Anda di halaman 1dari 42

PENGARUH TERPAAN TAYANGAN SINETRON “SUARA

HATI ISTRI” TERHADAP PERSEPSI DAN SIKAP


TENTANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
(Studi pada Ibu Rumah Tangga di RW Kelurahan Bawen
Kabupaten Semarang)
SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Strata – 1
Fakultas Bahasa dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Sultan Agung

Penyusun:
HANDI SEBASTIAN
31001600398

FAKULTAS BAHASA DAN ILMU KOMUNIKASI


PRODI ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Televisi merupakan salah satu sarana hiburan yang dekat dengan

masyarakat. Sekarang, hampir setiap rumah memiliki media komunikasi

audiovisual ini. Selain harganya yang murah, siarannya pun kini dapat

menjangkau ke seluruh pelosok tanah air. Semua program acara dapat dinikmati

oleh masyarakat tanpa pandang lokasi geogafis, budaya dan social ekonomi.

Salah satu keunggulan televisi yaitu sebagai media audiovisual yang

mudah diakses, televisi mengalami perkembangan yang cukup pesat dari waktu ke

waktu. Belakangan televisi bukan lagi menjadi sebuah barang mahal, sebab

hampir semua orang memiliki televisi di rumahnya paling tidak satu buah sebagai

sarana hiburan dan informasi yang paling mudah diakses. Pemirsa televisi

dihadapkan kepada banyak alternatif tontonan dari berbagai acara televisi yang

berbeda. Sebagaimana fungsi utamanya sebagai sarana hiburan, program hiburan

di televisi pun dapat dibagi menjadi dua kategori utama yaitu kategori program

non-drama dan program drama televisi (Morissan, 2011).

Tayangan drama di Indonesia sendiri sering mendapat sambutan hangat di

hati pemirsanya. Drama atau sinetron yang tampil di layar kaca stasiun televisi

Indonesia hampir tidak pernah sepi penonton. Bahkan sinetron yang memiliki

rating tinggi seringkali mencapai ribuan episode dengan alur cerita yang tidak

jelas jika diamati. Sinetron yang alurnya tidak jelas dan memiliki episode yang
2

panjang disebabkan karena sistem kejar tayang yang dilakukan oleh para tim

produksi sinetron (Kuswandi, 2008). Drama sinetron tersebut selalu berebut

tempat diposisi pertama di tangga rating meski banyak adegan tidak masuk akal

dan plot cerita yang lemah.

Salah satu program utama yang ditayangkan di televisi adalah sinetron.

Pada penelitian ini mengambil Sinetron Suara Hati Istri : Zahra yang ditayangkan

di Indosiar, pada jam 16.30 WIB dan 18.30 WIB. Durasi tayang Suara Hati

Istri tiap satu episode sekitar 120 menit sudah termasuk iklan. Maka dalam

sehari Suara Hati Istri tayang selama 240 menit atau selama 4 jam termasuk

iklan. Cerita tentang problematika rumah tangga dari kisah menyedihkan yang

dialami oleh seorang istri, kisah-kisah tersebut diantaranya menggambarkan

tentang sikap suami yang ringan tangan, suami yang ingin poligami, suami

yang selingkuh, dan bermacam-macam kisah para istri yang tersiksa oleh

suaminya sendiri.

Studi Alan Landsburg salah seorang produser acara televisi paling

sukses di Amerika menyatakan hanya ada tiga tema dalam setiap program

drama yang disukai audiens yaitu: seks, uang dan kekuasaan. Tiga tema

tersebut merupakan daya tarik yang dapat mendorong pemirsa mengikuti

program drama. (Panjaitan, 2006). Tema-tema sinetron yang sukses ditayangkan

di televisi Indonesia juga memiliki ketiga tema tersebut.

Sinetron Suara Hati Istri sendiri menjadi penting diteliti karena banyak

menampilkan adegan-adegan kekerasan didalamnya. Sinetron Suara Hati Istri

yang telah ditayangkan oleh Indosiar banyak menampilkan kehidupan kekerasan


3

dalam poligami secara bersambung, padahal Indosiar juga merupakan media

elektronik yang mempunyai tugas untuk membentuk masyarakat. Sinetron itu

bahkan ditayangkan dalam waktu utama, waktu yang dianggap paling baik untuk

menayangkan acara pilihan. Di negeri ini posisi perempuan dan anak dalam

keluarga secara kultural cukup rentan terhadap kekerasan. Kerentanan ini semakin

terlihat saat suami memutuskan untuk berpoligami. Banyak perempuan dan anak

yang lantas menjadi korban dalam kehidupan rumah tangga, baik dalam hal

pemenuhan kebutuhan fisiologis maupun psikologis.

Drama Suara Hati Istri selalu mempertontonkan adegan seorang istri

yang tersiksa batin karena suaminya. Menurut Gerbner makin sering seseorang

menonton televisi, makin mirip persepsinya tentang realitas sosial dengan apa

yang disajikan dalam televisi (Rakhmat, 2011). Tayangan berbau kekerasan

emosional terhadap wanita ini mampu memberikan dampak secara psikologis bagi

penonton wanita. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Dominick (Ardianto

dan Erdinaya, 2005) bahwa media massa memiliki dampak pada

pengetahuan, persepsi, dan sikap. Sikap sendiri terdiri dari kognitif, afektif, dan

konatif.

Diskriminasi dalam perkawinan tetap terjadi meskipun sudah ada undang-

undang, laki-laki lebih menguasai perempuan dan karena diskriminasi tersebut

membuat laki-laki bertindak semena-mena terhadap isteri, termasuk melakukan

pernikahan lebih dari satu perempuan. Sinetron ini banyak menampilkan adegan

kekerasan yang bisa dipersepsi secara salah, sehingga bisa berakibat kurang baik

terhadap masyarakat. Persepsi yang salah bisa mendorong masyarakat untuk


4

meniru apa yang ditayangkan pada media, seperti kekerasan atau poligami

dianggap tindakan yang wajar. Padahal dalam realitas sosialnya tidak seperti itu.

Siaran berisi kekerasan yang ditayangkan di televisi menimbulkan persepsi bagi

penonton. Robbins (2002) berpendapat bahwa persepsi merupakan proses yang

terjadi di dalam diri individu yang dimulai dengan diterimanya rangsang, sampai

rangsang itu disadari dan dimengerti oleh individu sehingga individu dapat

mengenali dirinya sendiri dan keadaan di sekitarnya.

Sebagai tontonan, maka pengaruh Sinetron Suara Hati Istri itu pasti ada.

Menurut Walgito (2000) efek yang ditimbulkan dari persepsi ada 3 macam yaitu

menambah ilmu pengetahuan, meniru, mengubah sikap dan perilaku. Maka

audience mempersepsikan secara positif dan negatif. Persepsi penonton yang

positif yaitu audience meminta agar tayangan Sinetron Suara Hati Istri diteruskan

penayangannya karena jalan ceritanya yang mudah dipahami, sedangkan bagi

yang merespon negatif akan protes dan meminta agar tayangan sinetron itu

dihentikan karena terlalu banyak menampilkan adegan kekerasan yang tidak layak

ditayangkan.

