Anda di halaman 1dari 30

CRITICAL BOOK RIVIEW

FISIKA UMUM

NAMA :ELLYSURINDE TURNIP


NIM :4223121059
KELAS :PSPF-22E
DOSEN PENGAMPU : BUDIMAN NASUTION, S.Pd.,M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS ILMU MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas bertkat dan
rahmatnya, penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Fisika Umum ini yaitu Critical Book
Review (CBR).Pembuatan (CBR) ini bertujuan sebagai pemenuhan atas tuntutan tugas individu
mata kuliah Fisika Umum dan sebagai bahan perkuliahan.
Penulis juga menyadari sepenuhnya dalam pembuatan CBR ini terdapat banyak
kekurangan dan sangat jauh dari sempurna. Oleh sebab itu penulis berharap adanya kritik serta
saran dan tentunya usulan setiap pembaca demi perbaikan tugas yang akan penulis buat di
kemudian hari, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa kritik dan saran dari pembaca
yang membangun.
Dengan ini penulis mempersembahkan makalah CBR ini dengan rasa terima kasih dan
semoga makalah ini dapat memberi manfaat. Akhir kata saya ucapkan banyak terimah kasih.

Medan, November 2022

Ellysurinde Turnip
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 4
1.2 Tujuan ....................................................................................................................... 4
1.3 Manfaat ..................................................................................................................... 4
BAB II................................................................................................................................. 5
ISI BUKU ........................................................................................................................... 5
2.1 Identitas Buku ........................................................................................................... 5
A. Buku Utama ....................................................................................................... 5
B. Buku Pembanding.............................................................................................. 5
2.2Ringkasan Isi Buku .................................................................................................... 5
A.Buku Utama ............................................................................................................ 5
Buku Pembanding ......................................................................................................... 14
BAB III ............................................................................................................................. 28
PEMBAHASAN ............................................................................................................... 28
3.1 Kelebihan ................................................................................................................ 28
3.2 Kekurangan ............................................................................................................. 28
BAB IV ............................................................................................................................. 29
PENUTUP......................................................................................................................... 29
4.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 30
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Banyak orang yang bisa melihat dengan jelas pada kondisi normal tanpa menggunakan
kacamata. Dalam kondisi ini orang-orang tersebut menggunakan mata untuk melihat suatu benda.
Jika dengan optik kita tidak dapat melihat dengan jelas maka kita dapat menggunakan alat bantu
penglihatan. Alat bantu untuk mengamati benda benda yang tidak jelas dilihat oleh mata disebut
alat optic.
Mata adalah suatu alat optik yang memiliki banyak sekali keterbatasan. Mata kita tidak dapat
melihat benda yang sangat kecil, optik bakteri, virus, dan sebagainya. Juga tidak bisa melihat
benda yang tempatnya sangat jauh dengan jelas, seperti bulan, matahari, atau pesawat yang terbang
tinggi, dan sebagainya. Beberapa jenis alat optik yang diciptakan untuk membantu kesulitan
manusia dalam hal melihat benda-benda kecil atau yang jauh tempatnya yaitu lup, kamera,
mikroskop dan teropong
Alat optik dibuat dengan bermacam tujuan, tetapi fungsi alat optik yang utama adalah untuk
meningkatkan daya penglihatan manusia. Contohnya kacamata, mikroskop dan teleskop.
Mikroskop dan teleskop digunakan untuk melihat benda-benda yang tak terlihat dengan mata
telanjang

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan Critical Book Riview adalah:
a. Membandingkan kelebihan dan kekurangan buku
b. Mencari dan mengetahui informasi dari buku yang di review
c. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam meringkas, menganalisa, dan memberi
kritik pada buku
d. Untuk menyelesaikan tugas pada mata kuliah Fisika Umum

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan Critical Book Review adalah:
a. Untuk menambah pengetahuan tentang alat alat opti
b. Menambah wawasan akan pengertian dan materi Fisika Umum tentang alat- alat
optik
c. Melatih diri untuk mampu menilai atau mengambil kesimpulan dari sebuah buku
BAB II
ISI BUKU
2.1 Identitas Buku
A. Buku Utama

Judul :OPTIK
Penerbit buku :Mulawarman University PRESS
Penulis buku :Riskan Qadar, Zeni Haryanto, Muliati Syam
Tahun terbit :2019
ISBN : 978-602-6834-80-5
Tempat terbit :Universitas Mulawarman, Samarinda
Tebal halaman :169

B. Buku Pembanding

Judul : Buku Hasil Penelitian


PERANGKAT PEMBELAJARAN
INOVATIF BERBANTUAN EDMODO
PADA KONSEP ALAT-ALAT OPTIK
Penerbit buku :ZAHIR PUBLISHING
Penulis buku : Mursalin,Abdul Haris Odja dan Anjas
Arota
Tahun terbit :2021
ISBN : 978-623-5705-38-5
Tempat terbit :Yogyakarta
Tebal halaman : 142

2.2 Ringkasan Isi Buku


A.Buku Utama
BAB 5
ALAT – ALAT OPTIKAL
1. LUP
Lup digunakan untuk melihat bayangan benda kecil menjadi lebih besar. Lup terbuat dari
lenca cembung.
Gambar 5.1 (a) sebuah objek yang dilihat langsung oleh mata pada jarak p, (b) sebuah benda diletakkan
pada titik dekat mata, (c) sebuah benda diletakkan lebih kecil dari titik fokus lensa cembung dan membentuk
bayangan pada jarak 25 cm.

