersebut dengan melakukan pelambatan akses internet Jakarta pada Desember 2019 dan telah diputus
atau throttling bertahap yang dimulai pada 19 Agustus berdasarkan Putusan No. 230/G/TF/2019/PTUN-JKT.
2021 pukul 13.00 WIT di daerah-daerah Papua dan Pihak tergugat dalam perkara tersebut ialah Menteri
Papua Barat sebagaimana disampaikan dalam Siaran Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia
Pers No. 154/HM/KOMINFO/08/2019 (Kominfo sebagai Tergugat I dan Presiden Republik Indonesia

2
Analisis Yuridis Putusan Pengadilan…

sebagai Tergugat II. Dalam dalil gugatannya, keamanan dan kepentingan negara sehingga
Penggugat mengatakan jika kerugian dialami oleh penggunaan internet mampu untuk dapat dipastikan
para wartawan yang ada di Papua dan Papua Barat tidak bertentangan dengan perundang-undangan,
karena tidak mampu melakukan pekerjaan sehari-hari sehingga berdasarkan asas contrarius actus
untuk memenuhi hak informasi masyarakat sebagai (Nuswanto 2020) kewenangan dalam memberikan
akibat pelambatan dan pemblokiran internet. Tergugat layanan dapat juga berarti mencabut pelayanan jika
I dalam jawabannya menerangkan jika pelambatan hal tersebut memang ditujukan untuk keamanan
dan pemblokiran internet dilakukan karena negara. Dasar hukum mengenai pemutusan terhadap
penyebaran berita bohong, narasi provokatif dan akses internet telah termaktub dalam Pasal 40 ayat
disinformasi berkaitan dengan aksi-aksi masa di kedua (2b) UU ITE 2016 namun dalam hal teknis
Provinsi Tersebut, hal tersebut telah diterangkan pelaksanaan belum ada hukum positif yang mengatur,
dalam Siaran Pers Kementerian Komunikasi dan karenanya dalam hal ini pemerintah dapat
Informasi dari 19 Agustus 2019 hingga 28 Agustus menggunakan dasar hukum Pasal 9 ayat (4) UU AP
2019. Hakim memenangkan gugatan Penggugat dan yang memberikan ruang Pemerintah untuk mengambil
memutuskan jika pelambatan dan pemblokiran akses tindakan sepanjang ditujukan untuk kemanfaatan
internet di Papua dan Papua Barat dari kurun waktu 19 masyarakat umum serta tidak bertentangan dengan
Agustus 2019 hingga 28 September 2019 merupakan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AUPB),
perbuatan melawan hukum oleh penguasa. Dalam tindakan tersebut dikenal dengan diskresi. Pada Pasal
pertimbangannya, majelis hakim berpendapat jika 1 angka 9 memberikan definisi mengenai diskresi,
diskresi yang dilakukan pemerintah tidak memenuhi pasal tersebut berbunyi:
unsur tujuan diskresi Pasal 22 ayat (2) huruf b “Diskresi adalah Keputusan dan/atau Tindakan
Undang-Undang No. 30 Tahun 2014 tentang yang ditetapkan dan/atau dilakukan oleh Pejabat
Administrasi Pemerintahan (selanjutnya disebut UU Pemerintahan untuk mengatasi persoalan konkret
yang dihadapi dalam penyelenggaraan
AP) yaitu mengenai kekosongan hukum, karena unsur
pemerintahan dalam hal peraturan perundang-
tujuan diskresi dalam ayat tersebut bersifat kumulatif undangan yang memberikan pilihan, tidak
sehingga kesemua unsur tujuan diskresi harus mengatur, tidak lengkap atau tidak jelas,
terpenuhi. Sedangkan, alasan pemerintah dalam dan/atau adanya stagnasi pemerintahan.”
mengambil tindakan pemutusan dan pelambatan Dari definisi tersebut dapat diambil unsur untuk
internet dikarenakan ketiadaan hukum yang mengatur dapat dilakukannya diskresi, yaitu:
mengenai aturan teknis dalam menerapkan Pasal 40 a) Undang-undang memberikan pilihan;
ayat (2b) berkaitan dengan pemutusan akses informasi b) Ketiadaan undang-undang yang mengatur;
elektronik dan/atau dokumen elektronik. Pasal c) Undang-undang tidak lengkap;
tersebut berbunyi: d) Undang-undang tidak jelas, dan/atau
“Dalam melakukan pencegahan s6lagaimana e) Stagnasi pemerintahan.
dimaksud pada ayat (2a), Pemerintah berwenang Penggunaan kata “dan/atau” dalam definisi
melakukan pemutusan akses dan/atau tersebut mengindikasikan jika unsur diskresi
memerintahkan kepada Penyelenggara Sistem merupakan unsur alternatif. Dalam pertimbangan
Elektronik untuk melakukan pemutusan akses
hakim, hakim memilih menggunakan tujuan diskresi
terhadap Informasi Elektronik dan/ atau
Dokumen Elektronik yang memiliki muatan sebagai unsur untuk dapat dilakukannya diskresi, yaitu
yang melanggar hukum.” ada pada Pasal 22 ayat (2) UU AP yang berbunyi:
Majelis hakim berpendapat Pasal 40 ayat (2b) “Setiap penggunaan Diskresi Pejabat
jika dianggap sebagai kekosongan hukum, maka letak Pemerintahan bertujuan untuk:
kekosongan hukum bukan pada peraturan teknis tetapi 1. melancarkan penyelenggaraan
pemerintahan;
permasalahan mengenai ada tidaknya undang-undang
2. mengisi kekosongan hukum;
yang memberikan kewenangan kepada Pemerintah 3. memberikan kepastian hukum; dan
untuk melakukan pemutusan akses jaringan internet, 4. mengatasi stagnasi pemerintahan dalam
bukan terbatas pada pemutusan akses Informasi keadaan tertentu guna kemanfaatan dan
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang kepentingan umum.”
memiliki muatan melanggar hukum. Kata “dan” yang ada pada huruf c menjadikan
Pasal 40 ayat (2b) UU ITE 2016 diatas landasan hakim untuk berpendapat jika unsur diskresi
merupakan implementasi ayat (2) dan (2a) yang merupakan unsur kumulatif. Sehingga, dalil Tergugat
bertujuan untuk menjaga ketertiban umum, serta I dalam duplik mengenai objek sengketa dilakukan

3
Jurnal Hukum: Novum

karena menerapkan kewenangan diskresi untuk Pelambatan dan Pemutusan Akses Internet di
mengisi kekosongan hukum tidak berlaku di mata
Provinsi Papua”
hakim, karena kekosongan tidak terjadi pada
ketiadaan aturan teknis atau Standard Operasional
METODE
Prosedur (SOP) untuk melakukan pemutusan akses
Putusan No. 230/G/TF/2019/PTUN-JKT
internet, tetapi isu kekosongan hukum ada pada ada
memutus tindakan pelambatan dan pemutusan akses
tidaknya undang-undang yang memberikan
internet oleh pemerintah bukanlah sebuah diskresi dan
kewenangan kepada Pemerintah untuk melakukan
merupakan perbuatan melawan hukum. Untuk
pemutusan akses jaringan internet bukan hanya
menelaah dasar kewenangan dari tindakan pelambatan
pemutusan akses terhadap Informasi Elektronik
dan pemutusan akses internet tersebut, dilakukan studi
dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan
hukum dengan sumber-sumber hukum, sumber hukum
yang melanggar hukum.
yang digunakan utama yaitu peraturan perundang-
Pada dasarnya, hakim dalam Putusan No.
undangan. Analisa dilakukan pada pertimbangan
230/G/TF/2019/PTUN-JKT lebih mempertimbangkan
hakim yang memutus Tergugat melakukan perbuatan
mengenai pelambatan (throttling) dan pemblokiran
melawan hukum oleh penguasa, karenanya penelitian
akses internet dari sisi Hak Asasi Manusia (HAM).
ini merupakan penelitian hukum normatif.
Majelis lebih banyak mempertimbangkan dalil
Penelitian ini menggunakan pendekatan
Penggugat mengenai objek gugatan yang dilakukan
perundang-undangan karena akan meneliti tindakan
tidak sesuai dengan prinsip pembatasan HAM yang
pelambatan dan pemutusan akses internet oleh
dalam keadaan darurat sebagaimana diatur dalam
pemerintah melalui norma perundang-undangan yang
Pasal 2 ayat (2) Peraturan Pemerintah Pengganti
ada. Pendekatan kedua yang digunakan yaitu
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1959 tentang
pendekatan kasus, dimana objek kajian meneliti
Keadaan Bahaya. Hak asasi yang dijadikan dalil
Putusan No. 230/G/TF/2019/PTUN-JKT. Pendekatan
penggugat berkaitan dengan hak atas kebebasan akses
ketiga yang digunakan yaitu pendekatan konseptual
terhadap informasi yang mana selama terjadi
untuk menelaah diskresi yang dilandaskan pada Pasal
pembatasan dan/atau pemblokiran internet mengalami
40 ayat (2b) UU ITE 2016 yang dianggap tidak
kesulitan dalam memutuskan benar atau tidaknya
memiliki peraturan teknis terkait pemutusan akses
suatu informasi yang berdampak pula pada hak
informasi elektronik/dokumen elektronik.
ekonomi Para Penggugat. Penulis tertarik untuk
Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian
melakukan analisis mendalam dengan menguji
ini ialah bahan hukum primer yang berupa peraturan
diskresi yang dilakukan Tergugat I karena diskresi
perundang-undangan serta objek putusan yang akan
merupakan unsur penting dari penyelenggaraan
dianalisis. Bahan hukum sekunder berupa buku,
pemerintahan terkait objek sengketa yang memang
artikel, dan jurnal hukum ilmiah. Bahan-bahan hukum
belum diatur dalam peraturan perundang-undangan.
tersebut diperoleh melalui studi kepustakaan yang
Meskipun memang penggunaan diskresi akan tetap
akan dianalisis secara deskriptif dan preskriptif,
bersangkut paut dengan HAM individu.
sehingga penelitian dapat bermanfaat dalam lingkup
Perbedaan penggunaan kata yang ada pada Pasal yang luas.
1 angka 9 dengan Pasal 22 ayat (2) UU AP
menjadikan alasan gugurnya unsur kekosongan
hukum untuk dilakukannya diskresi yang didalilkan HASIL DAN PEMBAHASAN
Tergugat I, terlebih hakim tidak menganggap objek A. Analisis Ratio Decidendi Putusan No.
sengketa merupakan kekosongan hukum. 230/G/TF/2019/PTUN-JKT
Pertimbangan-pertimbangan tersebut menarik untuk Objek sengketa dalam Putusan No.
dilakukan telaah lebih jauh sebab putusan yang 230/G/TF/2019/PTUN-JKT⠀merupakan salah
dihasilkan dapat menjadikan preseden untuk tindakan satu bentuk perluasan KTUN dalam Pasal 87 UU AP.
⠀ ⠀ ⠀

administratif selanjutnya oleh pemerintah. Uraian Jika sebelumnya keputusan selalu dikaitkan dengan
⠀ ⠀

tersebut mendasari peneliti untuk melakukan analisis sifatnya yang konkret, individual, dan final, di mana
⠀ ⠀ ⠀

terhadap Putusan PTUN Jakarta dengan No. putusan yang tidak ⠀ mencakup tiga hal itu ⠀

230/G/TF/2019/PTUN-JKT dalam artikel yang secara kumulatif maka tidak dapat diajukan ke
⠀ ⠀

berjudul “Analisis Yuridis Putusan Pengadilan PTUN. Namun dalam UU Administrasi Pemerintahan
⠀ ⠀

ini tidak lagi harus


⠀ mencakup ketiga sifat

TUN No.230/G/TF/2019/PTUN-JKT Terkait tersebut, dalam ⠀ Pasal ini hanya ⠀ dikatakan

4
Analisis Yuridis Putusan Pengadilan…

“Bersifat final dalam arti yang lebih luas”(Ridwan,


⠀ ⠀ dimaknai⠀hanya sebatas keputusan⠀seperti halnya
Heryansyah, and Dian Kus Pratiwi 2018). dalam UU⠀PTUN, namun termasuk⠀juga tindakan
Dalam Pasal 87 UU AP tersebut disebutkan unsur-
⠀ ⠀ ⠀ faktual. Artinya⠀UU AP ini⠀menyetarakan istilah
unsur keputusan tata usaha yaitu: ⠀ keputusan dengan tindakan.

a. “Penetapannya merupakan penetapan ⠀ Tindakan faktual ini merupakan istilah baru yang
⠀ ⠀

tertulis yang juga mencakup tindakan faktual.