Selain persepsi penonton, setelah penonton mengolah, menerapkan dan

mendalami informasi yang didapatkan melalui televisi maka akan ada pengaruh

pada perubahan sikap (Effendi, 2003). Serta salah satu efek komunikasi masa

yang berpengaruh pada sisi afektifnya adalah pengaruh pengetahuan dan sikap

(Nurudin, 2011). Untuk mengetahui adanya pengaruh atau tidak pada sikap

penonton dapat dilihat melalui komponen sikap. Komponen dari sikap dapat

dilihat dari kognitif, afektif dan konatif (Rakhmat, 2005). Penelitian ini
5

menggunakan teori kultivasi dan teori S-O-R, teori kultivasi digunakan untuk

mengatahui adanya pengaruh televisi kepada penontonnya, teori S-O-R

menjelaskan adanya perubahan sikap yang dipengaruhi oleh medium tertentu

pada masyarakat atau lingkungan disekitar masyarakat. Teori kultivasi

diungkapkan oleg George Gerbner yang menjelaskan bahwa adanya pengaruh

dari televisi dan budaya (Rahmiati & Yoon, 2012). Menurut teori kultivasi

penonton dibagi menjadi dua yaitu heavy viewer dan light viewer, untuk heavy

viewer televisi memberikan pengaruh kepada mereka dengan membentuk nilai

dan keyakinan (Morissan, 2010). Heavy viewer merupakan penonton yang

memiliki jangka waktu dalam menonton sangat lama, serta membentuk sebuah

kayakinan bahwa realitas didunia adalah apa yang dilihat ditelevisi (Bryant &

Thompson, 2002).

Penulis memfokuskan penelitian ini pada Ibu Rumah Tangga di RW 05

Kelurahan Bawen Kabupaten Semarang terhadap sinetron Suara Hati Istri.

Karakter ibu rumah tangga yang menjadi sasaran penilitian ini sudah pasti sering

menyaksikan tayangan sinetron Suara Hati Istri, sehingga mereka mengetahui

dengan baik bagaimana cerita disinetron tersebut. Diharapkan dengan adanya

penelitian ini, pemirsa lebih selektif dalam menonton program acara televisi

terutama sinetron. Dan memiliki pedoman yang kuat dan ilmu pengetahuan yang

memadai agar mereka dapat membedakan mana yang layak untuk ditonton dan

mana yang harus diabaikan. Demikian juga untuk para pengelola stasiun televisi,

agar lebih teliti dan cermat dalam menentukan acara yang layak untuk ditonton.

Sehingga acara yang disiarkan bukan saja menghibur tapi juga menambah
6

wawasan.

Maka dari itu, penulis membuat penelitian tentang “PENGARUH

TERPAAN TAYANGAN SINETRON “SUARA HATI ISTRI” TERHADAP

PERSEPSI DAN SIKAP TENTANG KEKERASAN DALAM RUMAH

TANGGA”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut maka peneliti

mengidentifikasi rumusan masalah sebagai berikut :

a. Bagaimana Pengaruh Terpaan Tayangan Sinetron “Suara Hati Istri”

terhadap Persepsi tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga?

b. Bagaimana Pengaruh Terpaan Tayangan Sinetron “Suara Hati Istri”

terhadap Sikap tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga

1.3. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikutr:

a. Untuk mengetahui adanya Pengaruh Terpaan Tayangan Sinetron “Suara

Hati Istri” terhadap Persepsi tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

b. Untuk mengetahui adanya Pengaruh Terpaan Tayangan Sinetron “Suara

Hati Istri” terhadap Sikap tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga

1.4. Manfaat

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian untuk berbagai pihak adalah

sebagai berikut :

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kontribusi karya ilmiah


7

Ilmu Komunikasi, khususnya bagi pengembangan penyiaran tayangan

yang lebih baik lagi.

b. Manfaat Sosial

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat luas, khususnya

perempuan agar dapat dijadikan bahan informasi dan tambahan wawasan

pengetahuan kehidupan poligami yang ditayangkan sehingga perempuan

dapat mengambil hikmah dari sinetron dan dapat bersikap hati-hati dalam

rumah tangga agar tidak terjadi kekerasan.

c. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti mengenai

Terpaan Tayangan Sinetron “Suara Hati Istri” terhadap Persepsi dan Sikap

tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

1.5. Kerangka Teori

1.5.1. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian diartikan sebagai pola pikir yang menunjukkan

hubungan antara variable yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis

dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui peneltian, teori yang

digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik

analisis statistik yang akan digunakan (Sugiyono, 2012)

Paradigma Positivisme menjelaskan bahwa pengetahuan terdiri atas

berbagai hipotesis yang diverifikasi dan dapat diterima sebagai fakta atau hukum.

Ilmu pengetahuan mengalami akumulasi melalui proses pertambahan secara

bertahap, dengan masing-masing fakta berperan sebagai semacam bahan


8

pembentuk yang ketika ditempatkan dalam posisinya yang sesuai,

menyempurnakan bangunan pengetahuan yang terus tumbuh. Ketika faktanya

berbentuk generalisasi atau pertalian sebab-akibat, maka fakta tersebut bisa

digunakan secara sangat efisien untuk memprediksi dan mengendalikan. Dengan

demikian generalisasi pun bisa dibuat, dengan kepercayaan yang bisa

diprediksikan.

Penelitian positivisme dengan cara mengandalkan studi empiris.

Generalisasi diperoleh dari nilai di lapangan. Data diambil berdasarkan rancangan

yang telah matang, seperti kuesioner, inventori, sosiometri, dan sebagainya.

Paham Positivisme akan mengejar data yang terukur, teramati, dan

menggeneralisasi berdasarkan nilai tersebut. Positivisme bisa menjalankan peran

pendekatan ilmiah pada gejala lingkungan untuk diformulasikan menjadi

pengetahuan yang bemakna. Pengetahuan modern mengharuskan adanya

kepastian dalam suatu kebenaran. Sehingga, sebuah fakta dan gejala dapat

dikumpulkan secara sistematis dan terencana harus mengikuti asas yang terukur,

terobservasi dan diverifikasi. pengetahuan menjadi bermakna dan sah menurut

tata cara Positivisme.

Positivistik sendiri sebenarnya merupakan sebuah paham penelitian.

Istilah ini juga merujuk pada sudut pandang tertentu, sehingga boleh disebut

sebagai pendekatan. Positivistik lebih berusaha kearah mencari fakta atau sebab-

sebab terjadinya fenomena secara objektif, terlepas dari pandangan pribadi yang

bersifat subjektif.
9

1.5.2. S.O.T.A (State Of The Art)

Peneliti
No Judul Metodologi Metode Hasil
(Tahun)
1. Dyan Vita Pengaruh Survey Kuantitatif Hasil penelitian
Sari tahun Terpaan menyimpulkan
2016 Tayangan bahwa
“Buatku koefisien
Tersenyum” determinasi (R
di Trans 7 square) sebesar
terhadap 0,129 yang
Sikap Empati mengandung
Ibu Rumah pengertian bahwa
Tangga RT pengaruh
14 Kelurahan variabel X/bebas
Baqa Kota (tayangan
Samarinda “Buatku
Tersenyum”)
terhadap variabel
Y/terikat (Sikap
Empati Ibu
Rumah Tangga)
adalah sebesar
13% sedangkan
sisanya
dipengaruhi oleh
faktor lain yang
tidak diteliti
dalam penelitian
ini. Berdasarkan
hasil analisis
statistik dalam
Uji F, Diperoleh
nilai Fhitung
sebesar 5,639
dengan nilai
probabilitas (sig)
= 0,000.
Diketahui Ftabel
dengan jumlah
responden 40
adalah (4,08),
dan nilai sig
lebih kecil dari
nilai probabilitas
0,05 atau nilai
10