Perbesaran bayangan yang dihasilkan oleh lup merupakan rasio sudut penglihatan melalui
lensa dengan sudut melihat langsung benda. Perbesaran ini disebut perbesaran angular (M).
Sudut bayangan dalam retina melihat langsung benda adalah 𝜃0 = ℎ/25 dan sudut
penglihatan melalui lensa adalah 𝜃 = ℎ, /25 = h/p. Yang terlihat di dalam lup adalah bayangan jadi
q = -25 cm, maka
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25+𝑓
= 𝑝 + 𝑞 = 𝑝 + −25 𝑐𝑚 = 𝑝 - −25 𝑐𝑚 → = + 25 𝑐𝑚 =
𝑓 𝑝 𝑓 25𝑓
Perbesaran angularnya
𝜃 h/p 25 25+𝑓 25 𝑐𝑚
M= 𝜃 = ℎ/25 = = 25 ( 25𝑓 ) = 1 +
0 𝑝 𝑓

Perbesaran ini disebut perbesaran maksimum karena dilihat lebih dekat dari titik fokus, maka
ditulis
25 𝑐𝑚
𝑀𝑚𝑎𝑘𝑠 = 1 +
𝑓
Walaupun mata dapat melihat pada jarak lebih dekat dari titik fokus namun mata dapat melihat
bayangan jarak tak berhingga yakni benda diletakkan pada titik fokus f. Maka perbesarannya
adalah
𝜃 h/p 25
M= 𝜃 = ℎ/25 =
0 𝑓
25 𝑐𝑚
M= 𝑓
Contoh:
Berapakah perbesaran maksimum pada lensa yang jarak fokusnya 10 cm, dan perbesaran
jika dilihat secara rileks?
Solusi
Data: f = 10 cm
25 𝑐𝑚 25 𝑐𝑚
𝑀𝑚𝑎𝑘𝑠 = 1 + =1+ = 3.5 perbesaran sudut dengan akomodasi maksimum.
𝑓 10 𝑐𝑚

25 𝑐𝑚 25 𝑐𝑚
M= = = 2,5 perbesaran dengan mata rileks.
𝑓 10 𝑐𝑚

2. Mata
Antomi mata
Bentuk mata hampir menyerupai bentuk bola dengan diameter sekitar 2,5 cm. Bagian-
bagian mata adalah:
Kornea (indeks bias 1,3771), berupa selaput tipis yang kuat, tembus pandang, dan
berfungsi sebagai pelindung mata dari gangguan luar.
Aqueous humor (indeks bias 1,3374), yaitu cairan pengisi antara kornea dan lensa mata.
Aqueous humor berfungsi memberi bentuk dan kekukuhan pada mata.
• Lensa kristalin atau lensa mata (indeks bias 1,4200), yaitu berupa bahan bening, berserat,
dan kenyal yang berbentuk cembung. Lensa mata berfungsi untuk membiaskan cahaya
sehingga menghasilkan bayangan yang tajam dan jatuh tepat di retina. Bentuk lensa mata
dapat menebal atau memipih, tergantung jarak benda yang diamati.
• Iris atau selaput pelangi, yaitu lapisan tipis di depan lensa mata. Iris berfungsi mengatur
besar-kecilnya celah pupil. Iris juga berfungsi memberi warna pada mata.
• Pupil, yaitu celah lingkaran yang dibentuk iris dan tempat masuk cahaya ke retina melewati
lensa.
• Vitreous humor (indeks bias 1,3360), yaitu cairan bening pengisi bola mata yang terletak
di antara lensa mata dan retina. Vitreous humour berfungsi yang sama dengan aqueous
humour, yaitu memberi bentuk dan kekukuhan pada mata.
• Retina atau selaput jala, yaitu bagian belakang dinding dalam bola mata yang berisi dua
jenis sel yang sensitif terhadap cahaya dan berfungsi sebagai layar penerima cahaya. fovea
centralis, yakni tempat terjadinya penglihatan paling tajam di retina berdiameter sekitar
0,25mm.
• Saraf optik, yaitu saraf yang meneruskan sinyal optik ke otak untuk diproses sebagai sinyal
penglihatan.
Dua jenis sel sensitif di retina, yakni batang (rod) dan kerucut (cone). Batang lebih sensitif
pada cahaya dari pada kerucut, jumlahnya sekitar 1,3x108 batang dan kerucut lebih sensitif akan
perubahan warna daripada batang dan jumlahnya sekitar 7x106 kerucut. Berdasarkan kepekaan
yang dimiliki maka batang lebih banyak berfungsi di malam hari dan dikatakan sebagai
penglihatan malam sedangkan kerucut lebih banyak berfungsi di siang hari sehingga dikatakan
penglihatan siang.
Menyesuaikan berbagai jarak benda yang dilihat agar menghasilkan bayangan tajam pada
retina dilakukan oleh otot siliar. Otot ini menjepit lensa mata yang mengakibatkan lensa mata dapat
mengembung atau memipih untuk mengubah jarak fokusnya. Adanya kemampuan lensa mata
dapat mengembung dan memipih bertujuan untuk menyesuaikan jarak fokus lensa mata f agar
jarak bayangan tetap. Proses ini dinamakan penyesuaian atau akomodasi.

Penglihatan Normal
Mata normal adalah mata yang dapat melihat benda dalam jarak dekat maupun jauh.
Bayangan benda dekat atau benda jauh tepat dibentuk di retina.
Orang yang tidak mampu melihat benda jauh dengan jelas karena terbatasnya titik jauh
(titik jauh matanya kurang dari ) yang dimiliki, mata orang tersebut dinamakan miopia
(berpenglihatan dekat). Bayangan benda jauh yang jaraknya melebihi titik jauhnya berada di depan
retina disebabkan kornea matanya terlalu cembung. Adapun orang yang tidak dapat melihat benda
dekat dengan jelas karena terbatasnya titik dekat (titik dekat matanya berada lebih 25 cm) yang
dimiliki, mata orang tersebut dikatakan hiperopia (berpenglihatan jauh). Bayangan dari benda yang
lebih dekat dari titik dekatnya berada di belakang retina disebabkan kornea matanya kurang
cembung. Adapun mata yang tidak mampu melihat benda dengan jelas pada jarak dekat (berada
di 25 cm) maupun jarak jauh ( berada di ) dikenal sebagai presbiopi (mata tua). Keadaan ini
disebabkan kemampuan kornea matanya untuk berakomodasi sudah berkurang seiring bertambah
tuanya seseorang.

Penglihatan dekat ( miopia)


Mata miopia merupakan cacat mata yang hanya mampu melihat benda dekat dengan tajam.
Untuk benda yang cukup jauh bayangannya jatuh di depan retina. Cacat miopia diakibatkan karena
lensa mata menebal. Untuk membantu agar bayangan benda jatuh tepat di retina, maka orang
tersebut harus ditolong dengan menggunakan kacamata berlensa cekung. Setelah menggunakan
kacamata berlensa cekung benda jauh yang dilihat oleh mata miopia akan terlihat bayangannya di
titik terjauh matanya.