⠀ ⠀
belum dikenal ⠀ dalam UU sebelumnya, ⠀

b. Keputusan Badan dan/atau Pejabat Tata ⠀


meskipun secara teoritis sudah banyak dibahas
⠀ ⠀

Usaha Negara di lingkungan eksekutif,


oleh banyak ahli hukum administrasi. PTUN
⠀ ⠀
⠀ ⠀
legislatif, yudikatif dan penyelenggara negara ⠀

lainnya. ⠀
menangani objek berupa tindakan ⠀

c. Berdasarkan ketentuan perundang-undangan ⠀


administrasi pemerintahan (Pasal 1 angka 8 UU AP)
⠀ ⠀ ⠀

dan Asas-Asas Umum Pemerintahan ⠀ yang semula diuji oleh pengadilan di ⠀

yang Baik. ⠀ lingkungan peradilan umum


⠀ melalui Perbuatan ⠀

d. Bersifat final dalam arti luas. ⠀ ⠀


melawan Hukum oleh Pejabat (PMHP) menggunakan
⠀ ⠀

e. Keputusan yang berpotensi ⠀


Pasal 1365 KUH Perdata. Bahkan dalam Pasal 85
⠀ ⠀
menimbulkan akibat hukum.
UU AP, disebutkan bahwa pengajuan gugatan

⠀ ⠀
f. Keputusan yang berlaku bagi Warga ⠀

Masyarakat.” sengketa Administrasi Pemerintahan yang sudah


⠀ ⠀

Berdasarkan unsur-unsur keputusan tata usaha ⠀ ⠀


didaftarkan pada pengadilan umum tetapi belum
⠀ ⠀

negara yang dimaksud dalam UU Peradilan Tata


⠀ ⠀
diperiksa, dengan berlakunya Undang-Undang ⠀

Usaha Negara
⠀ dan UU Administrasi ⠀
ini dialihkan dan diselesaikan oleh PTUN (Ridwan et
⠀ ⠀ ⠀

Pemerintahan tersebut, dapat dilihat bahwa kriteria


⠀ ⠀
al. 2018).
sebuah beschikking menurut Undang-undang ⠀
Menakar kembali objek sengketa dalam Putusan
⠀ ⠀

Administrasi Pemerintahan yaitu sebuah penetapan


⠀ ⠀
No. 230/G/TF/2019/PTUN-JKT dapat dikategorikan ⠀

tertulis (termasuk tindakan faktual) dan dikeluarkan ⠀ ⠀


sebagai tindakan faktual, yaitu berupa tindakan⠀ ⠀

oleh Badan atau Pejabat ⠀ Pemerintahan dalam ⠀


melambatkan akses internet, pemblokiran layanan
penyelenggaraan pemerintahan. ⠀
internet, dan memperpanjang layanan internet. ⠀

Apabila dibandingkan dengan kriteria sebuah ⠀ Disaat bersamaan, tindakan pemerintah⠀tersebut juga

beschikking menurut UU Peradilan Tata Usaha


⠀ ⠀ dituangkan⠀pada penetapan tertulis⠀sebagaimana
Negara, maka sebuah beschikking tidak hanya berupa
⠀ ⠀
Siaran Pers⠀No. 154/HM/KOMINFO/08/2019
sebuah penetapan tertulis (tidak termasuk tindakan
⠀ ⠀
tertanggal⠀19 Agustus 2019 hingga⠀Siaran Pers
faktual) dan dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat
⠀ ⠀
No.⠀181/HM/KOMINFO/09/2019 tertanggal
Pemerintahan saja, melainkan harus memenuhi kriteria
⠀ ⠀
13⠀September 2019 yang⠀di dalamnya memuat
lain berupa bersifat konkrit, individual dan final serta
⠀ ⠀ ⠀
tindakan-tindakan throttling, pemblokiran dan
menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau ⠀ ⠀
perpanjangan⠀waktu pemblokiran.
badan hukum perdata. Dengan demikian,⠀pengaturan

Dengan⠀keterbukaan tersebut telah⠀dapat dibuktikan
keputusan tata⠀usaha negara yang⠀menjadi obyek bahwa⠀objek sengketa telah memenuhi⠀poin pertama
sengketa⠀di Peradilan Tata⠀Usaha Negara, Pasal⠀87 UU AP.
yang⠀sebelumnya diatur secara⠀terperinci dan Keberadaan ruang lingkup
sempit⠀di dalam UU⠀Peradilan Tata Usaha⠀Negara
pengaturan⠀administrasi pemerintahan yang tidak ⠀

menjadi diperluas⠀oleh UU Administrasi


hanya mencakup bidang eksekutif saja, melainkan
Pemerintahan.
⠀ ⠀

pemerintahan dalam arti yang luas, yaitu eksekutif,


Perihal penetepan tertulis yang diatur Pasal 1
⠀ ⠀

legislatif, dan yudikatif. Ketentuan ini secara


ayat⠀(9) UU PTUN⠀suatu keputusan tata⠀usaha negara
⠀ ⠀

nyata dicantumkan dalam Pasal 4 ayat (1) yang


merupakan⠀suatu penetapan tertulis.⠀Istilah
⠀ ⠀ ⠀

berbunyi:
“penetapan tertulis”⠀dalam UU PTUN⠀ini menunjuk
“Ruang lingkup pengaturan administrasi
kepada⠀isi dan bukan⠀kepada bentuk keputusan⠀yang
pemerintahan dalam undang-undang ini meliputi
dikeluarkan oleh Badan⠀atau Pejabat tata⠀usaha semua aktifitas:
negara. Keputusan⠀itu memang diharuskan⠀tertulis, a. “Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang
namun yang⠀disyaratkan tertulis bukanlah⠀bentuk menyelenggarakan Fungsi Pemerintahan
formalnya seperti⠀surat keputusan pengangkatan⠀dan dalam lingkup lembaga eksekutif;
sebagainya. Persyaratan⠀tertulis itu b. Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang
menyelenggarakan Fungsi Pemerintahan
diharuskan⠀untuk⠀kemudahan dalam⠀segi pembuktian
dalam lingkup lembaga yudikatif;
(Dola⠀Riza 2018). Administrasi⠀pemerintahan tidak

5
Jurnal Hukum: Novum

c. Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang Tindakan⠀hukum⠀Badan atau Pejabat⠀tata


menyelenggarakan Fungsi Pemerintahan usaha negara⠀adalah suatu pernyataan⠀kehendak yang
dalam lingkup lembaga legislatif; dan muncul⠀dari organ administasi⠀dalam keadaan
d. Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan lainnya
khusus, dimaksudkan⠀untuk menimbulkan
yang menyelenggarakan Fungsi
Pemerintahan yang disebutkan Undang- akibat⠀hukum dalam hukum⠀administrasi. Definisi
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tindakan⠀Administrasi Pemerintahan
Tahun 1945 dan/atau undang-undang.” juga⠀dicantumkan dalam Pasal⠀1⠀angka 8 UU⠀AP
Dengan demikian, pada saat ini keputusan
⠀ ⠀ menyatakan bahwa:
yang dapat digugat ke⠀PTUN tidak hanya⠀keputusan
⠀ “Tindakan⠀Administrasi Pemerintahan yang
presiden, gubernur,⠀bupati, atau walikota⠀seperti selanjutnya disebut Tindakan adalah perbuatan
yang selama⠀ini berlangsung. Namun,⠀juga termasuk Pejabat Pemerintahan atau penyelenggara negara
keputusan⠀ketua DPR dan⠀keputusan ketua lainnya untuk melakukan dan/atau tidak
melakukan perbuatan konkret dalam rangka
Mahkamah⠀Agung. Kementerian Komunikasi⠀dan
penyelenggaraan pemerintahan.”
Informatika (KOMINFO)⠀sebagai badan Tujuan⠀dari tindakan hukum⠀ini adalah
yang⠀diamanatkan Pasal 17⠀UUD NRI 1945⠀untuk menimbulkan⠀akibat hukum. Akibat-akibat⠀hukum
membantu Presiden,⠀merupakan bagian dari sendi dari tindakan⠀Badan atau Pejabat⠀tata usaha
eksekutif⠀yang berwenang dalam⠀menyelenggarakan negara⠀tersebut dapat berupa⠀(Ridwan 2022):
urusan pemerintahan.⠀Dalam hal ini⠀kewenangan a. “Menimbulkan beberapa perubahan hak,
KOMINFO⠀adalah melakukan pemutusan⠀akses kewajiban atau kewenangan yang ada;
terhadap informasi⠀elektronik dan/atau b. Menimbulkan perubahan kedudukan
dokumen⠀elektronik yang memiliki⠀muatan yang hukum bagi seseorang atau objek perdata;
melanggar⠀hukum sebagaimana diatur⠀dalam Pasal c. Terdapat hak, kewajiban, kewenangan,
ataupun status tertentu yang ditetapkan.”
40⠀ayat (2b) UU⠀ITE 2016. Karenanya⠀objek
Dalam⠀melakukan tindakan hukum,⠀Badan
sengketa telah⠀termasuk dalam KTUN poin⠀b Pasal
dan/atau Pejabat⠀Tata Usaha Negara⠀memang
87⠀UU AP. Lebih⠀lanjut hal tersebut⠀secara
berkehendak melakukan⠀tindakan yang
bersamaan juga⠀telah memenuhi unsur⠀ketiga karena
akan⠀menimbulkan suatu akibat⠀hukum tertentu,
telah didasarkan⠀pada peraturan perundang-
seperti⠀misalnya pemberitahuan Surai⠀Izin
undangan⠀sebagaimana disebutkan diatas.
Mendirikan Bangunan⠀(IMB), Sertifikat Hak⠀Milik
Unsur ketetepan bersifat final⠀dalam arti
(SHM), berbagai⠀macam Surat Keputusan (SK)
luas.⠀Final artinya sudah⠀definitif dan
Kepegawaian,⠀dan sebagainya. Sebaliknya,⠀jika
karenanya⠀dapat menimbulkan akibat⠀hukum.
suatu perbuatan⠀tidak dimaksudkan
Keputusan yang⠀masih memerlukan
untuk⠀menimbulkan suatu akibat⠀hukum, maka
persetujuan⠀instansi atasan atau⠀instansi lain belum
perbuatan⠀tersebut termasuk dalam⠀tindakan
bersifat⠀final karenanya belum⠀dapat menimbulkan
materiil/tindakan faktual,⠀semisal keputusan
suatu hak⠀atau kewajiban pada⠀pihak yang
untuk⠀memperbaiki jalan.
bersangkutan.⠀Sifat final suatu⠀keputusan tata
1. Pertimbangan Hukum Hakim Mengenai
usaha⠀negara diartikan lebih luas⠀yaitu termasuk
Tindakan Pemerintah Dalam Melaksanakan
keputusan⠀yang diambil alih⠀oleh atasan
Objek Sengketa Berdasarkan UU ITE
pejabat⠀yang berwenang. Selain⠀itu, menurut UU
“Menimbang, bahwa terkait dengan peraturan
PTUN⠀suatu keputusan tata⠀usaha negara telah
pemerintah sebagai pelaksanaan Undang-Undang
menimbulkan⠀akibat hukum bagi⠀seseorang atau
Informasi dan Transaksi Elektronik, oleh karena
badan hukum⠀perdata. Maksud dari⠀“final dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 tentang
arti⠀luas” adalah mencakup⠀keputusan yang
Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik
diambil⠀alih oleh atasan⠀pejabat yang
sebagai pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 82
berwenang⠀(Ridwan et al. 2018). Jika dilihat⠀dari
Tahun 2012 baru berlaku pada tanggal 10 Oktober
objek sengketa⠀maka bentuk⠀tindakan faktual
2019 setelah dilakukannya Tindakan Pemerintahan
KOMINFO⠀merupakan salah satu⠀bentuk KTUN
yang menjadi objek sengketa, maka dalam
yang bersifat⠀final karena termasuk⠀dalam
memberikan penilaian hukum terhadap Tindakan
kewenangannya dalam membatasi⠀dan memutus
Pemerintahan yang menjadi objek sengketa, Majelis
akses⠀internet, dan tidak⠀memerlukan persetujuan
tidak menggunakan Peraturan Pemerintah Nomor 71
instansi⠀diatasnya, dalam hal⠀ini Presiden.
Tahun 2019 sebagai instrumen analisis, akan tetapi
mendasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 82

