Anda di halaman 1dari 13

Ada macam-macam Khittah Muhammadiyah yang sudah diputuskan melalui Muktamar

Muhammadiyah sejak era era kolonial Belanda, orde lama, orde baru hingga reformasi. Khittah
Muhammadiyah itu disebut juga dengan Khittah Perjuangan Muhammadiyah.

Macam-Macam Khittah Muhammadiyah dari masa ke masa :

1. Khittah “Dua Belas Langkah Muhammadiyah” yang dirumuskan tahun 1938-1940 pada masa
kepemimpinan KH. Mas Mansyur.

2. Khittah Palembang yang dirumuskan tahun 1956-1959 pada Muktamar Muhammadiyah ke-33
tahun 1956 di Palembang pada masa kepemimpinan Buya AR (Ahmad Rasyid) Sutan Mansur.

3. Khittah Perjuangan Muhammadiyah 1969 atau Khittah Ponorogo 1969 dirumuskan dalam
Sidang Tanwir Muhammadiyah di Ponorogo tahun 1969.

4. Khittah Perjuangan Muhammadiyah 1971 yang dirumuskan pada Muktamar Muhammadiyah


ke-38 di Ujung Pandang masa kepemimpinan KH. AR. Fachruddin.

5. Khittah Perjuangan Muhammadiyah 1978 yang dirumuskan dalam Muktamar Muhammadiyah


1978 di Surabaya masa kepemimpinan KH. AR. Fachruddin.

6. Khittah Muhammadiyah dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara yang dirumuskan dan
ditetapkan dalam Sidang Tanwir Muhammadiyah Denpasar sehingga sering disebut Khittah
Denpasar pada masa kepemimpinan Prof. Dr. Ahmad Syafii Ma’arif

Muhammadiyah adalah Gerakan Islam yang melaksanakan da'wah amar ma'ruf nahi munkar
dengan maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Muhammadiyah berpandangan bahwa Agama Islam
menyangkut seluruh aspek kehidupan meliputi aqidah, ibadah, akhlaq, dan mu'amalat
dunyawiyah yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan harus dilaksanakan dalam kehidupan
perseorangan maupun kolektif. Dengan mengemban misi gerakan tersebut Muhammadiyah dapat
mewujudkan atau mengaktualisasikan Agama Islam menjadi rahmatan lil-'alamin dalam
kehidupan di muka bumi ini.

Muhammadiyah berpandangan bahwa berkiprah dalam kehidupan bangsa dan negara merupakan
salah satu perwujudan dari misi dan fungsi melaksanakan da'wah amar ma'ruf nahi munkar
sebagaimana telah menjadi panggilan sejarahnya sejak zaman pergerakan hingga masa awal dan
setelah kemerdekaan Indonesia. Peran dalam kehidupan bangsa dan negara tersebut diwujudkan
dalam langkah-langkah strategis dan taktis sesuai kepribadian, keyakinan dan cita-cita hidup,
serta khittah perjuangannya sebagai acuan gerakan sebagai wujud komitmen dan tanggungjawab
dalam mewujudkan "Baldatun Thoyyibatun Wa Rabbun Ghafur".

Bahwa peran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dapat dilakukan melalui dua strategi dan
lapangan perjuangan. Pertama, melalui kegiatan-kegiatan politik yang berorientasi pada
perjuangan kekuasaan/kenegaraan (real politics, politik praktis) sebagaimana dilakukan oleh
partai-partai politik atau kekuatan-kekuatan politik formal di tingkat kelembagaan negara.
Kedua, melalui kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang bersifat pembinaan atau pemberdayaan
masyarakat maupun kegiatan-kegiatan politik tidak langsung (high politics) yang bersifat
mempengaruhi kebijakan negara dengan perjuangan moral (moral force) untuk mewujudkan
kehidupan yang lebih baik di tingkat masyarakat dan negara sebagaimana dilakukan oleh
kelompok-kelompok kepentingan (interest groups).