Penglihatan jauh (hiperopia)


Mata hiperopia merupakan cacat mata yang hanya mampu melihat benda jauh dengan
tajam. Untuk benda yang cukup dekat bayangannya jatuh di belakang retina. Cacat hiperopia
diakibatkan karena lensa mata memipih. Untuk membantu agar bayangan benda jatuh tepat di
retina, maka orang tersebut harus ditolong dengan menggunakan kacamata berlensa cembung.
Setelah menggunakan kacamata berlensa cembung benda dekat yang dilihat oleh mata hiperopia
akan terlihat bayangannya di titik terdekat matanya.
Gambar 5.4 (a) ketika benda jauh dilihat oleh mata berpenglihatan dekat, maka bayangannya jatuh di depan
retina, (b) bayangan jatuh pada retina jika mata dibantu dengan lensa cekung, (c) bayangan maya terlihat
pada jarak terjauh penglihatan dekat.
Posisi benda terjauh yang masih dapat dilihat dengan jelas disebut titik jauh dan posisi
benda terdekat yang dapat dilihat dengan jelas disebut titik dekat. Jarak ini biasanya meningkat
dengan bertambahnya usia seseorang yang memiliki nilai rata-rata 25 cm. Pada usia 10 tahun, titik
dekat mata biasanya sekitar 18 cm. Jarak ini meningkat menjadi sekitar 25 121 cm pada usia 20
tahun, 50 cm pada usia 40 tahun, dan 500 cm atau lebih pada usia 60 tahun.
Gambar 5.5 (a) ketika benda dekat dilihat oleh mata berpenglihatan jauh, maka bayangannya
jatuh di belakang retina, (b) bayangan jatuh pada retina jika mata dibantu dengan lensa
cembung, (c) bayangan maya terlihat pada jarak terdekat penglihatan jauh.

Astigmatism
Astigmatism adalah kesalahan bias, merupakan masalah bagaimana mata memfokuskan
cahaya. Bagi mata astigmatism, cahaya yang datang tidak ke titik fokus tunggal pada retina untuk
menghasilkan penglihatan jelas. Sebaliknya, titik fokus terjadi di depan atau di belakang retina
(atau keduanya). Penyebab astigmatism adalah bola mata yang korneanya tidak teratur seperti bola
bisbol, dalam beberapa kasus disebabkan oleh lensa matanya. Bola mata yang korneanya teratur
disebut stigmatism. Astigmatism yang disebabkan oleh kornea disebut astigmatis kornea,
sedangkan yang disebabkan oleh lensa disebut atigmatisme lenticular. Ada tiga jenis astigmatis;
(a) astigmatis miopia, (b) astigmatis hiperopia, dan (c) astigmatis presbiopia.

Ukuran fokus lensa kacamata yang untuk mata miopia dan hiperopia dirumuskan
1 1 1
= +𝑞
𝑓 𝑝
dengan ukuran daya kacamatanya adalah
1
P = 𝑓(𝑚)′
P = daya kacamata (satuan diopter), f = fokus lensa kacamata, p = jarak benda, q = jarak
bayangan benda (jarak penglihatan tanpa kacamata) bertanda minus.
Dalam bentuk sederhana persamaan lain untuk cacat mata miopia dan hiperopia adalah:
𝑃𝑚𝑎𝑡𝑎+ 𝑃𝑘𝑎𝑐𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎= 𝑃𝑝𝑒𝑛𝑔𝑙𝑖ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑛
1 1 1
+𝑓 =
𝑓𝑚𝑎𝑡𝑎 (𝑚) 𝑙𝑒𝑛𝑠𝑎 (𝑚) 𝑓𝑡𝑢𝑗𝑢𝑎𝑛 (𝑚)
Keterangan:
P= = daya (diopter)
𝑓𝑚𝑎𝑡𝑎 = jarak penglihatan mata (m)
𝑓𝑘𝑎𝑐𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎= jarak fokus lensa kacamata (m)
𝑓𝑡𝑢𝑗𝑢𝑎𝑛 = jarak penglihatan yang diinginkan (m)

3. Kamera
Kamera merupakan peralatan optik yang paling lazim. Kamera adalah kata latin yang berarti
sebuah kamar atau ruangan tertutup. Kamera menghasilkan bayangan dari benda dan merekam
benda itu pada film. Elemen dasar dari kamera adalah sebuah lensa konvergen. Jumlah cahaya
yang menumbuk film dikontrol oleh laju penutup (shutter) dan celah lensa (lens aperture). Ukuran
luas yang "dilihat' oleh lensa itu sebanding dengan 1⁄𝑓 2 .
Luas efektif lensa itu dikontrol dengan bantuan sebuah celah lensa yang dapat diatur, atau
diafragma, yakni sebuah lubang yang hampir berbentuk lingkaran dengan diameter D yang
berubah-ubah; maka luas efektif itu sebanding dengan 𝐷2 .
Intensitas cahaya yang mencapai film dengan lensa tertentu sebanding dengan 𝐷2 ⁄𝑓 2 .
Kemampuan mengumpulkan cahaya dari sebuah lensa biasanya dinyatakan oleh fotografer dalam
rasio 𝑓/𝐷, yang dinamakan bilangan-f (f-number) dari lensa itu.

𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑓𝑜𝑘𝑢𝑠 𝑓
Bilangan -f =𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑐𝑒𝑙𝑎ℎ = 𝐷
Untuk sebuah lensa dengan celah yang diametemya berubah-ubah, penambahan diameter
oleh sebuah faktor sebesar √2 akan mengubah bilangan-f sebesar 1/√2dan menambah intensitas
di film itu oleh sebuah faktor sebesar 2. Celah yang dapat diatur biasanya mempunyai skala yang
ditandai dengan bilangan-bilangan yang berturutan [seringkali dinam akan perhentian-f (f-stop)]
yang dikaitkan dengan faktor sebesar √2 . seperti 𝑓/2; 𝑓/2,8; 𝑓/4; 𝑓/5,6; 𝑓/8; 𝑓/11; 𝑓/16
dan seterusnya. Bilangan yang lebih besar menyatakan celah dan bukaan (exposure) yang lebih
kecil, dan setiap langkah bersesuaian dengan sebuah faktor dua dalam intensitasnya Gambar 20.2.
Bukan sesungguhnya (jumlah total cahaya yang mencapai film itu) sebanding dengan luas celah
dan waktu bukaan. Jadi f/4 dan 1/500 125 s, f/5,6 dan 1/250 s, dan f/8 dan 1/125 s, semuanya
menyatakan bukaan yang sama.
Untuk kamera digital