6
Analisis Yuridis Putusan Pengadilan…

Tahun 2012 yang pada saat Tindakan Pemerintahan sebagai⠀kata penghubung. Bunyi⠀Pasal 1 angka⠀9
dilakukan masih berlaku.” UU AP⠀tersebut ialah:
Objek sengketa dalam Putusan No. “Diskresi adalah⠀Keputusan dan/atau
230/G/TF/2019/PTUN-JKT⠀didapati karena Tindakan⠀yang ditetapkan dan/atau⠀dilakukan
oleh Pejabat Pemerintahan untuk mengatasi
ketiadaan dalam⠀pengaturan yang jelas terkait⠀cara persoalan konkret yang dihadapi dalam
pembatasan dan⠀pemblokiran internet.⠀ Dalam UU penyelenggaraan pemerintahan dalam hal
ITE⠀baik sebelum atau setelah⠀perubahan berulang peraturan perundang-undangan yang
kali⠀dinyatakan bahwa kewenangan⠀pemerintah memberikan pilihan, tidak mengatur, tidak
seharusnya ada⠀pada membatasi ‘muatan’⠀atau lengkap atau tidak jelas, dan/atau adanya
stagnasi pemerintahan.”
‘konten’ yang⠀dinilai melanggar. Pembatasan⠀akses
Jikalau⠀hakim menganggap
internet hakikatnya⠀hanya mencegah
tindakan⠀pemerintah (objek gugatan)⠀ditinjau dari
penyebaran⠀konten dari satu sisi, yang tidak
unsur⠀alternatif, maka alasan stagnasi⠀pemerintahan
menyelesaikan permasalahan. Karena pada
merupakan alasan⠀yang cukup untuk⠀mengadakan
akhirnya⠀penyebaran konten hoaks,⠀rasis, ujaran
objek sengketa.⠀Sejalan dengan pendapat⠀Dr. Dian
kebencian,⠀maupun provokasi tetap dapat⠀terjadi
Puji⠀N. Simatupang, dalam⠀melakukan pengujian
melalui platform⠀lain yang tidak⠀dibatasi pemerintah,
kewenangan⠀atributif mengenai diskresi⠀yang utama
misalnya⠀layanan pesan singkat⠀(SMS) atau
ialah⠀mengenai kemanfaatannya bagi⠀umum, bukan
saluran⠀telepon.
pada⠀kekosongan hukum (Simatupang 2020). Ridwan
Dalam pembatasan akses⠀internet tersebut
memberikan pendapat mengenai alasan diperlukannya
juga⠀tidak dijelaskan tingkat⠀gradasi urgensi
diskresi sebagai berikut (Ridwan 2011):
dan⠀durasinya. Akibatnya, pemerintah⠀terkesan tidak
“Dalam⠀konsepsi negara hukum
transparan⠀dan sewenang-wenang dalam⠀menentukan modern,⠀diskresi, discretion (Inggris),
kapan dan⠀berapa lama akses⠀internet masyarakat discretionair⠀(Perancis), freies
dibatasi.⠀Pemerintah hanya memberikan⠀keterangan ermessen⠀(Jerman) mutlak dibutuhkan⠀oleh
bahwa akses⠀internet akan kembali⠀dibuka jika pemerintah dan⠀kepadanya melekat
keadaan⠀sudah kondusif, tanpa⠀adanya kepastian wewenang⠀itu (inherent aan⠀het bestuur),
sejalan⠀dengan meningkatnya
yang⠀jelas kepada masyarakat.⠀Pemerintah juga⠀baru
tuntutan⠀pelayanan publik yang⠀harus diberikan
mulai menghentikan pemblokiran⠀internet setelah pemerintah⠀terhadap kehidupan sosial⠀ekonomi
dua⠀minggu yang tidak dilakukan⠀secara langsung para warga⠀yang kian⠀komplek.”
pada⠀semua wilayah karena beberapa⠀pertimbangan Diskresi⠀sendiri diartikan sebagai⠀salah satu
keamanan. Kondisi⠀tersebut sebenarnya sarana yang⠀memberikan ruang bergerak⠀bagi
dapat⠀dipahami bila pemerintah⠀menjelaskan secara pejabat atau badan-badan⠀administrasi negara
transparan⠀tentang indikator dan⠀parameter untuk⠀melakukan tindakan tanpa⠀harus terikat
pembatasan internet, serta situasi kurang⠀kondusif sepenuhnya⠀pada undang-undang, atau⠀tindakan
seperti apa⠀yang mengharuskan yang dilakukan⠀dengan mengutamakan
pemblokiran.⠀Dengan begitu, masyarakat,⠀khususnya pencapaian⠀tujuan (doelmatigheid) daripada⠀sesuai
di⠀wilayah Papua dan⠀Papua Barat, dengan hukum⠀yang berlaku
dapat⠀memperkirakan kapan akses⠀internet dapat (rechtmatigheid)⠀(Ridwan 2009).
benar-benar⠀mulai dibuka kembali. Pengertian⠀diskeresi menurut Kamus⠀Hukum,
Beranjak⠀dari ketiadaan norma⠀yang mengatur diskresi berarti⠀kebebasan mengambil
secara⠀pasti tersebut, pemerintah⠀dalam hal keputusan⠀dalam setiap situasi⠀yang dihadapi
ini⠀Kementerian Komunikasi dan⠀Informatika menurut⠀pendapatnya sendiri (Simorangkir⠀and Dkk
memilih berpijak⠀pada⠀prinsip diskresi 2008). Sedangkan⠀menurut⠀Pasal⠀1 angka 9⠀UU AP
yang⠀memang diatur dalam⠀Undang-Undang Nomor mengartikan⠀diskresi sebagai keputusan⠀atau
30⠀Tahun⠀2014 tentang Administrasi⠀Pemerintahan tindakan yang⠀ditetapkan atau dilakukan⠀oleh Pejabat
(UU AP). Pertimbangan hakim⠀yang diberikan Pemerintahan⠀untuk mengatasi persoalan⠀konkret
terkait⠀diskresi melalui unsur kumulatif⠀perlu yang dihadapi⠀dalam penyelenggaraan
didalami kembali⠀oleh penulis karena merupakan ⠀hal pemerintahan⠀dalam hal peraturan⠀perundang-
krusial, terlebih⠀dalam Pasal 1⠀angka 9 UU AP unsur undangan yang memberikan pilihan, tidak⠀mengatur,
diskresi⠀memang layak disebut⠀sebagai unsur tidak lengkap⠀atau tidak jelas,⠀atau adanya
alternatif⠀karena menempatkan kata⠀“atau” stagnasi⠀pemerintahan.

7
Jurnal Hukum: Novum

Kebebasan⠀mempertimbangkan ini ada⠀yang bahwa⠀rambu-rambu dalam penggunaan⠀diskresi dan