Muhammadiyah secara khusus mengambil peran dalam lapangan kemasyarakatan dengan


pandangan bahwa aspek kemasyarakatan yang mengarah kepada pemberdayaan masyarakat
tidak kalah penting dan strategis daripada aspek perjuangan politik kekuasaan. Perjuangan di
lapangan kemasyarakatan diarahkan untuk terbentuknya masyarakat utama atau masyarakat
madani (civil society) sebagai pilar utama terbentuknya negara yang berkedaulatan rakyat. Peran
kemasyarakatan tersebut dilakukan oleh organisasi-organisasi kemasyarakatan seperti halnya
Muhammadiyah. Sedangkan perjuangan untuk meraih kekuasaaan (power struggle) ditujukan
untuk membentuk pemerintahan dalam mewujudkan tujuan negara, yang peranannya secara
formal dan langsung dilakukan oleh partai politik dan institusi-institusi politik negara melalui
sistem politik yang berlaku. Kedua peranan tersebut dapat dijalankan secara objektif dan saling
terkait melalui bekerjanya sistem politik yang sehat oleh seluruh kekuatan nasional menuju
terwujudnya tujuan negara.

Muhammadiyah sebagai organisasi sosial-keagamaan (organisasi kemasyarakatan) yang


mengemban misi da'wah amar ma'ruf nahi munkar senantiasa bersikap aktif dan konstruktif
dalam usaha-usaha pembangunan dan reformasi nasional sesuai dengan khittah (garis)
perjuangannya serta tidak akan tinggal diam dalam menghadapi kondisi-kondisi kritis yang
dialami oleh bangsa dan negara. Karena itu, Muhammadiyah senantiasa terpanggil untuk
berkiprah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan berdasarkan pada khittah
perjuangan sebagai berikut:

Muhammadiyah meyakini bahwa politik dalam kehidupan bangsa dan negara merupakan salah
satu aspek dari ajaran Islam dalam urusan keduniawian (al-umur ad-dunyawiyat) yang harus
selalu dimotivasi, dijiwai, dan dibingkai oleh nilai-nilai luhur agama dan moral yang utama.
Karena itu diperlukan sikap dan moral yang positif dari seluruh warga Muhammadiyah dalam
menjalani kehidupan politik untuk tegaknya kehidupan berbangsa dan bernegara.

Muhammadiyah meyakini bahwa negara dan usaha-usaha membangun kehidupan berbangsa dan
bernegara, baik melalui perjuangan politik maupun melalui pengembangan masyarakat, pada
dasarnya merupakan wahana yang mutlak diperlukan untuk membangun kehidupan di mana
nilai-nilai Ilahiah melandasi dan tumbuh subur bersamaan dengan tegaknya nilai-nilai
kemanusiaan, keadilan, perdamaian, ketertiban, kebersamaan, dan keadaban untuk terwujudnya
"Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur".

Muhammadiyah memilih perjuangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui usaha-
usaha pembinaan atau pemberdayaan masyarakat guna terwujudnya masyarakat madani (civil
society) yang kuat sebagaimana tujuan Muhammadiyah untuk mewujudkan masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya. Sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan-kebijakan
kenegaraan sebagai proses dan hasil dari fungsi politik pemerintahan akan ditempuh melalui
pendekatan-pendekatan secara tepat dan bijaksana sesuai prinsip-prinsip perjuangan kelompok
kepentingan yang efektif dalam kehidupan negara yang demokratis.

Muhammadiyah mendorong secara kritis atas perjuangan politik yang bersifat praktis atau
berorientasi pada kekuasaan (real politics) untuk dijalankan oleh partai-partai politik dan
lembaga-lembaga formal kenegaraan dengan sebaik-baiknya menuju terciptanya sistem politik
yang demokratis dan berkeadaban sesuai dengan cita-cita luhur bangsa dan negara. Dalam hal ini
perjuangan politik yang dilakukan oleh kekuatan-kekuatan politik hendaknya benar-benar
mengedepankan kepentingan rakyat dan tegaknya nilai-nilai utama sebagaimana yang menjadi
semangat dasar dan tujuan didirikannya negara Republik Indonesia yang diproklamasikan tahun
1945.
Muhammadiyah senantiasa memainkan peranan politiknya sebagai wujud dari dakwah amar
ma'ruf nahi munkar dengan jalan mempengaruhi proses dan kebijakan negara agar tetap berjalan
sesuai dengan konstitusi dan cita-cita luhur bangsa. Muhammadiyah secara aktif menjadi
kekuatan perekat bangsa dan berfungsi sebagai wahana pendidikan politik yang sehat menuju
kehidupan nasional yang damai dan berkeadaban.