Berdasarkan Gambar 5.9 perbesaran bayangan adalah


ℎ 𝑞
𝑚 = ℎ𝑖 = 𝑝
𝑜
Dengan ℎ𝑖 tinggi bayangan, ℎ𝑜 tinggi benda, q jarak bayangan, dan p jarak benda. Lebar sensor
adalah w, lebar yang ditunjukkan benda adalah 2 dari sudut pandang 𝛼 . tinggi bayangan pada
sensor adalah ℎ𝑖 = w/2.
Berdasarkan definisi perbesaran diperoleh
𝑤⁄ 𝑞 𝑓 ℎ𝑜 𝑤
2
= ≈ → =
ℎ𝑜 𝑝 𝑝 𝑝 2𝑓
Sudut pandang beda
ℎ𝑜
= tan (𝛼⁄2)
𝑝
Kombinasinya
ℎ𝑜 𝑤 𝑤
= 2𝑓 = tan (𝛼⁄2) → tan (𝛼⁄2)= 𝛼 = 2𝑡𝑎𝑛 −1 (2𝑓)
𝑝

4. Mikroskop
Mikroskop; alat yang digunakan untuk melihat benda-benda ukuran kecil. Jika lup
menggunakan sebuah lensa cembung maka mikroskop menggunakan dua buah lensa cembung.
Lensa yang berada dekat benda dikatakan lensa objektif dan lensa yang berada dekat mata
dikatakan lensa okuler. Perbesaran bayangan benda pada mikroskop diperoleh dari perbesaran
lensa objektif (𝑚𝑜 ) dan perbesaran lensa okuler (𝑀𝑒 ). Perbesaran lensa objektif adalah
𝑞 𝑙 − 𝑓𝑒
𝑚𝑜 = − = −
𝑝 𝑝
Perbesaran okuler
𝑁
𝑀𝑒 = 𝑓 untuk mata rileks
𝑒
𝑁
𝑀𝑒 = 𝑓 + 1 utuk mata berakomodasi
𝑒

Perbesaran mikroskop secara total


𝑁 (𝑙− 𝑓𝑒 ) 𝑁 (𝑙− 𝑓𝑒 )
𝑀 = 𝑀𝑒 𝑚𝑜 = ≈𝑓 atau
𝑓𝑒 𝑝 𝑒 𝑓𝑜
𝑁 (𝑙− 𝑓𝑒 ) 𝑁 (𝑙− 𝑓𝑒 )
𝑀 = 𝑀𝑒 𝑚𝑜 = − ( + 1 ) ( )≈ ( +1)( )
𝑓𝑒 𝑝 𝑓𝑒 𝑓𝑜
𝑚𝑜 = perbesaran lateral lensa objektif
𝑀𝑒 =perbesaran lensa okuler
𝑀 =perbesaran mikroskop
𝑁 =jarak baca normal pengamat
𝑓𝑜 =jarak fokus lensa objektif
𝑓𝑒 =jarak fokus lensa okuler
𝑙 = arak lensa objektif dengan lensa okuler
p = jarak benda dari lensa objektif
q = jarak bayangan dari lensa objektif

5. Teleskop
Ada dua jenis teleskop, keduanya didesain untuk membantu mengamati benda jarak jauh
seperti planet dalam sistem tata surya, yakni: (1) teleskop refrakting, yang mana menggunakan
kombinasi lensa untuk membentuk bayangan, dan (2) teleskop reflekting, yang mana
menggunakan cermin cekung dan lensa untuk membentuk bayangan.
Pada teleskop refraksi, dua lensa yang tersusun, lensa objektif 𝑓𝑜 membentuk bayangan nyata 𝑙1
dan terbalik yang sangat dekat atau pada titik fokus lensa okuler 𝑓𝑒 . Jarak kedua lensa atau panjang
teleskop adalah 𝑓𝑒 + 𝑓𝑜 , bayangan akhir yang terbentuk 𝑙2 berasal dari bayangan 𝑙1. Perbesaran
angular yang dihasilkan teleskop diperoleh 𝜃⁄𝜃 , yang mana 𝜃𝑜 adalah sudut objek pada lensa
𝑜
objektif dan 𝜃 adalah sudut bayangan akhir.
ℎ′
tan 𝜃𝑜 ≈ 𝜃𝑜 ≈ 𝑓
𝑜
ℎ′
tan 𝜃𝑜 ≈ 𝜃𝑜 ≈ 𝑓
𝑒
𝜃 − ℎ′/𝑓𝑒 𝑓
M=𝜃 = = - 𝑓𝑒
𝑜 ℎ′ /𝑓𝑜 𝑜
Panjang teleskop L adalah
L= 𝑓𝑒 + 𝑓𝑜

B. Buku Pembanding
BAB III

1. Mata dan Kacamata


a. Mata
Fungsi mata adalah untuk menerjemahkan getaran-getaran elektromagnetik cahaya menjadi
pola-pola impuls saraf yang diteruskan ke otak, sehingga kita dapat melihat suatu benda.
Berdasarkan uraian tersebut, maka mata merupakan alat optik.
Anatomi Mata
Mata merupakan organ yang berbentuk bola dan umumnya mempunyai diameter 2,5 cm
sehingga sering disebut bola mata.