bersifat subjektif⠀dan bersifat objektif.⠀Kebebasan pembuatan kebijakan⠀pemerintah berdasarkan
mempertimbangkan yang⠀bersifat subjektif Hukum⠀Administrasi Negara adalah⠀Asas-Asas
(subjectieve beordelingsruimte),⠀yaitu kebebasan Umum Pemerintahan⠀yang Baik (AUPB),⠀khususnya
untuk⠀menentukan sendiri dengan⠀cara bagaimana asas larangan⠀penyalahgunaan wewenang
dan⠀kapan wewenang yang⠀dimiliki itu (detournement⠀de pouvoir) dan⠀asas larangan
dilaksanakan.⠀Sedangkan, kebebasan sewenang-wenang⠀(willekeur). Dengan kata⠀lain,
mempertimbangkan⠀yang bersifat kebijakan pemerintah⠀akan dikategorikan⠀sebagai
objektif⠀(objectieve beordelingsruimte) kebijakan yang⠀menyimpang jika di⠀dalamnya ada
yaitu⠀kebebasan menafsirkan mengenai⠀ruang unsur sewenang-wenang.⠀Selain itu
lingkup wewenang⠀yang dirumuskan kebijakan⠀dianggap menyimpang jika⠀bertentangan
dalam⠀peraturan dasar wewenangnya.⠀Ketika dengan kepentingan umum.
kebebasan pemerintah⠀atau freies ermessen⠀ini Berdasarkan⠀hal tersebut diatas,⠀dapat
dituangkan dalam⠀bentuk tertulis, ia⠀akan menjadi disimpulkan bahwa⠀penggunaan kewenangan
peraturan kebijakan⠀(Ridwan 2009). diskresi⠀oleh Badan/Pejabat
Marbun berpendapat mengenai freies ermessen administrasi⠀pemerintahan hanya dapat
sebagai berikut (Marbun and M.D 2006): dilakukan⠀dalam hal tertentu⠀dimana peraturan
“Konsekuensi logis⠀dari adanya perundang-undangan⠀yang berlaku
kewenangan⠀freies ermessen ini,⠀pemerintah tidak⠀mengaturnya atau karena⠀peraturan yang
diberi kewenangan⠀droit function, ada⠀yang mengatur tentang sesuatu⠀hal tidak
yaitu⠀kekuasaan untuk menafsirkan⠀terhadap
jelas⠀dan hal tersebut⠀dilakukan dalam
suatu peraturan⠀perundang-undangan, namun
bukan⠀berarti pemerintah boleh⠀berbuat keadaan⠀darurat/mendesak demi kepentingan⠀umum
sewenang-wenang. Pemerintah⠀dilarang yang telah⠀ditetapkan dalam suatu⠀peraturan
melakukan tindakan-tindakan⠀yang bersifat perundang-undangan. Sedangkan,⠀yang dimaksud
detournement⠀de pouvoir (melakukan⠀sesuatu persoalan-persoalan⠀penting yang
diluar tujuan⠀kewenangan yang diberikan)⠀atau mendesak,⠀sekurang-kurangnya mengandung unsur-
onrechtmatige overheidsdaad⠀(perbuatan unsur⠀sebagai berikut (Marbun SF 2001):
melawan hukum⠀oleh penguasa). Sebab⠀setiap
perbuatan pemerintah yang merugikan warganya 1. Persoalan-persoalan⠀yang muncul⠀harus
karena detournement de pouvoir atau menyangkut kepentingan umum, yaitu,
onrechtmatige overheidsdaad⠀dapat dituntut
baik⠀melalui peradilan administrasi⠀negara kepentingan⠀bangsa dan
maupun melalui⠀peradilan umum.” negara,⠀kepentingan masyarakat
Berdasarkan⠀doktrin-doktrin hukum luas,⠀kepentingan rakyat
tersebut⠀diatas, maka dapat⠀disimpulkan bahwa
pada⠀hakekatnya diskresi merupakan⠀kebebasan banyak/bersama,⠀serta kepentingan
bertindak atau⠀kebebasan mengambil keputusan⠀dari pembangunan.⠀
badan atau⠀pejabat administrasi 2. Munculnya persoalan tersebut⠀secara tiba-
pemerintahan⠀menurut pendapatnya sendiri⠀sebagai
tiba, berada⠀di luar rencana⠀yang
pelengkap dari⠀asas legalitas manakala⠀hukum yang
berlaku⠀tidak mampu menyelesaikan⠀permasalahan telah⠀ditentukan.
tertentu yang⠀muncul secara tiba-tiba,⠀bisa karena 3. Untuk menyelesaikan⠀persoalan tersebut,
peraturannya⠀memang tidak ada⠀atau karena
peraturan⠀perundang-undangan belum
peraturan⠀yang ada yang⠀mengatur tentang
sesuatu⠀hal tidak jelas. mengaturnya⠀atau hanya mengatur⠀secara
Untuk⠀melihat batas-batas penggunaan⠀diskresi umum,⠀sehingga administrasi Negara
dapat melihat⠀rumusan di dalam⠀Pasal 24 UU⠀AP. mempunyai⠀kebebasan
Rumusan pokok⠀pasal tersebut memberi⠀batasan
untuk⠀menyelesaikan atas inisiatif⠀sendiri.
terhadap diskresi⠀dengan menyebutkan
4. Prosedurnya tidak⠀dapat diselesaikan
bahwa⠀Pejabat pemerintahan yang⠀menggunakan
diskresi dalam mengambil⠀keputusan wajib menurut administrasi⠀yang normal,
mempertimbangkan⠀tujuan diskresi, atau⠀jika diselesaikan menurut⠀prosedur
peraturan⠀perundang-undangan yang menjadi administrasi yang⠀normal justru
dasar⠀diskresi dan asas-asas⠀umum pemerintahan kurang⠀berdaya guna dan⠀berhasil guna.
yang⠀baik. Dari rumusan⠀tersebut terlihat

8
Analisis Yuridis Putusan Pengadilan…

5. Jika⠀persoalan tersebut tidak⠀diselesaikan ini⠀adalah alat-alat atau⠀sarana-sarana yang


dengan cepat, ⠀maka akan digunakan oleh⠀pemerintah atau administrasi⠀negara
dalam melaksanakan⠀tugas-tugasnya. Dalam
menimbulkan⠀kerugian bagi
menjalankan tugas-tugas ⠀ pemerintahan
kepentingan⠀umum.
tersebut, pemerintah melakukan berbagai tindakan
⠀ ⠀

Berdasarkan doktrin dapat⠀disimpulkan bahwa hukum dengan menggunakan berbagai


keadaan⠀mendesak adalah suatu⠀keadaan yang instrumen yuridis ⠀ dalam menjalankan kegiatan ⠀

muncul secara⠀tiba-tiba menyangkut (Ridwan 2013), mengatur dan menjalankan urusan ⠀

kepentingan⠀umum yang harus⠀diselesaikan dengan pemerintahan dan kemasyarakatan, seperti peraturan


⠀ ⠀

cepat,⠀dimana untuk menyelesaikan⠀persoalan perundang-undangan, keputusan-keputusan, peraturan ⠀

kebijaksanaan, perizinan, dan sebagainya.


tersebut, peraturan⠀perundang-undangan belum

Produk hukum dari Badan/Pejabat administrasi


⠀ ⠀

mengaturnya⠀atau hanya mengatur secara⠀umum.


pemerintahan⠀yang berupa⠀dokumen-dokumen yang
Sedangkan pengertian⠀kepentingan umum mengandung⠀materi penetapan yang⠀bersifat konkrit,
menurut⠀penjelasan Pasal 49⠀Undang-Undang individual⠀dan final dalam⠀hukum administrasi
Nomor 5 Tahun⠀1986 (UU No.⠀5 tahun disebut dengan⠀keputusan (beschikking),
1986)⠀dijelaskan bahwa yang⠀dimaksud dengan sedangkan⠀dokumen-dokumen yang
mengandung⠀materi pengaturan yang bersifat⠀umum
“kepentingan⠀umum” adalah kepentingan⠀bangsa
disebut peraturan⠀(regeling). Adapun
dan negara⠀dan/atau kepentingan
perizinan⠀(vergunning) merupakan suatu⠀bentuk
masyarakat⠀bersama dan/atau pengecualian dari⠀larangan yang terdapat⠀dalam
kepentingan pembangunan, sesuai dengan peraturan
⠀ ⠀
suatu peraturan (Manan and Magnar
perundang-undangan yang berlaku. Artinya masih ⠀
1997).⠀Instrumen pemerintahannya
memungkinkan peraturan ⠀ perundang-undangan dituangkan⠀dalam bentuk peraturan⠀mengenai izin
yang bersifat sektoral menafsirkan arti kepentingan
⠀ ⠀
atas⠀hal tertentu, sedangkan⠀landasan
umum pada bidang⠀ tertentu sepanjang⠀bukan pelaksanaan/operasional bagi masyarakat⠀atau
mengenai kepentingan⠀orang-orang atau badan/pejabat administrasi pemerintahan
kelompok/golongan⠀tertentu saja melainkan⠀berlaku adalah⠀berupa keputusan administrasi⠀pemerintahan
secara luas. mengenai izin⠀atas hal tersebut.
Undang-Undang⠀Administrasi Pemerintahan Dengan adanya freies ermessen ini berarti bahwa
⠀ ⠀

memberi⠀penegasan batas ruang⠀lingkup penggunaan sebagian kekuasaan yang dipegang oleh badan
⠀ ⠀

diskresi⠀oleh Pejabat Pemerintahan⠀meliputi (Pasal⠀23


pembentuk undang-undang⠀dipindahkan ke dalam
UU AP):
tangan pemerintah/administrasi negara, sebagai ⠀
1. Pengambilan⠀keputusan atau tindakan
badan eksekutif. Jadi⠀supremasi badan
berdasarkan⠀ketentuan

peraturan⠀perundang-undangan yang legislatif⠀diganti oleh supremasi badan⠀eksekutif


memberikan⠀suatu pilihan keputusan⠀atau (Soetami 2000) karena⠀administrasi
Tindakan; negara⠀melakukan penyelesaian masalah⠀tanpa harus
2. Pengambilan keputusan⠀atau tindakan menunggu⠀perubahan undang-undang dari badan ⠀

karena peraturan⠀perundang-undangan tidak legislatif (Koentjoro 2004). Hal tersebut karena ⠀

mengatur; pada prinsipnya


⠀ Badan/Pejabat
3. Pengambilan⠀keputusan atau administrasi⠀pemerintahan tidak boleh
tindakan⠀karena peraturan perundang- menolak⠀untuk memberikan pelayanan kepada ⠀

undangan⠀tidak lengkap atau⠀tidak jelas; masyarakat dengan alasan hukumnya tidak ada ⠀ ⠀

dan; ataupun hukumnya ada tetapi⠀tidak jelas,


4. Pengambilan⠀keputusan atau sepanjang⠀hal tersebut masih⠀menjadi


tindakan⠀karena adanya kewenangannya. Seringkali⠀ditemui dalam praktik
stagnasi⠀pemerintahan guna kepentingan keputusan diskresi itu dituangkan dalam bentuk
⠀ ⠀

yang⠀lebih luas. Keputusan Presiden dan Keputusan Menteri. Dalam


⠀ ⠀

Syarat untuk melakukan tindakan hukum hal ini Keputusan Presiden dapat diklasifikasikan
⠀ ⠀

(rechtshandelingen)⠀Pejabat/Badan administrasi menjadi 2 (dua) yaitu


⠀ sebagai keputusan ⠀

pemerintahan⠀memiliki instrumen pemerintahan. (beschikking), dan peraturan kebijakan⠀

Instrumen⠀pemerintah yang dimaksudkan⠀dalam hal (beleidsregel/policy rules)(Erliyanna 2005).


