Anda di halaman 1dari 31

BAB I PENDAHULUAN

 1.   Pengertian

Khittah artinya garis besar perjuangan. Khittah mengandung konsepsi (pemikiran) perjuangan
yang merupakan tuntunan, pedoman, dan arah berjuang. Hal tersebut mempunyai arti penting
karena menjadi landasan berfikir dan amal usaha bagi semua pimpinan dan anggota
Muhammadiyah.

2.   Sejarah atau Latar Belakang Pembentukan

Dari periode ke periode Kepemimpinan dalam Muhammadiyah telah dilahirkan beberapa


Khittah. Khittah tersebut disusun mengikuti perkembangan persyarikatan dari masa ke masa.
Isi suatu Khittah sesuai dengan dasar dan tujuan Muhammadiyah serta menunjukkan situasi
masa dalam satu periode. Begitu pula  sasaran yang akan dicapai dalam suatu periode
tergambar dalam suatu khittah. Umumnya suatu khittah bersifat pembinaan kepemimpinan
dan bimbingan untuk berjuang bagi para anggota Muhammadiyah.

3.   Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan khittah perjuangan Muhammadiyah adalah sebagai tuntunan, pedoman,
dan arahan untuk berjuang bagi anggota persyarikatan Muhammadiyah.

4.   Fungsi

Fungsi khittah perjuangan Muhammadiyah adalah sebagai landasan berpikir bagi semua
pimpinan dan anggota juga menjadi landasan setiap amal usaha Muhammadiyah.

BAB II ISI

Khittah Perjuangan dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara (Khittah Denpasar


Tahun 2002)

Muhammadiyah adalah gerakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar dengan maksud dan
tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya. Muhammadiyah berpandangan bahwa agama Islam menyangkut
seluruh aspek kehidupan meliputi: aqidah, ibadah, akhlak dan muamalah duniawiyah yang
merupakan satu kesatuan yang utuh dan harus dilaksanakan dalam kehidupan perseorangan
maupun kolektif. Dengan mengemban misi gerakan tersebut Muhamadiyah dapat
mewujudkan atau mengaktualisasikan agama Islam menjadi rahmatan lil ‘alamin dalam
kehidupan di muka bumi ini.

Indonesia  memiliki fondasi yang kokoh dan peluang untuk tegak menjadi bangsa dan negara
yang maju, adil, makmur, bermartabat, dan berdaulat. Indonesia sebagai bangsa memiliki
spirit yang kokoh karena lahir dalam pergulatan perjuangan melawan penjajahan hingga
akhirnya merdeka pada 17 Agustus 1945, memiliki falsafah/ideologi negara Pancasila
sebagai konsensus nasional dan mengandung nilai-nilai luhur yang utama untuk acuan
kehidupan berbangsa dan bernegara, memiliki cita-cita nasional yang jelas sebagai visi dan
arah untuk membangun dirinya, yaitu terwujudnya :

(1) Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur;

(2) Perikehidupan kebangsaan yang bebas;

(3) Pemerintahan Negara Indonesia untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Keempat,

(4) Indonesia memiliki potensi dan dayadukung yang besar, yakni:

(a) Kondisi geografis, sumberdaya alam, dan keanekaragaman hayati yang sangat kaya,

(b) Jumlah penduduk, sumberdaya manusia, dan kemajemukan budaya yang luar biasa,

(c) Posisi geopolitik, sejarah,  dan penghargaan dunia terutama sejak awal kemerdekaan yang
cukup positif sehingga dipandang sebagai negara besar di wilayah Asia Tenggara.

Banyak potensi bangsa yang belum optimal dan muncul sejumlah masalah antara lain sebagai
berikut:

1. Ketergantungan Indonesia kepada pihak asing cukup tinggi, karena utang Indonesia
hingga saat ini makin besar, dikatakan pemerintah saat ini sifat “ketagihan utang”.
2. Tingkat pertumbuhan ekonomi mulai naik tetapi tidak disertai pemerataan/keadilan
sehingga angka kemiskinan dan pengangguran serta masalah-masalah lainnya tetap
tinggi dan menjadi beban nasional yang berat, sehingga perekonomian Indonesia
belum memenuhi spirit demokrasi ekonomi.
3. Demokrasi yang maju di bidang politik disertai dengan persoalan-persoalan yang
belum terintegrasi seperti sistem ketatanegaraan dan pemerintahan yang rancu,
multipartai politik yang bermasalah, dan pragmatisme politik yang tinggi, sehingga
politik belum menjadi bagian dominan untuk membangun negara yang dicita-citakan,
dan lebih banyak menjadi ajang perjuangan kepentingan kekuasaan dan uang bagi
kekuatan-kekuatan maupun elite politik sendiri.
4. Masalah-masalah sosial-budaya seperti lemahnya rasa dan ikatan kebangsaan,
memudarnya kohesi sosial, disorientasi nilai keagamaan, dan lemahnya mentalitas
positif. Kini posisi Indonesia di Asia Tenggara tertinggal dalam banyak hal dari
Singapura, Malaysia, dan Thailand, serta lebih disejajarkan dengan Philipina,
Vietnam, Kamboja, dan bahkan Papua Noegini. Pandangan tersebut bukan berarti
merendahkan bangsa dan tidak percaya pada kemampuan sendiri, tetapi justru sebagai
sikap koreksi diri dan pertanggungjawaban objektif agar ke depan Indonesia harus
keluar dari masalah dan bangkit menjadi bangsa yang maju, adil, makmur,
bermartabat, dan berdaulat sebagaimana cita-cita kemerdekaan.
5. Masalah korupsi disertai gurita mafia hukum, makelar kasus, dan penegak hukum
yang korup plus lembaga-lembaga politik yang despotik dan kini mulai terlibat
korupsi,  sehingga upaya pemberantasan korupsi dan penegakkan hukum masih jauh
dari harapan dan terkesan masuk dalam lingkaran-setan (vicious circle).

Masalah-masalah yang krusial tersebut memerlukan mobilisasi seluruh potensi banga dan
pembersihan seluruh institusi negara dari berbagai borok kelembagaan,  sekaligus
memerlukan daya tahan moral bangsa  dan  topangan kepemimpinan nasional yang kuat
untuk memecahkannya.

Faktor-faktor strategis yang penting untuk meraih kemajuan, yaitu:

1. Kepemimpinan yang reformatif, yang mampu memadukan karakter/kepribadian yang


kuat dengan kemampuan untuk melakukan perubahan ke arah kemajuan,
2. Good Governance, tata pemerintahan yang baik, yang bebas dari korupsi dan berbagai
penyimpangan, serta sepenuhnya berfungsi untuk melayani publik atau hajat hidup
orang banyak,
3. Trust atau kepercayaan, yakni berbagai kondisi mental dan segala hal yang membuat
bangsa dan negara Indonesia dipercaya dan memperoleh kepercayaan, baik secara
internal maupun eksternal,
4. Karakter bangsa, sebagai prasyarat mentalitas dari seluruh warga negara untuk
menampilkan diri sebagai bangsa yang memiliki watak dan kepribadian yang kuat,
yang ditandai oleh sifat-sifat relijius, moderat, cerdas, dan mandiri (lihat: PP
Muhammadiyah, Revitalisasi Visi dan Karakter Bangsa, 2009).