Muhammadiyah tidak berafiliasi dan tidak mempunyai hubungan organisatoris dengan kekuatan-
kekuatan politik atau organisasi manapun. Muhammadiyah senantiasa mengembangkan sikap
positif dalam memandang perjuangan politik dan menjalankan fungsi kritik sesuai dengan
prinsip amar ma'ruf nahi munkar demi tegaknya sistem politik kenegaraan yang demokratis dan
berkeadaban.

Muhammadiyah memberikan kebebasan kepada setiap anggota Persyarikatan untuk


menggunakan hak pilihnya dalam kehidupan politik sesuai hati nurani masing-masing.
Penggunaan hak pilih tersebut harus merupakan tanggungjawab sebagai warga negara yang
dilaksanakan secara rasional dan kritis, sejalan dengan misi dan kepentingan Muhammadiyah,
demi kemaslahatan bangsa dan negara.

Muhammadiyah meminta kepada segenap anggotanya yang aktif dalam politik untuk benar-
benar melaksanakan tugas dan kegiatan politik secara sungguh-sungguh dengan mengedepankan
tanggung jawab (amanah), akhlak mulia (akhlaq al-karimah), keteladanan (uswah hasanah), dan
perdamaian (ishlah). Aktifitas politik tersebut harus sejalan dengan upaya memperjuangkan misi
Persyarikatan dalam melaksanakan da'wah amar ma'ruf nahi munkar.

Muhammadiyah senantiasa bekerjasama dengan pihak atau golongan mana pun berdasarkan
prinsip kebajikan dan kemaslahatan, menjauhi kemudharatan, dan bertujuan untuk membangun
kehidupan berbangsa dan bernegara ke arah yang lebih baik, maju, demokratis dan berkeadaban.

Khittah adalah pedoman yang dipegang oleh muhammadiyah yang sangat berguna ketika
menghadapi kenyataan yang sebenarnya di masyarakat. 

Khittah itu mengandung konsepsi atau pemikiran perjuangan yang merupakan tuntunan,
pedoman dan arah perjuangan. Jadi Khittah adalah pedoman, arahan, kebijakan atau langkah-
langkah perjuangan muhammadiyah untuk mewujudkan kayakinan dan cita hidup
muhammadiayah

Bagi persyarikatan muhammadiyah  Khittah muhammadiyah berfungsi sebagai landasan


operasional yang berisikan garis-garis besar yang mana pelaksanaannya harus berdasarkan
landasan idil

Dan landasan idil itu memiliki komponennya yaitu ada tiga yang pertama, MADM (Muqodimah
Anggaran Dasar Muhammadiyah). Yang kedua, MKCH (Matan Kayakinan dan Cita-Cita Hidup
Muhammadiyah) dan yang ketiga Kepribadian Muhammadiyah. 

Hubungannya Khittah Muhammadiyah dengan landasan idil ini adalah sebagai suatu penjabaran
atau penjelasan dari Khittah Muhammadiyah tersebut.

Khittah Muhammadiyah dirumuskan dan ditetapkan berdasarkan keadaan atau masalah yang
dihadapi persyarikatan muhammadiyah pada kurun waktu tertentu agar adanya perumusan solusi
dari masalah yang di hadapi.

Ideologi Muhammadiyah tidak lain sebagai ideologi Islam, yakni ideologi Islam reformis-
modermis atau ideology yang berkemajuan. Muhammadiyah secara ideologis lebih memilih
strategi perjuangan dakwah non-politik yang lebih menekankan pada pembinaan masyarakat
untuk terwujudnya masyarakat islam dan tidak pada perjuangan merebut kekuasaan politik
pemerintahan sebagaimana partai politik. 

Para kader atau elite pimpinan dalam menerjemahkan kebijakan organisasi pun dituntut kearifan,
kecerdasan, dan etika organisasi agar kebijakan organisasi tidak keluar jauh dari koridornya
karena apapun Muhammadiyah itu merupakan organisasi Islam yang besar dan menjadi amanah
sejarah perjuangan umat Islam dan bangsa Indonesia yang harus tetap dijaga eksistensi,
keutuhan, dan komitmen utama gerakannya. Muhammadiyah tidak boleh menjadi lahan
pertaruhan politik dan karena itu di perlukan Khittah Perjuangan.
Adapun Khittah yang merumuskannya adalah Khittah Perjuangan Muhammadiyah dalam
Berbangsa dan Bernegara. Khittah ini disebut juga dengan khittah Denpasar, karena diputuskan
dalam sidang Tanwir Muhammadiyah tepatnya di Denpasar Bali tahun 2000. 