Peneliti
No Judul Metodologi Metode Hasil
(Tahun)
0,000<0,05
2. Nurul Pengaruh Survey Kuantitatif Hasil penelitian
Anissa Program Deskriptif diperoleh
tahun 2016 Tayangan pengaruh yang
Infotainment signifikan antara
di televisi program
terhadap tayangan
Persepsi Ibu infotainment di
Rumah televisi terhadap
Tangga persepsi ibu
tentang rumah tangga
Fenomena tentang
Perceraian di fenomena
Kelurahan perceraian di
Limbungan Kelurahan
Kecamatan Limbungan
Rumbai Kecamatan
Pesisir Rumbai Pesisir
Pekanbaru Pekanbaru. Nilai
Koefisien
Regresi pada
penelitian ini
adalah Y = 0,378
+ 0,897 X
dengan t hitung
75,297 lebih
besar jika
dibandingkan
dengan t tabel
1,985 dan tingkat
signifikansi
0,000 lebih kecil
dibanding = 0,05.
Berdasarkan
perhitungan
statistik yang
diperoleh,
hipotesis untuk
penelitian ini
adalah H1 yaitu
terdapat
pengaruh yang
signifikan
sebesar 98,4%
11

Peneliti
No Judul Metodologi Metode Hasil
(Tahun)
sisanya 1,6%
dipengaruhi oleh
variabel lainnya
diluar penelitian.
3. Yuli Cultivation Survey Kuantitatif Secara umum
Nugraheni Analysis Deskriptif terpaan yang
tahun 2014 Pengaruh mengenai
Terpaan responden
Program berkaitan dengan
Sinetron penayangan
TBNH dan sinetron TBNH
Sikap Ibu-ibu rendah yaitu
di Jawa timur sebesar 54 %.
mengenai Terpaan ini
Keluarga terdiri dari
Bahagia frekuensi
menonton, durasi
menonton, pola
menonton dari
awal hingga
akhir serta pola
menonton sambil
melakukan
aktivitas lain
Berkaitan
dengan sikap
yang terbentuk
responden
memiliki
pengetahuan
yang tinggi
mengenai
konsep keluarga
bahagia yaitu
sebesar 82 %
serta perse-
tujuan yang
tinggi sebesar
84 % dan
pengalaman
yang tinggi
sebesar 82 %
yang
menghasilkan
12

Peneliti
No Judul Metodologi Metode Hasil
(Tahun)
sikap positif
sebesar 84 %

1. Dari penelitian yang dilakukan oleh Dyan Vita Sari pada tahun 2016,

terdapat perbedaan dengan penelitian ini yaitu variabel Y adalah persepsi

dan sikap ibu rumah tangga tentang kekerasan dalam rumah tangga.

2. Dari penelitian yang dilakukan oleh Nurul Anissa tahun 2016, terdapat

perbedaan dengan penelitian ini yaitu variabel X adalah terpaan tayangan

dan variabel Y pada penelitian ini adalah persepsi dan sikap ibu rumah

tangga tentang kekerasan dalam rumah tangga sedangkan penelitian Nurul

Anissa adalah program tayangan infotainment.

3. Dari penelitian yang dilakukan oleh Yuli Nugraheni pada tahun 2014, ,

terdapat perbedaan dengan penelitian ini yaitu variabel Y pada penelitian

ini adalah persepsi perempuan tentang kekerasan dalam rumah tangga.

1.5.3. Teori Penelitian

1.5.3.1. Komunikasi Massa

Kajian penelitian ini berfokus pada pengaruh terpaan tayangan televisi,

dimana televisi merupakan media elektronik dan salah satu bagian dari

komunikasi massa. Komunikasi merupakan proses pengiriman pesan dari

komunikator (pengirim pesan) kepada komunikan (penerima pesan). Menurut

Laswell (1948) komunikasi dapat digambarkan dengan mudah melalui model

yang dibentuknya, yaitu who? (siapa yang mengirimkan pesan?) , says what?

(pesan apa yang dikirimkan?), in which channel?(melalui apa pesan tersebut


13

dikirimkan?), to whom?(kepada siapa pesan tersebut dikirimkan?), with what

effect?(memberikan efek apa pesan tersebut?). Proses komunikasi tersebut dapat

dikirimkan oleh komunikator kepada komunikan melalui sebuah media atau

medium, disebut dengan media massa. Media massa merupakan merupakan

teknologi yang dapat mengirimkan pesan kepada target yang luas dan besar,

contoh surat kabar yang membawa kata-kata, radio yang membawa suara dan

musik, televisi yang membawa audio (suara) dan visual (gambar) (Baran, 2012).

Menurut Nurudin (2007) komunikasi massa merupakan studi ilmiah

mengenai media massa serta pesan yang dihasilkan, penonton/pendengar/pembaca

yang diraih, dan efek apa yang diberikan. Target penonton pada komunikasi

massa tidak hanya pada skala kecil, tetapi skala besar yang mencakup berbagi

macam orang atau yang disebut heterogen.

Menurut Vivian (2013) komunikasi massa merupakan pengiriman pesan

kepada orang lain dengan jumlah yang sangat besar, komunikasi massa terjadi

hanya melalui media teknologi, serta komunikasi massa memiliki karakteristik

sebagai berikut :

a. Audience

Audience atau komunikan massa merupakan heterogen, yang berarti

bermacam macam. Komunikasi massa encakup skala penonton yang

cukup besar, maka banyak dari penonton yang berbeda dar segi umur,

jenis kelamin, pekerjaan, agama dan lainnya (Nurudin, 2007).

b. Distance

Komunikasi massa tidak terjadi melalui tatap muka langsung, tetapi


14

memiliki jarak yang bahkan bisa mencapai ratusan kilo. Hal tersebut

dikarenakan cakupan komunikasi massa sangat besar (Nurudin, 2007).

c. Feedback

Komunikasi massa tidak bisa memberikan umpan balik/respon secara

langsung, seperti pada komunikasi interpersonal. Respon pada komunikasi

massa merupakan respon yang delayed (tertunda). Respon dapat dilakukan

melalui social media, email ataupun telepon, namun tetap saja hal tersebut

bukanlah respon langsung.

Selain adanya karakteristik, komunikasi massa juga terbentuk karena

adanya fungsi yang dimilikinya. Banyak sekali yang memberikan definisi fungsi

dari komunikasi massa, salah satunya Vivian (2013), menurutnya fungsi dari

komunikasi massa terdiri dari empat fungsi, yaitu:

a. To Inform

Untuk memberikan informasi yang dibutuhkan kepada masyarakat atau

penonton. Fungsi memberikan informasi merupakan fungsi yang penting,

agar mengetahui komponen berita yang disajikan. Sejumlah informasi

yang diberikan oleh media kepada masyarakat berdasarkan fakta yang

dicari oleh wartawan, informasi tersebut tentu sesuai yang dibutuhkan

masyarakat (Nurudin, 2007).

b. To persuade

Fungsi persuasi dapt dilihat melalui tayangan iklan, banyaknya produk

yang ditawarkan membuat setiap perusahaan produk tersebut bersaing

agar penonton memilih produkya. Persuasi juga digunakan pada politik,


15

seperti pada saat pemilihan, politisi mempersuasi masyarakat untuk

memilih. Menurut Joseph A. Devito (dalam Nurudin, 2007) fungsi

persuasi pada komunikasi massa menjadi beberapa bentuk: (1)

memperkuat sikap, kepercayaan, dan nilai pada diri seseorang, (2)

mengubah sikap, kepercayaan dan nilai pada diri seseorang, (3) dapat

menggerakkan seseorang untuk melakukan atau memutuskan sesuatu, dan

(4) memperkenalkan etika atau nilai sistem tertentu.

c. To amuse

Tidak hanya memberikan informasi yang berupa berita yang serius, tetapi

komunikasi massa juga memberikan fungsi hiburan kepada masyarakat.