Adapun Khittah Denpasar tahun 2002 atau Khittah Muhammadiyah dalam Berbangsa dan
Bernegara yang bersifat lengkap itu berisi sembilan butir pernyataan pokok, yaitu sebagai
berikut:

1. Muhammadiyah meyakini bahwa politik dalam kehidupan bangsa dan negara


merupakan salah satu aspek dari ajaran Islam dalam urusan keduniawian (al-umur ad-
dunyawiyat) yang harus selalu dimotivasi, dijiwai, dan dibingkai oleh nilai-nilai luhur
agama dan moral yang utama.
2. Muhammadiyah meyakini bahwa negara dan usaha-usaha membangun kehidupan
berbangsa dan bernegara, baik melalui perjuangan politik maupun melalui
pengembangan masyarakat, pada dasarnya merupakan wahana yang mutlak
diperlukan untuk membangun kehidupan di mana nilai-nilai Ilahiah melandasi dan
tumbuh subur bersamaan dengan tegaknya nilai-nilai kemanusiaan, keadilan,
perdamaian, ketertiban, kebersamaan, dan keadaban untuk terwujudnya “Baldatun
Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur”.
3. Muhammadiyah memilih perjuangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
melalui usaha-usaha pembinaan atau pemberdayaan masyarakat guna terwujudnya
masyarakat madani (civil society) yang kuat sebagaimana tujuan Muhammadiyah
untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
4. Muhammadiyah mendorong secara kritis atas perjuangan politik yang bersifat praktis
atau berorientasi pada kekuasaan (real politics) untuk dijalankan oleh partai-partai
politik dan lembaga-lembaga formal kenegaraan dengan sebaik-baiknya menuju
terciptanya sistem politik yang demokratis dan berkeadaban sesuai dengan cita-cita
luhur bangsa dan negara.
5. Muhammadiyah senantiasa memainkan peranan politiknya sebagai wujud dari
dakwah amar ma’ruf nahi munkar dengan jalan mempengaruhi proses dan kebijakan
negara agar tetap berjalan sesuai dengan konstitusi dan cita-cita luhur bangsa.
Muhammadiyah secara aktif menjadi kekuatan perekat bangsa dan berfungsi sebagai
wahana pendidikan politik yang sehat menuju kehidupan nasional yang damai dan
berkeadaban.
6.  Muhammadiyah tidak berafiliasi dan tidak mempunyai hubungan organisatoris
dengan kekuatan-kekuatan politik atau organisasi manapun. Muhammadiyah
senantiasa mengembangkan sikap positif dalam memandang perjuangan politik dan
menjalankan fungsi kritik sesuai dengan prinsip amar ma’ruf nahi munkar demi
tegaknya sistem politik kenegaraan yang demokratis dan berkeadaban.
7. Muhammadiyah memberikan kebebasan kepada setiap anggota Persyarikatan untuk
menggunakan hak pilihnya dalam kehidupan politik sesuai hati nurani masing-
masing. Penggunaan hak pilih tersebut harus merupakan tanggungjawab sebagai
warga negara yang dilaksanakan secara rasional dan kritis, sejalan dengan misi dan
kepentingan Muhammadiyah, demi kemaslahatan bangsa dan negara.
8. Muhammadiyah meminta kepada segenap anggotanya yang aktif dalam politik untuk
benar-benar melaksanakan tugas dan kegiatan politik secara sungguh-sungguh dengan
mengedepankan tanggung jawab (amanah), akhlak mulia (akhlaq al-karimah),
keteladanan (uswah hasanah), dan perdamaian (ishlah). Aktifitas politik tersebut
harus sejalan dengan upaya memperjuangkan misi Persyarikatan dalam melaksanakan
da’wah amar ma’ruf nahi munkar.
9. Muhammadiyah senantiasa bekerjasama dengan pihak atau golongan mana pun
berdasarkan prinsip kebajikan dan kemaslahatan, menjauhi kemudharatan, dan
bertujuan untuk membangun kehidupan berbangsa dan bernegara ke arah yang lebih
baik, maju, demokratis dan berkeadaban.

Politik berkaitan dengan beragam kegiatan manusia dalam sistem politik. Politik sering
dikaitkan dengan kepentingan atau seni memperjuangkan kepentingan. Politik tidak pernah
lepas dari denyut nadi masyarakat sebagai makhluk politik. Karena itu perjuangan politik
harus ditempuh oleh para kader politik Muhammadiyah dengan segenap kemampuan dan
komitmen yang tinggi.

Politik memang penting dan strategis, kerana itu tidak dapat dinegasikan apalagi dibuang
jauh-jauh dari kehidupan. Kini yang diperlukan ialah bagaimana menegakkan politik yang
sehat dan para pelaku politik yang sama sehatnya, sehingga politik menjadi alat strategis
untuk sebesar-besarnya kemaslahatan hidup umat manusia.  Dalam kaitan inilah
Muhammadiyah mencoba memilah atau melakukan pembagian kerja antara ranah politik
kekuasaan yang menjadi fungsi-tugas kekuatan-kekuatan politik yakni partai politik dan
politik kemasyarakatan atau kebangsaan yang menjadi fungsi-tugas kelompok-kelompok
kepentingan (interst groups). Kekuatan-kekuatan civil-society dengan peran politik
kebangsaannya tidak kalah pentingnya untuk membangun bangsa dan negara mencapai
tujuannya.
Namun perlu diingat betapapun kekuatan cicil-society berperan sebagaimana mestinya dalam
membangun bangsa dan negara, pada saat yang sama semestinya partai politik pun berfungsi
signifikan dalam membangun bangsa dan negara di jalurnya. Partai politik sebagaimana
berlaku dalam sistem politik modern juga diharapkan profesional, yakni  terfokus pada
perjuangan politik sesuai fungsi-fungsi partai politik modern.

Muhammadiyah baik dengan Khittah maupun tanpa Khittah, sesungguhnya telah berada di
jalur yang tepat, sebagaimana pihak atau organisasi lain yang mengambil jalur perjuangan
politik sama tepatnya, manakala semuanya dilakukan dengan terfokus, optimal, sungguh-
sungguh, dan lebih penting lagi dengan mengerahkan segala potensi dan berpijak pada
idealisme. Kepalan tangan yang kecil dalam jalur gerakan dakwah kemasyarakatan manakala
disatukan dari ratusan ribu hingga jutaan warga Muhammadiyah dalam menyangga gerakan
Islam ini insya Allah akan melahirkan karya amaliah yang luar biasa.

Sebagaimana Khittah Denpasar, Muhammadiyah dengan tetap berada dalam kerangka


gerakan dakwah dan tajdid yang menjadi fokus dan orientasi utama gerakannya, dapat
mengembangkan fungsi kelompok kepentingan atau sebagai gerakan sosial civil-society
dalam memainkan peran berbangsa dan bernegara tanpa harus bergumul dalam kancah
perjuangan politik-praktis sebagaimana partai politik. Muhammadiyah sebagai gerakan
sosial-keagamaan yang memerankan fungsi kelompok kepentingan sebagai kekuatan
masyarakat madaniah merupakan format yang tepat dalam memainkan peran politik-
kebangsaan untuk mewujudkan Indonesia sebagai bangsa dan negara yang maju, adil,
makmur, sejahtera, bermartabat, dan berdaulat sebagaimana cita-cita nasional kemerdekaan
tahun 1945.

Kendati fungsi kelompok kepentingan sebagai aktualisasi peran politik kebangsaan selaku
kekuatan masyarakat madaniyah dan wujud dari peran amar makruf dan nahi munkar,
Muhammadiyah dan para pelaku gerakannya tetap harus memperhatikan prinsip-prinsip  dan
etika organisasi termasuk di dalamnya komitmen pada Khittah Muhammadiyah. Tidak boleh
karena alasan menjalankan fungsi kelompok kepentingan kemudian terjebak pada langkah
politik-praktis dan menjadikan organisasi sebagai pertaruhan politik, karena sampai batas
tertentu pula melalui fungsi kelompok kepentingan akan terjadi proses politik-praktis
manakala tidak dijaga jarak dan keseimbangan dalam menjalankannya. Baik dalam
mendukung (amar makruf) maupun mengkritisi (nahi munkar) .

Kesantunan, objektivitas, moralitas atau akhlak, dan kearifan dalam  menjaga batas-batas
prinsip gerakan maupun dalam menjalankan fungsi kelompok kepentingan tetap diperlukan
dari seluruh pelaku gerakan Muhammadiyah. Hindari pemaksaan kehendak, berjalan sendiri
tanpa memperhatikan koridor organisasi, dan sikap berlebihan atau melampaui takaran dalam
menjalankan fungsi politik kepentingan atasnama Muhammadiyah. Sebab manakala peran
atau fungsi kelompok kepentingan itu dilakukan melampaui takaran atau kebablasan maka
proses dan hasil akhirnya akan sama dengan fungsi atau peran partai politik dan masuk ke
kancah atau jalur perjuangan politik-praktis.

Peran kader Muhammadiyah dalam politik kebangsaan yang perlu dikembangkan antara lain
sebagai berikut:

1. Membawa dan mengaktualisasikan misi dan usaha Muhammadiyah secara objektif


dan inklusif;
2. Memelihara integritas, komitmen, dan akhlak atau moral politik sebagaimana
Kepribadian dan Pedoman Hidup Islami serta nilai-nilai yang berlaku dalam
Muhammadiyah;
3. Ketika berkiprah dan berada dalam lingkungan internal Muhammadiyah lebih
menunjukkan ke-Muhammadiyahan-nya daripada kepartaiannya, meski menjadi
politisi tentu saja perlu meraih simpati, dukungan, dan trust dari warga
Muhammadiyah;
4. Memberikan dukungan dan topangan terhadap kepentingan Muhammadiyah melalui
kiprahnya di dunia politik di ranah perjuangan kekuasaan/pemerintahan;
5. Menjadi politisi yang benar-benar sidiq, amanah, tabligh, dan fathanah dengan
mengedepankan kewajiban dan tugas utama sebesar-besarnya memperjuangkan
kepentingan rakyat;
6. Berkiprah optimal dalam memajukan bangsa dan negara sehingga Indonesia menjadi
bangsa dan negara yang maju, adil, makmur, bermartabat, dan berdaulat sebagaimana
cita-cita nasional yang diletakkan oleh para Pendiri Bangsa dan tertuang dalam
Pembukaan UUD tahun 1945.