Khittah Denpasar mengandung pandangan muhammadiyah mengenai kehidupan berbangsa dan


bernegara.

Muhammadiyah adalah Gerakan Islam yang melaksanakan dakwah amar ma'ruf nahi munkar
dengan maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Muhammadiyah berpandangan bahwa Agama Islam
menyangkut seluruh aspek kehidupan meliputi aqidah, ibadah, akhlaq, dan mu'amalat
duniawiyah yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan harus dilaksanakandalam kehidupan
perseorangan maupun kolektif. Dengan mengemban misi gerakan tersebut Muhammadiyah dapat
mewujudkan atau mengaktualisasikan agama Islam menjadi Rahmatan lil-'alamin dalam
kehidupan di muka bumi ini. Tentunya banyak terdapat nilai-nilai politik yang menjadi ranah
ijtihad karena menyangkut urusan mua'amalah dunyawiyah pakan satu kesatuan yang utuh dan
harus dilaksanakan dalam kehidupan perseorangan maupun kolektif.

Muhammadiyah berpandangan bahwa berkiprah dalam kehidpan bangsa dan negara merupakan
salah satu perwujudan dari misi dan fungsi melaksanakan dakwah amar ma'ruf nahi munkar
sebagaimana telah menjadi panggilan sejarahnya sejak zaman pergerakan hingga masa awal dan
setelah kemerdekaan Indonesia. 

Peran dalam kehidupan bangsa dan negara tersebut diwujudkan dalam langkah-langkah strategis
dan taktis sesuai kepribadian, keyakinan dan cita-cita hidup, serta khittah perjuangannya sebagai
acuan gerakan sebagai wujud komitmen dan tanggungjawab dalam mewujudkan "Baldatun
Thoyyibatun Wa Rabbun Ghafur".
Bahwa peran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dapat dilakukan melalui dua strategi dan
lapangan perjuangan.

 Pertama, melalui kegiatan-kegiatan politik yang berorientasi pada perjuangan


kekuasaan/kenegaraan (real politics, politik praktis) sebagaimana dilakukan oleh partai-partai
politik atau kekuatan-kekuatan politik formal di tingkat kelembagaan negara. 

Kedua, melalui kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang bersifat pembinaan atau pemberdayaan


masyarakat maupun kegiatan-kegiatan politik tidak langsung (high politics) yang bersifat
mempengaruhi kebijakan negara dengan perjuangan moral (moral force) untuk mewujudkan
kehidupan yang lebih baik di tingkat masyarakat dan negara sebagaimana dilakukan oleh
kelompok-kelompok kepentingan (interest groups).

Muhammadiyah secara khusus mengambil peran dalam lapangan kemasyarakatan dengan


pandangan bahwa aspek kemasyarakatan yang mengarah kepada pemberdayaan masyarakat
tidak kalah penting dan strategis dari pada aspek perjuangan politik kekuasaan. Perjuangan di
lapangan kemasyarakatan diarahkan untuk terbentuknya masyarakat utama atau masyarakat
madani sebagai pilar utama terbentuknya negara yang berkedaulatan rakyat. 

Peran kemasyarakatan tersebut dilakukan oleh organisasi-organisasi kemasyarakatan seperti


halnya Muhammadiyah. Sedangkan perjuangan untuk meraih kekuasaaan ditujukan untuk
membentuk pemerintahan dalam mewujudkan tujuan negara, yang peranannya secara formal dan
langsung dilakukan oleh partai politik dan institusi-institusi politik negara melalui sistem politik
yang berlaku. Kedua peranan tersebut dapat dijalankan secara objektif dan saling terkait melalui
bekerjanya sistem politik yang sehat oleh seluruh kekuatan nasional menuju terwujudnya tujuan
negara.
Muhammadiyah sebagai organisasi sosial-keagamaan (organisasi kemasyarakatan) yang
mengemban misi da'wah amar ma'ruf nahi munkar senantiasa bersikap aktif dan konstruktif
dalam usaha-usaha pembangunan dan reformasi nasional sesuai dengan khittah (garis)
perjuangannya serta tidak akan tinggal diam dalam menghadapi kondisi-kondisi kritis yang
dialami oleh bangsa dan negara. Karena itu, Muhammadiyah senantiasa terpanggil untuk
berkiprah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan berdasarkan pada khittah
perjuangan sebagai berikut:

Muhammadiyah meyakini bahwa politik dalam kehidupan bangsa dan negara merupakan salah
satu aspek dari ajaran Islam dalam urusan keduniawian (al-umur ad-dunyawiyat) yang harus
selalu dimotivasi, dijiwai, dan dibingkai oleh nilai-nilai luhur agama dan moral yang utama.
Karena itu diperlukan sikap dan moral yang positif dari seluruh warga Muhammadiyah dalam
menjalani kehidupan politik untuk tegaknya kehidupan berbangsa dan bernegara.

Muhammadiyah meyakini bahwa negara dan usaha-usaha membangun kehidupan berbangsa dan
bernegara, baik melalui perjuangan politik maupun melalui pengembangan masyarakat, pada
dasarnya merupakan wahana yang mutlak diperlukan untuk membangun kehidupan di mana
nilai-nilai Ilahiah melandasi dan tumbuh subur bersamaan dengan tegaknya nilai-nilai
kemanusiaan, keadilan, perdamaian, ketertiban, kebersamaan, dan keadaban untuk terwujudnya
"Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur".

Muhammadiyah memilih perjuangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui usaha-
usaha pembinaan atau pemberdayaan masyarakat guna terwujudnya masyarakat madani (civil
society) yang kuat sebagaimana tujuan Muhammadiyah untuk mewujudkan masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya. 

Sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan-kebijakan kenegaraan sebagai proses dan
hasil dari fungsi politik pemerintahan akan ditempuh melalui pendekatan-pendekatan secara
tepat dan bijaksana sesuai prinsip-prinsip perjuangan kelompok kepentingan yang efektif dalam
kehidupan negara yang demokratis.

Muhammadiyah mendorong secara kritis atas perjuangan politik yang bersifat praktis atau
berorientasi pada kekuasaan (real politics) untuk dijalankan oleh partai-partai politik dan
lembaga-lembaga formal kenegaraan dengan sebaik-baiknya menuju terciptanya sistem politik
yang demokratis dan berkeadaban sesuai dengan cita-cita luhur bangsa dan negara. 

Dalam hal ini perjuangan politik yang dilakukan oleh kekuatan-kekuatan politik hendaknya
benar-benar mengedepankan kepentingan rakyat dan tegaknya nilai-nilai utama sebagaimana
yang menjadi semangat dasar dan tujuan didirikannya negara Republik Indonesia yang
diproklamasikan tahun 1945.

Muhammadiyah senantiasa memainkan peranan politiknya sebagai wujud dari dakwah amar
ma'ruf nahi munkar dengan jalan mempengaruhi proses dan kebijakan negara agar tetap berjalan
sesuai dengan konstitusi dan cita-cita luhur bangsa. Muhammadiyah secara aktif menjadi
kekuatan perekat bangsa dan berfungsi sebagai wahana pendidikan politik yang sehat menuju
kehidupan nasional yang damai dan berkeadaban.

Muhammadiyah tidak berafiliasi dan tidak mempunyai hubungan organisatoris dengan kekuatan-
kekuatan politik atau organisasi manapun. Muhammadiyah senantiasa mengembangkan sikap
positif dalam memandang perjuangan politik dan menjalankan fungsi kritik sesuai dengan
prinsip amar ma'ruf nahi munkar demi tegaknya sistem politik kenegaraan yang demokratis dan
berkeadaban.

Muhammadiyah memberikan kebebasan kepada setiap anggota Persyarikatan untuk


menggunakan hak pilihnya dalam kehidupan politik sesuai hati nurani masing-masing.
Penggunaan hak pilih tersebut harus merupakan tanggungjawab sebagai warga negara yang
dilaksanakan secara rasional dan kritis, sejalan dengan misi dan kepentingan Muhammadiyah,
demi kemaslahatan bangsa dan negara.