Fungsi hiburan menjadi fungsi yang sangat penting dibandingkan dengan

fungsi yang lainnya, karena masyarakat menjadikan televisi sebagai media

hiburan (Nurudin, 2011). Media massa membantu masyarakat untuk

menghilangkan rasa lelah, memingkatkan rasa humor melalui tayangan

yang menghibur. Tidak hanya media Televisi, media cetak pun

memberikan artikel-artikel yang menghibur agar masyarakat mendapatkan

hiburan saat membaca.

d. To enlighten

Media massa sangat penting untuk mengetahui diri kita sendiri. Acara

yang disajikan kepada penonton, dapat membentuk karakter diri dari

penonton. Dpat mencerahkan pandangan penonton tentang karakter

dirinya, menemukan jati diri.


16

1.5.3.2.Televisi sebagai Meida Massa

Televisi merupakan salah satu media massa yang memberikan informasi,

hiburan dan lainnya kepada masyarakat. Televisi merupakan media audio (suara)

visual (gambar), yang menyajikan kedua suara dan gambar secara bersamaan.

Media massa terutama televisi memang sudah menjadi bagian dalam kegiatan

sehari-hari, mulai dari informasi, pendidikan hingga hiburan (Usaini &

Ekeanyanwu, 2011). Televisi dapat meberikan pengaruh yang besar kepada

penontonnya, karena televisi adalah media audio visual. Televisi sebagai media

komunikasi memerankan peran yang sangat penting dalam proses sosialisasi

(Usaini & Ekeanyanwu, 2011). Acara yang diberikan oleh televisi pun bermacam

macam, mulai dari informasi (berita, reportase), hiburan (musik, talk show, kuis),

sinteron dan lain sebagainya. Banyaknya acara yang diberikan oleh televisi

disesuaikan dengan kebutuhan penonton. Selain menyajikan tayangan-tayangan,

televisi juga dapat mempengaruhi pemikiran atau persepsi dari penontonnya,

biasanya hal ini dilakukan untuk hal politik. Kampanye politik yang dilakukan di

media massa dapat disebut persuasif, berita yang diberikan oleh pemerintah

kepada masyarakat melalui media televisi pada semua tingkatan memiliki basis

dasar propaganda yang bertujuan untuk mempengaruhi (Nurudin, 2011).

1.5.3.3.Terpaan Media

Terpaan media tidak hanya dilihat dari sberapa besar masyarakat

menyadari atau mengetahui kehadiran media massa, tetapi juga seberapa besar

masyarakat membuka pikiran atau menerima pesan-pesan yang diterima melalui

media massa. Media massa cukup berpengaruh pada apa yang dipikirkan oleh
17

penontonnya, medi massa dapat mempengaruhi persepsi penontonnya, yang

dianggap penting oleh televisi berarti penting juga bagi penontonnya (Rakhmat,

2013).

Pengukuran terpaan tersebut dapat dilihat dari seberapa sering khalayak

menggunakan media massa, serta seberapa lama media massa tersebut digunakan.

Dalam kurun waktu satu bulan seberapa banyak penggunan media massa,

mengukur durasi penggunaan media massa dapat dilihat dari berapa lama

penggunaan media massa tersebut dalam mengikuti sebuah berita atau informasi,

serta hubungan antara khalayak dengan isi media yang disebut dengan attention

atau perhatian. Sehingga dapat disimpulkan terpaan media dapat diukut melalui

frekuensi, durasi dan atensi (attention) (Effendy, 2003):

a. Frekuensi

Pemgukuran frekuensi pada media massa dilihat dari data yang didapat

mengenai keseriusan khalayak pada penggunaan media massa. Seberapa

sering khalayak menonton televisi, mendengarkan radio, membaca koran

atau majalah dalam mengikuti berita atau informasi bulanan, mingguan

maupun harian.

b. Durasi

Pengukuran durasi dapat dilihat melalui seberapa lama khalayak

menggunakan media massa dan mengikuti berita atau informasi. Durasi

dapat dihitung dari berapa jam dan menit khalayak bergabung dengan

media massa.
18

c. Atensi

Menurut Kenneth E. Anderson dalam (Rakhmat, 2013) perhatian adalah

proses mental ketika stimulus lebih menonjol dan stimulus yang lainnya

melemah. Faktor situasional yang bersifat eksternal adalah penarik

pehatian (attention getter), pada faktor internal, terkadang diri kita hanya

mendengarkan apa yang indin didengar, melihat apa yang ingin dilihat.

1.5.3.4.Persepsi

Persepsi didefinisikan sebagai proses yang kita gunakan untuk

menginterpretasikan data-data sensori. Data sensori sampai kepada kita melalui

lima indra kita. Terdapat dua jenis pengaruh dalam persepsi yaitu pengaruh

struktural dan pengaruh fungsional (Nina, 2011).

Banyak stimulus berbeda-beda yang sampai kepada kita tentang masalah

yang sama, apa yang bisa kita hayati adalah terbatas pada saatsaat tertentu. Apa

yang kita hayati tidak hanya bergantung pada stimulus, tetapi juga pada proses

kognitif yang merefleksikan minat, tujuan dan harapan seseorang pada saat itu.

Pemusatan persepsi ini disebut perhatian (Alex, 2003).

Persepsi adalah inti dari komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi)

adalah inti dari persepsi, yang identik dengan penyandian-balik (decoding) dalam

proses komunikasi. Persepsi terdiri dari tiga aktivitas yaitu: seleksi, organisasi dan

interpretasi (Mulyana, 2007). Kartono (2003) menyatakan bahwa persepsi

merupakan pengamatan secara global dan belum disertai kesadaran sehingga

subjek dan objeknya belum terbedakan dari satu ke yang lainnya atau masih

dalam proses memiliki tanggapan.


19

Persepsi dapat juga didefinisikan sebagai suatu proses yang ditempuh

individu-individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka

agar memberi makna kepada lingkungan mereka. Akan tetapi perlu dicatat bahwa

apa yang dipersepsikan seseorang dapat juga berbeda dari kenyataan yang

objektif (Robbins, 2002).

Menurut Mulyana (2007), persepsi merupakan proses dimana seseorang

menerima, menstimuli melalui panca inderanya dan kemudian

menginterpretasikannya. Mereka mengemukakan bahwa persepsi terdiri dari dua

tahap, yaitu atensi dan interpretasi, hasilnya adalah kognisi yang merupakan

pengetahuan terhadap stimuli itu. Persepsi dapat terjadi melalui tiga tahap, yaitu:

a. Tahap Stimuli

Tahap stimuli adalah tahap segala sesuatu ditangkap oleh panca indera.