Muhammadiyah berpandangan bahwa berkiprah dalam kehidupan bangsa dan negara


merupakan salah satu perwujudan dari misi dan fungsi melaksanakan da’wah amar ma’ruf
nahi munkar sebagaimana telah menjadi panggilan sejarahnya sejak zaman pergerakan
hingga masa awal dan setelah kemerdekaan Indonesia. Peran dalam kehidupan bangsa dan
negara tersebut diwujudkan dalam langkah-langkah strategis dan taktis sesuai kepribadian,
keyakinan dan cita-cita hidup, serta khittah perjuangannya sebagai acuan gerakan sebagai
wujud komitmen dan tanggungjawab dalam mewujudkan “Baldatun Thoyyibatun Wa
Rabbun Ghafur”.

BAB III KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pemaparan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa secara garis besar
Khittah perjuangan Muhammadiyah ini harus dapat mencerminkan pemudah muhammadiyah
dalam menjalankan fungsinya organisasi modern yang berorientasi masa depan. Selain itu,
Khittah perjuangan harus menjadi variabel pengubah kultural dalam berorganisasi kader-
kader pemuda Muhammadiyah ke arah yang lebih baik, agar kultural hasanah mereka dalam
setiap nadi gerakan Pemuda Muhammadiyah, maka diperlukan upaya pembumian semangat
saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran dan saling berlomba-lomba untuk menuju
cinta dan kasih sayang Allah. Pemuda Muhammadiyah melandasi perjuangan pada cita-cita
Muhammadiyah untuk menciptakan masyarakat islam yang sebenar-benarnya.

Khittah Muhammadiyah ini harusnya menjadi suri tauladan bagi umat islam agar
menciptakan masyarakat islam yang sebenar-benarnya dalam meneggakan kebenaran dan
juga Sebagai landasan berpikir bagi semua pimpinan dan anggota muhammadiyah dan yang
menjadi landasan berpikir bagi setiap amal usaha muhammadiyah.
Makalah AIK Khittah Perjuangan Muhammadiyah

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Perkembangan masyarakat Indonesia, baik yang disebabkan oleh daya dinamik dari
dalam ataupun karena persentuhan dengan kebudayaan dari luar, telah menyebabkan
perubahan tertentu. Perubahan itu menyangkut seluruh segi kehidupan masyarakat,
diantaranya bidang sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan yang menyangkut perubahan
stukturil dan perubahan pada sikap serta tingkah laku dalam hubungan antar manusia.
Perjuangan Muhammadiyah adalah perjuangan
menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya. Perjuangan Muhammadiyah tersebut dilaksankan melalui gerakan dakwah
amar ma’ruf nahi munkar di seluruh lapangan kehidupan dengan sasaran umat dakwah dan
umat ijabah baik pada level perseorangan maupun masyarakat, sebagaimana yang menjadi
misi persyarikatan sesuai firman Allah dalam surat Ali Imran :104 sebagai berikut “ dan
hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada yang ma’ruf dan
mencegah kepada yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”
Dalam melaksanakan usaha tersebut, Muhammadiyah berjalan diatas prinsip
gerakannya, seperti yang dimaksud di dalam Matan Keyakinan Cita-cita Hidup
Muhammadiyah. Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah itu senatiasa menjadi
landasan gerakan Muhammadiyah, juga bagi gerakan dan amal usaha dan hubungannya
dengan kehidupan masyarakat dan ketatanegaraan, serta dalam bekerja sama dengan gerakan
Islam lainnya.
Ditinjau dari stuktur konsepsinya, pada hakekatnya perjuangan Muhammadiyah
merupakan operasionalisasi strategis dari Khittah perjuangan muhammadiyah. Karena itu
Khittah Perjuangan Muhammadiyah dapat dikatakan dengan sebagai pola dasar dari strategi
perjuangan Muhammadiyah. Sedangkan dilihat dari substansinya, Khittah Perjuangan
Muhammadiyah dapat dikatakan sebagai teori perjuangan, yakni sebagai kerangka berfikir
untuk memahami dan memecahkan persoalan yang dihadapi Muhammadiyah sesuai dengan
gerakannya dalam konteks situasi dan kondisi yang dihadapi.
Adapun Khittah Perjuangan Muhammadiyah itu berisi pernyataan tentang :
1.      Hakikat Muhammadiyah
2.      Muhammadiyah dan masyarakat
3.      Muhammadiyah dan politik
4.      Muhammadiyah dan Ukhuwah Islamiyah
5.      Dasar Program Muhammadiyah

B. Rumusan Masalah
Materi yang akan dibahas dalam makalah ini adalah “Studi Kritik Khittah
Muhammadiyah”. Untuk memberikan kejelasan makna serta menghindari meluasnya
pembahasan, maka masalah yang akan dibahas kami batasi pada :
1.      Pengertian Khittah Muhammadiyah
2.      Sejarah Perumusan Khittah Muhammadiyah
3.      Kritik Terhadap Khittah Muhammadiyah

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1.      Menjelaskan Pengertian Khittah Muhammadiyah.
2.      Menjelaskan sejarah perumusan Kittah Muhammadiyah
3.      Bagaimna kritik terhadap Muhammadiyah?

D. Metode Penulisan
Dalam proses penyusunan makalah ini kami menggunakan pendekatan motode studi
literature. Yaitu dengan melakukan proses pencarian dan pengumpulan dokumen sebagai
sumber-sumber data dan informasi. Metode ini dipilih karena pada hakekatnya sesuai dengan
kegiatan penyusunan dan penulisan yang hendak dilakukan.

E. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan. Dalam bagian ini penyusun memeparkan beberapa Pokok
permasalahan awal yang berhubungan erat dengan permasalah utama. Pada bagian
pendahuluan ini di paparkan tentang latar belakang masalah batasan, dan rumusan masalah,
tujuan penulisan makalah, metode penulisan dan sistematika penulisan makalah.
Bab II Pembahasan. Pada bagian ini merupakan bagian utama yang hendak dikaji
dalam proses penyusunan makalah. Penyususn berusaha untuk mendeskripsikan berbagai
temuan yang berhasil ditemukan dari hasil pencarian sumber/bahan.
Bab III Kesimpulan. Pada bagian ini penyusun berusaha untuk mengemukakan
terhadap semua permasalahan-permasalahan yang dikemukakan oleh penyusun dalam
perumusan masalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.             PENGERTIAN KHITTAH MUHAMMADIYAH
Secara etimologis, kata khittah berasal dari derivasi bahasa Arab- ‫خَ طﱠ‬  – ‫ط‬
‫– يَ ُخ ﱡ‬ ً‫ِخـطة‬
yang berarti rencana, jalan, atau garis (Kamus Al-Munawwir). Dengan demikian, Khittah
dapat diartikan sebagai pedoman yang dipegang oleh Muhammadiyah yang sangat berguna
ketika menghadapi kenyataan yang sebenarnya di masyarakat. Singkatnya khittah adalah
garis-garis garis haluan perjuangan Muhammadiyah.
Khittah itu mengandung konsepsi (pemikiran) perjuangan yang merupakan tuntunan,
pedoman, dan arah perjuangan. Hal tersebut mempunyai arti penting karena menjadi landasan
berpikir dan amal usaha bagi semua pimpinan dan anggota muhammadiyah. Garis-garis besar
perjuangan Muhammadiyah tersebut tidak boleh bertentangan dengan asas dan program yang
telah disusun. Isi khittah harus sesuai dengan tujuan Muhammadiyah, khittah disusun sesuai
dengan perkembangan zaman.
Sedangkan fungsi dari Fungsi khittah perjuangan Muhammadiyah adalah sebagai
landasan berpikir bagi semua pimpinan dan anggota juga menjadi landasan setiap amal usaha
Muhammadiyah. Secara objektif, perumusan khittah Muhammadiyah didorong oleh faktor
internal dan eksternal organisasi. Faktor internal merujuk pada evaluasi dan otokritik
terhadap kiprah organisasi di dalam melayani umat Islam dan masyarakat lain pada
umumnya. Sedangkan faktor eksternal merujuk pada fenomena perubahan dunia yang
menuntut setiap orang untuk terlibat aktif dalam mewarnai perkembangan peradaban.
Kompetisi dan persaingan dalam seluruh aspek kehidupan harus dihadapi, bukan dihindari.
Sejalan dengan itu, motto Muhammadiyah “FASTABIQUL KHAIRAT” harus
kembali menjadi spirit dan landasan gerak bagi setiap aktivitas dan kreativitas yang dilakukan
oleh kader-kader Muhammadiyah di semua level kepemimpinan. Dengan semangat ini,
Muhammadiyah harus tampil sebagai pelopor dalam mewujudkan pencerahan peradaban dan
pembebasan umat dari kemiskinan, kebodohan, dan ketidakadilan. Semua itu harus menjadi
cita-cita umat yang semestinya diperjuangkan secara kolektif tanpa memandang perbedaan
suku, ras, tingkat pendidikan, bahkan agama.