9
Jurnal Hukum: Novum

Oleh karena
⠀ satu produk hukum berupa ⠀ “Perilaku atau perbuatan melawan hukum,
Keputusan Presiden⠀dapat diklasifikasikan melampaui wewenang, menggunakan wewenang
menjadi⠀dua hal sebagaimana⠀disebut diatas, untuk tujuan lain dari yang menjadi tujuan
wewenang tersebut, termasuk kelalaian atau
maka⠀konsekuensinya adalah bahwa⠀untuk menguji
pengabaian kewajiban hukum dalam
suatu⠀Keputusan Presiden tidak dapat⠀dilihat pada penyelenggaraan pelayanan publik yang
nomenklaturnya⠀saja, akan tetapi⠀harus dilihat dilakukan oleh penyelenggara negara dan
materi⠀muatannya apakah sebagai⠀keputusan pemerintahan yang menimbulkan kerugian
(beschikking), atau peraturan kebijakan materiil dan/atau immaterial bagi masyarakat
(beleidsregel/policy),⠀sebab secara dan orang perseorangan.”
substansi⠀pengujiannya akan berbeda.⠀Peraturan 2. Pertimbangan Hukum Hakim Mengenai Dasar
kebijakan bukan⠀peraturan perundang-undangan Kewenangan Pemerintah Dalam Melakukan
sehingga⠀tidak dapat diuji⠀secara hukum Objek Sengketa Berdasarkan Administrasi
Pemerintahan
(wetmatigheid).⠀Pengujian terhadap⠀peraturan
“Menimbang, bahwa ketentuan Pasal 6 ayat (1)
kebijakan lebih⠀diarahkan kepada doelmatigheid⠀dan
dan (2) huruf e Undang-Undang Administrasi
karena itu batu uji adalah asas-asas umum
Pemerintahan menyatakan bahwa Pejabat
⠀ ⠀

penyelenggaraan pemerintah yang baik (Manan and


Pemerintahan memiliki hak untuk menggunakan
⠀ ⠀

Magnar 1997).
kewenangan dalam mengambil Keputusan dan/atau
Adapun secara keseluruhan Pejabat Administrasi
Tindakan diantaranya menggunakan diskresi sesuai

Pemerintahan⠀atau Badan yang⠀memiliki


dengan tujuannya” Secara ringkas⠀dapat dikatakan
kewenangan untuk⠀menetapkan keputusan
bahwa⠀setiap penyelenggaraan urusan⠀pemerintahan
diskresi⠀adalah (Ansori 2015):⠀(a) Presiden;
yang di⠀dalamnya ada unsur⠀maladministrasi dan
(b)⠀Para Menteri atau⠀Pejabat setingkat
merugikan⠀warga negara, tanggung⠀jawab dan
Menteri;⠀(c) Panglima TNI⠀dan Kepala Staf
tanggung⠀gugatnya dibebankan kepada⠀pribadi orang
Angkatan⠀Darat, Laut dan⠀Udara; (d)
yang⠀melakukan tindakan maladministrasi⠀tersebut.
Kepala⠀Kepolisian Negara; (e)⠀Ketua Komisi/Dewan
Dalam lapangan⠀hukum administrasi, tidak⠀semua
dan⠀Lembaga setara; (f)⠀Gubernur; (g) Bupati⠀dan
administrasi atau⠀jabatan yang
Walikota; (h)⠀Pejabat Eselon I⠀di Pemerintah
menjalankan⠀kewenangan pemerintah itu⠀secara
Pusat⠀dan Provinsi; (i)⠀Sekretraris Daerah
otomatis memikul⠀tanggung jawab
Kabupaten/Kota;⠀(j) Pimpinan Badan.⠀Serta pejabat
hukum,⠀tergantung dengan cara apa⠀jabatan
operasional⠀yang memiliki kewenangan⠀untuk
itu⠀memperoleh kewenangan. Jabatan⠀yang
menetapkan keputusan⠀diskresi karena tugasnya
menjalankan kewenangan⠀atas dasar atribusi⠀dan
berhubungan⠀langsung dengan delegasi adalah⠀sebagai pihak yang⠀memikul
pelayanan⠀masyarakat seperti:⠀(1) Kepala tanggung⠀jawab hukum. Sedangkan⠀yang
resort⠀Kepolisian Negara; (2)⠀Camat. menjalankan kewenangan⠀atas dasar mandat⠀bukan
Setiap penggunaan⠀wewenang oleh pihak yang⠀memikul tanggung jawab hukum⠀dan
pejabat⠀selalu disertai dengan⠀tanggung jawab, tanggung jawab⠀dibebankan kepada pemberi
sesuai⠀dengan prinsip “geen⠀bevoegdheid zonder mandat⠀(mandans). Secara teoretik,⠀pada
verantwoordenlijkheid”, yakni tidak ada kewenangan
⠀ ⠀
atribusi⠀dan delegasi⠀itu terjadi peralihan⠀wewenang
tanpa pertanggungjawaban (Ridwan 2009).

dari attribuans dan⠀delegans kepada attributaris⠀dan
Karena wewenang itu melekat pada jabatan, namun
⠀ ⠀
delegetaris, sementara⠀dalam hal mandat⠀terjadi
dalam⠀implementasinya dijalankan oleh⠀manusia peralihan wewenang dari⠀mandans kepada
selaku wakil atau fungsionaris jabatan, maka mandataris.⠀Peralihan wewenang inilah⠀yang
pertanggungjawabannya⠀dapat dibedakan menjadi⠀2 menjadi dasar⠀peralihan tanggungjawab
(dua), yaitu:⠀(1) sebagai tanggungjawab⠀jabatan, dan sebagaimana⠀prinsip diatas⠀(Mustamu 2011).
(2)⠀sebagai tanggungjawab pribadi. Dalam konsep⠀hukum publik,
Maladministrasi berasal dari bahasa Latin malum
⠀ ⠀
pertanggungjawaban hukum⠀itu berkaitan
(jahat, buruk, jelek) dan administrare (to manage,
⠀ ⠀
dengan⠀penggunaan kewenangan yang⠀tidak sesuai
mengurus, atau melayani), maladministrasi⠀berarti

dengan⠀norma hukum, baik⠀dalam bentuk
pelayanan atau pengurusan yang buruk (Gandara

bertentangan⠀dengan peraturan perundang-
2020). Berdasarkan pasal 1 angka (3) UU No. 37
⠀ ⠀ ⠀
undangan⠀yang berlaku, penyalahgunaan⠀wewenang,
Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia,
⠀ ⠀
nyata-nyata tidak⠀masuk akal, maupun⠀ada unsur
yang dimaksud⠀Maladministrasi adalah: sewenang-wenang⠀yang mengkibatkan terlanggarnya

10
Analisis Yuridis Putusan Pengadilan…

hak-hak⠀warga negara. Adapun⠀pertanggungjawaban menimbulkan kerugian perdata atau berakibat pada


⠀ ⠀

hukum pejabat⠀yang menerbitkan keputusan⠀diskresi tindakan pidana serta melanggar batas-batas diskresi
⠀ ⠀

harus dibedakan⠀dari segi administrasi,⠀perdata dan harus dinyatakan sebagai perbuatan melawan hukum
⠀ ⠀

pidana. Dari segi⠀administrasi, keputusan yang dilakukan oleh pejabat administrasi


diskresi⠀wajib dilaporkan secara⠀tertulis kepada pemerintahan (onrechtmatige ⠀ overheidsdaad)


atasan⠀langsung pejabat⠀yang menerbitkan yang dimuat di dalam amar putusan Pengadilan Tata
⠀ ⠀ ⠀

keputusan⠀diskresi. Apabila menurut Usaha Negara. Sebagaimana disebutkan diatas, ⠀

penilaian⠀atasan pejabat yang⠀menerbitkan keputusan keputusan diskresi tidak


⠀ dapat diuji secara ⠀

diskresi,⠀keputusan diskresi tersebut⠀tidak dapat hukum (wetmatigheid), pengujiannya lebih diarahkan


⠀ ⠀

dibenarkan⠀dari segi hukum⠀dan dari segi⠀kebijakan, kepada doelmatigheid dan karena itu batu ujinya ⠀ ⠀

maka atasan⠀pejabat yang menerbitkan⠀keputusan adalah Asas-Asas Umum Pemerintah yang Baik
⠀ ⠀

diskresi harus⠀memerintahkan agar (AUPB).


keputusan⠀diskresi tersebut dicabut. Berdasarkan literatur buku “Anotasi Undang-
⠀ ⠀

Selanjutnya,⠀keputusan diskresi Undang No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi


⠀ ⠀

yang⠀menimbulkan akibat tindakan⠀pidana, harus Pemerintahan” yang diterbitkan oleh ⠀

menjadi⠀tanggung jawab Pejabat⠀Administrasi Universitas Indonesia-Center for Study of Governance


⠀ ⠀

Pemerintahan atau⠀Badan yang bersangkutan⠀dan and Administrative Reform (UI-CSGAR) tahun 2017
⠀ ⠀

Keputusan diskresi⠀yang menimbulkan akibat⠀pada dinyatakan bahwa: “Kata “dan” di atas menunjukaan
⠀ ⠀

kerugian perdata⠀bagi perorangan, kelompok bahwa 4 ⠀ (empat) tujuan⠀tersebut bukanlah


masyarakat,⠀atau organisasi menjadi⠀tanggung jawab optional⠀atau pilihan, melainkan⠀satu kesatuan
Pejabat⠀Pemerintah yang menetapkan⠀keputusan yang⠀seluruhnya harus terpenuhi⠀menjadi tujuan
diskresi serta⠀keputusan diskresi yang⠀diakibatkan dalam⠀setiap penggunaan diskresi.⠀Dengan kata
oleh kelalaian Pejabat⠀Administrasi Pemerintahan
lain,⠀jika salah satu⠀dari ke-4 (empat) saja tidak ⠀
atau⠀Badan, atau karena⠀adanya kolusi, korupsi⠀dan
terpenuhi, maka penggunaan diskresi tidak memenuhi
⠀ ⠀
nepotisme, yang⠀dapat merugikan
syarat tujuan yang jelas sebagaimana diatur dalam
⠀ ⠀
keuangaan negara/daerah dan atau bertentangan
Pasal 24 ayat (1). Dengan ketentuan ini, maka
⠀ ⠀

⠀ ⠀ ⠀
dengan kebijakan negara, Pemerintah, dan Pemerintah
penggunaan diskresi oleh pejabat pemerintah tidaklah
⠀ ⠀

⠀ ⠀
Daerah atau dapat menguntungkan pihak ketiga, dan
mudah dan bukan hal remeh.”
⠀ ⠀


pihak lain menjadi tanggung jawab pribadi (foult
Penulis berpendapat setuju dengan
⠀ ⠀

de personale) Pejabat Administrasi⠀Pemerintahan


pertimbangan hukum hakim mengenai objek sengketa

yang tidak⠀dapat dibebankan kepada⠀negara baik


ditinjau dari administrasi pemerintahan. Tindakan
perdata⠀maupun pidana.
pemerintah yaitu Tergugat I bertentangan dengan
Untuk mengukur⠀tindakan yang menyalahi Pasal 26 sebagai bentuk aspek prosedur dari
wewenang⠀diskresi dalam lapangan⠀hukum pengguanaan diskresi saat keadaan bahaya
administrasi negara⠀adalah sebagai berikut: sebagaimana dalil Tergugat I yang mengatakan jika
1) Penyalahgunaan kewenangan⠀untuk diskresi yang dilakukannya untuk mengatasi stagnasi
melakukan tindakan-tindakan⠀yang pemerintahan dalam “keadaan tertentu” yang
bertentangan dengan kepentingan⠀umum dipahami Tergugat I sebagai keadaan bahaya.
atau untuk⠀menguntungkan kepentingan Sehingga tidak tepat jika alasan diskresi atau tujuan
⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀

pribadi, kelompok atau golongan;



diskresi yang termaktub dalam Pasal 22 ayat (2) UU
⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀

2) Penyalahgunaan kewenangan berupa AP dianggap⠀sebagai unsur-unsur alternatif,⠀karena


penyimpangan dari tujuan umum; ⠀ ⠀
sesungguhnya⠀muatan⠀unsur tersebut
3) Penyalahgunaan kewenangan
harus⠀terpenuhi kesemuanya⠀dan⠀karenanya pula
untuk mencapai tujuan tertentu melalui
merupakan⠀unsur kumulatif.
⠀ ⠀

penggunaan prosedur lain (Muchsin


B. Akibat Hukum bagi Para Pihak dalam

2009); disamping itu dapat pula berupa,


⠀ ⠀

Putusan No. 30/G/TF/2019/PTUN-JKT


4) Perbuatan yang tidak tepat dalam hal terdapat
⠀ ⠀
Para Penggugat dalam Putusan No.
beberapa opsi/pilihan tindakan; dan
⠀ ⠀
30/G/TF/2019/PTUN-JKT⠀harus dilandaskan
5) Perbuatan yang tidak bermanfaat. ⠀
pada⠀Pasal 53 Ayat⠀(1) UU PTUN⠀yang menyatakan
Terhadap tindakan/keputusan diskresi ⠀
secara⠀tegas: “Orang atau badan hukum perdata yang
sebagaimana tersebut diatas ⠀yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu

11
Jurnal Hukum: Novum

Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan asas tertib⠀penyelenggara negara karena⠀melabrak
gugatan tertulis kepada pengadilan yang berwenang jaminan penghormatan⠀perlindungan hak-hak
yang berisi tuntutan agar Keputusan Tata Usaha konstitusional, pertentangan⠀dengan asas
Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau kepentingan⠀umum karena⠀telah merugikan
tidak sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti banyak⠀pihak, pertentangan dengan⠀asas keterbukaan,
rugi dan/atau direhabilitasi.” jo. Pasal 1 angka 5 dan 6 pertentangan⠀dengan asas proporsionalitas
& Pasal 3 PERMA 2/2019 karena⠀objek sengketa lebih⠀banyak menimbulkan
Penggugat I,⠀Aliansi Jurnalis Independen⠀(AJI) kerugian⠀dibanding tujuan dari⠀“mengkondusifkan
merupakan Organisasi⠀Profesi yang keadaan”.
melakukan⠀advokasi untuk Dalam⠀petitum-nya Para Penggugat⠀meminta
memperjuangkan⠀kepentingan kebebasan Pers hakim untuk⠀menyatakan:
berupa hak berpendapat,
⠀ hak atas informasi, ⠀ (1) “Tindakan Pemerintah Throttling atau

hak berkumpul
⠀ dan hak berserikat, serta ⠀
pelambatan akses/bandwidth di beberapa

memperjuangkan harkat martabat dan kesejahteraan ⠀ ⠀


wilayah Provinsi Papua Barat dan Provinsi
⠀ ⠀

Papua pada 19 Agustus 2019 sejak Pukul


para wartawan. Kemudian Penggugat II,
⠀ ⠀

13.00 WIT (Waktu Indonesia Timur) s.d


Pembela Kebebasan Berekspresi Asia Tenggara


⠀ ⠀

⠀ ⠀

Pukul 20.30 WIT; ⠀

(SAFEnet) adalah Badan Hukum Perkumpulan yang ⠀ ⠀


(2) Tindakan Pemerintahan
⠀ Pemblokiran
didirikan sejak 27 Juni 2013 [Pasal 2 Akta Pendirian],
⠀ ⠀ ⠀
layanan data dan/atau⠀pemutusan akses

sebuah organisasi yang fokus serta konsisten ⠀ ⠀ internet⠀secara menyeluruh di Provinsi


melakukan advokasi ⠀ dan edukasi Papua (29⠀Kota/Kabupaten) dan
untuk memperjuangkan hak-hak digital berupa Hak
⠀ ⠀
Provinsi⠀Papua Barat (13⠀Kota/Kabupaten)
Tertanggal 21⠀Agustus 2019
untuk berekspresi, Hak mengakses informasi dan Hak
sampai⠀dengan setidak-tidaknya pada⠀04
⠀ ⠀

atas rasa aman.



September 2019⠀pukul⠀23.00 WIT;
Beberapa poin kerugian dari masing- ⠀
(3) Tindakan Pemerintahan⠀Memperpanjang
masing pihak penggugat diantaranya, terhambatnya
⠀ ⠀ pemblokiran layanan⠀data
proses verifikasi jurnalistik oleh Media Pers Tabloid ⠀ ⠀ dan/atau⠀pemutusan akses internet ⠀secara
Jubi, hambatan dalam menerima data dari wartawan ke
⠀ ⠀ ⠀
di 4⠀Kota/Kabupaten di Provinsi⠀Papua
media cetak Cendrawasih Pos karena data informasi
⠀ ⠀
(yaitu Kota⠀Jayapura, Kabupaten
Jayapura,⠀Kabupaten Mimika,
dikirimkan melalui email atau media Whatsapp,
dan⠀Kabupaten Jayawijaya) dan⠀2
⠀ ⠀

terkendalanya proses verifikasi terhadap ⠀


Kota/Kabupaten di⠀Provinsi Papua
pemberitaan terkini oleh ⠀Tim Cek Fakta ⠀
Barat⠀(yaitu Kota Manokwari⠀dan Kota
Tempo demikian pula dialami oleh tim CNN
⠀ ⠀ Sorong)⠀sejak 04 September⠀2019 Pukul
Indonesia TV. Dari pihak Penggugat II, bentuk-bentuk
⠀ ⠀ 23.00 WIT⠀sampai dengan 09⠀September
kerugian meliputi, terhentinya program Organisasi
⠀ ⠀
2019 Pukul 18.00⠀WIB / 20.00⠀WIT
SAFEnet Sub Divisi Papua dan Papua Barat ⠀ ⠀
Bertentangan dengan⠀perundang-undangan yang
berlaku⠀dan melanggar asas⠀umum pemerintahan
karena⠀tidak dapat melakukan⠀koordinasi dan
yang⠀baik. Objek Gugatan⠀a quo
komunikasi⠀dengan anggotanya. Lain⠀daripada itu, adalah⠀Perbuatan Melanggar Hukum⠀Oleh
juga disampaikan⠀oleh Para Penggugat,⠀kerugian Badan dan/atau⠀Pejabat Pemerintahan,
juga dialami Pemerintah⠀Daerah serta Tindakan⠀Para Tergugat a⠀quo cacat
secara⠀wewenang, prosedur dan⠀substansi;”
masyarakat⠀luas, seperti terhentinya operasi sistem
Suatu putusan⠀pengadilan dikatakan mempunyai

pelayanan melalui elektronik (e-government) di


kekuatan⠀hukum manakala putusan⠀tersebut sudah
⠀ ⠀

lingkup Provinsi, dan keluhan pengemudi ojek online


mempunyai⠀kekuatan hukum tetap⠀atau suatu putusan
⠀ ⠀

“Gojek” yang kehilangan mata pencaharian


akhir⠀(eind vonnis) yang⠀terhadapnya tidak

akibat ketiadaan internet.


diajukan⠀upaya hukum oleh⠀pihak yang

Beberapa posita yang disampaikan Para


merasa⠀keberatan dan/ atau putusan⠀kasasi di
⠀ ⠀

Penggugat diantaranya mengenai pertentangan


Mahkamah⠀Agung sebagai lembaga

objek sengketa
⠀ dengan peraturan⠀perundang- peradilan⠀tertinggi (supreme court)⠀yang bertugas
undangan berkaitan dengan kemerdekaan⠀pers dan untuk mengoreksi/mengevaluasi⠀pertimbangan hukum
hak⠀asasi manusia, objek⠀sengketa bertentangan (judex juris) putusan pengadilan di bawahnya (Ekasari
⠀ ⠀

dengan⠀AUPB meliputi pertentangan⠀asas kepastian 2019).


hukum⠀karena dianggap menggunakan
mekanisme⠀tanpa dasar hukum,⠀pertentangan dengan

12
Analisis Yuridis Putusan Pengadilan…

Dalam⠀hukum acara tata⠀usaha negara, kekuatan permohonan⠀atau gugatan ditolak⠀merupakan


hukum⠀dari putusan hakim⠀di PTUN terdiri⠀dari suatu putusan⠀yang bersifat declaratoir.
(Mertokusumo 2005): c. Putusan⠀constitutief adalah putusan yang
a. Kekuatan⠀Mengikat, penyerahan meniadakan suatu keadaan hukum atau
sengketa⠀oleh pihak-pihak⠀kepada menciptakan suatu keadaan hukum yang baru.⠀ ⠀

pengadilan untuk⠀diperiksa atau⠀diadili, d. Putusan Pengadilan tata Usaha ⠀

mengandung arti⠀bahwa yang Negara menurut Pasal 97 ayat (7) Undang-


⠀ ⠀

bersangkutan akan tunduk dan patuh pada


⠀ ⠀
Undang No.5 Tahun 1986 Tentang Pengadilan
⠀ ⠀

putusan yang dijatuhkan. Putusan yang telah


⠀ ⠀
tata Usaha Negara terdiri dari:

dijatuhkan itu haruslah dihormati oleh kedua


⠀ ⠀
1) Gugatan ditolak ⠀

belah pihak;

Putusan yang berupa gugatan ⠀

b. Kekuatan Pembuktian,⠀dituangkannya ditolak adalah putusan yang menyatakan


⠀ ⠀

putusan dalam⠀bentuk tertulis, bahwa keputusan Tata Usaha Negara yang ⠀ ⠀

yang⠀merupakan akta otentik, tidak lain ⠀ menimbulkan sengketa Tata Usaha Negara ⠀ ⠀

bertujuan untuk dapat digunakan sebagai alat


⠀ ⠀ adalah Keputusan⠀Tata Usaha Negara yang ⠀

bukti bagi
⠀ para pihak yang ⠀ tidak dinyatakan batal atau sah. ⠀

mungkin⠀diperlukannya untuk mengajukan 2) Gugatan dikabulkan ⠀

banding, kasasi atau pelaksanaannya.


⠀ Putusan yang berupa gugatan ditolak ⠀

c. Kekuatan Eksekutorial, putusan tidak adalah putusan yang menyatakan ⠀

dimaksudkan⠀untuk menetapkan hak⠀atau bahwa keputusan Tata Usaha Negara yang


⠀ ⠀

hukumnya saja,⠀tetapi untuk menyelesaikan menimbulkan sengketa Tata Usaha Negara ⠀ ⠀

sengketa,⠀terutama merealisasikan dengan adalah Keputusan Tata Usaha Negara⠀yang ⠀

sukarela⠀atau secara paksa.⠀Putusan selain tidak dinyatakan⠀batal atau


menetapkan dengan ⠀ tegas hak atau ⠀
sah.menimbulkan⠀sengketa Tata
hukumnya juga supaya dapat direalisasi,
⠀ ⠀
Usaha⠀Negara adalah Keputusan⠀Tata Usaha
dan mempunyai kekuatan eksekutorial (untuk
⠀ ⠀
Negara⠀yang dinyatakan batal atau tidak sah. ⠀

dilaksanakan). Oleh karena gugatan Pasal 97 ayat


⠀ ⠀

Putusan⠀PTUN yang berkekuatan⠀hukum tetap (8) Undang-undang No.5 Tahun 1986 Tentang
⠀ ⠀

mengikat⠀semua orang (erga⠀omnes) Pengadilan tata usaha negara ditentukan


⠀ ⠀

layaknya⠀kekuatan peraturan⠀perundang-undangan, bahwa dalam hal gugatan dikabulkan maka ⠀ ⠀

hal ini⠀yang membedakan dari⠀putusan pengadilan dalam putusan tersebut dapat ⠀

umum⠀dalam perkara perdata yang⠀hanya mengikat ditetapkan kewajiban yang harus ditentukan
⠀ ⠀

para⠀pihak yang berperkara.⠀Selain itu, dalam pasai 97 ayat (9) Undang-Undang No.5
⠀ ⠀

putusan⠀PTUN yang berkekuatan⠀hukum tetap (in Tahun 1986 Tentang Pengadilan tata Usaha ⠀ ⠀

kracht⠀van gewijsde) juga⠀mempunyai kekuatan Negara yang berupa:


mengikat yang⠀wajib dipatuhi dan⠀dilaksanakan oleh a) pencabutan Keputusan Tata ⠀

pihak⠀yang dibebankan kewajiban⠀di dalam Usaha Negara yang⠀

putusan⠀yang bersifat condemnatoir. bersangkutan; atau ⠀

Putusan⠀Akhir adalah putusan⠀yang dijatuhkan b) pencabutan Keputusan Tata Usaha ⠀

oleh hakim⠀setelah pemeriksaan sengketa⠀Tata Usaha Negara yang bersangkutan dan ⠀