Dalam tingkatan ini panca indera akan dirangsang. Tahap ini biasanya

didahului oleh tereksposnya seseorang dengan cara melihat, mendengar,

mencium, atau merasakan stimuli tersebut. Oleh karena itu proses ini

terjadi di alam bawah sadar, maka sebelumnya ia harus menyadari adanya

rangsangan itu melalui mekanisme panca indera.

b. Tahap Atensi

Atensi atau perhatian tidak terelakkan karena sebelum merespon atau

menafsirkan kejadian atau rangsangan apapun, seseorang harus terlebih

dahulu memperhatikan kejadian atau rangsangan tersebut. Perhatian

terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indera kita

dan mengesampingkan masukan-masukan melalui alat indera yang lain


20

(Rakhmat, 2004). Apa yang menjadi perhatian ditentukan oleh faktor-

faktor internal dan juga eksternal. Faktor-faktor internal diantaranya faktor

biologis (lapar, haus, dan sebagainya), faktor fisiologis (tinggi, gemuk,

kurus, pendek, lelah, sehat, sakit, dan sebagainya), dan juga faktor sosial

budaya seperti gender, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan,

dan lain-lain. Faktor eksternal yang mempengaruhi atensi seseorang

adalah gerakan, intensitas stimuli, kontras, kebaruan, dan perulangan

objek. Stimuli diperhatikan oleh seseorang karena memiliki sifat-sifat

menonjol tersebut. Tahap atensi disebut juga sebagai tahap penjyaringan

(attention filter) yaitu suatu mekanisme penyaringan untuk mengendalikan

jumlah dan bentuk informasi yang diterima oleh seseorang (Rakhmat,

2004: 52-54).

Setelah seseorang melalui tahap stimuli, seseorang tahu apa yang ia

perhatikan kemudian timbul perhatian terhadap sesuatu (atensi). Akan

tetapi tidak semua rangsangan akan mendapat perahatian dari seseorang.

Seseorang cenderung akan menyaring stimuli-stimuli yang diperolehnya.

Penyaringan ini terjadi karena seseorang akan cenderung mencari

informasi yang dianggapnya dapat memenuhi kebutuhannya dan dianggap

bermanfaat bagi dirinya. Seseorang juga akan termotivasi untuk

memperhatikan yang didukungnya dan juga bersifat menyenangkan atau

menghibur. Informasi yang menarik dan punya karakteristik tertentu

biasanya lebih menarik perhatian atau atensi dari seseorang.

c. Tahap Interpretasi
21

Tahap selanjutnya ketika stimuli berhasil menarik perhatian dari seseorang

ialah tahap interpretasi. Interpretasi adalah tahapan dimana seseorang

memberi makna pada stimuli atau rangsangan tersebut. Dalam

menginterpretasikan suatu stimuli, seseorang akan melakukan suatu

kesatuan yang bersifat keseluruhan, bukan terpisah. Unsur-unsur stimuli

yang dipersepsikan secara satu persatu dapat menimbulakn makan yang

berbeda jika dipersipkan secara utuh dalan satu kesatuan.

Pesan yang sama bisa dimaknai berbeda-beda oleh setiap orang,

tergantung bagaimana orang tersebut memandang pesan itu sendiri. Setiap

orang mempunyai kerangka acuan dan bidang pengalamam masing-

masing yang akan dijadika dasar di dalam proses penginterpretasiannya

sehingga memberi makna terhadap sesuatu yang sama bisa saja berbeda

satu sama lain. Demikian juga dengan makna suatu pesan yang dimaksud

oleh komunikator belum tentu akan dipersepsi sama oleh komunikan yang

bersangkutan.

1.5.3.5.Sikap

Attitude (Sikap) adalah evaluasi terhadap objek, isu, atau orang. Sikap

didasarkan pada informasi afektif, behavioral, dan kognitif (Shelley, Letitia &

David, 2012) Menurut Thurstone, Likert dan Osgood (dalam Saiffuddin, 2010)

mengartikan sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap

seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan yang mendukung atau memihak,

maupun perasaan tidak mendukung maupun memihak pada objek tertentu. Secara

lebih spesifik, Thurstone sendiri memfomulasikan sikap sebagai derajat efek


22

positif atau efek negatif terhadap suatu objek psikologis.

Sikap juga bisa disamakan dengan perilaku. Sikap (attitude)merupakan

salah satu hal yang bisa dinilai dari diri seseorang. Sikap adalah

kecenderunganbertindak, berfikir, dan merasa dalam menghadapi objek, situasi

atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk

berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap sikap (Rakhmat, 2013).

Komponen-komponen sikap antara lain (Rakhmat, 2013):

a. Kognitif

Kognitif merupakan pemikiran dan pengetahuan tentang sesuatu (Agapito

& Mendes, 2013), efek kognitif merupakan efek yang berpengaruh pada

pembentukan dan perubahan citra. Mcluhan mengatakan bhawa media

massa adalah medium yang digunakan masyarakat untuk mendapatkan

informasi, karena dunia begitu luas sehingga dengan adanya media massa,

masyarakat dapat melihat benda, orang atau tempat yang jauh dari

jangkauan (Rakhmat, 2013).

Realitas yang diberikan oleh media massa adalah relaitas yang sudah

dipilih atau seleksi, salah satunya adalah televisi. Televisi memilih siapa

dan apa yang akan ditampilkan, sehingga membentuk realitas kedua

(second hand reality), masyarakat membentuk citra lingkungan disekitar

mereka sesuai dengan yang ada di televisi (Rakhmat, 2013). Efek kognitif

semakin terlihat ketika televisi menanyangkan siaran pendidikan televisi

yang digabungkan dengan unsur hibura dan informasi, berhasil

memberikan pengetahuan, pengertian dan ketrampilan. Banyak orang


23

menggunakan media massa, seperti televisi, radio, majalah untuk

mendapatkan pengetahuan dan informasi mengenai bidang yang diminati

(Riswandi, 2013).

b. Afektif

Afektif merupakan efek yang mempengaruhi pembentukan dan perubahan

sikap yang dipengaruhi oleh media massa. Pengaruh afektif dilatar

belakangi oleh pengaruh kognitif, karena struktur kognitif mempengaruhi \

perubahan sikap (Riswandi, 2013).

Menurut Riswandi (2013) media massa dapat mempengaruhi

pembentukan dan perubahan sikap dengan adanya lima prinsip, yaitu:

1) Faktor-faktor pengaruh komunikasi massa diantaranya predisposisi

personal, proses selektif, kelompok.

2) Faktor diatas yang menyebabkan media massa berfungsi sebgai

pengkokoh sikap dan pendapat, walaupun terkadang media massa

berfungsi sebagai media pengubah (agent of change).

3) Bila komunikasi massa memberikan perubahan pada sikap, maka

perubahan tersebut pada intensitas sikap yang lebih umum daripada

yang konversi (seluruh sikap).

4) Komunikasi massa cukup efektif, pada orang-orang yang memiliki

pendapat yang lemah.

5) Komunikasi massa cukup efektif untuk membentuk pendapat pada

masalah-masalah tertentu, jika tidak ada predisposisi yang harus

dipertahankan.
24

Efek afektif termasuk pada efek emosional pada individu, penelitian

komunikasi mengalami kesulitan untuk mengukur emosional seperti

senang, sedih, takut yang disebabkan oleh pengaruh media massa.

Menurut Rswandi (2013) ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

intensitas emosional:

1) Suasana emosional (mood) Film-film sedih akan membuat penontonnya

sedih, terutama pada penonton yang mengalami perasaan yang sama

seperti yang ditampilkan di film, akan merasa film tersebut sangat sedih

dan mengharukan. Acara komedi membuat penonton terhibur dan

tertawa, terutam pada penonton yang pada kondisi menyenangkan atau

bahagia akan tertawa terbahak-bahak. Film horror akan membuat

penonton ketakutan, terutama pada penonon yangpernah mengalami

suasana yang sama seperti pada film horror tersebut.