Muhammadiyah meminta kepada segenap anggotanya yang aktif dalam politik untuk benar-
benar melaksanakan tugas dan kegiatan politik secara sungguh-sungguh dengan mengedepankan
tanggung jawab (amanah), akhlak mulia (akhlaq al-karimah), keteladanan (uswah hasanah), dan
perdamaian (ishlah). Aktifitas politik tersebut harus sejalan dengan upaya memperjuangkan misi
Persyarikatan dalam melaksanakan da'wah amar ma'ruf nahi munkar.

Muhammadiyah senantiasa bekerjasama dengan pihak atau golongan mana pun berdasarkan
prinsip kebajikan dan kemaslahatan, menjauhi kemudharatan, dan bertujuan untuk membangun
kehidupan berbangsa dan bernegara ke arah yang lebih baik, maju, demokratis dan berkeadaban.

Berdasarkan landasan tersebut di atas dan dengan memperhatikan kemampuan dan potensi
Muhammadiyah dan bagiannya, perlu ditetapkan langkah kebijaksanaan sebagai berikut:
Memulihkan kembali Muhammadiyah sebagai Persyarikatan yang menghimpun sebagian
anggota masyarakat, terdiri dari muslimin dan muslimat yang beriman teguh, ta'at beribadah,
berakhlaq mulia, dan menjadi teladan yang baik di tengah-tengah masyarakat.  

Meningkatkan pengertian dan kematangan anggota Muhammadiyah tentang hak dan


kewajibannya sebagai warga negara, dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
meningkatkan kepekaan sosialnya terhadap persoalan-persoalan dan kesulitan hidup masyarakat.
Menepatkan kedudukan Persyarikatan Muhammadiyah sebagai gerakan untuk melaksanakan
dakwah amar-ma'ruf nahi-mungkar ke segenap penjuru dan lapisan masyarakat serta di segala
bidang kehidupan di Negara Republik Indonesia yang berdasar Pancasila dan Undang- Undang
Dasar 1945.
Muhammadiyah memilih perjuangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui usaha-
usaha pembinaan atau pemberdayaan masyarakat guna terwujudnya masyarakat madani yang
kuat sebagaimana tujuan Muhammadiyah untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya. 

Sedangkan, hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan kenegaraan sebagai proses dan hasil dari
fungsi politik pemerintahan akan ditempuh melalui pendekatan-pendekatan secara tepat dan
bijaksana sesuai prinsip-prinsip perjuangan kelompok kepentingan yang efektif dalam kehidupan
negara yang demokratis. Muhammadiyah mendorong secara kritis atas perjuangan politik yang
bersifat praktis dan berorientasi pada kekuasaan untuk dijalankan oleh partai-partai politik dan
lembaga-lembaga formal kenegaraan dengan sebaik-baiknya menuju terciptanya sistem politik
yang demokratis dan berkeadaban sesuai dengan cita-cita luhur bangsa dan negara. 

Dalam hal ini, perjuangan politik yang dilakukan oleh kekuatan-kekuatan politik hendaknya
benar-benar mengedepankan kepentingan rakyat dan tegaknya nilai-nilai utama sebagaimana
yang menjadi semangat dasar dan tujuan didirikannya NKRI yang diproklamasikan tahun 1945.

Perilaku politik yang sesuai dengan  Khittah Muhammadiyah dalam Kehidupan  Berbangsa dan
Bernegara. Perilaku yang seharusnya adalah bersikap netral, tidak berafiliasi pada partai politik
dan menjaga jarak dengan semua partai, Berjuang untuk kemajuan kemashalatan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, Amar ma'ruf nahi munkar terhadap pemerintah secara
konstruktif dan positif, Melakukan perubahan pada bidang ekonomi, sosial, budaya dan hukum,
pemberdayaan masyarakat dengan mengedepankan kepentingan masyarakat, menggunakan hak
pilih dengan tanggung jawab dan mengedepankan rasa amanah, akhlak mulia, teladan yang baik
dan cinta perdamaian.

Muhammadiyah sebagai kelompok kepentingan dapat memainkan peran politik lobi, komunikasi
politik, sosialisasi politik, pendidikan politik, melakukan kritik atau tekanan publik, dan
distribusi kader politik atau kader professional lainnya yang dapat masuk keseluruh lini
pemerintahan. Muhammadiyah dalam bermasyarakat dan bernegara dalam menjalankan peran
dan fungsi sebagai kelompok kepentingan, Muhammadiyah dalam kegiatan bermasyarakat dan
bernegara berlandaskan Khittah perjuangan sebagai payung hukum gerakan. 
Khittah berfungsi sebagai garis pembatas dan pembingkai Muhammadiyah agar tetap berada di
koridornya yakni bergerak di bidang dakwah dan tajdid di lapangan kemasyarakatan, serta tidak
bergerak dalam politik-praktis di ranah perjuangan kekuasaan sebagaimana partai politik. 