Negara selesai⠀yang mengakhiri sengketa⠀tersebut menerbitkan Keputusan Tata Usaha ⠀

pada tingkat pengadilan⠀tertentu. Putusan Negara yang baru; atau ⠀

akhir⠀menurut sifat amarnya dapat⠀dibedakan atas c) penerbitan Keputusan Tata ⠀

tiga⠀macam yaitu⠀(Wahyudi 2021): Usaha Negara dalam hal gugatan ⠀ ⠀

a. Putusan Condemnatoir⠀yaitu putusan yang didasarkan pada Pasal 3. ⠀

bersifat menghukum⠀pihak yang 3) Gugatan tidak diterima ⠀

dikalahkan⠀untuk memenuhi prestasi⠀(to het Putusan yang berupa gugatan ⠀

verrichten⠀van een pretatie); tidak diterima


⠀ adalah putusan yang ⠀

b. Putusan⠀Declaratoir yaitu putusan⠀hakim menyatakan bahwa syarat-syarat yang ⠀

yang menyatakan⠀apa yang menjadi⠀hukum. telah ditentukan tidak dipenuhi oleh gugatan
⠀ ⠀

putusan hakim⠀yang menyatakan yang diajukan oleh penggugat.


⠀ ⠀

4) Gugatan gugur

13
Jurnal Hukum: Novum

Putusan yang berupa ⠀ gugatan gugur ⠀ pejabat⠀pemerintahan.Dapat dikatakan⠀condemnatoir


adaiah putusan yang dijatuhkan hakim karena
⠀ ⠀ karena para⠀tergugat dihukum untuk⠀membayar
penggugat tidak hadir dalambeberapa ⠀ denda secara⠀tanggung renteng.
kali sidang meskipun telah dipanggil dengan
⠀ ⠀ Akibat hukum pada beberapa literatur disebut ⠀ ⠀

patut atau penggugat meninggal dunia.


⠀ ⠀ sebagai implikasi hukum. Secara ⠀

Dengan melihat amar Putusan NO. kebahasaan, “implication” yang memiliki makna
⠀ ⠀

230/G/TF/2019/PTUN-JKT yang berbunyi: dalam bahasa indonesia yaitu pengertian;


“Dalam Eksepsi:
⠀ maksud; terlibatnya kemudian “imply” yang memiliki
⠀ ⠀

- Menyatakan eksepsi Tergugat I dan Tergugat II


⠀ ⠀ ⠀
arti pernyataan tidak langsung, tak sama dengan
⠀ ⠀

tidak diterima;

“impact” yang memiliki arti kosekuensi; dampak;
⠀ ⠀

Dalam Pokok Perkara:


hasil. Kata “akibat” memiliki⠀pemaknaan sebagai

1. Mengabulkan gugatan Para Penggugat;


⠀ ⠀

2. Menyatakan Tindakan- hasil⠀dari suatu peristiwa yang⠀telah terjadi.


Tindakan⠀Pemerintahan yang dilakukan⠀oleh Dengan⠀demikian istilah akibat⠀dan konsekuensi
Tergugat I⠀dan Tergugat II berupa:⠀ memiliki⠀kedudukan yang sama,⠀yaitu sebagai
a. Tindakan⠀Pemerintahan Throttling atau akibat⠀hukum tidak langsung.⠀Sedangkan, implikasi
pelambatan⠀akses/bandwidth di beberapa hukum merupakan dampak tidak langsung yang
⠀ ⠀

wilayah⠀Provinsi Papua Barat⠀dan terjadi (implisit) (Hamidi 2006).


Provinsi Papua⠀pada 19 Agustus⠀2019 Akibat yang ditimbulkan dari keberadaan hukum


⠀ ⠀

sejak pukul 13.00⠀WIT (Waktu atas perbuatan subjek hukum merupakan akibat
⠀ ⠀

Indonesia⠀Timur) sampai dengan⠀pukul hukum. Pelaku hukum melakukan tindakan ⠀

20.30⠀WIT;
yang diharapkan maupun tidak diharapkan untuk
b. Tindakan Pemerintahan
⠀ ⠀

yaitu⠀pemblokiran layanan⠀data dan/atau memperoleh suatu akibat, jika akibat tersebut⠀termuat


pemutusan⠀akses internet dalam suatu⠀norma hukum maka⠀akibat yang


secara⠀menyeluruh di Provinsi⠀Papua (29 timbul⠀adalah akibat hukum⠀(Ali 2008). Dari
Kota/Kabupaten)⠀dan Provinsi Papua pengertian⠀tersebut maka akibat⠀hukum Putusan NO.
Barat⠀(13 Kota/Kabupaten) tertanggal⠀21 230/G/TF/2019/PTUN-JKT⠀dibedakan menjadi
Agustus 2019⠀sampai dengan setidak- 2⠀(dua) yaitu akibat⠀hukum secara langsung⠀dan
tidaknya⠀pada 4 September⠀2019
akibat hukum tidak⠀langsung.
pukul⠀23.00 WIT;
c. Tindakan⠀Pemerintahan yaitu Akibat hukum⠀bagi Aliansi Jurnalis⠀Indonesia
memperpanjang pemblokiran⠀layanan dan SAFEnet⠀selaku Penggugat I⠀dan Penggugat
data dan/atau pemutusan akses internet di⠀ ⠀ 2⠀ialah dikabulkannya gugatan⠀sesuai dengan
4 Kota/Kabupaten di Provinsi ⠀ petitum⠀para penggugat yang⠀menginginkan
Papua (yaitu⠀Kota Jayapura, Kabupaten
⠀ pernyataan jika⠀tindakan pemerintah
Jayapura,⠀Kabupaten Mimika, dalam⠀melambatkan dan memutus⠀akses internet
dan⠀Kabupaten Jayawijaya) dan 2 ⠀
di⠀Provinsi Papua Barat⠀dan Provinsi Papua
Kota/Kabupaten di Provinsi Papua ⠀

Barat (yaitu Kota Manokwari dan Kota


⠀ ⠀
sebagai⠀Perbuatan Melanggar Hukum⠀Oleh Badan
Sorong) sejak 4 ⠀ September 2019 ⠀
dan/atau⠀Pejabat Pemerintahan. Majelis⠀hakim
pukul 23.00 WIT sampai dengan 9
⠀ ⠀ sebenarnya mempertimbangkan⠀akan memberikan
September 2019 pukul 18.00 WIB/20.00 ⠀ ⠀ untuk⠀memutus ganti rugi⠀diberikan kepada
WIT; Adalah perbuatan melanggar ⠀
para⠀jurnalis (Aliansi Jurnalis), namun⠀karena dalam
hukum oleh Badan
⠀ dan/atau tuntutannya⠀para penggugat tidak meminta⠀ganti rugi
Pejabat Pemerintahan;
maka⠀hakim tidak berwenang⠀untuk memutusnya.

3. Menghukum Tergugat I dan Tergugat II


⠀ ⠀

untuk membayar biaya perkara ⠀


UU⠀PTUN tidak mengatur⠀secara tegas larangan
secara tanggung renteng sebesar Rp.457.000,-
⠀ ⠀
pembuatan⠀putusan yang mengandung⠀ultra petita.
(empat ratus lima puluh tujuh ribu rupiah);”
⠀ ⠀ Tidak ada⠀satu pasal pun⠀yang melarang
Dapat disimpulkan⠀jika amar Putusan secara⠀tegas. Sebaliknya, tidak ada satupun ⠀

NO.230/G/TF/2019/PTUN-JKT⠀bersifat declaratoir ketentuan yang secara


⠀ tegas
dan condemnatoir⠀dibuktikan dengan amar⠀putusan memperbolehkan dilakukannya ultra petita. Meskipun
⠀ ⠀

yang menyatakan⠀tindakan pemerintah demikian, pemahaman tentang larangan ultra petita ⠀ ⠀

dalam⠀pembatasan dan pemblokiran⠀internet yang dalam peradilan TUN juga masih banyak dianut⠀ ⠀

merupakan⠀objek sengketa merupakan perbuatan ⠀ oleh sebagian hakim-hakim PTUN. Dapat dikatakan
⠀ ⠀

melawan hukum oleh badan dan/atau


⠀ merupakan hal yang tabu dan dianggap⠀melanggar

14
Analisis Yuridis Putusan Pengadilan…

konvensi yang⠀sifatnya universal manakala⠀hakim sebagaimana telah dapat dibuktikan melalui Pasal 87
TUN membuat⠀putusan yang sifatnya UU AP. Usaha pemerintah dalam mengkondusifkan
melebihi⠀petitum. Kredo yang⠀dipegang kuat adalah, keadaan melalui pembatasan dan pemutusan internet
hakim⠀tidak boleh duduk⠀di kursi eksekutif⠀dengan saat terjadi demonstrasi adalah pelanggaran terhadap
putusan-putusannya yang⠀sifatnya ultra tujuan diskresi. Tujuan diskresi harus terpenuhi secara
petita⠀(Martitah 2014). kumulatif oleh karenanya tujuan-tujuan diskresi harus
Lebih⠀jauh, hakim TUN⠀diperkenankan terpenuhi seluruhnya.
melakukan “ultra⠀petita”, sebagai konsekuensi⠀asas Akibat hukum bagi Aliansi Jurnalis Indonesia
keaktifan hakim (dominus⠀litis) yang dan SAFEnet selaku Penggugat I dan Penggugat 2
merupakan⠀suatu prinsip yang⠀dianut sistem⠀peradilan ialah dikabulkannya gugatan sesuai dengan petitum
TUN (Penjelasan⠀Umum angka 5).⠀Hal ini para penggugat yang menginginkan pernyataan jika
tentu⠀sejalan dengan pandangan⠀Hadjon (Hadjon tindakan pemerintah dalam melambatkan dan
2002), pada⠀masa awal beroperasinya⠀PTUN memutus akses internet di Provinsi Papua Barat dan
yang⠀menganggap bahwa meskipun⠀larangan ultra Provinsi Papua sebagai Perbuatan Melanggar Hukum
petita⠀adalah prinsip⠀yang melekat bagi⠀hakim TUN, Oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan.Akibat
akan⠀tetapi sebagai⠀konsekuensi asas hakim⠀aktif, hukum bagi Kementerian Komunikasi dan
dapatkah hakim⠀administrasi melakukan ultra⠀petita Informatika dan Presiden Republik Indonesia selaku
atau ultra⠀passe non potest⠀esse, et vice⠀versa? adakah Tergugat I dan Tergugat II ialah pemerintah tidak
reformatio⠀in peius? mengubah⠀vonis yang dapat lagi melakukan pelambatan dan pemutusan
merugikan⠀pihak (Basah 1997). akses internet sebagai alasan untuk mengkodusifkan
Ditinjau⠀melalu Pasal 87⠀huruf e UU⠀AP, unsur keadaan. Pelambatan dan pemutusan internet hanya
KTUN⠀salah satunya adalah⠀berpotensi menimbulkan dilakukan pada konten-konten yang memiliki muatan
akibat⠀hukum.Akibat hukum⠀bagi Kementerian bermasalah atau bertentangan dengan peraturan
Komunikasi⠀dan Informatika dan⠀Presiden Republik perundang-undangan yang berlaku.
Indonesia⠀selaku Tergugat I⠀dan Tergugat II⠀ialah B. Saran
pemerintah tidak⠀dapat lagi melakukan⠀pelambatan Mengingat⠀peran internet yang⠀sudah tidak dapat
dan pemutusan⠀akses internet sebagai⠀alasan untuk dipisahkan⠀dari kehidupan masyarakat,⠀perlu ada
mengkodusifkan⠀keadaan.Pelambatan sebuah regulasi⠀yang jelas untuk⠀mengatasi
dan⠀pemutusan internet hanya⠀dilakukan pada pembatasan konten internet⠀di Indonesia.
konten-konten⠀yang memiliki muatan⠀bermasalah DPR⠀melalui pelaksanaan⠀fungsi legislasi juga⠀dapat
atau bertentangan⠀dengan peraturan perundang- memprioritaskan untuk⠀mengajukan perubahan
undangan⠀yang berlaku. Putusan No.