B.     SEJARAH PERUMUSAN KHITTAH MUHAMMADIYAH


Jika dikaji secara menyeluruh, maka diketahui bahwa Muhammadiyah memiliki
beberapa macam khittah. Ini setidaknya yang terekam dalam sejarah rumusan khittah
Muhammadiyah. Isi khittah harus sesuai dengan tujuan Muhammadiyah, khittah itu disusun
sesuai dengan perkembangan zaman. Di antaranya adalah :
1.      Langkah Muhammadiyah (Langkah Dua Belas Muhammadiyah)
Dirumuskan pada periode kepemimpinan K.H. Mas Mansur pada tahun 1938 – 1940.
KH Mas Mansur disamping tokoh Muhammadiyah juga tokoh Nasional. Dizaman Jepang
ikut sebagai 4 serangkai bersama Ir Sukarno, Drs Muhammad Hatta, dan Ki Hajar
Dewantara. Beliau juga diangkat pemerintah menjadi Pahlawan Nasional.
Isinya antara lain :
a. Memperdalam Masuknya Iman.
Hendaklah iman itu ditablighkan, disiarkan dengan selebar-lebarnya, yakni diberi
riwayatnya dan diberi dalil buktinya, dipengaruhkan dan digembirakan, sampai iman itu
mendarah daging, masuk di tulang sumsum dan mendalam di hati sanubari kita, sekutu-
sekutu Muham-madiyah seumumnya.
b. Memperluas Faham Agama.
Hendaklah faham agama yagn sesungguhnya itu dibentangkan dengan arti yang
seluas-luasnya, boleh diujikan dan diperbandingkan, sehingga kita sekutu-sekutu
Muhammadiyah mengerti perluasan Agama Islam, itulah yang paling benar, ringan dan
berguna, maka, mendahulukanlah pekerjaan keagamaan itu.
c. Memperbuahkan Budi Pekerti.
Hendaklah diterangkan dengan jelas tentang akhlaq yang terpuji dan akhlaq yang
tercela serta diperbahaskannya tentang memakainya akhlaq yang mahmudah dan
menjauhkannya akhlaq yang madzmumah itu, sehingga menjadi amalan kita, ya seorang
sekutu Muhammadiyah, kita berbudi pekerti yang baik lagi berjasa.
d. Menuntun Amalan Intiqad (self correctie).
Hendaklah senantiasa melakukan perbaikan diri kita sendiri (self correctie), segala
usaha dan pekerjaan kita, kecuali diperbesarkan, supaya diperbaikilah juga. Buah
penyelidikan perbaikan itu dimusyawarahkan di tempat yang tentu, dengan dasar
mendatangkan maslahat dan menjauhkan madlarat, sedang yang kedua ini didahulukan dari
yang pertama.
e. Menguatkan Persatuan.
Hendaklah menjadikan tujuan kita juga, akan menguatkan persatuan organisasi dan
mengokohkan pergaulan persaudaraan kita serta mempersamakan hak-hak dan
memerdekakan lahirnya pikiran-pikiran kita.
f. Menegakkan Keadilan.
Hendaklah keadilan itu dijalankan semestinya, walaupun akan mengenai badan
sendiri, dan ketetapan yang sudah seadil-adilnya itu dibela dan dipertahankan di mana juga.
g. Melakukan Kebijaksanaan.
Dalam gerak kita tidaklah melupakan hikmah, hikmah hendaklah disendikan kepada
Kitabullah dan Sunnaturrasulillah. Kebijaksanaan yang menyalahi ke-dua pegangan kita itu,
mestilah kita buang, karena itu bukan kebijaksanaan yang sesungguhnya. Dalam pada itu,
dengan tidak mengurangi segala gerakan kemuhammadiyahan, maka pada tahun 1838-1940
H. Muhammadiyah mengemukakan pekerjaan akan:
h. Menguatkan Majlis Tanwir.
Sebab majlis ini nyata-nyata berpengaruh besar dalam kalangan kita Muhammadiyah
dan sudah menjadi tangan kanan yang bertenaga disisi Hoofdbestuur (PP) Muhammadiyah,
maka sewajibnyalah kita perteguhkan dengan diatur yang sebaik-baiknya.

i. Mengadakan Konperensi Bagian.


Untuk mengadakan garis yang tentu dalam langkah-langkah bagian kita, maka
hendaklah kita berikhtiar mengadakan Konperensi bagian, umpama: Konperensi Bagian:
Penyiaran Agama seluruh Indonesia dan lain-lain sebagainya.
j. Mempermusyawaratkan Putusan.
Agar dapat keringanan dan dipermudahkan pekerjaan, maka hendaklah setiap ada
keputusan yang mengenai kepala Majlis (Bagian), dimusyawarahkanlah dengan yang
bersangkutan itu lebih dahulu, sehingga dapatlah mentanfidzkan dengan cara
menghasilkannya dengan segera.
k. Mengawaskan Gerakan Jalan.
Pemandangan kita hendaklah kita tajamkan akan mengawasi gerak kita yang ada di
dalam Muhammadiyah, yang sudah lalu, yang masih langsung dan yang bertambah (yang
akan datang/berkembang).
l. Mempersambungkan Gerakan Luar.
Kira berdaya-upaya akan memperhubungkan diri kepada iuran (ekstern), lain-lain
persyarikatan dan pergerakan di Indonesia, dengan dasar Silaturahim, tolong-menolong
dalam segala kebaikan, yang tidak mengubah asasnya masing-masing, terutama perhubungan
kepada persyarikatan dan pemimpin Islam. 

2.      Khittah Palembang


Dirumuskan pada periode kepemimpinan A.R. (Ahmad Rasyid) Sutan Mansur pada
tahun 1956 – 1959.
Isi khittah Palembang :
a.       Menjiwai pribadi para anggota terutama pemimpin Muhammadiyah
b.      Melaksanakan uswatun hasanah
c.       Mengutuhkan organisasi dan merapikan administrasi
d.      Memperbanyak dan mempertinggi mutu amal
e.       Mempertinggi mutu anggota dan membentuk kader
f.       Mempererat ukhuwah
g.      Menuntun penghidupan anggota
Program :
1.   Menempatkan Aqidah, membersihkan pokok dan alam pikiran serta penyiaran pengetahuan
agama Islam.
2.   Dan segala usaha itu tidaklah boleh mundur melainkan harus maju, dan dikerjakan dengan
penuh gembira dan semangat. Maka ajaran Islam itu tidaklah hanya semata – mata diajarkan
serta dipelajari melainkan harus diamalkan. Bukan orang lain yang terlebih dahulu harus
diajak dan disuruh mengerjakannya, tetapi hendaklah dimulai dari anggota Muhammadiyah
sendiri. Mereka harus berusaha memajukan dan menggembirakan kehidupannya menurut
kemauan agama Islam.

3.      Khittah Perjuangan Muhammadiyah Tahun 1969 (Khittah Ponorogo)


Dirumuskan pada periode kepemimpinan K.H. A.R. (Abdul Razaq) Fahruddin pada
tahun 1969. Program dasar perjuangan :
Dengan dakwah amar ma’ruf nahi munkar dalam arti dan proporsi yang sebenar-benarnya
Muhammadiyah harus dapat membuktikan secara teoritis konsepsionil secara operasionil dan
secara konkrit riil, bahwa ajaran-ajaran Islam mampu mengatur masyarakat dalam NKRI
yang ber-Pancasila dan UUD 1945, menjadi masyarakat yang adil dan makmur serta
sejahtera, bahagia materiil dan spiritual yang diridlai Allah SWT.