Tetapi dengan Khittah itu Muhammadiyah dapat memainkan fungsi kelompok kepentingan atau
kekuatan moral dan proaktif dalam dinamika politik kebangsaan, dengan tetap pelaksanannya
berpijak pada prinsip-prinsip organisasi dan etika gerakan yang berlaku dalam Muhammadiyah. 

Secara Umum Muhammadiyah harus tetap menjaga jarak yang sama dengan semua kekuatan
politik, tetapi dalam lokal tertentu Muhammadiyah harus tetap cerdas membaca peta politk.
Artinya secara hitungan/kalkulasi politik betul-betul menguntungkan, maka keterpihakan
terhadap kekuatan politik tertentu juga tidak apa-apa, tetapi harus di hitung secara cermat.

Namun dalam hal perjuangan melalui partai politik, Muhammadiyah melakukan ijtihad, yakni
tidak menjadikan dirinya sebagai organisasi dakwah sekaligus organisasi politik, tidak
membentuk partai politik sendiri, serta tidak mengafiliasikan diri dengan partai politik tertentu. 

Pernah Muhammadiyah menjadi anggota istimewa partai masyumi, membentuk partai islam
Indonesia dan memprakarasi pendirian partai muslimin Indonesia atau Parmusi atau merestui
tokohnya, tetapi langkah tersebut merupakan sikap politik tertentu yang bersifat kondisional dan
tidak merupakan pengingkaran terhadap keberadaan dirinya sebagai organisasi kemasyarakatan. 

Lebih dari itu Muhammadiyah setelah itu menegaskan kembali garis perjuangannya melalui
khittah yang mengukuhkan diri sebagai organisasi pergerakan Islam non politik, yang tetap
istiqomah di jalur dakwah kemasyarakatan, serta tidak memiliki hubungan organisatoris apapun
dengan partai manapun hingga saat ini dan kapan pun.

Perjuangan melalui partai politik atau politik praktis bukan berarti tidak penting bagi
Muhammadiyah baik dalam konteks keislaman maupun keumatan dan bagi kepentingan misi
gerakannya. Politik praktis yang berjuang melalui partai politik dan pemerintahan itu sungguh
penting dan strategis. 
Namun Muhammadiyah tidak menempuhnya karena sejumlah alasan antara lain, perjuangan
melalui partai politik atau politik praktis merupakan ranah ijtihad sehingga Muhammadiyah
boleh tidak memilihnya dan lebih memilih perjuangan dakwah kemasyarakatan, menggarap
dakwah kemasyarakatan tidak kalah penting dan strategis bagi perjuangan Islam dan bangsa,
serta Muhammadiyah lebih terfokus dan leluasa melakukannya, Muhammadiyah dapat
memerankan perjuangan kebangsaan melalui fungsi-fungsi taktik strategisnya sebagai organisasi
kemasyarakatan yang besar dalam mempengaruhi kehidupan kebangsaan dan kenegaraan
sepanjang sejarahnya layaknya kekuatan kelompok kepentingan, Menyatukan diri antara
organisasi dakwah kemasyarakatan dan partai politik terbukti banyak masalah, konflik, dan
hanya menjadikan dakwah sebagai alat politik belaka.

Secara garis besar Khittah perjuangan Muhammadiyah ini harus dapat mencerminkan pemudah
muhammadiyah dalam menjalankan fungsinya organisasi modern yang berorientasi masa depan.
Selain itu, Khittah perjuangan harus menjadi variabel pengubah kultural dalam berorganisasi
kader-kader Muhammadiyah ke arah yang lebih baik.

Strategi perjuangan Muhammadiyah merupakan faktor penting untuk menjembatani idealisme


dengan perwujudannya dalam kenyataan, antara yang normatif dengan empirik, antara cita-cita
subjektif dangan dunia objektif, serta menyambung gerakan antara masa lalu, sekarang, dan yang
akan dating.

Anda mungkin juga menyukai