materi⠀mengenai peraturan pengawasan⠀konten dalam
230/G/TF/2019/PTUN-JKT menjadikan⠀preseden media⠀sosial yang dapat⠀dimasukkan dalam
bagi tindakan-tindakan⠀pemerintah selanjutnya. perubahan⠀UU Perubahan UU⠀ITE.
Hal⠀tersebut tidak meniadakan⠀kewenangan Bagi pemerintah dalam hal ini Kementerian
pemerintah dalam meregulasi lebih lanjut mengenai Komunikasi dan Informatika selaku bidang
pelambatan dan pemutusan⠀akses internet pemerintahan yang menangani bidang komunikasi,
saat⠀keadaan kurang⠀kondusif, karenanya seharusnya mengadakan kebijakan yang terang dan
jelas. Pembatasan dan pemutusan harus terletak pada
pengaturan⠀lebih lanjut tetap⠀merupakan
konten bukan pada akses internet itu sendiri. Apabila
kewenangan pemerintah⠀selama didasarkan atas ada pada keadaan demikian, pelambatan dan
pertimbangan⠀yang mengarah pada⠀prinsip pemutusan pula harus jelas dinyatakan mengenai
tujuan⠀hukum. batasan waktunya, bukan pada keadaan yang tidak
ditentukan jangka waktu pelambatan dan
PENUTUP pemutusannya. Sebelum dilakukannya kebijakan
tersebut juga harus diinformasikan pada pemerintah
A. Kesimpulan
daerah setempat sehingga apabila pembatasan dan
Hakim⠀dalam memutus perkara⠀dalam Putusan pemutusan konten bermasalah berdampak pada
No. 230/G/TF/2019/PTUN-JKT⠀telah memperhatikan stabilitas internet, permasalahan tersebut dapat
unsur-unsur⠀perluasan keputusan tata⠀usaha⠀yang tertangani dengan baik sehingga tidak merugikan
diatur dalam Pasal 87 UU AP. Tindakan pemerintah sistem pemerintahan yang saat ini serba elektronik
yang menjadi objek sengketa merupakan KTUN

15
Jurnal Hukum: Novum

DAFTAR PUSTAKA Kominfo. 2019c. “Pembatasan Layanan Data Di


Wamena.” Retrieved November 19, 2021
Ansori, Lutfil. 2015. “Diskresi Dan (https://kominfo.go.id/content/detail/21719/siara
Pertanggungjawaban Pemerintah Dalam n-pers-no-187hmkominfo092019-tentang-
Penyelenggaraan Pemerintahan.” Jurnal Yuridis pembatasan-layanan-data-di-wamena/0/
2(1). siaran_pers).
Dola Riza. 2018. “Keputusan Tata Usaha Negara Kominfo. 2019d. “Pemblokiran Layanan Data Di
Menurut Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Papua Dan Papua Barat.” Retrieved November
Negara Dan Undang-Undang Admnistrasi 19, 2021
Pemerintahan.” Jurnal Bina Mulia Hukum (https://www.kominfo.go.id/content/detail/2082
3(1):99. 1/siaran-pers-no-155hmkominfo082019-
tentang-pemblokiran-layanan-data-di-papua-
Dwiyanti, Ida Ayu Sri Intan, I. Nyoman Putu
dan-papua-barat/0/siaran_pers).
Budiartha, and I. Made Minggu Widyantara.
2021. “Akibat Hukum Tindakan Anarkis Kominfo. 2019e. “Pemerintah Secara Bertahap Buka
Demonstran Terhadap Perusakan Fasilitas Blokir Layanan Data Di Papua Dan Papua
Umum Dan Penyerangan Petugas Kepolisian Barat.” Retrieved
(Studi Kasus Penolakan Pengesahan UU Nomor (https://www.kominfo.go.id/content/detail/2112
11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja).” Jurnal 5/siaran-pers-no-170hmkominfo092019-
Analogi Hukum 3(2):251–55. doi: tentang-pemerintah-secara-bertahap-buka-
10.22225/ah.3.2.2021.251-255. blokir-layanan-data-di-papua-dan-papua-barat/
0/siaran_pers).
Ekasari, Luh Putu Happy. 2019. “Kekuatan Putusan
Pengadilan Tata Usaha Negara Yang Kominfo. 2019f. “Siaran Pers No.
Berkekuatan Hukum Tetap Terhadap 159/HM/KOMINFO/08/2019.” Retrieved
Pembatalan Sertifikat Hak Milik Atas Tanah November 19, 2021
Melalui Kewenangan Kepala Kantor (https://kominfo.go.id/content/detail/20860/siara
Pertanahan.” Jurnal Hukum Prasada 6(1):22– n-pers-no).
35.
Kominfo. 2021. “Layanan Data Wamena Kembali
Erliyanna, Anna. 2005. Keputusan Presiden, Analisis Dibuka, Layanan Telekomunikasi Di Seluruh
Keppres RI 1987-1998. Jakarta: Program Pasca Papua Kembali Normal.” Retrieved
Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia. (https://kominfo.go.id/content/detail/21806/siara
n-pers-no-190hmkominfo092019-tentang-
Gandara, Moh. 2020. “Kewenangan Atribusi,
layanan-data-wamena-kembali-dibuka-layanan-
Delegasi Dan Mandat.” Khazanah Hukum
telekomunikasi-di-seluruh-papua-kembali-
2(3):92–99. doi: 10.15575/kh.v2i3.8187.
normal/0/siaran_pers).
Gurr, Ted Robert. 1970. Why Men Rebel. Princeton:
Manan, Bagir, and Kuntana Magnar. 1997. Hukum
Princeton University Press.
Dan Peraturan Kebijaksanaan (Beleidsregel)
Hasse, J. 2012. “Anarkisme Demonstrasi Mahasiswa : Pada Pemerintahan Daerah. Bandung: Alumni.
Studi Kasus Pada Universitas Islam Negeri
Marbun, S. F., and Moh. Mahfud M.D. 2006. Pokok-
Alauddin Makassar.” 49–70.
Pokok Hukum Administrasi Negara.
Koentjoro, Diana Halim. 2004. Koentjoro, Diana Yogyakarta: Liberty.
Halim. Bogor: Ghalia Indonesia.
Marbun SF, Dkk. 2001. Dimensi-Dimensi Pemikiran
Kominfo. 2019a. “Layanan Data Internet Di Jayapura Hukum Administrasi Negara. Yogyakarta: UII
Dibuka Secara Bertahap.” Retrieved November Press.
19, 2021
Mertokusumo, Sudikno. 2005. Mengenal Hukum;
(https://www.kominfo.go.id/content/detail/2148
Suatu Pengantar. Yogyakarta: Liberty.
0/siaran-pers-no-181hmkominfo092019-
tentang-layanan-data-internet-di-jayapura- Muchsin. 2009. Fungsi, Tugas Dan Wewenang
dibuka-secara-bertahap/0/siaran_pers). Ombudsman Menurut Undang-Undang Nomor
37 Tahun 2008. Varia Peradilan.
Kominfo. 2019b. “Pelambatan Akses Di Beberapa
Wilayah Papua Barat Dan Papua.” Retrieved Mustamu, Julista. 2011. “Diskresi Dan
November 19, 2021 Tanggungjawab Administrasi Pemerintahan.”
(https://kominfo.go.id/content/detail/20787/siara Jurnal Sasi 17(02).
n-pers-no-154hmkominfo082019-tentang-
Nuswanto, Sidik Kahono Muhammad Junaidi A.
pelambatan-akses-di-beberapa-wilayah-papua-
Heru. 2020. “TINJAUAN YURIDIS
barat-dan-papua/0/siaran_pers).
TERHADAP KETENTUAN ASAS

16
Analisis Yuridis Putusan Pengadilan…

CONTRIUS ACTUS MENURUT UNDANG-


UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2017
TENTANG PENETAPAN PERATURAN
PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-
UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2017
TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-
UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013
TENTANG ORGANISASI.” Semarang Law
Review 1(1):89–103.
Patrika, Kertha. 2013. “Pengaturan Hak Menyatakan
Pendapat Di Muka Umum Secara Bebas Dan
Bertanggung Jawab.” Udayana Networking
38(1).
Ridwan, H. R. 2009. Tiga Dimensi Hukum
Administrasi Dan Peradilan Administrasi.
Yogyakarta: FH UII Press.
Ridwan, H. R. 2011. Hukum Administrasi Negara
Edisi Revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Ridwan, H. R. 2013. Hukum Administrasi Negara.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Ridwan, H. R. 2022. Hukum Administrasi Negara.
Yogyakarta: UII Press.
Ridwan, Despan Heryansyah, and Dian Kus Pratiwi.
2018. “Perluasan Kompetensi Absolut
Pengadilan Tata Usaha Negara Dalam Undang-
Undang Administrasi Pemerintahan.” Jurnal
Hukum Ius Quia Iustum 339–58. doi:
10.20885/iustum.vol25.iss2.art7.
Santoso, Thomas. 2002. Kekerasan Agama Tanpa
Agama. Jakarta: Pustaka Utan Kayu.
Simatupang, Dian Puji N. 2020.“Undang Undang
Administrasi Pemerintahan Dan Diskresi Yg
Akuntabel.”
Simorangkir, JCT., and Dkk. 2008. Kamus Hukum.
Jakarta: Sinar Grafika.
Soetami, A. Siti. 2000. Hukum Administrasi Negara.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Negeri
Diponegoro.
Wahyudi, Ari. 2021. “Eksekutorial Putusan PTUN
Sebagai Lembaga Yudikatif.” Politea : Jurnal
Politik Islam 4(1):121–45. doi:
10.20414/politea.v4i1.3491.

17

Anda mungkin juga menyukai