Upaya Untuk Mendapatkan Keadilan Bagi Pelaku Usaha Dan Konsumen
Upaya Untuk Mendapatkan Keadilan Bagi Pelaku Usaha Dan Konsumen
1
Johanes Widijantoro, “Mewujudkan Perniagaan Berkeadilan Melalui Peningkatan Akses Keadilan Konsumen”,
dalam Jurnal Mimbar Hukum, Vol. 28, No. 3, Oktober 2016, 446.
7. Menyederhanakan prosedur guna mengurangi kebutuhan jasa pengacara
8. Arbitrase
9. Mediasi.
Oleh karena itu, dalam konteks perlindungan konsumen, prinsip-prinsip akses
terhadap keadilan di atas tetap relevan karena pada dasarnya konsumen adalah subyek
hukum yang lemah dan belum tersedianya akses terhadap keadilan konsumen yang
efektif. Dalam hal ini, Michell Lyttle menyatakan bahwa akses keadilan konsumen
meliputi:
1. Kemampuan untuk membawa klaim dan berhasil memperoleh kompensasi
2. Kemampuan untuk mempertahankan klaim yang tidak cukup bukti, biaya
proporsional
3. Prosedur yang efektif dan sederhana, proses cepat dari awal hingga kesimpulan
4. Penegakan hukum yang efektif dari suatu keputusan.20
Lebih lanjut menurutnya, skema Small Claims Court dan Ombudsman yang
bisa mewujudkan akses perlindungan konsumen tersebut, bukan pengadilan. Hal
senada juga diungkapkan oleh Gralf-Peter Calliess bahwa akses terhadap Keadilan
menyangkut setiap orang yang terlibat dalam sengketa berhak memperoleh
mekanisme ganti rugi yang mudah diakses yang menyediakan penyelesaian sengketa
dengan tepat waktu dan pemulihan yang efektif dengan biaya yang wajar.
Oleh karena itu, peningkatan akses keadilan konsumen dalam konteks
perlindungan konsumen harus ditingkatkan dan dikembangkan melalui berbagai cara
sebagaimana dinyatakan oleh Iain Ramsay yang berpendapat bahwa: “masalah akses
terhadap keadilan telah menjadi tema penting dalam perlindungan konsumen.
Lembaga ganti rugi yang efektif dapat lebih lanjut tujuan konpensasi, perselisihan,
modifikasi pelaku dan norma pengembangan, serta memberikan rasa percaya diri
kepada konsumen dan bisnis di pasar. Disana telah melanjutkan eksperimen dengan
berbagai institusi”.
Lebih lanjut pemerintah juga harus mendorong semua pelaku bisnis untuk
menyelesaikan sengketa konsumen secara adil, cepat, dan dengan cara informal, serta
membentuk mekanisme fakultatif, termasuk layanan informasi dan prosedur
penyampaian keluhan secara informal, yang dapat membantu konsumen. Di samping
itu, informasi tentang kemungkinan memperoleh ganti rugi dan prosedur penyelesaian
sengketa lainnya harus dibuat mudah diakses konsumen.2
2
Johanes Widijantoro, “Mewujudkan Perniagaan Berkeadilan Melalui Peningkatan Akses Keadilan Konsumen”,
dalam Jurnal Mimbar Hukum, Vol. 28, No. 3, Oktober 2016, 447.