4.      Khittah Perjuangan Muhammadiyah Tahun 1971 (Khittah Ujung Pandang)


Dirumuskan pada periode kepemimpinan K.H. A.R. (Abdul Razaq) Fahruddin pada
tahun 1971.
Isinya :
a.     Muhammadiyah adalah gerakan Dakwah Islam yang beramal dalam bidang kehidupan
manusia dan masyarakat, tidak mempunyai hubungan organisatoris dan tidak merupakan
afiliasi dari sesuatu partai atau organisasi apapun.
b.    Setiap anggota Muhammadiyah sesuai dengan hak asasinya dapat tidak memasuki atau
memasuki organisasi lain, sepanjang tidak menyimpang dari Anggaran Dasar, Anggaran
Rumah Tangga, dan ketentuan- ketentuan lain yang berlaku dalam Muhammadiyah.
c.     Untuk lebih memantapkan Muhammadiyah sebagai gerakan Dakwah Islam setelah Pemilu
tahun 1971, Muhammadiyah melakukan amar ma’ruf nahi munkar secara konstruktif dan
positif terhadap Partai Muslimin Indonesia seperti halnya partai – partai politik dan organisasi
– organisasi lainnya.
d.    Untuk lebih meningkatkan partisipasi Muhammadiyah dalam pelaksanaan pembangunan
nasional, mengamanatkan kepada PP Muhammadiyah untuk menggariskan kebijaksanaan
dan mengambil langkah – langkah dalam pembangunan ekonomi, sosial, dan mental spiritual.

5.      Khittah Perjuangan Muhammadiyah Tahun 1978 (Khittah Surabaya)


Dirumuskan pada periode kepemimpinan K.H. A.R. (Abdul Razaq) Fahruddin pada
tahun 1978.
Program dasar :
1    Memulihkan kembali Muhammadiyah sebagai Persyarikatan yang menghimpun sebagian
anggota masyarakat, terdiri dari muslimin dan muslimat yang beriman teguh, ta‘at beribadah,
berakhlaq mulia, dan menjadi teladan yang baik di tengah-tengah masyarakat.
2    Meningkatkan pengertian dan kematangan anggota Muhammadiyah tentang hak dan
kewajiban sebagai warga negara dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
meningkatkan kepekaan sosialnya terhadap persoalan dan kesulitan hidup masyarakat.
3    Menepatkan Persyarikatan Muhammadiyah sebagai gerakan untuk melaksanakan da’wah
amar ma’ruf nahi munkar ke segenap penjuru dan lapisan masyarakat serta di segala bidang
kehidupan di Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945.

6.   Khittah Perjuangan dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara (Khittah Denpasar


Tahun 2002)
Dirumuskan pada era kepemimpinan Prof. Dr. H. Ahmad Syafi’i Ma’arif pada tahun
2002. Program dasarnya yaitu :
Warga atau anggota Muhammadiyah yang aktif dalam kegiatan politik hendaklah
bersungguh – sungguh dalam melaksanakan tugasnya dan mengedepankan empat hal :
a.     Rasa tanggung jawab (amanah)
b.    Berakhlak mulia (akhlaq al karimah)
c.     Menjadi teladan / contoh yang baik (uswatun hasanah)
d.    Perdamaian (ishlah)

C.     KRITIK TERHADAP KHITTAH MUHAMMADIYAH


Sesuai dengan khittahnya, Muhammadiyah sebagai Persyarikatan memilih dan
menempatkan diri sebagai Gerakan Islam amar-ma’ruf nahi mungkar dalam masyarakat,
dengan maksud yang terutama ialah membentuk keluarga dan masyarakat sejahtera sesuai
dengan Dakwah Jama’ah.
Di samping itu Muhammadiyah menyelenggarakan amal-usaha seperti tersebut pada
Anggaran Dasar Pasal 4, dan senantiasa berikhtiar untuk meningkatkan mutunya.
Penyelenggaraan amal-usaha, tersebut merupakan sebagian ikhtiar Muhammadiyah
untuk mencapai Keyakinan dan Cita-Cita Hidup yang bersumberkan ajaran Islam dan bagi
usaha untuk terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai Allah SWT.
Dalam bidang politik Muhammadiyah berusaha sesuai dengan khittahnya: dengan
dakwah amar ma ma’ruf nahi mungkar dalam arti dan proporsi yang sebenar-benarnya,
Muhammadiyah harus dapat membuktikan secara teoritis konsepsionil, secara operasionil dan
secara kongkrit riil, bahwa ajaran Islam mampu mengatur masyarakat dalam Negara
Republik Indonesia yang berdasar Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 menjadi
masyarakat yang adil dan makmur serta sejahtera, bahagia, materiil dan spirituil yang diridlai
Allah SWT.
Dalam melaksanakan usaha itu, Muhammadiyah tetap berpegang teguh pada
kepribadiannya.Usaha Muhammadiyah dalam bidang politik tersebut merupakan bagian
gerakannya dalam masyarakat, dan dilaksanakan berdasarkan landasan dan peraturan yang
berlaku dalam Muhammadiyah. Dalam hubungan ini Muktamar Muhammadiyah ke-38 telah
menegaskan bahwa:
Muhammadiyah adalah Gerakan Dakwah Islam yang beramal dalam segala bidang
kehidupan manusia dan masyarakat, tidak mempunyai hubungan organisatoris dengan dan
tidak merupakan afiliasi dari sesuatu Partai Politik atau Organisasi apapun.
Setiap anggota Muhammadiyah sesuai dengan hak asasinya dapat tidak memasuki
atau memasuki organisasi lain, sepanjang tidak menyimpang dari Anggaran Dasar, Anggaran
Rumah Tangga dan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam Persyarikatan Muhammadiyah.
Berdasarkan landasan serta pendirian dan dengan memperhatikan kemampuan dan
potensi Muhammadiyah dan bagiannya, perlu ditetapkan langkah kebijaksanaan sebagai
berikut:
Memulihkan kembali Muhammadiyah sebagai Persyarikatan yang menghimpun
sebagian anggota masyarakat, terdiri dari muslimin dan muslimat yang beriman teguh, ta’at
beribadah, berakhlaq mulia, dan menjadi teladan yang baik di tengah-tengah masyarakat.
Meningkatkan pengertian dan kematangan anggota Muhammadiyah tentang hak dan
kewajibannya sebagai warga negara, dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
meningkatkan kepekaan sosialnya terhadap persoalan-persoalan dan kesulitan hidup
masyarakat.
Menepatkan kedudukan Persyarikatan Muhammadiyah sebagai gerakan untuk
melaksanakan dakwah amar-ma’ruf nahi-mungkar ke segenap penjuru dan lapisan
masyarakat serta di segala bidang kehidupan di Negara Republik Indonesia yang berdasar
Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945. 
Diposting oleh Harmadi Halil di 18.46
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Label: dunia pendidikan, Islam, TugasKampus

Tidak ada komentar:

 Beranda

Rss

KUMPULAN MAKALAH
 Cat B
 Compilation
o Crisis Core
o Last Order
 dispatch
 equipollent
 fatuity
 lender
 palter
 Parent
o Child 1
 Square Enix
o E3 Expo
o Tokyo Game Show
 ween
 Whats New
 years

KALENDER
Loading...
Powered by Calendar Labs
Blogger templates
Text Widget
Diberdayakan oleh Blogger.