• Kornea adalah bagian depan mata yang merupakan lapisan pelindung, mempunyai
kelengkungan lebih tajam, dan dilapisi oleh selaput tipis. Kornea berfungsi untuk
menerima dan meneruskan cahaya yang masuk ke mata serta melindungi lensa mata
dari bulu-bulu.
• Aqueous humor adalah cairan bening dibelakang kornea yang berfungsi untuk
membiaskan cahaya yang masuk ke mata.
• Iris atau selaput pelangi, berfungsi untuk memberi warna pada mata.
• Pupil merupakan celah lingkaran yang dibentuk oleh iris dan berfungsi untuk
mengatur intensitas cahaya yang masuk ke mata atau mengatur banyak sedikitnya
cahaya yang masuk ke dalam mata.
• Retina merupakan lapisan kompleks di bagian belakang mata yang tersusun atas sel-
sel saraf. Retina berfungsi untuk menangkap bayangan nyata, terbalik, dan diperkecil
dari suatu benda di depan mata atau tempat terbentuknya bayangan.
• Lensa mata (lensa kristalin) adalah bagian mata yang terbuat dari bahan bening
berserat dan kenyal serta mempunyai permukaan rata yang berfungsi untuk mengatur
pembiasan cahaya yang masuk ke mata.
• Bintik kuning yaitu bagian pada retina yang sangat peka terhadap cahaya.
• Saraf optik merupakan saraf yang berfungsi meneruskan rangsangan cahaya yang
telah di ubah oleh retina menjadi sinyal-sinyal (impuls saraf) menuju ke otak.
• Otot siliaris merupakan otot yang berfungsi untuk mengatur panjang fokus lensa
kristalin.
• Vitreous humor merupakan bahan bening yang mengisi bola mata (rongga utama
mata di antara lensa dan retina).
Daya Akomodasi
Untuk dapat melihat benda di depan mata dengan jelas, maka bayangan benda harus
terbentuk di retina dengan sifat nyata, terbalik dan diperkecil

Agar bayangan selalu jatuh tepat di retina, maka lensa mata harus mempunyai kemampuan
untuk memfokuskan cahaya. Kemampuan lensa mata untuk menipis atau menebal sesuai dengan
jarak benda yang dilihat disebut daya akomodasi. Daya akomodasi mata diatur oleh otot siliaris.
Ketika mata melihat benda-benda di tempat kejauhan, otot siliaris mengendur sehingga lensa mata
menipis. Pada keadaan demikian, mata dikatakan tak berakomodasi. Sementara itu, ketika mata
tersebut melihat benda-benda dekat, otot siliaris menegang sehingga lensa mata menebal.
Pada keadaan demikian, mata dikatakan berakomodasi maksimum. Titik dekat mata adalah
titik terdekat yang dapat dilihat dengan jelas oleh mata dalam keadaan berakomodasi maksimum.
Sedangkan titik jauh mata adalah titik terjauh yang dapat dilihat dengan jelas oleh mata tanpa
berakomodasi.

b. Kacamata
Cacat Mata dan Cara Menanggulanginya
Jika jangkauan penglihatan seseorang tidak terletak di antara 25 cm dan tak hingga, maka
dapat dikatakan bahwa seseorang tersebut mengalami cacat mata atau aberasi. Cacat mata
(aberasi) dapat diatasi dengan memakai kacamata, lensa kontak, atau melalui suatu operasi.
Mata normal atau emetropi memiliki titik dekat (Sn=25 cm) dan titik jauh tak terhingga (∞).
• Rabun Jauh (Miopi)
Mata rabun jauh mempunyai titik dekat lebih kecil dari 25 cm dan tiitk jauh yang berhingga (pada
jarak tertentu). Jika bayangan benda tidak tepat jatuh di retina tetapi di depan retina, hal ini akan
menyebabkan mata tidak dapat melihat benda-benda di kejauhan dengan jelas sehingga mata di
katakan mengalami rabun jauh (miopi). Keadaan ini terjadi karena lensa mata tidak dapat menjadi
pipih 26 sebagaimana mestinya, sehingga bayangan benda yang sangat jauh terbentuk di depan
retina.

Gambar 3: (a) Rabun jauh (b) Rabun jauh ditolong dengan kacamata berlensa negatif
Untuk mengatasi rabun jauh, dapat digunakan kacamata lensa cekung (negatif). Lensa
cekung akan memancarkan cahaya sebelum cahaya masuk ke mata (lihat Gambar 3b). Dengan
menggunakan persamaan pembiasan pada lensa, kita dapat menentukan kekuatan lensa (P) yang
harus digunakan oleh penderita miopi yaitu:
1 1 1
P = 𝑓 = 𝑠 + 𝑠′
Karena 𝑠 ′ = −𝑃𝑅(titik jauh), dan 𝑠 = ∞, maka
1
P=− 𝑃𝑅
dengan :
P = kekuatan lensa (dioptri),
PR = titik jauh (m),
f = titik fokus (m)
100
P=− 𝑃𝑅 ( jika PR dinyatakan dalam cm )

• Rabun Dekat (Hipermetropi)


Jika bayangan benda tidak tepat jatuh di retina tetapi di belakang retina, maka hal ini akan
menyebabkan mata tidak dapat melihat benda-benda yang dekat dengan jelas dan mata dikatakan
mengalami rabun dekat (hipermetropi). Rabun dekat disebabkan oleh lensa mata yang tidak dapat
menebal ketika melihat benda pada jarak dekat.
Untuk mengatasi cacat mata rabun dekat digunakan kacamata lensa cembung (positif). Lensa
cembung akan menguncupkan cahaya sebelum cahaya masuk ke mata (lihat Gambar 4b) sehingga
bayangan jatuh tepat pada retina.
Mata rabun dekat mempunyai titik dekat lebih besar dari 25 cm dan titik jauh di tak berhingga (∞).
Oleh karena itu, mata rabun dekat dapat melihat dengan jelas bendabenda yang sangat jauh tanpa
berakomodasi, tetapi tidak dapat melihat benda-benda dekat dengan jelas. Keadaan ini terjadi
karena lensa mata tidak dapat menjadi cembung sebagaimana mestinya, sehingga bayangan benda
akan terbentuk di belakang retina seperti ditunjukkan pada Gambar 4a.

Gambar 4: (a) Rabun dekat (b) Rabun dekat ditolong dengan kacamata berlensa positif

Kekuatan lensa kacamata yang digunakan oleh penderita rabun dekat:


1 1 1
P = 𝑓 = 𝑠 + = 𝑠′
Untuk dapat melihat benda pada jarak baca normal sn = 25 cm, maka bayangan harus tepat
berada di depan kacamata pada jarak yang sama dengan titik dekat mata penderita rabun dekat s’=-
PP. Dengan demikian, kekuatan lensa untuk mengatasi rabun dekat dapat dihitung dengan
persamaan:
1 1
P = 𝑠 - 𝑃𝑃
𝑛
dengan: PP = titik dekat mata penderita hipermetropi (m)
Jika PP dinyatakan dalam satuan cm, maka persamaan di atas dapat dituliskan menjadi:
100 100
P = 𝑠 - 𝑃𝑃
𝑛

• Mata Tua (Presbiopi)


Presbiopi adalah penurunan kemampuan lensa mata untuk memfokus yang berakibat pada
kesulitan dalam melihat benda berjarak jauh sekaligus kesulitan dalam membaca pada jarak
normal. Sehingga presbiopi dapat diartikan juga sebagai cacat mata akibat berkurangnya daya
akomodasi pada usia lanjut. Mata presbiopi dapat diatasi dengan menggunakan kacamata berlensa
bifokal (rangkap), yaitu untuk melihat jauh dan untuk membaca.