2) Skema kognitif. Skema kognitif menjelaskan alur naskah peristiwa

yang ada dipikiran kita. Contoh Jika terbiasa melihat acara FTV

ditelevisi memiliki happy ending (akhir bahagia), maka kita tidak akan

takut, jika pemeran utama akan ditinggalkan atau tidak bahagia. Skema

kognitif tidak hanya dipengaruhi oleh pengalaman, tetapi juga terbentuk

karena induksi verbal (petunjuk yang menggerakkan kerangka

interpretif).

3) Suasana terpaan. Individu akan merasa sangat ketakutan ketika melihat

film atau acara horror, pada kondisi sendiri dirumah dan hujan lebat.

Maka individu tersebut akan erasa seperti ada suara-suara, lantai yang
25

berdenyit dan merasakan suasana yang menyeramkan seperti yang

ditonton.

4) Predisposisi individual. Setiap individu akan menanggapi suatu hal

dengan berbeda, orang yang senditif akan sangat mudah tersentuh

dengan diperlihatkan acara yang menyentuh hati. Selain itu, orang

yang periang akan sangat bahagia ketika diperlihatkan acara yang

menghibur dan penuh humor.

5) Identifikasi khalayak terhadap tokoh. Pada saat nonton sinetron atau

drama, penonton yang mengikuti akan begitu mendalami sehingga

merasa bahwa individu tersebut adalah tokoh utama yang ada dalam

drama atau sinteron tersebut. Individu akan merasakan senang, sedih,

kesal seperti sama yang dirasakan oleh tokoh tersebut.

c. Konatif

Konatif merupak tindakan yang dilakukan setelah mendapatkan informasi

atau pengetahuan melalui media massa (Agapito & Mendes, 2013). Ketika

individu menonton televisi yang menanyangkan bencana alam dan

tergerak untuk menyumbangkan, lalu segera menyumbang hal tersebut

adalah efek konatif. Individu cenderung akan langsung mengekspresikan

perasaan dengan tindakan.

1.5.3.6.Kekerasan

Istilah kekerasan atau kekerasan pada saat ini telah menjadi bahan

pembicaraan yang hangat di kalangan masyarakat. Ada banyak definisi mengenai

kekerasan, terutama yang terjadi dalam konteks lain (tempat kerja, masyarakat,
26

komunitas virtual). Riauskina, dkk (2005) mendefinisikan kekerasan sebagai

perilaku agresif yang dilakukan berulang-ulang oleh seorang atau sekelompok

yang memiliki kekuasaan, terhadap orang lain yang lebih lemah, dengan tujuan

menyakiti orang tersebut.

Riauskina, dkk (2005) mengelompokkan perilaku kekerasan ke dalam 5

kategori:

a. Kontak fisik langsung (memukul, mendorong, menggigit, menjambak,

menendang, mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit, mencakar,

juga termasuk memeras dan merusak barang-barang yang dimiliki orang

lain).

b. Kontak verbal langsung (mengancam, mempermalukan, merendahkan,

mengganggu, memberi panggilan nama (name-calling), sarkasme,

merendahkan (put-downs), mencela/mengejek, mengintimidasi, memaki,

menyebarkan gosip).

c. Perilaku non-verbal langsung (melihat dengan sinis, menjulurkan lidah,

menampilkan ekspresi muka yang merendahkan, mengejek, atau

mengancam; biasanya diertai oleh kekerasan fisik atau verbal).

d. Perilaku non-verbal tidak langsung (mendiamkan seseorang,

memanipulasi persahabatan sehingga menjadi retak, sengaja mengucilkan

atau mengabaikan, mengirimkan surat kaleng).

e. Pelecehan seksual,kadang dikategorikan perilaku agresi fisik atau verbal.

1.5.3.7.Teori Kultivasi

Teori kultivasi pertama kali diungkapkan oleh Geroge Gerbner yang


27

menyatakan bahwa televisi memberikan pengaruh kepada masyarakat serta dapat

mempengaruhi budaya (Lita, R & Choo, C, Yoon, 2012). Teori Kultivasi lebih

banyak digunakan pada penelitian mengenai dampak televisi yang menayangkan

acara kekerasan. Dampak tersebut bergantung pada kebiasaan penonton, dalam

teori kultivasi ada 2 jenis penonton yaitu, light viewer dan heavy viewer, penonton

heavy viewer adalah penonton yang lebih besar kemungkinan terkena efek dari

televisi dibandingkan penonton yang light veiewer. Namun, penelitian teori

kultivasi tidak hanya digunakan dalam progarm atau tayangan yang mengandung

kekerasan saja, teori ini awalnya hanya dilakukan di Negara Amerika saja, namun

jika penelitian dilakukan di negara yang berbeda bisa mendapatkan hasil yang

berbeda. Teori kultivasi dapat digunakan pada tayangan yang tidak memiliki

adegan kekerasan atau sejenisnya, tetapi televisi tetap dapat memberikan dampak

pada penonton.

Teori yang menyatakan bahawa televisi memberikan dampak kepada

penonton, tergantung dari seberapa sering tayangan tersebut ditonton. Menurut

Gerbner teori kultivasi menunjukan paparan pesan yang dikirim oleh televisi

kepada penonton, menjadi faktor yang sangat penting pada perubahan perilaku

individu yang menghabiskan banyak waktu dengan media (Hammermeister &

Brock et al. 2005). Sehingga teori ini dapat digunakan untuk mengetahui efek dari

televisi tanpa harus bergantung pada tayangan kekerasan.

1.5.3.8.Teori S-O-R

Teori ini merupakan teori byang meneliti fokus kepada perubahan

sikap, penggunaan pada teori ini dikarenakan penelitian ini meneliti adanya
28

perubahan sikap pada penonton karena adanya pengaruh dari televisi. Teori

ini termasuk pada psikologi komunikasi unutuk mengetahui perubahan dari

sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konatif. Berdasarkan dari pola

teori S-O-R dapat memperlihatkan hasil reaksi yang positif atau negatif.

Komponen-komponen pada teori ini sesuai dengang singkatannya yaitu S-O-

R:

a. Pesan (stimulus, S)

b. Komunikan (organism, O)

c. Efek (respon, R)

Asumsi dasar pada teori ini adalah adanya efek media massa yang

terarah, langsung terhadap komunikannya. Stimulus (pesan) dapat diterima

dan tidak, jika\ tidak maka proses akan terhenti, jika diterima makan proses

akan berlanjut pada organism yang berarti individu memberikan perhatian

pada pesan yang dikirimkan, karena diterimanya pesan tersebut maka akan

menimbulkan respon yang ada teori ini menjurus pada perubahan perilaku

(Effendy, 2003).

Teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila

stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula.

Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan

harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini, faktor

reinforcement memegang peranan penting. Stimulus atau pesan yang disampaikan

kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan

berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan


29

mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya.

Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan

untuk mengubah sikap. Jadi bisa dilihat bahwa perilaku dapat berubah hanya jika

stimulus yang menerpa benar-benar melebihi dari apa yang didalamnya (Effendy,

2003).