Pages - Menu
 Beranda

Blog Archive
 ▼  2015 (88)
o ►  Februari (59)
o ▼  Januari (29)
 MAKALAH SEJARAH PERUMUSAN MUQADIMAH
ANGGARAN DASAR...
 MAKALAH MENGKAFANI JENAZAH
 MAKALAH APLIKASI KOMUNIKASI PADA PASIEN
GANGGUAN P...
 MAKALAH DASAR KOMUNIKASI DAN KOMUNIKAI
KEPERAWATAN...
 MAKALAH MATAN KEYAKINAN DAN CITA-CITA HIDUP
MUHAMM...
 MAKALAH KHITTAH MUHAMMADIYAH
 MAKALAH KENAKALAN REMAJA
 MAKALAH PEMIKIRAN IBNU QOYIM TENTANG FILSAFAT
PEND...
 MAKALAH HADIST TARBAWY “HADIST MENUNTUT ILMU”
 MAKALAH ELEKTRONIK
 MAKALAH GAGAL GINJAL
 MAKALAH BULU TANGKIS
 MAKALAH PERANAN BAHASA INDONESIA DALAM ILMU
PENGET...
 MAKALAH PERBANKAN
 MAKALAH TENTANG AKHLAK DALAM PERGAULAN
 MAKALAH ANALISIS MODEL INTERAKSI EDUKATIF
 MAKALAH PELAYANAN PRIMA
 MAKALAH SENI BUDAYA
 KARYA ILMIAH CARA MENGATASI PERGAULAN BEBAS
TERHAD...
 MAKALAH BAB I DASAR NEGARA DAN KONSTITUSI
 MAKALAH SISTEM POLITIK INDONESIA
 MAKALAH SISTEM POLITIK INDONESIA
 <!--[if !mso]>v\:* {behavior:url(#default#VML);}o\...
 MAKALAH PARPOL DAN PEMILU INDONESIA
 MAKALAH KKPI TKJ
 MAKALAH KEBUTUHAN NUTRISI DALAM TUBUH
 KARYA ILMIAH DAUR ULANG SAMPAH
 MAKALAH HARMAKOLOGI
 MAKALAH BHSP

Blogger templates
adl.fly

Get paid to share your links!

CUACA BANDAR LAMPUNG

See 10-Day Forecast

Free Clock

About Me

Dhydi Poetra Wayah


View my complete profile
Cari Blog Ini

Google+ Followers
Blogger news
About
MAKALAH KHITTAH MUHAMMADIYAH

22.03

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali


yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala
berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul ”KHITAH MUHAMMADIYAH”.
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak,
karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang telah
memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar.

Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan
sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi. Meskipun penulis
berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang
kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
skripsi ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat
bagi semua pembaca.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUN...................................................................................1
A.    Latar Belakang..................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................2
A.    Pengertian Khitah.............................................................................................3
B.     Fungsi...............................................................................................................3
C.     Macam-macam Khitah Muhammadiyah..........................................................3
BAB III PENUTUP..........................................................................................7
A.    Kesimpulan.......................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................9

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Perjuangan Muhammadiyah adalah perjuangan menegakkan dan menjunjung tinggi
agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Perjuangan
Muhammadiyah tersebut dilaksankan melalui gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar di
seluruh lapangan kehidupan dengan sasaran umat dakwah dan umat ijabah baik pada level
perseorangan maupun masyarakat, sebagaimana yang menjadi misi persyarikatan sesuai
firman Allah dalam surat Ali Imran :104 sebagai berikut “ dan hendaklah ada diantara kamu
segolongan umat yang menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah kepada yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung.
Ditinjau dari stuktur konsepsinya, pada hakekatnya perjuangan Muhammadiyah
merupakan operasionalisasi strategis dari Khittah perjuangan muhammadiyah. Karena itu
Khittah Perjuangan Muhammadiyah dapat dikatakan dengan sebagai pola dasar dari strategi
perjuangan Muhammadiyah. Sedangkan dilihat dari substansinya, Khittah Perjuangan
Muhammadiyah dapat dikatakan sebagai teori perjuangan, yakni sebagai kerangka berfikir
untuk memahami dan memecahkan persoalan yang dihadapi Muhammadiyah sesuai dengan
gerakannya dalam konteks situasi dan kondisi yang dihadapi.
Adapun Khittah Perjuangan Muhammadiyah itu berisi pernyataan tentang :
1.      Hakikat Muhammadiyah
2.      Muhammadiyah dan masyarakat
3.      Muhammadiyah dan politik
4.      Muhammadiyah dan Ukhuwah Islamiyah
5.      Dasar Program Muhammadiyah
BAB II
PEMBAHASAN
A.   Pengertian Khittah
Apa itu khittah? Khittah secara bahasa berarti langkah atau jalan. Dalam dunia gerakan
Muhammadiyah, Khittah dipakai untuk menyebut panduan langkah-langkah dalam berjuang.
Khittah adalah pedoman yang dipegang oleh Muhammadiyah yang sangat berguna ketika
menghadapi kenyataan yang sebenarnya di masyarakat. Singkatnya khittah adalah garis-garis
garis haluan perjuangan Muhammadiyah.
Khittah itu mengandung konsepsi (pemikiran) perjuangan yang merupakan tuntunan,
pedoman, dan arah perjuangan. Hal tersebut mempunyai arti penting karena menjadi landasan
berpikir dan amal usaha bagi semua pimpinan dan anggota muhammadiyah. Garis-garis besar
perjuangan Muhammadiyah tersebut tidak boleh bertentangan dengan asas dan program yang
telah disusun. Isi khittah harus sesuai dengan tujuan Muhammadiyah, khittah disusun sesuai
dengan perkembangan zaman.
Jika dikaji secara menyeluruh, maka diketahui bahwa Muhammadiyah memilki beberapa
macam khittah. Ini setidaknya yang terekam dalam sejarah rumusan khittah Muhammadiyah.
Di antaranya adalah :
12 Langkah Muhammadiyah disusun oleh KH. Mas Mansyur pada masa
kepemimpinannya tahun 1936-1942
1.      Memperdalam masuknya iman
2.      Memperbuahkan paham agama
3.      Memperbuahkan budi pekerti
4.      Menuntun amal intiqod
5.      Menguatkan persatuan
6.      Menegakkan keadilan
7.      Melakukan kebiaksanaan
8.      Menguatkan majelis tanwir
9.      Mengadakan konferensi bagian
10.  Mempermusyawarahkan putusan
11.  Mengawasi gerakan jalan
12.  Mempersambung gerakan luar
B. FUNGSI
Fungsi khittah perjuangan Muhammadiyah adalah sebagai landasan berpikir bagi semua
pimpinan dan anggota juga menjadi landasan setiap amal usaha Muhammadiyah.
C. MACAM – MACAM KHITTAH MUHAMMADIYAH
1.      Langkah Muhammadiyah (Langkah Dua Belas Muhammadiyah)

Dirumuskan pada periode kepemimpinan K.H. Mas Mansur pada tahun 1938 – 1940.
Isinya :
a.       Memperdalam masuknya Iman
b.      Memperluas Paham Agama
c.       Memperbuahkan Budi Pekerti
d.      Menuntun Amalan Intiqad
e.       Menguatkan Persatuan
f.       Menegakkan Keadilan
g.      Melakukan Kebijaksanaan
h.      Menguatkan Majlis Tanwir
i.        Mengadakan Konperensi Bagian
j.        Mempermusyawaratkan Putusan
k.      Mengawaskan Gerakan Jalan
l.        Mempersambungkan Gerakan Luar

2.      Khittah Palembang


Dirumuskan pada periode kepemimpinan A.R. (Ahmad Rasyid) Sutan Mansur pada tahun
1956 – 1959.
Isinya :
a.       Menjiwai pribadi para anggota terutama pemimpin Muhammadiyah
b.      Melaksanakan uswatun hasanah
c.       Mengutuhkan organisasi dan merapikan administrasi
d.      Memperbanyak dan mempertinggi mutu amal
e.       Mempertinggi mutu anggota dan membentuk kader
f.       Mempererat ukhuwah
g.      Menuntun penghidupan anggota

Programnya :
1.      Menempatkan Aqidah, membersihkan pokok dan alam pikiran serta penyiaran pengetahuan
agama Islam.
2.      Dan segala usaha itu tidaklah boleh mundur melainkan harus maju, dan dikerjakan dengan
penuh gembira dan semangat. Maka ajaran Islam itu tidaklah hanya semata – mata diajarkan
serta dipelajari melainkan harus diamalkan. Bukan orang lain yang terlebih dahulu harus
diajak dan disuruh mengerjakannya, tetapi hendaklah dimulai dari anggota Muhammadiyah
sendiri. Mereka harus berusaha memajukan dan menggembirakan kehidupannya menurut
kemauan agama Islam.

3.      Khittah Perjuangan Muhammadiyah Tahun 1969 (Khittah Ponorogo)


Dirumuskan pada periode kepemimpinan K.H. A.R. (Abdul Razaq) Fahruddin pada tahun
1969.
Program dasar perjuangan :
Dengan dakwah amar ma’ruf nahi munkar dalam arti dan proporsi yang sebenar-benarnya
Muhammadiyah harus dapat membuktikan secara teoritis konsepsionil secara operasionil dan
secara konkrit riil, bahwa ajaran-ajaran Islam mampu mengatur masyarakat dalam NKRI
yang ber-Pancasila dan UUD 1945, menjadi masyarakat yang adil dan makmur serta
sejahtera, bahagia materiil dan spiritual yang diridlai Allah SWT.