• Astigmatisma

Gambar 5. Pembentukan bayangan pada penderita astigmatisma


Astigmatisma merupakan cacat mata yang disebabkan oleh kornea mata yang tidak berbentuk
sferis (irisan bola), melainkan lebih melengkung pada suatu bidang daripada bidang lainnya
(bidang silinder) sehingga lensa mata mempunyai fokus lebih pendek untuk sinar-sinar pada
bidang vertikal dibandingkan dengan sinar-sinar pada bidang horizontal. Untuk mengatasi cacat
mata astigmatisma, dapat digunakan kacamata yang mempunyai lensa silindris. Penderita
astigmatisma melihat garis-garis yang difokuskan secara tajam tampil gelap, sedangkan garis-garis
yang dipencarkan tampil kelabu (abu-abu).

• Katarak dan Glaukoma


Cacat mata juga disebabkan oleh penyakit. Seseorang yang berumur panjang suatu waktu dalam
hidupnya akan mengalami pembentukan katarak, yang membuat lensa matanya secara parsial atau
secara total menjadi buram (tak tembus cahaya). Pengobatan umum untuk katarak adalah operasi
pembersihan lensa. Penyakit lainnya disebut glaukoma, yang disebabkan oleh peningkatan tekanan
fluida 34 dalam mata secara abnormal. Peningkatan tekanan ini dapat menyebabkan pengurangan
suplai darah ke rertina, yang akhirnya dapat mengarah kepada kebutaan.

2. Lup dan Mikroskop


a) Lup
Lup atau kaca pembesar adalah sebuah lensa cembung yang digunakan untuk melihat
benda-benda kecil agar tampak lebih besar dan jelas. Perbesaran bayangan pada lup
merupakan perbesaran sudut, yaitu perbandingan sudut penglihatan menggunakan lup (ß)
dengan sudut penglihatan tanpa menggunakan lup (α).

Gambar 6. Kaca Pembesar atau Lup


Berdasarkan definisi tersebut di atas, maka perbesaran bayangan pada lup dapat dinyatakan
dengan persamaan:
𝛽
𝑀𝑎 =
𝛼
dengan: 𝑀𝑎= perbesaran sudut lup
Perbesaran sudut (perbesaran anguler) untuk lup tergantung pada keadaan akomodasi mata.
• Untuk mata tak berakomodasi, bayangan terletak di takhingga (s’=-∞) dan benda
terletak di titik fokus lensa (s = f) sehingga perbesaran anguler lup adalah:
𝛽
𝑀𝑎 =
𝛼
𝑡𝑎𝑛𝛽
=𝑡𝑎𝑛𝛼
ℎ/𝑓
=ℎ/𝑠
𝑛
𝑠𝑛
𝑀𝑎 =
𝑓
dengan: f = panjang fokus lup (m), dan 𝑠𝑛 = titik dekat mata = 25 cm
Untuk mata berakomodasi maksimum, bayangan terletak di titik dekat mata (s’=-𝑠𝑛 )
sehingga perbesaran anguler lup adalah:
𝑠𝑛
𝑀𝑎 =
𝑠

Dengan menggunakan persamaan lensa, maka persamaan di atas dapat di tata ulang sebagai
berikut. Karena s’=-𝑠𝑛′ , maka :
1 1 1
= +
𝑓 𝑠 𝑠′
1 1 1
=𝑓+=𝑠
𝑠 𝑛
1 𝑓+𝑠𝑛
=
𝑠 𝑓.𝑠𝑛
Jadi perbesaran anguler lup untuk mata berakomodasi maksimum menjadi:
𝑠
𝑀𝑎 = 𝑓𝑛 + 1
dengan: s = jarak benda ke lup (m)

b) Mikroskop

Gambar 8. Mikroskop dan bagian-bagiannya

• Pembentukan Bayangan Pada Mikroskop


Mikroskop adalah suatu alat optik yang digunakan untuk melihat benda berukuran kecil
(mikro) yang mampu menghasilkan perbesaran hingga beberapa kali.

Gambar 9. Pembentukan bayangan pada mikroskop


Pada mikroskop, panjang fokus lensa objektif (fob) lebih kecil dari panjang fokus lensa
okuler (fok) dan benda yang akan di amati diletakkan diruang 2 lensa objektif (fob sob <2 fob) dan
bayangan akhir yang dibentuk oleh mikroskop adalah bayangan maya, diperbesar, dan terbalik.
Dua buah lensa cembung pada mikroskop disusun dengan jarak tertentu. Jarak lensa objektif
dengan lensa okuler pada mikroskop disebut panjang mikroskop. Panjang mikroskop dapat
ditentukan dengan persamaan
d=s’ob + sok
dengan : d= Panjang mikroskop (m)
s’ob= jarak bayangan lensa objektif (m)
sok = jarak bayangan lensa objektif (m)
Karena terdiri atas dua buah lensa, maka perbesaran total mikroskop merupakan kombinasi
dari perbesaran kedua lensa, yaitu :
M= | Mob x Mok |
dengan:
M = perbesaran total mikroskop
Mob = perbesaran lensa objektif
Mok = perbesaran lensa okuler

Perbesaran lensa objektif sebuah mikroskop adalah perbesaran linear, yaitu :