1.5.4. Kerangka Penelitian

Persepsi (Y1)
Terpaan (X)
Sikap (Y2)

Keterangan :

X : Terpaan

Y1 : Persepsi

Y2 : Sikap

1.5.5. Hipotesis

Hipotesis penelitian merupakan suatu pernyataan yang pada waktu

diungkapkan belum diketahui kebenarannya, tetapi memungkinkan untuk diuji

dalam kenyataan empiris. Hipotesis memungkinkan kita menghubungkan teori

pengamatan, atau pengamatan dengan teori. Hipotesis mengemukakan pernyataan

tentang harapan peneliti mengenai hubungan-hubungan antara variabel-variabel di

dalam persoalan. Penelitian terdahulu seperti yang telah diuraikan di atas, maka

hipotesis yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah senagai berikut :

Ha1 : Ada Pengaruh Terpaan Tayangan Sinetron “Suara Hati Istri”

terhadap Persepsi tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga.


30

H01 : Tidak Ada Ada Pengaruh Terpaan Tayangan Sinetron “Suara Hati

Istri” terhadap Persepsi tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

Ha2 : Ada Pengaruh Terpaan Tayangan Sinetron “Suara Hati Istri”

terhadap Sikap tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

H02 : Tidak Ada Pengaruh Terpaan Tayangan Sinetron “Suara Hati Istri”

terhadap Sikap tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga

1.5.6. Definisi Konseptual

Definisi konseptual merupakan batas terhadap masalah-masalah variabel

yang dijadikan acuan dalam penelitian, sehingga tujuan dan arahnya tidak

menyimpang. Definisi konseptual dalam penelitian ini adalah :

1.5.6.1. Terpaan (X)

Terpaan media merupakan pencarian data masyarakat mengenai

penggunaan media yang dapat diukur dari segi frekuensi, durasi dan atensi.

Pengukuran tersebut dapat dilakukan kepada kelompok maupun individu.

1.5.6.2. Persepsi (Y1)

Persepsi didefinisikan sebagai proses yang kita gunakan untuk

menginterpretasikan data-data sensori. Data sensori sampai kepada kita melalui

lima indra kita. Terdapat tiga tahapan dalam persepsi yaitu tahap stimuli, tahap

atensi dan tahap interprestasi.

1.5.6.3. Sikap (Y2)

Sikap merupakan salah satu hal yang bisa dinilai dari diri seseorang. Sikap

adalah kecenderunganbertindak, berfikir, dan merasa dalam menghadapi objek,

situasi atau nilai Sikap terbentuk dari tiga komponen, yaitu kognitif, afektif dan
31

konatif.

1.5.7. Definisi Operasional

Definisi Operasional variable adalah suatu atribut atau sifat maupun nilai

dari obyek atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2015:

38)

a. Terpaan (X)

1) Frekuensi

2) Durasi

3) Atensi

b. Perspsi (Y1)

1) Tahap Stimuli

2) Tahap Atensi

3) Tahap Interpretasi

c. Sikap (Y2)

1) Kognitif

2) Afektif

3) Konatif

1.6. Metode Penelitian

1.6.1. Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, karena pengujian hipotesis

data yang harus terstruktur, dengan adanya data tesebut dapat membuktikan
32

sebuah teori dan hipotesis. Menurut Neuman (2013) penelitian kuantitatif

menghasilkan data dalam bentuk angka, memindahkan ide abstrak ke dalam

bentuk teknik pengumpulan data tertentu yang menghasilkan data numerik. Data

numerik menunjukka cara yang sama dalam melambangkan ide abstrak.

Penelitian ini membutuhkan keluasan data agar hasil data dan hasil penelitian

dapat mencakup representasi hasil yang dianggap akurat dari seluruh populasi.

Metode kuantitatif merupakan metode ilmiah yang memenuhi kaidah

ilmiah yaitu, terukur, rasional, sistematis, dan obyektif (Sugiyono, 2016).

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan eksplanatif

yaitu, jenis penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan jawaban dari suatu

realitas yang diteliti, jenis pendekatan ini memilki kekhususan, yang berarti

analisisnya menggunakan uji inferensial dan uji hipotesis (Danandjaja, 2012).

Sehingga penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif eksplanatif yang

menjelaskan sebab akibat antara variabel berdasarkan oleh data.

1.6.2. Jenis dan Sumber Data

1.6.2.1. Data Primer

Data primer merupaka data utama yang didapatkan peneliti langsung dari

sumbernya. Instrumen yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data adalah

kuesioner, dikarenakan peneliti menggunakan metode survei. Kuesioner tersebut

berisikan pertanyaanpertanyaan yang berhubungan dengan topik penelitian yang

kemudian dijawab oleh responden. Kuesioner sebelum disebarkan kepada

responden peneliti melakukan uji reliabilatas dan validitas, untuk memastikan

bahwa pertanyaan yang diberikan adalah valid. Setelah peneliti mendapatkan


33

jawaban dari responden melalui kuesinoner, jawaban pada pertanyaan tersebut

akan diberi skor yang nantinya akan diukur dengan menggunakan skala likert..

1.6.2.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah dikumpulkan tidak hanya untuk keperluan riset

tertentu saja, dalam penelitian ini data yang diperoleh dari buku, jurnal,skripsi

maupun media online.

1.6.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah survei,

yang digunakan dalam survei adalah kuesioner. Kuesioner adalah daftar

pertanyaan yang dibuat oleh peneliti sesuai dengan indikator-indikator yang

dibutuhkan peneliti dan diisi oleh koresponden. Kuesioner akan disebarkan

kepada koresponden yang menurut peneliti sudah sesuai dengan kriteria peneliti

untuk menjawab pertanyaan di kuesioner (Kriyantono, 2006). Kuesioner akan

disebarkan oleh peneliti secara offline atau menemui responden secara langsung

untuk memberikan kuesioner.

1.6.4. Populasi dan Sampel

1.6.4.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generelisasi yang sesuai dengan kriteria yang

sesuai untuk pengambilan data, yang kemudian akan diambil kesimpulannya

(Sugiyono, 2016). Populasi merupakan salah satu data yang dibutuhkan

peneliti untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, seperti jumlah penduduk yang

dibutuhkan. Berdasarkan data yang didapat oleh peneliti, terdapat jumlah

keseluruhan penonton perempuan yang berada di Kelurahan Bawen adalah 253


34

orang.

1.6.4.2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. (Arikunto, 2013)

Sedangkan pengertian lainnya sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik

yang dimiliki oleh populasi tersebut. (Sugiyono (2013).. Untuk mandapatkan

jumlah sampel yang dapat mereprentasikan populasi yang dibutuhkan, dapat

menggunakan rumus Slovin, seperti berikut :

Keterangan:

n : Sampel

N : Populasi

e : Tarif Kesalahan eror sebesar 0,10 (10%) 1 = Bilangan konstan

Langkah kerja dalam menentukan sampel adalah sebagai berikut:

N : 253

e : 10%

n = 71,67
Berdasarkan dengan menggunakan rumus Slovin, maka jumlah sampel

yang digunakan 72 orang.


35

1.6.5. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dispropotionate

stratified random sampling, dikarenakan teknik tersebut digunakan untuk

mengetahui sampel, apabila populasi berstrata tetapi kurang proposional

(Sugiyono, 2016), karena jumlah sampel dari tiap umur tidak memiliki

jumlah yang sama atau tidak proposional.