4.      Khittah Perjuangan Muhammadiyah Tahun 1971 (Khittah Ujung Pandang)


Dirumuskan pada periode kepemimpinan K.H. A.R. (Abdul Razaq) Fahruddin pada tahun
1971.
Isinya :
a.       Muhammadiyah adalah gerakan Dakwah Islam yang beramal dalam bidang kehidupan
manusia dan masyarakat, tidak mempunyai hubungan organisatoris dan tidak merupakan
afiliasi dari sesuatu partai atau organisasi apapun.
b.      Setiap anggota Muhammadiyah sesuai dengan hak asasinya dapat tidak memasuki atau
memasuki organisasi lain, sepanjang tidak menyimpang dari Anggaran Dasar, Anggaran
Rumah Tangga, dan ketentuan- ketentuan lain yang berlaku dalam Muhammadiyah.
c.       Untuk lebih memantapkan Muhammadiyah sebagai gerakan Dakwah Islam setelah Pemilu
tahun 1971, Muhammadiyah melakukan amar ma’ruf nahi munkar secara konstruktif dan
positif terhadap Partai Muslimin Indonesia seperti halnya partai – partai politik dan organisasi
– organisasi lainnya.
d.      Untuk lebih meningkatkan partisipasi Muhammadiyah dalam pelaksanaan pembangunan
nasional, mengamanatkan kepada PP Muhammadiyah untuk menggariskan kebijaksanaan
dan mengambil langkah – langkah dalam pembangunan ekonomi, sosial, dan mental spiritual.

5.      Khittah Perjuangan Muhammadiyah Tahun 1978 (Khittah Surabaya)


Dirumuskan pada periode kepemimpinan K.H. A.R. (Abdul Razaq) Fahruddin pada tahun
1978.

Dasar Program Muhammadiyah :


1      Memulihkan kembali Muhammadiyah sebagai Persyarikatan yang menghimpun sebagian
anggota masyarakat, terdiri dari muslimin dan muslimat yang beriman teguh, ta‘at beribadah,
berakhlaq mulia, dan menjadi teladan yang baik di tengah-tengah masyarakat.
2      Meningkatkan pengertian dan kematangan anggota Muhammadiyah tentang hak dan
kewajiban sebagai warga negara dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
meningkatkan kepekaan sosialnya terhadap persoalan dan kesulitan hidup masyarakat.
3      Menepatkan Persyarikatan Muhammadiyah sebagai gerakan untuk melaksanakan da’wah
amar ma’ruf nahi munkar ke segenap penjuru dan lapisan masyarakat serta di segala bidang
kehidupan di Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945.

6.      Khittah Perjuangan dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara (Khittah Denpasar
Tahun 2002)
Dirumuskan pada era kepemimpinan Prof. Dr. H. Ahmad Syafi’i Ma’arif pada tahun 2002.

Programnya :
Warga atau anggota Muhammadiyah yang aktif dalam kegiatan politik hendaklah bersungguh
– sungguh dalam melaksanakan tugasnya dan mengedepankan empat hal :
a.       Rasa tanggung jawab (amanah)
b.      Berakhlak mulia (akhlaq al karimah)
c.       Menjadi teladan / contoh yang baik (uswatun hasanah)
d.      Perdamaian (ishlah)
 BAB III
PENUTUP
A.   KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa khittah perjuangan
Muhammadiyah tahun 1969 (Khittah Ponorogo) mempunyai Pola Dasar Perjuangan antara
lain :
1.      Muhammadiyah berjuang untuk mencapai atau mewudkan suatu cita-cita dan keyakinan
hidup yang bersumber ajaran islam.
2.      Dakwah islam dan amar makruf nahi munkar dalam arti dan proposi yang sebenar-benarnya
sebagaimana yang dituntunkan oleh Muhammad Rasulullah SAW adalah satu-satunya jalan
untuk mencapai cita-cita dan keyakinan hidup tersebut.
3.      Dakwah Islam dan amar makruf nahi munkar seperti yang dimaksudkan harus dilakukan
melalui 2 saluran atau bidang secara simultan :
c.       Saluran politik kenegaraan (politik praktis)
d.      Saluran masyarakat
4.      Untuk melakukan perjuangan dakwah Islam dan amar makruf nahi munkar seperti yang
dimaksud di atas, di buat alatnya masing-masing yang berupa organisasi :
c.       Untuk saluran atau bidang politik kenegaraan (politik praktis) dengan organisasi politik
(partai).
d.      Untuk saluran atau bidang kemasyarakatan dengan organisasi non partai
5.      Muhammadiyah sebagai organisasi memilih dan menempatkan diri sebagai “GERAKAN
ISLAM DAN AMAR MAKRUF NAHI MUNKAR DALAM BIDANG MASYARAKAT.”
Sedang untuk alat perjuangan dalam bidang politik kenegaraan (politik praktis),
Muhammadiyah membentuk satu partai politik diluar organisasi Muhammadiyah.
6.      Muhammadiyah harus menyadari bahwa partai tersebut adalah merupakan proyeknya dan
wajib membinanya.
7.      Antara Muhammadiyah dan partai tidak ada hubungan organisatoris, tetapi memiliki
hubungan ideologis.
8.      Masing-masing berdiri dan berjalan sendiri-sendiri menurut caranya sendiri-sendirii, tetapi
dengan saling pengertian dan menuju tujuan yang satu.
9.      Pada prinsipnya tidak dibenarkan adanya rangkap jabatan, terutama jabatan pimpinan antara
keduanya demi tertibnya pembagian kerja sama.
Dan khittah tersebut juga memiliki Progam Dasar Perjuangan dengan dakwah dan
amar ma’ruf nahi munkar dalam arti dan proposi yang sebenar-benarnya, Muhammadiyah
harus dapat membuktikan secara teoritis konsepsional, secara operasional dan konkrit riil
bahwa ajaran islam mampu menguatkan masyarakat dalam Negara Republik Indonesia yang
berpancasila dan UUD 45 mrnjadi masyarakat yang adil dan makmur serta sejahtera, bahagia
material dan spiritual yang diridhai oleh Allah SWT
 DAFTAR PUSTAKA
Nashir DR. Haedar, Manhaj Gerakan Muhammadiyah (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah
kerjasama dengan Majelis Pendidikan Kader PP Muhammadiyah).
Tarjihbms. Files. Wordpress.com / 2007 /08 / pedoman hidup – prdf.
http://taufiqismail93.blogspot.com/2014/01/macam-macam-khittah-muhammadiyah.html

Arti kata Khitah makna pengertian dan definisi dari


Khitah
Dipublikasikan pada hari Sabtu 22 Sepember 2018 oleh Staf

Khitah memiliki 3 arti. Khitah adalah sebuah homonim karena arti-artinya memiliki ejaan
dan pelafalan yang sama tetapi maknanya berbeda. Khitah memiliki arti dalam kelas nomina
atau kata benda sehingga khitah dapat menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua
benda dan segala yang dibendakan.

Kuliah
-
2
Pembangunan
sebagai
“Planned Societal
Change” :
Suatu
Fenomena
Abad XX
3/7/2016
Marlan Hutahaean
1
Pembangunan sebagai “Planned Societal
Change” : Suatu Fenomena Abad XX

Selama berabad
-
abad dunia dikuasai oleh model
ekonomi kapitalis yg menerapkan sistem free
economy. Ciri
-
ciri model ekonomi kapitalis :

(1) Asas milik pribadi (private ownership) dan
kedaulatan konsumen (consumer sovereignty)

(2) Prinsip kebebasan berusaha (free enterprise)
dan komptesisi yg sempurna (perfect competition)

(3) Prinsip memaksimumkan keuntungan (profit
maximization)

(4) Prinsip produksi untuk pasar bukan untuk
dikonsumsi sendiri.
3/7/2016
Marlan Hutahaean
2
Dasar Teori

Sistem ekonomi kapitalis didasarkan pd
teori ekonomi klasik Adam Smith yg
menegaskan bahwa individu paling
mengetahui apa yg dibutuhkan, sehingga
jk setiap individu dibiarkan mengejar
kepentingannya sendiri, maka mereka
akan melakukannya dgn seefisien
mungkin.

Akibatnya, seluruh ekonomi nasional akan
berfungsi dengan efisien.