𝒉′ 𝒔′
Mob = 𝒉 𝒐𝒃 = ( 𝒔 𝒐𝒃 )
𝒐𝒃 𝒐𝒃

• Bagian-Bagian Mikroskop
Bagian-bagian mikroskop pada Gambar 7 di atas dapatdijelaskan sebagai berikut.
Lensa okuler Terdapat di ujung atas tabung, berdekatan dengan mata pengamat. Lensa ini
berfungsi untuk memperbesar bayangan yang dihasilkan oleh lensa objektif, selain itu juga
berfungsi sebagai lup.
Lensa objektif Lensa objektif berfungsi untuk membentuk bayangan nyata, terbalik,
diperbesar. Pembesaran dari lensa objektif dapat diatur oleh bagian revolver yang ada pada
mikroskop
Meja preparat Meja preparat merupakan tempat untuk meletakkan objek (preparat) yang
akan diamati. Objek diletakkan di atas meja denagn dijepit oleh penjepit.
Diafragma Diafragma berfungsi mengatur sedikit banyaknya cahaya yang masuk.
Cermin Cermin berfungsi untuk menerima dan mengarahkan cahaya yang masuk dengan
cara memantulkan cahaya tersebut.

c) Teropong dan Kamera


1. Teropong
Teropong merupakan alat optik yang digunakan untuk melihat benda-benda yang terletak
sangat jauh agar tampak lebih dekat dan lebih besar. Pada dasarnya, teropong dibedakan menjadi
teropong bias dan teropong pantul.
1) Teropong Bias
Teropong bias merupakan teropong yang memanfaatkan prinsip pembiasan cahaya dengan
menggunakan beberapa buah lensa. Contoh teropong bias adalah teropong bintang, teropong bumi,
teropong panggung dan teropong prisma.
• Teropong Bintang
Teropong bintang juga disebut teropong astronomi biasanya digunakan untuk
mengamati benda-benda langit (benda yang letaknya sangat jauh). Teropong bintang
menggunakan dua buah lensa cembung sebagai lensa objektif dan lensa okuler, dengan
panjang fokus objektif lebih besar dari panjang fokus okuler (fob> fok) .

Objek atau benda yang diamati dengan menggunakan teropong bintang berada pada
jarak sangat jauh (sob=∞) maka bayangan terbentuk di titik fokus lensa objektif (s’ob=
fob). Dengan demikiant, maka panjang teropong dapat ditentukan dengan persamaan:
d= fob + sok
Pembentukan bayangan dengan teropong bintang pada mata yang berakomodasi
maksimum ditunjukkan pada Gambar 11.
Untuk mata yang tidak berakomodasi, s’ob=fob dan sok=fok sehingga panjang teropong
menjadi:
d = fob + f ok
Pembentukan bayangan pada teropong bintang untuk mata tak berakomodasi
ditunjukkan pada Gambar 12.

Oleh karena jarak benda dari lensa objektif terletak pada jarak tak hingga (sob=∞)
maka pada lena objektif berlaku persamaan:
s'ob = fob
Untuk mata yang tidak berakomodasi, bayangan yang terbentuk oleh lensa okuler
berada pada jarak yang sangat jauh (s’ok=∞) sehingga juga berlaku persamaan:
sok = fok
Perbesaran sudut atau perbesaran anguler pada teropong bintang merupakan
perbandingan antara sudut penglihatan yang menggunakan teropong bintang (ß) dengan
sudut penglihatan tanpa menggunakan teropong bintang (α).
Dari definisi ini, maka perbesaran anguler pada teropong bintang dapat dihitung
dengan persamaan:
𝑡𝑎𝑛𝛽
𝑀=
𝑡𝑎𝑛𝛼
besar bayangan/𝑠𝑜𝑘
= besar bayangan/𝑓
𝑜𝑏
𝑓𝑜𝑏
M=𝑠
𝑜𝑘
Untuk mata yang tidak berakomodasi (sok = fok), perbesaran anguler teropong bintang
menjadi:
𝑓
M = 𝑠 𝑜𝑏
𝑜𝑘
Untuk mata yang berakomodasi maksimum, bayangan pada lensa okuler terletak di titik
dekat mata (s’ok = -sn ), sehingga pada lensa okuler berlaku persamaan:
1 𝑓𝑜𝑘 + 𝑠𝑛
=
𝑠𝑜𝑘 𝑓𝑜𝑘 . 𝑠𝑛

dan perbesaran anguler pada teropong bintang untuk mata berakomodasi maksimum
menjadi:
𝑓 𝑓
M = 𝑓𝑜𝑏 ( 𝑠𝑜𝑘 + 1)
𝑜𝑘 𝑛

• Teropong Bumi
Teropong bumi adalah teropong yang digunakan untuk melihat atau mengamati benda-
benda di darat atau di laut yang letaknya jauh. Dengan kata lain, teropong bumi adalah teropong
yang digunakan untuk mengamati benda-benda yang terdapat di permukaan bumi termasuk
keragaman bentuk permukaan bumi. Teropong bumi menggunakan tiga buah lensa cembung, yaitu
lensa objektif, lensa pembalik dan lensa okuler. Lensa objektif lebih dekat dengan objek, lensa
okuler lebih dekat dengan mata, dan lensa pembalik terletak di antara lensa objektif dan lensa
okuler.
Untuk mata berakomodasi maksimum

𝑓
Perbesaran anguler: M = 𝑠 𝑜𝑏
𝑜𝑘
dan panjang teropong bumi :d=fob +4fp + sok
dengan: fp = Panjang focus lensa pembalik

Untukmata tidak berakomodasi


𝑓
Perbesaran anguler: M = 𝑠 𝑜𝑏
𝑜𝑘
dan panjang teropong bumi :d=fob +4fp + sok
• Teropong Panggung
Teropong panggung atau teropong Galileo merupakan teropong bumi tanpa lensa pembalik
yang menggunakan sebuah lensa cembung (lensa positif) sebagai lensa objektif dan sebuah lensa
cekung (lensa negatif) sebagai lensa okuler.

Pembentukan bayangan pada teropong panggung (Galileo) ditunjukkan seperti pada


Gambar 17 berikut.

• Teropong Prisma
Teropong prisma atau teropong binokuler terdiri atas dua buah lensa cembung dan dua
buah prisma yang diletakkan antara lensa objektif dan lensa okuler. Kedua prisma yang diletakkan
di antara lensa objektif dan lensa okuler tersebut berfungsi untuk membalikkan bayangan
berdasarkan prinsip pemantulan total.