1.6.6. Skala Pengukuran

Skala likert digunakan untuk mengetahui sikap koresponden terhadap

sebuah objek. Indikator-indikator menjadintitik kunci peneliti dalam membuat

pertanyaan yang akan diberikan dan diisi oleh koresponden. Variabel dijabarkan

menjadi indikator, kemudian indikator tersebut menjadi titik kunci untuk

menyusun item berupa pertanyaan-pertanyaan, pertanyaan yang diberikan akan

dihubungkan dengan jawaban yang diungkapkan dengan kata-kata, seperti:

Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), Sangat Setuju (SS)

(Sugiyono, 2016).

a. Sangat Tidak Setuju (STS) = 1

b. Tidak Setuju (TS) = 2

c. Setuju (S) = 3

d. Sangat Setuju (SS) = 4

1.6.7. Teknik Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul dari kuesioner dan wawancara nantinya akan

diolah dengan berbagai tahapan :

1. Editing
36

Data yang diperoleh melalui kuesioner perlu diperiksa terlebih dahulu

kebenarannya agar data yang masuk sesuai dengan aturan yang telah

ditentukan.

2. Coding

Tahap memberi kode setiap jawaban atau variabel dengan menggunakan

simbol angka

3. Tabulasi

Berupa tabel yang terdiri dari beberapa baris berupa kolom, yang

digunakan untuk memaparkan sekaligus beberapa variabel hasil dari

observasi, survei atau penelitian sehingga mudah dibaca dan dimengerti

1.6.8. Teknik Analisis Data

Analisis data bertujuan untuk mengipresentasikan data yang telah

terkumpul dan diolah sehingga diperoleh jawaban atas rumusan masalah

penelitian dan mampu membuktikan hipotesis yang diajukan peneliti. (Azwar,

2016).

1.6.8.1.Analisis Regresi Sederhana

Metode pengolahan data analisis regresi sederhana digunakan untuk

penelitian yang memiliki dua variabel yang mempunyai hubungan sebab-akibat

atau hubungan kasual, analisi regresi dibentuk untuk mengetahui bentuk

hubungan dua variabel lebih dalam dalam funsi yang sama (Kriyantono, 2006).

Rumus yang digunakan adalah rumus regresi linear sederhana yatu sebagai

berikut (Kriyantono, 2006):

Y = a + b(X)
37

Keterangan:

Y = Variabel tidak bebas

X = Variabel bebas

a = Nilai intercept, apabila harga Y bila X=0

b = Koefisien regresi, yaitu angka peningkata variabel dependen yang bergnatung

pada variabel independen, jika b (+) variabel naik, b (-) variabel turun

1.6.8.2.Analisis Regresi Linier Berganda

Metode pengolahan data analisis regresi sederhana digunakan untuk

menguji pengaruh dua atau lebih variable independen ter (Kriyantono, 2006).

Rumus yang digunakan adalah rumus regresi linear sederhana yatu sebagai

berikut (Kriyantono, 2006):

Y = a + b(X)

Keterangan:

Y = Variabel tidak bebas

X = Variabel bebas

a = Nilai intercept, apabila harga Y bila X=0

b = Koefisien regresi, yaitu angka peningkata variabel dependen yang

bergnatung pada variabel independen, jika b (+) variabel naik, b (-) variabel turun.

1.6.8.3.Korelasi

Mencari korelasi antara variabel X dengan variabel Y1 dan variabel X

dengan variabel Y2 Korelasi Product Momen adalah salah satu teknik untuk

mencari hubungan antar dua variabel (Anas, 2010). Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan Korelasi Product Momen untuk mengetahui korelasi antara


38

variabel X dengan variabel Y1 dan variavel X dengan variabel Y2 dan seberapa

besar kontribusi yang diterangkan oleh variabel X terhadap variabel Y1 dan

variabel X terhadap variabel Y2. Untuk mencari nilai korelasi digunakan rumus:

Keterangan:

r = Korelasi product moment

x = Variabel independen

y = Variabel dependen

Setelah menganalisis dilakukan analisis uji hipotesis dengan

mengonsultasikan hasil perhitungan rxy dengan nilai Ftabel pada taraf signifikansi

5% dengan kemungkinan:

a. Jika r0 < rt (r hasil observasi lebih kecil dari r tabel pada taraf signifikansi

tertentu, 5%) → tidak signifikan → berarti tidak ada pengaruh yang berarti

antar kedua variabel (hipotesis tidak diterima).

b. Jika r0 ≥ rt (r hasil observasi sama atau lebih besar dari r tabel pada taraf

signifikansi tertentu, 5%) → signifikan → berarti ada pengaruh yang

berarti antar kedua variabel (hipotesis diterima).

Untuk dapat mengetahui kuat lemahnya tingkat atau derajat keeratan

hubungan antara variabel independen dan variabel dependen, secara sderhana

dapat diterangkan pada tabel pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi.

Tabel 3.1

Pedoman untuk memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi


39

Interval Koefisien Tingkat Hubungan


0,00 - 0,199 Sangat rendah
0,20 - 0,399 Rendah
0,40 - 0,599 Cukup atau Sedang
0,60 - 0,799 Kuat
0,80 - 1,000 Sangat Kuat

1.6.8.4.Uji Determinasi

Mencari besarnya sumbangan (konstribusi) variabel X terhadap Y1 dan

variabel X terhadap variabel Y2 Untuk mengetahui besar pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen digunakan analisis Koefisien Determinasi

(r2). Untuk mencarai nilai r2 menggunakan rumus :

R2 = (rxy)2 x 100%

Keterangan:

R2 = Koefisien Determinasi

Rxy = Nilai Koefisien Korelasi

1.6.8.5.Uji R

Digunakan uji T untuk menguji signifikansi hasil perhitungan nilai r xy,

dengan rumus:

Keterangan:

t = Distribusi

r = Koefisien korelasi

n = Number of case

Uji hipotesis dengan kriteria:

a. Jika thitung > ttabel = tolak H0 = signifikan


40

b. Jika thitung < ttabel = terima H0 = tidak signifikan

1.6.8.6.Uji F

Setelah nilai Fhitung diperoleh, langkah selanjutnya adalah

mengkonsultasikan Fhitung dengan Ftabel, pada taraf signifikansi 5 % dengan

kemungkinan:

a. Jika Fhitung lebih besar dari Ftabel pada taraf signifikansi 5 %, maka

signifikan (hipotesa diterima). Artinya ada Pengaruh Terpaan Tayangan

Sinetron “Suara Hati Istri” terhadap Persepsi dan Sikap tentang Kekerasan

Dalam Rumah Tangga.

b. Jika Fhitung lebih kecil dari Ftabel pada taraf signifikansi 5 %, maka tidak

signifikan (hipotesa ditolak). Artinya tidak ada Pengaruh Terpaan

Tayangan Sinetron “Suara Hati Istri” terhadap Persepsi dan Sikap tentang

Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

1.6.9. Uji Validitas dan Reliabilitas

1.6.9.1. Uji Validitas

Uji dalam menggunakan olah data SPSS, juga harus diuji dengan uji

validitas dan reliabilitas. Uji validitas bertujuan untuk sejauh mana ketepatan dan

kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Dalam penelitian

ini, untuk menguji validitasnya menggunakan data kuesioner (Azwar 2016).

Apabila semua taraf signifikansi 5% maka:

1. Apabila r hitung > r table, maka dapat dikatakan item kuesioner tersebut

valid.
41

2. Apabila r hitung < r table, maka dapat dikatakan item kuesioner tersebut

tidak valid.

1.6.9.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas yaitu pengujian sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat

dipercaya (Azuar 2016:20). Kriteria penilaian uji reliabilitas adalah:

1. Apabila hasil koefisien Alpha lebih besar daripada 0,60, maka kuesioner

disebut reliabel atau terpercaya.

2. Apabila hasil koefisien Alpha lebih kecil daripada 0,60, maka kuesioner

disebut tidak reliabel atau tidak terpercaya.

Anda mungkin juga menyukai