Masalah apa yg akan diproduksi, seberapa
banyak, ditentukan oleh keseluruhan
permintaan konsumen (Aggregate
consumers’ interest) yg tercermin dalam
kurve permintaan pasar (market demand
curve)
3/7/2016
Marlan Hutahaean
3

Kerangka Berfikir Ekonomi Kapitalis



(1) Keputusan mengenai apa yg
harus diproduksi, dimana, bilamana,
dan bagaimana memproduksinya,
serta dimana, bilamana, dan
bagaimana mengkonsumsinya.
-----
dilakukan oleh satuan2 ekonomi
masing2 (individual economic units),
seperti individu, RT, perusahaan dsb.
3/7/2016
Marlan Hutahaean
4

(2)

Satuan2 ekonomi tadi mendasarkan
keputusannya pd alternatif2 yg
terbuka baginya, yg tercermin dalam
harga pasar (market price) suatu
komoditi atau jasa.

(3) Harga pasar (market price) ini
ditentukan oleh kekuatan2
permintaan dan penawaran terhadap
komiditi dan jasa tadi.
3/7/2016
Marlan Hutahaean
5

Kesimpulan

Perkembangan masy. Kapitalis
ditentukan oleh mekanisme
pasar (market mechanism) yg
disebut jg dengan mekanisme
harga (price mechanism), yaitu
hukum permintaan dan
penawaran
-
bukan ditentukan
oleh Badan Perencanaan,
seperti BAPPENAS.
3/7/2016
Marlan Hutahaean
6

Perkemabangan Konsep “Planned


Societal Change”

Timbul sesudah revolusi Bolshewik 1917
yg menumbangkan rezim Czar di Rusia dan
melahirkan negara Komunis yg
menerapkan planned economy yg
sentralistis.

Barulah setelah PD II, ketika banyak
negara
-
negara baru lahir dan ingin
membangun negara mereka, mereka
melakukan pembangunan dalam arti
planned societal change.

Bersambung.....
3/7/2016
Marlan Hutahaean
7

Sambungan.....

Dalam proses pembangunannya, negara2
baru mengalami 3 efek (Horowitz, 1972,
p.4) :

(a) Demonstration Effect : keinginan
meniru negara maju, dan menjadikan
negara maju sebagai “model” masy. yg
ingin dicapai.

(b) Compression Effect : Keinginan untuk
mewujudkan model tadi dlm waktu yg
secepat
-
cepatnya. Artinya, mewujudkan
masyarakat
---
yg oleh negara2 Barat
dicapai dlm ratusan tahun, hanya dlm
beberapa tahun saja.

Bersambung....
3/7/2016
Marlan Hutahaean
8

Sambungan....

Fusion Effect : Dalam mewujudkan
masyarakat tadi, negara2 berkembang
mencoba menggabungkan unsur2 yg baik
dari free economy dari model kapitalis dan
planned economy dari masyarakat sosialis
-
---
menimbulkan mixed economy.

Ketiga efek tadi telah mendorong negara
baru untuk mengadakan planned societal
change atau dgn kata lain, melaksanakan
pembangunan.
3/7/2016
Marlan Hutahaean
9

Alasan Negara Berkembang


Melakukan PSC

Karena pmth merupakan satu2nya lembaga yg
kapabel utk melakukan perencanaan (sektor
swasta blm berkembang).

Mekanisme pasar bebas memang menjadikan
pertumbuhan ekonomi yg tinggi, ttp tdk
menjanjikan social equity dan poverty reduction.

Efisensi yg dilakukan adalah pareto optimum atau
zero sum game, yaitu apabila kita meningkatkan
kel. Tertentu akan menurunkan kesejahteraan yg
lain. Asumsinya suatu fixed resources yg apabila
dipergunakan sumber tsb utk suatu kegiatan
tertentu, maka tertutup kemungkinan utk
digunakan pada kegiatan yg lain (trade off).

Pendahuluan
Pembangunan adalah kata kunci meraih sukses bagi setiap negara. Dengan demikian, jika
suatu negara menginginkan sebuah kesuksesan maka melakukan Pembangunan merupakan
suatu keharusan. Pembangunan akhirnya menjadi salah satu ideologi yang harus
diperjuangkan, terutama oleh negara-negara berkembang demi mengejar ketertinggalannya
dari negara-negara maju. Namun demikian pembangunan sesungguhnya adalah sesuatu yang
bermuka jamak (multiface). Karenanya dalam mengkaji Konsep Pembangunan kita harus
menggunakan pendekatan Multidisipliner yakni menggunakan wawasan dari berbagai
disiplin ilmu (Mulyarto, 1994).

Pengertian Pembangunan
Konsep Pembangunan dapat dipahami dengan menggunakan dua perspektif, yakni
(M. Yasin 2001:

1. Pembangunan sebagai suatu fenomena sosial yang mencerminkan kemajuan


peradaban manusia. Dalam hal ini pembangunan terkait dengan proses
perubahan evolusioner dari tingkat peradaban yang satu ke tingkat
peradaban lain yang lebih tinggi. Hal ini dapat dicontohkan misalnya:
Perubahan peradan dari Zaman Batu ke Zaman Logam dan dari Zaman
Logam ke Zaman Perunggu.

2. Pembangunan sebagai suatu ‘Planned Societal Change’  yakni sebagai suatu


perubahan sosial-masyarakat yang terencana/ direncanakan. Dalam
perspektif ini pembangunan adalah fenomena sosial abad XX. Konsep
Pembangunan sebagai perubahan yang terencana ini timbul sesudah Revolusi
Bolshewik 1917 yang berhasil menumbangkan rezim Tsar di Rusia, dan
melahirkan negara baru yang bersifat komunal dan menerapkan
perekonomian terencana yang sentralistis (centralized planned economy).
Perencanaan Pembangunan menjadi bagian terpenting dalam konsep
ekonomi terencana yang sentralistik itu. Di satu pihak negara-negara barat
yang dikomandoi oleh Amerika Serikat tidak menyepakati dan menentang
konsep perekonomian terencana yang berpaham komunis di Rusia tersebut.
Karena itulah mereka mengembangkan konsep Planned Societal Change.
Konsep ini menawarkan tiga efek pembangunan di negara-negara baru dan
berkembang, yakni (Horowitz, 1972):

a.       Demonstration Effect, adalah keinginan meniru keberhasilan pembangunan di


negara maju dan menjadikan negara maju sebagai ‘model’ masyarakat yang ingin
dicapai oleh negara baru/ berkembang

b.       Compression Effect, adalah keinginan untuk mewujudkan model tadi dalam jangka
waktu yang sangat pendek (secepat-cepatnya). Kemajuan masyarakat yang dicapai
selama beratus-ratus tahun lamanya, diharapkan bisa terjadi dalam beberapa
tahun saja di negara baru/ berkembang.
c.       Fussion Effect, adalah penggabungan konsep free economic (Sistem Ekonomi Bebas)
dengan konsep planned economic (Sistem Ekonomi Terencana). Akibatnya muncul
konsep Mixed Economic (Sistem Ekonomi Campuran). Dengan konsep ini negara-
negara berkembang justru tidak memiliki konsep yang jelas tentang orientasi dan
strategi pembangunan yang dilaksanakannya.

Todaro (1977) menyatakan bahwa pembangunan adalah suatu proses


multidimensional yang menyangkut reorganisasi dan reorientasi sistem ekonomi
dan sistem sosial sebagai keseluruhan. Disamping peningkatan pendapatan dan out
put, pembangunan menyangkut pula perubahan secara radikal struktur
kelembagaan, struktur sosial dan struktur administratif serta perubahan sikap,
adat kebiasaan dan kepercayaan (sistem nilai).

Dengan demikian Pembangunan (Development) bukanlah merupakan suatu kondisi


yang absolut. Kondisi negara yang sedang berkembang (development) berubah-
ubah tergantung kepada apa yang dibutuhkan, apa yang mungkin tersedia, dan apa
yang dicita-citakan (Riyadi, 2000). Karena itu Pelaksanaan Pembangunan sangat
mungkin tergantung kepada kondisi yang tidak tetap yakni “apa yang layak dan
memungkinkan dalam segala waktu”. Suatu negara/ daerah yang mampu
memanfaatkan sumber daya (resources) secara efektif dianggap lebih berkembang
(developed) daripada negara/ daerah yang tidak mampu melakukan hal tersebut.
Pedayagunaan potensi pembangunan harus ditunjang dengan IPTEK yang memadai.

Anda mungkin juga menyukai