2) Teropong Pantul
Teropong pantul merupakan teropong yang menggunakan cermin cekung sebagai
pengganti lensa onyektif.
• Periskop
Periskop adalah teropong pantul yang digunakan pada kapal selam untuk melihat atau mengamati
keadaan bendabenda diatas permukaan air laut. Periskop terdiri dari dua buah lensa cembung dan
dua buah prisma siku-siku sama kaki.

2. Kamera
Kamera merupakan alat yang digunakan untuk mengambil gambar atau foto. Elemen-elemen dasar
lensa adalah sebuah lensa cembung, celah diafragma, dan film (pelat sensitif).

1) Bagian-Bagian Kamera
• Lensa
Kamera menggunakan lensa positif untuk membentuk bayangan. Sifat bayangan yang dibentuk
kamera adalah nyata, terbalik, dan diperkecil. Lensa terletak di bagian depan kamera dan berfungsi
mengatur keluar masuknya cahaya agar terlihat dengan baik di film.
• Film
Film merupakan media untuk menangkap bayangan nyata yang dibentuk oleh lensa. Bayangan
harus selalu jatuh pada film, walaupun letak benda berubah-ubah. Karenanya film dapat diatur
dengan cara menggeser jarak lensa terhadap filmnya. Untuk memperoleh gambar foto yang jelas
dan tajam, kamera perlu difokuskan. Pemfokusan ini dilakukan dengan cara mengubah kedudukan
lensa terhadap benda sesuai dengan jarak benda yang akan difoto.
• Diafragma (Aperture)
Diafragma merupakan bagian kamera berupa celah yang berfungsi mengatur jumlah cahaya yang
masuk ke kamera. Jumlah cahaya yang masuk dapat diatur dengan menyesuaikan ukuran
diafragma. Jika cahaya terlalu terang,celah diafragma dibuat kecil,dan sebaliknya jika ruangan
redup celah cahaya dibuka lebar. Pada beberapa jenis kamera, besarnya celah dinyatakan dengan
angka diafragma, misalnya f4, f8, f11,dan sebagainya. Semakin besar angka diafragma, celah yang
dihasilkan semakin kecil. Sebaliknya, semakin kecil angka diafragma, celah yang terbuka makin
besar.

2) Prinsip Kerja Kamera


Objek atau benda yang akan difoto harus berada di depan lensa. Ketika diafragma dibuka,
cahaya yang melewati objek masuk melalui celah diafragma menuju lensa kamera. Lensa kamera
akan membentuk bayangan benda. Agar bayangan benda jatuh tepat pada film dengan jelas maka
letak lensa harus digeser-geser mendekati arau menjauhi film. Mengeser-geser lensa pada kamera,
seperti mengatur jarak fokus lensa pada mata (akomodasi). Pada kamera juga berlaku persamaan
yang sama dengan mata antara lain sebagai berikut :
1 1 1
= +
𝑓 𝑠 𝑠′
dengan:
f = = jarak fokus (m)
s =jarak benda ke lensa (m)
s’ =jarak bayangan ke lensa (m)

Perbesaran kamera sebagai berikut :


𝒔′ 𝒉′
M= | 𝒔 = |
𝒉
Seperti halnya mata, bayangan yang dibentuk oleh lensa kamera adalah nyata, terbalik, dan
diperkecil. Jika pada mata, retina berfungsi untuk menangkap bayangan nyata, pada kamera, yang
berfungsi menangkap bayangan adalah film. Jika pada mata, intensitas cahaya yang masuk ke mata
di atur oleh iris, pada kamera, intensitas cahaya yang masuk ke kamera diatur oleh celah diafragma
(aperture).
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kelebihan
Buku Utama
• Tampilan luar buku nyarapi dan menarik untuk dilihat
• Penulisan dalam bukunya rapi
• Materi yang disajikan ringkas sehingga tidak membosankan ketika membacanya
• Tersedianya gambar yang berwarna yang dapat membantu pembaca memahami materi
• Tersedia contoh soal beserta pembahasannya dan ada soal latihan yang yang dapat
membantu pembaca untuk menguji kemampuannya dalam memahami materi
• Tersedia rangkuman materi
• Ada glosarium yang dapat membantu pembaca memahami istilah atau kata yang tidak
umum digunakan
Buku Pembanding
• Sampul buku bagus sesuai dengan materi alat-alat optik
• Materi yang disajikan ringkas dan rinci
• Terdapat gambar yang berwarna yang memudahkan pembaca memahami materi ketika
membaca bukunya
• Terdapat contoh soal beserta pembahasannya dan latihan soal yang membantu
kemampuan memahami materi
• Adanya rangkuman yang dapat memberikan pokok-pokok materi yang telah dibaca oleh
pembaca
• Memiliki peta konsep diawal bab

3.2 Kekurangan
Buku Utama
• Ada beberapa halaman yang kosong
• Tidak ada peta konsep diawal bab
• Ada juga gambar yang berwarna hitam putih yang membuat gambar terlihat kurang jelas
• Ada penggunaan tanda baca yang kurang tepat

Buku Pembanding
• Ada beberapa halaman yang setengahnya kosong dikarenakan ukuran gambar yang tidak
sesuai dengan sisa halaman tetapi kelihatannya menjadi tidak rapi
• Ada halaman yang kosong
• Ada beberapa gambar yang berwarna hitam putih sehingga apa yang ada dalam gambar
kurang jelas
• Ada beberapa format penulisan dalam buku yang tidak sama seperti buku fisika yang
biasanya
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa kedua buku diatas membahas materi mengenai alat- alat optik.
Hanya saja urutan atau penyampaian materi pada buku berbeda. Kedua buku tersebut juga
memiliki kelebihan dan kekurangan masing- masing, namun pada dasarnya pembuatan buku
tersebut untuk menambah informasi bagai para pembaca tersebut.Akan lebih baik jika kedua
buku digunakan untuk memperbanyak informasi yang lebuh banyak mengenai alat- alat optik.
DAFTAR PUSTAKA

Mursalin, A. H. (2021). Buku Hasil Penelitian PERANGKAT PEMBELAJARAN INOVATIF


BERBANTUAN EDMODO PADA KONSEP ALAT-ALAT OPTIK. Yogyakarta: ZAHIR
PUBLISHING.
Riskan Qadar, Z. H. (2019). OPTIKA. Samarinda: Mulawarman University Press.

Anda mungkin juga menyukai